Anda di halaman 1dari 65

P S I KO L O G I

INDONESIA volume 1 no. 1, Juli 2019

MENJADI Pendidikan nan


PSIKOLOGI NEOLIBERAL
YANG RELEVAN (HALAMAN 32)

Perlunya mengembangkan kurikulum


yang mengarah kepada produksi
pengetahuan psikologi yang lebih relevan
bagi kehidupan bangsa secara luas.
Kita Berbeda
(HALAMAN 8) Kita Berteman
(HALAMAN 49)

INFORMASI
PRIVAT
VS
PERNYATAAN
PUBLIK
Menimbang sikap etis psikolog terhadap
hasil asesmen kandidat politik/tokoh publik.
(HALAMAN 14)
P S I KO L O G I
INDONESIA

REDAKSI

PEMIMPIN UMUM
Seger Handoyo

PEMIMPIN REDAKSI
Augustinus Supratiknya

WAKIL PEMIMPIN REDAKSI


Juneman Abraham

REDAKTUR PELAKSANA
Tjipto Susana
Rahkman Ardi

REPORTER
Ahmad Fauzan Iswahyudi
Diah Budiarti

DESAIN DAN LAYOUT


Bivita Brata Prabawa Riko

ALAMAT REDAKSI
HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA
Jl. Kebayoran Baru No. 85B
Kebayoran Lama, Velbak
Jakarta Selatan DKI Jakarta 12240
Indonesia, 021 72801625, +62 821-1435-0101
Alamat surel: psikologiindonesia@himpsi.or.id
n t en DAFTAR ISI

o
1 Editorial

7 Kata Pengantar

ISU PSIKOLOGI TERKINI


8 Menjadi Psikologi yang Relevan
14 Informasi Privat vs Pernyataan Publik: Menimbang-nimbang Sikap Etis Psikolog
terhadap Hasil Asesmen Kandidat Politik/Tokoh Publik

S
WAWANCARA
21 Asesmen Tokoh Politik Beda dengan Medical Report!

E
LIPUTAN KHUSUS
27 HIMPSI Perlu Membangun Epistemic Community

G
30 LSP Psikologi Indonesia: Pengakuan Kompetensi Bidang Psikologi

A
ARTIKEL ILMIAH POPULER
32 Pendidikan nan Neoliberal

P
ULASAN TOKOH
38 Fuad Hassan: Memahami Manusia dengan Psikologi Kita
44 Belajar dari Pak Nim, Ayah yang Melindungi

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI


49 Kita Berbeda, Kita Berteman

54 Psikologi untuk Pendidikan, Pengajaran, dan Belajar Program Doktor (S3)

s
Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Malang

t
RESENSI BUKU
56 Merentas Jalan Kajian Sejarah Psikologi di Indonesia
|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Editorial
T
anggal 11 Juli 2019 ini Himpunan
Psikologi Indonesia atau HIMPSI
menginjak usia 60 tahun. Didirikan pada
tanggal 11 Juli 1959 di Jakarta dengan nama Ikatan
Sarjana Psikologi (ISPsi), organisasi profesi
Psikologi ini berganti nama menjadi Himpunan
Psikologi Indonesia (HIMPSI) melalui Kongres
Luar Biasa pada tahun 1998 di Jakarta. HIMPSI
merupakan induk dari organisasi profesi tingkat baik menyangkut keberadaannya sendiri maupun
wilayah di 32 provinsi di Indonesia dan 16 menyangkut nasib masyarakat dan bangsa yang
organisasi ikatan minat/asosiasi serta memiliki dilayaninya, prestasi-prestasi yang dicapainya, dan
anggota berjumlah lebih dari 12.000 orang. mungkin juga masalah bahkan kegagalan yang
HIMPSI memiliki mitra 93 Fakultas Psikologi pernah dialami dan belum mampu diatasinya, dan
penyelenggara pendidikan tinggi akademik, profesi sebagainya. Sepanjang yang kita ketahui, selain
dan terapan psikologi terdiri dari 18 fakultas di berbagai dokumen dan rekaman kejadian-gagasan
lingkungan perguruan tinggi negeri (PTN) baik lain yang terunggah di website HIMPSI, hanya
yang bernaung di bawah Kemenristekdikti maupun tersedia enam dokumen berupa buku dan satu
di bawah Kemenag; serta 75 fakultas di lingkungan jurnal ilmiah yang bisa dijadikan jendela untuk
perguruan tinggi swasta (PTS) yang bernaung di mengintip keberadaan dan kiprah HIMPSI sejak
bawah Kemenristekdikti dan yang tersebar di berdirinya hingga kini. Enam buku yang dimaksud
berbagai wilayah di Indonesia. Fakultas-fakultas diurutkan secara kronologis berdasarkan tahun
Psikologi mitra HIMPSI ini berhimpun di tingkat penerbitannya meliputi Dialog Psikologi Indonesia:
nasional dan wilayah dalam wadah Asosiasi Doeloe, Kini dan Esok (Himpsi Jaya, 2007); 50
Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Tahun Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI):
(AP2TPI) dan menyelenggarakan total 151 Rede nisi Psikologi Indonesia dalam Keberagaman
program studi meliputi jenjang S1 Psikologi, S2 (HIMPSI, 2010); Integritas, Keberbedaan &
Ilmu Psikologi, S2 Profesi Psikologi, S2 Psikologi Kesejahteraan Psikologis. Kontribusi Psikologi dalam
Terapan, serta S3 Ilmu Psikologi. Menjawab Tantangan Bangsa Masa Kini (HIMPSI,
2014); Revolusi Mental: Makna dan Realisasi
Sebagai sebuah organisasi profesi komunitas (HIMPSI, 2015); Psikologi dan Teknologi Informasi
terdidik atau terpelajar di bidang Psikologi, baik (HIMPSI, 2016); dan Psikologi dan Pendidikan
sebagai akademisi-ilmuwan maupun sebagai dalam Konteks Kebangsaan (HIMPSI, 2018). Tiga
praktisi, sangat wajar diharapkan HIMPSI memiliki buku terakhir merupakan Seri Sumbangan
rekaman tertulis tentang keberadaan dan kiprahnya: Pemikiran Psikologi untuk Bangsa yang merupakan
sejarah berdirinya, perdebatan tentang berbagai isu salah satu program kerja Pengurus Pusat HIMPSI

1 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

periode 2014-2018. Jurnal Psikologi Indonesia (JPI) baik kita menengok sekilas perkembangan
merupakan jurnal ilmiah menyajikan laporan American Psychological Association sebagai organisasi
penelitian orisinal warga komunitas Psikologi di profesi Psikologi di Amerika Serikat. Didirikan oleh
Indonesia yang diterbitkan oleh Pengurus Besar G. Stanley Hall pada tahun 1892 dengan anggota
Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia. JPI diterbitkan perdana sebanyak 31 orang, pada tahun 2017
melalui permohonan ISSN tahun 2007 organisasi profesi Psikologi terbesar di dunia ini
(http://issn.pdii.lipi.go.id/), di mana ISSN yang menginjak usianya yang ke-125. Saat ini organisasi
tercantum di LIPI adalah 0853-3059. ini memiliki lebih dari 118.000 anggota terdiri dari
peneliti, pendidik, praktisi dan mahasiswa yang
Berkala dengan ISSN tersebut terbit pertama kali tersebar ke dalam 56 divisi setara dengan
pada tahun 2008 dan selanjutnya terbit dua kali asosiasi/ikatan minat mulai dari divisi 1 Society for
setahun pada bulan Juni dan Desember. Terbitan General Psychology sampai dengan divisi 56 Trauma
terbaru dan terakhir yang tersedia adalah Volume Psychology. Organisasi ini menerbitkan 88 jurnal
12, Nomor 1 yang terbit dalam bulan Juni 2017. ilmiah yang dikelompokkan ke dalam 10 bidang
Jika boleh memasukkan berkala ilmiah yang mulai dari General Psychology (11 jurnal, termasuk
diterbitkan oleh berbagai lembaga pendidikan American Psychologist) sampai dengan Social
tinggi Psikologi sebagai jendela untuk mengintip Psychology (17 jurnal) serta dua majalah (Monitor on
denyut kehidupan ilmu dan profesi psikologi di Psychology dan Good Practice) serta 16 online
Indonesia, ada paling sedikit 79 jurnal ilmiah newsletters.
Psikologi yang diterbitkan oleh fakultas atau
program studi Psikologi atau disiplin ilmu Dalam edisi khusus menyambut ulang tahun APA
serumpun di lingkungan PTN dan PTS di yang ke-125, jurnal American Psychologist (volume
Indonesia (“Daftar jurnal”, 2018). 72, nomor 8, November 2017), menurunkan 10
artikel berisi ulasan re ektif tentang perkembangan
Dokumen-dokumen itu mungkin cukup organisasi itu sendiri serta perkembangan ilmu dan
memberikan gambaran tentang perkembangan praktik Psikologi beserta sistem pendidikannya di
ilmu dan profesi Psikologi hingga state of the arts Amerika Serikat di masa lalu, masa kini, dan
atau status keberadaannya di Indonesia hingga kini, prospeknya di masa mendatang. Dari salah satu
namun diduga kurang memberikan informasi artikel (Green & Cautin, 2017) terungkap bahwa
tentang dinamika keberadaan HIMPSI sebagai organisasi yang awalnya didirikan dengan misi
organisasi baik di tingkat nasional, wilayah maupun memajukan Psikologi sebagai science atau disiplin
dalam berbagai ikatan minat/asosiasi yang ilmu ini tak pernah lepas dari ketegangan di antara
bernaung di bawahnya sejak kelahirannya enam para anggota sebagai bagian dari dinamika
puluh tahun lalu, status keberadaannya saat ini, perkembangannya. Ketegangan pertama muncul
serta masa depan yang diimajinasikannya dalam tak lama sesudah berdiri karena anggota yang
rangka merespon perkembangan baik dunia berlatar belakang pendidikan Psikologi merasa
keilmuan dan profesi Psikologi sendiri maupun gerah dengan kehadiran anggota yang berlatar
perkembangan masyarakat yang dilayaninya baik belakang pendidikan disiplin ilmu lain, khususnya
pada tingkat nasional, regional, maupun global. Filsafat. Ketegangan ini sirna sesudah para lsuf
praktis mundur dari APA dan berhimpun bersama
Tanpa terjebak dalam mentalitas paska-kolonial lsuf lain untuk membentuk organisasi profesi
sebagai negara dan bangsa yang pernah dijajah mereka sendiri. Ketegangan kedua muncul paska
bangsa Barat terus mereproduksi sikap dan Perang Dunia I antara anggota yang berstatus
pandangan kolonial Barat yang melihat bangsa academics atau academic purists dan mereka yang
jajahan Timur sebagai inferior dibandingkan berstatus professionals atau professional psychologists
bangsa Barat penjajahnya yang superior, kiranya terkait misi organisasi. Sampai tahun 1945, misi

2 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

APA masih sama seperti misi awalnya, yaitu tergabung dalam the Assembly of Scienti c and
memajukan Psikologi sebagai disiplin ilmu. Artinya, Applied Psychologists (ASAP) dilakukanlah
arah dan kiprah APA didominasi oleh kaum referendum atau pengumpulan pendapat untuk
akademisi. Namun sesudah 1945 misi itu melakukan reorganisasi APA. Karena tidak
dirumuskan ulang menjadi “memajukan Psikologi memperoleh dukungan yang diperlukan, kelompok
sebagai ilmu, sebagai profesi, dan sebagai sarana ASAP mundur dari APA dan membentuk organisasi
mempromosikan kesejahteraan manusia”. Dengan baru, the American Psychological Society, pada akhir
berlakunya rumusan misi organisasi yang baru, tahun 1987. Selanjutnya organisasi ini berganti
terjadi keseimbangan kekuatan antara kelompok nama menjadi the Association for Psychological
akademisi dan kelompok profesi, namun bukan Science hingga kini (Green & Cautin, 2017).
berarti ketegangan berhasil dihilangkan. Ketegangan Ketegangan kelima berlangsung selama dasawarsa
ketiga muncul terkait model pendidikan profesi, 2000-an yang berdampak pada penurunan jumlah
khususnya profesi Psikologi Klinis. Model yang anggota. Konon ketegangan ini dipicu oleh dua
semula diterima adalah scientist-practitioner model peristiwa terkait keuangan dan etika. Ketegangan
hasil rancangan David Shakow pada tahun 1941 terkait keuangan muncul akibat penolakan sebagian
berupa program anggota praktisi
empat tahun terhadap
yang kebijakan APA
mengintegrasikan yang mengutip
pendidikan iuran tambahan
metodologi (additional fee)
ilmiah dan selain iuran
pendidikan klinis rutin (regular
meliputi membership
diagnosis dan dues) bagi
psikoterapi. anggota yang
Model ini berstatus praktisi
selanjutnya berlisensi.
disebut “Boulder Ketegangan ini
Model” yang lebih tegas mengarahkan pendidikan berhasil diselesaikan lewat pengadilan pada tahun
(profesi) Psikologi Klinis untuk menghasilkan 2015. Ketegangan terkait etika muncul akibat
peneliti dan clinician atau praktisi Psikologi Klinis keberatan banyak anggota terhadap keterlibatan
sekaligus. Dengan alasan bahwa banyak mahasiswa APA dalam pengembangan tehnik-tehnik interogasi
yang menempuh pendidikan profesi Psikologi disertai kekerasan oleh dinas rahasia CIA dan
Klinis sesungguhnya hanya ingin menekuni profesi Departemen Pertahanan AS. Ketegangan ini
sebagai pemberi layanan tritmen psikologis, berakhir dengan larangan bagi para psychologists
dibentuklah sebuah komisi untuk merancang berpartisipasi dalam berbagai interogasi terkait
program pendidikan the Doctor of Psychology atau keamanan nasional yang dikeluarkan oleh Komisi
PsyD yang menekankan pendidikan yang Etik maupun tekad Presiden APA mengambil
berorientasi praktik. Sebelum rincian program baru langkah-langkah konkret untuk memperbaiki aneka
itu disahkan oleh APA, ternyata ada perguruan kekurangan yang dilakukan oleh organisasi di masa
tinggi yang segera mulai menerapkannya pada lalu, pada tahun 2015.
tahun 1965. Ketegangan keempat merupakan
sejenis reinkarnasi ketegangan antara kaum Dinamika yang kurang lebih serupa kiranya juga
akademisi dan kaum praktisi. Dimotori oleh dialami oleh HIMPSI dalam perjalanan sejarahnya.
sejumlah scientists dan scientist-practitioners yang Dari Dialog Psikologi Indonesia: Doeloe, Kini dan

3 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Esok (Himpsi Jaya, 2007), kita tahu bahwa tidak Menanggapi kenyataan itu, Pimpinan HIMPSI
sedikit anggota awal ISPsi bahkan para perintis sepakat dan mendukung gagasan dan/atau prakarsa
pendidikan tinggi Psikologi di Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, HIMPSI memutuskan
tokoh-tokoh yang tidak berpendidikan sarjana tidak melanjutkan penerbitan Jurnal Psikologi
Psikologi. Bisa diduga bahwa pada masa awal Indonesia. Menyadari bahwa HIMPSI memiliki
perkembangannya muncul ketegangan atau paling anggota lebih dari 12.000 orang yang tersebar dari
tidak kekikukan di kalangan ISPsi-HIMPSI Sabang sampai Merauke dan dengan latar belakang
manakala dalam anggaran rumah tangga organisasi profesi yang beraneka ragam mulai dari akademisi,
dinyatakan bahwa “Anggota biasa adalah Psikolog, peneliti riset tindakan, guru, terapis dan
Sarjana, Magister dan Doktor dalam Psikologi” sebagainya, maka sebagai ganti JPI Pimpinan
(HIMPSI, 2001). Situasi ini hanya bisa kita duga, HIMPSI memutuskan menerbitkan buletin
sebab tidak ada sumber tulisan yang Psikologi Indonesia. Buletin ini dimaksudkan
melukiskannya. Beruntung bahwa dalam dua buku sebagai media populer berkala yang dapat dijadikan
lainnya, bisa ditemukan tulisan berisi sketsa ringkas sarana pertukaran informasi dan komunikasi terkait
sejarah HIMPSI maupun pendidikan Psikologi di perkembangan ilmu beserta dinamikanya pada
Indonesia serta aneka capaian, tantangan dan semua komunitas psikologi di Tanah Air. Informasi
peluangnya (Suhapti, 2010; 2014). Tentang keilmuan yang dapat dibaca oleh semua komunitas
perkembangan state of the arts HIMPSI dan psikologi yang majemuk ini diharapkan dapat
pendidikan Psikologi di Indonesia di masa kini berdampak langsung sehingga setiap anggota yang
serta prospeknya ke depan kita hanya bisa berlatar berlakang keilmuan psikologi dapat
memperoleh serpihan-serpihan informasi yang menjadi agen-agen perubahan dalam lingkungan
harus kita simpulkan sendiri menjadi pengetahuan masyarakatnya dengan menggunakan kaidah-
berdasarkan sumber-sumber berupa buku-buku, kaidah keilmuan yang dapat
jurnal-jurnal, unggahan dalam websites, bahkan dipertanggungjawabkan.
selebaran-selebaran dalam rangka promosi kegiatan
ilmiah atau profesi yang diselenggarakan oleh Secara lebih spesi k, tujuan penerbitan buletin
berbagai lembaga atau komunitas Psikologi. Psikologi Indonesia adalah: (1) mempopulerkan hasil
riset psikologi yang dilakukan oleh ilmuwan
Dengan semua hal yang dikemukakan di atas psikologi Indonesia anggota HIMPSI secara umum
hendak digaris-bawahi pentingnya HIMPSI yang terpublikasi melalui telaah sejawat di jurnal-
khususnya dan komunitas Psikologi di Indonesia jurnal terbitan dalam maupun luar negeri; (2)
umumnya memiliki media untuk memberikan wawasan ilmiah atas isu-isu terkait
memperbincangkan aneka isu dan persoalan baik keilmuan, praktik-terapan, maupun pendidikan
terkait ilmu maupun profesi Psikologi dalam psikologi terkini di Indonesia; (3) mempopulerkan
bentuk tulisan. Psikologi Indonesia hadir untuk pemikiran tokoh-tokoh psikologi Indonesia yang
memenuhi kebutuhan dan ruang kosong yang telah memberikan sumbangsih dalam memperkuat
dimaksud. Bersamaan dengan itu PP HIMPSI fondasi keilmuan dan praktik psikologi di
mengambil kebijakan untuk menggeser penerbitan Indonesia; dan (4) mensosialisasikan kredibilitas
dan pengembangan jurnal agar dilakukan oleh program studi penyelenggara pendidikan psikologi
asosiasi/ikatan minat keilmuan dan atau praktik di Indonesia. Untuk itu, setiap terbitan buletin
spesialisasi Psikologi bekerjasama dengan program Psikologi Indonesia akan terdiri dari beberapa
studi atau fakultas Psikologi. Kebijakan ini diambil rubrik: (1) rubrik artikel ilmiah populer; (2) rubrik
untuk mendorong kecepatan perkembangan isu psikologi terkini; (3) rubrik pro l program studi
pengetahuan dan ilmu Psikologi di berbagai penyelenggaraan pendidikan tinggi Psikologi; (4)
spesialisasi dan kajian spesi knya. rubrik ulasan tokoh; dan (5) rubrik resensi buku.

4 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Kedua, HIMPSI mendorong ikatan-ikatan Nugroho, Ph.D., Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti
minat/asosiasi menerbitkan berkala keilmuan yang Nurhaeni, M.Si., Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si.,
menjadi minat-spesialisasi masing-masing untuk dan Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si. Yang kedua
melengkapi berbagai jurnal dan/atau buletin yang menyajikan ringkasan paparan Prof. Dr. Fendy
sudah diterbitkan oleh berbagai Fakultas/program Suhariyadi, Direktur LSP Psikologi, tentang
studi. Ketiga, HIMPSI mendorong semua Lembaga Serti kasi Profesi Psikologi (LSPPsi).
pemangku kepentingan internalnya, khususnya Dalam advertorial, Program Doktor (S3) Psikologi
ikatan minat/asosiasi dan organisasi wilayah, Pendidikan Universitas Negeri Malang
untuk mulai mengembangkan tradisi penulisan memaparkan seluk-beluk Program Doktor (S3)
dengan cara melakukan re eksi kritis tertulis atas Psikologi Pendidikan yang mereka kelola. Akhirul
semua aktivitas keilmuan dan/atau profesionalnya, kalam, selamat membaca dan sekaligus kami
antara lain dengan memanfaatkan Psikologi undang sidang pembaca menyumbangkan tulisan
Indonesia sebagai media diseminasinya. pada edisi-edisi berikut.

Nomor perdana Psikologi Indonesia ini menyajikan Salam Psikologi Indonesia!


tujuh artikel undangan, dua liputan khusus, satu
wawancara, dan satu advertorial. Artikel undangan
tersebut terdiri dari tulisan: (1) Abdul Malik
Gismar yang mengulas bagaimana psikologi dapat
lebih terlibat dalam pembuatan kebijakan-
kebijakan nasional; (2) Nani Nurrachman yang
secara jernih mere eksikan sikap etis psikolog
terhadap hasil asesmen kandidat politik; (3) Teguh
Wijaya Mulya yang secara tajam mengkritisi
wacana neoliberal dalam pendidikan tinggi
Psikologi di Indonesia; (4) Bagus Takwin yang
mengulas tentang peran Prof Dr. Fuad Hassan
dalam membangun pemikiran psikologi di
Indonesia; (5) Ahmad Gimmy Prathama dan
Achmad Djunaidi yang memberikan kesaksian
atas karakter salah satu tokoh dalam sejarah
perjalanan psikologi Indonesia yaitu Prof. Dr. John
S. Nimpoeno; (6) Whinda Yustisia yang
membahas bagaimana kelompok yang berbeda
keyakinan atau cara pandang masih dapat
berteman dan berjalan beriringan; serta (7) Iwan
Wahyu Widayat yang meresensi buku yang
berjudul Sejarah Psikologi: Perkembangan perspektif
teoretis yang ditulis oleh Irwanto. Dua liputan
khusus berjudul “HIMPSI perlu membangun
epistemic community” dan “LSP dorong dukungan
Asosiasi dan Universitas” diambil dari Temu Ilmiah
Nasional Ikatan Psikologi Sosial ke-9 2019 yang
diselenggarakan tanggal 5-7 April 2019 di Solo.
Yang pertama menyajikan ringkasan pokok-pokok
pikiran empat pembicara meliputi Yanuar

5 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Daftar Acuan

Green, C.D., & Cautin, R.L. (2017). 125 years HIMPSI. (2018). Psikologi dan pendidikan dalam
of the American Psychological Association. konteks kebangsaan. Jakarta: Pengarang.
American Psychologist, 72(8), 722-736.
http://dx.doi.org/10.1037/amp0000208 HIMPSI Jaya. (2007). Dialog Psikologi Indonesia.
Doeloe, kini dan esok. Jakarta: Pengarang.
HIMPSI. (2001). Anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga. Jakarta: Pengarang. Suhapti, Retno. (2010). Sejarah Himpunan
Psikologi Indonesia. Dalam HIMPSI, Rede nisi
HIMPSI. (2010). Rede nisi Psikologi Indonesia Psikologi Indonesia dalam Keberagaman (h. 487-
dalam Keberagaman. Jakarta: Pengarang. 496). Jakarta: HIMPSI.

HIMPSI. (2014). Integritas, keberbedaan, & Suhapti, Retno. (2014). HIMPSI: Capaian,
kesejahteraan psikologis. Kontribusi Psikologi tantangan dan peluang. Dalam HIMPSI,
dalam menjawab tantangan bangsa masa kini. Integritas, keberbedaan, & kesejahteraan
psikologis. Kontribusi Psikologi dalam menjawab
Jakarrta: Pengarang.
tantangan bangsa masa kini (h. 309-316).
Jakarta: HIMPSI.
HIMPSI. (2015). Revolusi mental: Makna dan
realisasi. Jakarta: Pengarang.

HIMPSI. (2016). Psikologi dan teknologi informasi.


Jakarta: Pengarang.

Surat Pembaca
Anda dipersilakan mengirim surat pembaca atau komentar kepada redaksi.

Surat pembaca atau komentar dikirim kepada alamat redaksi, dengan menuliskan nama
lengkap, alamat, dan nomor telepon yang bisa dihubungi, disertai dengan fotokopi atau
scan identitas diri.

6 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Kata Pengantar
Dr. Seger Handoyo, Psikolog - KETUA UMUM PP HIMPSI

HIMPSI. Puji syukur alhamdulillah, akhirnya


Psikologi Indonesia berhasil untuk diterbitkan
perdana tepat pada saat HIMPSI merayakan ulang
tahunnya yang ke-60. Sebuah kado ulang tahun
yang tak ternilai harganya.

