447/PP-HIMPSI/V/19
I. LATAR BELAKANG
Ada sebuah pertanyaan besar sehubungan dengan siapa yang sebenarnya membaca
manuskrip jurnal ilmiah dan seberapa besar dampaknya pada masyarakat. Meho (2007)
menyebutkan bahwa separuh dari artikel yang pernah terbit di jurnal bereputasi tidak
pernah dibaca oleh siapapun kecuali oleh penulisnya sendiri, mitra bestari, dan editor.
Lattier (2016) menyajikan data bahwa hanya 18 persen artikel yang ada dalam ilmu
humaniora yang pernah dikutip oleh peneliti lain, bahkan hanya 20 persen dari artikel
yang pernah dikutip tersebut yang benar-benar dibaca. Angka ini cukup mengejutkan
karena tidak hanya mayoritas artikel yang pernah terbit hanya tertumpuk sia-sia dalam
database pengindeks jurnal, namun bahkan si pengutip artikel pun abai dalam membaca
keseluruhan artikel yang dikutipnya. Sikap skeptis atas keterbacaan jurnal ini juga
diamini oleh Profesor Emeritus dari Universitas Missouri, Arthur Jago (2018), yang
menyatakan bahwa problem rendahnya keterbacaaan artikel ilmiah ini juga dikarenakan
ruang lingkup pembaca yang terbatas pada jurnal-jurnal ilmiah. Baik Lattier maupun
Jago mengacu pada penelitian Simkin dan Roychowdhury (2002) yang membuktikan
persentase 20 persen tersebut dengan metode yang didasari oleh stochastic modelling.
Ironi atas ketidakterbacaan artikel-artikel dalam jurnal ilmiah ini juga sempat diangkat
pada harian The Straits Times oleh Biswas dan Kircher (2015) dengan tajuk yang sarkas
“Prof, no one is reading you.”
Problem keterbacaan artikel yang rendah tersebut masih ditambah lagi dengan
bahasa akademik yang digunakan yang cenderung sulit dipahami (Ball, 2017). Plaven-
Sigray dkk (2017) menganalisis lebih dari 700.000 abstrak dari 123 jurnal dan hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat penurunan keterbacaan dari masa ke masa dikarenakan
penulis yang lebih senang menggunakan jargon-jargon ilmiah dengan kompleksitasnya
yang hanya dipahami kalangannya saja.
Hal ini tentunya memprihatinkan dikarenakan proses publikasi satu manuskrip
dalam jurnal bereputasi membutuhkan usaha yang besar melalui penelitian yang ketat
dan tidak jarang diselesaikan dalam periode waktu yang panjang. Perdebatan dan
kebaruan ilmu yang topiknya berkutat dengan hajat hidup orang banyak justru seringkali
hanya dapat dikonsumsi terbatas pada lingkup akademik yang memahaminya saja. Ada
harapan besar bahwa penelitian dan perkembangan keilmuan yang terbaru seharusnya
dapat dikonsumsi secara lebih luas dengan menggunakan bahasa yang lebih renyah,
sehingga memberikan dampak yang nyata pada peneliti riset tindakan dan praktisi yang
menjadi agen perubahan di dalam masyarakat.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa ada pola pikir yang mesti berubah terkait
penyebaran ilmu pengetahuan. Dampak besar ilmu pengetahuan bukanlah sekedar
ketika ia dapat dimuat di jurnal terindeks bereputasi, namun ketika hasil pengetahuan
tersebut dapat menjangkau agen-agen perubahan dan dinikmati masyarakat secara
langsung. Biswas dan Kircher (2015) menyarankan bahwa para ilmuwan seharusnya
mempertimbangkan menulis artikel populer agar hasil penelitiannya berdampak luas.
Tulisan populer yang bersumber dari penelitian ilmiah diharapkan dapat menjangkau
pembaca yang lebih luas sehingga pada akhirnya berimplikasi pada praktisi dalam
bertindak dan pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan terkait orang-orang
dalam komunitasnya.
Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) memiliki anggota lebih dari 15.000 orang
yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Latar belakang profesi anggota HIMPSI juga
beraneka ragam mulai dari akademisi, peneliti riset tindakan, guru, terapis dan
sebagainya. Keanekaragaman profesi dan persebaran anggota ini membuat PP HIMPSI
melihat pentingnya melahirkan sebuah media populer yang terbit secara berkala yang
dapat dijadikan sarana pertukaran informasi dan komunikasi terkait perkembangan ilmu
beserta dinamikanya pada semua komunitas psikologi di Tanah Air. Informasi keilmuan
yang dapat dibaca oleh semua komunitas psikologi yang majemuk ini diharapkan dapat
berdampak langsung dimana setiap anggota yang berlatar berlakang keilmuan psikologi
dapat menjadi agen-agen perubahan dalam lingkungan masyarakatnya dengan
menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Atas hal
tersebut diatas pengurus pusat HIMPSI menginisiasi lahirnya buletin “Psikologi
Indonesia”.
II. DESKRIPSI UMUM BULETIN
III. TUJUAN
Tujuan dari penerbitan Psikologi Indonesia ini adalah :
1. Mempopulerkan hasil riset psikologi yang dilakukan oleh ilmuwan psikologi
Indonesia yang terpublikasi di jurnal bereputasi pada anggota Himpunan Psikologi
Indonesia secara umum
2. Memberikan wawasan ilmiah atas isu-isu psikologi terkini di Indonesia
3. Mempopulerkan pemikiran tokoh-tokoh psikologi Indonesia yang telah memberikan
sumbangsih dalam memperkuat pondasi keilmuan dan praktik psikologi di tanah air
4. Mensosialisasikan kredibilitas Program Studi yang menyelenggarakan pendidikan
psikologi di Indonesia
VI. IKLAN
Penawaran iklan kolom atau display yang ditawarkan akan dapat menampilkan
warna karena Psikologi Indonesia akan terbit dalam bentuk online. Harga yang
ditetapkan berdasarkan ukuran kolom. Proporsi keseluruhan jumlah halaman iklan
dengan halaman artikel adalah 1 banding 4, dimana 1 halaman iklan adalah untuk 4
halaman artikel. Kolom atau halaman iklan bisa di halaman tengah, di belakang, atau di
sisa halaman. Berikut adalah penawaran harga iklan berdasarkan ukuran kolom: