Anda di halaman 1dari 27

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nelayan

2.1.1. Definisi Nelayan

Menurut UU No.45/2009 tentang perikanan, nelayan adalah orang yang

mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.20 Menurut UU No. 9/1985

adalah perorangan atau badan hukum yang melakukan usaha perikanan yang

mencakup, menangkap, membudidayakan, mendinginkan atau mengawetkan ikan

dengan tujuan komersial.21

2.1.2. Klasifikasi Nelayan

Nelayan kecil menurut UU No.45/2009 adalah orang yang mata

pencariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar lima

grossion.

Perikanan tangkap skala kecil menurut Smith, 1983 adalah diantaranya

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 22

1. Kegiatan dilakukan dengan unit penangkapan skala kecil, kadang-kadang

menggunakan perahu bermesin atau tidak sama sekali.

2. Aktivitas penangkapan merupakan paruh waktu, dan pendapatan keluarga

adakalanya ditambah dari pendapatan lain dari kegiatan di luar penangkapan.

3. Kapal dan alat tangkap biasanya dioperasikan sendiri.


8

4. Alat tangkap dibuat sendiri dan dioperasikan tanpa bantuan mesin.

5. Investasi rendah dengan modal pinjaman dari penampung hasil tangkapan.

6. Hasil tangkapan per unit usaha dan produktivitas pada level sedang sampai

sangat rendah.

7. Hasil tangkapan tidak dijual kepada pasar besar yang terorganisir dengan baik

tapi diedarkan di tempat-tempat pendaratan atau dijual di laut.

8. Sebagian atau keseluruhan hasil tangkapan dikonsumsi sendiri Bersama

keluarganya

9. Komunitas nelayan kecil seringkali terisolasi baik secara geografis maupun

social dengan standar hidup keluarga nelayan yang rendah sampai batas

minimal.

Pada tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan masyarakat nelayan

terbagi dalam nelayan modern dan tradisional. Nelayan-nelayan modern

menggunakan teknologi yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan

tradisional. Jumlah nelayan-nelayan modern jauh lebih kecil dibanding dengan

nelayan tradisional. Klasifikasi nelayan didasarkan pada alat memancing,

kepemilikan modal dari alat-alat memancing, sosial-ekonomi, dan lain-lain. Pada

kondisi sosial ekonomi dibagi menjadi skala usaha (skala besar dan kecil) dan

tingkat teknologi (tradisional dan memancing modern). Klasifikasi nelayan

berdasarkan alat tangkap beberapa kategori seperti ukuran perahu, jenis kapal dan

nelayan itu sendiri. Berdasarkan ukuran perahu nelayan, yaitu kecil, menegah, atau

besar, untuk kapal kecil hanya dapat digunakan mencari ikan disekitar teluk biasa

disebut perahu. Berdasarkan berbagai jenis kapal seperti Rod stretching, perahu
9

purse-seine, perahu trolling dan kapal paying. Pada tahun 2016 jumlah nelayan

yang ada di kota Ambon sebanyak 4234 orang. Dinas Kelautan dan Perikanan kota

Ambon, mengklasifikasi nelayan berdasarkan jenis alat tangkap yaitu pole & line,

purse seine, PS mini, pancing tonda, GN hanyut, GN dasar, redi, H line, payang,

jala, bub, panah, tanggu, bagan dan lain-lain.Cara mengambil sumber daya laut

ialah dengan memancing, jaring, purse-seine (Slerek), trolling boat, gill-net

(Nylon), payang (purse-seine tradisional), basic transmitters, long-line flower

(untuk menangkap hiu), drag nets, bagang dan masik ke dalam air

(menyelam).17,22,23

Nelayan penyelam tradisional banyak terdapat di wilayah Indonesia

terutama di daerah pesisir dan kepulauan. Pada umumnya penyelaman yang

dilakukan nelayan tradisional adalah dengan menahan napas, atau dengan

mengunakan tabung selam atau mendapat suplai udara dari kompresor di

permukaan laut melalui selang udara.23

2.1.3 Breath-Hold diving

Breath-Hold diving (penyelaman dengan menahan-napas, atau apnea

diving) merupakan cara tradisional yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan

atau hasil laut lainnya.1 Cara menyelam sambil tahan-napas sudah digunakan sejak

4500 sebelum masehi (SM), untuk mendapatkan keuntungan ekonomis dari

pengumpulan hasil laut, dan harta karun dari kapal tenggelam.2 Berdasarkan

penelitian Nukada M, 1965, disebutkan bahwa penyelaman tahan-napas oleh

nelayan di negara Korea Selatan dan Jepang sudah dimulai sejak 2000 tahun yang
10

silam dan masih dilakukan sampai sekarang ini. Mereka menyelam untuk mencari

hasil laut seperti mutiara dan juga kebutuhan pangan masyarakat.3

Sekarang Breath-Hold diving tidak hanya digunakkan oleh penyelam Ama

untuk mencari ikan atau hasil laut tetapi dapat digunakan untuk penyelam rekreasi

dan juga kejuaraan dunia menyelam tahan-napas.28 Setiap hari, nelayan menyelam

antara 150 sampai 250 kali dengan kedalaman 5 sampai 20 meter (meters of

seawater: atau 66 ft) dan durasi rata-rata 1 sampai 2 menit setiap melakukan

penyelaman. Ditemukan pula bahwa setiap penyelaman diselingi interval waktu di

permukaan sekitar 2 sampai 3 menit.4 Suku Bajau di Indonesia telah menyelam

tahan-napas ribuan tahun seperti yang dilakukan Ama di Jepang. Berdasarkan

penelitian Llardo (2018) suku Bajau dapat menyelam tahan-napas selama 13 menit,

dan dapat menyelam di hingga kedalaman 70 meter.5

2.1.4 Paparan terhadap Nelayan Penyelam

Saat nelayan menyelam ke bawah permukaan laut, terjadi tiga kategori

utama paparan saat berada di bawah laut yaitu fisik, fisiologi dan psikologi. Paparan

fisik seperti perubahan tekanan hidrostatik, buoyancy, viskositas (arus, gelombang

laut, turbulen), dan perubahan suhu. Paparan fisiologi seperti perubahan kadar O2,

N2, dan CO2 dalam tubuh penyelam. Ketika bertambahnya tekanan hidrostatik

setiap menyelam ke kedalaman 10 meter sehingga tekanan akan bertambah 1

atmosfir (atm) dan juga ditambah tekanan 1 atm dari permukaan laut sehingga

penyelam terpapar 2 atm.15 Saat nelayan tahan-napas menyelam, dapat terjadi

perubahan fungsi organ sementara perubahan tekanan hidrostatik dan penurunan


11

kadar O2 di alveoli..Bertambahnya tekanan hidrostatik akibat menyelam dapat

menimbulkan refleks sistem kardiovaskular yang meliputi bradikardia, peningkatan

tekanan darah arteri, vasokonstriksi perifer, sentralisasi volume darah dari perifer

tubuh, mekanisme dari paru (peningkatan tekanan inspirasi maksimal, toleransi

terhadap CO2), adaptasi termal (menggigil akibat penurunan suhu air), perubahan

sensorik (aktivasi kemoreseptor), dan status mental (kesadaran menurun).

Perubahan-perubahan tersebut disebabkan oleh aktivasi saraf parasimpatis untuk

mengurangi konsumsi oksigen di jaringan perifer sehingga suplai oksigen cukup

untuk organ-organ vital seperti hati dan otak, sementara perfusi miokard berkurang

sekitar 30%. Perubahan fisiologi yang terjadi bergantung pada kedalaman dan lama

penyelaman.6, 7

Gambar 2.1 Paparan terhadap lingkungan dibawah air laut.40


12

Perubahan fisiologi tubuh tergantung pada tekanan hidrostatik. Saat

menyelam terus menerus dinding dada dan paru-paru mengalami kompresi akibat

meningkatnya tekanan hidrostatik air. Terdapat tiga tantangan utama atau masalah

saat menyelam dengan menahan-napas yaitu durasi penyelam dan hubungannya

dengan hipoksia, kedalaman air yang menyebabkan mechanical strain pada rongga

tubuh yang berisi udara akibat kompresi. Terakhir, paparan tekanan gas yang tinggi

yang berpotensi farmakologi atau efek racun.3,7 Hukum Dalton pada tekanan parsial

bunyinya “Dalam campuran gas, setiap gas mempunyai tekanan yang sebanding

dengan persentasi dari gas tersebut terhadap campuran gas”. Bila tekanan udara

campuran (tekanan parsial) dari oksigen, merupakan faktor penting bila menyelam

karena tubuh manusia langsung dipengaruhi oleh tekanan parsial dari gas lain yang

tekanan cukup besar. Oksigen merupakan gas tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak terkecap tetapi berfungsi dalam tubuh sebagai penghasil panas dan energi

kimia yang dibutuhkan kehidupan sel-sel.29

Respon tubuh akibat penyelaman ditimbulkan oleh apnea terdiri dari

vasokonstriksi perifer akibat aktifitas simpatis, dan dihubungkan dengan hipertensi

dini. Selain itu terjadi bradikardia akibat rangsang vagus dengan pengurangan curah

jantung (cardiac output). Perubahan sistem kardiovaskular selanjutnya akan

diperkuat dengan adanya pendinginan daerah wajah dan/atau hipoksia. Pada subyek

yang peka atau responsive, apnea dapat meningkatkan tahapan perifer sampai 4 – 5

kali bersama bradikardia yang intens dan pengurangan curah jantung. Bradikardia

mungkin bagian dari respons reflex terhadap apnea, tetapi ada observasi bahwa

meningkatnya tekanan darah mendahului perlambatan frekuensi jantung. Hal ini


13

menunjukkan bahwa pengaktifan barorefleks memainkan peran penting pada

timbulnya bradikardia sebagaimana rangsangan kemoreseptor oleh hipoksia pada

tahap akhir dari tahan-napas.

Gambar 2.2 Efek kedalaman terhadap tekanan partial nitrogen dan oksigen.39

Respons pada penyelaman menyebabkan cadangan oksigen di paru dan darah

didistribusikan terutama otak. Ada penelitian yang memperlihatkan kadar

haemoglobin yang lebih tinggi pada penyelam tahan-napas dibandingkan yang

bukan penyelam. Hal ini diduga peningkatan haemoglobin jangka Panjang pada

penyelam tahan-napas sebagai konsekuensi meningkatkan konsentrasi eritropoietin

sebesar 24%.3
14

Gambar 2.3 Paparan yang terjadi ketika menyelam tahan-napas dan perendaman2

Saat melakukan penyelaman dengan menahan-napas, terjadi hambatan

aktivitas otot respirasi secara volunter dengan penutupan glottis dan tekanan

intrathorakal stabil atau diatas tekanan lingkungan sekitar. Saat inspirasi involunter

dengan penutupan glottis menyebabkan subatmosfer dan tekanan parsial

intrathorakal meningkat saat menahan napas. Saat aktivitas ventilasi involunter

terjadi ambang batas absolut dan aktivitas involunter seperti kontraksi diafragma.

Produksi karbon dioksida dalam alveoli meningkat memberi sinyal akan tuntutan

atau keinginan untuk bernapas.2,8,14 Keinginan untuk bernapas terjadi karena

tekanan CO2 darah vena meningkat mencapai breaking point.37 Berdasarkan


15

penelitian Schaefer, 1965 tentang respon hipoksia terdapat rasio ventilasi-perfusi

0,78 lebih besar pada penyelam dibandingkan bukan penyelam. Selain itu

ditemukan pula penurunan kepekaan terhadap hiperkapnia pada penyelaman

berulang-ulang.10 Pada penyelaman dengan menahan-napas, akan diikuti dengan

peningkatan CO2 di dalam alveoli.2

2.1.5. Hiperventilasi

Seringkali penyelam melakukan hiperventilasi sebelum menyelam untuk

memperpanjang waktu penyalam. Hiperventilasi mengurangi kadar CO2 darah

secara bermakna dan efeknya terhadap peningkatan O2 tubuh sangat kecil.

Rendahnya kadar CO2 dalam darah memungkinkan waktu yang dibutuhkan untuk

menimbun karbon dioksida sehingga menurunkan pH dan memicu pernapasan

menjadi lebih lama. Dengan kata lain, waktu untuk mencapai ‘breaking point’ lebih

lama dan tahan napas dapat mencapai lebih dari 5 menit. Breaking point ialah saat

seseorang secara subyektif tidak dapat lagi menahan napas.2,15 Pada penyelam yang