Apresiasi dan ucapan terimakasih yang sebesar-


besarnya kami sampaikan kepada para tokoh dan
ahli Psikologi yang telah bersedia memberikan
pemikirannya dengan menuliskannya untuk
buletin perdana ini. Apresiasi dan ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada dewan
redaksi yang terdiri Prof. Dr. A. Supratiknya,
Psikolog, Dr. Juneman Abraham, M.Si., Dr. Tjipto

B uletin Psikologi Indonesia ini lahir dari


gagasan Prof. Dr. A. Supratiknya (biasa
kami panggil Pak Pratik) yang
memimpikan agar HIMPSI dapat membuat
sebuah media komunikasi yang memberikan ruang
Susana, M.Si, Psikolog, serta Dr. Rahkman Ardi,
M.Psych. Secara khusus terimakasih kepada Dr.
Rahkman Ardi, M.Psych dan tim reporter serta
Bivita Brata yang menjadi Team in Charge
penerbitan perdana buletin ini. Sebuah kerja dan
diseminasi pemikiran tentang berbagai persoalan
karya perdana yang luar biasa.
bangsa yang ditinjau dari perspektif Psikologi, baik
yang berasal dari hasil riset maupun gagasan logis Buletin ini direncanakan terbit secara reguler dan
para ahli dan tokoh Psikologi di Indonesia. Selain diharapkan dapat menambah rekaman pemikiran
itu, media komunikasi tersebut secara luas juga gagasan dan pemikiran ahli dan tokoh Psikologi
dapat menampung informasi tentang Indonesia, bersama dengan buku seri Sumbangan
perkembangan pendidikan Psikologi di Indonesia, Pemikiran Psikologi untuk Bangsa. Buletin perdana
perkembangan program studi, resensi buku, serta ini HIMPSI persembahkan untuk bangsa
perkembangan kegiatan seluruh perangkat Indonesia sebagai tanda syukur di usia HIMPSI
organisasi HIMPSI. Gagasan tersebut disampaikan yang ke-60 tahun. HIMPSI mengambil tema
oleh Pak Pratik dalam beberapa kali kesempatan ulang tahun kali ini "Psikologi Bersinergi untuk
bertemu saya. Saya mendengarkan dengan saksama Integrasi Bangsa". HIMPSI akan terus menerus
dan menyampaikan bahwa itu adalah gagasan yang berkarya bagi bangsa Indonesia dengan berbagai
sangat baik, saya akan membantu kegiatan dan programnya.
merealisasikannya. Pada rapat perdana Pengurus
Pusat HIMPSI periode 2018 – 2022, gagasan
tersebut dibahas lebih mendalam dan disepakati
menjadi salah satu program kerja PP HIMPSI.
Realisasi penerbitan Psikologi Indonesia
dilaksanakan secara kolektif para personil
Kompartemen 5 dan Kompartemen 6 PP HIMPSI Berkarya untuk Bangsa
Jakarta, 29 Juni 2019

7 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI

MENJADI PSIKOLOGI
Abdul Malik Gismar
YANG RELEVAN Universitas Paramadina

D alam Kongres Psikologi ke XV 2018 di Bandung topik yang diajukan


kepada saya sebagai keynote speaker adalah bagaimana psikologi dapat
lebih terlibat dalam pembuatan kebijakan-kebijakan nasional. Pada
tahun 1980, dalam Kongres HIMPSI di Bandung (ketika itu saya anggota delegasi
mahasiswa UI) salah satu butir keprihatinan mahasiswa adalah ketidakmampuan
psikologi untuk ikut berperan dalam pembangunan nasional. Pertanyaan dan
keprihatinan yang terpisah 40 tahun di atas pada dasarnya mempersoalkan hal
yang sama: relevansi psikologi di dalam mengurus persoalan-persoalan sosial dan
kebangsaan negeri ini.

Relevansi: Persoalan yang oleh prinsip (sosiologi) yang dikemukakan oleh


Selalu Membayangi Psikologi Emile Durkheim pada tahun 1895 yang membuat
dikotomi fenomena individual – sosial yang kaku,
Relevansi psikologi untuk terlibat dalam mengurus dengan kesimpulan bahwa fenomena sosial tidak
masalah-masalah sosial selalu dipertanyakan sejak bisa dijelaskan melalui faktor-faktor psikologis.
awal perkembangan psikologi sebagai disiplin Persisnya, Durkheim mengatakan bahwa the
ilmu. Secara sederhana, bila kita lihat akarnya determining cause of a social fact must be sought
pertanyaan-pertanyaan ini dapat kita bedakan among antecedent social facts and not among the
antara pertanyaan yang terkait dengan states of the individual consciousness. Implikasinya,
epistemologis, kompetensi, dan kompatibilitas. bila kita mencoba menjelaskan peristiwa sosial
Ketiganya bisa saling terkait dan tidak sepenuhnya dengan penjelasan psikologis maka kita akan
eksklusif satu dengan yang lain. terjerembab ke dalam psikologisme yang bukan
saja keliru tapi juga sangat tidak bertanggung
Pertanyaan pertama berakar dari keraguan jawab karena justru akan mengaburkan persoalan
epistemologis apakah metode dalam psikologi yang sesungguhnya. Sikap skeptis atau sinis di atas
fokusnya adalah kesadaran individu (individual untuk waktu yang cukup lama sangat dominan
consciousness) bisa berbicara mengenai fenomena dan mengakibatkan hubungan yang tidak
sosial. Sejak awal perkembangannya psikologi harmonis antara psikologi dan ilmu sosial lainnya
berhadapan dengan sikap skeptik, bahkan sinis, serta menempatkan psikologi dalam posisi yang
dari ilmu sosial pada umumnya terkait persoalan sulit untuk berinteraksi dengan ilmu sosial
epistemologis ini. Sikap ini sangat dipengaruhi lainnya.

8 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

Residu dari doktrin ini masih cukup berpengaruh fokus tentang apa yang seharusnya menjadi inti
hingga tahun 80an sebagaimana dapat dirasakan dari upayanya, yaitu memahami “nature of man
dalam artikel berjudul e Role of Psychology in (sic) and the phenomenon that is uniquely human.”
National Development: Wishful inking and Pada masa-masa ini, sebagaimana digambarkan
Reality dalam International Journal of Psychology oleh Ring (1967, p. 120), psikologi merupakan:
pada tahun 1984 yang dengan sinis mengatakan: … a eld of many frontiersmen, but few
…psychology as a science or profession has not played settlers…..we can expect our eld to continue its
a signi cant role in the historical erratic and yet curiously stagnant
evolution of industrialized course, saturated with “cute”
“Implikasinya, bila kita mencoba
countries. It is further argued that experiments and petty quarrels
the problems of developing
menjelaskan peristiwa sosial between theorists…” ³
countries are basically political dengan penjelasan psikologis
and economic and to psychologize maka kita akan terjerembab ke Senada dengan Ring, Tajfel
them might be both unproductive dalam psikologisme yang bukan (1972) mengatakan bahwa
and immoral. It is suggested that saja keliru tapi juga sangat tidak psikologi “has studied the wrong
psychologists might do a better bertanggung jawab karena justru kind of homo in its attempt to
service by studying ways and akan mengaburkan persoalan derive general laws of human
means of changing the behavior of sesungguhnya. Sikap skeptis atau social behaviour from the
people who control the material sinis di atas untuk waktu yang presumed 'universal' and 'pre-
resources of the world. cukup lama sangat dominan dan social' laws of individual
mengakibatkan hubungan yang motivation” (Tajfel, 1972; p. 4).
Pertanyaan kedua berakar pada tidak harmonis antara psikologi Atau, menurut Moscovici (1972;
keraguan apakah psikologi dan ilmu sosial lainnya serta p. 63) psikologi tidak lagi
memiliki kompetensi untuk ikut menempatkan psikologi dalam mempelajari perilaku sosial
berperan dalam pemecahan posisi yang sulit untuk sebagai interaksi antara individu
persoalan sosial. Barangkali berinteraksi dengan ilmu sosial dan masyarakat ataupun
disumbang oleh posisi psikologi lainnya.” mempelajari individu dalam
yang relatif terisolasi dari ilmu masyarakat:
sosial lainnya (yang muncul
karena sinisisme epistemologis di atas) ada masa di ¹ Lihat Durkheim, E. (1982). e rules of sociological
mana psikologi begitu terobsesi pada proses-proses method. New York, NY. Free Press.
psikologis dasar untuk menjelaskan perilaku. ² Durkheim juga menunjukkan bahwa faktor sosial dapat
Fokus penelitianpun menjadi sangat mikro, menjelaskan fenomena psikologis. Contohnya, bunuh diri
yang sekilas merupakan keputusan yang sangat individual,
dengan rancangan penelitian terutama
ternyata dipengaruhi oleh faktor sosial: Dalam studinya,
eksperimen, dan metode yang dipakai terutama tingkat bunuh diri di kalangan protestan lebih tinggi
kuantitatif. Manusia sebagai spesies kultural dan daripada di kalangan katolik. Lihat Durkheim, E. (1951).
hidup dalam matriks sosial yang kompleks Suicide. New York, NY: Free Press.
menjadi terabaikan. Produktivitas penelitian ³ Ring, K. (1967) Experimental social psychology: Some
sober questions about some frivolous values. Journal of
memang sangat tinggi dalam atmosfer ini namun,
Experimental Psychology, 3, 113-23.
sebagaimana dikatakan Moscovici (1972), di ⁴ Tajfel, H. (1972). Introduction. In J. Israel and H. Tajfel
bawah derasnya “small scale theories and (Eds), e context of social psychology (pp. 1-13). London,
methodological sophistications” psikologi kehilangan UK: Academic Press.

8 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

….psychology has become a psychology of private life, Pertanyaan ketiga berakar dari keraguan apakah
and at the same time it has managed to transform its teori, konsep, dan metodologi psikologi yang
practitioners into members of a private club. ….It dikembangkan di suatu tempat memiliki makna
certainly cannot be said that there is a dearth of dan dapat digunakan atau kompatibel di tempat
important problems: war, profound social change, yang lain. Pertanyaan ini hadir sepanjang masa.
race and international relations, individual Di penghujung abad 19 para mahasiswa AS yang
alienation, struggle for political freedom, and pulang belajar dari Wilhelm Wundt di Jerman
technology. One might add the problems created by ditanya mengenai kegunaan experimental
science, technology and the change of scale in the instrospection bagi Era Progresif Amerika Serikat
evolution of our world - and yet there is no trace of yang sangat pragmatis dan sangat menekankan
any of this in our journals and our textbooks; it is as upaya-upaya membangun masyarakat yang tertib,
if the very existence of all these problems was being terkendali, dan teratur. Fungsionalisme (William
James) dan Behaviorisme (J.B. Watson) lebih
“Psikologi telah menarik diri dari cocok dengan semangat zaman ketika itu. Di sini
diskursus bareng dengan disiplin ilmu psikologi dituntut untuk tidak saja memiliki
sosial lainnya terkait isu-isu sosial, relevansi teoretis, tapi juga relevansi sosial.
politik, dan ideologis. Psikologi, diantara
ilmu-ilmu sosial lainnya telah menjadi Lalu, ketika psikologi menyebar ke luar dunia
secondary science. Pendeknya, dengan Barat, maka ia pun dituntut untuk memiliki
hilangnya kompetensi untuk memahami relevansi kultural.⁶ Diskusi mengenai emic vs etic,
manusia dalam kompleksitas sosialnya ini culture free vs culture fair, dan berbagai persoalan
maka psikologi juga kehilangan bias metodologis adalah cerminan dari tantangan
relevansinya untuk bicara masalah- untuk menjadi kompatibel di dalam matriks sosial
masalah sosial.” yang berbeda. Lebih jauh lagi, bentuk lain dari
upaya menjawab persoalan relevansi ini adalah
upaya indigenisasi psikologi yang bermunculan di
denied.⁵
India, Cina, Filipina, Korea Selatan, dan juga
Keadaan di atas bertentangan dengan harapan-
Indonesia.⁷ Pertanyaan tentang kompatibilitas
harapan yang ada pada awal perkembangan
psikologi ini mengakui bahwa mungkin saja
psikologi yang, menurut Moscovici, diharapkan
pengetahuan psikologi yang berkembang di suatu
dapat menyumbang pemahaman mengenai the
conditions which underlie the functioning of a society
and the constitution of a culture. Dengan
kecenderungan di atas psikologi telah menarik diri ⁵ Moscovici, S. (1972). Introduction. Dalam J. Israel and
H. Tajfel (Eds), e context of social psychology (pp. 1-13).
dari diskursus bareng dengan disiplin ilmu sosial
London, UK.: Academic Press.
lainnya terkait isu-isu sosial, politik, dan ideologis. ⁶ Di Afrika Selatan, misalnya, ada tuntutan bahwa psikologi
Psikologi, di antara ilmu-ilmu sosial lainnya telah yang dikembangkan di sana memilki social relevance,
menjadi secondary science. Pendeknya, dengan cultural relevance, market relevance, dan theoretical
hilangnya kompetensi untuk memahami manusia relevance. Lihat Wahbie Long (2016)
⁷ Lihat Wahbie Long (2016), A history of “relevance” in
dalam kompleksitas sosialnya ini maka psikologi
psychology untuk diskusi menarik mengenai persoalan
juga kehilangan relevansinya untuk bicara relevansi dalam psikologi dalam berbagai konteks dan
masalah-masalah sosial. lapisannya.

9 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

tempat berlaku dan sangat relevan untuk tempat Lebih dari itu, hubungan antara psikologi dan
tersebut, namun penerapannya di dalam matriks ilmu-ilmu sosial lainnya kini diformalkan dalam
sosial lain belum tentu relevan. program-program studi yang menggabungkan
keduanya. Program studi semacam itu dapat kita
Uraian di atas adalah gambaran sangat ringkas dan temukan, misalnya, pada program “Human
generik sifatnya mengenai persoalan relevansi Development and Public Policy” di Georgetown
psikologi. Yang ingin ditekankan adalah bahwa University, Washington DC yang tujuannya
pertanyaan mengenai relevansi psikologi bagi melahirkan lulusan yang “well versed in basic
masyarakat sudah ada sejak awal psikologi berdiri processes of human development; highly skilled in
sebagai disiplin ilmu, dan akan selalu ada, research methods, statistics, and policy analysis; and
meskipun bentuk dan ragam pertanyaannya bisa well prepared to apply their knowledge and skills to
berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat lain real public policy issues affecting human
dan dari satu masa ke masa lain. development.”

Karya-karya banyak penulis seperti Malcolm


“Pertanyaan tentang kompatibilitas Gladwell (jurnalis, bukan psikolog) membuat
psikologi ini mengakui bahwa mungkin hasil-hasil penelitian psikologi dikenal masyarakat
saja pengetahuan psikologi yang luas.¹⁰ Penelitian-penelitian psikologi, menurut
berkembang di suatu tempat berlaku dan Brian Hughes (2018):
sangat relevan untuk tempat tersebut, …..affects our lives in so many ways. It is consulted
namun penerapannya di dalam matriks in the design of everything from road safety
sosial lain belum tentu relevan.” campaigns, to anti-litter initiatives, to health
promotion programmes, to educational curricula, to
Status Psikologi Kini psychometric test, to household products, to
advertising. Politicians cite psychology research when
debating policies about childcare, or poverty, or social
Dari ketiga pertanyaan terkait relevansi psikologi di
atas, masalah epistemologis kini tidak lagi menjadi
perhatian. Justru, di kalangan ilmu-ilmu sosial, ada
kecenderungan konvergensi, bahkan sinergi teoretis
“Masalah epistemologis kini tidak lagi
dan metodologis, untuk memahami fenomena
menjadi perhatian. Justru, di kalangan
manusia yang kompleks. Ada perkembangan yang ilmu-ilmu sosial, ada kecenderungan
menarik dalam hal ini di mana cognition, mind, konvergensi, bahkan sinergi teoretis dan
mental model – konsep-konsep yang secara metodologis, untuk memahami fenomena
tradisional menjadi domain psikologi – kini manusia yang kompleks. Ada
menjadi topik penting dalam studi-studi perkembangan yang menarik dalam hal ini
antropologi dan sosiologi.⁸ Bertolak belakang di mana cognition, mind, mental model –
dengan doktrin Durkheim, sebagian antropolog konsep-konsep yang secara tradisional
hari ini percaya bahwa makna kultural selalu lahir menjadi domain psikologi – kini menjadi
dua kali, secara internal (dalam pikiran individu) topik penting dalam studi-studi
dan eksternal (dalam interaksi antar individu).⁹ antropologi dan sosiologi.”

10 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

exclusion, or environmental protection. Even disputes mengurus persoalan-persoalan sosial di Indonesia.


about major constitutional issues such as whether to Sejak berdirinya, Indonesia adalah sebuah proyek
extend access to abortion or to lower the voting age, psikologis besar. Hendak dicoba dalam mega
will be in uenced by what psychology research has project ini untuk menciptakan perasaan dalam diri
revealed about the lesson.¹¹ populasi yang begitu besar dan beraneka ragam,
yang tersebar ribuan kilometer dari Sabang sampai
Lebih dari itu, psikolog dan penelitian-penelitian Merauke, bahwa mereka merupakan bagian dari
psikologis juga mendapatkan rekognisi tertinggi. suatu entitas abstrak bernama Indonesia. Proyek
Misalnya, dianugerahkannya hadiah Nobel bidang ini pada hakikatnya meminta, sebagai misal,
ekonomi tahun 2002 kepada psikolog sosial seseorang di Sumatra untuk membayangkan
Daniel Kahneman untuk studi-studinya mengenai bahwa mereka terikat dalam satu kebersamaan,
pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari- bahkan persaudaraan (sebagai saudara sebangsa
hari. Lalu pada tahun 2017 Richard aler, dan setanah air), dengan seseorang di Kalimantan,
seorang behavioral economist, mendapatkan hadiah Jawa, Papua, dan pulau-pulau lain yang terpisah
Nobel di bidang ekonomi untuk studi-studinya jarak ribuan kilometer, berbeda bahasa dan agama,
dalam bidang perilaku ekonomi.¹² Bukan hanya serta tak pernah bertemu satu dengan yang lain.
relevan, psikologi hari ini mempunyai pengaruh Indonesia dalam hal ini adalah sebaik-baik contoh
yang signi kan. dari, meminjam istilahnya Ben Anderson, the
imagined community.¹³
Menjadi Psikologi Indonesia
Dari sudut kebangsaan, insight psikologis
yang Relevan dan Tantangannya dibutuhkan untuk mengurus imagined community
yang kompleks ini. Pengetahuan psikologi dapat
Kembali ke persoalan di awal artikel ini, secara membantu mengurus ruang-ruang publik di mana
generik tak perlu diragukan lagi bahwa psikologi manusia Indonesia yang begitu beragam
dapat mengambil peran yang signi kan dalam berinteraksi dan menegosiasikan identitasnya,
mengkonstruksi diri, dan mengaktualisasikannya
secara individual maupun kelompok. Manifestasi
⁸ Lihat D'Andrade, R.( 2003). e development of
cognitive anthropology. Cambridge, UK: Cambridge “Insight psikologis dibutuhkan untuk
University Press.; Zerubavel, E. (1997). Social
mengurus imagined community yang
mindscape: an inivation to cognitive sociology.
Cambridge, MA: Harvard University Press. kompleks ini. Pengetahuan psikologi
⁹ Shore, B. (1996). Culture in the mind; cognition, culture, dapat membantu mengurus ruang-
and problem of meaning. Oxford, UK: Oxford University ruang publik di mana manusia
Press.
¹⁰ Lihat misalnya karya-karya Malcolm Gladwell seperti e
Indonesia yang begitu beragam
tipping point; blink; outliers. berinteraksi dan menegosiasikan
¹¹ Hughes, B. (2018). Psychology in crisis. London: Palgrave. identitasnya, mengkonstruksi diri, dan
¹² Pemenang hadiah Nobel untuk ekonomi tahun 2017
adalah Richard aler, seorang Behavioral Economist yang
mengaktualisasikannya secara
menulis banyak hal mengenai bagaimana faktor-faktor individual maupun kelompok.”
psikologis menentukan perilaku ekonomi.

11 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

negatif dari interaksi ini bisa bermunculan dalam (critical distance) yang cukup bermakna.
bentuk prasangka, ujaran kebencian, kekerasan, Pertanyaannya, bila konsep dan teori yang dipakai
dan banyak lagi persoalan kebangsaan lainnya. tadi di dalam budaya yang sama saja tidak dapat
Lebih dari itu, secara umum insight psikologis direproduksi, bisakah konsep dan teori itu dipakai
dibutuhkan pula untuk memformulasikan begitu saja di sini?
kebijakan serta merancang program dan kegiatan
pembangunan manusia (human development) Persoalan reproducibility sangat terkait dengan
Indonesia. Dalam hal ini psikologi yang fokus database psikologi yang, menurut Henrich et al,
studinya adalah manusia sejak konsepsi hingga sebagian sangat besar datang dari masyarakat
lansia mempunyai potensi yang sangat besar untuk WEIRD (Western, Educated, Industrialized, Rich,
menyumbang kepada pembuatan kebijakan yang Democratic).¹⁴ Analisa yang ia lakukan terhadap
paling efektif dan e sien untuk memastikan jurnal-jurnal utama dalam enam sub-disiplin
pembangunan manusia yang optimal pada setiap psikologi menunjukkan bahwa 68% partisipan
tahapannya. studi adalah orang Amerika dan 96% datang dari
negara-negara industri/maju barat.¹⁵
Untuk memainkan peran-peran di atas, psikologi Lebih problematik lagi, partisipan ini pun tidak
di Indonesia harus memastikan diri sebagai representatif masyarakat Barat pada umumnya,
disiplin yang kompeten dan kompatibel menjawab karena biasanya partisipan yang direkrut dalam
persoalan Indonesia. Untuk itu menjadi keharusan studi ini adalah mahasiswa S1 yang ikut dalam
bagi psikologi di Indonesia untuk memproduksi studi untuk mendapat poin kredit suatu mata
pengetahuan psikologis yang didasarkan kuliah.
(grounded) pada penelitian-penelitian dengan
manusia Indonesia dan menjawab persoalan- Untuk dapat menjawab persoalan di atas,
persoalan manusia Indonesia. Perlu dicatat bahwa psikologi dan psikolog di Indonesia harus
sukses psikologi hari ini bukan tanpa masalah. berbenah diri, dimulai dengan institusi
Brian Hughes (2018), bahkan mengatakan ada pendidikan psikologi. Fakultas psikologi perlu
krisis dalam psikologi. Sementara semua orang mengembangkan kurikulum yang mengarah
sepertinya mencari jawab atas berbagai persoalan kepada produksi pengetahuan psikologi yang lebih
kepada psikologi, riset-riset dalam psikologi relevan bagi kehidupan bangsa secara luas.
mengalami apa yang disebut reproducibility crisis; Untuk ini diperlukan kemerdekaan berpikir,
hanya 36% riset dalam psikologi dapat kreativitas, inovasi, dan eksperimentasi baik di
direproduksi dengan hasil yang sama. tingkat individu pengajar/peneliti psikologi

Persoalan reproducibility di atas di Indonesia


menjadi lebih parah mengingat hubungan
¹³ Ben Anderson (1991). e imagined community. New
psikologi Indonesia vis a vis psikologi Barat yang
York: Verso.
harus diakui sampai hari ini masih bersifat ¹⁴ Henrich, J., Heine, S.J., & Norenzayan, A. (2010).
hubungan center – periphery yang tidak imbang. Beyond WEIRD: Towards a broad based behavioral
Dalam hubungan ini psikologi di Indonesia lebih science. Behavioral and Brain Science, 33.
merupakan pengguna konsep, teori, dan metode ¹⁵ Arnett, J. J. (2008). e Neglected 95%: Why American
psychology needs to become less American. e American
yang berkembang di Barat, tanpa ada jarak kritis
Psychologists, 63(7), 602-614.

12 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI MENJADI PSIKOLOGI YANG RELEVAN

maupun di tingkat institusi pendidikan psikologi


dalam mende nisikan dan merumuskan program-
programnya. Tantangan paling besar barangkali
datang dari birokrasi pendidikan yang sentralistik
dan hegemonik yang mendikte hampir semua
aspek dan seluruh langkah dalam proses belajar –
mengajar psikologi di perguruan tinggi. Mungkin
sudah saatnya persoalan de nisi pendidikan
psikologi ini dibicarakan secara tuntas oleh para
penyelenggara pendidikan psikologi sehingga ada
front bersama (united front) dalam
menegosiasikannya dengan regim birokrasi
pendidikan tinggi di Indonesia.

13 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI

INFORMASI PRIVAT vs PERNYATAAN PUBLIK:


Menimbang-nimbang Sikap Etis Psikolog
terhadap Hasil Asesmen
Kandidat Politik/Tokoh Publik

Nani Nurrachman - Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya

A rtikel ini ingin memberikan perhatian terhadap masalah boleh tidaknya


memublikasikan hasil asesmen psikologis kandidat politik, tokoh publik
terutama pada masa-masa pemilihan umum maupun pemilihan kepala
daerah. Perhatian ini diberikan mengingat adanya sikap pro-kontra khususnya di
kalangan komunitas psikolog itu sendiri. Di satu pihak menganggap masyarakat
berhak mengetahui hasil asesmen tersebut mengingat gaya kepemimpinan serta
berbagai kebijakan yang akan dibuat oleh kandidat akan memengaruhi banyak
aspek kehidupan dari masyarakatnya. Di lain pihak terdapat permasalahan etis
terkait pelanggaran etika dengan memublikasikan hasil asesmen tersebut yang
secara prinsip bersifat personal dan rahasia.

Secara ringkas bolehlah kita membicarakan isu-isu kepemimpinannya merupakan model berperilaku
masalah psikologis di ranah publik, tetapi bukan etis dan dengan demikian pula memiliki otoritas
sesuatu yang etis untuk memberikan asesmen moral. Namun apa yang telah kita saksikan, baca
terhadap seseorang yang bukan (pernah menjadi) serta dengar secara langsung selama kampanye
kliennya. Hal ini belum termasuk kemungkinan pemilihan umum dan legislatif kemarin ini sempat
digunakannya hasil asesmen yang dipublikasikan menunjukkan gejala-gejala yang mengarah
oleh para kandidat yang bersaing untuk saling melampaui batas-batas kepantasan umum.
'menjatuhkan' lawannya. Kita boleh ingat Mengapa? Marilah kita tengok dan cermati
ungkapan dalam dunia politik yang terkenal bebarapa hal dalam meletakkan permasalahan ini
'.....tidak ada lawan atau kawan yang abadi, yang secara proporsional sesuai dengan profesi kita
ada adalah kepentingan bersama (sesaat)'. Yang sebagai psikolog.
lebih esensial lagi adalah pandangan umum
tentang seseorang yang terpilih untuk diberikan Pertama, asal mula aturan melarang
kekuasaan memerintah secara historis adalah memublikasikan hasil asesmen psikologis seorang
seseorang yang dianggap mampu bersikap adil dan kandidat dan perkembangannya hingga saat ini.
demi kepentingan banyak orang. Artinya perilaku Sejatinya untuk melakukan asesmen terhadap

14 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

seseorang yang belum pernah kita temui dan kenal


akan sarat dengan masalah etis dan kualitas
keilmiahannya. Kita akan menghadapi risiko
melakukan kesalahan yang fatal dan menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat. Contoh kasus yang
terkenal adalah ketika Senator Barry Goldwater
maju dalam pemilihan presiden Amerika Serikat
pada tahun 1964. Ketika itu terdapat artikel di
surat kabar dengan judul “Fact : 1,189 psychiatrists
say Goldwater is psychologically un t to be
president”. Tindakan ini kemudian dinilai sebagai
langkah yang tidak etis oleh American Psychiatric
Association ketika itu karena bisa dipandang
sebagai menurunkan kepercayaan publik terhadap
profesi psikiater. Senator Goldwater sendiri
akhirnya menuntut surat kabar tersebut ke
pengadilan yang kemudian memenangkan
tuntutannya. Lebih runyam lagi, kondisi sosial
politik apapun yang terjadi setelah publikasi ini
muncul akibat rumor dan spekulasi yang
ditimbulkan olehnya akan menjadi santapan
media dan para politisi lainnya. Bukan manfaat
dan tujuan pemuatan hasil asesmen tersebut secara
publik. Kasus ini pada akhirnya memunculkan
apa yang kemudian disebut sebagai Goldwater Rule
“Sejatinya untuk melakukan
- yakni psikiater tidak diperbolehkan memberikan asesmen terhadap seseorang
asesmen psikologis dengan data sekunder atau yang belum pernah kita
opini diagnostik terhadap kandidat politik
ataupun tokoh publik lainnya yang masih hidup temui dan kenal akan sarat
dan yang bersangkutan tidak pernah diperiksa dengan masalah etis dan
oleh psikiater tersebut - yang berlaku di kalangan
profesi psikiater (Blake, 2016).
kualitas keilmiahannya.
Kita akan menghadapi risiko
Beberapa tahun terakhir ini Goldwater Rule
mengalami tentangan dari sejumlah praktisi melakukan kesalahan
psikolog bergelar Ph.D dengan mengatakan bahwa yang fatal dan menimbulkan
Goldwater Rule ini tidak berlaku sepenuhnya bagi
profesi mereka dengan memberikan argumentasi
kebingungan bagi
bahwa memberikan asesmen dari tokoh-tokoh masyarakat.”
publik dapat bermanfaat demi kepentingan
nasional. Beberapa psikolog bahkan membuat
ranking terhadap sifat narsistik sejumlah mantan

15 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

presiden dan berargumen bahwa sifat ini telah 1074): "Political actions or practise; policy"; "Political
memersuasi publik dalam memperjuangkan affairs or business; political life"; “e political principles,
kebijakan dan legislasi. Kasus mutakhir yang convictions, opinions, or sympathies of a person or party";
terjadi pada tahun 1990 menyangkut Dr. Jerrold "Conduct of private affairs; politic management,
Post seorang psikiater yang melakukan wawancara scheming, planning". Ia kemudian membagi
terhadap sejumlah orang yang mengenal Saddam uraiannya ke dalam dua fokus besar. Fokus
Hussein secara dekat. Pro l hasil wawancara ini pertama menitikberatkan pada pengertian
kemudian disampaikan ke Kongres. Namun psikologi: psikologi sebagai pengetahuan tentang
muncul beberapa keberatan mengenal pro l ini politik; psikologi sebagai cerminan politik;
mengingat Dr. Post tidak mewawancarai Saddam psikologi sebagai pengetahuan yang dibatasi oleh
Hussein sendiri sehingga akurasi analisisnya politik; psikologi sebagai re eksi dari politik
dipertanyakan. Hal ini dianggap menyalahi aturan pribadi seseorang; politik psikologi dan
yang telah ditentukan. Hak jawab yang diberikan menerapkan psikologi sebagai politik.
Singkat kata beberapa pengertian psikologi dalam
oleh Dr. Post mengatakan bahwa apa yang telah
hubungannya dengan politik ini membicarakan
dia lakukan bukanlah “...not a psychiatric expert
dimensi politik dalam kognisi dan persepsi
opinion” tetapi merupakan “...a political psychology
manusia: pengetahuan, opini, keyakinan, simpati,
pro le”. Bagaimanapun juga setiap orang, tokoh
tindakan dan keterlibatannya dalam kehidupan
publik, lebih-lebih kandidat politik memiliki
politik. Fokus kedua menitikberatkan pada
sejumlah aspek psikologis yang dapat dijadikan
psikologi politik yang mencakup: psikologi politik
isu. Untuk inilah maka dalam melakukan asesmen
terhadap kandidat politik para profesi kesehatan
jiwa perlu menimbang untung rugi serta
dampaknya bagi masyarakat (Klitzman, 2016). “...not a psychiatric expert
opinion” tetapi merupakan
Kedua, pemahaman tentang kaitan antara dunia
politik dengan psikologi secara umum. Sejauh ini “...a political psychology
psikologi dipandang sebagai ilmu yang pro le”. Bagaimanapun juga
mempelajari perilaku manusia sepanjang rentang
kehidupannya. Oleh karena perilaku manusia itu
setiap orang, tokoh publik,
luas menyentuh berbagai sendi kehidupan lebih-lebih kandidat politik
manusia, baik secara individual maupun
kelompok hingga bangsa, maka pemahaman akan
memiliki sejumlah aspek
titik singgung antara politik dengan psikologi psikologis yang dapat dijadikan
kiranya perlu diketahui oleh mereka yang isu. Untuk inilah maka dalam
mengembangkan minat serta melakukan
penelitian dalam bidang psikologi politik. melakukan asesmen terhadap
Dalam artikelnya yang dimuat di jurnal Political kandidat politik para profesi
Psychology, Bar-Tal (2001) memberikan uraian
pengertiannya tentang psikologi sebagai politik. kesehatan jiwa perlu perlu
Sebagai titik tolak apa itu politik ia merujuk menimbang untung rugi serta
kepada empat de nisi tentang politik yang berasal
dari Kamus Oxford Inggris (OED, 1973, Vol 7, h.
dampaknya bagi masyarakat.”

16 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

sebagai suatu disiplin ilmu guna mempelajari yang bisa menimbulkan interpretasi bahkan bias
politik secara umum; psikologi politik yang yang berbeda-beda. Psikolognya sendiri bahkan
mempelajari proses-proses, peristiwa serta perilaku besar kemungkinan tidak mengenal ataupun
politik yang spesi k; psikologi politik sebagai belum pernah berjumpa dengan tokoh yang
praktik untuk diterapkan dalam kehidupan nyata dianalisisnya. Di sisi lain pemakaian istilah-istilah
para praktisi politik. Berbeda dengan psychological kejiwaan seperti delusi, narsistik, megaloman dan
pro ling yang dilakukan pada tahun 1990 sejenisnya untuk menggambarkan sifat-sifat
terhadap Saddam Hussein, Dr. Jerrold Post kepribadian tokoh akan mudah dirancukan
sebelumnya telah melakukan pro l kepemimpinan dengan orang lain dengan gejala yang sama yang
dari sejumlah pemimpin dunia ketika bergabung memang mengalami masalah kejiwaan dan sedang
dengan CIA. Selama beberapa waktu Dr Post menjalani terapi di mata orang awam. Gejala-
memimpin suatu unit analisis pro l para gejala yang menggambarkan kesehatan mental
pemimpin dunia dengan melibatkan ilmuwan orang merupakan isu yang sensitif, baik bagi
yang berasal dari berbagai latar belakang masyarakat umum maupun bagi kandidat politik
keilmuan: psikiater, ahli penyakit dalam, psikolog, atau tokoh publik. Jangan lupa bahwa istilah-
antropolog, sejarawan dan analis intelijen yang istilah kejiwaan ketika membicarakan kesehatan
diperuntukkan bagi komunitas intelijen dan mental mengandung dan mengundang stigma
pembuat kebijakan tingkat tinggi pemerintahan. tertentu. Dari perspektif yang berbeda membuat
Salah satu analisis yang dilakukannya terhadap dan memublikasikan analisis psikologis terhadap
Perdana Menteri Israel Menachem Begin dan kandidat politik atau tokoh publik dapat memiliki
Presiden Mesir Anwar Sadat ketika itu telah nilai manfaat bagi masyarakat pemilih. Mereka
membantu Presiden Jimmy Carter untuk dapat memilih kandidat ataupun tokoh yang
menyusun strategi perundingan yang akhirnya mereka nilai dan rasakan dapat dipercaya
membuahkan Perjanjian Perdamaian Camp David memimpin masyarakat ke arah kehidupan yang
pada tahun 1979 (Dekleva, 2018). lebih baik, khususnya bila masyarakat masih
terpengaruh oleh kon ik dan kekerasan sosial
Ketiga, menimbang kedudukan psikolog sebagai masa lalu yang masih dirasakan dampaknya.
profesi dengan kode etiknya dalam dunia politik. Situasi ini merupakan problema dilema etik yang
Hal utama dalam konteks ini adalah kompetensi seyogyanya disadari oleh psikolog, sebab kepada
psikolog ketika melakukan analisis kepemimpinan siapakah tanggung jawab utama psikolog tersebut
para kandidat politik ataupun tokoh publik layak diberikan: kandidat atau masyarakat?
lainnya. Salah satunya adalah metodologi yang Lilienfeld, seorang penulis utama dalam masalah
dipakai untuk menganalisis yang bukan saja analisis tokoh dan profesor psikologi dari Emory
mencakup kemampuan tetapi juga mencakup University mengatakan “We reviewed a large body
sifat-sifat atau kepribadian tokoh. Analisis of published scienti c literature and it clearly showed
terhadap kemampuan dan kepribadian tokoh pada that examining someone directly is often not necessary
saat ini cenderung dilakukan dengan memakai if you compile other valid sources of information.
pendekatan psikobiogra secara deskriptif. Data Even though it is possible to make reasonably valid
yang dipakai sebagai rujukan biasanya berasal dari psychiatric diagnosis at a distance that doesn't
berbagai sumber antara lain biogra , ucapan, necessarily mean that mental health professional
liputan media, tampilan dalam berbagai acara, should. Such a diagnosis should only be made with
serta informasi dari relasi, teman sejawat tokoh great discretion and after a thorough investigation”

17 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

sebagaimana dikutip oleh Aaron Blake dalam surat


kabar Washington Post (2016).

Kembali kepada ide pokok dalam tulisan ini serta


meletakan uraian di atas secara kontekstual pada
masa pemilihan presiden dan pemilihan calon
legislatif 2019 Indonesia yang baru saja kita
lakukan. Menurut hemat penulis ada satu hal
yang perlu dipahami tetapi selama ini terasa “Pemakaian istilah-istilah
terabaikan yaitu tingkat literasi politik dan kejiwaan seperti delusi,
kedewasaan masyarakat Indonesia dalam
berpolitik. Apa yang dimaksudkan di sini adalah narsistik, megaloman dan
perhatian terhadap ikatan psikologis antara sejenisnya… mudah
kandidat politik, tokoh publik dengan massa
pengikutnya. Pertikaian hingga bentrokan massa dirancukan dengan orang lain
antar kelompok pendukung kandidat atau tokoh dengan gejala yang sama yang
masih terjadi. Budaya masyarakat Indonesia yang
memiliki ciri kolektivitas dengan power distance
memang mengalami masalah
tinggi mengisyaratkan sulitnya tokoh pemimpin, kejiwaan… Istilah-istilah
apalagi yang diidolakan, untuk melepaskan diri kejiwaan… mengandung dan
bilamana secara politik perlu bersikap dan
mengambil tindakan yang berbeda dari harapan mengundang stigma tertentu.
pengikutnya (Setiadi, 2008). Dari perspektif yang berbeda
Selain itu Indonesia masih dalam proses belajar membuat dan memublikasikan
berdemokrasi yang bukan hanya ditandai dalam analisis psikologis terhadap
bentuk penyelenggaran pemilihan presiden dan
pemilihan calon legislatif belaka. Demokrasi juga kandidat politik atau tokoh
ditandai dengan pembangunan institusi pelayanan publik dapat memiliki nilai
publik yang mengakui, memperlakukan dan
melayani warganya sebagai sesama manusia. Masih
manfaat bagi masyarakat
cukup banyak berbagai kebijakan publik yang pemilih. Situasi ini merupakan
bersifat diskriminatif. Permasalahan dalam problema dilema etik yang
mengimplementasikannya pun di sana-sini masih
bersifat tebang pilih. Belum ditambah dengan seyogyanya disadari oleh
kesenjangan sosial yang semakin dirasakan meski psikolog.”
pertumbuhan ekonomi menggambarkan
kemajuan secara positif. Kesemuanya ini
meletakkan kondisi kehidupan keseharian
masyarakat dalam keadaan yang mudah terpicu
berbagai isu, baik yang benar maupun yang hoax.
Dikaitkan dengan uraian tentang problema dilema

18 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

etika antara informasi privat dengan pernyataan dilakukan. Apalagi pada saat ini Kode Etik
publik tentang pro l kandidat politik tokoh Psikologi Indonesia (2010) sedang direvisi untuk
publik di atas maka gambaran masyarakat disesuaikan dengan perkembangan zaman dan
Indonesia kiranya patut dimasukkan dalam kebutuhan komunitas psikolog dan masyarakat
pertimbangan etis ketika psikolog hendak umum. Pilihan serta keputusan etis pada
memberikan pernyataan terkait pro l kandidat hakekatnya adalah sikap moral pribadi yang tidak
politik, tokoh publik. Untuk kepentingan apakah bisa diwakilkan kepada siapapun. Apa yang ingin
dan siapakah pernyataan publik itu diberikan? disampaikan di sini adalah apakah dalam
Apakah untuk masyarakat Indonesia yang melakukan suatu tindakan yang mengandung
beragam, plural tetapi tingkat literasinya masih dilema etis psikolog sudah mempertimbangkan
tergolong rendah agar bisa memilih pemimpin berbagai aspek yang terkait, karena pelanggaran
yang kompeten, berintegritas dan dapat dipercaya? etik meski belum tentu terkait dengan aspek
Apakah untuk kandidat politik ataupun tokoh hukum tetapi jelas mengandung sanksi moral yang
publik sebagai upaya penggambaran citra diri bersumber pada hati nurani masing-masing orang,
positif guna meraih suara pemilih? Apakah untuk termasuk psikolog. Bagaimana perubahan Kode
psikolog-nya sendiri sebagai pemaparan hasil Etik Psikologi Indonesia akan dilakukan serta
penelitian di bidang psikologi dan politik yang berbekal pengetahuan serta pengalaman perihal
menjadi minatnya dan atau karena rasa tanggung isu yang diangkat dalam tulisan ini ada satu hal
jawab profesionalnya? Jika ingin dicari landasan yang pasti tidak akan berubah yakni apa yang
etis untuk memikirkan opsi sikap yang akan tertuang dalam Pasal 2 Prinsip Umum Kode Etik
diambil maka kiranya ethics of care dari Gilligan Psikologi Indonesia yang pada intinya mengakui
lebih relevan dipakai sebagai rujukan daripada adanya shared human values antara psikolog
ethics of justice dari Kohlberg. Bagaimana kita bisa dengan para pengguna jasa layanan psikolognya.
adil jika tidak memiliki kepedulian?

Tulisan ini tidak memiliki intensi untuk memberi


penilaian boleh tidaknya atau etis tidaknya
pernyataan publik terhadap pro l kandidat politik

“Untuk kepentingan apakah dan siapakah


pernyataan publik itu diberikan? … Jika
ingin dicari landasan etis untuk memikirkan
opsi sikap yang akan diambil maka kiranya
ethics of care dari Gilligan lebih relevan
dipakai sebagai rujukan daripada ethics of
justice dari Kohlberg. Bagaimana kita bisa
adil jika tidak memiliki kepedulian?”

19 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ISU PSIKOLOGI TERKINI INFORMASI PRIVAT VS PERNYATAAN PUBLIK

Daftar Pustaka
Bar-Tal, D. (2001): Foreword: Meanings of Klitzman, R. (2016). Should therapist analyze
“Psychology as politics'. Political Psychology, presidential candidates ?. New York Times,
22, 219-226 March 7. Diunduh dari:
https://www.nytimes.com/2016/03/07/opinion/c
Blake, A.(2016): the American Psychiatric ampaign-stops/should-therapist-analyze-
Association issues a warning: No presidential-candidates.html
psychoanalyzing Donald Trump. e
Washington Post, August 7. Diunduh dari: Oxford University Press. (1973). Oxford English
https://www.washingtonpost.com/news/the- Dictionary (OED) 1973. United Kingdom:
x/wp/2016/08/07/the-american-psychiatric- Oxford University Press.
association-reminds-its-doctors-no-
psychoanalyzing-donald-trump/?nodirect- Himpunan Psikologi Indonesia (2010). Kode Etik
on&utm.term=.8876ade62a42 Psikologi Indonesia Himpsi. Jakarta: HIMPSI

Dekleva, K.B.(2018). Leadership analysis and Setiadi, B. (2008, 31 Oktober). Relevansi psikologi
political psychology in the 21st Century. e lintas-budaya dalam memahami kepemimpinan
Journal of the American Academy of Psychiatry global. Pidato pengukuhan sebagai Guru
and the Law, 46(3), 359-363. DOI: Besar Psikologi di Universitas Katolik
https://doi.org/10.29158/JAAPL.003771-18 Indonesia Atma Jaya. Jakarta: Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya.

20 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Hamdi Muluk:
Asesmen tokoh
politik itu
beda dengan
medical report!
Wawancara khusus
dengan Prof. Dr. Hamdi Muluk

Prof. Dr. Hamdi Muluk. Dokumentasi Temilnas IPS 2019, Prodi Psikologi UNS

Psikologi Indonesia, Solo -


Asesmen psikologi terkait
kandidat calon presiden dan Rahkman Ardi, melakukan
wakil presiden yang pernah wawancara dengan Prof. Dr.
dilakukan oleh Laboratorium Hamdi Muluk. Dalam
Psikologi Politik Universitas kesempatan tersebut Prof. Dr.
Indonesia tak jarang menuai pro Hamdi Muluk menjelaskan
dan kontra. bagaimana silang pendapat atas
hal tersebut dapat terjadi dan
Sabtu malam, tanggal 6 April juga bagaimana secara
2019 di sela-sela Musyawarah metodologis penelitian tersebut
Nasional Ikatan Psikologi Sosial dikerjakan. Berikut ini
di Grand Hap Hotel, Solo, kutipannya.
reporter psikologi Indonesia,

21 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

WAWANCARA HAMDI MULUK

Apa sih yang membuat bapak tertarik dengan men-tracking, si pejabat itu nggak boleh lagi
asesmen tokoh politik? berlindung, “Tidak ada itu!” Terus bilang, “saya
tidak pernah direhabilitasi!” Padahal dia cuma
Di luar negeri itu memang lazim publik diberikan perlu menjelaskan saja, “Saya waktu itu
informasi segala hal yang berkaitan dengan tokoh- direhabilitasi sekian tahun,” gitu lho. Jadi, nggak
tokoh politik. Nah ini harus dipahami oleh perlu lagi dia tanya, “kok dibuka? kan sudah ada
politisi. Nanti saya bahas soal yang dikait-kaitkan di consent saya.” Itu ga ada urusan. Keterbukaan
dengan kerahasiaan pemeriksaan, termasuk juga itu dianggap relevan. Penting. Untuk kepentingan
terkait ke dokter, dimana kalau orang diperiksa itu publik yang harus terlindungi. Untuk kepentingan
harus di apa… yang lebih besar. Jadi kalo orang ini punya
catatan-catatan yang tidak bagus, kita boleh tahu,
Itu salah satunya tentang aspek kerahasiaan nggak boleh disembunyikan.
klien, bagaimana Pak jika di Psikologi?
Soal persoalan etik dimana pihak yang
Kalau di kedokteran itu hasil medical report itu dipublikasikan seharusnya ada informed consent
nggak boleh dibuka karena kerahasiaan medis. terlebih dahulu dan jika memang dipublikasikan
Psikologi kan mau mengambil analogi yang seperti seharusnya anonim. Bagaimana Pak?
itu. Itu salah assumption. Orang-orang Psikologi
harus disadarkan juga. Sementara hak publik juga Nggak. Nggak bisa. Karena percuma. Misalnya
untuk mendapatkan informasi tentang calon begini, saya melakukan analisis terhadap tokoh
pejabat publik, political leader, calon bupati. Jadi publik bernama A, terus saya umumkan hasil
jangan anda tarik analogi medis. Itu logika yang analisis terhadap tokoh yang berinisial A tersebut,
keliru. Nangkap ya? Di semua negara dengan iklim siapa yang mau baca? Aneh saja. Kok tokoh X
demokratis itu hal yang biasa, ketika orang berani gitu. Siapa itu tokoh X? Harusnya dibuka karena
menjadi pejabat publik, menjadi senator, dia mencalonkan diri menjadi pejabat publik.
legislator, menjadi walikota, presiden dan segala Logika itu ngawur banget itu. Anonim itu
macamnya, dia harus rela bahwa hal-hal yang Ngawur...
mungkin ada implikasinya terhadap kepentingan
publik boleh dibuka. Ok, saya mempertegas bahwa logika medis itu
sebenarnya tidak bisa digunakan dalam Psikologi
Tanpa ada informed consent tidak masalah? Politik karena pertanggungjawaban publik?

Tidak masalah, karena dia sudah akan menjadi Ya, karena kepentingan publik itu lebih besar. Satu
pejabat publik. Misalnya, kalau ada orang yang lagi, kalau orang berobat ke dokter maka dia harus
tahu dia pernah masuk panti rehabilitasi narkoba melakukan serangkaian pemeriksaan medis dan
ketika waktu di SMA, which is waktu itu dia hasilnya di medical report itu harus di-preferential-
mungkin pergi ke dokter untuk mendapat terapi. kan. Nah, sama juga dengan di Psikologi. Orang
Itu ada informed consent di situ kan. yang melakukan asesmen Psikologi, mendatangi
psikolog, minta dites, interview, diassess segala
Lantas? macem, itu tetep tidak boleh dibuka. Sama
dengan KPU. KPU meminta RSPAD melakukan
Tapi, ketika record itu ada dan ternyata orang bisa asesmen catatan kesehatan jiwa. Itu asesmen nggak

22 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

WAWANCARA HAMDI MULUK

dibuka ke publik. Cukup KPU yang tahu karena Tidak ada batasan sama sekali yang bisa
dasarnya yang meminta KPU. Jadi, dia harus disampaikan pada publik?
informed consent ke KPU. Tapi kalo metode
psychology at a distance yang menyangkut data Ah, ini yang nggak. Kalo di luar negeri ya,
publik berbeda. Demi kepentingan publik, publik misalnya saya ngendap-ngendap masuk ke rumah
bisa membuka apapun yang bisa dia buka tentang orang, terus saya ketemu surat-surat cinta dengan
kandidat ini, masa lalunya, biogra nya, ucap- pacarnya misalnya, ya ini ilegal. Nah, itu saya bisa
ucapannya di publik, semua le- le, hal-hal kena pidana kalau itu saya jadikan dasar analisis
informasi yang tentang orang ini bisa dicari. kepada dia, karena itu urusan pribadi, privasi. Tapi
selama statement-statement itu publik, seperti
Apapun itu? wawancara, biogra , ataupun hal-hal yang
menjadi domain publik lain yang dianalisis, itu
Apapun itu. tidak perlu minta persetujuan secara formal.

Asumsinya berarti segala sesuatu yang sudah


menjadi domain publik itu bisa dianalisis?
“Orang yang melakukan
Ya, itulah model dari Personality at-a-distance itu.
asesmen Psikologi,
mendatangi psikolog, minta Jika penelitian yang Bapak lakukan rawan
conflict of interest bagaimana? Misalnya,
dites, interview, diassess segala digunakan untuk kepentingan kandidat tertentu?
macem, itu tetep tidak boleh
Di luar negeri ya, di Eropa, di Amerika, itu setelah
dibuka. Sama dengan KPU. orang publish sebenarnya berlaku asas equal.
KPU meminta RSPAD
Jadi?
melakukan asesmen catatan
kesehatan jiwa. Itu asesmen Jadi misalnya kubu partai si A akan memakai hasil
itu, silahkan. Kubu oposisi juga boleh memakai
nggak dibuka ke publik. data itu. No problem. Itu temuan gitu lho. Itu
Cukup KPU yang tahu karena termasuk domain kebebasan akademik. Jadi, orang
boleh menolak karena kubu partai tertentu merasa
dasarnya yang meminta KPU. dirugikan. Dia boleh juga membuat atau mencari
Jadi, dia harus informed analisis hal yang lain. Nggak masalah. Jadi itu
equal. Hasil itu dilempar ke publik dan yang
consent ke KPU. Tapi kalo melakukan studi sudah memenuhi kaidah-kaidah
metode psychology at a keilmuan, metodologi. Setelah itu dilihat
bagaimana disposisi publik. Kita lihat komentar,
distance yang menyangkut kalau si A berkomentar tertentu sah-sah saja.
data publik berbeda.” Budaya itu saja yang belum kita munculkan di
masyarakat. Sama saja dengan temuan di jurnal.

23 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

WAWANCARA HAMDI MULUK

Ada commentary, ada reply terhadap commentary, Dalam bidang ilmu?


kan biasa.
Psikologi. Psikologi Politik. Menurut saya yang
Terkait dengan metode. Bapak menggunakan 200 mendalami bidang itu juga nggak banyak
orang psikolog untuk asesmen. Adakah orangnya. Jadi latar belakang akademik dan
benchmark-nya? kompetensi itu selalu ya. Idealnya berlatar
belakang Psikologi. Psikologi Politik itu salah satu
Ada di jurnal-jurnal itu. Tidak hanya psikolog, domain dalam bidang Psikologi. Psikolog politik
kadang-kadang juga dosen membuat atau itu salah satu domain yang areanya besar.
memprediksikan ideologi kandidat. Personality Politics itu juga kompetensi yang perlu
dimiliki.
Historian dan biographer juga terlibat?
Jadi, Psikologi dan Psikologi Politik?
Iya. Ada historian juga biographer juga menilai.
Ada juga penelitian di Eropa yang menjumpai Ya, jadi kalo nggak punya rekam jejak di situ ya
kalo anggota parlemen yang ditampilkan seperti kita meragukan lah.
ini, maka ideologinya apa. Ternyata setelah di
cross-prediction itu sampai 0,8 tingkatnya. Lantas dari 200 orang yang Bapak pilih itu
bagaimana kriterianya Pak?
Tingkat apa itu Pak?
Oh kalau yang saya sebut di atas itu penting bagi
Akurasinya. Jadi orang sudah bisa melihat dia yang menginisiasi studi. Nah kalo studi survei itu
memang politisi liberal, konservatif, atau politisi bersama-sama dilakukan maka kita membuat
macam apa. Itu ada di Political Psychology. consensual validation para pakar. Ya, kalo dalam
Ilmuwan merating itu hal yang biasa. Nah, saya konteks ini kan saya cuma perlu psikolog. Jadi kita
mikirnya, kenapa saya perlu psikolog karena ini random saja dari daftar yang saya dapatkan dari
menebak personality type, jadi lebih pas itu
ilmuwan behavioral. Begitu saja asumsi saya,
ketimbang saya mencari ilmuwan politik. “Itu termasuk domain
Tidak ada keterlibatan historian atau biographer? kebebasan akademik. Jadi,
Nggak. Historian, biographer saya letakkan di
orang boleh menolak karena
depan untuk menemukan tata rater nya dulu. Tapi kubu partai tertentu merasa
interpretasi personalitynya lebih pas psikolog lah.
dirugikan. Dia boleh juga
Kalau menurut Bapak, ada tidak aturan jika membuat atau mencari
seseorang mau melakukan asesmen terhadap
kandidat politik? Ada batasan kompentensi atau analisis hal yang lain. Nggak
kualifikasi yang harus dipunyai?
masalah. Jadi itu equal.”
Iya, saya kira paling nggak dia punya track record
dalam ilmu ini.

24 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

WAWANCARA HAMDI MULUK

HIMPSI Jaya. Waktu itu kita sampling 250an itu. fair-fair aja menurut saya. Nah, saya perlu jumlah
Dan kami mendapatkan Respondennya 204. Itu agak besar dari psikolog sebagai perater itu. Kalo
sudah memadai sebetulnya kalo itu dari segi cuma rating dari 10 orang itu bias, tapi kalau dari
penelitian pakar. Beda dengan penelitian yang 204 orang bisa dapat hasil secara konsisten gitu
menggunakan rater masyarakat umum, seperti lho. Dan itu sedikit outlayer nya.
public opinion. Kalau yang penilaian masyarakat
awam ya jumlahnya bisa 1200, 1500. Kalau Orang-orang yang menjadi kriteria psikolog yang
ilmuwan, tenaga ahli, psikologi terbatas. Ini bisa merater?
psikolog penilaian profesional.
Sudah praktek, minimal 10 tahun. Jadi dia sudah
Sebenarnya ini profiling atau persepsi psikolog terdaftar jadi psychology practitioners sudah 10
Pak jadinya? tahun. Ketika 200 psikolog itu sudah praktek rata-
rata 10 tahun lantas diberikan protokol dan satu-
Ya bisa dibilang begitu. Jadi metodologinya, saya satu merating, itu consensual validation-nya tinggi.
di tim punya 10 psikolog senior yang mempelajari
seluruh data-data publik, seperti biogra , pidato, Oke, 204 itu dipilih secara acak? Apakah mereka
wawancara. Setelah itu, kita mencari critical- dari latar belakang Psikologi klinis,
critical event. Nah, psikolog disuruh membaca dan perkembangan, pendidikan?
merating, dengan indikator-indikator yang sudah
ada ini. Menurut mereka lebih tepat seperti apa. Acak itu. Pokoknya dia praktek dan ada di
Kalo dari 200 responden itu skornya bisa tinggi, database HIMPSI. Waktu itu kita random 500
ya saya bisa con dent bahwa orang (kandidat) ini kalo ga salah. Cuma tidak semua orang sempat.
personality nya lebih deket ke sini. Sampai terakhir itu, saya menunggui sampai 250.
Sudahlah karena kalo saya menunggu sampe 250,
Ada kandidat yang dianggap lebih stabil momen pilpres sudah lewat. Waktu itu dibilang,
dibanding kandidat lain, apa yang dimaksud “kenapa mempublish dan itu di suasana pilpres?
stabil Pak? kenapa nggak setelah pilpres itu setahun?” Ya,
nggak ada gunanya lah. Hasilnya itu memang buat
Ya stabil saat momen-momen krusial. referensi publik, ada calon A, ada calon B. Kalau
saya publish setelah pemilu setahun, hahaha, siapa
Stabil emosi? juga yang berminat? Gunanya buat apa? Ini
menunjukkan bahwa kita tidak punya social
Ya, emosi. Ini emotional stability. Menurut responsibility. Kita kan boleh melakukan dan
psikolog atau perater, mereka membandingkan mempublish itu ya, sepanjang ini semua punya
kandidat tersebut kira-kira sampai berapa. Kita pertanggungjawaban akademik. Yang nggak boleh
kasih pro l yang bisa dibuka dalam 20 tahun itu menggadaikan kredibilitas, data kita rubah
terakhir dan mereka menilai dalam momen rubah dan segala macem. Ini justru bagian yang
tertentu mana yang lebih stabil dan ga stabil. perlu dibangun bahwa kita sebagai ilmuwan tidak
Menurut saya sih fair-fair aja lah, ketika merating berada di menara gading.
dia membuat perbandingan. Kalo dia
mengatakan, saya memberikan skor 8 untuk
kandidat 1, pada momen ini kandidat 2 cuma 6,

25 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

WAWANCARA HAMDI MULUK

Kemarin di awal tahun tulisan J. Kristiadi juga Bapak acuannya biasanya menggunakan siapa
sempet rame ya Pak? Pak kalo membuat Psychology at-a-distance?

Oh, itu, Kristiadi itu cuma punya le yang lama, Itu kan pelopornya Margareth Hermann, judul
terus dia kutip. Ya, sebagai ilmuwan politik dia bukunya itu Personality Assesment. Selain itu,
merasa publik harus tahu. Ya dia kutip saja itu. Jerrold Post, Peter Suedfeld, David Winter. Jerrold
Terus dia tanya ke saya, “Prof, nanya dong. Post ini yang bikin Narcissism in Politics. Itu sama
Pertanyaan tunggal saja. Personality orang berubah dia, Trump kan dibuka lagi. Kalau di luar negeri
tidak dalam 5 tahun?” Ya, tidak berubah lah saya itu sesuatu yang aman. Kita aja yang ribut gitu
bilang. Jadi dia merasa masih relevan. lho. Ini Jerrold Post, 30 tahun, bekerja sembari
menjadi profesor Psikologi/Psikiatri. Itu
Jadi, anggapannya personality nya masih stable? metodenya sama tapi dia plus data-data intelijen.
Oh ya, yang terakhir anda baca nggak? Yang dari
Dia bilang, “Itu masih stable nggak?” Saya bilang Amerika Serikat membuat buku e Dangerous
stable lah. Ya sudah dikutip sama dia. Case of Donald Trump. Itu lebih keras lagi mereka
bicara. Nanti kalo orang lain misalnya membuat
Berarti data penelitian Bapak ini sebenarnya bisa buku tandingan ya buat aja.
diakses ya Pak?

Bisa. Bisa kalau anda mau ke tempat saya.


Datanya masih ada. Saya simpan. Boleh silahkan.
Tapi kalau data kasar kita lempar ke publik, dia ga
tau how to use it. Itu malah jadi kacau. Dimana-
mana kan begitu, kalau anda minat, anda boleh
datang, anda lihat.

“Ilmuwan merating itu hal


yang biasa. Nah, saya
mikirnya, kenapa saya perlu
psikolog karena ini menebak
personality type.”

26 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

LIPUTAN KHUSUS

HIMPSI Perlu Membangun


Epistemic Community
Psikologi Indonesia, Solo - Gelar acara “Temu kontribusi nyata dalam kebijakan publik yang
Ilmiah Nasional Ikatan Psikologi Sosial ke-9 diusung pemerintah. Harapan tersebut
2019” bertajuk “Peran Psikologi Sosial dalam disampaikan pada sesi sesorah-nada-dasar (keynote
Pemecahan Masalah Sosial dan Perencanaan speech) (6/4) berjudul “Memahami Pembangunan
Publik” dilaksanakan 5-7 April 2019. Dalam acara dan Kebijakan: Re eksi tentang Manusia,
tersebut, Yanuar Nugroho, Ph.D. selaku Kepala Pembangunan, dan Kemajuan”.
Deputi II Staff Kepresidenan Bidang Kajian dan
Pengelolaan Program Prioritas menyampaikan “Kita memasuki zaman baru dimana pola
beberapa permasalahan di tingkat global yang produksi itu berubah. Sekarang mesin ke mesin,
tere eksi di tingkat nasional dan bagaimana proses bukan manusia ke mesin. Hal yang penting
pembuatan kebijakan oleh Pemerintah. Berkaitan dibahas untuk membuat kebijakan adalah mau
dengan hal tersebut, Yanuar mengungkapkan kemana arah pembangunan manusia ini?,”
harapan agar Psikologi dapat memberikan ujarnya.

Dr. Arief Budiarto, DESS,


Ketua IPS Periode 2014-2019 dalam
sambutannya pada Temilnas IPS ke-9.
Dokumentasi Temilnas IPS 2019,
Prodi Psikologi UNS

27 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

HIMPSI Perlu Membangun


LIPUTAN KHUSUS Epistemic Community

Dr. Yanuar Nugroho


dalam sesi keynote Temilnas IPS 2019.
Dokumentasi Temilnas IPS 2019,
Prodi Psikologi UNS

Ia melanjutkan, bahwa terdapat perbedaan logika kedua dunia ini.


yang digunakan antara akademisi dan pembuat
kebijakan publik. “Dalam lsafat, yang ada di Tantangan berikutnya yang harus dihadapi
ruang akademik itu bekerja dengan logika HIMPSI dan peneliti Psikologi Sosial adalah
akademik. Jadi pembuatan riset, basic-nya kenyataan bahwa ilmu sosial menjadi norma bagi
academic logic. Sementara kebijakan itu base-nya pemerintah. Saat inilah, peran HIMPSI untuk
logic of politic; dalam bahasa latin non-sikuitur membentuk epistemic community diperlukan
(alias) tidak nyambung,” tuturnya. Hal ini, dalam membuat kebijakan publik yang didasarkan
menurut Yanuar, berbeda dengan kondisi di pada bukti ilmiah. Epistemic community adalah
negara maju. Di sana, pembuat kebijakan pihak yang secara keilmuan bisa menjadi acuan
merupakan individu yang terdidik secara pengambilan keputusan pada perumusan
akademik sehingga terbiasa membaca kajian riset kebijakan publik. Contoh kasus yang disampaikan
walaupun mereka masih mempertimbangkan Yanuar yaitu ketika gunung api meletus, peneliti
aspek politik. asing sudah berada di lokasi dan mendapat
publikasi ilmiah sementara Indonesia hanya
Yanuar menambahkan bahwa permasalahan lain mendapat abu. “Ini area research yang luar biasa
yang harus dihadapi adalah ilusi bahwa dunia tapi epistemic community-nya tidak cukup,”
akademik akan memperbaiki kebijakan publik, ucapnya. Yanuar juga menekankan adanya
padahal keduanya domain yang terpisah. Namun, persoalan inheren ketika psikologi turun untuk
permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menjadi program pembangunan lewat kebijakan
membuat policy brief. “Ini ilmu baru ke depan, tanpa adanya epistemic community.
science communication dan policy communication;
mengomunikasikan policy dan mengomunikasikan Dalam sesi panel (6/4), Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti
ilmu,” ungkapnya. Ia mengharapkan HIMPSI Nurhaeni, M.Si (Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial
dapat menjadi mediator dalam mendekatkan dan Politik UNS) dan Prof. Dr. Hamdi Muluk,

28 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

HIMPSI Perlu Membangun


LIPUTAN KHUSUS Epistemic Community

M.Si (Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas “Policymaker itu tidak memiliki pengetahuan
Indonesia) menjelaskan bagaimana menjembatani terkait dengan persoalan yang Bapak Ibu teliti.
antara dunia akademik dan dunia kebijakan Tapi karena kedudukannya, ia punya tanggung
publik. Ismi menyampaikan problem kontribusi jawab membuat kebijakan terkait persoalan itu,”
ilmu pengetahuan dalam pembuatan kebijakan. terang Ismi.
Problem tersebut, menurut Ismi, adalah
keengganan pembuat kebijakan menggunakan Hamdi menambahkan bahwa kolaborasi lintas
hasil riset peneliti. Di sisi lain, peneliti terjebak akademik sangat penting dalam dunia publik.
pada persoalan metodologis yang kering dari “Kita harus punya kemampuan bridging karena
persoalan yang ada di kebijakan publik. Hamdi kita ketemu ekonom, ahli hukum, dan sosiolog.
menyampaikan hal senada terkait potensi Kita harus paham bahasa mereka karena penting
psikologi untuk terlibat dalam kebijakan publik. dunia publik kita ini diurus oleh kolaborasi
“Semua bidang Psikologi bisa di lingkungan banyak ilmu,” kata Hamdi. Hal serupa, juga
publik asal anda ngerti bagaimana membuat disampaikan Dr. Avin Fadilla Helmi, M.Si (Dosen
implikasi dari semua riset anda. Setiap isu itu kita Fakultas Psikologi UGM) pada sesi panelnya
cari basis-basis Psikologinya, behavioral (7/4). Avin menyampaikan bahwa tantangan
assumption,” ujarnya. global yang perlu dijawab adalah bagaimana kita
bisa berkontribusi terhadap diversity science; atau
Dalam usaha menjembatani dunia akademik mengembangkan diri sebagai sains yang mengakui
dengan kebijakan publik, Ismi menjelaskan bahwa pluralitas dan multikulturalisme. Avin juga
peneliti perlu mengetahui proses perumusan menekankan pentingnya menyoroti perubahan
sebuah kebijakan publik. “Salah satu hal yang sosial yang disebabkan oleh kemajuan teknologi
harus dilakukan (peneliti) adalah analisis dan inovasi guna membangun sustainable society.
kebijakan publik,” ujarnya. Proses analisis
kebijakan publik tidak harus rumit, melainkan Perkembangan zaman yang ada saat ini tidak bisa
bisa dilakukan dengan berjejaring dengan banyak lepas dari perhatian peneliti psikologi sosial.
pihak untuk mengidenti kasi ada tidaknya Yanuar berharap HIMPSI dan psikologi sosial
persoalan. “Mekanisme pembuatan kebijakan dapat berkontribusi dalam perumusan sebuah
harus diawali ada tidaknya masalah, dan kebijakan publik. “Jumlah handphone di Indonesia
identi kasi ini harus didukung riset sehingga 9 kali lipat jumlah penduduk Indonesia. Paling
dapat dilihat hasil pelaksanaan kebijakan selama banyak digunakan (untuk) media sosial. Kenapa
ini,” terang Ismi. Selain itu, analisis kebijakan tidak misalnya HIMPSI membuat podcast channel
perlu memperhatikan beberapa aspek dari berisi kuliah singkat tentang psikologi sosial? Ini
kebijakan. “Kebijakan yang akan diidenti kasi itu, zamannya, ini zaman baru,” kata Yanuar.
(termasuk yang) sifatnya top-down atau bottom up? Menurutnya, penting bagi HIMPSI dan psikologi
Di ranah presiden atau daerah? Beda caranya. sosial untuk menginternalisasikan kemajuan
Banyak yang bisa kita identi kasi sebagai sumber zaman untuk membuat kebijakan publik. “Zaman
problem sosial,” lanjut Ismi. Terkait dengan berubah, orangnya berubah, cara kerjanya
pembuatan policy brief sebagai langkah berubah, konteks masalahnya berubah, tapi
komunikasi hasil riset kepada pembuat kebijakan, esensinya sama,” pungkas Yanuar.
Ismi menyarankan policy brief disusun singkat (2- (Fauzan, Diah, Ardi)
4 halaman) dengan sasaran yang jelas.

29 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

LIPUTAN KHUSUS

LSP Psikologi Indonesia:


Pengakuan Kompetensi
Bidang Psikologi
Psikologi Indonesia, Solo - Prof. Dr. Fendy skema yang dapat dipilih dan hal itu terkadang
Suhariadi, Psikolog sebagai Direktur Utama LSP membingungkan. Alasan kedua, ada beberapa
Psikologi Indonesia berkesempatan perubahan dalam regulasi, baik di BNSP maupun
menyampaikan informasi tentang keberadaan di Kementerian Tenaga Kerja, yang memerlukan
lembaga baru pada sesi panel Temu Ilmiah penyesuaian-penyesuaian yang terkadang tidak
Nasional IPS 2019 (7/4). Prof. Fendy mudah.” Beliau menambahkan, “Berkat
mengatakan bahwa setelah melalui proses yang komitmen dan konsistensi para penyusun skema
sangat panjang, lembaga serti kasi profesi yang kompetensi dari lima asosiasi/ikatan minat di
memberikan serti kasi kompetensi bidang kerja bawah HIMPSI, maka skema kompetensi berhasil
profesi Psikologi akhirnya berdiri secara sah dan diselesaikan. Kelima asosiasi/ikatan minat tersebut
diakui oleh negara melalui Badan Nasional adalah Ikatan Psikologi Sosial (IPS), Asosiasi
Serti kasi Profesi (BNSP). Lembaga itu diberi Psikologi Industri dan Organsisasi (APIO),
nama Lembaga Serti kasi Profesi Psikologi Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI),
Indonesia (LSP-PSI) dan telah mendapatkan Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI), dan
lisensi dari BNSP melalui Keputusan Ketua Asosiasi Psikologi Forensik (APSIFOR).”
BNSP Nomor KEP.1174/BNSP/XI/2018.
Pendirian lembaga ini sudah digagas sejak 12 Dr. Seger Handoyo, Psikolog selanjutnya juga
tahun yang lalu oleh Dr. Rahmat Ismail, Psikolog, menjelaskan bahwa LSP Psikologi Indonesia yang
yang waktu itu menjadi Ketua Umum PP didirikan oleh HIMPSI tergolong LSP P3. LSP
HIMPSI. Proses untuk merealisasikannya juga P3 adalah LSP umum yang dapat dibentuk oleh
sudah dilakukan oleh HIMPSI periode asosiasi industri atau asosiasi profesi. Skema
kepemimpinan Dra. Retno Suhapti, S.U., M.A., kompetensi yang dipergunakan oleh LSP
Psikolog. Psikologi Indonesia dibuat berdasarkan standar
kompetensi yang telah ditetapkan oleh HIMPSI
Tidak mudah mendirikan lembaga serti kasi dan diregistrasi oleh Kemenaker melalui
profesi di bidang Psikologi, karena setidaknya dua Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
alasan sebagaimana disampaikan oleh Dr. Seger Pelatihan dan Produktivitas Nomor
Handoyo, Psikolog, Ketua Umum PP HIMPSI KEP.303/LATTAS/IX/2018 tentang Registrasi
saat ini, “Alasan pertama, bervariasinya layanan Standar Khusus Bidang Penelitian dan
profesi Psikologi sehingga tidak mudah untuk Pengembangan Psikologi pada Himpunan
menyusun skema kompetensi. Banyak pilihan Psikologi Indonesia. Dengan demikian, standar

30 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

LSP Psikologi Dorong Dukungan


LIPUTAN KHUSUS Asosiasi dan Universitas

kompetensi yang Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni (kiri) dan Prof. Dr. Fendy Suhariadi (kanan) Manusia, (4)
dipergunakan dalam sesi panel Temilnas IPS 2019. Perancang dan
oleh LSP Dokumentasi Temilnas IPS 2019, Prodi Psikologi UNS Fasilitator
Psikologi Pengembangan
Indonesia adalah Komunitas, (5)
Standar Psikolog Industri
Kompetensi Kerja dan Organisasi,
Khusus (SK3). (6) Psikolog
Standar Forensik, dan (7)
Kompetensi Kerja Psikolog Sekolah.
Khusus (SK3) Empat skema
dalam registrasi kompetensi yang
tersebut berbeda pertama dapat
dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional diambil oleh lulusan Pendidikan Sarjana Psikologi
Indonesia (SKKNI). Perbedaan pertama, standar (S1), sedangkan tiga skema lainnya mensyaratkan
kompetensi dalam SK3 berlaku khusus di Psikolog, yang dibuktikan dengan kepemilikan
lingkungan HIMPSI dan pemberlakukannya Serti kat Sebutan Psikolog (SSP). Prof. Fendy
ditetapkan oleh Ketua Umum HIMPSI. Suhariadi mengajak asosiasi/ikatan minat lain
untuk membuat skema kompetensi yang
Oleh karena itu, Prof. Fendy Suhariadi, Psikolog dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya skema yang
menyatakan bahwa jika individu ingin mengambil terkait dengan kebencanaan, kesehatan, olahraga,
serti kat kompetensi di LSP Psikologi Indonesia, dan sebagainya.
maka yang bersangkutan harus tercatat sebagai
anggota HIMPSI dalam Sistem Informasi Selanjutnya Prof. Fendy Suhariadi, Psikolog juga
Keanggotaan (SIK HIMPSI). Ditekankan pula mengajak berbagai lembaga seperti HIMPSI
bahwa pihak lain yang ingin menggunakan SK3 Wilayah, Asosiasi/Ikatan minat keilmuan dan/atau
yang telah diregistrasi oleh Kemenaker di atas, praktik spesialisasi Psikologi, fakultas, jurusan atau
baik sepenuhnya atau sebagian untuk diadopsi, program studi Psikologi, lembaga psikologi, dan
harus mendapatkan persetujuan penggunaan dari sebagainya untuk bekerjasama dan memberikan
Ketua Umum PP HIMPSI. dukungan bagi perkembangan profesi Psikologi di
Indonesia melalui LSP Psikologi Indonesia.
LSP Psikologi Indonesia dibentuk oleh HIMPSI Bentuk kerjasama dan dukungan tersebut antara
untuk menjawab tantangan akan kebutuhan lain, fakultas atau program studi bekerjasama agar
competency based management system, serta untuk lulusannya dapat mengikuti uji kompetensi dan
kebutuhan pendidikan berkelanjutan di bidang terserti kasi, menjadi Tempat Uji Kompetensi
psikologi. (TUK). Informasi lebih lanjut dapat dilihat di web
lsppsi.co.id atau menghubungi pengurus LSP
LSP Psikologi Indonesia saat ini mempunyai 7 Psikologi Indonesia melalui email
(tujuh) skema kompetensi, yaitu (1) Asisten sekretariat@lsppsi.co.id.
Psikolog, (2) Asisten Psikolog Forensik, (3) (Fauzan, Diah, Ardi)
Konsultan Psikologi bidang Sumber Daya

31 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER

Pendidikan Psikologi nan Neoliberal


Teguh Wijaya Mulya - Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

K onferensi tingkat tinggi ASEAN ke-27 di Kuala Lumpur 22 November


2015 menjadi saksi dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
secara formal. Sepanjang tahun 2015-2016, diskusi dan kekhawatiran
seputar MEA telah mewarnai media massa dan percakapan sehari-hari di
Indonesia. Salah satu kekhawatiran itu adalah apakah produk, jasa, buruh, dan
tenaga kerja profesional Indonesia dapat bersaing dengan negara ASEAN lain.
Respon yang umum terhadap kekhawatiran ini adalah berusaha meningkatkan
daya saing bangsa, terutama melalui pendidikan yang menjawab tuntutan
ekonomi global. Berbeda dengan respon umum tersebut, artikel ini menawarkan
analisis kritis seputar kesalinghubungan antara politik pasar bebas global dan
pendidikan tinggi di Indonesia, yaitu melalui konsep neoliberalisme.

Neoliberalisme adalah agenda transformasi


ekonomi dan sosial menuju pasar bebas.
Pemerintahan neoliberal cenderung mendukung
perdagangan bebas, pengurangan pajak, dan
privatisasi layanan publik. Neoliberalisme
membatasi peran negara dalam regulasi ekonomi
kapitalis dan menyerahkannya ke mekanisme pasar
bebas, termasuk dalam aspek-aspek kehidupan
sosial-politik-psikologis. Perluasan logika dan
mekanisme pasar dapat dilihat misalnya dalam
penggunaan istilah dan praktik jual-beli di bidang-
bidang yang dulunya tidak diasosiasikan dengan
laba dan komersialisasi seperti pendidikan dan
kesehatan. Pada tataran psikologis, neoliberalisme
mende nisikan keberartian manusia melalui gaya
hidup konsumtif dan komersial. Individu yang
kompetitif, entrepreneurial, dan berfokus pada
keuntungan sendiri menjadi cara utama

32 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER Pendidikan Psikologi nan Neoliberal

memahami diri dan relasi dengan orang lain. digunakan, yaitu interpretasi dan re eksi yang
Pendidikan pun diarahkan untuk me(re)produksi berhati-hati pada pengalaman peneliti sendiri
cara pandang dan cara hidup neoliberal ini. sebagai dosen psikologi di Indonesia.

Dalam konteks pendidikan tinggi global, Hasil analisis menunjukkan ada setidaknya tiga
neoliberalisme bermanifestasi dalam ide-ide dan wacana neoliberal yang beroperasi melalui
praktik-praktik yang kini dianggap lumrah seperti kebijakan pendidikan tinggi psikologi di
korporatisme, otonomi keuangan, kompetisi Indonesia, yaitu orientasi pasar, daya saing
mendapatkan mahasiswa dan dana, serta (competitiveness), dan audit/standardisasi. Wacana-
akuntabilitas berbasis standardisasi/audit. Di wacana ini juga bermanifestasi dalam praktik
Indonesia, salah satu momen utamanya adalah pendidikan sehari-hari dalam 10 tahun
desentralisasi dan privatisasi lima universitas negeri pengalaman peneliti menjadi dosen psikologi di
di tahun 1999, yaitu UI, UGM, UnDip, ITB, dan Indonesia.
IPB. Implikasinya, universitas-universitas ini harus
bersaing menghasilkan laba sendiri karena subsidi Orientasi Pasar. Agar dapat “menjual dirinya” dan
pemerintah dikurangi. Bertambahnya otonomi bertahan hidup di pasar bebas, universitas
keuangan ini diikuti dengan rezim audit, neoliberal harus menawarkan produk dan jasa
standardisasi, dan manajerialisme yang lebih kuat, yang cocok dengan keinginan “konsumen,”
dan yang juga diterapkan ke semua 3015 pemangku kepentingan, dan penyandang dana,
universitas swasta dan 88 universitas negeri di yaitu orang tua, pemerintah, perusahaan, atau
seluruh Indonesia. Rezim audit ini bertambah sumber pemasukan lain. Universitas juga harus
dominan seperti tercermin dalam meningkatnya mampu “menjual” lulusannya ke pasar tenaga
peran dan otoritas Badan Akreditasi Nasional - kerja dan membangun reputasi sebagai penyedia
Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang menetapkan angkatan kerja terampil. Orientasi yang kuat pada
standar-standar akademik dan manajerial, serta pasar tenaga kerja global ini telah mendasari
mengaudit semua program studi di Indonesia. berbagai kebijakan pendidikan tinggi psikologi
seperti dalam dokumen AP2TPI dan KKNI.
Artikel ini bertujuan mengeksplorasi bagaimana Dalam bagian pembukaan anggaran dasar AP2TPI
neoliberalisme beroperasi di konteks pendidikan 2011 misalnya, dinyatakan bahwa tujuan
tinggi psikologi Indonesia. Untuk mencapai pendirian asosiasi ini adalah kebutuhan untuk
tujuan tersebut, setidaknya tujuh dokumen “merumuskan sistem pendidikan psikologi di
diunduh dan dianalisis: (a) borang akreditasi Indonesia yang antisipatif dengan perkembangan
program studi sarjana dari BAN-PT 2009, (b) yang ada, khususnya dalam menghadapi pasar
anggaran dasar AP2TPI 2011, (c) surat keputusan bebas” (p. 4). Hal ini menunjukkan bahwa sejak
AP2TPI 2015 tentang kurikulum pendidikan pendiriannya AP2TPI telah menjadikan pasar
tinggi psikologi, (d) dokumen keputusan rapat bebas global sebagai alasan utama merumuskan
AP2TPI yang ke 20 tahun 2010, (e) landasan sistem pendidikan psikologi di Indonesia. Senada
hukum KKNI 2015, (f ) panduan penelitian dan dengan hal tersebut, dokumen landasan hukum
pengabdian pada masyarakat dari Dirjen DIKTI KKNI 2015 (p. 4) menjelaskan bahwa salah satu
2016, dan (g) panduan riset inovatif dan produktif tujuan ditetapkannya KKNI adalah untuk
dan LPDP 2016. Selain itu, metode re ektif juga “mendorong peningkatan mutu dan aksesibilitas

33 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER Pendidikan Psikologi nan Neoliberal

sumberdaya manusia Indonesia ke pasar kerja telah menunjukkan bahwa pendidikan tinggi yang
nasional dan internasional,“ sehingga universitas berorientasi pasar telah membuat universitas-
bertanggung jawab untuk “menghasilkan sumber universitas memperhatikan kebutuhan mahasiswa
daya manusia yang bermutu bagi sektor-sektor dan orang tua mereka, meningkatkan kualitas
industri, dunia usaha atau pemerintahan“ (p.3). luaran bukan hanya mencari input berkualitas,
Dokumen-dokumen ini menunjukkan bahwa pola dan menghasilkan penelitian atau produk yang
pikir para pembuat kebijakan pendidikan tinggi – bermanfaat praktis. Orientasi ini juga
termasuk psikologi – telah didominasi oleh mendekatkan universitas-universitas dengan bisnis
orientasi bisnis dan industri. Pendidikan tinggi dan industri, sehingga lebih mudah bagi
diposisikan semata-mata sebagai produsen pekerja- lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan. Di sisi
pekerja handal yang siap diserap ke pasar tenaga negatif, fokus yang kuat pada komersialisasi
kerja. Hal ini terwujud pula dalam salah satu menghambat kreativitas dan pola pikir kritis para
standar akreditasi BAN-PT 2009 (Standar 3.3.2) peneliti. Wacana orientasi pasar juga mendorong
yaitu kecepatan lulusan terserap ke angkatan kerja. mahasiswa untuk “menjual dirinya” ke
Makin pendek waktu tunggu lulusan perusahaan-perusahaan pencari laba, sehingga
mendapatkan pekerjaan, makin tinggi nilai pekerjaan penting lain yang lebih rendah gajinya,
akreditasinya. seperti aktivis LSM atau pekerja sosial, diposisikan
sebagai kelas dua. Obsesi pada gaji tinggi dan
Pada ranah kurikulum, kebijakan berorientasi orientasi pada keinginan pasar juga menghasilkan
pasar tenaga kerja ini terlihat dalam bagaimana pengabaian terhadap praktik-praktik tidak etis di
prospek kerja lulusan menjadi titik awal dan titik perusahaan, seperti pengupahan di bawah UMK
akhir seluruh proses pembelajaran - dari capaian atau diskriminasi berbasis etnis dan kemenarikan
pembelajaran hingga penilaian. Surat keputusan sik. Sayangnya tujuan pendidikan tinggi
AP2TPI 2015 tentang kurikulum pendidikan psikologi ternyata bukan menciptakan manusia
tinggi psikologi pasal 2 ayat 2, misalnya, yang berani menentang ketidakadilan dan
memaparkan sepuluh prospek kerja sarjana diskriminasi, tetapi mencetak individu-individu
psikologi sebagai dasar mengembangkan capaian yang berfokus pada kepentingan diri sendiri dan
pembelajaran yang terstandar. Di ujung yang lain, siap bersaing di pasar bebas – demi uang, status,
luaran pembelajaran juga dide nisikan terkait dan prestasi.
prospek kerja lulusan. Sebagai contoh, standar
akreditasi 3.3.3 BAN-PT 2009 mengevaluasi “Orientasi ini juga mendekatkan
kualitas program studi berdasarkan banyaknya universitas-universitas dengan
lulusan yang bekerja di bidang yang relevan.
Kurikulum dianggap baik ketika menjawab bisnis dan industri, sehingga lebih
kebutuhan pasar tenaga kerja, dan seluruh usaha mudah bagi lulusannya untuk
memperbaiki kurikulum diarahkan pada satu hal mendapatkan pekerjaan. Di sisi
ini.
negatif, fokus yang kuat pada
Wacana dominan orientasi pasar di pendidikan komersialisasi menghambat
tinggi Indonesia membawa dampak positif dan kreativitas dan pola pikir kritis
negatif. Di sisi positif, studi-studi sebelumnya
para peneliti...”

34 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER Pendidikan Psikologi nan Neoliberal

Daya saing (Competitiveness). Neoliberalisme secara rutin mengabarkan prestasi mahasiswa,


mengagung-agungkan individu yang kompetitif dosen, fakultas, dan universitas pada setiap
dan organisasi yang agresif mengejar status dan kesempatan atau pidato mereka. Di zaman
laba di pasar bebas. Dalam konteks pendidikan neoliberal ini, manajemen impresi dan pameran
tinggi, universitas dikompetisikan satu sama lain prestasi telah menjadi strategi bertahan hidup
untuk mendapatkan mahasiswa dan dana. yang wajar agar universitas dapat memenangkan
Persaingan dan daya saing telah diposisikan kompetisi memperebutkan mahasiswa dan dana.
sebagai kualitas yang diinginkan dan mendasari BAN-PT pun senada dalam hal ini, yaitu
kebijakan dan praktik pendidikan tinggi psikologi menjadikan prestasi mahasiswa dan dosen bagian
di Indonesia. dari standar akreditasi (Standar 3.2.2 & 4.5.5
BAN-PT 2009).
Sebagai contoh, Direktur Utama LPDP memulai
paparannya di universitas saya dengan Pada derajat tertentu kompetisi bukanlah hal yang
menunjukkan Global Competitiveness Index (GCI) destruktif, namun penekanan berlebihan pada
Indonesia yang rendah dibandingkan negara persaingan mungkin akan mengalihkan perhatian
ASEAN lain sebagai alasan utama berinvestasi dan dari nilai-nilai luhur dan peran sosial universitas.
meningkatkan sistem pendidikan tinggi Indonesia. Kompetisi memberikan energi pada mahasiswa
Retorika seperti ini lumrah dijumpai dalam dan dosen untuk berinovasi, berkreasi, dan
dokumen-dokumen kebijakan pendidikan tinggi, berprestasi; namun ada pula konsekuensi lain yang
seperti istilah “daya saing bangsa” yang perlu dipertimbangkan, misalnya bagaimana
mendominasi anggaran dasar AP2TPI 2011, universitas tidak lagi menghargai eksplorasi ide,
landasan hukum KKNI 2015, dan panduan praktik kolegialitas, dan perwujudan nilai-nilai
penelitian dan pengabdian pada masyarakat demokratik. Prestasi yang tumbuh dari motivasi
Dirjen DIKTI 2016. Dalam dokumen-dokumen internal demi tujuan bersama yang lebih baik
ini kompetisi dan individu yang kompetitif tidak lagi penting, karena prestasi adalah tentang
diposisikan sebagai hal yang secara intrinsik baik membangun reputasi dan memberikan kesan pada
bagi kemajuan pendidikan tinggi Indonesia. pasar. Pendidikan kritis dan demokratis digantikan
dengan pelatihan keterampilan yang diperlukan
Pada tataran universitas, wacana daya saing untuk bersaing di pasar tenaga kerja demi
mendorong mahasiswa dan dosen ikut kompetisi mengejar status dan kekayaan. Energi kompetitif
atau perlombaan; dan ketika mereka menang, ini hanyalah me(re)produksi hirarki kelas dan
prestasi mereka dipamerkan untuk meningkatkan peminggiran, yang bertentangan dengan semangat
reputasi universitas. Laman universitas sering pendidikan yang inklusif dan egaliter. Sayangnya,
menunjukkan foto-foto mahasiswa dan dosen kompetisi dan daya saing telah diposisikan dengan
yang menjadi juara atau mendapatkan sangat terhormat dalam sistem pendidikan tinggi
penghargaan. Di fakultas peneliti semua Indonesia.
mahasiswa diwajibkan mengikuti lomba Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari DIKTI Audit/Standardisasi. Demi menjaga akuntabilitas
setidaknya dua kali selama masa studinya dengan di mata pemangku kepentingan dan penyandang
harapan beberapa mungkin akan menang. Dekan dana, universitas neoliberal harus membuktikan
dan pimpinan fakultas lain juga diharapkan untuk kualitas kerjanya menggunakan kriteria atau

35 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER Pendidikan Psikologi nan Neoliberal

standar kinerja yang dapat diukur dan memiliki unit quality assurance internal yang
dibandingkan. Untuk itu sebuah budaya audit memonitor dan mengaudit seluruh aktivitas
(audit culture) diciptakan untuk me(re)produksi akademik dan manajerial universitas, termasuk
individu-individu yang secara konsisten performa penelitian dosen, layanan
mengawasi dirinya sendiri demi mengikuti standar kemahasiswaan, dan standardisasi proses belajar di
dan tujuan eksternal. Wacana standardisasi ini kelas. Salah satunya adalah silabus mendetail yang
telah bersirkulasi dan – hingga derajat tertentu – harus diikuti oleh dosen, dan mahasiswa sebagai
telah mencapai status “common sense” dalam konsumen mengevaluasi dosennya berdasarkan
pendidikan tinggi psikologi di dekade terakhir ini. silabus tersebut. Tujuan yang lebih besar adalah
Di samping peran BAN-PT yang makin me(re)produksi individu-individu yang dengan
signi kan, AP2TPI juga telah menjadi pembawa sukacita mengawasi dan meletakkan dirinya di
suluh standardisasi pendidikan tinggi psikologi bawah rezim audit, serta mengerahkan semua
Indonesia. Sebagai contoh, dalam rapat umum usaha untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
tahun 2010 AP2TPI mendeklarasikan bahwa pihak eksternal tersebut.
tujuan jangka panjangnya adalah untuk
“memastikan standar tiap perguruan tinggi di Rezim standardisasi dan audit ini telah
semua daerah di Indonesia merata” (p.1). Standar mentransformasi sistem pendidikan tinggi
yang dimaksud meliputi kompetensi lulusan, Indonesia, baik secara positif maupun negatif.
capaian pembelajaran, dan bahan kajian yang Pada derajat tertentu audit dan standardisasi telah
dikembangkan oleh AP2TPI sendiri yang membuat institusi pendidikan tinggi lebih
pengurusnya didominasi oleh universitas- akuntabel dan e sien. Standardisasi juga
universitas besar; standar-standar tersebut memungkinkan institusi pendidikan tinggi
diasumsikan objektif dan baik untuk semua orang. mengelola dan mengendalikan produksi massal
Menolong semua fakultas psikologi di Indonesia mahasiswa sebagai tenaga kerja, sehingga
mencapai standar tersebut berarti memaksakan perusahaan lebih mudah mengevaluasi, menyortir,
keputusan kelompok yang dominan pada semua dan menyerap calon-calon pekerja. Namun
fakultas psikologi lain di Indonesia terlepas dari demikian, pemaksaan standar-standar (yang
kontekstualitasnya. ditetapkan oleh kelompok yang dominan) pada
semua universitas lain sering berujung pada
Krusial bagi standardisasi pendidikan tinggi adalah manipulasi data, khususnya oleh universitas yang
penegakan budaya audit, yang juga telah menjadi minim sumber daya dan membutuhkan status
wacana yang dominan dalam lingkup pendidikan terakreditasi untuk bertahan hidup. Secara
tinggi Indonesia saat ini. Mengingat pentingnya pedagogis, standardisasi proses pembelajaran
audit BAN-PT bagi seluruh program studi, visitasi meminggirkan pendekatan pendidikan yang
asesor BAN-PT umumnya dipersiapkan dengan organik, kritis, dan re ektif; digantikan oleh
sangat mendetail, dari spanduk selamat datang pembelajaran yang mekanistik dan technicised,
hingga pajangan prestasi dan bukti sik. yaitu melatih dengan keras (harsh-drilling)
Memperoleh status terakreditasi menjadi capaian kompetensi-kompetensi tertentu saja. Dialog yang
yang sangat dibanggakan dan dirayakan. Untuk setara dan saling menghormati antara dosen dan
menginternalisasi budaya audit ini, standar mahasiswa menjadi kurang penting, berganti
akreditasi itu sendiri mengharuskan universitas dengan transfer pengetahuan satu arah secara

36 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ARTIKEL ILMIAH POPULER Pendidikan Psikologi nan Neoliberal

neoliberalisme, saat ini tidak terlihat adanya


alternatif selain pendidikan tinggi neoliberal. Saya
“pemaksaan standar-standar percaya bahwa tidak ada jawaban yang mudah dan
langsung untuk menjungkirbalikkan wacana
(yang ditetapkan oleh neoliberalisme yang dominan di konteks
kelompok yang dominan) pendidikan tinggi; namun, mengeksplorasi secara
konsisten retakan-retakan dan celah-celah rezim
pada semua universitas lain regulatoris neoliberalisme mungkin akan
sering berujung pada memunculkan secercah kesadaran kritis, yang
pada akhirnya melahirkan pemikiran baru dan
manipulasi data, khususnya pendidikan tinggi psikologi yang lebih
oleh universitas yang minim memanusiakan.
sumber daya dan *Versi asli/panjang artikel ini telah dimuat di jurnal
membutuhkan status ANIMA tahun 2016 volume 32 no 1 halaman 1-
11dengan judul Neoliberalism Within Psychology
terakreditasi untuk bertahan Higher Education in Indonesia: A Critical Analysis
hidup...”

instan dengan tujuan mencapai target-target


kuantitatif. Beberapa mahasiswa saya, misalnya,
lebih memusingkan kriteria penilaian daripada
pemahaman konseptual yang mendalam ketika “Standardisasi proses
mengerjakan tugas. Alih-alih menciptakan
individu-individu manusiawi dan etis yang
pembelajaran meminggirkan
menghargai kompleksitas kehidupan sosial, pendekatan pendidikan yang
universitas berfokus me(re)produksi robot-robot
pencentang kotak (box-ticking) kriteria penilaian.
organik, kritis, dan re ektif;
digantikan oleh pembelajaran
Mengidenti kasi bagaimana pendidikan tinggi
psikologi di Indonesia telah didasari wacana
yang mekanistik dan
neoliberal hanyalah satu langkah kecil untuk technicised, yaitu melatih
mendestabilisasi neoliberalisasi pendidikan tinggi
Indonesia. Langkah selanjutnya yang mungkin
dengan keras (harsh-drilling)
perlu dilakukan adalah mengeksplorasi kompetensi-kompetensi
kemungkinan alternatif non-neoliberal bagi
pendidikan tinggi, terutama dari konteks lokal
tertentu saja.”
Indonesia. Eksplorasi ini krusial karena, seperti
yang telah dikatakan berulangkali oleh pendukung

37 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Fuad Hassan:
Memahami Manusia dengan Psikologi-Kita
Oleh: Bagus Takwin - Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

S
eorang menteri pendidikan
Republik Indonesia
menulis tentang
eksistensialisme, sebuah
aliran yang sering
diasosiasikan sebagai lsafat
anti-Tuhan. Tentu saja banyak
orang yang mengomentarinya,
termasuk rekan sesama menteri
dalam Kabinet Pembangunan IV.
Menteri itu adalah Fuad Hassan
(1929-2007), Guru Besar Fakultas
Psikologi UI (F.Psi-UI) yang
diangkat jadi Menteri
Pendidikan RI di akhir
bulan Juli 1985. Ia juga
adalah lulusan pertama dari
pendidikan psikologi di
Indonesia. Bisa dibilang
Fuad Hassan adalah
psikolog pertama yang
dididik di Indonesia.

Prof. Dr. Fuad Hassan. Dokumentasi Fakultas Psikologi UI

38 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH FUAD HASSAN

Judul bukunya Berkenalan dengan Eksistensialisme Setelah kuliah saya membaca lagi buku ini berkali-
terbitan Pustaka Jaya. Buku itu sebenarnya sudah kali, apalagi buku ini menjadi teks wajib untuk
lama terbit, tahun 1972. Buku yang dikomentari kuliah Kapita Selekta Filsafat di Fakultas Psikologi
adalah versi cetak ulang tahun 1985. Waktu UI. Saya masih menikmatinya dan mendapatkan
terbitnya berdekatan dengan saat pengangkatan pelajaran baru lagi setiap kali membacanya
Fuad Hassan jadi menteri. Nilai bukunya lalu kembali.
menjadi lain karena ditulis oleh seorang menteri,
menteri pendidikan pula. Kekuatan dari tulisan-tulisan Fuad Hassan, selain
pada isi pemikirannya, adalah daya tariknya bagi
Ternyata, setelah dibaca oleh para koleganya, rentang pembaca yang luas karena bahasa dan cara
mereka paham bahwa buku itu bukanlah risalah bertuturnya yang lugas dan jernih. Buku-bukunya
yang memaparkan pemikiran anti-Tuhan. Benar dapat menjangkau khalayak luas meski isi
ada lsuf eksistensialis yang anti-Tuhan atau pemikirannya bukan ihwal yang mudah
atheis, tetapi tidak sedikit dari para lsuf itu yang dimengerti. Ia dapat menampilkan sisi-sisi yang
sangat religius bahkan pemikiran mereka dijadikan menarik dari topik yang dibahasnya sehingga
sebagai dasar dari teologi agama tertentu. membuat pembaca mendapatkan kesenangan dari
tulisannya. Dengan tetap menjaga bobot substansi
Fuad Hassan menanggapi kecurigaan, tulisannya; dalam arti tetap menjaga akurasi
kekhawatiran dan kritik orang-orang dengan informasi, kredibilitas sumber rujukan, koherensi
sabar. Ia menyatakan bahwa dalam memahami logis, dan analisis yang memadai, ia mampu
manusia secara memadai, eksistensialisme menyajikan tuturan yang membuat pembacanya
memberikan banyak insight bagi psikologi, bahkan asyik menyusuri kisahnya. Kesimpulan ini saya
(waktu itu) memberikan jalan baru bagi psikologi buat setelah membaca buku-buku Fuad Hassan
untuk memahami manusia dengan berbagai yang lain dan membandingkan pengalaman saya
dimensinya yang kompleks. membaca dengan pengalaman banyak teman saya.

Cerita tadi saya peroleh dari Pak Fuad (begitu ia Pemikiran di Bidang Psikologi
biasa dipanggil) dalam sebuah pertemuan di
antara rangkaian kegiatan saya menimba ilmu Karya-karya Fuad Hassan di bidang psikologi
darinya. Ceritanya tentang tanggapan miring menunjukkan posisi yang jelas: psikologi
banyak orang terhadap buku itu merupakan eksistensial. Latar belakang lsafat eksistensialisme
tanggapannya terhadap cerita saya bahwa saya dan kental sekali terlihat dalam pemikiran-
banyak teman justru menggemari buku itu dan pemikirannya. Nama-nama seperti Friedrich
mendapat banyak pelajaran dari sana. Wilhelm Nietzsche, Søren Kierkegaard, Nikolai
Alexandrovich Berdyaev, Martin Heidegger, Karl
Buku Berkenalan dengan Eksistensialisme bercerita Jaspers, Jean Paul Sartre, dan Martin Buber
tentang lima tokoh eksistensialisme dan banyak ditemukan di sana. Dalam beberapa
pemikirannya. Pemikiran yang sungguh baru, kesempatan bahkan ia menempatkan para lsuf
sungguh mengejutkan dan mengagumkan bagi eksistensialis itu dalam posisi sebagai pemikir di
saya waktu pertama kali membacanya di tahun bidang psikologi. Selain itu, tentu saja para
1986. Meskipun belum sungguh-sungguh paham psikolog eksistensial juga menjadi bahan
keseluruhan isinya, saya terpikat oleh buku itu. rujukannya. Kita temukan di antaranya pemikiran

39 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH FUAD HASSAN

Ludwig Binswanger, pelopor psikologi eksistensial pemikiran omas Aquinas tentang kesadaran di
dari Swiss, R.D. Laing, ahli psikologi eksistensial Abad Pertengahan.
kelahiran Skotlandia, dan Paul Johannes Tillich
yang berpengaruh besar terhadap kajian psikologi Selama aktif sebagai dosen di Fakultas Psikologi
eksistensial tentang pengalaman religius. Filsuf- Universitas Indonesia, Fuad Hassan mendalami
lsuf tentang manusia yang memberikan banyak pemikiran-pemikiran tentang manusia sejak masa
pengaruh terhadap psikologi eksistensial dan Yunani Kuno hingga era postmodern. Dari
psikologi fenomenologis juga ikut berpengaruh pemikiran dalam rentang waktu yang panjang itu,
terhadap pemikiran Fuad Hassan. Menurutnya, ia ingin menemukan sebuah sintesis dari
semua pemikir itu adalah pemikir psikologi. pemikiran-pemikiran di bidang psikologi sehingga
melahirkan pemahaman yang memadai untuk
Tampaknya Fuad Hassan agak lentur dalam dipakai menganalisis dan menyelesaikan berbagai
membatasi pemikir-pemikir mana saja yang persoalan manusia. Dari pengenalannya terhadap
tergolong sebagai tokoh psikologi. Ia sejarah psikologi, tepatnya kajian-kajian terhadap
mengidenti kasi mereka sebagai tokoh psikologi gejala psikologi, ia melihat berbagai pemikiran
atau bukan dari isi pemikirannya, bukan dari latar yang memiliki sudut pandang masing-masing.
belakang pendidikan atau alirannya. Ia tampaknya Lalu, ia sendiri ingin juga mengajukan sebuah
terbuka dengan berbagai pemikiran yang memiliki kerangka pikir yang dapat digunakan untuk
potensi untuk memberikan pemahaman baru bagi meneliti gejala-gejala psikologis, khususnya yang
psikologi. Ini dilakukan olehnya sebagai satu muncul di Indonesia.
bentuk usaha untuk mengembangkan satu
pendekatan yang lebih holistik dan multi- Fuad Hassan tampaknya tidak ingin membatasi
dimensional dalam psikologi. psikologi hanya sebagai ilmu empirik dalam
pengertian hanya mengandalkan pengalaman
Menurut Fuad Hassan, sebagai suatu cabang ilmu indrawi. Ia juga menolak pendekatan positivistik
yang menggunakan metode eksperimental, yang cenderung naif dan memahami manusia dari
psikologi memang tergolong muda. Didirikannya aspek yang kasat mata saja. Meski tidak
laboratorium psikologi di Leipzig oleh Wilhelm menentang metode eksperimental, ia menolak jika
Wundt di akhir abad ke-20 menandai kelahiran psikologi hanya mengandalkan metode ini saja
psikologi sebagai disiplin ilmu yang mandiri. karena menurutnya ada banyak metode untuk
Namun, sebagai kajian tentang manusia, baik dapat digunakan untuk meneliti gejala psikologis.
terhadap jiwa dan badannya, psikologi tergolong Salah satunya adalah fenomenologi yang
sudah tua. Sejak jaman Yunani Kuno gejala dinilainya merupakan pendekatan dan metode
kejiwaan sudah dipikirkan oleh Demokritos (460- yang memadai bagi psikologi. Menurutnya,
370 SM) yang menyatakan jiwa adalah hasil fenomenologi dapat membantu psikolog untuk
aktivitas atom-atom yang lebih ringan dan cepat memahami gejala psikologis secara menyeluruh
geraknya. Tentang badan dan hubungannya dari sudut pandang orang-orang yang
dengan aktivitas mental dan kebahagiaan juga mengalaminya. Seiring dengan penggunaan
sudah dikaji oleh lsuf Yunani seperti Epikurus. fenomenologi sebagai metode, ia juga mengenali
Lalu Aristoteles juga menegaskan bahwa di masa eksistensialisme sebagai landasan loso s untuk
depan dibutuhkan sebuah ilmu tentang psyche memahami manusia sebagai penentu dari
manusia, psikologi. Kita juga dapat menemukan tindakan-tindakannya. Dengan dua pemikiran itu,

40 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH FUAD HASSAN

ia hendak melakukan pemahaman terhadap psikologi. Ia mende nisikan psikologi sebagai


manusia secara menyeluruh. ilmu yang mempelajari interaksi antar-manusia.
Dengan de nisi ini, menurutnya, psikologi dapat
Dari fenomenologi, Fuad Hassan mendapat memahami manusia secara holistik.
pemahaman bahwa salah satu aspek yang amat
penting dari tingkah laku manusia adalah Dari situ kita dapat memahami bahwa Fuad
keterarahan kesadarannnya (intensionalitas). Hassan tidak mau melihat manusia secara
Kesadaran manusia mengarahkan tingkah lakunya sepotong-sepotong. Kalaupun gejala yang diteliti
selalu bertujuan atau terarah kepada maksud adalah gejala tingkah laku khusus, tetap saja
tertentu. Tampilnya tingkah laku selalu dalam dibutuhkan pemahaman menyeluruh tentang
konteks interaksi dengan orang lain. Tingkah laku manusia yang menampilkan tingkah laku itu.
seseorang harus selalu dimaknai dalam
keterkaitannya dengan kebersamaan dengan orang Psikologi-Kita
lain. Oleh karena itu, mengkaji tingkah laku
sebagai sesuatu yang terisolasi seperti yang Ikhtiar Fuad Hassan dalam memahami manusia,
dilakukan pendekatan behavioristik tidak khususnya di Indonesia, melibatkan pemahaman
memadai karena menghilangkan makna loso s tentang manusia secara menyeluruh.
interpersonal dan keterarahan dari tingkah laku. Namun ia juga berusaha untuk membumikan
psikologi yang kental dengan pemikiran loso s
Dari keseluruhan pemikiran Fuad Hassan, itu. Justru, menurutnya, usahanya memahami
pemahaman bahwa tindakan manusia tidak dapat manusia secara loso s ditujukan untuk dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan menjadi tesis menghasilkan pemahaman komprehensif tentang
sentralnya. Lebih luas lagi, manusia tidak dapat manusia agar dapat diperoleh kerangka tindakan
dipahami secara terisolasi lepas dari kehidupan yang memadai untuk menyelesaikan persoalan-
sosial dan budaya. Untuk memahami manusia persoalan perilaku secara kongkret. Ia berusaha
secara menyeluruh berarti juga memahami menerapkan psikologi dalam berbagai ranah
manusia sebagai keberadaan di dunia bersama kehidupan di Indonesia.
manusia lain beserta keterkaitannya dengan
berbagai hal yang ada di lingkungannya. Tesis ini
mengemuka dalam disertasinya yang berjudul “Dari situ kita dapat memahami
Neurosis sebagai Sengketa Eksistensial yang
kemudian dibukukan dengan judul Kita dan
bahwa Fuad Hassan tidak mau
Kami: Sebuah Analisis Dasar Tentang Modus Dasar melihat manusia secara sepotong-
Kebersamaan. Di situ ia membahas konsep ”Kita”
dan ”Kami” sebagai dua modus kebersamaan
sepotong. Kalaupun gejala yang
manusia. Analisis terhadap konsep ”Kita” dan diteliti adalah gejala tingkah laku
”Kami” merupakan wujud usaha Fuad Hassan khusus, tetap saja dibutuhkan
melakukan reorientasi psikologi melalui
pembahasan mengenai modus kebersamaan pemahaman menyeluruh tentang
manusia. Dengan itu, ia hendak mengupayakan manusia yang menampilkan
sebuah pendekatan psikologi yang menjadikan
interaksi manusia sebagai gejala utama yang dikaji
tingkah laku itu.”

41 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH FUAD HASSAN

Fuad Hassan adalah psikolog pertama di Indonesia dalam pembentukan perilaku. Menurut
yang menggunakan psikologi untuk memahami pencermatan saya, Fuad Hassan selalu berusaha
perilaku politik dari aktor politik di Indonesia. untuk memanfaatkan psikologi dalam berbagai
Sebagai contoh, ia menganalisis kepribadian bidang yang ia geluti. Meski ia banyak menulis
Suharto dan membuat pro l kepribadiannya. Kita tentang lsafat, saya menilai kerangka pikirnya
dapat membaca keterlibatannya dalam berbagai adalah psikologi. Memang pendekatan psikologi
lembaga kajian strategis juga menghasilkan yang digunakannya berbeda dengan pendekatan
pemikiran-pemikiran yang secara praktis Amerika kontemporer yang didominasi oleh
membantu para pembuat kebijakan di Indonesia psikologi kognitif, setelah psikonalisis dan
untuk membuat keputusan-keputusan penting di behaviorisme. Pemikiran psikologi Fuad Hassan
berbagai bidang, dari kependudukan sampai lebih dekat dengan pemikiran psikologi Eropa
pertahanan. Usaha memahami Indonesia dengan yang menempatkan manusia sebagai makhluk
seluk-beluk budayanya dilakukan oleh Fuad budaya.
Hassan dalam rangka ikhtiarnya menghasilkan
psikologi yang sesuai dengan masyarakat Lebih belakangan lagi, Fuad Hassan banyak
Indonesia. mengemukakan argumentasi tentang pentingnya
mengedepankan We-Psychology atau Psikologi-Kita
Dalam usaha menempatkan psikologi sebagai ilmu sebagai pengganti dari kecenderungan ego-
yang bermanfaat kongkret bagi Indonesia, dalam psychology atau psikologi individual. Menurutnya,
pidato pengukuhannya sebagai guru besar di pendekatan Psikologi-Kita lebih dapat memberi
Fakultas Psikologi UI, Fuad Hassan menyatakan kontribusi kongkret kepada masyarakat Indonesia.
perlunya ahli-ahli psikologi di Indonesia Lepas dari kecenderungan masyarakat lebih
membantu para teknokrat dalam upaya mereka kolektivistik atau individualistik, kebersamaan
memajukan masyarakat Indonesia. Ia juga dengan manusia lain merupakan faktor penting
menekankan pentingnya keterlibatan psikologi dalam tindakan-tindakan manusia Indonesia.
dalam proses pembuatan kebijakan publik dan itu Untuk dapat memahami perilaku manusia
dilakoninya juga dengan banyak terlibat dalam Indonesia diperlukan pemahaman mengenai
birokrasi serta sempat menjadi Menteri budaya Indonesia sebab kebudayaan niscaya ikut
Pendidikan dan Kebudayaan yang masa menentukan tindakan-tindakan manusia.
jabatannya terlama di Indonesia, 8 tahun. Menurutnya, kebudayaan, selain dipahami sebagai
Kerangka pikir psikologi tidak dilepaskannya 'apa yang kita miliki', juga menentukan 'siapa
selama jadi menteri. Kita dapat membacanya kita'. Kebudayaan menentukan identitas orang-
dalam dokumen kebijakan dan program kerjanya. orang yang hidup dalam sebuah wilayah budaya
Pemikiran psikologi menyebar dalam berbagai tertentu. Budaya adalah unsur pembentuk
konsep yang digunakannya dalam perumusan identitas individu. Oleh karena itu, Fuad Hassan
kebijakan; seperti pendidikan sebagai pembinaan juga menekankan pentingnya pengembangan
watak, kapan suatu pelajaran dapat diberikan kajian psikologi budaya dalam usaha memahami
kepada anak dengan usia tertentu, dan teknik- persoalan masyarakat Indonesia.
tenik penyelenggaraan pembelajaran yang efektif.
Dalam rangka ikhtiar menjadikan psikologi
Tulisan-tulisannya belakangan menunjukkan sebagai ilmu yang bermanfaat secara kongkret bagi
pencermatan-pencermatan terhadap peran budaya masyarakat Indonesia, Fuad Hassan juga

42 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH FUAD HASSAN

menyarankan dilakukannya kajian-kajian tentang Dengan mengenali persoalan masa depan dari
trend. Menurutnya, psikologi sebenarnya dapat masa kini, orang dapat mengembangkan diri agar
juga menjadi ilmu yang dapat memprediksi masa siap hidup secara memadai dan berfungsi
depan. Selama ini psikologi lebih banyak dikenal sepenuhnya di masa depan.
sebagai ilmu yang hanya dapat menjelaskan gejala
sesudah terjadinya. Padahal menurutnya lebih dari Dalam penafsiran saya, apa yang disarankan oleh
itu, potensi psikologi sangat besar untuk Fuad Hassan adalah mengembangkan psikologi
membantu orang mengantisipasi masalah-masalah yang dapat membantu orang menghadapi
yang mungkin ada di masa depan sekaligus juga kejadian-kejadian tak terduga, membantu orang
membantu menentukan cara-cara menghindari untuk dapat hidup dalam berbagai situasi, dan
masalah yang mungkin datang. Psikologi juga mengikhtiarkan setiap orang untuk menjadi
dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya.
kualitas-kualitas positif manusia di masa depan.

“Fuad Hassan banyak


mengemukakan
argumentasi tentang
pentingnya
mengedepankan
We-Psychology atau
Psikologi-Kita sebagai
pengganti dari
kecenderungan
ego-psychology atau
psikologi individual.”

43 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Belajar dari
Pak Nim,
Ayah yang Melindungi

Ahmad Gimmy Prathama Siswadi


dan Achmad Djunaidi
Prof. Dr. John Nimpoeno, Dipl. Psych.
Dokumentasi Fakultas Psikologi UNPAD
Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

RIWAYAT HIDUP

J OHN S. NIMPOENO dilahirkan di


Bandung pada tanggal 2 April 1926 sebagai
anak kelima dari lima orang bersaudara.
Orang tua beliau, R.M. Soetojo Nimpoeno dan
Barat dan menyelesaikan studi Psikologi tahun
1959 dalam waktu empat tahun. Beliau dikirim
kembali ke Jerman Barat pada tahun 1964 untuk
mengikuti pelatihan spesialisasi di bidang
R.A. Poedji Hastoeti membina keluarganya Psikoterapi. Beliau kembali pada tahun 1967
dengan iklim penuh tanggung jawab dan setelah sempat mengepalai bagian Psikoterapi di
pergaulan sosial yang tidak mengenal Institut fuer Jugendpsychiatrie di kota Essen,
diskriminasi. Beliau beristrikan Diana Moeis, Jerman Barat. Setelah kembali ke Indonesia tahun
puteri tertua dari Pahlawan Nasional Abdul Moeis 1967, beliau langsung diperbantukan di Fakultas
dan Ibu Sunarsih. Psikologi Universitas Padjadjaran sebagai dosen
tetap dengan tugas khusus (pada waktu itu)
Setelah tamat Europese lagere School di Meester "mengamankan hari depan mahasiswa untuk
Cornelis, beliau meneruskan sekolah di Hogere mereka sendiri." Pada awalnya, beliau mengajar
Burger School di Solo. Pendidikan Pak Nim juga di Fakultas Pedagogi Universitas Gadjah
sempat terputus oleh pecahnya Perang Dunia Mada, Fakultas Kedokteran Universitas
kedua. Beliau kemudian melanjutkan pendidikan Padjadjaran, Akademi Militer Magelang dan
selama satu tahun di SMP di Bogor, lalu SMT Akademi Perawat di Bandung.
bagian B di Solo. Pak Nim pernah diberi
kesempatan untuk menempuh studi Technische Peran Pak Nim lainnya, yaitu menjabat Ketua
Physica di Technische Hogeschool, Delft, Konsorsium Psikologi Departemen Pendidikan
Nederland, akan tetapi beliau pindah ke Jerman dan Kebudayaan, anggota Bakolakda Inpres 6

44 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH JOHN NIMPOENO

/1973 dalam hal penanggulangan bahaya narkotik, sebagai pembantu Dekan III di Fakultas Pasca
anggota Tim Penyusunan Program Studi Sarjana Universitas Padjadjaran dan Ketua
Lingkungan Fakultas Pasca Sarjana ITB, serta Program Studi Psikologi di Fakultas Pasca Sarjana
anggota Tim Pengembangan Kurikulum Universitas Padjadjaran.
Bimbingan dan Penyuluhan di Fakultas Pasca
Sarjana IKIP Bandung. Beliau juga pernah tercatat Pak Nim kemudian diangkat menjadi Guru Besar
sebagai tenaga pemikir di PPLH-ITB untuk terhitung mulai 1 April 1988. Beliau pernah
permasalahan perencanaan dan pengelolaan menjadi pengajar tamu di Universitas Katolik
lingkungan hidup, khususnya dalam rangka kerja Nijmegen di Nederland dan di Jerman Barat di
sama dengan pihak luar negeri. Beliau pernah tahun 1989. Selanjutnya, beliau memiliki
melakukan perlawatan ke Canada untuk pengalaman mengajar yang semakin luas, yakni di
membantu mewujudkan kerja sama akademik Fakultas Pasca Sarjana ITB Program Studi
ITB dengan tiga universitas di negara tersebut. Arsitektur, Fakultas Pasca Sarjana IKIP Bandung
untuk Program Studi S2 dan S3, Fakultas Seni
Karier militer Pak Nim bermula di Pendidikan Rupa dan Desain ITB untuk Program S1, tenaga
Menengah saat bergabung dengan Barisan Polisi pengajar non-organik pada SESKOAD,
Istimewa SMT dan Tentara Genie Pelajar SESPIMPOL dan secara insidental di SESKOAU
Detasemen IV. Beliau masih aktif bergabung di Lembang.
hingga Tentara Pelajar Detasemen II
diintegrasikan ke dalam tubuh TNI. Sebagai Terhitung mulai tahun 1972, jumlah karya ilmiah
Psikolog Angkatan Darat, beliau ditempatkan di Pak Nim meliputi 150 tulisan dalam beragam
Dinas Psikologi Angkatan Darat (AD) di bentuk. Karya beliau meliputi bidang
Bandung. Pak Nim kemudian dipindahkan ke kesejahteraan masyarakat, kemasyarakatan,
Divisi VI Siliwangi sebagai Psikolog dalam transmigrasi, kemahasiswaan dan generasi muda,
berbagai operasi militer di pulau Jawa dan kelembagaan ilmu pengetahuan dan pendidikan
Sulawesi. Setelah mengabdi pada negara di AD tinggi, pengembangan wilayah dan pembangunan,
selama 36 tahun, beliau memasuki masa pensiun serta lingkungan hidup. Penelitian beliau berpusat
dengan pangkat akhir Kolonel di tahun 1981. pada lingkungan hidup dan pengembangan
wilayah.
Pada tahun 1981, beliau berkesempatan untuk
melakukan promosi dan menjadi Doktor di Dalam laporan yang ditulis oleh Weny Widyowati
bidang Psikologi di Universitas Padjadjaran yang dimuat dalam portal daring unpad
dengan judul disertasi "Keperantaraan dalam (http://news.unpad.ac.id/?p=19575)
Konteks Budaya Indonesia" yang dihargai dengan tercatat aktivitas lain yang pernah beliau tekuni
judicium cum laude. Setahun setelahnya, beliau adalah sebagai Sekretaris Eksekutif Konsorsium
diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan Dosen Psikologi Departemen P & K (1982); salah
Tetap di Fakultas Psikologi Universitas seorang pendiri Yayasan Kecelakaan Lalu Lintas
Padjadjaran. Pak Nim pernah menyandang (1982); dan menjadi anggota Dewan Kehormatan
jabatan struktural sebagai Pembantu Dekan I, Ikatan Sarjana Psikologi. Adapun karyanya antara
Dekan, Kepala Lembaga Psikologi Unpad, dan lain “Kepribadian dan Perubahannya” (co-author)
Ketua Jurusan. Beliau juga pernah menjabat terbitan Gramedia (1979); “Manajemen Kerugian

45 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH JOHN NIMPOENO

Semesta” (co-author) terbitan LPMI (1984); terpendam dalam pengalaman bawah sadar
“Penyakit-penyakit Akibat Kerja” (co-author) dimungkinkan akan menjadi ciri anak tersebut
terbitan Hiperkes dan Gra ndo Utama (1985). kelak di masa mendatang.
Perkembangan karier beliau dan kegiatan-kegiatan
yang telah terlaksana hanya dimungkinkan karena Ciri beliau yang sangat kami kagumi adalah
tetap belajar dari orang lain. kebiasaan mengamati suatu hal sambil merenung
dan mencari hikmah terkait dengan psikologi,
------------------------------------------------------------- psikodiagnostik, dan psikodinamika dalam hal
tersebut. Sikap Pak Nim menunjukkan bahwa
Pak Nim adalah panggilan kami terhadap Prof. beliau adalah seorang yang sangat aktif berpikir,
Dr. John Nimpoeno, Dipl. Psych. “Sering-sering menghayati, serta memberi arah dan pencerahan
datang ke sini, jangan khawatir, kalau mau tanya- bagi individu, komunitas, masyarakat dan
tanya, boleh...”, begitulah kira-kira ungkapan Pak lingkungannya.
Nim. Pak Nim adalah sosok yang begitu teduh
dan ramah. Beliau juga sosok yang penuh support Dalam buku pedoman pendidikan Fakultas
pada mahasiswanya yang masih gamang dan ragu Psikologi Universitas Padjadjaran, nama beliau
dalam mulai meniti kehidupan sebagai psikolog. memang tidak tercatat sebagai pendiri atau
Ruang kerja beliau, baik di kantor maupun di perintis Fakultas Psikologi UNPAD sejak tahun
rumah, selalu terbuka untuk siapapun yang 1961. Hal tersebut dimungkinkan karena beliau
hendak bertanya. saat itu masih aktif di bidang militer dan baru
bergabung di UNPAD tahun 1967. Namun,
Beliau memiliki perhatian yang luas pada berbagai bukan berarti peran beliau di Fakultas Psikologi
permasalahan kehidupan. Waktu luangnya UNPAD tidak sepenting tokoh-tokoh pendiri
dimanfaatkan untuk menonton televisi seperti yang membangun fakultas sejak awal. Pengalaman
National Geographic hingga lm Woody Woodpecker Pak Nim sebagai kepala Bagian Psikoterapi di
pun tidak luput dari perhatiannya. Pernah suatu Institut fuer Jugendpsychiatrie memberikan nuansa
saat, kami bertamu ke rumah beliau yang sedang Psikologi sebagai praktisi penanganan kasus
menonton lm kartun tersebut. Beliau bertanya, individual yang kuat.
”Coba kamu pikirkan, anak-anak yang menonton
lm seperti ini, kira-kira nanti besarnya kayak Pada masa-masa beliau aktif mengajar, beliau
apa?”. Kami berpikir sejenak lalu menjawab, senantiasa memberi inspirasi bagi para mahasiswa
“Agresif pak, karena dalam lm tersebut terdapat yang berminat menjadi psikolog klinis. Rumah
adegan seperti mematuk, memukul dan membuka beliau hanya berjarak sekitar 200 meter dari
pintu dengan keras hingga gur yang bersembunyi fakultas. Hal ini membuat mahasiswa sering
di belakang pintu itu gepeng. Belum lagi gerakan- melihat plang/papan nama yang menunjukkan
gerakan yang cenderung cepat dan keras. Hal ini bahwa beliau adalah seorang psikolog, grafolog,
dibarengi dengan solusi yang selalu bernuansa psikoterapis/psikoanalis praktek yang aktif. Buat
kekerasan mewarnai tiap episodenya.” Pak Nim kami mahasiswanya, sosok psikolog ideal itu salah
membenarkan jawaban kami sembari satunya seperti Pak Nim. Sosok beliau kuat
menambahkan keterangan bagaimana tertanam dan menjadi arah bagi pengembangan
pengalaman-pengalaman masa kecil yang karier kami pada masa mendatang. Cerita-cerita

46 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH JOHN NIMPOENO

Pak Nim banyak beredar tentang bagaimana ia tersebut, serta bagaimana baiknya variabel-variabel
menangani pasien, terutama dalam tersebut dibahas sebagai suatu kesatuan yang
mengombinasikan pemikiran psikodiagnostik, terintegrasi. Belakangan kami tahu bahwa
psikodinamik dan logika pemecahan masalah yang kecanggihan tersebut antara lain karena keahlian
kreatif. Hal ini membuat kami makin ingin seperti beliau dalam memanfaatkan teori sistem
beliau; membuat beliau menjadi model psikolog (misalnya, Ludwig von Bertalanffy, dkk.). Hal itu
'scientist-professional' yang ideal. Salah satu membuat beliau mampu melihat berbagai
gagasan beliau, misalnya memasang rekaman suara permasalahan dari sistem yang berlaku. Beliau
bayi untuk memancing gerombolan DI/TII seperti melihat masalah dengan helicopter view
untuk menyerah dan 'turun gunung' karena yang detil, jelas, terintegrasi, dan menyeluruh.
kerinduan mereka dengan keluarga.
Warisan Pak Nim yang lain yang masih terkait
Kedalaman dan keluasan berpikir beliau tidak dengan kemampuan berpikirnya yang terstruktur
hanya terbatas pada area klinis. Beliau memiliki dan jelas tercermin dari cara beliau mengajarkan
kemampuan berpikir komprehensif yang kami (Tim Psikolog di Lembaga Psikologi
mumpuni serta dapat mengemukakan gagasan- UNPAD) mengenai pembuatan psikogram.
gagasan yang solutif untuk persoalan-persoalan Beliaulah yang mengajarkan sarjana-sarjana baru
makro. Beliau tampaknya ingin agar psikologi Psikologi (akhir dekade 1980an) tentang
dapat memberikan sentuhan pada berbagai aspek bagaimana melihat kepribadian sebagai suatu
kehidupan manusia sebagai makhluk sistem dengan aspek dan fungsi-fungsi psikologis
multidimensional. Dengan demikian, meski latar
belakang psikologi klinisnya kuat, beliau mampu
memberikan warna bagi pemanfaatan psikologi
untuk bidang-bidang yang lebih luas seperti “Gambar dan alur berpikir yang
arsitektur, seni rupa, pendidikan dan lingkungan Pak Nim buat seringkali
hidup sebagai suatu yang sangat makro dan
kompleks. menimbulkan insight pada
mahasiswa tentang landasan
Kemampuan berpikir mendalam dan
komprehensif ditunjukkan dengan kemampuan
penelitian, variabel apa saja
beliau dalam membuat kerangka berpikir yang mesti diperhatikan,
psikologis bagi setiap persoalan kemanusiaan yang
dihadapi. Mahasiswa yang sedang kebingungan
bagaimana keterkaitan antar
dalam membuat kerangka ber kir penelitian – variabel tersebut, serta
mulai dari S1 sampai dengan S3 – dapat beliau bagaimana baiknya variabel-
arahkan dengan mudah melalui skema-skema alur
berpikir yang jelas dan mencerahkan. Gambar variabel tersebut dibahas
dan alur berpikir yang Pak Nim buat seringkali sebagai suatu kesatuan yang
menimbulkan insight pada mahasiswa tentang
landasan penelitian, variabel apa saja yang mesti
terintegrasi.”
diperhatikan, bagaimana keterkaitan antar variabel

47 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

ULASAN TOKOH JOHN NIMPOENO

yang rinci dan terintegrasi. Psikogram menjadi manusia dalam berbagai setting.
bagian dari laporan hasil pemeriksaan psikologis
yang sangat penting dan mudah dibaca pengguna Dalam curiculum vitae-nya disebutkan bahwa
jasa Psikologi karena memberikan gambaran awal terhitung sejak tahun 1972, jumlah karya ilmiah
yang jelas, sebelum pengguna jasa tersebut yang beliau hasilkan meliputi 150 tulisan yang
membaca dinamika kepribadian yang lebih detil mencakup bidang kesejahteraan masyarakat,
dan lebih spesi k. kemasyarakatan, transmigrasi, kemahasiswaan dan
generasi muda, kelembagaan ilmu pengetahuan
Sepemahaman penulis, Pak Nim memang tidak dan pendidikan tinggi, pengembangan wilayah
menulis buku sebagai penulis tunggal. Kalaupun dan pembangunan, dan lingkungan hidup.
ada buku yang disebut atas nama/karya beliau, Penelitian terutama dipusatkan pada lingkungan
buku itu adalah kumpulan atau bunga rampai hidup dan pengembangan wilayah.
tulisan-tulisan beliau yang dikumpulkan oleh
mahasiswanya yang tergabung dalam kelompok Meski aktif berpraktik sebagai Grafolog dan
diskusi Dago Pojok (alamat kampus Fakultas Psikolog/Psikoterapis, beliau memiliki perhatian
Psikologi Universitas Padjadjaran dari tahun 1964 pada masalah-masalah kemanusiaan yang luas dan
s.d 1996, sebelum pindah ke kampus Unpad- tidak hanya terbatas pada masalah individual
Jatinangor). Namun dalam beberapa buku yang semata. Bagi Pak Nim (yang wafat di Bandung,
ditulis oleh tokoh lain, seperti MAW Brouwer, pada tanggal 16 Januari 2010, menjelang usia 84
Pak Nim juga ikut menyumbangkan bab khusus tahun), psikologi adalah ilmu yang mesti
atau chapter tertentu. Di luar karya tersebut, diamalkan bagi kesejahteraan individu serta
Penulis mengumpulkan hasil karya tulis yang masyarakat. Pemikiran-pemikiran Pak Nim
disusun beliau yang jumlahnya sekitar 80 makalah menggugah komunitas psikologi untuk berperan
untuk berbagai kepentingan seperti memberikan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat
ceramah, kuliah, seminar, maupun event ilmiah dan lingkungan. Beliau menekankan pentingnya
populer lainnya. Dari berbagai tulisan tersebut, seorang Psikolog/ahli Psikologi untuk mengamati
dapat terlihat luasnya minat beliau pada berbagai fenomena dengan keakuratan tinggi dan
pemanfaatan psikologi untuk kesejahteraan menyeluruh sebagaimana seorang pilot helikopter,
dan memahami hubungan antara sistem dengan
subsistem, struktur, organisasi, dan dinamika.
“Kecanggihan tersebut karena Tentu hal ini bukan berarti bahwa Psikolog hanya
hidup di 'menara gading', Psikolog adalah bagian
keahlian beliau dalam dari masyarakat yang seharusnya dapat
memanfaatkan teori sistem (e.g., memberikan solusi yang mencerahkan dan selaras
Ludwig von Bertalanffy, dkk.), dengan keunikan nilai-nilai budaya dan
lingkungan/masyarakatnya.
sehingga… beliau seperti melihat
masalah dengan helicopter view
yang detil, jelas, terintegrasi, dan
menyeluruh.”

48 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI

Kita Berbeda,
Kita Berteman
Whinda Yustisia - Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

P emilihan Presiden 2019 yang


lalu kembali menjadi momen
penanda polarisasi politik di
Indonesia. Sama halnya dengan lima
tahun sebelumnya, tahun ini,
politik ingin menunjukkan bahwa
pandangan kelompoknya lah yang
paling tepat, pandangan kelompok
lain salah. Apa sebenarnya yang
menyebabkan orang punya
pemilihan presiden diwarnai kecenderungan untuk menilai
dengan pembelahan aspirasi keyakinan kelompoknya
politik kelompok yang lebih baik dari kelompok
dianggap menyuarakan lain bahkan cenderung
kebhinekaan dan berpandangan negatif
kelompok yang terhadap pandangan
dianggap sebagai kelompok lain?
representasi kaum Mungkinkah
religius fundamentalis. kelompok dengan beda
Adanya media sosial keyakinan atau cara
semakin memperkuat pandang dapat berjalan
polarisasi ide dua beriringan tanpa
kelompok tersebut. perlu saling
Masing-masing serang?
pendukung kubu

49 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI KITA BERBEDA, KITA BERTEMAN

Dalam memahami kecenderungan seseorang secara kuantitas maupun kualitas, harmonisasi


untuk menilai kelompoknya lebih baik daripada hubungan antar kelompok bisa terwujud.
kelompok lain, teori identitas sosial merupakan Hipotesis kontak antar kelompok ini
salah satu teori klasik psikologi sosial yang paling diperkenalkan oleh Allport (1954). Menurut
relevan digunakan untuk menjelaskan. Ide dasar Allport, prasangka dapat dikurangi dengan
teori ini adalah ketika seseorang menjadikan menciptakan kontak langsung melalui hubungan
sebuah kelompok adalah bagian penting dari pertemanan yang menghadirkan kekariban dalam
konsep dirinya, baik-buruk kelompok akan interaksi. Banyak penelitian telah menunjukkan
mempengaruhi konsep dirinya juga. Misalnya, efektivitas kontak antar kelompok ini dalam
Anda adalah anggota kelompok X. Anda sangat menciptakan outgroup attitude yang positif, seperti
bangga dengan X, lalu selalu memperkenalkan diri pada konteks hubungan pemeluk agama Katolik-
sebagai anggota kelompok X karena saking Protestan di Irlandia Utara (Paolini, Hewstone,
(terlalu) bangganya. Namun, suatu waktu, Cairns, & Voci, 2004; Hewstone, Cairns, Voci,
kelompok X dikaitkan dengan hal-hal negatif, Hamberger, & Niens 2006) dan konteks
misalnya pendukung kekerasan. Secara pribadi hubungan antar kelompok etnis di sekolah
Anda tidak setuju dengan aksi kekerasan. Karena (Barlow, Louis, & Hewstone, 2009; Beelmann &
Anda sudah merasa bahwa kelompok X adalah Heinemann).
bagian dari diri Anda, penilaian negatif terhadap
kelompok X bisa mengganggu konsep diri Anda Beberapa penelitian menunjukkan ada beberapa
juga. karakteristik pertemanan antar kelompok yang
dapat memberikan hasil optimum, seperti adanya
Identi kasi kuat dengan kelompok kemudian kecocokan antara diri dengan orang teman
melahirkan kecenderungan untuk bias dalam interaksi (Aron, Aron, & Smollan, 1992),
menilai kelompok sendiri maupun kelompok lain. keterbukaan akan informasi diri atau self-disclosure
Yaitu, kecenderungan untuk mengidolakan (Turner, Hewstone, & Voci, 2007), empati antar
kelompok sendiri dibandingkan kelompok lain kelompok (Batson, Early, & Salvarani, 1997), dan
(ingroup favoritism) dan menjelekkan kelompok adanya kemampuan perspective taking (Galinsky &
lain (outgroup derogation). Dalam teori-teori Moskowitz, 2000). Jika memiliki karakteristik
psikologi sosial, ingroup favoritism tidak selalu tersebut, pertemanan diketahui dapat
diikuti oleh outgroup derogation. Sederhananya, meningkatkan sikap terhadap kelompok lain yang
Anda bisa menilai kelompok Anda baik tetapi lebih positif (mis., Paolini, Hewstone, Cairns,
belum tentu Anda menilai kelompok lain buruk, Voci, 2004). Bahkan, interaksi ini diketahui
bukan? Ada beberapa kondisi yang menyebabkan memiliki efek lanjutan, yaitu penilaian positif
orang menilai buruk orang-orang dari kelompok pada kelompok lain yang tidak terlibat langsung
berbeda. Salah satunya adalah karena minimnya dalam interaksi antar kelompok (van Laar, Levin,
kontak antar kelompok. Sinclair, & Sidanius, 2005). Misalnya, jika anda
adalah seorang Muslim, lalu memiliki pengalaman
Kontak antar kelompok dapat diartikan sebagai interaksi yang positif dengan kelompok etnis
interaksi yang dilakukan seseorang secara langsung minoritas seperti Tionghoa. Sikap positif terhadap
maupun tidak langsung dengan orang-orang yang orang beretnis Tionghoa tersebut juga cenderung
berasal dari kelompok yang berbeda. Ketika orang akan menular pada sikap Anda terhadap
memiliki kontak antar kelompok yang memadai kelompok etnis minoritas lainnya, misalnya orang

50 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI KITA BERBEDA, KITA BERTEMAN

beragama Kristen, Hindu, atau Budha. memprediksi sikap positif terhadap kelompok
lainnya hanya ketika norma kelompok juga
Meskipun efektivitas kontak antar kelompok mendukung pertemanan antar kelompok.
sudah seringkali ditemukan, namun bukan berarti Sebelum menjelaskan temuan penelitian ini,
hipotesis ini bebas dari kritik. Salah satu kritik berikut saya jelaskan terlebih dahulu konsep-
utamanya adalah teori ini tidak konsep dasar dan mekanisme psikologis ide
mempertimbangkan adanya peran konteks. penelitian ini.
Kontak antar kelompok dianggap sebagai interaksi
antar kelompok yang bebas dari pengaruh Norma kelompok dapat diartikan sebagai aturan
lingkungan sosial. Chris et al. (2014), misalnya, tidak tertulis yang mengatur tentang apa-apa yang
menemukan bahwa efektivitas kontak antar perlu anggota kelompok lakukan dalam konteks
kelompok berbeda di wilayah yang lebih beragam tertentu. Di Indonesia, misalnya ada norma bahwa
dan kurang beragam. Mereka menemukan bahwa murid seharusnya mencium tangan gurunya.
masyarakat di daerah dengan keberagaman tinggi Studi-studi norma kelompok berawal dari
cenderung memiliki sikap yang lebih positif meski penelitian-penelitian identitas sosial. Ide dasarnya
pengalaman kontak antar kelompoknya minim. adalah ketika individu teridenti kasi kuat dengan
Hal ini terjadi karena masyarakat di daerah sebuah kelompok, perilakunya akan banyak
tersebut lebih cenderung untuk mempersepsikan dipengaruhi oleh norma dan standar kelompok
bahwa tetangga mereka memiliki hubungan yang tersebut (Smith & Louis, 2009). Misalnya, jika
positif dengan orang-orang yang berbeda identitas Anda tergabung dalam kelompok aktivis
sosialnya. Pengetahuan tersebut menjadikan lingkungan yang melarang menggunakan sedotan
individu mempersepsikan bahwa hubungan antar plastik, dan Anda merasa kelompok tersebut
kelompok di daerah tersebut baik. Dengan kata penting bagi identitas Anda, maka Anda akan
lain, tanpa pengalaman kontak antar kelompok mengikuti aturan tersebut: tidak menggunakan
secara langsung sekalipun, sikap positif terhadap sedotan plastik.
orang beda kelompok dapat terbentuk. Lain
halnya dengan orang-orang yang tinggal di daerah Dalam penelitian ini saya menggunakan
yang cenderung homogen. Pada daerah semacam hubungan antar kelompok agama sebagai konteks
ini, kontak antar kelompok secara langsung penelitian. Hal ini bergerak dari fakta bahwa
menjadi kunci terbentuknya harmoni antar ketegangan sosial antar umat beragama di
kelompok. Indonesia masih dapat ditemukan baik secara
eksplisit maupun implisit. Saya melihat bahwa
Pada konteks Indonesia, saya juga telah mencoba meski keberagaman identitas sosial bisa dengan
melihat bagaimana konteks berperan dalam mudah ditemukan di Indonesia, tapi
meningkatkan keberhasilan pertemanan antar kenyataannya tidak semua kelompok bisa
kelompok bagi terciptanya sikap antar kelompok menerima bahkan mendorong adanya interaksi
yang positif (Yustisia, 2016). Secara konseptual, antar kelompok, terutama terkait kelompok
saya mencoba melihat efek moderasi norma agama. Dalam konteks hubungan Muslim dan
kelompok dalam hubungan pertemanan antar Kristen di Indonesia, khususnya, hal ini dapat
kelompok (cross-group friendship) dengan sikap dikaitkan dengan rasa takut karena adanya sejarah
pada kelompok lain (Yustisia, 2016). Saya pemimpin Islam yang secara eksplisit menyatakan
menduga pertemanan antar kelompok dapat perlawanan terhadap ekspansi Kristenisasi pada

51 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI KITA BERBEDA, KITA BERTEMAN

tahun 1964 (Mujiburrahman, 2006). penelitian ini dapat diterima. Bahwa norma
injungtif dapat memoderasi hubungan
Untuk mengembangkan penelitian sebelumnya, pertemanan antar kelompok dengan sikap
norma kelompok dalam penelitian ini dibagi terhadap orang beda agama. Namun, perlu
menjadi dua yaitu norma injungtif dan norma dicatat bahwa norma injungtif berperan penting
deskriptif. Norma injungtif berbicara tentang saat pertemanan antar kelompok diukur dalam
aturan-aturan yang menunjukkan apa yang frekuensi pertemanan. Saat pertemanan antar
seharusnya kita lakukan. Sementara itu, norma kelompok diukur terkait dengan kualitas, yaitu
deskriptif berbicara tentang informasi tentang apa seberapa menyenangkan pertemanan antar
yang sebenarnya orang-orang lakukan. Beberapa kelompok tersebut, norma injungtif tidak
penelitian menunjukkan norma injungtif lebih menunjukkan peranan moderasi yang signi kan.
efektif mengubah sikap dan perilaku (mis., Savani, Artinya adalah, semakin sering pertemanan antar
Morris, & Naidu, 2012). Namun penelitian lain kelompok agama, semakin positif sikap terhadap
menunjukkan norma deskriptif lebih efektif orang beda agama, khususnya pada saat norma
(Kobis, van Prooijen, Righetti, Van Lange, 2015). injungtif mendukung pertemanan tersebut. Jika
norma injungtif tidak mendukung pertemanan
Norma yang lebih efektif tergantung pada tujuan
tersebut, kuantitas pertemanan beda agama tidak
dari sikap atau perilaku itu sendiri. Jika tujuannya
cukup mampu menciptakan sikap positif terhadap
adalah untuk mendapatkan informasi tentang
orang beda agama. Sementara itu, sejalan dengan
perilaku apa yang feasible dalam konteks tertentu,
hipotesis, norma deskriptif tidak menunjukkan
orang akan melihat norma deskriptif. Namun, jika
peran moderasi yang signi kan baik ketika
tujuannya adalah untuk membina hubungan
pertemanan antar kelompok diukur dalam hal
sosial, orang akan berfokus pada norma injungtif.
kuantitas maupun kualitas.
Contohnya, seorang mahasiswa
mempertimbangkan akan mencontek atau tidak Temuan-temuan ini mengindikasikan dua hal.
dalam sebuah ujian. Jika ia melihat banyak Pertama, penelitian ini menunjukkan bahwa
mahasiswa lain yang mencontek, ia berarti melihat norma injungtif memiliki peranan lebih penting
norma deskriptif perilaku mencontek. Namun, ketimbang norma deskriptif dalam konteks
tentu ia sadar bahwa dosen, kampus, maupun hubungan antar kelompok agama. Seperti yang
sebagian mahasiswa lainnya mengharapkan tidak sudah dijelaskan, hal ini terkait dengan
ada aktivitas mencontek saat ujian. Pengetahuan karakteristik dari konteks penelitian ini, yaitu
tentang harapan lingkungan ini disebut sebagai hubungan antar kelompok, yang memang lebih
norma injungtif. Bergerak dari pembagian norma menuntut penilaian moral tentang benar dan
tersebut, saya menduga bahwa pertemanan antar salah. Penilaian tentang benar dan salah tentunya
kelompok dapat membentuk sikap positif erat kaitannya dengan norma injungtif daripada
terhadap orang beda agama jika norma injungtif norma deskriptif. Kedua, penelitian ini juga
mendukung pertemanan beda agama tersebut; menunjukkan bahwa kualitas pertemanan lebih
namun tidak bergantung pada norma deskriptif penting daripada kuantitas pertemanan.
yang berlaku.
Berdasarkan uraian di atas, lantas saran praktis apa
Dengan menggunakan 110 partisipan mahasiswa, yang bisa diberikan untuk mewujudkan harmoni
studi ini menemukan bahwa hipotesis utama antar kelompok sosial di Indonesia? Pertama, kita

52 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

TOPIK PSIKOLOGI TERKINI KITA BERBEDA, KITA BERTEMAN

perlu menyadari bahwa kecenderungan bias “Mengingat cara pandang


adalah konsekuensi tak terelakkan dari proses
kategorisasi sosial. Artinya adalah, ketika Anda politik maupun agama tidak
sudah merasa menjadi bagian dari kelompok dapat diseragamkan, toleransi
tertentu dan orang lain masuk ke kelompok yang
berbeda, maka Anda secara sadar atau tidak punya
atas keberagaman menjadi
kecenderungan untuk menilai kelompok Anda mutlak. Salah satu langkah
lebih baik dari orang lain. Kesadaran ini
diharapkan dapat sedikit menurunkan bias antar
penting yang dapat dilakukan
kelompok, jika tidak dapat menghilangkan. untuk mewujudkan hubungan
Kedua, mengingat cara pandang politik maupun
yang penuh toleransi tersebut
agama tidak dapat diseragamkan, toleransi atas adalah kontak antar
keberagaman menjadi mutlak. Salah satu langkah kelompok.”
penting yang dapat dilakukan untuk mewujudkan
hubungan yang penuh toleransi tersebut adalah
kontak antar kelompok. Bergerak dari temuan
kelompok ini perlu memperhatikan apakah norma
penelitian Yustisia (2016) soal pentingnya peranan
injungtif di berbagai kelompok masyarakat sudah
norma injungtif, pihak-pihak yang punya
mendukung pertemanan dengan orang-orang
kepentingan dengan terwujudnya harmoni
beda cara pandang atau tidak. Masyarakat perlu
yakin bahwa berteman dengan orang-orang yang
berbeda identitas sosialnya adalah hal yang wajar
“Semakin sering pertemanan dan bahkan didukung oleh lingkungan sosial
mereka. Terakhir, bergerak dari temuan
antar kelompok agama, pentingnya kualitas pertemanan, pihak-pihak
semakin positif sikap terhadap terkait perlu memperhatikan aspek kuantitas
sekaligus kualitas hubungan antar kelompok di
orang beda agama, khususnya
Indonesia.
pada saat norma injungtif
*Versi asli/panjang artikel ini telah dimuat di
mendukung pertemanan jurnal Makara Hubs Asia tahun 2016 volume 20
tersebut. Jika norma injungtif nomor 1 dengan judul Group Norms as Moderator
tidak mendukung pertemanan in e Effect of Cross Group Friendship on Outgroup
Attitude: A Study on Interreligious Group in
sebut, kuantitas pertemanan Indonesia
beda agama tidak cukup
mampu menciptakan sikap
positif terhadap orang beda
agama.”

53 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Psikologi untuk Pendidikan,


Pengajaran, dan Belajar
Program Doktor (S3) Psikologi Pendidikan Universitas Negeri Malang

S
elain Program Studi S1 Psikologi, Fakultas perguruan tinggi bidang psikologi pendidikan di
Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Indonesia. Misi Program Doktor (S3) Psikologi
Malang juga mengelola Program Doktor Pendidikan adalah: Pertama, menyelenggarakan
(S3) Psikologi Pendidikan. Secara historis, pendidikan dan pembelajaran program studi yang
Program Doktor Psikologi Pendidikan Universitas berpusat pada mahasiswa dengan menggunakan
Negeri Malang (UM) berkembang sejak tahun pendekatan yang efektif dan mengoptimalkan
1970-an semasa Universitas Negeri Malang masih pemanfaatan teknologi untuk bidang ilmu
memiliki status Institut Keguruan dan Ilmu psikologi pendidikan. Kedua, menyelenggarakan
Pendidikan Malang (IKIP Malang). Universitas penelitian bidang psikologi pendidikan di berbagai
Negeri Malang adalah sebuah perguruan tinggi setting lembaga pendidikan formal, dan
yang pada tahun 2018 menempati peringkat 14 pengembangan kurikulum. Ketiga,
untuk seluruh perguruan tinggi di Indonesia. menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat
Peringkat tersebut adalah termasuk kluster 1 bidang psikologi pendidikan. Keempat,
untuk perguruan tinggi di Indonesia versi menyelenggarakan tata pamong program studi
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan yang akuntabel dan transparan untuk menjamin
Tinggi. peningkatan kualitas berkelanjutan.

