Trauma Listrik
Trauma Listrik
PENDAHULUAN
1
daripada searah (DC). Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik
disebabkan oleh dua mekanisme yaitu terjadinya pemanasan dan aliran listrik
itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan akan menyebabkan nekrosis
koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan menyebabkan kerusakan
membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf pembuluh darah
dan otot.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian listrik
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik,
yang merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya
persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat
menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik
menjadi energi panas.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke
potensial rendah. Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan
positif (berlawanan arah dengan elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
a. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam
industri elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan
pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada telepon
(30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt). Sumber
misalnya baterai dan accu.
b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-
pabrik, biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya
daripada arus DC, tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif
terhadap arus AC.
b. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan
50 dan 60 hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-
40.000 volt tidak begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi.
Tubuh sangat tidak peka terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau
3
sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz atau lebih dari 1.000
hertz.
c. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah
konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram
listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays
therapy dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan
20 ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah
6 ampere. LET GO CURRENT = kuat arus dari aliran listrik
dimana korban masih bisa melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik
(I) sama dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan
(R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
V
1. banyaknya arus
I = ---
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan R
2. Etiologi
4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi
saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik
atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik
adalah karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik
(AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus
searah.
a. Petir
Efek Listrik
Efek panas
5
o Rambut, pakaian,sepatu, bahkan seluruh tubuh akan
terbakar/hangus
Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik
karena tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang
bersifat konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber
listrik bertegangan tinggi.
Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt.
Secara umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus
bolak-balik yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat
listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan
lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat
menyentuh objek yang dialiri energi listrik.
6
Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki
usia muda secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah
kereta listrik yang sedang berjalan. Arus searah (DC) kurang
berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA
AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC
dalam waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik
adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek
bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan
mencegah korban lepas dari konduktor hidup.
C. Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi
(elektron-elektron) dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa
bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat
arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang
alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi
sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi
sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000
ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan
menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-
alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk
tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik.
Pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah
penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan
melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi
otot dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat
menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik
menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan
nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).
7
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau
tegangan rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara
langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak
balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati
daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari
tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki.
D. Gejala Klinik
Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik :
8
1. Luka Bakar Derajat I
- Dijumpai bulla
9
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih ada.
10
Gambar (a) Luka listrik pada telapak tangan
Kematian akibat petir dapat terjadi karena efek arus listrik, efek panas
dan efek ledakan gas panas yang timbul. Secara makroskopik akan ditemukan
aborescent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi
11
(perpindahan metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit, magnetisasi
( benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar
dan compang camping akibat efek ledakan panas (blast effect)(8)
(c) (d)
12
(e) (f)
Gambar (e) luka listrik yang menembus sepatu disekitar sol karet. Pada tegangan
tinggi (7600V)
Gambar (f) memperlihatkan luka listrik, pada tegangan 120 votl, lutut
13
memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt.
Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang
tidak jarang disertai patahnya tulang-tulang. Selain itu pemeriksa harus
mencari adanya gelembung berisi cairan seperti kulit yang seolah tersentuh
api listrik ; kulit yang hangus, jaringan otot yang ikut hangus, tulang yang ikut
meleleh dan membentuk butir kalium fosfat; dan kawat yang menguap dan
berkondensasi di kulit.
E. Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik
disertai trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan
korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab
kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA
dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan
fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke
tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang
berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui
tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60%
yang meninggal dunia.
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban
meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot
karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul kematian.
Terjadi bila arus listrik yang memasuki tubuh korban di atas nilai
ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang
dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut Koeppen, spasme
14
otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.
F. Pemeriksaan Korban
a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang
membuatnya kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut.
Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan arus listrik
atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian
korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia.
Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam
keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa
ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik
dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk korban
akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban
menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.
b. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric
15
mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik
tersebut antara lain :
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada
tempat dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark
berbentuk bundar atau oval dengan bagian yang datar dan
rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian
tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan
menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari
benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.
16
3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena
benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang
memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di
atas 330 volt. Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan
yang sangat berat, yang tidak jarang disertai patahnya tulang-
tulang.
b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang
khas. Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan
terutama paling banyak adalah pada daerah ventrikel III dan
IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila dilalui aliran
17
listrik . Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada korban
yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer menemukan pada
puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan
pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran
listrik yang melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan
kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan mukosa gastro
intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik.
Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada
tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar,
maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang
meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang
menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus
akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva
korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas,
pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu
terjadi pendarahan kemudian terbentuklah gangren.
c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi
pada electric mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik
untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi sangat menolong untuk
menegakkan bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang
memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan
bewarna lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum
menggelembung dan vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis
menjadi lonjong dan tersusun secara palisade. Ada sel yang
mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak
dari stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat
memanjang dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.
18
Gambaran histologis luka petir
b. Luka Akibat Petir
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu
ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi.
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang
disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:
a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :
- Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk
salah satu tanda utama luka listrik (electrical burn).
- Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon
gundul tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit
korban sebagai reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir.
Tanda ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.
19
Gambar aborescent marking
- Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah
menjadi magnet. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka
listrik (electrical burn).
20
Gambar metalisasi
c. Efek ledakan:
- Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi
akibat perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah
kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh
udara kembali sehingga menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
- Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban
terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda
tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak,
epidural/subdural bleeding.
c. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan
listrik rusak atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri,
kematian dapat dihasilkan dari kontak dengan kabel yang berarus, atau
dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun saklar-saklar.
Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus bunuh
diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus dianalisis
untuk mengetahui apakah korban telah rusak pada saat kecelakaan. Bunuh
diri jarang terjadi. Orang biasanya menggulung kawat ke pergelangan
tangan atau jari-jarinya, yang kemudian dihubungkan ke arus listrik,
dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat
petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat korban
luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut dapat
ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka robek, dan
fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan berdasarkan riwayat
badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari sambaran
petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.
21
BAB IV
ASPEK HUKUM
22
identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.
23
BAB V
KESIMPULAN
1. Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam.
2. Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi dua yaitu luka listrik
akibat kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3. Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit
(AC/DC), lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I)
jalannya arus dan luas area kontak.
4. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah
memutuskan aliran listrik selekas mungkin.
5. Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan
berdasarkan tinggi-rendahnya tegangan listrik, yaitu tegangan listrik
pada kisaran rumah tangga, industri dan karena petir.
24
DAFTAR PUSTAKA
25