Anda di halaman 1dari 6

PERTANYAAN YANG SERING DIKEMUKAKAN

OLEH CALON PESERTA UJI KOMPETENSI

Ini merupakan bagian dari ebook “PERTANYAAN YANG SERING


DIKEMUKAKAN OLEH CALON PESERTA UJI KOMPETENSI” yang hasil
karya Hendi Rohaendi sebagai pemilik Kanduru. Yang ingin
mendapatkan ebook lengkapnya silahkan menggubungi ke telegram
@hendikanduru atau bergabung di channel telegram @infokanduru.

0
Pertanyaan Yang Sering Dikemukakan Pada Saat Persiapan Uji Kompetensi

1. Mengapa banyak yang gagal di uji kompetensi?


Penyebab kegagalan banyak sekali, kegagalan mahasiswa dalam mendapatkan status
kompeten dapat dibagi menjadi kegagalan dari pihak internal dan eksternal.
Kegagalan internal yaitu ketidaksiapan mahasiswa menghadapi uji kompetensi dan
kegagalan eksternal adalah kegagalan kampus dalam menyiapkan kualitas lulusannya.
Selanjutnya akan dibahas khusus. Berikut tabel perbandingan antara yang kompeten
dengan yang tidak kompeten pada program profesi ners.

Pada uji kompetensi mahasiswa yang ners, sangat mencolok yang tidak kompetennya,
dibanding yang kompeten. Hasil penelitian Rohaendi, 2017 menyatakan mahasiswa
dari seluruh Indonesia dengan sampel 245 orang memiliki sebaran sebagai berikut:

Dari sini tampak, peserta uji kompetensi ners didominasi oleh peserta yang pernah
mengikuti uji kompetensi minimal sekali, dan hanya 41,9% yang merupakan peserta
first takers.

1
2. Apakah bisa mendapatkan status kompeten dengan jalan belakang?
Tidak bisa, uji kompetensi dirancang untuk menentukan tenaga kesehatan yang
memiliki kualifikasi minimal untuk menjadi tenaga kesehatan yang akan memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Akan sangat berbahaya apabila orang yang tidak
kompeten memberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Mahasiswa sudah melewati proses akademik dan atau profesi, dan sudah dinyatakan
lulus secara institusi mengapa harus ada uji kompetensi lagi?
Memang benar mahasiswa sudah lulus dari institusinya, akan tetapi aturan
menghendaki mahasiswa yang baru lulus harus mengikuti uji kompetensi untuk
mendapatkan sertifikat uji kompetensi sebagai syarat untuk mendapatkan Surat
Tanda Registrasi (STR) sebagai tenaga kesehatan baru.

4. Apakah yang tidak kompeten setelah mengikuti uji kompetensi lebih dari 5 kali akan
mendapatkan pemutihan?
Sampai saat ini tidak ada program pemutihan bagi mahasiswa yang belum kompeten,
walaupun sudah beberapa kali mengikuti uji kompetensi.

5. Apakah ada batasan untuk mengikuti uji kompetensi?


Tidak ada, selama masih ingin menjadi tenaga kesehatan dan bekerja di instansi
kesehatan, maka yang bersangkutan bisa mengikuti uji kompetensi.

6. Apakah tidak ada kebijakan lain, bagi perawat yang hampir pensiun?
Tidak ada, mengikuti uji kompetensi merupakan satu-satunya cara untuk
mendapatkan status kompeten. Pensiun atau purna tugas bukan berarti yang
bersangkutan berhenti dari profesinya, dengan memiliki STR maka seseorang masih
dapat bekerja di tatanan kesehatan lainnya.

7. Apakah uji kompetensi bisa diganti dengan ujian lain?


Untuk mahasiswa mulai tahun 2013, uji kompetensi hanya dilakukan dengan
mengikuti uji kompetensi seperti saat ini. Uji kompetensi saat ini hanya dilakukan
melalui dua cara yaitu Paper Base Test (PBT) dan Computer Base Test (CBT). Kedepan
pemerintah sudah merencanakan untuk menambah jenis ujian dengan dimasukannya
Objective Structure Clinical Examination (OSCE) atau ujian praktek.

8. Apakah ada kisi-kisi soal uji kompetensi?


Ada, yaitu blueprint uji kompetensi. Blueprint digunakan dalam membuat paket soal
yang akan diujikan, membuat soal dari sejak tingkat perguruan tinggi, panduan
mahasiswa dalam menentukan strategi dan materi belajar untuk menghadapi uji
kompetensi (lampiran).

9. Apakah dibolehkan tidak mengikuti briefing?


Briefing merupakan kewajiban yang harus diikuti peserta yang akan try out maupun
yang akan melaksanakan uji kompetensi. Brifieng tidak hanya untuk perserta tetepi

2
juga bagi komponen ujian lainnya seperti pengawas lokal, koordinator cbt, petugas
teknologi informasi. Peserta yang tidka mengikuti briefing tidak diperkenankan
mengikuti uji kompetensi.