Visi Program Studi Psikologi Pendidikan adalah Kurikulum yang dikembangkan Program Doktor
menjadi program studi unggul dan menjadi (S3) Psikologi Pendidikan merupakan penjabaran
rujukan dalam penyelenggaraan tridharma dari visi dan misi yang telah dikembangkan.

Rektor UM dalam konferensi internasional Asia Psychological Association Convention 2017


yang diselenggarakan Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang. Dokumentasi FPPsi UM

54 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

PROFIL PROGRAM STUDI DOKTORAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Matakuliah-matakuliah yang disajikan agar negeri (Amerika Serikat dan Australia). Ahli
mahasiswa dapat lulus tepat waktu di antaranya psikologi pendidikan lulusan Program Doktor
adalah Psikologi Lintas Budaya dalam Bidang Psikologi Pendidikan UM diharapkan akan
Pendidikan, Filsafat Ilmu Psikologi Pendidikan, memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
Studi Mandiri 1, Studi Mandiri 2, Studi Mandiri dan teknologi dalam pendidikan, antara lain
3, dan Metode Penelitian Tingkat Lanjut dalam sebagai (1) peneliti mengenai aspek-aspek
Bidang Psikologi Pendidikan. psikologis perkembangan peserta didik dan
pembelajaran pada lembaga-lembaga penelitian
Secara khusus, dalam upaya untuk membantu dan lembaga pendidikan formal, dan
percepatan penyelesaian disertasi, peserta program pengembangan kurikulum; (2) tenaga ahli dalam
Doktor (S3) Psikologi Pendidikan dapat penilaian dan testing pendidikan, diagnostik
menggunakan pendekatan penelitian yang sesuai kesulitan belajar, perencanaan pendidikan dan
dengan masalah dan tujuan penelitian. pengembangan sistem terutama dari sudut
Pendekatan-pendekatan penelitian yang sesuai pandang teori psikologi pendidikan; (3) tenaga
yang dapat dipilih oleh peserta antara lain adalah: ahli dalam tim kerja bersama dengan konselor
pendekatan kuantitatif, pendekatan kualitatif, sekolah dan tenaga terkait lainnya, dengan tugas
pendekatan penelitian tindakan, dan pendekatan membantu penanganan masalah belajar siswa di
penelitian pengembangan. sekolah; serta (4) pendidik yang berkewenangan
mengajar di bidang psikologi pendidikan di
Topik-topik disertasi yang ada dalam disertasi jenjang pendidikan tinggi.
lulusan Program Doktor (S3) Psikologi
Pendidikan sangat bervariasi. Topik-topik tersebut Alumni Program Doktor Psikologi Pendidikan
antara lain adalah: regulasi diri, agresi dalam tersebar di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
konteks pendidikan, motivasi belajar, dan Salah satu alumni Program Doktor Psikologi
kebahagiaan siswa. Pendidikan UM yang terkenal adalah Prof. Dr. T.
Raka Joni, M.Sc. Beliau adalah salah satu tokoh
Terdapat berbagai fasilitas dalam Program Doktor pendidikan Indonesia yang memiliki jasa dalam
(S3) Psikologi Pendidikan UM yang diberikan perjuangan untuk mengembangkan profesionalitas
agar mampu menjamin produktivitas dan guru di Indonesia. Ikon untuk psikologi
kesejahteraan psikologi peserta program. Fasilitas pendidikan di Universitas Negeri Malang adalah
yang disediakan pada saat peserta mengikuti Ibu Prof. Dr. Soepartinah Pakasi. Sebagai ahli
Program Doktor Psikologi Pendidikan, antara lain sekaligus praktisi psikologi pendidikan, beliau
perpustakaan, laboratorium psikologi, workshop, menerapkan teori dan konsep psikologi
seminar nasional, seminar internasional, kuliah pendidikan dalam sekolah laboratorium yang
tamu, e-journal, dan penelitian bersama dengan disebut dengan SD Laboratorium IKIP Malang
dosen. (1967-1974). SD Laboratorium tersebut memiliki
peran besar dalam perjalanan pembaharuan
Dosen pengampu matakuliah dan dosen pendidikan di Indonesia, seperti pengembangan
pembimbing pada Program Doktor Psikologi kelas akselerasi, kelas berpindah, pembelajaran
Pendidikan adalah lulusan perguruan tinggi berpusat pada anak, dan pengembangan
ternama di Indonesia dan perguruan tinggi luar kreativitas siswa.

55 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU

Merentas Jalan Kajian Sejarah


Psikologi di Indonesia
Iwan W. Widayat - Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
iwan.widayat@psikologi.unair.ac.id

Irwanto & Gunawan, F.Y. (2018).


Sejarah Psikologi: Perkembangan Perspektif Teoretis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 368 hal. xxii.

B uku sejarah psikologi yang ditulis oleh


penulis Indonesia, khususnya para
ilmuwan psikologi, masih tidak banyak
ditemui. Apalagi yang didalamnya mencakup
bahasan tentang Psikologi di Indonesia.
Sebenarnya, penulisan buku-buku sejarah
psikologi oleh para ilmuwan psikologi, dan juga
para psikopedagog, telah banyak dilakukan sejak
tahun 50-60an. Beberapa buku merupakan
saduran dari karya penulis luar, seperti karya
Gardner Murphy, Historical Introduction to
Modern Psychology, atau karya LCT. Bigot, Ph.
Kohnstamm dan B.G. Palland, Leerboek der
Psychologie (disadur khusus pada bagian sejarah
psikologi). Beberapa buku merupakan karya dari
para penulis Indonesia sendiri, seperti misalnya
“Sedjarah Ilmu Djiwa dan Ilmu Watak” (Walujo,
1958), “Psikologi dari Zaman ke Zaman” (Said,
1965), “Ichtisar Sedjarah ilmu Djiwa”
(Soerjabrata, 1969) atau “Aliran-Aliran Modern
dalam Ilmu Jiwa” (Sahertian, 1983). Buku-buku
tersebut pada umumnya lebih menekankan pada
perspektif psikologi Barat, dan belum cukup
mengelaborasi perkembangan psikologi di Timur,
termasuk di Indonesia.

Di tengah kelangkaan referensi sejarah psikologi


karya penulis Indonesia, beberapa buku sejarah
psikologi barat justru kemudian diterjemahkan

56 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU SEJARAH PSIKOLOGI: PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TEORETIS

kedalam bahasa Indonesia dalam beberapa tahun perspektif teoretik. Selanjutnya menelisik
belakangan ini. Seperti misalnya, History of bagaimana pemikiran-pemikiran tersebut berakar,
Psychology (Boeree, 2000), History and System of tumbuh dan berkembang dalam pengaruh konteks
Psychology (Brennan, 2006), History of Psychology: sejarah jamannya. Melalui pendekatan ini penulis
a Sketch and an Interpretation (Baldwin, 2007), a berharap dapat lebih leluasa dalam merambah
History of Psychology (Klemm, 2017), atau a berbagai pemikiran yang membangun
History of Modern Psychology (Schultz & Schultz, pemahaman kita tentang manusia dan
2013). Hal inilah yang kemudian mendorong perilakunya, dari sudut pandang yang tidak selalu
beberapa ilmuwan Psikologi Indonesia untuk bernuansa barat, meski hal itu pada akhirnya tidak
menulis tentang Sejarah Psikologi. Ada beberapa terelakkan.
alasan mengapa beberapa ilmuwan psikologi
tersebut terdorong untuk menulis buku sejarah Buku ini terdiri dari 11 Bab, dimana pada dua bab
psikologi dalam bahasa Indonesia, meskipun telah pertama penulis menjelaskan tentang awal
banyak buku-buku terjemahan berbahasa kelahiran gagasan-gagasan yang mendasari
Indonesia. Alasan-alasan tersebut antara lain perspektif teori psikologi. Bab pertama
adalah, buku-buku sejarah psikologi yang ada memaparkan tentang perjalanan gagasan-gagasan
masih kurang mengelaborasi perkembangan tentang alam dan manusia pada masa kuno, dari
psikologi pada abad pertengahan, khususnya zaman Yunani hingga agama-agama samawi.
perkembangan psikologi di dunia Islam. Alasan Cukup menarik bahwa, meskipun pemikiran
lainnya adalah masih kurangnya buku sejarah kontemplatif Oriental dan Timur (terutama India
psikologi yang menjelaskan perkembangan dan Tiongkok) sempat disinggung pada bagian
pemikiran psikologi yang paling mutakhir. Selain pendahuluan (hal xiii), namun tidak ditemukan
itu, hampir tidak ada buku sejarah psikologi yang paparannya secara rinci dalam bahasan mengenai
memaparkan tentang perspektif ke-Indonesiaan. lsafat tentang alam dan manusia di bab ini.
Pada waktu yang hanya berselang setahun, dua
buku yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan Selanjutnya, pada bab dua, penulis menjelaskan
diatas diterbitkan oleh dua ilmuwan psikologi tentang berbagai gagasan dan penelitian awal
Indonesia, yakni “Sejarah Psikologi: Dari klasik dalam berbagai sub-disiplin ilmu yang menjadi
hingga modern” (Rahman, 2017) dan “Sejarah cikal bakal lahirnya bidang ilmu psikologi. Pada
Psikologi: Perkembangan Perspektif Teoretis” bab tiga hingga sepuluh, dengan diawali paparan
(Irwanto & Gunawan, 2018). tentang kelahiran psikologi sebagai ilmu, penulis
memaparkan berbagai perspektif teoretik utama
Buku “Sejarah Psikologi: Perkembangan Perspektif dalam psikologi. Paparan diawali dengan
Teoretis” karya Prof. Irwanto dan Felicia Gunawan perspektif strukturalisme hingga Behaviorisme
(2018) ini adalah salah satu buku yang pada bab tiga, kemudian dilanjutkan sampai
dimaksudkan untuk menjawab kebutuhan perspektif Psikobiologi dan Psikologi Evolusioner
sebagaimana dijelaskan diatas. Buku ini hendak pada bab sepuluh. Hal yang menarik adalah
menyajikan suatu pemaparan yang tidak hanya adanya paparan tentang Psikologi Positif pada bab
bercerita tentang tokoh-tokoh utama dalam tujuh, sebagai perkembangan gagasan dari lsafat
psikologi, namun lebih jauh memaparkan eksistensialisme dan Psikologi Humanistik,
pemikiran-pemikiran mereka dan pertautan meskipun masih terbatas pada gagasan yang
berbagai pemikiran tersebut menjadi suatu dikemukakan oleh Martin Seligman.

57 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU SEJARAH PSIKOLOGI: PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TEORETIS

Pada bab terakhir, dipaparkan perspektif teori Indonesia. Melalui pendekatan sejarah pemikiran
yang muncul dalam perkembangan gagasan ini, maka sejarah psikologi di Indonesia bisa
tentang manusia dan perilakunya dalam konteks ditarik lebih jauh ke belakang hingga ke masa
Indonesia. Pada awal bagian ini dikemukakan kolonial.
beberapa sudut pandang lsafat timur yang
sayangnya juga tidak dieksplorasi secara Metode yang digunakan dalam penulisan sejarah
mendalam, terutama dalam kaitannya dengan cara pada buku ini, sebagaimana diklaim oleh
pandang masyarakat yang disebut sebagai 'timur' penulisnya, adalah metode sejarah pemikiran
(Timur Tengah, India, Tiongkok) terhadap (history of ideas). Melalui penggunaan metode ini
manusia dan dunianya. Cara pandang tersebut penulis berupaya memaparkan bagaimana gagasan
tentu memiliki perbedaan dengan cara pandang tentang manusia dan perilakunya diungkapkan,
psikologi barat, sebagaimana dicontohkan oleh dipertahankan dan diubah dari waktu ke waktu.
penulis pada pengalaman Danziger di Jogja. Penulis berusaha untuk memaparkan–meminjam
Terkait hal ini, ada sedikit catatan kaki yang agak istilah Danziger (2013)–'sejarah dalam psikologi'
mengganggu terkait dengan masa tugas Kurt (historiography in psychology). Penulisan sejarah
Danziger pada halaman 331 yang tertulis bahwa ia dengan pendekatan ini akan menghasilkan
ditugaskan di Indonesia pada tahun 1954. rangkaian historiogra dari beragam topik yang
Berdasarkan biogra Danziger yang dimuat pada luas dalam psikologi, yang membangun atau
halaman belakang buku pidato pengukuhannya dianggap membangun psikologi modern. Untuk
sebagai guru besar Ilmu Djiwa Sosial pada itu, gagasan-gagasan psikologi yang ditelaah
Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada bersumber dari dan berjalan seiring dengan
(Danziger, 1960), tertulis bahwa ia ditugaskan ke pertumbuhan ilmu pengetahuan modern yang
Indonesia pada permulaan tahun 1958. Pada berakar pada jaman Yunani kuno, meskipun
bulan Oktober 1959 ia meninggalkan Indonesia dalam evolusinya lebih lanjut, diakui adanya
dan kembali ke Afrika Selatan. pengaruh dari pemikiran Timur. Pada titik inilah
kemudian, terjadi persinggungan akar loso s
Pada bagian selanjutnya dari bab sebelas, antara barat dan timur yang memungkinkan
dikemukakan hasil penelitian Pols (2015) tentang terciptanya gagasan psikologi yang lebih
pemikiran psikologis yang muncul di kalangan komprehensif. Meskipun, sayang sekali penulis
para psikiater Belanda terhadap masyarakat buku ini tidak secara spesi k menarik
jajahan dalam konteks kolonialisme. Selanjutnya persinggungan ini kedalam suatu perspektif teori
pada akhir bab dipaparkan pemikiran Ki Ageng yang lebih bernuansa budaya atau yang mengarah
Suryomentaram tentang ilmu bahagia (kawruh pada psikologi transpersonal.
begja) yang dikembangkan pada masa kolonial dan
bertahan serta dikembangkan lebih lanjut hingga Selain itu, dalam penulisan buku ini, para
saat ini. Kedua paparan tersebut dengan penulisnya berharap dapat memunculkan nuansa
sendirinya mengisi ruang dalam historiogra kontekstual yang bersifat sosial dan budaya dalam
psikologi Indonesia, tentang pemikiran-pemikiran memahami gagasan-gagasan tentang manusia dan
psikologis pada masa kolonial. Sejarah Psikologi di perilakunya. Hal ini diharapkan dapat membuka
Indonesia sebagai disiplin ilmu dimulai pada peluang bagi pengkajian tentang manusia dan
tahun 1953 dengan berdirinya Lembaga perilaku yang terjadi di Indonesia, dimana selama
Pendidikan Asisten Psikologi di Universitas ini, orientasi kesejarahan psikologi lebih mengacu

58 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU SEJARAH PSIKOLOGI: PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TEORETIS

pada teks barat (hal ix-x). Untuk itu pendekatan yang akan memudahkan pembaca dalam
penulisan yang digunakan tidak dimaksudkan menelusuri setiap perspektif teoretik yang
untuk begitu saja menonjolkan sejarah pemikiran dipaparkan.
orang per orang, melainkan dengan melihat juga
zeitgeist atau “the spirit of the time” nya. Pilihan Kelebihan lainnya adalah, sebagaimana telah
ini sebenarnya mere eksikan perdebatan klasik dipaparkan di muka, buku ini berupaya mengisi
yang selalu ramai dalam penulisan sejarah ilmu, ruang kosong dalam historiogra psikologi
yakni antara internalisme dan eksternalisme. Indonesia. Hal ini terutama menyangkut
Hessenbruch (2013) menjelaskan, Internalisme pemikiran-pemikiran psikologis pada masa
dalam historiogra ilmu pengetahuan mengklaim kolonial dan pemikiran-pemikiran psikologis yang
bahwa ilmu benar-benar terpisah dari pengaruh bersifat indigenous. Melalui pendekatan sejarah
sosial, dan ilmu alam yang murni bisa saja ada di pemikiran yang digunakan, penulis berupaya
masyarakat manapun dan kapanpun yang untuk menarik sejarah psikologi Indonesia lebih
memiliki kapasitas intelektual. Sebaliknya, jauh ke belakang hingga ke masa sebelum
Eksternalisme dalam historiogra ilmu kelahiran psikologi sebagai disiplin ilmu di
memandang bahwa sejarah ilmu berkaitan dengan Indonesia. Ini tentu diharapkan dapat
konteks sosialnya, dimana iklim sosial-politik dan memberikan inspirasi sekaligus tantangan bagi
ekonomi di sekitarnya menentukan kemajuan para ilmuwan psikologi yang berminat dalam
ilmiah. Pendekatan penyelidikan dengan menelaah kajian sejarah, untuk turut ambil bagian dalam
zeitgeist sebenarnya bisa juga dipadukan dengan mengisi ruang-ruang kosong yang dimaksudkan.
metode penyelidikan lainnya, sehingga tidak harus Inspirasi dan tantangan untuk mengembangkan
memposisikan diri secara dikotomis. Hergenhahn kajian sejarah pemikiran psikologi di Indonesia
dan Henley (2014) misalnya, yang merupakan inilah justru yang menjadi kontribusi utama buku
acuan utama dalam penulisan buku ini, ini.
memposisikan diri secara eklektif dengan
menggabungkan antar pendekatan dalam Selain kelebihan-kelebihan diatas, terdapat pula
penulisan sejarah, yakni zeitgeist, tokoh utama beberapa kekurangan yang dapat dijadikan sebagai
(great person) dan perkembangan sejarah (historical umpan balik dalam penyempurnaan buku ini.
development). Pertama adalah kekurangan terkait substansi,
yakni buku ini dalam pembabakan aliran atau
Kelebihan buku ini adalah bahasanya yang ringan perspektif teorinya masih mengikuti pembabakan
dan mudah dipahami. Penjelasan-penjelasannya pada buku yang menjadi acuan pokok, terutama
disertai dengan contoh-contoh dalam kehidupan Hergenhehn dan Henley (2014). Meskipun
sehari-hari yang kadang juga dikaitkan dengan dengan jumlah pemaparan yang lebih sedikit
bidang profesi psikologi. Sebagaimana karena pemangkasan pada berbagai pemikiran
dikemukakan oleh para penulisnya, buku ini tokoh dan disisakan pada beberapa tokoh yang
memang 'ditulis untuk tujuan yang sangat praktis, dianggap penting oleh penulis. Hal ini
yaitu membantu mahasiswa mempelajari psikologi menyebabkan perkembangan perspektif teori yang
dalam konteks sejarah keilmuan dan perspektif diangkat dalam buku ini masih kurang
para pemikirnya' (hal x). Sebagai buku pegangan mengelaborasi perkembangan pemikiran psikologi
untuk mahasiswa, buku ini dilengkapi dengan yang paling mutakhir. Meskipun telah sedikit
tabel Alur Sejarah Pemikiran dalam lampiran, memaparkan pemikiran Seligman yang mewakili

59 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU SEJARAH PSIKOLOGI: PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TEORETIS

pendekatan Psikologi Positif, namun belum Berdasarkan penjelasan diatas, dan sebagaimana
menyentuh perspektif teoretik yang ada dalam telah dijelaskan mengenai kontribusi utama buku
pendekatan Psikologi Transpersonal. ini, kehadiran buku ini dapat meretas jalan
terhadap kajian sejarah Psikologi di Indonesia.
Inspirasi yang dibangun dengan upaya penulisan
Kekurangan lainnya adalah adanya kegamangan
buku ini semoga dapat melahirkan the Dabblers
metodologis dalam menggunakan metode sejarah. dan the Retread, yakni mereka yang berminat dan
Kegamangan ini nampak dari penggunaan metode antusias dalam mengeksplorasi aneka perspektif
sejarah pemikiran (history of ideas) yang lazim teoretik yang pernah ada dalam sejarah Psikologi
berada pada tradisi historiogra internalisme, Indonesia. Harapan lebih jauh adalah, semoga
namun berupaya menghadirkan konteks sosial kehadiran buku ini menginspirasi terciptanya
budaya dari pemikiran tersebut, sehingga menjadi komunitas Sejarah Psikologi di Indonesia yang
mungkin akan bermuara pada terbentuknya
lebih mirip dengan sejarah intelektual (intellectual
program peminatan Sejarah Psikologi di level
history) yang lazim berada pada tradisi historiogra Magister atau Doktoral, sehingga dapat
eksternalisme. Hal ini tentu saja dapat dimaklumi, menghasilkan the Straight-liner di masa depan.
karena latar belakang penulis adalah para ilmuwan Semoga.
psikologi dan bukan sejarawan. Ini justru
menunjukkan adanya perkembangan yang cukup Referensi
baik bahwa sebagian Ilmuwan Psikologi
mengalami transformasi menjadi apa yang disebut Baldwin, J.M. 2007. History of psychology: A sketch
oleh Desbury (2003) sebagai the Dabbler. and an interpretation (terjemahan Abdul
Qodir Shaleh). Yogyakarta: Primasophie
Desbury, sebagaimana dikutip oleh Vaughn-
Blount dkk (2009) mengemukakan adanya 3 Boeree, CG. (2005). Sejarah psikologi: Dari masa
pro l, yang mencirikan keterlibatan Ilmuwan kelahiran sampai masa modern (terjemahan
Psikologi dalam kajian sejarah, yang pertama Abdul Qodir Shaleh). Yogyakarta:
adalah yang disebut dengan the Dabbler, yaitu Prismasophie
mereka yang merupakan ahli psikologi di bidang
lain (non-sejarah), namun memiliki minat dalam Brennan, J.F. (2006). Sejarah dan sistem psikologi
sejarah psikologi, sebagai tambahan dari bidang (terjemahan Nurmala Sari Fajar). Jakarta:
psikologi yang mereka tekuni. Kedua adalah the PT. Rajagra ndo Persada
Retread, yakni mereka yang semula merupakan the
Dabbler, namun passion-nya terhadap sejarah Danziger, K. (1960). Psychologi dan masjarakat.
semakin meningkat. Mereka mulai mempelajari Jogjakarta: Penerbitan Universitas.
metode sejarah dan menjadi lebih terlibat dalam
dunia profesi sejarawan psikologi, lalu Danziger, K. (2013). Psychology and its history.
menyisihkan bidang minat sebelumnya utk eory & Psychology, 23(6) 829–839.
berfokus secara khusus pada kajian sejarah
psikologi. Ketiga adalah the Straight-liner, yakni Hergenhahn, B.R., & Henley, T. (2014). An
mereka yang memang merupakan lulusan introduction to the history of psychology, (7th
program studi sejarah psikologi. Mereka memiliki ed.). Belmont, CA: Wadsworth Press
minat sejak awal dalam sejarah psikologi lalu
mengambil kuliah pada jurusan tersebut.

60 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019


|PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

RESENSI BUKU SEJARAH PSIKOLOGI: PERKEMBANGAN PERSPEKTIF TEORETIS

Hessenbruch, A. (ed.). (2013). Reader's guide to the Said, M. (1965). Psikologi dari zaman ke zaman.
history of science: "Internalism versus Jakarta: Penerbit Dian Rakjat
Externalism. Routledge
Sarwono, SW. (1980). Berkenalan dengan tokoh-
Irwanto & Gunawan, F.Y. (2018). Sejarah tokoh dan aliran-aliran psikologi. Jakarta:
psikologi: perkembangan perspektif teoretis. Bulan Bintang.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Schultz, DP. & Schultz, SE. (2014). Sejarah
Klemm, O. (2017). A history of psychology: Sejarah psikologi modern: A history of modern
psikologi. Yogyakarta: IndoLiterasi psychology (terjemahan Lita Hardian).
Bandung: Nusa Media.
LCT. Bigot, Ph. Kohnstamm & B.G. Palland.
(1984). Sejarah ilmu jiwa (saduran F.S. Soerjabrata, S. (1969). Ichtisar sedjarah ilmu djiwa.
Juntak). Yogyakarta: Penerbit Jemmars. Yogyakarta: UP. Sumbangsih.

Pols, H. (2007). Psychological knowledge in a Vaughn-Blount, K., Rutherford, A., Baker, D., &
colonial context: theories on the nature of the Johnson, D. (2009). History's mysteries,
“native mind” in the former dutch east indies. demysti ed: Becoming a psychologist-
History of psychology, 10(2), 111–131. historian. American Journal of Psychology,
122(1). 117-129.
Rahman, AA. (2017). Sejarah psikologi: Dari klasik
hingga modern. Depok: PT. Rajagra ndo Walujo, S. (1958). Sedjarah ilmu djiwa dan ilmu
Persada. watak. Yogjakarta: UP. Spring

Sahertian, PA. (1983). Aliran-aliran modern dalam


ilmu jiwa. Surabaya: Usaha Nasional.

61 |PSIKOLOGI INDONESIA VOL.1 NO.1, JULI 2019

Anda mungkin juga menyukai