Artikel 4 Vol 1 No 3
Artikel 4 Vol 1 No 3
HN
(Alterna ve of Rule and Regula on Analysis Model)
Rachmat Trijono
Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI
Jl. Mayjend Sutoyo – Cililitan Jakarta Timur
BP
Email: lkpi.179@gmail.com
Naskah diterima: 7 Desember 2012; revisi: 12 Desember 2012; disetujui: 14 Desember 2012
ing
Abstrak
Sampai saat ini terdapat banyak alat (tools) untuk menganalisis peraturan perundang-undangan, antara lain model RIA,
model ROCCIPI, model RegMap, model MAPP dan lain-lain. Namun demikian masing-masing model tersebut mempunyai
kelemahan. Untuk itu diperlukan model alterna f yang lebih efek f. Hal inilah yang mendorong untuk diadakan peneli an
Research and Development (R&D), yakni rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu
ind
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan. Peneli an menghasilkan
produk berupa model baru yang terdiri dari Rule, Affair of Religion, Capacity, Hour, Material, dan Technik. Model ini
merupakan alat yang dapat digunakan untuk menguji peraturan perundang-undangan yang sudah ada, dan juga sekaligus
untuk mem-filter peraturan perundang-undangan yang akan dibuat.
Kata kunci: analisis, peraturan perundang-undangan, tool model, R&D
V
Abstract
There are a lot of tools to analyze the rules and regula ons, including RIA model, ROCCIPI model, RegMAP model, MAPP
hts
model and others. However, each model has a drawback. Therefore need another effec ve alterna ve model. It push the
writer to make a research by Research and Development method, which is a series of processes or steps in order to develop
a new product or improving an exis ng product in order to be accounted for. The product of this research is a new model
consis ng of a Rule, Affair of Religion, Capacity, Hour, Materials, and Technical. This model is a tool that can be used to test
the rule and regula on that already exist, and also to filter the rule and regula on will be made.
Keywords: analysis, rules and regula ons, tool model, Research and Development
ec
lR
na
Jur
HN
tersebut mempunyai kelemahan. Model RIA
Indonesia mendeklarasikan diri sebagai
memiliki kelemahan: prosedur yang rela f
negara hukum. Hal ini sebagaimana dituangkan
rinci memerlukan pela han khusus bagi
di dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar
penggunanya, terutama untuk memadukan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
antara pendekatan kualita f dengan kuan ta f;
menentukan bahwa negara Indonesia adalah
BP
untuk melaksanakan RIA atas satu peraturan
negara hukum. Menurut Philipus M. Hadjon,
membutuhkan waktu yang rela f cukup
dalam suatu negara hukum, mengharuskan
lama, sehingga dak prak s untuk melakukan
adanya pengakuan norma f dan empirik
pemetaan dan analisis atas jumlah regulasi yang
terhadap prinsip supremasi hukum, yaitu
cukup banyak; memerlukan pembenahan dari
ing
bahwa semua masalah diselesaikan dengan
sisi kelembagaan secara fundamental dan harus
hukum sebagai pedoman ter nggi. Dengan
dipimpin langsung oleh Kepala Pemerintahan;
demikian dalam suatu negara hukum segala
memerlukan keberanian untuk mereformasi
kehidupan, baik kehidupan bernegara,
sistem regulasi nasional. Kelemahan model
kehidupan berbangsa, maupun kehidupan
bermasyarakat harus didasarkan pada hukum.
ind RegMAP antara lain hasilnya akan sangat
tergantung pada reviewer (tergantung SDM);
Hal ini memberikan makna bahwa segala
RegMap baru diuji cobakan pada satu bidang
ndakan harus didasarkan atas peraturan
industri, belum diterapkan pada sektor lainnya;
perundang-undangan yang sah dan tertulis.
dak user friendly, membutuhkan waktu untuk
V
Peraturan perundang-undangan tersebut harus
mengoperasikan ”tool”-nya. Kelemahan model
ada dan berlaku terlebih dulu atau mendahului
ROCCIPI bahwa metode ini lebih efek f dalam
hts
1
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia; Sebuah Studi Tentang Prinsip-prinsipnya,
Penerapannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi
Negara (Surabaya: Bina Ilmu, 1972).
