RADIOLOGI
RADIOLOGI
Wanita usia 50 tahun mengeluh sakit perut kanan atas yang menjalar ke bahu sejak 2 jam
yang lalu. Sakit dirasakan terutama setelah memakan jeroan. TB:160cm, BB:57kg.
A. BNO
B. USG Abdomen
C. Amylase lipase
D. CT-Scan abdomen
E. MRI
USG adalah prosedur pilihan dalam mengidentifikasi batu empedu, dapat mengidentifikasi batu
sekecil 2mm dengan sensitifitas 95%, non invasif, cepat, bedside, tidak melibatkan radiasi ion
2. Tn X 70 tahun datang dengan keluhan buang air besar berdarah sejak 3 bulan yang lalu.
Berat badan pasien cenderung turun, badan terasa lemas, dan perut sering kembung. Pada
pemeriksaan radiologis ditemukan gambaran “apple core”. Diagnosis pada pasien ini
adalah …
A. Kolitis ulseratif
B. Divertikulitis
C. Adenokarsinoma kolon
D. Karsinoma gaster
E. Keganasan pankreas
Kolitis ulseratif: diare kronik berdarah, kolonoskopi: patchy ulcus, skip lesion (-),
kolovesical=pneumaturia
Karsinoma gaster: penurunan berat badan, nyeri epigastrium kronik, “signet ring cell”
Keganasan pankreas: paling sering tumor kaput pankreas menimbulkan kolestasis, masa di
regio epigastrium
Adenokarsinoma kolon
3. Seorang wanita 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut. Demam disangkal. Pasien
disarankan foto rontgen abdomen polos 3 posisi. Bagaimana posisi yang disarankan?
Jawaban:
Pembahasan:
- posisi tidur/supineuntuk melihat distribusi usus, preperitoneal fat, ada tidaknya penjalaran
- posisi LLD untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus
- posisi setengah duduk atau tegak untuk melihat kemungkinan adanya air fluid level dan step
ledder appearance
4. Seorang pria 56 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan Pasien mengeluhkan
kaku terutama pada pagi hari, terdapat krepitasi, dan bengkak. Riwayat pengobatan
sebelumnya tidak ada. Kemudian dokter melakukan foto rontgen. Apa kemungkinan
diagnosis pasien tersebut?
A. Osteoartritis derajat 1
B. Osteoartritis derajat 2
C. Ostoartritis derajat 3
D. Osteoartritis derajat 4
E. Rheumatoid artritis
Bahasan:
Osteoarthritis sendi lutut merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang dicirikan oleh
fragmentasi dan terbelah-belahnya kartilago persendian. Lesi permukaan itu disusul oleh proses
pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrial
pada kartilago, cairan synovial dipenetrasikan ke dalam tulang di bawah lapisan kartilago yang akan
menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi
sempit, disamping itu tulang bereaksi terhadap lesi kartilago yaitu dengan pembentukkan tulang baru
(osteofit) yang menonjol ke tepi persendian.
derajat 0: tidak ada gambaran OA
derajat 1: meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minimal
derajat 2: OA minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sclerosis dan kista subkondral,
celah sendi baik
derajat 3: OA moderat, osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan terdapat penyempitan celah
sendi
derajat 4: OA berat, celah sendi sangat sempit
5. Wanita 52 tahun keluhan nyeri pada lutut sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan terutama
saat pagi hari selama 15 menit. Nyeri juga dirasakan saat beraktivitas dan hilang dengan
istirahat. Pada peneriksaan fisik didapatkan IMT pasien obesitas 1. Diagnosis pasien
a. OA grade 0
b. OA grade 1
c. OA grade 2
d. OA grade 3
e. OA grade 4
Ekspertise:
• Besar, bentuk, struktur trabekula tulang pembentuk artikulatio genu dextra&sinistra tampak
tidak menebal
• Tampak penyempitan sela sendi di bagian medial genu dextra & sinistra, permukaan sendi
tampak dalam batas normal
Pembahasan:
Pada gambar radiologi diatas terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan
celah sendi
Grade OA 2: osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tidak nampak deformitas tulang
Grade OA 3: terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan celah sendi
Grade OA 4: terdapat osteofit, deformitas lebih prominent disertai celah sendi yang hilang.