10. Apakah bisa pindah tempat uji kompetensi?


Bisa, proses kepindahan dapat dilakukan dengan mengajukan tempat uji kompetensi
oleh kampus kepada panitia uji kompetensi, setelah pendaftaran uji kompetensi
dibuka. Alasan kepindahan biasanya karena tempat uji kompetensi terlalu jauh dari
tempat tinggal sekarang. Misalnya mahasiswa yang kuliah di Pulau Jawa yang berasal
dari luar jawa dapat mengajukan perpindahan tempat ujian. Dengan syarat, tempat
yang dituju tidak penuh.

11. Apakah yang pernah tidak kompeten bisa kompeten?


Bisa, kompeten atau tidak tergantung dari usaha yang bersangkutan dalam
mempersiapkan uji kompetensi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang
pernah uji kompetensi dan gagal, tingkat kelulusannya hanya 5 – 16%. Sementara
orang yang tidak kompeten saat di try out, tingkat kelulusannya hanya 10%. Akan
tetapi dengan belajar benar tingkat kelulusan ini dapat ditingkatkan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dari 105 mahasiswa yang mengikuti survey, ini gambaran pada uji
kompetensi yang keberapa mereka kompeten. Gambar 1 dibawah ini menunjukan
bahwa yang lebih banyak kompeten adalah orang yang pernah mengikuti uji
kompetensi lebih dari 2 kali. Dengan kata lain, mahasiswa yang mau belajar, tidak
peduli berapa kali sebelumnya mengikuti uji kompetensi, mereka bisa kompeten.

3
Gambar 1

12. Apakah belajar dengan menggunakan media sosial dapat meningkatkan kelulusan?
Gambar 2

Gambar 2 menunjukan tingkat kelulusan dari mahasiswa yang belajar dengan


menggunakan media sosial pun meningkat jauh diatas rata-rata nasional dengan
tingkat kelulusan 35 – 40% saja. Pengunaan media sosial merupakan cara tersendiri
yang digunakan oleh mahasiswa untuk belajar diantara sesama mereka. Rohaendi,
2017.

13. Apakah wajib mengikuti try out uji kompetensi?


Wajib, bagi mahasiswa pertama kali (first taker) atau ujian ulang (retakers) untuk
mengetahui kemampuan saat ini. Dari hasil try out uji kompetensi dapat ditentukan
bagaimana harus melakukan persiapan dan kemungkinan hasil nanti saat uji
kompetensi. Rohaendi, tahun 2017 menyatakan, nilai try out uji kompetensi dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan siapa yang boleh ikut uji kompetensi dan
siapa harus belajar terlebih dahulu.

4
JUMLAH
SOAL PROSENTASE YANG HARUS DILAKUKAN
BENAR

TUNDA KEINGINAN UNTUK MENGIKUTI UJI


KOMPETENSI KARENA SECARA STATISTIK
ANDA TIDAK MUNGKIN KOMPETEN.
< 68 < 37,8 Silahkan anda ikut uji kompetensi, dengan syarat harus
siap kalau tidak kompeten, dan harus belajar sungguh –
sungguh sebelum uji kompetensi. Bila perlu anda minta
private khusus ke pada dosen di kampus anda.

ANDA MASUK KE DAERAH KATEGORI TIDAK


KOMPETEN
Tapi masih bisa kompeten dengan belajar yang ekstra
keras.
68 - 86 37,8 – 47.8
Semakin mendekati 68, semakin besar untuk tidak
kompeten, dan semakin mendekati 86 semakin besar
untuk mendekati ke kompeten.
Minta pada kampus untuk belajar tambahan.

ANDA MASUK KE KATEGORI KOMPETEN,


TAPI MASIH PUNYA KEMUNGKINAN UNTUK
TIDAK KOMPETEN
Jika ada kemungkinan untuk belajar tambahan di
kampus, segera bergabung, ambil kesempatan itu sebaik
87 - 101 48,3 – 56,1 baiknya, jangan sampai anda menyesal.
Jika tidak mungkin, lakukan belajar mandiri
berdasarkan nilai hasil try out.
Lihat kekurangan dan kelebihan dimana?
Tingkatkan kelebihan dan tutup kekurangan

ANDA MASUK KE KATEGORI AMAN


Jika uji kompetensi dilakukan pada saat anda menerima
>101 > 56,1 hasil try out, maka anda akan otomatis kompeten.
Jika try out sudah dilakukan lebih dari 3 bulan yang lalu,
lakukanlah seperti pada kategori kuning.
Sumber: Rohaendi, 2017

Selain itu, Rohaendi, 2017 mengatakan bahwa try out uji kompetensi dapat digunakan
mahasiswa untuk mengenal sistem uji kompetesi, mengenal soal “uji kompetensi”,
mengenal suasana ujian.

Anda mungkin juga menyukai