Ventrikel kanan menempati sebagian besar permukaan anterior cardiac. Ruang ini dan arteri pulmonal
membentuk struktur seperti baji di belakang kiri sternum. Batas inferior ventrikel kanan terletak di bawah
pertemuan sternum dan xiphoid process. Ventrikel kanan menyempit ke arah superior dan bergabung
dengan arteri pulmonal setinggi sternal angle atau bagian pangkal jantung (bagian superior jantung di
kanan dan kiri ICS 2 berdekatan dengan sternum).
Ventrikel kiri, di bagian belakang kiri ventrikel kanan, membentuk batas kiri jantung. Bagian ujung
inferiornya yang meruncing dinamakan apeks jantung. Apeks jantung membentuk impuls apeks yang
diidentifikasi pada palpasi precordium sebagai ictus cordis atau point of maximal impulse (PMI). Impuls
ini terletak di batas kiri jantung ICS 5 atau medial kiri midclavicular line (7 atau 9 cm lateral midsternal
line). PMI tidak selalu terpalpasi. Dipengaruhi oleh habitus dan posisi pasien.
Pada posisi supinasi, diameter PMI 1-2,5 cm. PMI >2,5 cm adalah tanda left ventricular
hypertrophy karena hipertensi atau stenosis aorta
Pada beberapa pasien, impuls precordial yang paling jelas mungkin bukan di apeks ventrikel kiri.
Contoh pada pasien COPD, PMI paling menonjol di xiphoid atau area epigastric karena right
ventricular hypertrophy.
Di atas jantung ada great vessels. Arteri pulmonal bercabang ke kanan dan kiri. Aorta melengkung ke atas
dari ventrikel kiri ke sternal angle, lalu melengkung ke posterior kiri lalu turun. Di batas medial, superior
dan inferior vena cava menyalurkan darah dari bagian atas dan bawah tubuh ke atrium kanan.
Karena lokasinya, katup mitral dan tricuspid sering disebut katup atrioventricular. Katup aorta dan
pulmonal disebut katup semilunar karena bentuk katupnya seperti bulan sabit.
Saat katup menutup, bunyi jantung S1 dan S2 muncul dari getaran yang berasal dari katup,
struktur jantung yang berdekatan, dan aliran darah. Pada dewasa di atas 40 tahun, suara diastolic S3 dan
S4 adalah patologis, biasanya menandakan gagal jantung dan acute myocardial ischemia.3
Cardiac Cycles
1. Atrial systole (ventricular filling aktif)
Atria systole; ventricle diastole
Disebabkan oleh depolarisasi atria
Atria kontraksi → tekanan ↑ → darah mengalir dari atrium ke ventricle melalui katup
atrioventricular yang sudah terbuka
Akhir dari atrial systole juga merupakan akhir dari ventricular diastole (relaksasi). Dengan
demikian, setiap ventrikel mengandung sekitar 130 mL pada akhir periode relaksasi
(diastole). Volume darah ini disebut volume akhir diastolik (EDV).
Katup semilunar masih tertutup
Ventricle systole; atrial diastole
Disebabkan oleh depolarisasi ventricle
Ventricle kontraksi → tekanan ↑ → katup atrioventricular tertutup
Patologis
1. S3 gallop
Terjadi setelah S2
Disebabkan karena turbulensi darah selama rapid ventricular filling
2. S4 gallop
Terjadi sebelum S1
Disebabkan karena turbulensi darah selama atrial systole
3. Murmur
Disebabkan karena turbulensi aliran darah. Penyebab: stenosis aorta, aorta regurgitasi.
Cardiac Output
Volume darah yang diejeksikan dari ventrikel ke aorta/pulmonary trunk (stroke volume) tiap menit.
CARDIAC OUTPUT = STROKE VOLUME x HEART RATE
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
Teknik Pemeriksaan
1. Tekanan darah
Pasien harus mengindari rokok, kafein dan olahraga 30 menit sebelum pemeriksaan
Ruang pemeriksaan harus tenang
Pasien duduk tenang selama 5 menit di kursi dengan kaki menempel ke lantai
Tangan tidak boleh terhalang baju, fistula dialysis, bekas luka atau lymphedema
Palpasi arteri brachialis untuk mengkonfirmasi pulsasi, posisikan tangan agar arteri
brachialis di antecubital crease, sejajar dengan jantung (ICS 4 di perbatasan sternum)
Pasangkan cuff diatas arteri brachialis, batas bawah cuff 2,5 cm di atas antecubital crease.
Tangan pasien sedikit ditekuk di siku
Untuk menentukan seberapa tinggi menaikkan tekanan cuff, pertama perkirakan tekanan
sistolik dengan palpasi. Palpasi arteri radialis dengan jari, naikkan cuff sampai pulsasi
radial hilang. Hasil tekanan manometer ditambah 30 mmHg. Hal ini untuk mencegah rasa
tidak nyaman pada pasien saat tekanan cuff terlalu tinggi. Juga mencegah kesalahan yang
disebabkan karena auscultatory gap (interval diam antara tekanan sistol dan diastol).
Turunkan tekanan cuff, tunggu 15-30 detik
Tempatkan bagian bell dari stetoskop di atas arteri brachialis, dengarkan suara korotkoff
Naikkan tekanan, lalu turunkan pelan-pelan dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik. Catat
level saat terdengar suara (tekanan sistolik)
Lanjutkan menurunkan tekanan pelan-pelan sampai suara hilang (tekanan diastolik).
Catat level saat suara hilang. Untuk mengkonfirmasi dengarkan lagi sampai turun 10-20
mmHg, lalu turunkan secara cepat sampai nol.
Ulangi setelah 2 menit atau lebih. Rata-ratakan tekanan darah.
2. Nadi
Palpasi arteri radialis dengan ujung jari telunjuk dan jari tengah, tekan arteri radialis sampai pulsasi
maksimal terasa. Jika ritme regular, hitung nadi selama 30 detik x 2. Jika ritme irregular (cepat atau
lambat), hitung penuh selama 60 detik. Normal heart rate = 60-100 bpm.
4. Pulsasi karotis
Periksa pulsasi carotid termasuk carotid upstroke, amplitude, kontur
Untuk memeriksa amplitude dan kontur, pasien dalam posisi supinasi dengan kepala naik
30°. Pertama inspeksi leher untuk melihat pulsasi carotid, biasanya medial dari otot
sternocleidomastoid. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah atau jari jempol kiri pada arteri
carotid kanan 2/3 bawah leher (sejajar cricoid cartilage)
Tekan sampai terasa pulsasi maksimal lalu perlahan kurangi tekanan untuk merasakan
tekanan arterial dan kontur
Saat palpasi rasakan ada thrills/vibrasi atau tidak. Jika ada auskultasi arteri karotis, periksa
apakah ada bruits (seperti murmur karena turbulensi aliran darah arteri). Minta pasien
untuk berhenti bernapas selama 15 detik lalu dengarkan dengan bagian diafragma dari
stetoskop di ujung atas thyroid cartilage dibawah sudut rahang
5. Brachial artery
Pada pasien dengan obstruksi carotid, kinking atau thrills, periksa arteri brachialis dengan
cara yang sama dengan arteri carotis
Siku ekstensi dengan telapak tangan menghadap ke atas, letakkan tangan pemeriksa di
bawah siku pasien untuk support forearm. Gunakan jari telunjuk dan tengah atau jari
jempol dengan tangan yang lain. Rasakan pulsasi di medial dari biceps tendon.
Pemeriksaan Jantung
1. Posisi pasien
Berdiri di kanan pasien
Posisi pasien supinasi, dengan kepala terangkat 30°
Untuk memeriksa PMI, S3, S4 minta pasien miring ke arah kiri (left lateral decubitus) –
menyebabkan apeks ventrikel lebih dekat ke dinding dada
3. Palpasi
4. Pada pasien dengan obstruksi carotid, kinking atau thrills, periksa arteri brachialis dengan cara
yang sama dengan arteri carotis
5. Siku ekstensi dengan telapak tangan menghadap ke atas, letakkan tangan pemeriksa di bawah
siku pasien untuk support forearm. Gunakan jari telunjuk dan tengah atau jari jempol dengan
tangan yang lain. Rasakan pulsasi di medial dari biceps tendon.
Heaves, lifts, thrills: S1, S2, S3, S4 → palpasi di ICS2 kiri dan kanan, batas sternum, dan apeks
Heaves dan lifts: gunakan telapak tangan atau jari datar atau miring di dada pasien. Heaves dan
lifts adalah impuls berkelanjutan yang secara berirama mengangkat jari-jari, biasanya disebabkan
oleh ventrikel kanan atau kiri yang membesar atau kadang-kadang oleh aneurisma ventrikel.
Thrills: gunakan ball of hand, tekan ke dada untuk merasakan adanya sensasi buzzing/vibrasi
disebabkan karena turbulensi aliran darah. Jika ada, auskultasi untuk mendengarkan murmur
Palpasi impuls dari ventrikel kanan di area ventrikel kanan, biasanya di batas kiri bawah sternum
dan subxiphoid
S1 dan S2: tekan dengan tangan kanan di dinding dada. Jari telunjuk dan jari tengah palpasi carotid
upstroke untuk identifikasi S1 dan S2 sebelum dan setelah upstroke. Untuk S3 dan S4, tekan di
bagian apeks untuk merasakan adanya pergerakan tambahan.
6. Perkusi
Perkusi bisa digunakan untuk mengukur besar jantung jika PMI tidak terpalpasi. Mulai dari sisi kiri
dada, perkusi dari resonansi menuju cardiac dullness di ICS 3,4,5,6.
7. Auskultasi
Bagian diafragma stetoskop: Suara high-pitch S1, S2, mumur aorta dan mitral regurgitasi dan
pericardial friction rubs
Bagian bell stetoskop: Suara low-pitch S3, S4 dan murmur dari mitral stenosis. Mulai dari apeks
lalu berjalan medial ke batas bawah sternum. Jangan ditekan terlalu keras.
Dengarkan di ruangan yang tenang dengan stetoskop, kepala pasien diangkat 30°. Mulai
auskultasi dari apeks lalu ke base, pertama dengarkan dengan diafragma lalu dengan bell. Mulai
dari PMI lalu berjalan medial ke batas kiri sternum, superior dari ICS 2, lalu melewati sternum ke
ICS 2 kanan. Bisa juga mulai dari base ke apeks. Mulai dari ICS 2 kanan, lalu ke batas kiri sternum
ICS 2 sampai ICS 5 lalu ke apeks.
Untuk mendengarkan mitral stenosis, minta pasien dalam posisi left lateral decubitus, sehingga
ventrikel kiri lebih dekat ke dinding dada. Gunakan bagian bell dari stetoskop di PMI.
Untuk mendengarkan aortic regurgitation. minta pasien duduk, badan condong ke depan dan
tahan napas. Gunakan bagian diagragma dari stetoskop di batas kiri sternum dan apeks
Untuk mengidentifikasi sistol dan diastole, saat auskultasi, palpasi juga arteri carotid kanan di 1/3
bawah leher dengan jari telunjuk dan jari tengah kiri – S1 sebelum carotid upstroke dan S2 setelah
carotid upstroke.
Di base, S2 lebih keras dari S1 dan bisa splitting saat respirasi. Di apeks S1 lebih keras dari S2
kecuali PR interval memanjang
Bunyi jantung Auskultasi
S1 Periksa intensitas, ada splitting/tidak. Normal
splitting biasanya ada di batas kiri bawah sternum
S2 Periksa intensitas
Split S2 Dengarkan bunyi splitting di ICS 2 dan 3 kiri. Minta
pasien untuk bernapas dengan tenang dan lebih
dalam. Jika tidak ada splitting minta pasien
bernapas lebih dalam atau minta pasien duduk,
dengarkan lagi. Periksa lebar split (normalnya
sempit), waktu split (normal terdengar saat
inspirasi dan menghilang saat ekspirasi). intensitas
A2 dan P2 (A2 biasanya lebih keras)
Extra sounds di sistol Bunyi ejeksi atau systolic clicks. Periksa lokasi,
waktu, intensitas, pitch, variasi dengan respirasi
Extra sounds di diastole S3, S4, opening snap. Periksa lokasi, waktu,
intensitas, pitch dan variasi dengan respirasi.
Murmur
Timing: Systolic murmur terdengar antara S1 dan S2, diastolic murmur terdengar antara S2 dan
S1. Murmur yang bersamaan dengan carotid upstroke adalah murmur sistolik.
Bentuk
Lokasi intensitas maksimal: Cari dengan exploring area dimana terdengar murmur. Deskripsikan
ICSnya dan jaraknya dari sternum, apeks, midclavicular, midsternal, atau axillary lines.
Radiasi atau transmisi: Untuk memeriksa intensitas murmur, arah aliran a=darah dan konduksi
tulang di thorax. Periksa daerah sekitar murmur.
Intensitas