2
Bagir Manan, Dasar-dasar Perundang-undangan Indonesia (Jakarta: Ind-Hill. Co, 1992), hlm. 13-18.
HN
yang ditempuh Borg dan Gall, yaitu:4 Studi
Permasalahan yang diteli adalah bagaimana
Pendahuluan, Merencanakan Peneli an,
model analisis peraturan perundang-undang
Pengembangan Desain, Preliminary Field Test,
yang efek f? Hal ini pen ng mengingat bahwa
Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas, Main Field
sampai saat ini banyak model analisis peraturan
Test, Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas, Uji
perundang-undangan yang masing masing
BP
Kelayakan, Revisi Final Hasil Uji Kelayakan,
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir.
Produk dari peneli an ini diharapkan dapat
Data kualita f yang terkumpul dianalisis
memberikan alterna f model analisis peraturan
menggunakan metode Miles dan Huberman5yang
perundang-undangan yang lebih efek f, yakni
dilakukan secara interak f dan dilakukan secara
ing
yang dapat digunakan untuk menganalisis
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
peraturan perundang-undangan yang sudah
sudah jenuh. Ak vitas dalam analisis data yaitu:
ada maupun untuk membentuk peraturn yang
reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan.
belum ada.
ind Mereduksi data berar merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
C. Metode PeneliƟan
yang pen ng.
Peneli an ini menggunakan metode Tujuan utama peneli an ini adalah pertama,
Peneli an dan Pengembangan atau Research menghasilkan produk berupa model dan
and Development (R&D) yakni rangkaian
V
kedua, menguji keefek fan evaluasi tersebut.6
proses atau langkah-langkah dalam rangka Namun dalam kesempatan ini penulis hanya
mengembangkan suatu produk baru atau
hts
data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau (RIA) yaitu suatu alat fundamental untuk menilai
laboratorium, ataupun model-model pendidikan, dampak regulasi. RIA digunakan untuk menguji
pembelajaran, pela han, bimbingan, evaluasi, dan mengukur kemungkinan manfaat, biaya
sistem manajemen, dan lain-lain.3
na
3
Anonim, Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi Penelitian dan Pengembangan
Jur
(Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
KependidikanKementerian Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 50.
4
Meredith D. Gall, Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg, Educational Research: An Introduction (Boston: Pearson
Education ,Inc., 2007), hlm. 589.
5
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualittif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 297.
6
Ibid., 246.
dan efek dari peraturan baru atau yang sudah adalah, tanggung jawab harus jelas untuk
HN
ada.7 memas kan bahwa semua peraturan yang
RIA menggunakan 10 pertanyaan yang diperkenankan oleh peraturan ngkat yang
merupakan standar baku yang ditetapkan oleh lebih nggi dan konsisten dengan kewajiban
OECD, yaitu:8 perjanjian internasional, dan sesuai dengan
1) Apakah masalahnya didefinisikan dengan prinsip-prinsip hukum yang relevan seper
BP
benar? kepas an, proporsionalitas dan persyaratan
Masalah yang akan dipecahkan harus prosedural yang berlaku.11
dinyatakan secara tepat, memberikan 5) Berapa ngkatan birokrasi pemerintah yang
buk dari sifat dan besarnya, dan dilibatkan untuk koordinasi regulasi ini?
menjelaskan mengapa hal tersebut muncul Regulator harus memilih ngkat yang paling
ing
(mengiden fikasi en tas insen f yang tepat dari pemerintah untuk mengambil
terkena).9 ndakan, atau jika ada beberapa ngkatan
2) Apakah ndakan pemerintah sudah tepat? yang terlibat, harus merancang sistem
Intervensi pemerintah harus didasarkan pada yang efek f koordinasi antara ngkat
buk eksplisit bahwa ndakan pemerintah
ind pemerintahan.12
dibenarkan, mengingat sifat dari masalah, 6) Apakah regulasi bermanfaat dibanding
kemungkinan manfaat dan biaya ndakan biayanya?
(berdasarkan penilaian yang realis s Regulator harus memperkirakan total
efek vitas pemerintah), dan mekanisme biaya dan manfaat yang diharapkan dari
V
alterna f untuk mengatasi masalah. se ap peraturan usulan dan alterna f, dan
3) Apakah regulasi merupakan ndakan terbaik harus membuat perkiraan tersedia dalam
hts
7
OECD, Building an Institutional Framework for Regulatory Impact Analysis: Guidance for Policy Maker, (2008),
hlm. 14.
8
Ibid., hlm. 12-14.
Jur
9
Ibid., hlm. 12.
10
Ibid., hlm. 13.
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
8) Apakah peraturan tersebut jelas, konsisten, - Aplikasi dari sejumlah pernyataan yang
HN
dipahami dan diakses oleh pengguna? berbasis RIA seper : tujuan, substansi, dan
Regulator harus menilai apakah peraturan perkiraan dampak dari sebuah regulasi;
akan mungkin dipahami oleh pengguna, dan - Penggunaan berbagai metode konsultasi
untuk itu harus mengambil langkah-langkah (focus group discussion/FGD, survey
untuk memas kan bahwa struktur teks dan perusahaan dan narasumber/pakar) untuk
BP
aturan sejelas mungkin.15 membantu mengiden fikasi dan mengkaji
9) Apakah semua pihak yang berkepen ngan regulasi-regulasi yang kemungkinan
memiliki kesempatan yang sama untuk bermasalah.
menyampaikan pandangan mereka? Fiter pertama merupakan 5 (lima)
Peraturan harus dikembangkan secara pertanyaan kunci RIA yang melipu legalitas,
ing
terbuka dan transparan, dengan prosedur redundansi, tujuan peraturan, dampak ekonomi
yang tepat yang efek f dan tepat waktu dan kekhawa ran pemangku kepen ngan.19
masukan dari pihak-pihak yang tertarik Tujuan Filter kedua adalah untuk menilai
seper bisnis yang terkena dampak ind kualitas dari se ap peraturan yang keluar dari
dan serikat buruh, kelompok-kelompok 1 Filter.20 Kualitas regulasi didefinisikan dalam
kepen ngan lainnya, atau ngkat hal:21
16
pemerintahan lainnya . - Apakah tujuan regulasi didefinisikan dengan
10) Bagaimana kepatuhan terhadap regulasi jelas dan baik dibenarkan;
V
dapat dicapai? - Apakah peraturan tersebut sebanding
Regulator harus menilai insen f dan dengan masalah kebijakan yang ditangani;
hts
RIA diterapkan untuk mengembangkan metode- dieksplorasi dalam Filter 2 melalui penggunaan
metode penyaringan (filtering), yakni:18 10 pertanyaan (yaitu, pernyataan yang
membutuhkan jawaban 'ya' atau ' dak'),22
na
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid. hlm. 14.
Jur
18
USAID dan SEMADA, Regmap: Institutionalizing Regulatory Reform in Indonesia: summary report,(DAI, Maret
2009), hlm. 9.
19
Ibid. hlm. 14.
20
Ibid. hlm. 16.
21
Ibid. hlm. 17.
22
Ibid. hlm. 17.
HN
consulta on yang dapat dilakukan dengan FGD perilaku yang sesuai dak mungkin
(Focus Group Discussion).23 terjadi?
3) Capacity (kemampuan):
c. Metode ROCCIPI (Rule, Opportunity, a) Apakah para pelaku peran memiliki
Communica on, Interest, Process, and kemampuan berperilaku sebagaimana
BP
Ideology)
ditentukan oleh peraturan yang ada?
Ann, Robert Siedman dan Nalin Abeysekere24 b) Berperilaku sebagaimana ditetapkan
mengintrodusir metodologi Problem Solving oleh undang-undang yang ada.
dengan menggunakan alat ukur yang dikenal 4) Communica on (komunikasi):
dengan ROCCIPI.25 Alat ukur ini merupakan Ke daktahuan seorang pelaku peran
ing
instrumen untuk mengiden fikasi problem sosial tentang undang-undang mungkin dapat
yang mbul sebagai akibat dari pemberlakuan menjelaskan mengapa dia berperilaku dak
peraturan perundang-undangan. sesuai. Apakah pihak yang berwenang telah
1) Rule (peraturan): mengambil langkah-langkah yang memadai
a) Susunan kata dari peraturan kurang jelas
ind untuk mengkomunikasikan peraturan-
atau rancu; peraturan yang ada kepada para pihak yang
b) Peraturan mungkin memberi peluang dituju? Tidak ada orang yang dengan secara
perilaku masalah; sadar mematuhi undang-undang kecuali bila
c) Tidak menangani penyebab-penyebab dia mengetahui perintah.
