Anda di halaman 1dari 34

1.

Wanita usia 50 tahun mengeluh sakit perut kanan atas yang menjalar ke bahu sejak 2 jam

yang lalu. Sakit dirasakan terutama setelah memakan jeroan. TB:160cm, BB:57kg.

Pemeriksaan penunjang yang tepat untuk selanjutnya dilakukan adalah …

A. BNO

B. USG Abdomen

C. Amylase lipase

D. CT-Scan abdomen

E. MRI

USG adalah prosedur pilihan dalam mengidentifikasi batu empedu, dapat mengidentifikasi batu

sekecil 2mm dengan sensitifitas 95%, non invasif, cepat, bedside, tidak melibatkan radiasi ion

BNO untuk melihat batu di saluran kemih

CT-Scan74-79%, bukan alat screening untuk kolelitiasis uncomplicated.

2. Tn X 70 tahun datang dengan keluhan buang air besar berdarah sejak 3 bulan yang lalu.

Berat badan pasien cenderung turun, badan terasa lemas, dan perut sering kembung. Pada

pemeriksaan radiologis ditemukan gambaran “apple core”. Diagnosis pada pasien ini

adalah …

A. Kolitis ulseratif

B. Divertikulitis

C. Adenokarsinoma kolon

D. Karsinoma gaster

E. Keganasan pankreas

Kolitis ulseratif: diare kronik berdarah, kolonoskopi: patchy ulcus, skip lesion (-),

tenesmus, gambaran “lead pipe”

Divertikulitis: nyeri perut kiri bawah, diare berdarah, komplikasi fistula

kolovesical=pneumaturia

Karsinoma gaster: penurunan berat badan, nyeri epigastrium kronik, “signet ring cell”
Keganasan pankreas: paling sering tumor kaput pankreas menimbulkan kolestasis, masa di

regio epigastrium

Adenokarsinoma kolon

3. Seorang wanita 45 tahun datang dengan keluhan nyeri perut. Demam disangkal. Pasien

disarankan foto rontgen abdomen polos 3 posisi. Bagaimana posisi yang disarankan?

a. supine, tegak, lateral dekubitus, prone

b. supine, tegak, lateral dekubitus

c. supine, prone, lateral dekubitus

d. supine, prone, tegak

e. tegak, lateral dekubitus, prone

Jawaban:

B. supine, tegak, lateral dekubitus

Pembahasan:

Foto polos abdomen 3 posisi yaitu:

- posisi tidur/supineuntuk melihat distribusi usus, preperitoneal fat, ada tidaknya penjalaran

- posisi LLD untuk melihat air fluid level dan kemungkinan perforasi usus
- posisi setengah duduk atau tegak untuk melihat kemungkinan adanya air fluid level dan step

ledder appearance

4. Seorang pria 56 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan Pasien mengeluhkan
kaku terutama pada pagi hari, terdapat krepitasi, dan bengkak. Riwayat pengobatan
sebelumnya tidak ada. Kemudian dokter melakukan foto rontgen. Apa kemungkinan
diagnosis pasien tersebut?

A. Osteoartritis derajat 1
B. Osteoartritis derajat 2
C. Ostoartritis derajat 3
D. Osteoartritis derajat 4
E. Rheumatoid artritis

Bahasan:
Osteoarthritis sendi lutut merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang dicirikan oleh
fragmentasi dan terbelah-belahnya kartilago persendian. Lesi permukaan itu disusul oleh proses
pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrial
pada kartilago, cairan synovial dipenetrasikan ke dalam tulang di bawah lapisan kartilago yang akan
menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi
sempit, disamping itu tulang bereaksi terhadap lesi kartilago yaitu dengan pembentukkan tulang baru
(osteofit) yang menonjol ke tepi persendian.
derajat 0: tidak ada gambaran OA
derajat 1: meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minimal
derajat 2: OA minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat sclerosis dan kista subkondral,
celah sendi baik
derajat 3: OA moderat, osteofit moderat, deformitas ujung tulang, dan terdapat penyempitan celah
sendi
derajat 4: OA berat, celah sendi sangat sempit

5. Wanita 52 tahun keluhan nyeri pada lutut sejak 3 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan terutama

saat pagi hari selama 15 menit. Nyeri juga dirasakan saat beraktivitas dan hilang dengan

istirahat. Pada peneriksaan fisik didapatkan IMT pasien obesitas 1. Diagnosis pasien

berdasarkan foto radiologi adalah …

a. OA grade 0

b. OA grade 1

c. OA grade 2

d. OA grade 3

e. OA grade 4
Ekspertise:

• Besar, bentuk, struktur trabekula tulang pembentuk artikulatio genu dextra&sinistra tampak
tidak menebal

• Tampak penyempitan sela sendi di bagian medial genu dextra & sinistra, permukaan sendi
tampak dalam batas normal

• Eminentia intercondyloidea normal

• Tampak adanya osteofit di bagian lateral os femur dextra

Kesan: Osteoarthritis femurotibial grade III bilateral

Pembahasan:

Pada gambar radiologi diatas terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan

celah sendi

yang menunjukan OA grade 3.