6. Tn. Jecki 60 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 4 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien sering batuk dan demam yang tidak terlalu tinggi sejak 5 bulan yang
lalu. Riwayat merokok sejak 40 tahun yang lalu 1 bungkus/hari. Tekanan darah
120/80mmhg, nadi 103 x/menit, respirasi 32x/menit, suhu 38,80C. Pemeriksaan fisik
didapatkan wheezing di lapang paru. Pemeriksaan rontgen torak smenunjukan hiperaerasi.
Kemungkinan diagnosis?
a. Hidropneumotoraks
b. Pneumotoraks
c. Pneumonia
d. TB paru dengan pneumonia
e. PPOK eksaserbasi akut
Pembahasan :
Kata kuncisesak nafas 4 jam yang lalu, sering batuk dan deman yang tidak terlalu tinggi,
riwayat merokok, respirasimeningkat, demam, terdapat wheezing, pada foto rontgen terdapat
hiperaerasi.
Definisi PPOK :
- Hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible, progresif, berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap partikel berbahaya disertai efek ekstra paru.
- Gabungan antara obstruksi saluran nafas kecil dan kerusakan parenkim.
FaktorRisiko :
- Asap rokok
- Polusi udara
- Stress oksidatif
- Genetik
- Tumbuh kembang paru
- Sosial ekonomi
Manifestasi klinis :
Pemeriksaa npenunjang :
- Spirometri
- AGD
7. Pasien pria berusia 65 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak yang hebat. Dahak
berwarna seperti karat. Sejak 1 bulan yang lalu, batuk dirasakan semakin hebat bahkan bisa
sesak dan batuk berdarah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki pada basal paru dan
pada foto rontgen didapatkan gambaran honey comb appearance. Diagnosis yang paling
a. Atelektasis
b. Bronkiektasis
c. Bronkopneumonia
d. Pneumonia lobaris
e. TBC paru
Ekspertise
Jawaban
Definisi
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologi yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding
bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang
terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terkena.
Epidemiologi
Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara-negara
perlu di ingat bahwa insidens ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan
kelainan kongenital.
Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini.
Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki
maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan
kongenital.
Etiologi
Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada
Bronkiektasis pada umumnya terjadi oleh karena obstruksi dan inflamasi pada saluran
napas. Obstruksi dan inflamasi bisa disebabkan oleh infeksi akut tuberkulosis, adenovirus,
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetik
atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkiektasis yang
timbul kongenital ini mempunyai ciri sebagai berikut, pertama, bronkiektasis mengenai hampir
seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering
fibrosis), sindrom kartagener (bronkiektasis kongenital, sinusitis paranasal dan situs inversus),
hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan
bersamaan dengan kelainan kongenital berikut: tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit
b. Bronkiektasis didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat proses
berikut:
* Infeksi
Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita pneumonia yang sering
kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun
* Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab:
korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.
Menurut penelitian para ahli diketahui bahwa adanya infeksi ataupun obstruksi bronkus
tidak selalu secara nyata menimbulkan bronkiektasis. Oleh karenanya diduga mungkin masih ada
Patofisiologi
dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari destruksi
komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah
akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh sitokin inflamasi, nitrit oksida dan
netrofilik protease yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon terhadap antigen.
Bagian paru yang sering terkena dan merupakan tempat predisposisi bronkiektasis adalah:
Bronkus yang terkena umunya adalah bronkus sedang, sedangkan bronkus besar jarang
terkena. Bronkus yang terkena dapat hanya pada satu segmen paru saja maupun difus mengenai
· Permukaan mukosa bronkus menjadi abnormal, silia pada sel epitel menghilang,
terjadi perubahan metaplasia sukamosa, dan terjadi serbukan hebat sel-sel inflamasi.
· Jaringan paru peribronkial ditemukan kelainan berupa pneumonia, fibrosis paru, atau
Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus atau secara
tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri
dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang,
memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan
bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan
Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atautidak langsung,
daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi yang kronik. Bronkus yang
mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan
lembek serta membentuk kantung atau sakus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga
meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan, sekret yang
dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya
bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga
bronkiektasis yang paling ringan dan sering ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai
bronchitis kronik
yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan pemyempitan bronkus yang irregular. Bentuk ini
bentuk kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus menyerupai varises
pembuluh vena.
Adanya variasi bentuk-bentuk anatomis tadi secara klinis tidak begitu penting, karena
kelainan-kelainan yang berbeda tadi dapat berasal dari etiologi yang sama dan tidak
mempengaruhi gejala klinis dan manajemen pengobatannya sama saja. Bahkan beberapa bentuk
pelebaran bronkus yang bersifat sementara, umumnya bentuk silindris dan tidak terdapat
kerusakan dinding bronkus. Kelainan ini bersifat sementara karena dalam beberapa bulan akan
Pengobatan
Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas dua kelompok, yaitu sebagai berikut :
Pengobatan Konservatif
1. Pengelolaan Umum
a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien. Contoh: membuat ruangan
b. Memperbaiki drainase postural. Tindakan ini merupakan cara yang paling efektif untuk
mengurangi gejala, tetapi harus dikerjakan secara terus-menerus. Pasien diletakkan dengan posisi
tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal. Tiap kali
melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit dan tiap hari dikerjakan 2-4 kali.
Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum (sekret bronkus) dengan bantuan
gaya gravitasi. Untuk keperluan tersebut, posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus
disesuaikan dengan letak kelainan bronkiektasisnya. Tujuan membuat posisi tubuh seperti yang
dipilih tadi adalah untuk menggerakkan sputum dengan pertolongan gaya gravitasi agar menuju ke
hilus paru bahkan mengalir sampai ke tenggorok sehingga mudah dibatukkan keluar. Drainase
postural tiap kali dikerjakan selama 10-20 menit atau sampai sputum tidak keluar lagi. Apabila
dengan mengatur posisi tubuh pasien seperti tersebut di atas belum diperoleh drainase sputum
secara maksimal dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada pumggung
pasien (Tabotage).
c. Mencairkan sputum yang kental. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan, misalnya: inhalasi
uap air panas atau dingin (menurut kesadaran), menggunakan obat-obatan mukolitik dan
sebagainya.
d. Mengatur posisi tempat tidur pasien. Posisi tempat tidur pasien sebaiknya diatur
sedemikian rupa sehingga posisi tidur pasien dapat memudahkan drainase sekret bronkus. Hal ini
dapat dicapai misalnya dengan mengganjal kaki tempat tidur bagian kaki pasien (disesuaikan
menurut kebutuhan) sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase
sputum.
e. Mengontrol infeksi saluran nafas. Adanya infeksi saluran nafas akut (ISPA) harus
diperkecil dengan jalan mencegah pemajanan kuman. Apabila telah ada infeksi (ISPA) harus
diberantas dengan antibiotik yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan. Apabila ada sinusitis
harus disembuhkan.
2. Pengelolaan Khusus
Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan: (1) secara kontinyu untuk mengontrol infeksi
bronkus (ISPA), (2) Untuk pengobatan eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, (3) Atau
keduanya. Kemoterapi disini menggunakan obat antibiotik tertentu. Sebaiknya harus berdasarkan
hasil uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik secara empirik. Walaupun kemoterapi jelas
kegunaannya pada pengelolaan bronkiektasis, tidak setiap pasien harus diberikan antibiotik.
Antibiotik hanya diberikan kalau diperlukan saja, yaitu apabila terdapat eksaserbasi infeksi akut.
Antibiotik diberikan selama 7-10 hari, terapi tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik sampai
kuman penyebab infeksi terbasmi atau sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna
kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih). Selanjutnya ada yang memberikan dosis pemeliharaan.
Ada yang berpendapat bahwa kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat
mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat ada eksaserbasi infeksi
Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan pasien. Keperluannya adalah
antara lain untuk: (1) menentukan dari mana asal sekret (sputum), (2) mengidentifikasi lokasi stenosis
atau obstruksi bronkus, (3) menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah
3. Pengobatan Simptomatik
Pengobatan ini hanya diberikan kalau timbul simptom yang mungkin mengganggu atau
membahayakan pasien.
8. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kentut dan BAB selama 5
hari. Selain itu pasien juga mengeluh mual dan muntah. Terdapat hasil pemeriksaan
radiologis didapatkan:
Ekspertise:
- Preperitoneal Fat tidak jelas
- Psoas line tidak jelas
- Distribusi udara usus meningkat
- Distensi usus bagian proksimal
Kesan: Multiple air fluid level tersusun seperti anak tangga “step ladder appearance” di
bagian kiri abdomen
Diagnosis: Ileus obstruktif Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari
penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Gambaran
radiologi Memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air
dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga (Step Ladder)
Pilihan Lain:
- Pneumatosis interstinalis: Bayangan udara intramural pada dinding usus, gaster dan
rectum, tetapi lebih sering terjadi pada ileum, colon, descendens dan sigmoid, terlihat
sebagai gelembung dan garis paralel dalam dindin usus tanda patognomonik NEC
- Perforasi gaster: Gambaran radiologi pneumoperitoneum akibat udara yang keluar dari
gaster
- Overhanging Edges: gambaran radiologi pada Gout Arthritis
Single Bubble sign: gambaran radiologi pada Stenosis Pilorus
9. Pasien bayi berusia 3 hari dibawa ibunya dengan keluhan mual-muntah setiap diteteki
beberapa jam. Menurut ibunya sejak lahir perut bayi sudah besar dan makin kembung
hingga saat ini, pasien sudah BAB berwarna kehijauan. Pemeriksaan BNO pada pasien
terlampir. Kelaian pada pasien ini adalah …
A. Ileal atresia
B. Ileus obstruksi
C. Hypertrophic pyloric stenosis
D. Annular atresia
E. Atresia duodenal
Ekspertise :
tampak pola gelembung ganda yang berisi udara pada lambung dan duodenum (double bubble
sign).
Pembahasan : atresia duodenal adalah tidak terbentuk atau tersumbatnya duodenum (bagian
terkecil usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.
- Perut kembung daerah epigastrium pada 24 jam pertama atau sesudahnya, namun dapat juga
tanpa diserat distensi abdomen
- Muntah segera setelah lahir dan berwarna kehijauan
- Muntah terus menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam
- Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium
A. Ileal atresia triple bubble sign. Gambaran microcolon atau unused colon.
B. Ileus obstruksiherring bone appearance
C. Hypertrophic pyloric stenosis single bubble sign and string sign
D. Annular atresia
E. Atresia duodenal
10. Seorang anak berusia 1 tahun dibawa orang tuanya dengan keluhan sering biru. Keluhan ini
muncul sejak pasien masih kecil, namun makin lama makin parah. Pemeriksaan fisik
didapatkan sianosis pada mukosa mulut, lidah, dan kuku, jari tabuh, benjolan pada dada,
dan murmur sistolik pada ICS 2 garis parasternal kiri. Rontgen dada menunjukkan jantung
yang tidak membesar, apeks jantung bulat dan terangkat disertai cekung pada konus
pulmonalis. Kelainan jantung yang menyertai penyakit jantung bawaan ini, kecuali …
Pembahasan : tetralogy of fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianosis yang
dekstroposisis/overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH). TOF merupakan kelainan
jantung sianosis yang tersering dijumpai yaitu sektar 8-10% dari seluruh kelainan jantung bawaan
dengan kejadian lebih sering pada laki-laki. Akibat stenosis infundibular/pulmonar, terjadi obstruksi
jalan keluar ventrikel kanan. Meski mengakibatkan peningkatan tekanan ventrikel kanan, tetapi
ventrikel kiri selalu mengimbanginya sehingga relative tidak ada perbedaan tekanan pada kedua
ventrikel, akibatnya darah dari ventrikel kanan mengalir ke aorta. Saturasi oksigen di arteri menjadi
rendah sehingga terjadilah sianosis. Derajat sianosis berbanding lurus dengan derajat stenosis
pulmonal.
Gejala Klinis:
- sianosis pada kuku, mukosa bibir, mulut sampai dengan lidah. Umumnya mulai tampak
setelah umur beberapa minggu.
