TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGETAHUAN
1. Pengertian pengetahuan
mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara
subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini
subjek tidak melebur menjadi subjek. Pengetahuan pada hakekatnya yang dituntut
atau yang ingin dicapai tujuannya adalah mencapai kebenaran. Dengan mengetahui
yang benar kita dapat mengetahui yang salah tanpa terlebih dahulu mengetahui yang
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan
mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan:
2. Merasa tertarik, terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap mulai
timbul.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
pengetahuan.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
1. Berdasarkan fakta
Fakta atau data yang diperoleh melalui penggunaan metode ilmiah tidak
hanya apa adanya. Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab
4. Menggunakan hipotesis
pikiran kearah tujuan yang ingin dicapai. Dengan hipotesis peneliti akan dipandu
a. Pendidikan
orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat
b. Pekerjaan
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
c. Umur
Menurut Elisabeth Bh yang dikutip dalam Nursalam (2008), usia adalah umur
B. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat dilihat langsung, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
dari sikap. karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang
yaitu:
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi
berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu
positif dan negatif. Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan
dihadapi.
4. Kategori Sikap
Gynecologist and Obstetritian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainnya. Pada
tahun 1980 pada pertemuan dewan di Kobe, ICM menyempurnakan defenisi tersebut
wanita telah mengikuti program pendidikan kebidanan dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Dan Menurut IBI : Bidan adalah seorang wanita yang telah
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus
ujian sesuai pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat
(registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik (Estiwidani, dkk, 2008).
sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan
bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi
persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, akses untuk perawatan
tidak hanya untuk wanita tapi juga keluarga dan masyarakat. Tugas ini meliputi
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua dan dapat meluas hingga
Sebagai pelaksana , bidan memiliki tiga kategori tugas , yaitu tugas mandiri,
D. RETENSIO PLASENTA
1. Defenisi
jam setelah bayi lahir (Prawirohardjo, 2005). Plasenta dianggap mengalami “retensi”
bila belum dilahirkan batas waktu tertentu setelah bayi dilahirkan dalam 30 menit
(Chapman, 2006).
Secara fungsional dapat terjadi karena his kurang kuat (penyebab terpenting),
dan plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi disudut tuba), bentuknya
b) plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Apabila plasenta belum
lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian, terjadi
b) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
perkreta).
c) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar,
disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah
penanganan kala III, sehingga terjadi lingkaran konstriksi pada bagian bawah
(Tiarahma,2011).
pusat
seluruhnya
3. Anatomi Plasenta
cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali-pusat
plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang
amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta
sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang
berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries yang
berada di desidua basalis. Pada sistole darah disemprotkan dengan tekanan 70-80
mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic
plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili
desidua. Plasenta berfungsi: sebagai alat yang memberi makanan pada janin,
4. Gejala klinis
menentukan sikap pada saat bidan akan mengambil keputusan untuk melakukan
manual plasenta, karena retensio plasenta bisa disebabkan oleh beberapa hal antara
lain :
a) Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
dinding uterus.
sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area
plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding
uterus dan tidak dapat berkontraksi pada area pemisahan bekuan darah retro plasenta
terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahan kontraksi uterus berikutnya
akan melepaskan keseluruhan plasenta dari uterus dan mendorongnya keluar vagina
(Rukiyah. 2010.hlm. 297). Menurut Rohani ,dkk (2011), ada dua metode untuk
1. Metode schultze
Metode yang lebih umum terjadi, plasenta terlepas dari satu titik dan merosot
ke vagina melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul
pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti dibelakang seperti payung
terbalik saat terkelupas dari dinding uterus . permukaan maternal plasenta tidak
terlihat dan bekuan darah dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot
uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan
kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karena ada serat otot
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas
lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta
tidak berada dalam kantong. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian selaput
ketuban yang tertinggal lebih besar karena selaput ketuban tersebut tidak terkelupas
semua selengkap metode schultze. Metode yang berkaitan dengan plasenta letak
rendah di dalam uterus. Proses pelepasan berlangsung lebih lama dan darah hilang
sangat banyak (karena hanya ada sedikit serat oblik di bagian bawah segmen).
1. Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada /di atas simfisis, tali pusat
ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum lepas, tetap bila diam
2. Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti
plasenta belum lepas , tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
3. Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti
plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas.
Namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada
dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500 cc atau
fundus
6. Diagnosis
b. Perdarahan pascapersalinan
b) Amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta, apabila perdarahan yang
c) Bila plasenta tidak lahir dalam 15 menit setelah bayi lahir, ulangi
penatalaksanaan aktif Kala III selama 15 menit atau lebih, jika plasenta masih
belum lahir lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya.
d) Bila plasenta belum lahir juga, maka plasenta harus dilahirkan secara manual.