menahan napas maka O2 dari darah digunakan untuk tujuan metabolisme termasuk

mempertahankan kesadaran. Sewaktu menyelam, CO2 terus diproduksi. Dengan

kadar CO2 yang lebih rendah sebelum menyelam karena hiperventilasi maka sinyal

untuk bernapas tertunda. Sementara itu kadar O2 darah berkurang karena digunakan

untuk metabolisme. Pada titik tertentu sewaktu menahan napas dibawah air O2

begitu rendah sehingga penyelam hilang kesadarannya. Kadar O2 bervariasi

tergantung pada aktifitas fisik.2,15


16

Pada penyelam tahan-napas, ketika terjadi peningkatan CO2 didalam darah,

penyelam dapat mengabaikan sinyal keinginan untuk bernapas.2 Ketika penyelam

melakukan penyelaman tahan-napas secara rutin akan terjadi peningkatan ambang

batas kadar CO2 dalam darah yang meningkat di atas normal. Penyelam dapat

mengabaikan stimulasi kemoreseptor yang menginformasikan tubuh menuntut dan

berkeinginan untuk bernapas pada pusat pernapasan. Cara memperpanjang waktu

tahan-napas dapat dilakukan dengan meremas bola karet, kondisi psikologi yang

tenang (tidak panik), dapat melakukan hiperventilasi volunter. Perlahandf-lahan

latihan yang rutin, dan pengurangan CO2 dengan hiperventilasi volunter terjadi

peningkatan kapasitas paru-paru (TLC) dan waktu penyelaman lebih lama.2,7,8,25

Gambar 2.4 Hiperventilasi41


17

Penyelaman tahan-napas yang berulang-ulang dan durasi dipermukaan yang

sebentar dapat menyebabkan akumulasi nitrogen (N2) dalam darah dan jaringan,

yang menyebabkan penyakit dekompresi (Decompression illness – DCI). Penelitian

Koshi, 2005 yang melakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

pada para penyelam Ama dideteksi adanya infark serebral yang terlokalisir di

daerah watershed dari otak. Sebuah survei yang dilakukan di Pulau Mishima

mengungkapkan bahwa banyak penyelam Ama mengalami kejadian seperti stroke.

Gambaran klinis DCI pada penyelam tahan-napas memperlihatkan bahwa

kerusakannya terbatas pada otak pada penyelaman tahan-napas tidak jelas, namun

gelembung N2 yang melewati paru-paru atau jantung sehingga masuk ke dalam

peredaran darah arteri kemungkinan besar merupakan faktor etiologis.25 Penyakit

dekompresi serebral merupakan satu dari beberapa bentuk serius cedera yang

berhubungan dengan penyelaman yang dapat meninggalkan kerusakan otak

residual. Kelainan tersebut bisa terjadi baik pada penyelam yang menggunakan

suplai udara pampat atau penyelaman tahan-napas. Penelitian Koshi, 2014 dengan

pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI). memperlihatkan adanya cedera

otak yang simtomatik dan asimtomatik pada penyelam tahan-napas jangka panjang.

Hasil dari penelitian ini pada 12 penyelam Ama (usia rata-rata: 54,96 tahun),

menemukan empat riwayat kejadian DCI otak, dan lesi iskemik otak pada 11

penyelam. Lesi ditemukan di daerah kortikal atau subkortikal (9 kasus), substansia

putih (4 kasus), ganglia basalis (4 kasus), dan talamus (1 kasus).26


18

2.1.6. Nelayan penyelam tahan-napas (Ama)

Di Korea Selatan dan Jepang, para perempuan penyelam tahan-napas diberi

gelar khusus yaitu Ama atau Hae-Nyo, yang berarti "sea person". Pada tahun 1990,

sebanyak 13.000 nelayan penyelam tahan-napas masih aktif di Jepang.4 Di Korea,

kebanyakan nelayan penyelam adalah perempuan, tapi di Jepang sekitar 65%

adalah laki-laki.2 Penyelam Ama baik perempuan atau laki-laki masuk ke dalam air

menggunakan teknik rapid diving, yaitu teknik tanpa menggunakan peralatan selam

atau suplai udara pampat. Ama menyelam untuk mencari rumput laut, kerang,

landak laut, lobster, teripang, tiram, gurita dan abalon. Para Ama dengan

pengalaman bertahun-tahun menjadi professional yaitu memiliki kecakapan

menyelam yang bergantung pada kapasitas paru-parunya, kecepatan menyelam,

ketahanan terhadap suhu air yang dingin, dan tekad mereka untuk sukses.27

Semua penyelam di Pulau Hegura, Jepang (Cachido dan Funado) adalah

perempuan yang biasanya memakai wet suit (baju selam). Cachido menyelam

dengan bebas dan tanpa bantuan dari kapal atau pelampung, sedangkan penyelam

Funado dibantu dengan bobot untuk selam turun (descent) dan sewaktu selam naik

(ascent) ditarik kawannya ke dalam kapal. Penyelam Funado dan Cachido

umumnya bekerja dengan menyelam di laut 4 – 4.5 jam/hari. Durasi penyelaman

secara keseluruhan adalah 100 – 120 menit dan umumnya melakukan 90-120 kali

penyelaman/hari. Kedalaman penyelaman 13-22 meter, dan setiap penyelaman

berlangsung sekitar 60 detik, jauh lebih lama dan lebih dalam dibandingkan yang

diamati pada penyelam Ama di daerah Chiba dan Miura sebelumnya.28


19

Penyelam yang memanen hasil laut dapat menghabiskan waktu di bawah air

selama 5 jam dan masuk ke kedalaman sampai 100 meter, dan kemudian naik lagi

untuk mengambil napas. Kemampuan untuk menyelam dengan menahan napas

dimungkinkan oleh sejumlah faktor fisiologis. Sebagian besar telah diteliti, seperti