- Pada umur > 2 bulan sudah tampak jari tabuh
- Konjungtiva hiperemis
- Pertumbuhan gigi buruk dan tampaknya banyak karies
- Pemeriksaan fisik dada: precordial bulging, teraba denyut epigastrial (RV heave), bising
ejeksi sistolik di ICS II PSL kiri, p2 lemah atau s2 tunggal dna keras (dominasi aorta)
- Pemeriksaan penunjang : Foto dada jantung umumnya tidak membesar, apeks bulat dan
terangkat dan konus pulmonalis cekung. Hal tersebut mengakibatkan bentuk jantung
menyerupai sepatu not (boot shape). Tampak pula aliran darah paru yang berkurang. Arkus
aorta ada di kanan (pada 25% kasus).
- EKG : deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan
Ekokardiografi : melalui sandapan long axis parasternal dapat dilihat defek septum ventrikel,
hipertrofi ventrikel kanan, dan dekstroposisi aorta. Melalui sandapan short axis parasternal, dapat
11. Tn. Joko 22 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dan bengkak pada lengan bawah
kanan setelah dipukul dengan kayu. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan status lokalis didapatkan deformitas antebrachii kanan dengan ruang lingkup
B. Fraktur colles
C. Fraktur Smith
D. Fraktur monteggia
E. Fraktur Galeazzi
Ekspertise:
- Besar, bentuk, struktur trabekula tulang pembentuk articulatio radioulnar dalam batas normal
- Fraktur colles: fraktur radius distal, angulasi dorsal. Deformitas pada fraktur ini berbentuk
- Fraktur smith : fraktur radius distal, angulasi ventral. Sering disebut reverse colles fracture
- Fraktur monteggia : fraktur ulna proksimal + dislokasi sendi radio ulna proksimal
- Ketika satu dari dua tulang lengan bawah fraktur dengan angulasi atau pemendekan, maka
- Mekanisme fraktur galeazzi : jatuh dengan tangan ekstensi maksimal dengan siku yang fleksi
- Gambaran klinik : ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok
12. Tn. Girry, 50 tahun, datang dengan keluhan lemah anggota tubuh sebelah kiri sejak 5 jam
yang lalu. Keluhan dirasakan tiba-tiba setelah pasien shalat subuh.Keluhan disertai dengan
mati rasa di daerah mulut.Pasien memiliki riwayat merokok dan kencing manis. Tekanan
dibutuhkan adalah?
a. MRI
b. Foto cranium
c. CT scan
d. Bone scan
e. Angiografi
Pembahasan:
CT scan →dapat membedakan berbagai jenis organ seperti tulang, jaringan, lemak, darah, otot,
saraf, dsb, tidak seperti x-ray yang hanya dapat memperlihatkan berbagai jenis organ dalam
13. Seorang laki-laki berusia 32 tahun mengeluh sakit dan bengkak pada daerah dekat lutut.
Pada foto rontgen tampak gambaran di bawah ini, apakah diagnosis radiologinya?
a. Lesi bentuk onion skin appearance, kesan Ewing sarkoma
e. Gambaran lesi kistik bersepta dengan bubble soap appearance kesan giant cell tumor
Ekspertise:
- Tampak massa exophytic pada 1/3 distal metafisis tulang femur dengan diselubungi kartilago
yang kalsifikasi
- Kesan : osteokondroma
Pembahasan:
penonjolan tulang yang berbatas tegas yang muncul dari metasfisis, penonjolan tulang
tersebut di tutupi oleh cartilago hialin. Penonjolan menyebabkan suatu pembengkakkan atau
Etiologi:
- Cacat bawaan atau trauma perichondrium yang menghasilkan herniasi dari fragmen
lempeng epifisis
exostosis
Patofisiologi:
• Lesi hasil dari pemisahan fragmen lempeng pertumbuhan kartilago epifisis yang kemudian
bonggol tulang subperiosteum dengan ditutupi kartilago dan muncul dari permukaan tulang
- Berasal dari komponen osteosit dan komponen tulang rawan atau chondrosit.
- Mengenai tulang panjang dan tulang lain seperti ujung distal femur, ujung proksimal tibia,
(sesile).
Tatalaksana: Apabila terdapat penekanan pada jaringan lunak misalnya pada pembuluh
darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai rasa nyeri maka diperlukan
tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini terjadi pada orang dewasa.
Ewing Sarcoma (Onion skin appearenance) Osteosarkoma (Sun ray appearance)
14. Ibu fatimah, usia 65 tahun datang dengan keluhan bungkuk. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kifosis. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran tulang yang menipis
dan destruksi tulang. Kadar kalsium dalam batas normal. Diagnosis yang tepat adalah...
A. Osteoartritis
B. Osteoporosis
C. Rheumatoid artritis
D. Gout
E. Paget disease
Pembahasan :
Definisi
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya
risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu
densitas tulang dan kualitas tulang.
Penyebab Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas).
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan
Stadium Osteoporosis
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat
daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau
benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang.
Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi.
Gejala Osteoporosis
Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul
nyeri dan perubahan bentuk tulang.
Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkurang
2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang
Patofisiologi
Osteoporosis berawal dari Adanya massapuncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa
tulang. Massa puncaktulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetic, sedangkan faktor
yangmenyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan, menopause, faktor lainseperi obat
obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta faktor genetik. Akibat massapuncak tulang yang rendah
disertai adanya penurunan massa tulang menyebabkan. Densitas tulang menurun yang merupakan
15. Ibu sutinah, 70 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada kedua lutut,
terutama saat akan beranjak berdiri dan saat menaiki anak tangga. Pada pemeriksaan lab
a. neuropati
b. nefropati
c. osteoporosis
d. osteoartritis
e. gangguan vaskular
Pembahasan :
Definisi :
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya
degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan
pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan,
Klasifikasi :
Osteoartritis primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.Meski demikian, osteoartritis
Osteoartritis sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya,seperti
pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata), kelainan
tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, operasi
gejala osteoartritis :
Nyeri pada sendi, terutama sendi yang menyangga berat tubuh (seperti sendi lutut atau
pinggang)
Timbul rasa kaku disendi pada pagi hari sesudah bangun tidur, berlangsung kurang dari 30
menit
Bila digerakkan bisa terdengan krepitus
Derak sendi terbatas karena nyeri
Faktor risiko :
Patogenesis
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang tidak dapat
dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa OA ternyata merupakan
penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan
kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor
penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam
cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.
Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor
umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek
anatomik
Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan
struktur proteoglikan kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi.
Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru untuk memperbaiki
diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi. Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks
yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,
termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang
pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang
16. Tn. Leo 25 tahun datang dengan keluhan sesak nafas dan demam sejak 5 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan didapatkan paru kanan tertinggal, suara nafas menurun pada paru kanan,
perkusi kanan redup, trakea terdorong ke sisi kiri. Apa diagnosis yang paling tepat untuk
pasien ini?
a. Efusi pleura kanan massif
b. Pneumothorax kanan
c. Atelectasis lobus kanan bawah
d. Fibrosis lobus kanan
e. Flail chest
Kata kunci :
Gambaran radiologi :
17. Seorang penderita laki-laki usia 20 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan benjolan
dilengan atas kanan sejak 1 bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar dan terasa
nyeri. Pasien juga mengeluhkan berat badannya turun hampir 4 kg dalam 1 bulan ini.Pada
inspeksi tidak didapatkan tanda kemerahan. Riwayat trauma (-) Pada foto lengan atas kanan
didapatkan gambaran sebagai berikut :
a. Ewing sarcoma
b. Osteosarcoma
c. Chondrosarcoma
e. Enchondroma
Ekspertise
- Terdapat lesi destruktif/litik dengan batas yang tidak jelas di daerah 1/3 medial os humerus
Sarcoma ewing of bone: Suatu tumor dari famili tumor ewing yang terjadi di tulang, termasuk
dalam salah satu jenis tumor ganas primer dan paling sering mengenai tulang panjang di
daerah diafisis.
Paling sering terjadi di pelvis, dinding thorax seperti pada costae dan shoulder blades,
pertengahan tulang panjang seperti pada tulang tungkai. Tanda dan gejala berupa bengkak
pada tulang atau sendi, sering muncul massa yang tumbuh progresif disertai nyeri serta gejala
sistemik seperti; penurunan berat badan, lemah badan, dan demam juga sering terjadi.