Grade OA 0: tidak ada OA

Grade OA 1: sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan

Grade OA 2: osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tidak nampak deformitas tulang

Grade OA 3: terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan celah sendi

Grade OA 4: terdapat osteofit, deformitas lebih prominent disertai celah sendi yang hilang.
6. Tn. Jecki 60 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas sejak 4 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien sering batuk dan demam yang tidak terlalu tinggi sejak 5 bulan yang
lalu. Riwayat merokok sejak 40 tahun yang lalu 1 bungkus/hari. Tekanan darah
120/80mmhg, nadi 103 x/menit, respirasi 32x/menit, suhu 38,80C. Pemeriksaan fisik
didapatkan wheezing di lapang paru. Pemeriksaan rontgen torak smenunjukan hiperaerasi.
Kemungkinan diagnosis?

a. Hidropneumotoraks
b. Pneumotoraks
c. Pneumonia
d. TB paru dengan pneumonia
e. PPOK eksaserbasi akut

Pembahasan :
Kata kuncisesak nafas 4 jam yang lalu, sering batuk dan deman yang tidak terlalu tinggi,

riwayat merokok, respirasimeningkat, demam, terdapat wheezing, pada foto rontgen terdapat

hiperaerasi.

Definisi PPOK :

- Hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible, progresif, berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap partikel berbahaya disertai efek ekstra paru.
- Gabungan antara obstruksi saluran nafas kecil dan kerusakan parenkim.

FaktorRisiko :

- Asap rokok
- Polusi udara
- Stress oksidatif
- Genetik
- Tumbuh kembang paru
- Sosial ekonomi

Manifestasi klinis :

- Sesak progresif, persisten, memberat dengan aktifitas berat, sukar bernafas


- Batuk kronik
- Berdahak
- Riwayat faktor risiko

Pemeriksaa npenunjang :

- Spirometri
- AGD

Radiologi thorax terdapat hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma

mendatar, jantung pendulum.

7. Pasien pria berusia 65 tahun datang dengan keluhan batuk berdahak yang hebat. Dahak

berwarna seperti karat. Sejak 1 bulan yang lalu, batuk dirasakan semakin hebat bahkan bisa

sesak dan batuk berdarah. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki pada basal paru dan

pada foto rontgen didapatkan gambaran honey comb appearance. Diagnosis yang paling

mungkin adalah ...

a. Atelektasis
b. Bronkiektasis
c. Bronkopneumonia
d. Pneumonia lobaris
e. TBC paru
Ekspertise

 Cor, sinuses dan diafragma normal


 Hili kasar
 Corakan paru bertambah
 Tampak gambaran honeycomb pada hennithorax kiri bagian bawah

Jawaban

Definisi

Bronkiektasis merupakan kelainan morfologi yang terdiri dari pelebaran bronkus yang

abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding

bronkus(kapsel). Kelainan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding

bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang

terkena umumnya adalah bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terkena.

Epidemiologi

Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara-negara

Barat, insidens bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidens


bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan tetapi

perlu di ingat bahwa insidens ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi udara dan

kelainan kongenital.

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini.

Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki

maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan

kongenital.

Etiologi

Penyebab bronkiektasis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada

kenyataannya kasus-kasus bronkiektasis dapat timbul secara kongenital maupun didapat.

Bronkiektasis pada umumnya terjadi oleh karena obstruksi dan inflamasi pada saluran

napas. Obstruksi dan inflamasi bisa disebabkan oleh infeksi akut tuberkulosis, adenovirus,

measles, Mycobacterium avium, atau Aspergillus fumigatus.

a. Kelainan kongenital

Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor genetik

atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peran penting. Bronkiektasis yang

timbul kongenital ini mempunyai ciri sebagai berikut, pertama, bronkiektasis mengenai hampir

seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru. Kedua, bronkiektasis kongenital sering

menyertai penyakit-penyakit kongenital lainnya, misalnya: mukoviskidosis (cystic pulmonary

fibrosis), sindrom kartagener (bronkiektasis kongenital, sinusitis paranasal dan situs inversus),

hipo atau agamaglobulinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yang satu dengan

bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering

bersamaan dengan kelainan kongenital berikut: tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit

jantung bawaan, kifoskoliosis kongenital.

b. Bronkiektasis didapat
Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan akibat proses

berikut:

* Infeksi

Bronkiektasis sering terjadi sesudah seseorang anak menderita pneumonia yang sering

kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya merupakan komplikasi pertusis maupun

influenza yang diderita semasa anak, tuberkulosis paru, dan sebagainya.

* Obstruksi bronkus

Obstruksi bronkus yang dimaksudkan disini dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab:

korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar lainnya terhadap bronkus.

Menurut penelitian para ahli diketahui bahwa adanya infeksi ataupun obstruksi bronkus

tidak selalu secara nyata menimbulkan bronkiektasis. Oleh karenanya diduga mungkin masih ada

faktor intrinsik ikut berperan terhadap timbulnya bronkiektasis.

Patofisiologi

Berdasarkan definisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana terjadi

dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari destruksi

komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen tersebut adalah

akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh sitokin inflamasi, nitrit oksida dan

netrofilik protease yang dilepaskan oleh sistem imun tubuh sebagai respon terhadap antigen.

Bagian paru yang sering terkena dan merupakan tempat predisposisi bronkiektasis adalah:

1. lobus tengah paru kanan,

2. bagian lingula paru kiri lobus atas,

3. segmen basal pada lobus kedua bawah paru.

Bronkus yang terkena umunya adalah bronkus sedang, sedangkan bronkus besar jarang

terkena. Bronkus yang terkena dapat hanya pada satu segmen paru saja maupun difus mengenai

bronkus kedua paru.

PERUBAHAN MORFOLOGI YANG TERKENA


· Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa proses inflamasi

yang sifatnya destruktif dan reversible.

· Permukaan mukosa bronkus menjadi abnormal, silia pada sel epitel menghilang,

terjadi perubahan metaplasia sukamosa, dan terjadi serbukan hebat sel-sel inflamasi.

· Jaringan paru peribronkial ditemukan kelainan berupa pneumonia, fibrosis paru, atau

pleuritis apabila prosesnya dekat pleura

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus atau secara

tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan jalan nafas terdiri

dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-ulang,

memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang berbahaya dan

bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik ke tenggorokan dan

kemudian dibatukkan keluar atau tertelan.

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atautidak langsung,

daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi yang kronik. Bronkus yang

mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan menjadi lebar dan

lembek serta membentuk kantung atau sakus yang menyerupai balon yang kecil. Inflamasi juga

meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami kerusakan, sekret yang

dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi tempat berkembangnya

bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak dinding bronkus, sehingga

menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas.

Ada tiga variasi bentuk kelainan anatomis bronkiektasis, yaitu:

a) Bentuk tabung (tubular, cylindrical, fusiform bronchiectasis). Variasi ini merupakan

bronkiektasis yang paling ringan dan sering ditemukan pada bronkiektasis yang menyertai

bronchitis kronik

b) Bentuk kantong (saccular bronchiectasis). Bentuk ini meruakan bentuk bronkiektasis

yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan pemyempitan bronkus yang irregular. Bentuk ini

kadang-kadang berbentuk kista.


c) Varicose bronchiectasis. Istilah ini digunakan karena bentuk antara bentuk tabung dan

bentuk kantong. Istilah ini digunakan karena perubahan bentuk bronkus menyerupai varises

pembuluh vena.

Adanya variasi bentuk-bentuk anatomis tadi secara klinis tidak begitu penting, karena

kelainan-kelainan yang berbeda tadi dapat berasal dari etiologi yang sama dan tidak

mempengaruhi gejala klinis dan manajemen pengobatannya sama saja. Bahkan beberapa bentuk

kelainan tadi bisa terdapat pada satu pasien.

Pseudobronkiektasis tidak termasuk bronkiektasis yang sebenarnya, karena terdapat

pelebaran bronkus yang bersifat sementara, umumnya bentuk silindris dan tidak terdapat

kerusakan dinding bronkus. Kelainan ini bersifat sementara karena dalam beberapa bulan akan

menghilang. Bentuk ini biasanya komplikasi dari pneumonia.

Pengobatan

Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas dua kelompok, yaitu sebagai berikut :

Pengobatan Konservatif

1. Pengelolaan Umum

Pengelolaan umum ini ditujukan terhadap semua pasien bronkiektasis, meliputi:

a. Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien. Contoh: membuat ruangan

hangat, udara ruangan kering, mencegah/menghentikan merokok, mencegah atau menghindari

debu, asap dan sebagainya.

b. Memperbaiki drainase postural. Tindakan ini merupakan cara yang paling efektif untuk

mengurangi gejala, tetapi harus dikerjakan secara terus-menerus. Pasien diletakkan dengan posisi

tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase sputum secara maksimal. Tiap kali

melakukan drainase postural dikerjakan selama 10-20 menit dan tiap hari dikerjakan 2-4 kali.

Prinsip drainase postural ini adalah usaha mengeluarkan sputum (sekret bronkus) dengan bantuan

gaya gravitasi. Untuk keperluan tersebut, posisi tubuh saat dilakukan drainase postural harus

disesuaikan dengan letak kelainan bronkiektasisnya. Tujuan membuat posisi tubuh seperti yang

dipilih tadi adalah untuk menggerakkan sputum dengan pertolongan gaya gravitasi agar menuju ke
hilus paru bahkan mengalir sampai ke tenggorok sehingga mudah dibatukkan keluar. Drainase

postural tiap kali dikerjakan selama 10-20 menit atau sampai sputum tidak keluar lagi. Apabila

dengan mengatur posisi tubuh pasien seperti tersebut di atas belum diperoleh drainase sputum

secara maksimal dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan dengan jari pada pumggung

pasien (Tabotage).

c. Mencairkan sputum yang kental. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan, misalnya: inhalasi

uap air panas atau dingin (menurut kesadaran), menggunakan obat-obatan mukolitik dan

sebagainya.

d. Mengatur posisi tempat tidur pasien. Posisi tempat tidur pasien sebaiknya diatur

sedemikian rupa sehingga posisi tidur pasien dapat memudahkan drainase sekret bronkus. Hal ini

dapat dicapai misalnya dengan mengganjal kaki tempat tidur bagian kaki pasien (disesuaikan

menurut kebutuhan) sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase

sputum.

e. Mengontrol infeksi saluran nafas. Adanya infeksi saluran nafas akut (ISPA) harus

diperkecil dengan jalan mencegah pemajanan kuman. Apabila telah ada infeksi (ISPA) harus

diberantas dengan antibiotik yang sesuai agar infeksi tidak berkelanjutan. Apabila ada sinusitis

harus disembuhkan.

2. Pengelolaan Khusus

a. Kemoterapi pada bronkiektasis

Kemoterapi pada bronkiektasis dapat digunakan: (1) secara kontinyu untuk mengontrol infeksi

bronkus (ISPA), (2) Untuk pengobatan eksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru, (3) Atau

keduanya. Kemoterapi disini menggunakan obat antibiotik tertentu. Sebaiknya harus berdasarkan

hasil uji sensitivitas kuman terhadap antibiotik secara empirik. Walaupun kemoterapi jelas

kegunaannya pada pengelolaan bronkiektasis, tidak setiap pasien harus diberikan antibiotik.

Antibiotik hanya diberikan kalau diperlukan saja, yaitu apabila terdapat eksaserbasi infeksi akut.

Antibiotik diberikan selama 7-10 hari, terapi tunggal atau kombinasi beberapa antibiotik sampai

kuman penyebab infeksi terbasmi atau sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna

kuning/hijau menjadi mukoid (putih jernih). Selanjutnya ada yang memberikan dosis pemeliharaan.
Ada yang berpendapat bahwa kemoterapi dengan antibiotik ini apabila berhasil akan dapat

mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat ada eksaserbasi infeksi

akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara.

b. Drainase sekret dengan bronkoskop

Cara ini penting dikerjakan terutama pada permulaan perawatan pasien. Keperluannya adalah

antara lain untuk: (1) menentukan dari mana asal sekret (sputum), (2) mengidentifikasi lokasi stenosis

atau obstruksi bronkus, (3) menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah

obstruksi tadi (misalnya pada pengobatan atelekasis paru).

3. Pengobatan Simptomatik

Pengobatan ini hanya diberikan kalau timbul simptom yang mungkin mengganggu atau

membahayakan pasien.

8. Seorang laki-laki usia 40 tahun datang dengan keluhan tidak bisa kentut dan BAB selama 5
hari. Selain itu pasien juga mengeluh mual dan muntah. Terdapat hasil pemeriksaan
radiologis didapatkan:

Hasil pemeriksaan berikut yang mendukung diagnosis?


a. Pneumatosis intestinalis
b. Air fluid level
c. Perforasi gaster
d. Overhanging edges
e. Single bubble sign

Ekspertise:
- Preperitoneal Fat tidak jelas
- Psoas line tidak jelas
- Distribusi udara usus meningkat
- Distensi usus bagian proksimal
Kesan: Multiple air fluid level tersusun seperti anak tangga “step ladder appearance” di
bagian kiri abdomen

Diagnosis: Ileus obstruktif Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari
penghambatan motilitas usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab. Gambaran
radiologi Memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air
dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga (Step Ladder)
Pilihan Lain:
- Pneumatosis interstinalis: Bayangan udara intramural pada dinding usus, gaster dan
rectum, tetapi lebih sering terjadi pada ileum, colon, descendens dan sigmoid, terlihat
sebagai gelembung dan garis paralel dalam dindin usus  tanda patognomonik NEC
- Perforasi gaster: Gambaran radiologi pneumoperitoneum akibat udara yang keluar dari
gaster
- Overhanging Edges: gambaran radiologi pada Gout Arthritis
Single Bubble sign: gambaran radiologi pada Stenosis Pilorus

9. Pasien bayi berusia 3 hari dibawa ibunya dengan keluhan mual-muntah setiap diteteki
beberapa jam. Menurut ibunya sejak lahir perut bayi sudah besar dan makin kembung
hingga saat ini, pasien sudah BAB berwarna kehijauan. Pemeriksaan BNO pada pasien
terlampir. Kelaian pada pasien ini adalah …

A. Ileal atresia
B. Ileus obstruksi
C. Hypertrophic pyloric stenosis
D. Annular atresia
E. Atresia duodenal
Ekspertise :

tampak pola gelembung ganda yang berisi udara pada lambung dan duodenum (double bubble

sign).

Pembahasan : atresia duodenal adalah tidak terbentuk atau tersumbatnya duodenum (bagian

terkecil usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.

Tanda dan gejala atresia duodenum:

- Perut kembung daerah epigastrium pada 24 jam pertama atau sesudahnya, namun dapat juga
tanpa diserat distensi abdomen
- Muntah segera setelah lahir dan berwarna kehijauan
- Muntah terus menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam
- Tidak ada gerakan usus setelah pengeluaran mekonium

A. Ileal atresia triple bubble sign. Gambaran microcolon atau unused colon.
B. Ileus obstruksiherring bone appearance
C. Hypertrophic pyloric stenosis single bubble sign and string sign
D. Annular atresia
E. Atresia duodenal

10. Seorang anak berusia 1 tahun dibawa orang tuanya dengan keluhan sering biru. Keluhan ini
muncul sejak pasien masih kecil, namun makin lama makin parah. Pemeriksaan fisik
didapatkan sianosis pada mukosa mulut, lidah, dan kuku, jari tabuh, benjolan pada dada,
dan murmur sistolik pada ICS 2 garis parasternal kiri. Rontgen dada menunjukkan jantung
yang tidak membesar, apeks jantung bulat dan terangkat disertai cekung pada konus
pulmonalis. Kelainan jantung yang menyertai penyakit jantung bawaan ini, kecuali …

A. Defek septum ventrikel


B. Hipertrofi ventrikel kanan
C. Overriding aorta
D. Stenosis pulmonal
E. Stenosis aorta

Pembahasan : tetralogy of fallot (TOF) merupakan kelainan jantung bawaan sianosis yang

struktur anatomisnya terdiri dari defek septumventrikel (VSD), stenosis pulmonal,

dekstroposisis/overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan (RVH). TOF merupakan kelainan

jantung sianosis yang tersering dijumpai yaitu sektar 8-10% dari seluruh kelainan jantung bawaan

dengan kejadian lebih sering pada laki-laki. Akibat stenosis infundibular/pulmonar, terjadi obstruksi

jalan keluar ventrikel kanan. Meski mengakibatkan peningkatan tekanan ventrikel kanan, tetapi

ventrikel kiri selalu mengimbanginya sehingga relative tidak ada perbedaan tekanan pada kedua

ventrikel, akibatnya darah dari ventrikel kanan mengalir ke aorta. Saturasi oksigen di arteri menjadi

rendah sehingga terjadilah sianosis. Derajat sianosis berbanding lurus dengan derajat stenosis

pulmonal.

Gejala Klinis:

- sianosis pada kuku, mukosa bibir, mulut sampai dengan lidah. Umumnya mulai tampak
setelah umur beberapa minggu.
- Pada umur > 2 bulan sudah tampak jari tabuh
- Konjungtiva hiperemis
- Pertumbuhan gigi buruk dan tampaknya banyak karies
- Pemeriksaan fisik dada: precordial bulging, teraba denyut epigastrial (RV heave), bising
ejeksi sistolik di ICS II PSL kiri, p2 lemah atau s2 tunggal dna keras (dominasi aorta)
- Pemeriksaan penunjang : Foto dada  jantung umumnya tidak membesar, apeks bulat dan
terangkat dan konus pulmonalis cekung. Hal tersebut mengakibatkan bentuk jantung
menyerupai sepatu not (boot shape). Tampak pula aliran darah paru yang berkurang. Arkus
aorta ada di kanan (pada 25% kasus).
- EKG : deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan

Ekokardiografi : melalui sandapan long axis parasternal dapat dilihat defek septum ventrikel,

hipertrofi ventrikel kanan, dan dekstroposisi aorta. Melalui sandapan short axis parasternal, dapat

dilihat adanya stenosis pulmonal.

11. Tn. Joko 22 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dan bengkak pada lengan bawah

kanan setelah dipukul dengan kayu. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal.

Pemeriksaan status lokalis didapatkan deformitas antebrachii kanan dengan ruang lingkup

gerak terbatas. Pada foto polos antebrachii ditemukan :


A. Fraktur antebrachii

B. Fraktur colles

C. Fraktur Smith

D. Fraktur monteggia

E. Fraktur Galeazzi

Ekspertise:

- Besar, bentuk, struktur trabekula tulang pembentuk articulatio radioulnar dalam batas normal

- Terdapat dislokasi sendi radioulnar distal dekstra

- Terdapat garis fraktur oblique pada sepertiga distal radius dekstra

- JAWABAN : Fraktur Galeazzi

- Fraktur colles: fraktur radius distal, angulasi dorsal. Deformitas pada fraktur ini berbentuk

seperti sendok makan (dinner fork deformity)

- Fraktur smith : fraktur radius distal, angulasi ventral. Sering disebut reverse colles fracture

- Fraktur monteggia : fraktur ulna proksimal + dislokasi sendi radio ulna proksimal

- Ketika satu dari dua tulang lengan bawah fraktur dengan angulasi atau pemendekan, maka

terjadi pemendekan tulang lainnya

- Tulang lainnya dapat fraktur, dislokasi, atau cedera ligamen

- Mekanisme fraktur galeazzi : jatuh dengan tangan ekstensi maksimal dengan siku yang fleksi
- Gambaran klinik : ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang

mencolok

12. Tn. Girry, 50 tahun, datang dengan keluhan lemah anggota tubuh sebelah kiri sejak 5 jam

yang lalu. Keluhan dirasakan tiba-tiba setelah pasien shalat subuh.Keluhan disertai dengan

mati rasa di daerah mulut.Pasien memiliki riwayat merokok dan kencing manis. Tekanan

darah 150/80 mmHg, pemeriksaan motorik 4333/5555. Pemeriksaan penunjang yang

dibutuhkan adalah?

a. MRI
b. Foto cranium
c. CT scan
d. Bone scan
e. Angiografi

Pembahasan:

MRI →tidak direkomendasikan untuk melihat perdarahan

Foto cranium →tulang tengkorak akan menutupi gambaran darah

CT scan →dapat membedakan berbagai jenis organ seperti tulang, jaringan, lemak, darah, otot,

saraf, dsb, tidak seperti x-ray yang hanya dapat memperlihatkan berbagai jenis organ dalam

gradasi hitam putih saja

Bone scan →perdarahan otak tidak berkaitan dengan bone scan

Angiografi→dapat melihat sumbatan tapi bukan pemeriksaan utama

13. Seorang laki-laki berusia 32 tahun mengeluh sakit dan bengkak pada daerah dekat lutut.

Pada foto rontgen tampak gambaran di bawah ini, apakah diagnosis radiologinya?
a. Lesi bentuk onion skin appearance, kesan Ewing sarkoma

b. Gambaran caulliflower, kesan Osteokondroma

c. Lesi berbentuk sun ray appearance, kesan Osteosarkoma

d. Gambaran lesi kistik berbatas tegas, mengarah simple bone cyst

e. Gambaran lesi kistik bersepta dengan bubble soap appearance kesan giant cell tumor

Ekspertise:

- Besar, bentuk, ukuran tulang trabekula dalam batas normal

- Sela dan permukaan sendi normal

- Eminentia intercondyloidea normal

- Tak tampak osteofit

- Tampak massa exophytic pada 1/3 distal metafisis tulang femur dengan diselubungi kartilago

yang kalsifikasi

- Kesan : osteokondroma

Pembahasan:

Definisi: Osteokondroma merupakan tumor jinak tulang dengan penampakan adanya

penonjolan tulang yang berbatas tegas yang muncul dari metasfisis, penonjolan tulang

tersebut di tutupi oleh cartilago hialin. Penonjolan menyebabkan suatu pembengkakkan atau

gumpalan dan mirip seperti kembang kol.

Etiologi:
- Cacat bawaan atau trauma perichondrium yang menghasilkan herniasi dari fragmen

lempeng epifisis

- Osteokondroma yang berhubungan dengan riwayat pada keluarga  heriditary multiple

exostosis

Patofisiologi:

• Osteokondroma merupakan lesi yang berkembang dibandingkan dengan neoplasma sejati

• Lesi hasil dari pemisahan fragmen lempeng pertumbuhan kartilago epifisis yang kemudian

herniasi ke dalam manset tulang periosteum

• Mekanisme terbentuknya kelainan  dari remodelling selama pertumbuhan tulang panjang

• Pertumbuhan menetap fragmen kartilago dan osifikasi endokondral (maturasi) menghasilkan

bonggol tulang subperiosteum dengan ditutupi kartilago dan muncul dari permukaan tulang

• Setelah remaja dan maturitas tulang, ostekondroma tidak berkembang lagi.

- Berasal dari komponen osteosit dan komponen tulang rawan atau chondrosit.

- Mengenai tulang panjang dan tulang lain seperti ujung distal femur, ujung proksimal tibia,

dan humerus. Lainnya juga dapat terkena.

Terdapat 2 tipe osteokondroma yaitu bertangkai (pedunculated) dan tidak bertangkai

(sesile).

Tatalaksana: Apabila terdapat penekanan pada jaringan lunak misalnya pada pembuluh

darah atau saraf sekitarnya atau tumor tiba-tiba membesar disertai rasa nyeri maka diperlukan

tindakan operasi secepatnya, terutama bila hal ini terjadi pada orang dewasa.
Ewing Sarcoma (Onion skin appearenance) Osteosarkoma (Sun ray appearance)

Giant cell tumor (soap bubble appearance) Simple bone cyst

14. Ibu fatimah, usia 65 tahun datang dengan keluhan bungkuk. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan kifosis. Pada pemeriksaan rontgen didapatkan gambaran tulang yang menipis
dan destruksi tulang. Kadar kalsium dalam batas normal. Diagnosis yang tepat adalah...
A. Osteoartritis
B. Osteoporosis
C. Rheumatoid artritis
D. Gout
E. Paget disease

Pembahasan :
Definisi
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka,
ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya
risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu
densitas tulang dan kualitas tulang.

Penyebab Osteoporosis
Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:
1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama
pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang.
2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas).
3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang
disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan

Stadium Osteoporosis

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat
daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau
benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang.
Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi.

Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan.
Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul
nyeri dan perubahan bentuk tulang.
Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:
1. Tinggi badan berkurang
2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah
3. Patah tulang
4. Nyeri bila ada patah tulang

Faktor Risiko Osteoporosis

Yang tidak bisa diperbaiki :


1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Ras
4. Riwayat keluarga
5. Menopause
Yang dapat diperbaiki :
1. Aktivitas fisik
2. Kurang kalsium
3. Merokok
4. Minuman beralkohol
5. Minuman soda
6. Stres
7. Bahan kimia

Patofisiologi
Osteoporosis berawal dari Adanya massapuncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa

tulang. Massa puncaktulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetic, sedangkan faktor

yangmenyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan, menopause, faktor lainseperi obat

obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta faktor genetik. Akibat massapuncak tulang yang rendah

disertai adanya penurunan massa tulang menyebabkan. Densitas tulang menurun yang merupakan

faktor resiko terjadinya fraktur.

15. Ibu sutinah, 70 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada kedua lutut,

terutama saat akan beranjak berdiri dan saat menaiki anak tangga. Pada pemeriksaan lab

terdapat osteofit. Diagnosis pasien adalah …

a. neuropati

b. nefropati

c. osteoporosis

d. osteoartritis

e. gangguan vaskular

Pembahasan :
Definisi :

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya

degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan

pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan,

khususnya pada pagi hari atau setelah inaktivitas.

Klasifikasi :

Osteoartritis primer
Osteoartritis primer atau OA idiopatik belum diketahui penyebabnya dan tidak berhubungan

dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi.Meski demikian, osteoartritis

primer banyakdihubungkan pada penuaan.

Osteoartritis sekunder
Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi lainnya,seperti

pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik lokal maupun generalisata), kelainan

tulang dan sendi, penyakit akibat deposit kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, operasi

yang berulangkali pada struktur-struktur sendi, dan sebagainya.

gejala osteoartritis :

 Nyeri pada sendi, terutama sendi yang menyangga berat tubuh (seperti sendi lutut atau
pinggang)
 Timbul rasa kaku disendi pada pagi hari sesudah bangun tidur, berlangsung kurang dari 30
menit
 Bila digerakkan bisa terdengan krepitus
 Derak sendi terbatas karena nyeri

Faktor risiko :

 Usia tua, riwayat keluarga dengan OA, berat badan berlebih

Patogenesis
Osteoartritis selama ini dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang tidak dapat

dihindari. Namun, penelitian para pakar sekarang menyatakan bahwa OA ternyata merupakan

penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan

kartilago yang penyebabnya belum diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor

penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago di dalam

cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit, dan nyeri.

Jejas mekanik dan kimiawi pada sinovial sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor

umur, humoral, genetik, obesitas, stress mekanik atau penggunaan sendi yang berlebihan, dan defek

anatomik

Pada OA, terjadi gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago sehingga terjadi kerusakan

struktur proteoglikan kartilago, erosi tulang rawan, dan penurunan cairan sendi.

Secara umum, kartilago akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru untuk memperbaiki

diri akibat jejas mekanis maupun kimiawi. Namun dalam hal ini, kondrosit gagal mensintesis matriks

yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler,

termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang

pendek. Akibatnya, terjadi perubahan pada diameter dan orientasi serat kolagen yang

mengubahbiomekanik kartilago, sehingga kartilago sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya.

16. Tn. Leo 25 tahun datang dengan keluhan sesak nafas dan demam sejak 5 hari yang lalu.
Pada pemeriksaan didapatkan paru kanan tertinggal, suara nafas menurun pada paru kanan,
perkusi kanan redup, trakea terdorong ke sisi kiri. Apa diagnosis yang paling tepat untuk
pasien ini?
a. Efusi pleura kanan massif
b. Pneumothorax kanan
c. Atelectasis lobus kanan bawah
d. Fibrosis lobus kanan
e. Flail chest

Kata kunci :

- Sesak dan demam sejak 5 hari yang lalu.


- Paru kanan tertinggal suara nafas menurun pada paru kanan, perkusi redup, trakea
terdorong ke sisi kiri.

Gambaran radiologi :

- Sudut kostofrenikus menghilang


- Meniscus sign (+)

17. Seorang penderita laki-laki usia 20 tahun datang ke poli bedah dengan keluhan benjolan
dilengan atas kanan sejak 1 bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar dan terasa
nyeri. Pasien juga mengeluhkan berat badannya turun hampir 4 kg dalam 1 bulan ini.Pada
inspeksi tidak didapatkan tanda kemerahan. Riwayat trauma (-) Pada foto lengan atas kanan
didapatkan gambaran sebagai berikut :

Diagnosis radiologis yang mungkin pada penderita ini adalah …

a. Ewing sarcoma
b. Osteosarcoma

c. Chondrosarcoma

d. Aneurysmal bone cyst

e. Enchondroma

Ekspertise

- Besar, bentuk, struktur trabekula os humerus dalam batas normal

- Sela dan permukaan sendi tidak dapat dinilai

- Terdapat lesi destruktif/litik dengan batas yang tidak jelas di daerah 1/3 medial os humerus

- Kesan: Ewing sarcoma a/r 1/3 medial os humerus

Sarcoma ewing of bone: Suatu tumor dari famili tumor ewing yang terjadi di tulang, termasuk
dalam salah satu jenis tumor ganas primer dan paling sering mengenai tulang panjang di
daerah diafisis.

Paling sering terjadi di pelvis, dinding thorax seperti pada costae dan shoulder blades,
pertengahan tulang panjang seperti pada tulang tungkai. Tanda dan gejala berupa bengkak
pada tulang atau sendi, sering muncul massa yang tumbuh progresif disertai nyeri serta gejala
sistemik seperti; penurunan berat badan, lemah badan, dan demam juga sering terjadi.

Gambaran radiologis:

- Destruksi tulang yang tersebar luas yang dimulai dari bagian medula <marrow origin> 
gambaran radioluscent

- Reaksi periosteal yang terbentuk secara lamellar <onion-peel appearence>  tumor secara
cepat merusak korteks

- Codman’s angles

Stadium:

- 1A : tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan hanya pada lapisan keras tulang.

- 1B : tumor tingkat rendah (ringan) ditemukan memperluas diri di sekitar jaringan lunak.

- 2A : tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan hanya pada lapisan keras tulang.
- 2B : tumor tingkat tinggi (berat) ditemukan memperluas diri di sekitar jaringan lunak.

- 3 : 1B: tumor tingkat rendah (ringan) atau tinggi (berat) yang telah bermetastasis.

Tatalaksana:

 Radioterapi maupun kemoterapi responsif  jarang amputasi

kemoterapi obat ganda biasanya mendahului terapi lokal definitif

 Reseksi bedah primer perbaikan hasil, mempertahankan fungsi

 Terapi radiasi lokal pada tempat tumor dan metastasis

18. Laki-laki usia 47 tahun databg dengan keluhan nyeru pada tulang belulang. Untuk mengeta
hui dasar pada penderita, dilakukan pemeriksaan xray
Diagnosis yang tepat pada pasien adalah …
A. Osteoporosis
B. Osteosarcoma
C. Parathyroid carcinoma
D. Osteomielitis tuberkulosa
E. Multiple myeloma

Ekspertise:
- os calvaria: frontal, parietal, temporal oksipital, terdiri dari 3 lapisan tabula externa, diploe, da
n tabula interna tidak ada kelainan
- sutura coronarius dan lambdoidea tidak ada kelainan
- terdapat convulatuon marking
- terdapat lesi litik
- tidak ada fraktur
- tidak ada massa
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma yang a
bnormal berkembangbiak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar anti
bodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih. Multiple myeloma (myelomatosis
, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan keganasan sel plasma yang ditandai dengan peng
gantian sumsum tulang, kerusakan tulang , dan formasi paraprotein.
Etiologi: Penyebab multiple myeloma belum jelas. Paparan radiasi, benzena, dan pelarut organi
k lainnya, herbisida, dan insektisida mungkin memiliki peran. Multiple myeloma telah dilaporkan pad
a anggota keluarga dari dua atau lebih keluarga inti dan pada kembar identik. Beragam perubahan kro
mosom telah ditemukan pada pasien myeloma seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kel
ainan pada 11q.
Patofisiologi: Tahap patogenesis pertama pada perkembangan myeloma adalah munculnya seju
mlah sel plasma clonal yang secara klinis dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermine
d significance). Pasien dengan MGUS tidak memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi m
emiliki 1% resiko progresi menjadi myeloma atau penyakit keganasan yang berkaitan.
Saat ini ada dua derajat multiple myeloma yang digunakan yaitu Salmon Durie system yang telah
digunakan sejak 1975 dan the International Staging System yang dikembangkan oleh the
International Myeloma Working Group dan diperkenalkan pada tahun 2005.
Salmon Durie staging :
a) Stadium I
Level hemoglobin lebih dari 10 g/dL
Level kalsium kurang dari 12 mg/dL
Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter
Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, IgA < 3 g/dL, urine < 4g/24 jam)
b) Stadium II
Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III
c) Stadium III
Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dL
Level kalsium lebih dari 12 g/dL
Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang
Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, IgA > 5 g/dL, urine > 12 g/24 jam)
d) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dL
e) Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl

International Staging System untuk multiple myeloma


a) Stadium I
β2 mikroglobulin ≤ 3,5 g/dL dan albumin ≥ 3,5 g/dL
CRP ≥ 4,0 mg/dL
Plasma cell labeling index < 1%
Tidak ditemukan delesi kromosom 13
Serum Il-6 reseptor rendah
durasi yang panjang dari awal fase plateau
b) Stadium II
Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5 g/dL, atau
Beta-2 microglobulin <3.5g/dL dan albumin <3.5 g/dL
c) Stadium III
Beta-2 microglobulin >5.5 g/dL
Tatalaksana

Pendekatan penatalaksanaan pada pasien baru terdiagnosis multiple myeloma(MM). ASCT = a


utologous stem cell transplantation; CR = complete response; Dex = dexamethasone; MP = melphalan
plus prednisone; MPT = MP plus thalidomide; Rev/Dex = lenalidomide (Revlimid) plus Dex; Thal/De
x = thalidomide plus Dex; VGPR = very good partial response.
19. Tn. Akbar 65 tahun mengeluh sulit BAK. pasien terkadang terbangun malam hari tidak bisa

menahan kencing. bulging(+) di suprapubis. pada pemeriksaan colok dubur ditemukan

pool atas prostat tidak teraba. apa gambaran pencitraan yang dapat ditemukan pada pasien

ini?

a. identasi kranial buli

b. identasi kaudal buli

c. filling defect

d. string sign

e. single bubble
Ekspertise:

IVP: VU: tidak terisi penuh, dinding tampak ireguler, tampak indentasi pada pool bawah.

Pembahasan:

Secara anatomi, letak prostat berada di bagian inferior buli, sehingga jika ada pembesaran pada

prostat akan terjadi pendesakan (indentasi) pada kaudal buli.

Single bubble sign String sign


Filling defect

20. Gambaran string sign dan single buble ditemukan pada kasus stenosis pilorus

Anak Amir, 4 tahun datang dengan ibunya dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada.

Sebelumnya pasien post KLL. Pemeriksaan rontgen dada didapatkan gambaran fraktur os

clavicula kanan yang merobek selaput paru kanan, dengan dugaan adanya tension

pneumothorax. Gambaran radiologi apa yang akan didapatkan?

a. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan kolaps paru kanan ke arah medial
b. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan kolaps paru kanan ke inferior
c. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dan adanya air fluid level
d. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan diafragma mendatar
e. Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan meniscus sign

Pembahasan:

Gambaran radiologis pneumotoraks adalah radiolusen, terlihat gambaran avaskuler pada paru

yang mengalami kelainan disertai gambaran pleural line


Ekspertise:

- Sinus kiri dan diafragma normal.

- Sinus kanan tampak luscen.

- Pulmo: tampak bayangan luscen tanpa corakan paru di sepanjang hemitoraks kanan

dengan pleural line (+).

Gambaran hiperlusen pada paru kanan dengan diafragma mendatar merupakan gambaran pada PPOK.

Anda mungkin juga menyukai