V
dari perilaku bermasalah; 5) Interest (kepe ngan):
d) Memberi peluang pelaksanaan yang Apakah ada kepen ngan material atau
hts
23
Ibid.
Jur
24
Ann Seidman, Robert B. Seidman dan Nalis Abeyserkere, Penyusunan Rancangan Undang Undang Dalam
Perubahan Masyarakat Yang Demokrtis: Sebuah Panduan Untuk Pembuat Rancangan Undang Undang, (Indonesia
dan USAID: Elips II, 2001), hlm.117.
25
Ibid., bahwa urutan kategori-kategori dalam daftar isian ROCCIPI tidak penting; urutan kategori-kategori
tersebut semata-mata hanya untuk membuat akronim guna memudahkan para penyusun rancangan undang-
undang mengingatnya.
HN
mematuhi peraturan atau dak. Operasionalisasi MAPP diawali dengan
7) Ideology (ideologi): inventarisasi regulasi, iden fikasi dan klasifikasi
Apakah nilai-nilai, kebiasaan dan adat- regulasi yang bermasalah atau berpotensi
is adat yang ada cukup mempengaruhi bermasalah, dan dilanjutkan dengan analisis
pemegang peran untuk ber ndak sesuai atau regulasi. Analisis regulasi tersebut menghasilkan
BP
bertentangan dengan aturan yang ada? 3 ( ga) pilihan keputusan ndakan, yaitu: (1)
regulasi dipertahankan; (2) regulasi direvisi; dan
d. Model Analisa Peraturan Perundang- (3) regulasi dicabut. Dari keputusan tersebut
undangan (MAPP) kemudian dibuat suatu rencana aksi dalam
bentuk rencana ndak.26
ing
MAPP adalah sebuah alat untuk melakukan
reviu/evaluasi regulasi yang diindikasikan
26
Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan, Reformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung Upaya
Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah, (Palembang: Juni 2012).
HN
NO. KETENTUAN PASAL POTENSI MASALAH URAIAN MASALAH SKPD TERKAIT
LEGALITAS
Konfilik
1.
Inkonsisten
BP
Duplikasi
MulƟ tafsir
Tidak Operasional
2 KEBUTUHAN
Masyarakat
ing
Penyelenggara Negara
RAMAH
Ramah persyaratan
Ramah proses
…………………………………………………
hts
JABATAN
............................................................................
1. LEGALITAS
lR
2. KEBUTUHAN (NEEDS)
3. RAMAH (FRIENDLY)
HN
No. KETENTUAN PASAL REKOMENDASI ANALIS KESIMPULAN UMUM
ANALIS 1
DIPERTAHANKAN
DIREVISI
BP
DICABUT
ANALIS 2
DIPERTAHANKAN
DIREVISI
ing
DICABUT
ANALIS 3
DIPERTAHANKAN
DIREVISI
………………………………………………………………………………………………………………………
JABATAN
hts
……………………
Sumber: Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
ec
Rencana ndak regulasi adalah suatu nasional. Rencana ndak regulasi berbentuk
rencana aksi yang berisi langkah-langkah tabel tentang rencana ndak regulasi sesuai
Jur
konkrit sebagai upaya mengatasi peraturan dengan bidang dan prioritas pembangunan
perundang-undangan yang diindikasikan atau yang akan dilakukan. Rencana ndak regulasi
berpotensi bermasalah serta menghambat memuat kolom-kolom tentang:
upaya pencapaian prioritas pembangunan
HN
yang diindikasikan menghambat pencapaian agama dengan penganut kepercayaan yang
prioritas pembangunan nasional berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha
2) Analisa/permasalahan Esa. (4) Membina kerukunan hidup di antara
3) Upaya yang dilakukan sesama umat beragama dan kepercayaan
4) Strategi penyelesaian terhadap Tuhan Yang Maha Esa. (5) Agama dan
BP
5) Waktu Pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
6) K/L terkait adalah masalah yang menyangkut hubungan
7) Tindak lanjut/Rekomendasi pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghorma
2. Pengembangan Desain kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
ing
Hasil peneli an menciptakan model baru agama dan kepercayaannya masing-masing.
yang merupakan gabungan dari beberapa model (7) Tidak memaksakan suatu agama dan
anlisis peraturan perundang-undangan. Model kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
ini merupakan alat yang dapat digunakan untuk kepada orang lain.
menguji peraturan perundang-undangan yang
ind Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab: (1)
sudah ada, dan juga sekaligus untuk mem-filter Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai
peraturan perundang-undangan yang akan dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
dibuat. Alat ini berisi instrumen yang harus Tuhan Yang Maha Esa. (2) Mengakui persamaan
derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi
V
diiku oleh para penguji dan pembuat peraturan
perundang-undangan. Namun dalam tulisan se ap manusia, tanpa membeda-bedakan suku,
keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
hts
Sanggup dan rela berkorban untuk kepen ngan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan
HN
negara dan bangsa apabila diperlukan. (3) suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah (2) Mengembangkan sikap adil terhadap
air dan bangsa. (4) Mengembangkan rasa sesama. (3) Menjaga keseimbangan antara hak
kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air dan kewajiban. (4) Menghorma hak orang
Indonesia. (5) Memelihara keter ban dunia lain. (5) Suka memberi pertolongan kepada
BP
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian orang lain agar dapat berdiri sendiri. (6) Tidak
abadi dan keadilan sosial. (6) Mengembangkan menggunakan hak milik untuk usaha-usaha
persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Tunggal Ika. (7) Memajukan pergaulan demi (7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-
persatuan dan kesatuan bangsa. hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
ing
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat mewah. (8) Tidak menggunakan hak milik
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ untuk bertentangan dengan atau merugikan
Perwakilan: (1) Sebagai warga negara dan kepen ngan umum. (9) Suka bekerja keras. (10)
warga masyarakat, se ap manusia Indonesia ind Suka menghargai hasil karya orang lain yang
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
yang sama. (2) Tidak boleh memaksakan bersama. (11) Suka melakukan kegiatan dalam
kehendak kepada orang lain. (3) Mengutamakan rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
musyawarah dalam mengambil keputusan berkeadilan sosial.
V
untuk kepen ngan bersama. (4) Musyawarah Disamping ada kesesuaian dengan Pancasila,
untuk mencapai mufakat dilipu oleh semangat juga harus ada kesesuaian dengan UUD 1945.
hts
kekeluargaan. (5) Menghorma dan menjunjung Hal ini pen ng mengigat bahwa pada tahun
nggi se ap keputusan yang dicapai sebagai 2012 pengujian undang-undang yang dikabulkan
hasil musyawarah. (6) Dengan i’ kad baik Mahkamah Kons tusi meningkat yakni sebesar
dan rasa tanggung jawab menerima dan 30,9 persen dibanding tahun sebelumnya yang
melaksanakan hasil keputusan musyawarah. (7) hanya sekitar 22,3 persen. Mahkamah Kons tusi
ec
Di dalam musyawarah diutamakan kepen ngan sepanjang tahun 2012 telah menerima 169
bersama di atas kepen ngan pribadi dan perkara pengujian undang-undang sebanyak
golongan. (8) Musyawarah dilakukan dengan 169 yang terdiri dari 51 perkara sisa 2011 dan
lR
akal sehat dan sesuai dengan ha nurani yang 118 perkara yang diterima tahun 2011. Pada
luhur. (9) Keputusan yang diambil harus dapat 2012 Mahkamah Kons tusi telah memutus
dipertanggungjawabkan secara moral kepada sebanyak 97 perkara, di mana amar putusannya
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung nggi harkat dikabulkan 30 perkara (30,9 persen), 31 perkara
na
dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan ditolak (31,9 persen), 30 perkara dak diterima
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan (30,9 persen) dan enam ditarik kembali oleh
demi kepen ngan bersama. (10) Memberikan pemohonnya (6,1 persen). Sedangkan pada
Jur
kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai 2011 sebanyak 145 perkara PUU yang terdiri
untuk melaksanakan pemusyawaratan. dari 51 sisa 2010 dan 86 perkara yang diterima.
Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Mahkamah Kons tusi pada 2011 telah memutus
Indonesia: (1) Mengembangkan perbuatan 94 perkara pengujian undang-undang dengan
amar putusan 21 perkara dikabulkan (22,3 ini dapat menjadi alasan untuk membatalkan
HN
persen), 29 perkara ditolak (30,8 persen), 35 peraturan perundang-undangan tersebut.
dak diterima (37,2 persen) dan sembilan Misalnya kalau UUD 1945 atau undang-undang
perkara ditarik kembali pemohonnya (9,5 terdahulu menyatakan bahwa sesuatu diatur
persen). Meningkatnya prosentase pembatalan dengan undang-undang, maka hanya dalam
undang-undang ini karena menunjukkan masih bentuk undang-undang hal itu diatur. Kalau
BP
ada norma undang-undang yang bermasalah diatur dalam bentuk lain misalnya Keputusan
atau bertentangan dengan UUD 1945. Ada ga Presiden, maka Keputusan Presiden tersebut
unsur yang meletarbelakangi sebuah undang- dapat dibatalkan (vernie gbaar). Ke ga,
undang dinyatakan bertentangan dengan keharusan mengiku tata cara tertentu. Apabila
kons tusi. Pertama, adanya tukar-menukar tata cara tersebut dak diiku , peraturan
ing
kepen ngan antara pembuat undang-undang. perundang-undangan mungkin batal demi
Kedua, sikap dak profesional pembuat undang- hukum atau dak/belum mempunyai kekuatan
undang. Ke ga, terjadi perubahan situasi.27 hukum mengikat. Peraturan Daerah dibuat oleh
Salah satu keharusan adanya kesesuaian Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD. Kalau
dengan UUD 1945 adalah keharusan adanya
ind ada Peraturan Daerah tanpa (mencantumkan)
kewenangan dari pembuat peraturan persetujuan DPRD maka batal demi hukum.
perundang-undangan. Se ap peraturan Dalam undang-undang tentang pengundangan
perundang-undangan harus dibuat oleh badan (pengumuman) bahwa se ap undang-undang
atau pejabat yang berwenang. Kalau dak, harus diundangkan dalam Lembaran Negara
V
peraturan perundang-undangan itu batal sebagai satu-satunya cara untuk mempunyai
demi hukum (van rechtswegenie g). Dianggap kekuatan mengikat. Selama pengundangan
hts
dak pernah ada dan segala akibatnya batal belum dilakukan, maka undang-undang tersebut
secara hukum. Misalnya, undang-undang belum mengikat. Keempat, keharusan dak
dalam ar formal (wet in formelezin) dibuat bertentangan dengan peraturan perundang-
oleh Presiden dengan persetujuan DPR. Se ap undangan yang lebih nggi ngkatannya. Suatu
ec
undang-undang yang dak merupakan produk undang-undang dak boleh mengandung kaidah
besama antara Presiden dan DPR adalah batal yang bertentangan dengan UUD. Demikian pula
demi hukum. Begitu pula Keputusan Menteri, seterusnya sampai pada peraturan perndang-
lR
Peraturan Daerah dan sebagainya harus pula undangan ngkat lebih bawah.
menunjukkan kewenangan pembuatnya. Kedua,
keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis b. Affair of Religion
peraturan perundang-undangan dengan materi Peraturan perundang-undangan dak boleh
na
yang diatur, terutama kalau diperintahkan oleh bertentangan dengan agama apapun yang
peraturan perundang-undangan ngkat lebih diakui di Indonesia. Berdasarkan Penetapan
nggi atau sederajat. Ke dak sesuaian bentuk Presiden (Penpres) No.1/PNPS/1965 junto
Jur
27
Ditjend PP, ”MK: 2012 Prosentase Pembatalan UU Meningkat”, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/berita-
hukum-dan-perundang-undangan/2366-mk-2012-prosentase-pembatalan-uu-meningkat.html, (diakses 28
Januari 2012).
HN
Penyalahgunaan dan Penodaan agama dalam Pembentukan peraturan perundang-
penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa undangan yang baik dak lepas dari teknik
Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar pembuatan peraturan perundang-undangan
penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, yang baik. Jika teknik pembuatan peraturan
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. perunang-undangan dak baik, maka ada
BP
kemungkinan untuk dibatalkan. Kerangka
c. Capacity
peraturan perundang undangan terdiri dari:
Peraturan perundang-undangan harus dapat 1) Judul
dilaksanakan subyek hukum. 2) Pembukaan yang terdiri dari: frasa DENGAN
ing
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, jabatan
d. Hour pembentuk peraturan perundang-undangan,
Peraturan perundang-undangan yang efek f konsiderans, dan dasar hukum, diktum.
harus tepat waktu. Dengan demikian jangan 3) Batang tubuh yang terdiri dari ketentuan
umum, materi pokok yang diatur, ketentuan
sampai ming-nya kurang tepat.
ind pidana (jika diperlukan), ketentuan peralihan
e. Material (jika diperlukan), dan ketentuan penutup.
Isi atau substansi dari peraturan perundang- 4) Penutup
undangan sudah harus diteli , dan dikaji. 5) Penjelasan (jika diperlukan), dan
V
Untuk itu harus28 ada Naskah Akademisnya.29 6) Lampiran (jika diperlukan)
Materi muatan peraturan perundang-undangan
hts
E. Penutup
mencerminkan kenyataan yang hidup dalam
masyarakat. Dalam satu masyarakat industri, Model analisis peraturan perundang-undang
peraturan perundang-undangannya harus yang efek f adalah Rule, Affair of Religion,
sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada Capacity, Hour, Material, dan Technik. Namun
ec
dalam masyarakat industri tersebut. Kenyataan demikian, peneli an ini baru sampai tahap
itu dapat berupa kebutuhan atau tuntutan atau menghasilkan ‘model’ sebagai alterna f untuk
masalah-masalah yang dihadapi seper masalah menganalisis peraturan perundang-undangan.
Untuk itu perlu dilanjutkan untuk uji efek itas
lR
28
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Pasal 43 ayat
(3) menentukan bahwa Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai
Jur
Naskah Akademik.
29
Ibid., Pasal 1 angka 11 menentukan bahwa Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian
hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan dan
kebutuhan hukum masyarakat.
HN
Buku Pendidikan: Kompetensi Peneli an dan
Gall, Meredith D., Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg,
Pengembangan (Jakarta: Direktorat Tenaga
Educa onal Research: An Introduc on (Boston:
Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan
Pearson Educa on, Inc., 2007).
Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Hadjon, Philipus M., Perlindungan Hukum Bagi
Kementerian Pendidikan Nasional, 2008).
Rakyat di Indonesia; Sebuah Studi Tentang
Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan,
BP
Prinsip-prinsipnya, Penerapannya oleh
Reformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung
Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum
Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan
dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara
Nasional dan Daerah, (Palembang: Juni 2012)
(Surabaya: Bina Ilmu, 1972).
Manan, Bagir, Dasar-dasar Perundang-undangan
Internet
Indonesia, (Jakarta: Ind-Hill. Co, 1992).
ing
Ditjend PP, MK: 2012 Prosentase Pembatalan UU
OECD, Building an Ins tu onal Framework for
Meningkat, h p://ditjenpp.kemenkumham.
Regulatory Impact Analysis: Guidance for Policy
go.id/berita-hukum-dan-perundang-
Maker, (2008).
u n d a n g a n / 2 3 6 6 - m k- 2 0 1 2 - p r o s e n t a s e -
Seidman, Ann, Robert B. Seidman dan Nalis
pembatalan-uu-meningkat.html, diakses tgl 28
Abeyserkere, Peenyusunan Rancangan Undang
Januari 2012.
Undang Dalam Perubahan Masyarakat Yang
Demokr s: Sebuah Panduan Untuk Pembuat
ind
Rancangan Undang Undang, (Indonesia dan Peraturan
USAID: Elips II, 2001), hlm.117. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Sugiyono, Metode Peneli an Kuan ta f Kuali f dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
R&D (Bandung: Alfabeta, 2011). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tentang
Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden Dan
V
USAID dan SEMADA, Regmap: Ins tu onalizing
Regulatory Reform in Indonesia: summary Peraturan Presiden Sebagai Undang-Undang.
report, (DAI, Maret 2009). Penetapan Presiden Nomor 1/PNPS/1965 tentang
hts