Gambaran radiologis:
- Destruksi tulang yang tersebar luas yang dimulai dari bagian medula <marrow origin>
gambaran radioluscent
- Reaksi periosteal yang terbentuk secara lamellar <onion-peel appearence> tumor secara
cepat merusak korteks
- Codman’s angles
Stadium:
- 1A : tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan hanya pada lapisan keras tulang.
- 1B : tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan memperluas diri di sekitar jaringan lunak.
- 2A : tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan hanya pada lapisan keras tulang.
- 2B : tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan memperluas diri di sekitar jaringan lunak.
- 3 : 1B: tumor tingkat rendah (ringan) atau tinggi (berat) yang telah bermetastasis.
Tatalaksana:
18. Laki-laki usia 47 tahun databg dengan keluhan nyeru pada tulang belulang. Untuk mengeta
hui dasar pada penderita, dilakukan pemeriksaan xray
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah …
A. Osteoporosis
B. Osteosarcoma
C. Parathyroid carcinoma
D. Osteomielitis tuberkulosa
E. Multiple myeloma
Ekspertise:
- os calvaria: frontal, parietal, temporal oksipital, terdiri dari 3 lapisan tabula externa, diploe, da
n tabula interna tidak ada kelainan
- sutura coronarius dan lambdoidea tidak ada kelainan
- terdapat convulatuon marking
- terdapat lesi litik
- tidak ada fraktur
- tidak ada massa
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang a
bnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar anti
bodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis
, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan peng
gantian sumsum tulang, kerusakan tulang , dan formasi paraprotein.
Etiologi: Penyebab multiple myeloma belum jelas. Paparan radiasi, benzena, dan pelarut organi
k lainnya, herbisida, dan insektisida mungkin memiliki peran. Multiple myeloma telah dilaporkan pad
a anggota keluarga dari dua atau lebih keluarga inti dan pada kembar identik. Beragam perubahan kro
mosom telah ditemukan pada pasien myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kel
ainan pada 11q.
Patofisiologi: Tahap patogenesis pertama pada perkembangan myeloma adalah munculnya seju
mlah sel plasma clonal yang secara klinis dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermine
d significance). Pasien dengan MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi m
emiliki 1% resiko progresi menjadi myeloma atau penyakit keganasan yang berkaitan.
Saat ini ada dua derajat multiple myeloma yang digunakan yaitu Salmon Durie system yang telah
digunakan sejak 1975 dan the International Staging System yang dikembangkan oleh the
International Myeloma Working Group dan diperkenalkan pada tahun 2005.
Salmon Durie staging :
a) Stadium I
Level hemoglobin lebih dari 10 g/dL
Level kalsium kurang dari 12 mg/dL
Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter
Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, IgA < 3 g/dL, urine < 4g/24 jam)
b) Stadium II
Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III
c) Stadium III
Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dL
Level kalsium lebih dari 12 g/dL
Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang
Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, IgA > 5 g/dL, urine > 12 g/24 jam)
d) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dL
e) Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl
pool atas prostat tidak teraba. apa gambaran pencitraan yang dapat ditemukan pada pasien
ini?
c. filling defect
d. string sign
e. single bubble
Ekspertise:
IVP: VU: tidak terisi penuh, dinding tampak ireguler, tampak indentasi pada pool bawah.
Pembahasan:
Secara anatomi, letak prostat berada di bagian inferior buli, sehingga jika ada pembesaran pada
20. Gambaran string sign dan single buble ditemukan pada kasus stenosis pilorus
Anak Amir, 4 tahun datang dengan ibunya dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada.
Sebelumnya pasien post KLL. Pemeriksaan rontgen dada didapatkan gambaran fraktur os
clavicula kanan yang merobek selaput paru kanan, dengan dugaan adanya tension
a. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan kolaps paru kanan ke arah medial
b. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan kolaps paru kanan ke inferior
c. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan adanya air fluid level
d. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan diafragma mendatar
e. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan meniscus sign
Pembahasan:
Gambaran radiologis pneumotoraks adalah radiolusen, terlihat gambaran avaskuler pada paru
- Pulmo: tampak bayangan luscen tanpa corakan paru di sepanjang hemitoraks kanan
Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan diafragma mendatar merupakan gambaran pada PPOK.