Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka listrik adalah salah satu jenis luka karena peristiwa fisika.
Trauma listrik terjadi saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran
aliran listrik atau disebabkan oleh terkenanya pada saat berada dekat dengan
sumber listrik. Rangkaian listrikdalam hal ini adalah suatu kumpulan elemen
atau komponen listrik yang saling dihubungkan dengan cara-cara tertentu.
Elemen atau komponen memiliki dua buah terminal atau kutub pada kedua
ujungnya. Pembatasan elemen atau komponen listrik pada Rangkaian Listrik
dapat dikelompokkan kedalam elemen atau komponen aktif dan pasif. Elemen
aktif adalah elemen yang menghasilkan energi dalam hal ini adalah sumber
tegangan dan sumber arus. Elemen lain adalah elemen pasif dimana elemen
ini tidak dapat menghasilkan energi, dapat dikelompokkan menjadi elemen
yang hanya dapat menyerap energi dalam hal ini hanya terdapat pada
komponen resistor atau banyak juga yang menyebutkan tahanan atau
hambatan dengan simbol R.
Cedera Akibat Listrik merupakan kerusakan yang terjadi jika arus
listrik mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ dalam. Tubuh manusia adalah
penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa
berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan
menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan
tubuh. Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah
terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau
otak.
Luka yang diakibatkan oleh arus listrik yang fatal umumnya
disebabkan oleh kecelakaan, dan lebih sering pada arus bolak-balik (AC)

1
daripada searah (DC). Kerusakanyang diakibatkanoleh trauma listrik
disebabkan oleh dua mekanisme yaitu terjadinya pemanasan dan aliran listrik
itu sendiri yang melewati jaringan. Pemanasan akan menyebabkan nekrosis
koagulatif dan aliran listrik pada jaringan akan menyebabkan kerusakan
membran sel. Kerusakan terbesar biasanya pada sel-sel saraf pembuluh darah
dan otot.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian listrik
Luka Listrik adalah luka yang disebabkan oleh trauma listrik,
yang merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh adanya
persentuhan dengan benda yang memiliki arus listrik, sehingga dapat
menimbulkan luka bakar sebagai akibat berubahnya energi listrik
menjadi energi panas.
Arus listrik bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke
potensial rendah. Arahnya sama dengan arah gerak muatan-muatan
positif (berlawanan arah dengan elektron-elektron).
Bagian-bagian listrik, antara lain :
a. Arus listrik (I)
a. Arus listrik searah atau direct current (DC)
mengalir secara terus menerus ke satu arah, dipakai dalam
industri elektrolisis, misalnya pada pemurnian dan
pelapisan/penyepuhan logam. Juga digunakan pada telepon
(30-50 volt), dan kereta listrik (600-1500 volt). Sumber
misalnya baterai dan accu.
b. Arus listrik bolak-balik atau alternating current (AC)
mengalir bolak-balik, digunakan di rumah-rumah dan pabrik-
pabrik, biasanya 110 volt atau 220 volt, jauh lebih berbahaya
daripada arus DC, tubuh manusia 4-6 kali lebih sensitif
terhadap arus AC.
b. Frekuensi listrik
Satuan : cycle per second atau hertz, yang paling sering digunakan
50 dan 60 hertz, yang paling tinggi 1 jt hertz dengan voltage 20.000-
40.000 volt tidak begitu berbahaya dapat digunakan sebagai diatermi.
Tubuh sangat tidak peka terhadap frekuensi yang sangat tinggi atau

3
sangat rendah, contohnya kurang dari 40 hertz atau lebih dari 1.000
hertz.
c. Tegangan (voltage/V)
Satuan : volt. 1 volt = tenaga listrik yang dibutuhkan untuk
menghasilkan intensitas listrik sebesar 1 ampere melalui sebuah
konduktor (penghantar) yang memiliki tahanan sebesar 1 ohm.
- Voltase rendah (110-460 V) misalnya penerangan, pabrik, tram
listrik.
- Voltase tinggi (= 1.000 V) misalnya transpor arus listrik.
- Voltase sangat tinggi (20.000-1.000.000 V) misalnya deep X-rays
therapy dan diatermi. Diatermi : frekuensi 1 juta Hz dan tegangan
20 ribu - 40 ribu volt. Kuat arus yang sering kita gunakan dibawah
6 ampere. LET GO CURRENT = kuat arus dari aliran listrik
dimana korban masih bisa melepaskan diri darinya.
d. Tahanan/hambatan listrik (resistance/R)
Satuan : ohm. Menurut hukum Ohm, besarnya intensitas listrik
(I) sama dengan besarnya tegangan/voltage (V) dibagi dengan tahanan
(R) dari medium.
Panas yang terjadi tergantung dari :
V
1. banyaknya arus
I = ---
2. lamanya kontak
3. besarnya hambatan R

Hal ini sesuai dengan rumus :


Keterangan : W = panas yang dihasilkan (kalori)
I = kuat arus (ampere)
W = I2 R t
R = hambatan (ohm)
t = waktu (detik)

2. Etiologi

4
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi
saat seseorang menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik
atau bisa disebabkan pada saat berada dekat dengan sumber listrik.
Klasifikasi yang paling sering untuk membagi trauma karena listrik
adalah karena petir, Aliran listrik tegangan rendah arus bolak balik
(AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus
searah.

a. Petir

Petir/lightening, adalah muatan listrik statis dalam awan


dengan voltase sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik
sampai seratus ribu ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik
dilepaskan kebumi.(6) Luka karena petir biasanya terjadi saat
seseorang menjadi bagian atau bearada dekat dengan terjadinya
petir, secara umum, biasanya pasien menjdi objek yang paling
tinggi dibandingkan sekitarnya atau berada dekat dengan objek
yang tinggi misalnya pohon. Pada saat petir menyambar, biasanya
langit terlihat bersih.

Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat


kelainan yang disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan
faktor pemindahan udara.

 Efek Listrik

o Ada tanda listrik (electrick mark)

o Aborecence mark : gambaran seperti percabangan pohon


oleh karena vasodilatasi pembuluh darah vena pada kulit
akibat bersentuhan dengan petir, gambaran ini akan
menghilang setelah beberapa jam

 Efek panas

5
o Rambut, pakaian,sepatu, bahkan seluruh tubuh akan
terbakar/hangus

o Metalisasi : Logam yang dikenakan korban akan meleleh


( perhiasan, arloji)

 Efef ledakan (pemindahan udara)

o Setelah kilat udara setempat menjadi vacum lalu diisi oleh


udara kembali sehingga timbul suara menggelegar/guntur

o Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak,


korban terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan
dengan benda tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah
tulang tengkorak, epidural/subdural bleeding

o Bile tidak meninggal mungkin didapatkan : lumpuh, tuli,


buta yang sifatnya sementara.

b. Listrik tegangan Tinggi AC

Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik
karena tegangan tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang
bersifat konduktif disentuh yang tersambung dengan sumber
listrik bertegangan tinggi.

c. Listrik tegangan rendah AC

Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt.
Secara umum, ada 2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus
bolak-balik yang memungkinkan : Anak yang menggigit kawat
listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir, wajah, dan
lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat
menyentuh objek yang dialiri energi listrik.

d. Arus searah (DC)

6
Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki
usia muda secara tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah
kereta listrik yang sedang berjalan. Arus searah (DC) kurang
berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80 mA
AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC
dalam waktu yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik
adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian karena efek
bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan
mencegah korban lepas dari konduktor hidup.

C. Patofisiologi
Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi
(elektron-elektron) dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa
bersifat konduktor (menghantarkan listrik) atau resistor (menghambat
arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat arus listrik yang
alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi
sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi
sekitar 1000 ohm, dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000
ohm. Anak dengan kulit yang tipis dan kadar air tinggi akan
menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa. Tahanan dari alat-
alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm, termasuk
tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik.
Pembuluh darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah
penghantar listrik yang baik. Dengan adanya luka listrik , pada sayatan
melintang akan memperlihatkan kerusakan jaringan.
Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang
menyebabkan perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi
otot dan saraf, menginisiasi aliran listrik abnormal yang dapat
menggangu irama jantung dan otak, atau produksi energi listrik
menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan
nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).

7
Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau
tegangan rendah, dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan secara
langsung menyebabkan depolarisasi sel-sel saraf otak. Arus bolak
balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran listrik melewati
daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari
tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki.

D. Gejala Klinik

Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga


anamnesa yang menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit
sebelumnya maupun hal-hal spesifik yang berhubungan dengan
kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arah aliran listrik
penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat
menjadi lebih berbahaya daripada arah horizontal.

Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik :

8
1. Luka Bakar Derajat I

- Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)

- Kulit kering, hiperemis berupa eritem

- Tidak dijumpai bulla

- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

- Sembuh spontan dalam 5-10 hari

2. Luka bakar derajat II

- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa


reaksi inflamasi disertai proses eksudasi

- Dijumpai bulla

- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

- Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih


tinggi di atas kulit normal.

- Dibedakan menjadi dua :

a. Derajat dua A (Superficial)

- Kerusakan mengenai bagian superficial dari


dermis.

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar


keringat dan kelenjar sebasea masih utuh.

- Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.

b. Derajat dua B (Deep)

- Kerusakan hampir seluruh bagian dermis

9
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih ada.

- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari


biji epitel yang tersisa. (biasanya lebih satu bulan)

3. Luka Bakar Derajat III

- Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.

- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,


kelenjar sebasea rusak.

- Tidak dijumpai bulla

- Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering


letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.

- Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.

- Penyembuhan luka terjadi lama karena tidak ada proses


epitelisasi spontan dari dasar luka.

- Nyeri (-), dan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik


rusak.

Luka listrik karena tegangan tinggi ataupun karena petir biasanya


menyebabkan luka bakar karena suhu yang mencapai 5000°C, dan luka
bakarnya biasanya cukup berat.

Petir juga dapat menyebabkan henti jantung secara tiba-tiba yang


menyebabkan asistolik atau henti napas. Depolarisasi pada jantung
menyebabkan asistolik. Depolarisasi otak dapat menyebabkan kehilangan
kesadaran, amnesia, dan koma. Luka listrik juga dapat menyebabkan disritmia
jantung. Kematian mendadak juga bisa diakibat arus listrik bolak balik
bertegangan tinggi karena terjadinya fibrilasi ventrikel. Fibrilasi ventrikel 3
kali lebih sering terjadi pada aliran yang melewati tangan ke tangan.

10
Gambar (a) Luka listrik pada telapak tangan

Gambar (b) luka lustrik pada daerah dada

Kematian akibat petir dapat terjadi karena efek arus listrik, efek panas
dan efek ledakan gas panas yang timbul. Secara makroskopik akan ditemukan
aborescent mark (kemerahan kulit seperti percabangan pohon), metalisasi

11
(perpindahan metal dari benda yang dipakai ke dalam kulit, magnetisasi
( benda metal yang dipakai berubah menjadi magnet). Pakaian sering terbakar
dan compang camping akibat efek ledakan panas (blast effect)(8)

(c) (d)

Gambar (c) Luka bakar listrik dengan tepi yang meninggi

Gambar (d) Luka akibat petir, gambar seperti percabangan , aborescent


markings

Pada pemeriksaan otopsi, dikarenakan tidak ada penemuan khusus


pada luka listrik, sehingga tidak jarang penyebab kematian tidak jelas.(11,12)
Pada pemeriksaan luar pemeriksa mencari electric mark. Electric mark adalah
kelainan yang dapat dijumpai pada tempat dimana listrik masuk ke dalam
tubuh. Electric mark berbentuk bundar atau oval dengan bagian yang datar
dan rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tersebut
biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan menunjukkan hiperemis.
Bentuk dan ukurannya tergantung dari benda yang berarus lisrtrik yang
(6)
mengenai tubuh. Namun demikian, pada kasus terkenanya arus listrik pada
bak mandi misalnya, tidak ditemukan electric mark.

12
(e) (f)

Gambar (e) luka listrik yang menembus sepatu disekitar sol karet. Pada tegangan
tinggi (7600V)

Gambar (f) memperlihatkan luka listrik, pada tegangan 120 votl, lutut

Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak antara


tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan
demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat
menjadi hitam hangus terbakar. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh
manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang

13
memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di atas 330 volt.
Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang
tidak jarang disertai patahnya tulang-tulang. Selain itu pemeriksa harus
mencari adanya gelembung berisi cairan seperti kulit yang seolah tersentuh
api listrik ; kulit yang hangus, jaringan otot yang ikut hangus, tulang yang ikut
meleleh dan membentuk butir kalium fosfat; dan kawat yang menguap dan
berkondensasi di kulit.

E. Sebab Kematian
Kebanyakan oleh energi listrik itu sendiri. Sering trauma listrik
disertai trauma mekanis. Ada kasus karena listrik yang menyebabkan
korban jatuh dari ketinggian, dalam hal ini sukar untuk mencari sebab
kematian yang segera.
Sebab kematian karena arus listrik yaitu :
a. Fibrilasi ventrikel
Bergantung pada ukuran badan dan jantung. Dalziel (1961)
memperkirakan pada manusia arus yang mengalir sedikitnya 70 mA
dalam waktu 5 detik dari lengan ke tungkai akan menyebabkan
fibrilasi. Yang paling berbahaya adalah jika arus listrik masuk ke
tubuh melalui tangan kiri dan keluar melalui kaki yang
berlawanan/kanan. Kalau arus listrik masuk ke tubuh melalui
tangan yang satu dan keluar melalui tangan yang lain maka 60%
yang meninggal dunia.
b. Paralisis respiratorik
Akibat spasme dari otot-otot pernafasan, sehingga korban
meninggal karena asfiksia, sehubungan dengan spasme otot-otot
karena jantung masih tetap berdenyut sampai timbul kematian.
Terjadi bila arus listrik yang memasuki tubuh korban di atas nilai
ambang yang membahayakan, tetapi masih di batas bawah yang
dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Menurut Koeppen, spasme

14
otot-otot pernafasan terjadi pada arus 25-80 mA, sedangkan
ventrikel fibrilasi terjadi pada arus 75-100 mA.

c. Paralisis pusat nafas


jika arus listrik masuk melalui pusat di batang otak, disebabkan
juga oleh trauma pada pusat-pusat vital di otak yang terjadi
koagulasi dan akibat efek hipertermias. Bila aliran listrik diputus,
paralisis pusat pernafasan tetap ada, jantung pun masih berdenyut,
oleh karena itu dengan bantuan pernafasan buatan korban masih
dapat ditolong. Hal tersebut bisa terjadi jika kepala merupakan jalur
arus listrik.

F. Pemeriksaan Korban
a. Pemeriksaan korban di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Korban mungkin ditemukan sedang memegang benda yang
membuatnya kena listrik, kadang-kadang ada busa pada mulut.
Yang perlu dilakukan pertama kali adalah mematikan arus listrik
atau menjauhkan kawat listrik dengan kayu kering. Lalu kemudian
korban diperiksa apakah hidup atau sudah meninggal dunia.
Bilamana belum ada lebam mayat, maka mungkin korban dalam
keadaan mati suri dan perlu diberi pertolongan segera yaitu
pernafasan buatan dan pijat jantung dan kalau perlu segera dibawa
ke Rumah sakit. Pernafasan buatan ini jika dilakukan dengan baik
dan benar masih merupakan pengobatan utama untuk korban
akibat listrik. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai korban
menunjukkan tanda-tanda hidup atau tanda-tanda kematian pasti.

b. Pemeriksaan Jenazah
a. Pemeriksaan Luar
Sangat penting karena justru kelainan yang menyolok adalah
kelainan pada kulit. Dalam pemeriksaan luar yang harus dicari
adalah tanda-tanda listrik atau current mark/electric

15
mark/stroomerk van jellinek/joule burn. Tanda-tanda listrik
tersebut antara lain :
1. Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada
tempat dimana listrik masuk ke dalam tubuh. Electric mark
berbentuk bundar atau oval dengan bagian yang datar dan
rendah di tengah, dikeliilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian
tersebut biasanya pucat dan kulit diluar elektrik mark akan
menunjukkan hiperemis. Bentuk dan ukurannya tergantung dari
benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.

2. Joule burn (endogenous burn) dapat terjadi bilamana kontak


antara tubuh dengan benda yang mengandung arus listrik cukup
lama, dengan demikian bagian tengah yang dangkal dan pucat
pada electric mark dapat menjadi hitam hangus terbakar.

16
3. Exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh manusia terkena
benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang
memang sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan di
atas 330 volt. Tubuh korban hangus terbakar dengan kerusakan
yang sangat berat, yang tidak jarang disertai patahnya tulang-
tulang.

b. Pemeriksaan Dalam
Pada autopsi biasanya tidak ditemukan kelainan yang
khas. Pada otak didapatkan perdarahan kecil-kecil dan
terutama paling banyak adalah pada daerah ventrikel III dan
IV. Organ jantung akan terjadi fibrilasi bila dilalui aliran

17
listrik . Pada paru didapatkan edema dan kongesti. Pada korban
yang terkena listrik tegangan tinggi, Custer menemukan pada
puncak lobus salah satu paru terbakar, juga ditemukan
pneumothorak, hal ini mungkin sekali disebabkan oleh aliran
listrik yang melalui paru kanan. Organ viscera menunjukkan
kongesti yang merata. Petekie atau perdarahan mukosa gastro
intestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik.
Pada hati ditemukan lesi yang tidak khas., sedangkan pada
tulang, karena tulang mempunyai tahanan listrik yang besar,
maka jika ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga tulang
meleleh dan terbentuklah butiran-butiran kalsium fosfat yang
menyerupai mutiara atau pearl like bodies. Otot korban putus
akibat perubahan hialin. Perikard, pleura, dan konjungtiva
korban terdapat bintik-bintik pendarahan. Pada ekstremitas,
pembuluh darah korban mengalami nekrosis dan ruptur lalu
terjadi pendarahan kemudian terbentuklah gangren.

c. Pemeriksaan Tambahan
Yang dilakukan adalah pemeriksaan patologi anatomi
pada electric mark. Walaupun pemeriksaan itu tidak spesifik
untuk tanda kekerasan oleh listrik tetapi sangat menolong untuk
menegakkan bahwa korban telah mengalami trauma listrik.
Hasil pemeriksaan akan terlihat adanya bagian sel yang
memipih, pada pengecatan dengan metoxyl lineosin akan
bewarna lebih gelap dari normal. Sel-sel pada stratum korneum
menggelembung dan vakum. Sel dan intinya dari stratum basalis
menjadi lonjong dan tersusun secara palisade. Ada sel yang
mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak
dari stratum korneum. Folikel rambut dan kelenjar keringat
memanjang dan memutar ke arah bagian yang terkena listrik.

18
Gambaran histologis luka petir
b. Luka Akibat Petir
Petir/lightning, adalah muatan listrik statis dalam awan dengan voltase
sampai 10 mega volt dan kekuatan arus listrik sampai seratus ribu
ampere yang dalam waktu 1/1000-1 detik dilepaskan ke bumi.
Seseorang yang disambar petir pada tubuhnya terdapat kelainan yang
disebabkan oleh faktor arus listrik, faktor panas dan faktor ledakan:
a. Ada 3 efek listrik akibat sambaran petir :
- Current mark / electrik mark / electrik burn. Efek ini termasuk
salah satu tanda utama luka listrik (electrical burn).
- Aborescent markings. Tanda ini berupa gambaran seperti pohon
gundul tanpa daun akibat terjadinya vasodilatasi vena pada kulit
korban sebagai reaksi dari persentuhan antara kulit dengan petir.
Tanda ini akan hilang sendiri setelah beberapa jam.

19
Gambar aborescent marking
- Magnetisasi. Logam yang terkena sambaran petir akan berubah
menjadi magnet. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka
listrik (electrical burn).

b. Ada 2 efek panas akibat sambaran petir :


- Luka bakar sampai hangus. Rambut, pakaian, sepatu bahkan
seluruh tubuh korban dapat terbakar atau hangus.
- Metalisasi. Logam yang dikenakan korban akan meleleh seperti
perhiasan dan komponen arloji. Arloji korban akan berhenti
dimana tanda ini dapat kita gunakan untuk menentukan saat
kematian korban. Efek ini juga termasuk salah satu tanda luka
listrik (electrical burn).

20
Gambar metalisasi

c. Efek ledakan:
- Efek ledakan akibat sambaran petir (lightning / eliksem) terjadi
akibat perpindahan volume udara yang cepat & ekstrim. Setelah
kilat menyambar, udara setempat menjadi vakum lalu terisi oleh
udara kembali sehingga menimbulkan suara menggelegar/ledakan.
- Akibat pemindahan udara ini, pakaian korban koyak, korban
terlontar sehingga terdapat luka akibat persentuhan dengan benda
tumpul, misalnya abrasi, kontusi, patah tulang tengkorak,
epidural/subdural bleeding.

c. Aspek Medikolegal
Kematian oleh arus listrik biasanya tidak disengaja dari peralatan
listrik rusak atau kelalaian dalam penggunaan peralatan. Dalam industri,
kematian dapat dihasilkan dari kontak dengan kabel yang berarus, atau
dari alat-alat penerangan, alat-alat elektronik, ataupun saklar-saklar.
Kematian dapat terjadi selama terapi kejang untuk pasien dengan
gangguan jiwa namun kasus tersebut jarang, kecuali sebagai kasus bunuh
diri, dan bahkan pembunuhan telah terjadi. Organ dalam harus dianalisis
untuk mengetahui apakah korban telah rusak pada saat kecelakaan. Bunuh
diri jarang terjadi. Orang biasanya menggulung kawat ke pergelangan
tangan atau jari-jarinya, yang kemudian dihubungkan ke arus listrik,
dimana saklar terlihat dalam posisi on.
Kurang dari setengah korban sambaran petir meninggal. Mati akibat
petir adalah selalu akibat dari kecelakaan. Kadang-kadang, mayat korban
luka petir terlihat sebagai korban kekerasan. Korban tersebut dapat
ditemukan di lapangan terbuka dengan gambaran memar, luka robek, dan
fraktur. Pada kasus ini, diagnosis harus ditegakkan berdasarkan riwayat
badai petir di wilayah lokal tersebut, bukti adanya efek dari sambaran
petir, dan magnetisasi terhadab bahan logam.

21
BAB IV
ASPEK HUKUM

1.1 KUHP Pasal 338 ( pembunuhan)


“barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam
karena pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas
tahun”.

2.1 KUHP Pasal 340 (pembunuhan)


“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang dihukum karena bersalah melakukan
pembunuhan yang direncanakan dengan hukuman penjara seumur
hidup/penjara selama-lamanya 20 tahun”.

3.1 KUHAP Pasal 133 (otopsi)


Pasal 133 KUHAP :
• Ayat 1:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang
korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
• Ayat 2:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
dilakukan secara tertulis yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas
untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat.
• Ayat 3:
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
pada rumah sakit harus diperlakukan baik dengan penuh
penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yg memuat

22
identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki
atau bagian lain badan mayat.

4.1 KUHP Pasal 345 (bunuh diri)


“ Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri,
menolongnya dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya
untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
kalau orang itu jadi bunuh diri”.

5.1 KUHP Pasal 359 (kecelakaan)


“Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan
orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun”.

23
BAB V
KESIMPULAN

1. Luka akibat listrik adalah kerusakan yang terjadi jika arus listrik
mengalir ke dalam tubuh manusia dan membakar jaringan ataupun
menyebabkan terganggunya fungsi organ dalam.
2. Klasifikasi luka listrik secara garis besar dibagi dua yaitu luka listrik
akibat kontak dengan alat listrik dan luka listrik petir.
3. Hal-hal yang mempengaruhi trauma listrik, antara lain tipe sirkuit
(AC/DC), lama kontak, resistensi (R), tegangan (V), kuat arus (I)
jalannya arus dan luas area kontak.
4. Penanganan trauma listrik pertama-tama yang harus dilakukan adalah
memutuskan aliran listrik selekas mungkin.
5. Kematian akibat listrik dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan
berdasarkan tinggi-rendahnya tegangan listrik, yaitu tegangan listrik
pada kisaran rumah tangga, industri dan karena petir.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto, A., Widiatamaka, W., Sudiono, S. Ilmu Kedokteran Forensik.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1997
2. Idries, Abdul Mun’im. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bina
Rupa Aksara. 1997
3. Tsokos, Michael. Forensic Pathology Reviews. Volume 5. Humana Press.
4. Rao, Dinesh. Electrical Injury. Dikutip dari:
http://forensicpathologyonline.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=61&Itemid=87 [diakses tanggal 4
Februari 2011] Hoediyanto.H, 2008. Trauma Listrik. Universitas
Airlangga. Surabaya.
http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.
%20Listrik.pdf
5. Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi
8, EGC, Jakarta
6. Corwin, Elizabeth J, (2001), Buku saku Patofisiologi, Edisi bahasa
Indonesia, EGC, Jakarta
7. Doengoes, E. Marilyn (1989), Nursing Care Plans, Second Edition, FA
Davis, Philadelphia
8. Rahayu. D, 2010. Hubungan antara variasi besar paparan arus listrik
bolak-balik terhadap waktu kejadian kematian tikus wistar. Universitas
Dipenogoro. Semarang.
9. http://eprints.undip.ac.id/23313/1/DWI_RAHAYU.pdf
10. Rubangi. S, 1990. Trauma listrik dan Halilintar. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. http://eprints.ui.ac.id/13260/1/82850-
T6046-Trauma%20listrik-TOC.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai