2007-13-Metode Kerja PDF
2007-13-Metode Kerja PDF
2007
KATA PENGANTAR
Dalam rangka pelaksanaan proyek jalan, maka Modul Metode Kerja Pekerjaan
Konstruksi Bidang Jalan merupakan bagian yang sangat penting, agar seluruh
jajaran pelaksana mampu memahami dalam melaksanakan langkah-langkah
prosedur pelaksanaan konstruksi jalan sesuai dengan kaidah dan ketentuan
yang berlaku.
Penyamaan persepsi atas standar prosedur dalam pelaksanaan proyek
diperlukan agar proyek dapat terlaksana sesuai dengan batasan waktu, biaya
dan mutu. Oleh karena itu dalam Modul Metode Pekerjaan Konstruksi Bidang
Jalan, telah dijabarkan beberapa methode pelaksanaan jalan yang mengacu
beberapa referensi dan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi jalan dan
jembatan pada umumnya.
Modul ini menyajikan dasar-dasar methode pelaksanaan jalan baik untuk
proyek skala menengah maupun skala besar, sehingga sangat bermanfaat
untuk semua segmen yang memerlukan agar pelaksanaan jalan dapat
dilaksanakan lebih efektif dan efisien.
Telah dicoba membatasi materi modul ini agar sesuai dan optimal dengan
batasan waktu yang tersedia dalam pelatihan. Namun untuk memberikan
gambaran yang lebih lengkap dan jelas bagi peserta, akhirnya ditetapkan
cakupan materi modul sebagaimana terlampir.
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
LEMBAR TUJUAN ii
DAFTAR ISI iv
DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
(Site Inspector of Road) vi
DAFTAR MODUL vii
PANDUAN INSTRUKTUR viii
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Ceramah : Pembukaan
Mengikuti penjelasan TIU dan
Menjelaskan dan menguraikan
TIK dengan tekun dan aktif
tentang : OHT
Mengajukan pertanyaan
Tujuan instruksional umum(TIU)
apabila kurang jelas.
dan Tujuan instruksional khusus
(TIK)
Waktu :5 menit
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. UMUM
Metode pelaksanaan pekerjaan jalan mencakup cara dan urutan pelaksanaan pekerjaan
untuk kontruksi jalan yang meliputi:
Pekerjaan persiapan
Pembersihan lokasi
Pekerjaan tanah, galian, urugan, pemadatan, dll.
Pembentukan badan jalan
Pembentukan lapisan pondasi bawah dan atas
Pembentukan lapisan permukaan.
Pembentukan lapisan bahu jalan.
Pekerjaan Drainase.
Pembersihan kembali lokasi.
Penerapan metode kerja merupakan usaha dalam rangka tercapainya hasil akhir
pekerjaan yang memenuhi ketentuan spesifikasi teknis dengan penggunaan sarana dan
sumber daya termasuk alat, tenaga kerja dan bahan seefisien mungkin.
Sebagai acuan utama dalam penyusunan dan penerapan metode kerja pelaksanaan
pekerjaan jalan adalah:
1. Spesifikasi teknis
2. Gambar teknis
Spesifikasi teknis adalah suatu uraian atau ketentuan-ketentuan yang disusun secara
lengkap dan jelas mengenai suatu barang, metode atau hasil akhir pekerjaan yang dapat
dibeli, dibangun, atau dikembangkan oleh pihak lain sedemikian sehingga memuaskan
semua pihak yang terkait.
Spesifikasi teknis sebagai tatanan teknis yang dapat membantu semua pihak yang terkait
dengan pelaksanaan pekerjaan untuk medapatkan kesamaan pemahaman dan rujukan
teknis dalam pelaksanaan pekerjaan seperti:
1. Menghindari perbedaan pendapat atau pertentangan yang tidak perlu;
2. Menciptakan kerjasama dalam pelaksanaan proyek sehingga pelaksanaan pekerjaan
dilakukan secara tertib dan efisien;
3. Menghindari kerancuan teknis pelaksanaan pekerjaan.
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-1
Modul SIR 13 : Metode Kerja Bab I : Pendahuluan
Gambar rencana, ialah gambar yang ada dalam dokumen lelang yang disiapkan oleh
Pemilik. Setiap perubahan atau penambahan pada gambar yang bersangkutan untuk
kelengkapan, harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Teknik.
Gambar rencana antara lain meliputi:
(1) Jalan
(a) Peta situasi/lokasi
(b) Alinyemen
- Mendatar (‘horizontal alignment’)
- Tegak (‘vertical alignment’)
(c) Potongan melintang (‘cross section’)
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) I-2
Modul SIR 13 : Metode Kerja Bab I : Pendahuluan
Gambar tipikal adalah gambar baku / standar yang mewakili suatu konstruksi sejenis yang
dapat berupa gambar-gambar:
(1) Jalan
(a) Potongan melintang tipikal (‘typical cross section’)
- Badan Jalan
- Tikungan
- Persimpangan
- Ruang milik jalan (Rumija), Ruang manfaat jalan(Rumaja), Ruang
pengawasan jalan (Ruwasja)
(b) Diagram super elevasi (‘super elevation diagram’)
(2) Drainase
- Gambar Drainase (‘drainage’)
(3) Bangunan Pelengkap
Konstruksi Penahan Tanah (‘retaining wall’)
- Bronjong
- Tembok pasangan
- ‘Sheet pile’
(4) Kelengkapan Jalan
- Patok dan pagar pengaman (‘guide post and guard rail’)
- Rambu- rambu lalu-lintas
(5) Jembatan (‘Bridge’)
BAB II
METODE PENGHAMPARAN
dan percobaan tersebut akan diulangi, bila jenis dari permukaan yang akan
disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
Lapis Resap Pengikat : sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi
0,4
Agregat Kelas A
0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk Lapis Pondasi
Semen Tanah.
Lapis Perekat :
Sesuai dengan jenis permukaan yang akan menerima
pelaburan dan jenis bahan aspal yang akan dipakai. Lihat
Tabel 6.1.4.(1) untuk jenis takaran pemakaian lapis aspal.
Suhu penyemprotan harus sesuai dengan Table 2.2., kecuali diperintahkan lain
oleh Direksi Pekerjaan. Suhu penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan
minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini, temperaturnya
dapat diperoleh dengan cara interpolasi.
3. Pelaksanaan Penyemprotan
Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang
yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali
panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak
antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, dalam toleransi berikut ini :
Dalam keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu
tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan
Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang
bersih, yang sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini harus dihampar
sebelum lalu lintas diijinkan lewat.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang
akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan.
Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga
tidak boleh kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki atau sebesar yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara
(masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya
takaran penyemprotan.
Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan penyemprotan,
atau jumlah yang disemprot secara manual harus diukur dengan cara
memasukkan tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal segera sebelum dan
sesudah setiap lintasan penyemprotan atau setiap pemakaian secara manual.
Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk lokasi
yang telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai hasil kali panjang lintasan
penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada lokasi awal dan akhir
penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan. Lebar efektif penyemprotan
didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara
nosel yang bersebelahan.
Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya
dihitung segera setelah penyemprotan selesai.
Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan
atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume bahan
aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan jumlahnya harus
sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan
toleransi sebagai berikut:
( 1 % dari volume tangki )
Toleransi = + ( 4 % dari takaran yg diperintahkan + -------------------------------- )
takaran ( Luas yang disemprot )
pemakaian
Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada alat
semprot saat beroperasi.
Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal harus
dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.) dengan
takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitarnya
Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat harus dilakukan pada setiap
tumpukan persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum
satu contoh harus diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam
tumpukan persediaan bahan.
Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk
pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.11 seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar.
Frekwensi pengujian
Pengujian (satu pengambilan
contoh per)
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan 1.000 m3
3
- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m (min. 2 pengujian
per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan jam
- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian
per hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, 200 ton (min. 2 pengujian
rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan per hari)
- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal 3.000 ton
- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan
agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar :
- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk partikel 200 meter panjang
ukuran maksimum 1” dan 5” untuk partikel ukuran di
atas 1”, baik untuk pemeriksaan pema-datan maupun
tebal lapisan : paling sedikit 2 benda uji inti per lajur
dan 6 benda uji inti per 200 meter panjang.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang melintang Paling sedikit 3 titik yang
dari setiap jalur lalu lintas. diukur melintang pada
paling sedikit setiap 12,5
meter memanjang
sepanjang jalan tersebut..
BAB III
METODE PEMBENTUKAN TANAH DASAR, LAPIS
PONDASI DAN LAPIS PERMUKAAN
Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar
atau permukaan jalan kerikil lama atau lapis perkerasan lama yang rusak berat, untuk
penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis
Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah jalur lalu-lintas (termasuk
jalur tempat pemberhentian dan persimpangan).
Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader
untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan
baru.
Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan timbunan minor yang
diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir, dan
pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan perkerasan ditempatkan diatasnya.
Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujian sebelum penghamparan bahan lain di atas
tanah dasar atau permukaan jalan, berikut ini :
Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa
toleransi permukaan yang disyaratkan dalam butir Nomor 2.3.5. dipenuhi.
Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi tanah dasar atau
permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas bahan yang dipakai untuk
penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan pada tanah dasar
atau permukaan jalan. Seluruh pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi
sehingga menjamin ke-efektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan
tanah dasar atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.
Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh
penghamparan lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak.
Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada
setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut yang masih dapat
dipelihara dengan peralatan yang tersedia dan Kontraktor harus mengatur penyiapan tanah
dasar dan penempatan bahan perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup
dekat.
3.1.3. BAHAN
Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis Pondasi Agregat,
atau tanah asli di daerah galian yang memenuhi syarat.
Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm dari yang
disyaratkan atau disetujui.
Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup,
untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.
2. Metode pemindahan
Cocok untuk material yang tidak stabil dangkal ( 3 m ).
Mengganti lumpur dengan material yang baik.
Cara : dengan berat timbunan, beban tambahan, berat timbunan ditambah dengan
bahan peledak, pemancaran air.
3. Metode underfill
Cocok untuk lumpur yang cukup dalam.
Sebuah parit diledakkan dan material timbunan ditempatkan.
Bahan peledak yang dipasang didasar lumpur memaksa lapisan lumpur tersebut
keluar dari bawah timbunan yang akan turun menggantikan tempatnya.
4. Metode relatif
Merupakan perbaikan dari metode underfill.
Sesudah bahan timbunan ditempatkan, parit pertolongan dibuat di sepanjang sisi
timbunan untuk memudahkan pemindahan lumpur dibagian dasarnya.
9. Metode bor
Bor menembus tanah lumpur dengan diputar sampai mencapai kedalaman yang
diinginkan.
Pada saat bor dicabut, pasir yang mengisi rongga diberikan melalui bagian tengah
batang bor.
Lapis Pondasi Bawah (LPB), adalah bagian kontruksi perkerasan yang terletak antara
tanah dasar dan pondasi atas.
Lebar dan tebalnya sesuai dengan gambar rencana atau seperti ditetapkan oleh Direksi
Teknik.
3.3.1. FUNGSI
C
L
Batubelah 20/30
-
10 cm Balast
pasir
Tanah dasar
Gambar 3.1.: Penampang Melintang pondasi Batu Belah dengan Balast Pasir, Tipe
TELFORD
b. Pelaksanaan :
Batu belah 15/20 diatur di atas lapisan pasir 10 cm. Pengaturan batu-batu
belah secara ‘manual’ dan diusahakan ukuran batu belahnya agak merata.
Bagian batu pinggir ukuran 30/40 sebagai penahan
Batu pecah 5/7 dipasang di antara batu-batu belah sebagai pasak atau
pengunci
Dilakukan penggilasan dengan mesin gilas roda besi
Kerikil / batu pecah dengan ukuran yang lebih kecil ditebarkan untuk mengisi
rongga antara batu belah
Dilakukan penggilasan lagi sampai padat dan rapat
2. LPB AGREGAT
a. Bahan
Bahan yang digunakan untuk Pondasi Bawah, gradasi Agregat harus memenuhi
persyaratan Aggregat Kelas B sebagaimana tercantum dalam gambar Rencana
atau Petunjuk Direksi Teknik.
b. Pelaksanaan
Sebelum penghamparan agregat dimulai, terlebih dulu tanah dasar harus sudah
siap sebagaimana diisyaratkan dalam gambar rencana.
1) Pencampuran dan Penghamparan
Dengan Metoda Peralatan Tidak Berjalan (‘stationary’)
Agregat dan air dicampur dalam alat pencampur yang telah disetujui
Direksi Teknik. Selama pencampuran, jumlah air diatur sesuai dengan
yang diperlukan untuk pemadatan seperti yang telah dipersyaratkan.
Selesai pencampuran, bahan diangkat ke tempat pekerjaan dengan
menjaga kadar airnya dalam batas yang dipersyaratkan.
Penghamparan dengan alat yang disetujui oleh Direksi Teknik.
Dengan Metoda Menggunakan Peralatan Berjalan (‘mobile’).
Setelah bahan untuk tiap lapis dihampar dengan mesin penebar agregat
atau alat lain yang disetujui Direksi Teknik, pencampuran dilakukan
dengan “mesin pencampur berjalan” sampai campuran merata. Selama
pencampuran, jumlah air harus diatur agar diperoleh kadar air yang sesuai
dengan yang dipersyaratkan untuk pemadatan.
Dengan Metoda Pencampuran di Tempat (Mix in place)
Setelah bahan untuk tiap lapis dihampar sambil mengatur kadar airnya,
bahan dicampur dengan ‘motor grader’ atau alat lain yang disetujui Direksi
Teknik.
4. PEMERIKSAAN ELEVASI
Cara Pengontrolan Elevasi pada Pekerjaan LPB Pondasi Bawah (‘Sub Base’)
C
L
Titik Y
Tanah Dasar (subgrade)
Titik Y’ Pondasi Bawah
Titik-titik pengontrolan : 1, 3, 5, 3’ ,1’, (5-titik), pada setiap jarak 20-25m dengan toleransi
± 2 cm.
Penentuan titik-titik pengontrolan serta jaraknya seperti disebut di atas, tergantung pada
keadaan medan. Pada tikungan, umumnya diperlukan pengecekan pada jarak yang
pendek.
Juga pada proyek Pemeliharaan, diperlukan titik-titik pengontrolan yang lebih banyak dari
proyek Pembangunan jalan .
Hal ini disebabkan pada proyek Pemeliharaan, biasanya terpaksa pelaksanaan pekerjaan
ada pada setengah lebar jalan, sehingga mungkin pada ‘sub base’ diperlukan titik kontrol
y dan y’.
Lapis Pondasi Atas (LPA), adalah bagian kontruksi perkerasan yang terletak antara LPB
dan lapis permukaan. Lebar dan tebalnya harus sesuai dengan gambar rencana atau
seperti ditetapkan oleh Direksi Teknik. Tebal total harus cukup untuk mengurangi
tegangan-tegangan pada LPB atau Tanah Dasar sampai batas yang diizinkan, dengan
perubahan bentuk yang terjadi seminimum mungkin karena geseran dan pemadatan.
a. Fungsi
Fungsi dari Lapis Pondasi Atas
Sebagai lapis pendukung bagi lapis permukaan dan juga ikut menahan gaya geser
dari beban roda
Sebagai lapis peresapan untuk lapis pondasi bawah
b. Macam dan Uraian
Ada tiga macam LPA yang biasa digunakan, yaitu :
Lapis Penetrasi Makadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari batu
(agregat) pokok dan batu (agregat) pengunci bergradasi terbuka dari seragam yang diikat
oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Uraian
selanjutnya, yaitu tentang bahan, cara pelaksanaan dan sebagainya, dapat dilihat di buku
yang dikeluarkan oleh Bina Marga, yaitu buku no. 001/PT/B/1983, Petunjuk Pelaksanaan
Lapis Makadam (Lapen)
1. Bahan
Bahan yang dipakai untuk Pondasi Atas Agregat, harus memenuhi persyaratan
Agregat Kelas A atau Kelas B sebagaimana tercantum dalam gambar rencana atau
Petunjuk Direksi Teknik.
2. Pelaksanaan
Sebelum penghamparan agregat dimulai, permukaan LPB harus sudah siap
sebagaimana disyaratkan dalam gambar rencana.
Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (Laston Atas), merupakan pondasi perkerasan yang
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.
Uraian selanjutnya, yaitu tentang bahan, cara pelaksanaan, dan sebagainya, dapat dilihat
di buku yang dikeluarkan oleh Bina Marga, yaitu buku no. 03/PT/B/1983, Petunjuk
Pelaksanaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas (Laston Atas).
1. Pemeriksaan Elevasi
y y
Pondasi Bawah
Tanah Dasar (subgrade)
C
L
a. Bagian bahu jalan yang lapisannya sejajar dengan lapisan Pondasi Bawah,
menggunakan bahan-bahan yang sama dengan bahan-bahan lapisan Pondasi
Bawah tersebut (lihat gambar, lapisan no. 1).
b. Bagian bahu jalan yang lapisannya sejajar dengan lapisan Pondasi Atas, sebagian
bahu jalan tersebut menggunakan bahan-bahan lapisan Pondasi Atas (lihat gambar,
lapisan no. 2).
c. Bagian bahu jalan yang masih ada ( lihat gambar, lapisan no. 3, menggunakan
bahan yang lebih murah dari bahan-bahan lapisan pondasi).
7. Standar Geometrik
Yang dimaksud dengan standar geometrik, adalah ketentuan akan bahu jalan dan
ketentuan lereng melintang dari badan jalan, Kemiringan ini penting untuk
mengalirkan air dari permukaan jalan, agar tidak meresap ke konstruksi yang dapat
menurunkan kemampuan daya dukung jalan.
LAPIS PENUTUP
TANAH DASAR
LEBAR PERKERASAN
BAHU JALAN
Arah air
Air diselokan/parit mengalir ke bawah menuju tempat terendah. Air dari selokan-selokan
dari berbagai arah dikumpulkan di tempat terendah dan dialirkan memotong jalan melalui
gorong-gorong.
1. Drainase Permukaan
a. Fungsi
Drainase ini berfungsi untuk menampung, mengalirkan dan membuang air hujan,
agar:
Tidak merusak perkerasan jalan
Tidak menggangu kelancaran arus lalu-lintas (karena tergenangnya air pada
permukaan jalan Air hujan akan:
o Bergerak sebagai aliran permukaan
o Menguap
o Menembus ke dalam tanah/ke dalam perkerasan jalan
Kemiringan
a/b x 100 %
Alat waterpas
Gambar 3.8.
Alat pengukur Kemiringan
di lapangan
a
Bentuk penampang melintang jalan dapat berupa ‘crossfall’ atau ‘camber’ seperti
gambar di bawah ini
C 3%
4%
Camber
Crossfall’ digunakan pada tanah lereng atau tikungan yang jalannya mempunyai
saluran tepi satu sisi, sedangkan ‘camber’ digunakan pada tanah datar yang
jalannya memakai dua saluran tepi.
a. Fungsi
Drainase ini dibuat untuk melindungi ‘subgrade’ maupun lapis perkerasan dari
pengaruh air tanah yang merugikan.
Min. 1.20 m
Muka
Air tanah
Gambar 3.10. Penurunan Muka Air Tanah (M.A.T.)
Filter Material
o Harus mempunyai kemampuan tembus-air (‘permeability’) yang cukup
tinggi, agar dapat membuang air.
o Bahan: pasir, kerikil atau batu pecah dengan gradasi tertentu dan bersih
serta keras.
BAB IV
PEMADATAN TANAH DASAR, LAPIS PONDASI DAN
LAPIS PERMUKAAN
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.
Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada
dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum.
Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum
yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari
bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta
mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis
penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang
disyaratkan.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji
kepadatannya sebelum lapisan berikutnya dihampar.
Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan
sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur,
maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu
mempunyai elevasi yang hampir sama.
Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap,
pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang
bersebelahan dengan struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat
menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
Timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi
dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas,
harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan
dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas permukaan air dimana
timbunan terendam, dengan peralatan yang disetujui.
Setelah selesai penghamparan dan perataan, tiap lapis harus segera dipadatkan pada
seluruh lebar hamparan dengan menggunakan mesin gilas roda besi atau mesin gilas
roda karet, dapat juga menggunakan mesin gilas lain yang disetujui Direksi Teknik.
Pada bagian yang lurus, pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi hamparan,
kemudian bergeser ke bagian tengah sejajar dengan sumbu jalan dan diusahakan
berlangsung secara berkelanjutan tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai
terpadatkan.
Pada tikungan (bagian yang miring), pemadatan dimulai dari bagian rendah dan bergeser
ke arah bagian yang tinggi.
Pada tepi-tepi ‘kurb’ dinding-dinding dan tempat-tempat lain yang tidak dapat dicapai
dengan mesin gilas, pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat lain yang tepat.
Kepadatan setiap laipisan, minimum harus mencapai 95% kepadatan berdasarkan
percobaan kepadatan di laboratorium.
Pemeriksaan kepadatan di lapangan dilakukan dengan ‘sand cone’, seperti halnya
dilakukan pada lapisan tanah dasar (subgrade).
Catatan : Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar. Bagaimanapun juga aplikasi
penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan Spesifikasi
Penggilasan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan dengan tandem roller.
Penggilasan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat
penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima minimum 2 lintasan penggilasan
awal.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet atau
Pneumatic Tire Roller (PTR) sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan
akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat Tandem Roller tanpa penggetar
(vibrasi).
Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan
campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk
menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.
Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju ke
arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat
yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus
saling overlap minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh
berakhir pada titik yang kurang dari 1 m dari lintasan sebelumnya.
Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan awal harus
terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya sehingga tidak lebih dari
15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Penggilasan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi
alat pemadat sedikit demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan
yang dipadatkan dengan rapi.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10 km/jam
untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak mengakibatkan
bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak
boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang menyebabkan terdorongnya
campuran aspal.
Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam kondisi mudah dikerjakan
sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidak-rataan dapat dihilangkan.
Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pelekatan
campuran aspal pada roda, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet
boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya campuran aspal pada roda.
Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru
selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang dan
kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal padat
yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru serta
dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu
dari campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm 2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan
setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang
keropos harus diperbaiki.
Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus memangkas
tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan harus dipotong tegak
lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh Kontraktor di luar daerah milik jalan.
Ketentuan Kepadatan
Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar
Kerja (Job Standard Density) untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran
aspal lainnya.
Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-
1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran
maksimum 50 mm.
Kontraktor dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan campuran
aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari
nilai-nilai yang diberikan Tabel 4.1. Bilamana rasio kepadatan maksimum dan
minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili
setiap lokasi yang diukur untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 : 1 maka benda uji
inti tersebut harus dibuang dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Kepadatan yg. Jumlah benda uji Kepadatan Mini-mum Nilai minimum setiap
disyaratkan (% per pengujian Rata-rata (% JSD) pengujian tunggal (% JSD)
JSD)
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
97 3-4 97,1 94
5 97,3 93,9
6 97,5 93,8
RANGKUMAN
Penerapan metode kerja merupakan usaha dalam rangka tercapainya hasil akhir
pekerjaan yang memenuhi ketentuan spesifikasi teknis dengan penggunaan sarana dan
sumber daya termasuk alat, tenaga kerja dan bahan seefisien mungkin.
Sebagai acuan utama dalam penyusunan dan penerapan metode kerja pelaksanaan
pekerjaan jalan adalah:
1. Spesifikasi teknis
2. Gambar teknis
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan
dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.
Setelah selesai penghamparan dan perataan, tiap lapis harus segera dipadatkan pada
seluruh lebar hamparan dengan menggunakan mesin gilas roda besi atau mesin gilas
roda karet, dapat juga menggunakan mesin gilas lain yang disetujui Direksi Teknik.
Pada bagian yang lurus, pemadatan dilakukan mulai dari bagian tepi hamparan,
kemudian bergeser ke bagian tengah sejajar dengan sumbu jalan dan diusahakan
berlangsung secara berkelanjutan tanpa berhenti sampai seluruh permukaan selesai
terpadatkan.
Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidak-sempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada Spesifikasi.
Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari 3 operasi yang terpisah berikut ini :
penggilasan awal atau breakdown, penggilasan kedua atau utama, penggilasan akhir /
penyelesaian
DAFTAR PUSTAKA
4. Oglesby, Clakson H., Highway Engineering, John Wiley and Sons, New
York, 1982
6. Milard, R.S., Road Building in the Tropic, State of the Art Review No. 9,
HMSO, London, 1993