misalnya respons penyelaman. Pada respons tersebut darah terutama dialirkan ke

otak dan jantung serta otot yang bekerja sementara organ yang kurang vital

mengandalkan metabolisme anaerob. Respons tubuh pada penyelaman secara

efektif ditemukan pada penyelam yang terlatih dan bahkan dapat terjadi

pengurangan denyut jantung sebesar 50%. Hal tersebut mirip dengan mamalia

semi-aquatik yang dapat menghemat oksigen dan memperpanjang durasi apnea atau

tahan-napas. Baru-baru ini ditemukan respon limpa saat menyelam pada manusia

seperti yang ditemukan pada anjing laut. Limpa mengeluarkan cadangan sel darah

merah yang tersimpan ke dalam sirkulasi, yang meningkatkan hematokrit, dan

kapasitas transport oksigen, yang juga meningkatkan durasi tahan-napas.29 Pada

penyelam tahan-napas Ama Korea Selatan ataupun Jepang memiliki kapasitas vital

15% lebih besar dibandingkan dengan perempuan Korea Selatan ataupun Jepang

yang bukan penyelam tahan-napas.9

2.2. Fisiologi Pernapasan

2.2.1. Inspirasi

Sebelum inspirasi dimulai, otot-otot pernapasan berada dalam keadaan

relaksasi, tidak ada udara yang mengalir, dan tekanan intra-alveolus setara dengan

tekanan atmosfer. Otot inspirasi utama yang berkontraksi untuk melakukan


20

inspirasi sewaktu bernapas tenang-adalah diafragma dan otot interkostal eksternal.

Pada saat inspirasi, otot-otot pernapasan dirangsang oleh pusat pernapasan untuk

berkontraksi sehingga rongga thoraks mengembang. Diafragma dalam keadaan

relaksasi berbentuk kubah yang menonjol ke atas ke dalam rongga thoraks. Ketika

berkontraksi (stimulasi oleh saraf frenikus), diafragma turun dan volume rongga

thoraks mengembang dengan meningkatkan ukuran vertical (atas ke bawah).

Gambar 2.5 Fisiologi Inspirasi38

Sewaktu rongga thoraks membesar, paru juga dipaksa mengembang akibat

penurunan tekanan gas, untuk mengisi rongga thoraks yang lebih besar. Sewaktu

paru mengembang tekanan inspirasi 160 mmHg dan tekanan intra-alveolus turun

menjadi 105 mmHg karena jumlah molekul udara yang sama kini menempati

volume paru yang lebih besar. Pada inspirasi biasa, tekanan intra-alveolus turun 1

mmHg menjadi 759 mmHg. Karena tekanan intra-alveolus sekarang lebih rendah
21

daripada tekanan atmosfer maka udara mengalir ke dalam paru mengikuti

penurunan gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah. Udara terus masuk ke

paru sampai tidak ada lagi gradien yaitu, sampai tekanan intra-alveolus setara

dengan tekanan atmosfer. Peningkatan gradien tekanan transmural yang terjadi

sewaktu inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi rongga thoraks

yang mengembang.30

Gambar 2.6. Perubahan tekanan pada alveoli, intrapleural, dan transpulmonary38

Inspirasi dalam dapat dilakukan dengan mengontraksikan diafragma dan

otot interkostal eksternal secara lebih kuat dan dengan mengaktifkan otot inspirasi

tambahan (M.aksesorius) untuk semakin memperbesar rongga thoraks. Kontraksi

otor-otot tambahan, mengangkat sternum dan dua iga pertama, memperbesar bagian

atas rongga thoraks. Semakin membesarnya volume rongga thoraks dibandingkan

dengan keadaan istirahat maka paru juga semakin mengembang, menyebabkan


22

tekanan intra-alveolus semakin turun sehingga terjadi peningkatan aliran masuk

udara sebelum tercapai keseimbangan dengan tekanan atmosfer; yaitu, tercapai

pernapasan yang lebih dalam.30

2.2.2. Ekspirasi

Pada akhir inspirasi, otot inspirasi relaksasi. Ketika otot interkostal eksternal

relaksasi, rongga toraks yang sebelumnya terangkat akan turun karena gravitasi.

Maka dinding dada yang semula teregang mengalami recoil ke ukuran

prainspirasinya karena sifat-sifat elastiknya. Sewaktu paru kembali ukuran semula,

tekanan intra-alveolus meningkat, karena jumlah molekul udara yang lebih banyak

yang semula terkandung di dalam volume paru yang besar pada akhir inspirasi kini

termampatkan ke dalam volume yang mengempis.

Gambar 2.7 Fisiologi Ekspirasi38


23

Pada ekspirasi biasa, tekanan intra-alveolus meningkat sekitar 1 mmHg di

atas tekanan atmosfer menjadi 767 mmHg. Udara meninggalkan paru sehingga

menurunya gradien tekanan dari tekanan intra-alveolus yang lebih tinggi ke

tekanan atmosfer yang lebih rendah. Aliran udara berhenti ketika tekanan intra-

alveolus menjadi sama dengan tekanan atmosfer dan gradien tekanan tidak ada lagi

yang berlangsung selama satu siklus pernapasan.30

2.2.3. Spirometri

Spirometri merupakan suatu pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi

mekanik paru, dinding dada dan otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah

volume udara yang dihembuskan dari kapasitas paru total (TLC) ke volume residu..

Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi paru. Spirometri dapat

digunakan untuk diagnosis dan monitoring gejala pernapasan dan penyakit,

persiapan operasi, rehabilitas, penelitian epidemiologi serta penelitian lain.

Pemeriksaan faal paru menggunakan autospirometer, karena pertimbangan biaya

yang murah, ringan, praktis dibawa kemana-mana, akurasinya tinggi, cukup

sensitif, tidak invasif dan cukup dapat memberi sejumlah informasi penting.30, 31

2.2.3.1.Kontraindikasi Spirometri

Kontraindikasi Spirometri terbagi dalam absolut dan relatif. Kontraindikasi

absolut yaitu peningkatan tekanan intrakranial, space occupying lesion (SOL) pada

otak, dan ablasio retina. Kontraindikasi relatif seperti hemoptisis yang tidak

diketahui penyebabnya, pneumotoraks, angina pektoris tidak stabil, hernia


24

skrotalis, hernia inguinalis, hernia umbilikalis, dan Hernia Nucleous Pulposus

(HNP) tergantung derajat keparahan.31

2.2.3.2.Pemeriksaan Fungsi Paru31

a. Total Lung Capacity (TLC) adalah volume udara maksimal yang dapat

ditampung oleh paru. TLC maksimal berasal dari vital capasity, dan residual

volume, dengan nilai rerata laki-laki dewasa 6000 ml.

b. Vital Capasity (VC) adalah volume udara maksimal yang dapat dihembuskan

setelah inspirasi maksimal. Ada dua macam vital capasity berdasarkan cara

pengukurannya yaitu: pertama, Vital Capasity (VC), subjek tidak perlu

melakukan aktifitas pernapasan dengan kekuatan penuh, kedua Forced Vital

Capasity (FVC), dimana subjek melakukan aktifitas pernapasan dengan

kekuatan maksimal. Pada orang normal tidak ada perbedaan antara FVC dan VC,

sedangkan pada kelainan obstruksi terdapat perbedaan antara VC dan FVC. VC

merupakan refleksi dari kemampuan elastisitas atau jaringan paru atau kekakuan

pergerakan dinding thoraks. VC yang menurun merupakan kekakuan jaringan

paru atau dinding thoraks, sehingga dapat dikatakan pemenuhan (compliance)

paru atau dinding thoraks mempunyai korelasi dengan penurunan VC. Pada

kelainan obstruksi ringan VC hanya mengalami penurunan sedikit atau

c. Forced Expiratory Volume in 1 Second (FEV1) yaitu besarnya volume udara

yang dikeluarkan dalam satu detik pertama. Lama ekspirasi pertama pada orang

normal berkisar antara 45 detik dan pada detik pertama orang normal dapat

mengeluarkan udara pernapasan sebesar 80% dari nilai VC. Fase detik pertama
25

ini dikatakan lebih penting dari fase-fase selanjutnya. Adanya obstruksi

pernapasan didasarkan atas besarnya volume pada detik pertama tersebut.

Interpretasi tidak didasarkan nilai absolutnya tetapi pada perbandingan dengan

FCVnya. Bila FEV1/FCV kurang dari 75 % berarti abnormal.

2.2.3.3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan31,32

American Thoracic Society (ATS) mendefinisikan bahwa hasil spirometri

yang baik adalah suatu usaha ekspirasi yang menunjukkan gangguan minimal pada

saat awal ekspirasi paksa, tidak ada batuk pada detik pertama ekshalasi paksa, dan

memenuhi 1 dari 3 kriteria valid end-of-test: peningkatan kurva linier yang halus

dari volumetime ke fase plateau dengan durasi sedikitnya 1 detik; jika pemeriksaan

gagal untuk memperlihatkan gambaran plateau ekspirasi, waktu ekspirasi paksa/

forced expiratory time (FET) dari 15 detik; atau ketika pasien tidak mampu atau

sebaiknya tidak melanjutkan ekshalasi paksa berdasarkan alasan medis.

a. Fungsi Paru Normal

Hasil spirometri normal menunjukkan FEV1 >80% dan FVC >80%


26

Gambar 2.8 Normal Spirometri.32

PEF: peak expiratory flow; RV:residual volume; TLC:total lung capacity.

b. Obstructive Ventilatory Defects (OVD)

Gangguan obstruktif pada paru, dimana terjadi penyempitan saluran napas dan

gangguan aliran udara di dalamnya, akan mempengaruhi kerja pernapasan dalam

mengatasi resistensi nonelastik dan akan bermanifestasi pada penurunan volume

dinamik. Kelainan ini berupa penurunan rasio FEV1:FVC <70%. FEV1 akan selalu

berkurang pada OVD dan dapat dalam jumlah yang besar, sedangkan FVC dapat

tidak berkurang. Pada orang sehat dapat ditemukan penurunan rasio FEV 1:FVC,

namun nilai FEV1 dan FVC tetap normal.


27

Gambar 2.9 Spirometri Obstruktif.32

PEF: peak expiratory flow; RV:residual volume; TLC:total lung capacity.

c. Restrictive Ventilatory Defects (RVD)

Gangguan restriktif yang menjadi masala adalah hambatan dalam pengembangan

paru dan akan mempengaruhi kerja pernapasan dalam mengatasi resistensi elastik.

Manifestasi spirometrik yang biasanya timbul akibat gangguan ini adalah

penurunan pada volume statik. RVD menunjukkan reduksi patologik pada TLC

(<80%).
28

Gambar 2.10 Spirometri Restriktif.32

PEF: peak expiratory flow; RV:residual volume; TLC:total lung capacity.

2.3. Adaptasi

2.3.1 Adaptasi Suhu

Ketika penyelam Ama menyelam, biasanya air memiliki temperatur dingin

pada musim panas (rata-rata suhu permukaan air di Pulau Cheju, Korea Selatan

pada Agustus 8°C) dan juga di musim dingin (rata-rata suhu air permukaan pada

Januari 8°C), dan penyelam Ama tidak memiliki perlengkapan pelindung seperti

pakaian selam sehingga tubuh mereka secara langsung kontak dengan air. Pada

penelitian Ferretti9 pada tahun 2003, kelompok bukan penyelam dan kelompok

penyelam Ama penyelam untuk memahami adaptasi bawah air. Kelompok bukan

penyelam memiliki ketebalan lemak subkutan rata-rata 4 mm dan hanya bisa

bertahan di air pada suhu 30° C selama 3 jam sebelum mencapai ambang menggigil.

Ini adalah proses untuk menemukan ‘critical water temperature’ (CWT). Pada
29

penyelam Ama saat di air, bisa berada di bawah CWT normal 30° C tidak terlihat

menggigil dan memiliki sedikit lemak subkutan 2,2 mm. Batas CWT yang menurun

memberi bukti bahwa Ama menyesuaikan diri dengan suhu dingin pada air dari

adaptasi menyelam.4,9

Ambang menggigil yang memberikan sinyal pertukaran panas dan aliran

darah yang lebih baik. Namun, pada tahun 1980 telah diperkenalkannya pakaian

selam neoprene ke Ama, mereka kehilangan adaptasi terhadap suhu dingin dan

toleransi CWT dalam dua tahun. Pada penyelam spons di Laut Aegea sudah

kehilangan adaptasi terhadap suhu dingin, setelah 10 tahun mereka mulai

menggunakan pakaian selam.4,9

2.3.2 Adaptasi Kardiovaskular

Respon adaptasi kardiovaskular yang tidak disengaja pada semua mamalia

yang bernapas dengan paru-paru saat berada di air, yang digunakan tubuh untuk

menghemat sebanyak mungkin oksigen dengan: memperlambat denyut jantung,

mengurangi aliran darah ke organ dan otot, dan meningkatkan tekanan darah.2

Penelitian Lindholm33 2008, dalam air dingin (kedalaman 55 m, pada suhu 25 ° C

dan pada suhu 35 ° C) pengukuran detak jantung penyelam menunjukkan

penyimpangan ritme yang lebih tinggi dan prematur dan detak jantung mereka turun

di bawah 30 denyut / menit. Penelitian Foster14 tahun 2005 pada penyelam,

kelompok kontrol yang menyelam didapat penurunan tekanan darah arteri oksigen

(PaO2) menjadi 60 mmHg, dan tekanan arteri karbon dioksida (PaCO2) setinggi 45

mmHg sedangkan pada penyelam dengan hanya dua minggu latihan diukur, PaO2
30

mereka turun menjadi 35mmHg dan PaCO2 meningkat hingga 50 mmHg pada

tekanan arteri. Ketika menyelam di kedalaman yang lebih rendah dan lebih dalam

(70 m) terbukti memiliki peningkatan tekanan darah arteri yang ekstrem, dan

didapatakan seorang penyelam memperoleh tekanan darah arteri 280/200 mmHg.

Dengan latihan dua minggu, tubuh seseorang menunjukkan adaptasi kardiovaskular

yang cepat ke lingkungan bawah air.7,9,33,34

2.3.3 Adaptasi Respirasi

2.3.3.1.Volume Paru dan Tekanan Maksimal Respirasi

Pada penelitian penyelam laki-laki angkatan laut A.S., penyelam

perempuan Hae-Nyo Korea, dan penyelam Ama Jepang laki-laki dan perempuan

menunjukkan bahwa kapasitas vital meningkat secara signifikan lebih besar sekitar

700 ml dibandingkan dengan control selama 3 bulan. Besarnya kapasitas vital

dikaitkan dengan kapasitas inspirasi yang lebih besar, Tekanan inspirasi maksimal

pada penyelam perempuan Hae-Nyo Korea menunjukkan bahwa otot inspirasi yang

lebih kuat akan menghasilkan volume paru-paru yang lebih besar. Penelitian pada

penyelam angkatan laut USA memperlihatkan kapasitas inspirasi, kapasitas vital,

dan TLC (Total Lung Capacity) yang lebih tinggi secara signifikan setelah dilatih

selama satu tahun.2 Penelitian Bachman34 1969, pada atlet sebelum dan sesudah 4

bulan latihan berenang dan gulat menunjukkan adanya signifikansi peningkatan

kapasitas inspirasi dan vital. Saat inspirasi otot berkontraksi dan dinding dada

berkembang sampai batas lebih tinggi daripada ekspirasi untuk meningkatkan

dalam kapasitas tekanan inspirasi maksimal.34 Profesional penyelam tahan-napas


31

memiliki TLC yang lebih tinggi dibandingkan control.2 Para nelayan penyelam

tahan-napas menunjukkan rata-rata fungsi paru-paru meningkat yaitu FVC (Force

Volume Capacity) dan FEV1 (Force Expiratory Volume in One Second) tanpa

disertai obstruksi jalan napas.1

2.3.3.2. Adaptasi CO2 dan Hypoxia

Akumulasi PCO2 dalam jumlah besar di dalam darah arteri dan jaringan

akan terus menerus tertimbun saat menyelam. Paparan hiperkapnia berulang, pada

penyelam tahan-napas (orang Hae-Kyo Korea dan Ama Jepang dan Penyelam

angkatan laut A.S.) menunjukkan sensitivitas ventilasi yang berkurang terhadap

hiperkapnia. Didapatkan toleransi yang tinggi terhadap PCO2 dalam darah arteri

pada penyelam Cachido Jepang yang menyelam pada kedalaman sekitar 5 meter

akibat respon adrenergik dan respon stres yang berkurang. Tekanan O2 alveoli turun

bisa disebabkan adanya kompresi hidrostatik pada dada yang mengakibatkan

hipoksia. Paparan berulang terhadap hipoksia terjadi respon ventilasi ke low O2

pada penyelam. Terlihat bahwa oksidasi jaringan menurun pada penyelam selama

hipoksia.2
32

2.4. Kerangka Teori

Nelayan

Tradisional

Penyelam Bukan Penyelam

Tahan-napas
Paparan Terhadap Nelayan

1. Perubahan tekanan hidrostatik


2. difusi
Respons tubuh

Adaptasi Adaptasi Adaptasi


Respirasi Kardiovaskular Suhu

Volume Paru
Pemeriksaan
Spirometri Tekanan Maksimal
Respirasi
Keterangan :
Nilai Fungsi Adaptasi terhadap
Paru peningkatan CO2 Hubungan :

1. FVC Mempengaruhi :
Adaptasi terhadap
2. FEV1
Hipoksia
3. VC

Gambar 2.11 Kerangka Teori


33

2.5. Hipotesis

Terdapat perbedaan fungsi paru antara nelayan penyelam tahan-napas

dibandingkan nelayan bukan penyelam di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota

Ambon tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai