LK Praktek Jiwa Isos
LK Praktek Jiwa Isos
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG MAWAR
RSJ MUTIARA SUKMA MATARAM
OLEH
ANNISA FITRIANI
012.01.2551
i
LEMBAR PENGESAHAN
HARI :
TANGGAL :
ANNISA FITRIANI.S.Kep
KEPALA RUANGAN
....................................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kasus yang berjudul ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA Tn.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI
SOSIAL DI RUANG MAWAR RSJ MUTIARA SUKMA MATARAM yang merupakan salah
satu persyaratan akademik.
Dalam penyusunan Laporan ini penyusun berusaha semaksimal mungkin namun
kemampuan kami sangat terbatas, sehingga penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, dan
kami menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Penyusun mengharap
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional
berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas
seperti kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I
ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi
longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negatif seperti
penarikandiri, apatis, dan perawatan diri yang buruk (Forum Sains Indonesia, 2010).
Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya
kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami
ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif) terhadap
lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya.
Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan
jiwa disebut isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya (Purba, dkk. 2008). Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan
sosialisasi yang rendah karena sifatnya yang selalu menarik diri dari lingkungannya.
Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi
kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik positif maupun
negatif dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental dan sosial atau status kesehatan
seseorang sejalan dengan perkembangan teknologi dapat dikatakan makin banyak
masalah yang harus dihadapi dan diatasi seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan
hidup. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. Manusia bereaksi secara
keseluruhan secara holistik atau dapat dikatakan juga secara somato-psiko-sosial.
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol adalah gejala-gejala yang patologik
dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu. Sekali lagi
yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badan, jiwa atau
lingkungannya. Angka kejadian (incidence rate) dan angka kesakitan (morbidity rate)
berbagai gangguan jiwa. Dalam masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2-0,8% dan
1
retardasi mental 1-3% WHO melaporkan bahwa 5-15% dari anak-anak antara 3-15 tahun
mengalami gangguan jiwa yang persistent dan menganggu hubungan social. Bila kira-
kira penduduk 40% Negara kita adalah anak-anak dibawah 15 2 tahun (di negara yang
sudah berkembang kira-kira 25%) dapat digambarkan besarnya masalah. Ambil saja 5%
dari 40% dari katakana saja 120 juta penduduk maka negara kita terdapat kira-kira 2,5
juta penduduk yang mengalami gangguan jiwa yang sampai sekarangpun belum
diketahui secara pasti penyebabnya.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP DASAR
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Psikopatologi
1. Faktor Predisposisi
Berbagai faktor bisa menimbulkan respon sosial yang maladaptif.
Walaupun banyak penelitian telah dilakukan pada gangguan yang
mempengaruhi hubungan interpersonal, tapi belum ada suatu kesimpulan
yang spesifik tentang penyebab gangguan ini. Mungkin saja disebabkan
oleh kombinasi dari berbagai faktor. Faktor yang mungkin mempengaruhi
termasuk:
a. Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapain tugas perkembangan yang akan
mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial
maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mempunyai
masalah ini adalah orang tidak berhasil memisahkan dirinya dari
orangtuanya. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan
keluarga dengan pihak lain diluar keluarga. Peran keluarga seringkali
tidak jelas. Orangtua pecandu alkohol dan penganiaya anak juga dapat
mempengaruhi seseorang berespon sosial maladaptif. Organisasi
3
anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga professional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara
kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif sewajarnya
mengurangi menyalahkan keluarga oleh tenaga professional.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Ada bukti terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap masih diperlukan penelitian
lebih lanjut.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang
lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari
kelompok budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini
(Stuart dan Sundeen, 1998).
4
2.1.3 Penatalaksanaan Medis
Obat anti psikotik
1. Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -
fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi
kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di
otak khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping:Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
ja ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran disebabkan CNS Depresan.
2. Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari –hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine
pada reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik
dan sistim ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi
dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler
meninggi, gangguan irama jantung).
5
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
3. Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis
dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan
fenotiazine.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin
pada reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik
dan sistem ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering,
kesulitanmiksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intra oluker meninggi, gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan
jantung, fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan
kesadaran.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi, ECT,
Pnsikomotor, therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas.
2.2.2 DIAGNOSA
1. Isolasi social
2. Harga Diri Rendah
3. Perubahan sensori persepsi : Halusinasi
Diagosa prioritas:
Isolasi sosial
7
2.2.3 PERENCANAAN
No. DX. Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
2.Diskusikan
dengan klien
penyebab menarik
diri / tidak mau
bergaul dengan
orang lain
3.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaanya
3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi
4.Diskusikan
jadwal harian
yang dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat
6.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulanya
melalui aktifitas
yang
dilaksanakan
2.Beri pujian
terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaaanya
4.Latih keluarga
cara merawat
klien menarik diri
5.Tanyakan
perasaan keluarga
setelah mencoba
cara yang
dilatihkan
6.Beri motivasi
11
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi
5.Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada dokter
atau perawat jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan
12
2 Halusinasi TUM : klien
dapat
mengontrol
halusinasi
TUK :1
Klien dapat 1.1.Setelah 2X 1.bina hubungan Hubungan saling
membantu interaksi dengan saling percaya percaya merupakan
hubungan saling klien, klien dengan prinsip langkah awal untuk
percaya menunjukkan tanda komunikasi melakukan
percaya kepada teraupetik : interaksi
perawat : -sapa klien
-ekpresi bersahabat dengan ramah ,
-ada kontak mata baik verbal
-menunjukkan rasa maupun non
senang verbal
-mau berjabat - perkenalkan
tangan nama lengkap,
-mau duduk nama panggilan
berdampingan dan tujuan
dengan perawat berkenalan
-mengungkapkan - tanyakan nama
masalah yang yang disukai klien
dihadapi -buat kontrak
yang jelas
-tunjukkan sikap
jujur dan
menepati janji
-beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien
-tanyakan
perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien
TUK : 3
klien dapat 1.setelah ... kali 1.identifikasi Klien dapat
mengontrol interaksi klien bersama klien melakukan
halusinasi menyebutkan cara atau tindakan tindakan yang tepat
tindakan yang yang dilakukan saat halusinasinya
biasanya dilakukan jika terjadi muncul
untuk halusinasi
mengendalikan 2. diskusikan cara
halusinasinya yang digunakan
2. setelah... kali klien
interaksi klien -jika cara yang
menyebutkan cara digunakan
baru mengontrol adaptif, beri
halusinasi pujian
3. setelah .. kali -jika cara yang
interaksi klien digunkan
dapat memilih dan maladaptif
memperagakan diskusikan
cara megatasi kerugian cara
halusinasi tersebut
4. setelah.. klia 3. diskusikan cara
interaksi, klen baru untuk
melaksanakan cara mengontrol
yang telah dipilih halusinasi
untuk -katakan pada diri
mengendalikan sendiri ini tidak
halusinasi dengar nyata (saya tidak
5. setelah 2X mau mendengar)
interaksi, klien -menemui orang
mengikuti terapi tua /perawat
aktivitas kelompok untuk
menceritakan
tentang
halusinasinya
-membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disususn
14
TUK : 4 1.setelah 2X 1.diskusikan Minum obat dapa
klien dapat interaksi klien denagn klien mengurangi
memanfaatkan dapat tentang manfaat halusinasi klien
obat dengan menyebutkan : dan kerugian
baik -manfaat dari tidak minum obat,
minum obat nama, warna,
-kerugian tidak dosis, dan efek
minum obat terapi dan efek
-nama, warna, samping
dosis, efek terapi penggunaan obat
dan efek samping 2. pantau klien
obat saat penggunaan
2. setelah ... kali obat
interaksi klien 3. beri pujian bila
mendemonstrasikan klien
penggunaan obat menggunakan
dengan benar obat dengan benar
3. setelah.. kali 4. diskusikan
interaksi akibat berhenti
klienmenyebutkan minum obat tanpa
akibat berhenti konsultasi denagn
minum obat dokter
5. anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada
dokter/perawat
jika terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan.
2.beri kesempatan
untuk
mengungkapkan
perasaannya
tentang penyakit
yang dideritanya
3.sediakan waktu
untuk
mendengarkan
klien
4.katakan pada
klien bahwa ia
adalah seorang
yang berharga dan
bertanggungjawab
serta mampu
menolong dirinya
sendiri
TUK 2 :
Klien dapat Klien mampu 1.diskusikan Pujian akan
mengidentifikasi mempertahankan kemampuan dan meningkatkan
kemampuan dan aspek positif yang aspek positif yang harga diri klien
aspek positif dimiliki dimiliki klien dan
yang dimiliki beri pujian
/reinforcement
atas kemampuan
mengungkapkan
perasaannya
2.saat bertemu
klien, hindarkan
memberi
penilaian negatif.
Utamakan
memberi pujian
yang realistis
17
TUK 6 : 1.klien mampu 1.beri pendidikan Perhatian keluarga
Klien dapat melakukan apa kesehatan pada dan pengertian
memanfaatkan yang diajarkan keluarga klien keluarga akan
sistem 2.klien mau tentang cara dapat membantu
pendukung yang memberikan merawat klien meningkatkanharga
ada dukungan harga diri rendah diri klien.
2.bantu keluarga
memberi
dukungan selama
klien dirawat
3.bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan
dirumah
2.2.4 IMPLEMENTASI
2.2.5 EVALUASI
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn.S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL
DI RUANG MAWAR
RSJ MUTIARA SUKMA MATARAM
3.1 PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. S
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Agama :Islam
Status :Sudah Menikah
Pekerjaan :Petani
Alamat :Dasan Lendang,
Lombok Timur
Tanggal Pengkajian :24 oktober2016
B. ALASAN MASUK RS
Melempar rumah tetangga karena mengaku tetangga mengajak berkelahi, sering
mendengar suara-suara.
MK : ISOLASI SOSIAL
19
D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu. Pasien masuk ke RSJ
mutiara sukma untuk yang ketiga kalinya.
2. Pengobatan sebelumnya berhasil, namun pasien mengalami putus obat
sehingga kambuh lagi.
MK : Regiment Terapiutik Inefektif
3. Pengalaman tidak menyenangkan sebelum nya, klien mengatakan tidak
pernah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan seperti trauma,
trauma fisik, aniaya seksual, penolakan dan kekerasan dalam keluarganya
E. PEMERIKSAAN FISIK (24 oktober 2016)
1. TTV
TD : 130/80
N :85x/m
S :36,5 C
RR :20 x/m
BB : 59 kg
TB : 159 cm
2. Keluhan Fisik
Klien mengatakan sering sakit kepala
20
F. PSIKOSOSIAL
1. GENOGRAM
Keterangan : : Laki-laki
: perempuan
:garis pernikahan
:garis keturunan
:klien
-------- :tinggal serumah
2. KONSEP DIRI
a) Gambaran Diri :
Klien menyukai apa yang ada pada dirinya.
b) Identitas :
Klien mengatakan bahwa namanya Tn.S dan tinggal di Dasan
Lendang, Lombok Timur. Klien mengatakan bekerja sebagai petani
dan merupakan ayah dari 5 orang anak
21
c) Peran :
Pasien menyadari saat ini berperan sebagai pasien yang sedang dirawat
dan saat di rumah ia berperan sebagai ayah dari 5 orang anak.
d) Ideal Diri :
Pasien mengatakan mau sembuh, namun menjawab dengan tidak
bersemangat dan tanpa ekspresi. Pasien mengatakan setelah pulang
pasien ingin melanjutkan pekerjaannya sebagai petani.
e) Harga Diri :
Pasien mengatakan malu dengan keadaannya saat ini yang menderita
masalah kejiwaan dan sangat merindukan anak-anaknya.
3. HUBUNGAN SOSIAL
a) Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti adalah ayah dan ibunya
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien tidak menjawab saat ditanya.
c) Hambatan dalam hubungan dengan orang lain
Klien lama menjawab jika diajak berkomunikasi, jika di ajak bicara
hanya menjawab seperlunya saja dan menjawab sering tidak sesuai
dengan pertanyaan. Klien lebih sering duduk diam sendiri dan tidur.
MK : ISOLASI SOSIAL
4. SPIRITUAL
a) Keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam dan menyukai beragama islam dan
mengatakan seluruh anggota keluarganya bergama Islam.
b) Klien jarang solat namun tetap mengatakan sudah solat jika ditanya.
MK : Distres Spiritual
5. STATUS MENTAL
a) Penampilan
Penampilan Klien kurang rapi, rambut tampak tidak pernah disisir,
gigi tampak kuning dan banyak sisa makanan yang tertinggal ,serta
bau napas menyengat ,kumis tampak belum dicukur, aroma tubuh
tidak sedap.
22
MK : Defisit Perawatan Diri
b) Kllien belum mampu bercakap-cakap, pembicaraan klien masih
lambat dan tidak mampu memulai percakapan, dan menjawab
seperlunya saja saat diajak berkomunikasi.
MK : Gangguan komunikasi verbal
c) Aktivitas Motorik
Klien tampak tidak semangat, lesu saat melakukan Aktivitas Sehari-
hari.
d) Alam Perasaan
Klien tidak menjawab saat ditanya dan terlihat gelisah dan bingung
e) Afek
Afek klien datar. Tn. S tidak merespon senang ataupun marah saat di
ajak bercanda, Tn. S hanya diam termenung saja.
f) Persepsi
Klien kadang-kadang mendengar suara-suara yang mengajaknya
berkelahi saat menyendiri dan malam hari, frekuensi tidak tentu,
respon saat mendengarnya adalah mengajak berkelahi orang lain.
g) Interaksi Selama Wawancara
Klien tidak kooperatif. Klien tidak mampu mengawali interaksi. Klien
tidak akan bicara sebelum di ajak bicara, tidak akan tersenyum jika
perawat tidak tersenyum lebih dulu. Tidak ada kontak mata jika
perawat tidak menyebutkan namanya.
MK : ISOLASI SOSIAL dan HALUSINASI
h) Proses Pikir
Pembeciraan Tn.A perseverasi , kalimat “Saya dibawa kesini diajak
buat KTP tapi Amaq Saiq ijin ke WC dan tidak kembali lagi“ di
ucapkan sampai beberapa kali,meskipun bukan pertanyaan itu yang
ditanyakan oleh perawat.
i) Tingkat Kesadaran
Compos mentis
j) Memori
Kegiatan jangka pendek :
Saat ditanya siapa yang membawanya kesini, klien menjawab
“Pak Munir”.
23
Kegiatan jangka panjang :
Klien tidak mengingat tanggal lahirnya. Hanya mengatakan
tanggal lahir berdasarkan kalender Hijriah.
Daya ingat saat ini :
Saat ditanya, apakah sudah mandi, klien menjawab sudah
mandi meskipun belum mandi.
MK : Defisit Perawatan Diri
k) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung 4x5,4x8.
l) Daya tilik Diri
Klien mengetahui dirinya dirawat di RSJ dan menerima keadaannya
saat ini sebagai pasien.
G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Klien mengahabiskan porsi yang diberikan rumah Sakit 3 kali sehari ditambah
dengan makanan ringan 1x sehari.
2. BAB/BAK
Klien mengatakan sudah BAB dengan frekuensi 1x sehari dan BAK 3-4 kali
sehari.
3. Mandi
Klien tidak pernah terlihat mandi
MK : Defisit Perawatan Diri
4. Berpakaian / Berhias
Klien mampu memakai bajunya sendiri namun sangat jarang berganti baju.
MK : Defisit Perawatan Diri
5. Istirahat dan Tidur
Klien tidur jam 20 .00 sampai jam 7 pagi. Kemudian klien sarapan lalu setelah
selesai klien tidur lagi sampai jam 12. Setelah makan siang Tn. S melanjutkan
tidurnya. Sampai di bangunkan untuk makan jam 17.00.
6. Penggunaan Obat
Klien mampu minum obat dengan bantuan minimal perawat.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien ketiga kalinya dibawa ke RSJ
8. Aktivitas di dalam rumah
Klien mampu membersihkan rumahnya.
24
9. Aktivitas di luar rumah
Klien mampu pergi bertani
H. MEKANISME KOPING
Pasa saat klien mempunyai masalah , klien lebih sering menyendiri dan
memendamnya
MK : Koping Individu Inefektif
I. MASALAH PSIKOSOSIAL
1. Masalah dengan Kelompok
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga dan sahabat yang
menjenguknya.
2. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien tidak pernah berkomunikasi dengan lingkungannya yaitu teman-teman
sekitar karena klien malas dan lebih sering terlihat duduk sendiri dan di
tempat tidur.
MK : Isolasi Sosial
3. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan pendidikan terahirnya SD
4. Masalah dengan perumahan
Klien tidak mempunyai masalah dengan perumahan dan klien tinggal bersama
orang tua
5. Masalah dengan ekonomi
Klien bekerja sebagai petani, dan penghasilannya tidak tetap namun mampu
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
6. Masalah dengan pelayanan kesehatan dan obat
Klien rutin minum obat yang diberikan petugas kesehatan.
J. KURANG PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui penyakitnya saat ini, klien juga tidak tahu obat-obatan
yang diminumnya. Klien hanya mengikuti instruksi dari perawat dan dokter.
MK: Cemas berhubungan dengan kurangnya pengatahuan tentang penyakit yantg
dideritanya
K. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa Medis : Skizopherenia Tierefenia
2. Terapi medik :
Haloperidol 3x5g Anti Psikotik
25
Trihexypenidil 3x2 g Anti Parkinson
M. POHON MASALAH
ISOLASI SOSIAL
RPK
HALUSINASI
3.2 DIAGNOSA
1. ISOLASI SOSIAL
2. DEFISIT PERAWATAN DIRI
3. HALUSINASI
26
3.3 ANALISA DATA
NO ANALISA DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS : ISOLASI SOSIAL
DO :
Kontak mata klien masih kurang
Klien selalu menyendiri
Klien tidak pernah berhubungan dengan
orang lain kecuali diajak berbicara oleh
perawat
Verbal kurang
Klien tidak mampu mengawali interaksi,
hanya berbicara saat diajak berbicara dan
hanya menjawab seperlunya.
2. DS :klien mengatakan sudah mandi meskipun Defisit Perawatan Diri
belum mandi
DO :
Klien tidak mau mandi
Gigi tampak kuning dan banyak sisa
makanan
Bau nafas menyengat
Rambut tidak pernah disisir
Kumis dan Janggut lebat
Aroma tubuh tidak enak
3. DS : Halusinasi Pendengaran
Klien mengatakan kadang-kadang
mendengar suara-suara tanpa wujud
Klien mengatakan suara-suara itu
menyuruhnya melukai seseorang
Ketika terjadi halusinasi, klien mengatakan
gelisah dengan suara itu
Klien memilih menyendiri jika mendengar
suara itu
Do:
Klien terlihat sering menyendiri dan terlihat
gelisah
27
3.4 PERENCANAAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN : ISOLASI SOSIAL
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. TUM : Klien
mampu
berinteraksi
dengan orang
lain
30
7.3.Setelah...kali 5.Anjurkan klien untuk
interaksi klien dapt konsultasi kepada dokter atau
menyebutkan perawat jika terjadi hal-hal yang
akibat berhenti tidak diinginkan
minum obat tanpa
konsultasi dokter
2 TUM ;
Klien dapat
meningkatkan
minat dan
motivasinya
untuk
memperhatikan Setelah dilakukan Membina hubungan saling Hubungan saling
kebersihan diri. tindakan selama ... x percaya percaya
1. TUK 24 jam diharapkan 1. Berikan salam setiap merupakan
Klien dapat klien dapat berinteraksi. langkah awal
membina membinan hubungan 2. Perkenalkan nama, nama untuk melakukan
hubungan saling saling percaya panggilan perawat dan interaksi
percaya dengan Tujuan perawat berkenalan.
perawat. 3. Tanyakan nama dan
panggilan kesukaan Klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan
menepati janji setiap kali
berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi
Klien.
6. Buat kontrak interaksi yang
jelas.
7. Dengarkan ungkapan
perasaan Klien dengan
empati.
8. Penuhi kebutuhan dasar
Klien.
31
3. Dorong Klien untuk kebersihan diri
menyebutkan 3 dari 5 tanda
secara mandiri
Kebersihan diri.
4. Diskusikan fungsi
kebersihan diri dengan
menggali
5. Pengetahuan Klien terhadap
hal yang berhubungan
dengan kebersihan diri.
9. Bantu Klien
mengungkapkan artikel
bersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
10. Beri reinforcement
positive setelah Klien
mampu mengungkapkan
arti kebersihan diri.
11. Ingatkan Klien untuk
memelihara kebersihan diri
seperti: mandi 2 kali pagi
dan sore, sikat gigi minimal
2 kali sehari (sesudah
makan dan sebelum tidur),
keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien 1. Motivasi Klien untuk Meningkatkan
dapat mandi. kemandirian
melakukan 2. Beri kesempatan untuk klien dalam
kebersihan diri mandi, beri kesempatan merawat diri
dengan bantuan Klien untuk
perawat. mendemonstrasikan cara
memelihara kebersihan diri
yang benar.
3. Anjurkan Klien untuk
mengganti baju setiap hari.
4. Kaji keinginan Klien untuk
memotong kuku dan
merapikanrambut.
5. Kolaborasi dengan perawat
ruangan untuk Pengelolaan
fasilitas perawatan
kebersihan diri, Seperti
mandi dan kebersihan
kamar mandi.
6. Bekerjasama dengan
keluarga untuk mengadakan
Fasilitas kebersihan diri
seperti :odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
32
TUK IV : Klien 1. Monitor Klien dalam Dengan
dapat melakukan kebersihan diri
peningkatan diri
melakukan secara teratur, ingatkan untuk
kebersihan mencuci rambut, menyisir, secara mandiri
perawatan diri gosok gigi, ganti baju dan
akan
Secara mandiri. pakai sandal.
meningkatkan
status kesehatan
pasien
TUK V : Klien 1. Beri reinforcement positif Meningkatkan
dapat jika berhasil melakukan kemandirian klien
mempertahanka kebersihan diri. dalam merawat
n kebersihandiri diri
secaramandiri.
33
Mau
menjawab
salam
Mau duduk
berdampin
gan dengan
perawat
Bersedia
menghada
pi masalah
yang
dihadapi
2. Klien dapat 1. Setelah 1. Adanya kontak sering Klien dapat
mengenal 1x dan bertahap melakukan
halusinasinya intera 2. Observasi tingkah laku tindakan yang
ksi klien terkait dengan tepat saat
klien halusinasinya halusinasinya
mam Tanyakan apakah klien muncul
pu mengalami suatu
meny halusinasi
ebutk Jka klien menjawab ya,
an tanyakan yang sedang
Isi dialaminya
Waktu Katakan bahwa perawat
Frekue percaya klien mengalami
nsi hal tersebut, namun
Situasi perawat sendiri tidak
dan mengalaminya (dengan
kondi nada bersahabat tanpa
si menuduh dan
yang menghakimi)
meni Katakan bahwa ada klien
mbul yang sama
kan Katakan bahwa perawat
halusi akan membantu klien jika
nasi klien tidak sedang
2. Setelah berhalusinasi, klarifikasi
1x tentang pengalaman
intera halusinasinya.
ksi Diskusikan dengan klien :
klien Isi, waktu dan frekuensi
meng terjadinya halusinasi (pagi,
ataka siang, sore, malam, atau
n sering dan kadang-
peras kadang), situasi dan
aan kondisi yang menimbulkan
dan atau tidak menimbulkan
respo halusinasi
nnya 3. Diskusikan dengan
saat klien apa yang
meng dirasakan jika terjadi
34
alami halusinasi dan beri
halusi kesempatan untuk
nasi mengungkapkan
(mara perasaannya
h, 4. Diskusikan dengan
senan klien apa yang
g, dilakukan untuk
takut, mengatasi hal tersebut.
sedih, 5. Diskusikan tentang
cema dampak yang akan
s) dialaminya baik klien
menikmati
halusinasinya.
3. Klien dapat 3. Setelah Diskusikan cara yang baru: Klien dapat
mengontrol 2x Menghadrik halusinasinya melakukan
halusinasinya intera Meminta keluarga, teman, tindakan yang
ksi perawat untuk menyapa jika tepat saat
klien terjadi halusinasi halusinasinya
meny Membuat dan muncul
ebutk melaksanakan jadwal
an kegiatan sehari-hari yang Minum obat
cara telah disusun dapat mengurangi
baru Minum obat dengan rutin halusinasi klien
meng Bantu klien memilih cara
ontrol yang sudah dianjurkan dan
halusi latih untuk mencobanya
nasin
Beri kesempatan untuk
ya melakukan cara yang dipilih
dan dilatih
Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih
Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok
orientasi realitas, stimulus
persepsi.
35
3.5 TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI
DIAGNOSA 1 : ISOLASI SOSIAL
Hari/ Catatan Perkembangan Evaluasi
Tanggal
Senin, DS : S:
24/10 - Klien malas berinteraksi - Klien belum mau
2016 DO : berhubungan dengan orang
- Kontak mata pata klien kurang lain
- Klien tampak lebih duduk sendiri O :
dan berbaring di tempat tidur - Klien belum mampu
- Klien tampak jarang berhubungan berkenalan dengan 1 orang
dengan orang lain - Kontak mata klien mulai
Jam - Verbal kurang bertambah dan mulai sesekali
11.00 Kemampuan : menatap mata perawat.
- Klien belum mampu berinteraksi -
DIAGNOSA : ISOLASI SOSIAL A: Isolasi sosial masih ada
P:
TINDAKAN KEPERAWATAN : - Ajarkan klien berkenalan
1. Mengajarkan klien berkenalan dengan 1 orang secara
RTL : mandiri
Mengajarkan klien berkenalan dengan 1
orang secara mandiri.
Selasa DS : S:
25/10/16 - Klien malas berinteraksi - Klien belum mau
DO : berhubungan dengan orang
- Kontak mata klien ada lain
- Klien mau berinteraksi dengan O :
perawat - Klien belum mampu
Jam - Verbal ada mempraktekkan cara
14.00 - Klien tidak mau mandi berkenalan dengan 1 orang
Kemampuan : - Kontak mata klien baik
- Klien belum mampu berinteraksi A: Isolasi Sosial masih ada
P:
DIAGNOSA : ISOLASI SOSIAL - Ajarkan klien berkenalan
36
TINDAKAN KEPERAWATAN : dengan 1 orang secara
- Mengajarkan klien berkenalan mandiri
dengan 1 orang
RTL :
1. Ajarkan berkenalan dengan 2
orang
Kamis, DS : S : Klien mau berinteraksi dengan
27-10- - Klien mau berinteraksi dengan perawat
16 orang lain O:
DO : - Klien mampu berkenalan
- Kontak mata klien ada dengan 1 orang dengan
- Klien mau berkenalan dengan 1 perawat
orang - Kontak mata klien mulai
- Klien mau berinteraksi dengan bertambah dan mulai sesekali
perawat menatap mata perawat.
Jam - Verbal ada A : Isolasi masih ada
11.00 Kemampuan : P:
- Klien mau berinteraksi dengan - Mengajarkan klien
perawat berkenalan dengan 1 orang
- Klien mau berkenalan dengan 1 secara mandiri
orang secara mandiri
DIAGNOSA : ISOLASI SOSIAL
TINDAKAN KEPERAWATAN :
1. Mengajarkan klien berkenalan
dengan 1 orang secara mandiri
RTL :
1. Ajarkan berkenalan dengan 2
orang
38
Jam - Klien belum mampu mandi A : Defisit Perawatan Diri masih
14.00 dengan mandiri ada
P : Latih berdandan yang baik dan
DIAGNOSA : Defisit Perawatan Diri benar
TINDAKAN KEPERAWATAN :
- Mengajarkan klien mandi yang
baik dan benar secara mandiri
RTL :
Optimalkan berdandan yang baik dan
benar
Kamis, DS : S:
27-10- - Klien sudah mau mandi - Klien mengatakan akan
16 DO : mandi jika ada baju ganti
- Klien mau mandi O:
- Gigi klien kuning dan terdapat sisa - Klien mengetahui cara
makanan menjaga kebersihan diri dan
- Bau mulut menyengat mencoba mempraktekkannya
- Aroma tubuh sudah tidak seperti - Klien mau mandi
kemarin - Klien menghabiskan
Jam - Baju sudah diganti makanannya .
11.00 Kemampuan : - Rambut klien tampak sudah
- Klien sudah mau mandi belum terpotong dan rapi
bisa menyikat gigi - Gigi tampak kuning dan
DIAGNOSA : Defisit Perawatan Diri banyak sisa makanan
- Bau napas tidak sedap
TINDAKAN KEPERAWATAN : A : Defisit Perawatan Diri berkurang
Mengarahkan klien mandi P:
- Mengarahkan klien mandi
RTL :
39
Ajarkan berdandan yang baik dan benar
40
DIAGNOSA 3 : HALUSINASI PENDENGARAN
RTL :
2. Melatih klien mengontrol
halusinasi degan cara membuat
jadwal aktifitas harian
Kamis, DS : S:
27-10- - Klien hari ini tidak mendengar - Hari ini klien tidak
16 suara-suara mendengar suara-suara palsu
DO : O:
- Klien tampak tenang - Klien masih tampak gelisah,
namun tampak lebih tenang
Kemampuan : dibandingkan dari kemarin.
- Klien mampu mengontrol A : Halusinasi masih ada
halusinasi degan cara menghardik - P : Mengevaluasi kemampuan
Jam ,tidak menghiraukan suara tersebut klien dalam mengontrol
11.00 dan degan cara bercakap-cakap halusinasinya
dengan orang lain.
RTL :
2. Melatih klien mengontrol
halusinasi degan cara membuat
minum obat.
42
RTL :
2. Mengevaluasi kemampuan klien
dalam mengontrol halusinasinya.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan persamaan dan perbedaan antara konsep dasar teori dengan
kenyataan yang ditemukan di lahan praktek berkaitan dengan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan gangguan persepsi sensori di Ruang Mawar RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB
A. Pengkajian
Dalam konsep dasar teori Asuhan Keperawatan pada klien dengan asolasi
sosialdibutuhkan data yang lengkap dan akurat tentang diri klien. Akan tetapi pada proses
pengkajian klien Tn. S penulis mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data yang lengkap
dan akurat karena data yang diberikan tidak selalu benar dengan apa yang dirasakan.
Pada proses pengkajian dengan teknik wawancara dan observasi, klien menunjukkan
Isolasi Sosial seperti pada saat pengkajian, klien mengatakan tidak memiliki masalah dengan
hubungan sosial. Namun klien sering terlihat melamun sendiri dan tidak pernah berbicara
dengan teman-temannya.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada tinjauan teori tentang konsep dasar asuhan keperawatan terdapat 3 diagnosa,
sedangkan pada tinjauan kasus, penulis mengangkat 1diagnosa yang ada di teori sebagai
diagnose prioritas yaitu Isolasi Sosial. Penulis mengangkat diagnose prioritas Isolasi Sosial
karena klien masih menunjukkan tanda gejala Isolasi Sosial.
C. Perencanaan
Pada tinjauan kasus, penulis mengikuti perencanaan yang ada pada teori, walaupun
penulis mengalami kesulitan dalam menemukan keluarga klien, namun penulis berharap
keluarga klien datang ke RSJ menjenguk klien agar penulis lebih mudah untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan akurat.
D. Pelaksanaan
Pemberian tindakan pada klien disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.
Namun, sampai hari terakhir konsul, penulis belum bertemu dengan keluarga klien sehingga
semua perencanaan yang ditujukan untuk keluarga klien belum dapat dilaksanakan. Focus
pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah menangani gangguan Isolasi Sosial, Defisit
Perawatan Diri, dan Halusinasi pendengaran. Dan karena diagnose prioritas untuk Tn. S
adalah Isolasi Sosial dimana tujuan tindakan keperawatan pada diagnose ini adalah
44
menangani dalam hubungan sosial klien. Dalam pelaksanaan pemberian tindakan
keperawatan pada Tn. S disesuaikan dengan waktu piket penulis.
E. Evaluasi
Dalam mengevaluasi keberhasilan pencapaian pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dilakukan sesuai criteria hasil, tetapi evaluasi tindakan dilakukan setia selesai
pelaksanaan tindakan kepperawatan.
Pada evaluasi akhir yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2016 didapatkan beberapa
tujuan yang telah dicapai seperti klien sudah mampu berkenalan dengan orang lain dan sering
tersenyum ke perawat walaupun masih terlihat malu-malu. Selain itu, klien juga memiliki
kesadaran tentang pentingnya meminum obat ditandai dengan klien meminta obat setelah
makan tanpa disuruh.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas mengenai Isolasi Sosial dan pelaksanaan asuhan keperawatan
terhadap pasien , maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dapat menciptakan suasana terapeutik
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.
2. Dalam melaksanaan asuhan keperawatan pada klien khususnya Isolasi Sosial, klien
sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai system pendukung yang mengerti
keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu, perawat atau petugas kesehatan juga
membutuhkan kehadiran keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
Peran serta keluarga merupakan factor penting dalam proses penyembuhan klien.
B. Saran
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti langkah langkah
proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis dan tertulis agar tindakan
berhasil dengan optimal.
2. Dalam menangani kasus isolasi sosial hendaknya perawat melakukan pendekatan secara
bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan saling percaya antara perawat
dengan klien sehingga tercipta suasana terapeutik dalam pelaksanaan segala asuhan
keperawatan yang telah direncanaakan terlebih dahulu.
3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien di rumah sakit sehingga
keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat membantu perawat
berkerjasama dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien.
46
LAMPIRAN
2. LAPORAN PENDAHULUAN
3. SAP
4. TAK
47
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah utama : Isolasi Sosial
Pertemuan ke :1
Hari/ Tanggal : Senin, 24 Oktober 2016
A.Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DO : Klien malas berinteraksi
DS :
o Kontak mata pata klien kurang
o Klien tampak lebih duduk sendiri dan berbaring di tempat tidur
o Klien tampak jarang berhubungan dengan orang lain
o Verbal kurang
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan
orang lain dalam kegiatan harian
B.Starategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Pak!” Perkenalkan nama saya Annisa Fitriani, biasa di panggil Ichaq,
saya mahasiswa STIKES Mataram. Saya praktek disini mulai dari hari ini sampai
tanggal 6 November 2016 dari jam 08.00-14.00 WIB. Nama bapak siapa? Senang di
panggil apa?
48
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
Topik
“ Senang ya bisa berkenalan dengan bapakhari ini, bagaimana kalau kita
berbincang-bincang untuk lebih saling mengenal sekaligus agar bapak dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain?
Waktu
“ berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana kalau 15 menit saja?
Tempat
“ di manabapak mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah... di
ruangan ini saja kita berbincang-bincang...”
Tujuan
“Agar bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus bapak dapat
mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain.”
2. Fase Kerja
“Bapak”, kalau boleh saya tau orang yang paling dekat dengan Bapak siapa? Menurut
Bapak apa keuntungann berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain? Kalau Bapak tidak tahu saya akan memberitahukan keuntungan dari
berinteraksi dengan orang lain yaitu bapak punya banyak teman, saling menolong, saling
bercerita, dan tidak selalu sendirian. Sekarang saya akan mengajarkan Bapak berkenalan.
Bagus... Bapak dapat mempraktekkan apa yang saya ajarkan tadi.. bagaiman kalau
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain di masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“coba Bapak ceritakan kembali keuntungan berinteraksi dan kerugian
tidak berinteraksi dengan orang lain?”
b. Tindak Lanjut
“tadi saya sudah menjelaskan keuntungan dan kerugian tidak berinteraksi dengan
49
orang lain dan cara berkenalan yang benar. Saya harap Bapak dapat mencobanya
bagaimana berinteraksi dengan orang lain!“
c. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
berbincang-bincang lagi tentang jadwal yang telah kita buat dan
mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain?
2) Waktu
“berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya
besok? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
3) Tempat
“ di mana Bapak mau berbincang-bincang dengan saya besok? Ya sudah...
bagaimana kalau besok kita melakukannya di teras depan saja?...
Terminasi
50
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah utama : Isolasi Sosial
Pertemuan ke :2
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2016
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
DO : Klien malas berinteraksi
DS :
o Kontak mata pata klien kurang
o Klien tampak lebih duduk sendiri dan berbaring di tempat tidur
o Klien tampak jarang berhubungan dengan orang lain
o Verbal kurang
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
a.Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain
b.Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan orang
lain
4. Tindakan keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang
c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
B. Starategi Komunikasi Tindakan Keperawatan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Pak!” masih ingat dengan saya? Benar Bapak! saya suster Icha...
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? masih ingat dengan yang kemarin saya
ajarkan?”
c. Kontrak
51
Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini kita akan mempraktekkan bagaimana cara
berkenalan dengan satu...”
Waktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan melakukannya selama 15
menit... bagaimana menurut Bapak?
Tempat
“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya di teras depan... apakah
bapak setuju?”
- Tujuan
“Agar Bapak dengan orang lain dapat saling kenal”
2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba Bapak perlihatkan kepada saya
bagaimana cara berkenalan dengan orang lain? Hebat... Bapak dapat melakukannya
dengan baik... sekarang, mari kita melakukannya dengan satu orang yang Bapak
belum kenal!! Bagus... Bapak dapat mempraktekkan dengan baik dan sesuai dengan
apa yang saya ajarkan.. bagaimana kalau kegiatan berkenalan dengan orang lain
yang baru dikenal di masukkan kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang
tadi?
Siapa nama orang yang Bapak ajak berkenalan tadi?”
2) Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di kenalnya
sebanyak 1 orang”
c. Tindak Lanjut
“Bapak saat saya tidak ada Bapak dapat melakukan hal seperti yang Bapak
lakukan tadi dengan orang yang belum Bapak kenal... kemudian Bapak ingat
nama yang pernah Bapak ajak kenalan atau bisa Bapak catat di buku saat
berkenalan.”
d. Kontrak yang akan datang
Topik
52
“baiklah... pertemuan kita cukup sampai disini. Besok kita akan
melakukan interaksi/ berkenalan dengan orang lain sebanyak 2 orang atau
lebih?
Waktu
“berapa lama Bapak punya waktu untuk interaksi dengan orang lain?
Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama 15 menit?”
Tempat
“ di mana Bapak bisa melakukannya besok? Ya sudah... bagaimana kalau
besok kita melakukannya di tempat ini lagi?... selamat siang Bapak!!!”
53
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Masalah utama : Isolasi Sosial
Pertemuan ke :3
Hari/ Tanggal : Kamis,27 Oktober 2016
A.Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif:
•Klien mengatakan sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
•Klien mengatakan sudah mengajak beberapa untuk berkenalan
Data objektif:
•Klien tampak sudah mau keluar kamar
•Klien dapat melakukan aktivitas di ruangan
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik diri
3. Tujuan
•Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih
•Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
a. mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien
b.memberikan kesempatan pada klien berkenalan
c. menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat Pagi Bu!” masih ingat dengan saya? Benar Bapak! saya
suster ichaq...
b. Validasi
“ Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? masih ingat dengan
yang kemarin Bapak lakukan?”
c. Kontrak
Topik
“ sesuai dengan janji kita kemarin, hari ini Bapak akan
melakukan interaksi dengan orang lain sebanyak 2
54
orang atau lebih pada orang yang tidak Bapak kenal
atau orang baru...”
Waktu
“ sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, kita akan
melakukannya selama 15 menit... bagaimana menurut
Bapak?
Tempat
“kesepakatan kita kemarin!! Kita akan melakukannya
di teras... apakah Bapak setuju?”
Tujuan
“Agar Bapak dengan orang lain dapat saling kenal dan
mempunyai teman yang banyak”
2. Fase kerja
“sebelum kita berkenalan dengan orang lain, coba Bapak
perlihatkan kepada saya bagaimana cara berkenalan dengan orang
lain? Hebat... Bapak dapat melakukannya dengan baik... sekarang,
mari kita melakukannya dengan orang lain yang Bapak tidak kenal
sebanyak 2 orang atau lebih!! Bagus... Bapak dapat
mempraktekkan dengan baik dan mulai berkembang dalam
berinteraksi dengan orang lain.. bagaimana kalau kegiatan
berkenalan dengan orang lain yang baru dikenal di masukkan
kedalam jadwal kegiatan harian?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-
bincang tadi?
Siapa-siapa saja nama orang yang Bapak ajak berkenalan
tadi?”
2. Evaluasi Objektif
“klien terlihat berkenalan dengan orang yang baru di
kenalnya sebanyak 3 orang”
b. Tindak Lanjut
“nah.. saat saya tidak ada, Bapak dapat melakukannya hal
seperti yang Bapak lakukan tadi dengan orang yang baru
55
Bapak kenal... kemudian Bapak ingat nama yang pernah
Bapak ajak kenalan atau bisa Bapak catat di buku saat
berkenalan.”
c. Kontrak yang akan datang
Topik
“baiklah... pertemuan hari ini kita akhiri. Besok kita
ulangi apa yang telah kita pelajari dari kemarin ya
bu.. apakah Bapak bersedia?
Waktu
“berapa lama Bapak mau melakukannya?
Bagaimana kalau besok kita melakukannya selama
15 menit?”
Tempat
“ di mana Bapak bisa melakukannya besok?
Baiklah kita melakukannya di sini saja....
selamat siang Bapak!!!”
56
DAFTAR ISI
Damayanti, Mukhrifah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama
Diktat Panduan Pengkajian Keperawatan dan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Praktek
Keperawatan Jiwa Mahasiswa Program D III di RSJ Tampan Propinsi Riau.
57