1. Separasi Parsial
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk meneran. Bila ekspulsi tidak
kavum uteri.
plasenta secara hati-hati dan halus (melahirkan plasenta yang melekat erat
peroral).
h. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi , dan syok
neurogenik).
2. Plasenta Inkarserata
pemeriksaaan.
anastesi tesebut.
d. Bila prosedur anastesi tidak tersedia, tetapi serviks dapat dilalui oleh
3. Plasenta Akreta
fundus/korpus apabila tali pusat ditarik. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi
plasenta karena implantasi yang dalam. upaya yang dpat dilakuakn pada fasilitas
pelayanan dasar adalah menentukan diagnosis, stabilisasi pasien, dan rujuk ke rumah
1. Pasang set dan cairan infuse, jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan,
lanjutkan anastesia verbal atau analgesia per rectal, siapkan dan jalankan
keadaan kosong , jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah
untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk
obstetric menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari merapat ke jari
belakang, tali pusat tetap disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan
5. Bila di korpus depan maka pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara placenta dan dinding uterus dimana
6. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
(cranial ibu) hingga semua perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus.
7. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi untuk
8. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis (tahan segmen bawah
darah).
dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan clorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir.
11. Lakukan pemantauan pasca tindakan : periksa kembali tanda vital ibu, catat
kondisi ibu dan buat laporan tindakan, tuliskan rencan pengobatan, tindakan
12. Beritahu pada ibu dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai tetapi ibu
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum pindah ke ruang gawat
gabung.
persiapan donor darah yang tersedia dari warga setempat yang telah di pilih dan
manual untuk kasus risiko rendah rujuk kasus berat dan berikan uterotonika
antibiotika.
a) Jika plasenta terlihat dalam vagina , mintalah ibu untuk mengejan, jika anda
kandung kemih.
c) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit I.M. jika belum
h) Jika terdapat tanda-tanda infeksi ( demam, secret vagina yang berbau) berikan
i) sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal, akan
j) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual
k) keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
Segera setelah bayi lahir, cek bayi kedua. Setelah dipastikan tidak ada bayi
kedua, suntikkan oksitosin 10 IU secara Intra Muskular di 1/3 paha atas lateral.
Lakukan Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT). 15 menit setelah bayi lahir,
plasenta belum lahir juga, suntikkan kembali oksitosin dosis kedua 10 IU secara I.M
di 1/3 paha atas lateral sebelah lainnya. Kembali lakukan PTT ulang ketika ada his.
15 menit plasenta belum lahir juga, periksa perdarahan. Jika terdapat perdarahan
aktif diagnosa kasus tersebut adalah retensio plasenta. Jika tidak terdapat perdarahan
supp untuk meredakan nyeri. Gunakan sarung tangan ginekologi (sarung tangan
panjang). Regangkan tali pusat dengan tangan kiri, tangan kanan meyusuri tali pusat
minta asisten untuk memegang tali pusat, dan tangan kiri penolong berada di fundus.
Tangan kanan terus menyusuri tali pusat hingga bertemu dengan pangkal tali
pusat (insersi tali pusat). Buka tangan seperti orang bersalaman dengan ibu jari
menempel jari telunjuk. Carilah bagian plasenta yang sudah terlepas. Lepaskan
plasenta dengan cara menyisir mulai dari bagian plasenta yang terlepas dengan sisi
ulna (sisi kelingking). Setelah semua plasenta terlepas, bawa plasenta sedikit
plasenta sudah terlepas semua. Jika teraba licin, berarti plasenta sudah terlepas
semua.
Keluarkan plasenta dengan tangan kanan. Tangan kiri pindah diatas supra
simpisis untuk menahan agar tidak terjadi inversio uteri. Setelah plasenta keluar dari
uterus, tangan kiri mendorong uterus di atas simpisis kearah dorso kranial untuk
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah dengan promosi untuk
kesehatan yang terlatih. Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak
persalinan plasenta. Massase yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi
A. Peran Bidan
mengalami retensio plasenta maka bidan perlu merujuk ibu ke tim obstetric.
• Bila tidak ada bantuan medis dan dalam keadaan gawat, pengangkatan
Bila kehilangan darah ibu normal/ minimal maka bidan dapat mencoba sebagai
berikut:
• Menyusui bayi. Ini akan merangsang oksitosin alami, yang bisa membantu
uterus berkontraksi.
• Penarikan tali pusat terkontrol. Bila oksitoksin telah diberikan, bidan harus
• Posisi maternal. Bantulah ibu untuk tetap tegak, seperti jongkok / berlutut
bantuan pada kala ni, bila kandung kemih dapat teraba, diskusikan kepada
• Apakah anemis
• Memberikan transfuse
narkosa.