Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
GEMELLI
Oleh
Ibnu Sina
NIM 1810029062
Pembimbing
dr. Prima Deri Pella T., Sp. OG (K)
0
Laporan Kasus
GEMELLI
Ibnu Sina
NIM 1810029062
Menyetujui,
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kasus tentang “Gemelli”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. dr. I. G. A. A. Sri M. Montessori, Sp. OG selaku Kepala SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, M. Kes., Sp. OG selaku Kepala Laboratorium
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
5. dr. Prima Deri Pella T., Sp. OG (K) selaku Dosen Pembimbing Klinik dan
pembimbing laporan kasus.
6. Seluruh dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda selaku dosen pembimbing dan pengajar selama di stase
Obstetri dan Ginekologi.
7. Rekan sejawat dokter muda stase Obstetri dan Ginekologi.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
laporan kasus ini. Namun, penulis berharap semoga penulisan laporan kasus ini
dapat bermanfaat sebagai proses pembelajaran pada bidang obstetri dan
ginekologi.
Samarinda,10 Agustus 2019
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang perbandingan antara teori dengan kasus yang nyata
pada pasien dengan gemelli.
4
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui teori tentang gemelli mencakup: definisi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan
prognosis.
2) Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus gemelli yang terjadi di
RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.
1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang Gemelli.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada 22 Juli 2019 pukul 15.00
WITA di Ruang VK Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
2.1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 34 tahun
Alamat : Perumahan Sambutan Idaman Permai
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : S1
Suku : Jawa
Agama : Islam
Masuk Rumah Sakit : 22 Juli 2019 pukul 15.00 WITA
Identitas Suami
Nama : Tn. YS
Usia : 39 tahun
Alamat : Perumahan Sambutan Idaman Permai
Pekerjaan : Polisi
Pendidikan Terakhir : SMA
Suku : Jawa
Agama : Islam
2.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 22 Juli 2019 pukul
15.00 WITA di ruang Mawar VK Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
6
2.2.1. Keluhan utama : Perut terasa kencang-kencang
7
2.2.6. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah 1 kali dengan lama pernikahan 15 tahun dan menikah pada usia
19 tahun.
8
Temperatur : 36,2º C pada pengukuran suhu axilla
Toraks
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi (-).
Palpasi : Fremitus raba simetris dextra dan sinistra, nyeri tekan (-),
pembesaran kelenjar getah bening(-/-).
Perkusi : Sonor di semua lapangan paru.
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-). Bunyijantung
Suara 1 dan suara 2 jantung tunggal reguler, gallop (-), murmur (-).
Abdomen
Lihat status obstetri
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), edema (-/-), CRT < detik, sianosis (-/-), clubbing finger
(-), refleks fisiologis (+/+),refleks patologis (-/-).
Palpasi
Tinggi Fundus Uteri : 41 cm TBJ : 2,247 gram
Leopold I : Janin I : Teraba lunak, kesan bokong.
Janin II : Teraba lunak, kesan bokong.
Leopold II: Janin I :Teraba punggung di sebelah kiri ibu
Janin II: Teraba punggung di sebelah kanan ibu
Leopold III: Janin I : Presentasi kepala
9
Janin II : Presentasi kepala
Leopold IV: konvergen, belum masuk PAP
Vaginal toucher :
Vulva/vagina : Dalam batas normal, kondiloma (-), massa(-)
Pembukaan : (-)
Portio : Tebal dan lunak
ketuban : Sulit dievaluasi
Bagian terdepan : Kepala
Penurunan : stage 5/5
Pelepasan : bloodslyme (-).
DJJ : Janin I : 139 x/menit; Janin II : 140 x/menit
HIS : 1x dalam 10 menit, selama 10-20 detik
10
Pemeriksaan Urin Lengkap
2.5. Diagnosis
G5P4A0 Gravida 37-38 Minggu dengan Gemelli + Hipertensi gestasional
2.6. Penatalaksanaan
11
Nama Anestesi : dr., Sp. AN (Emergency)
Jenis Anestesi :
Spinal Anastesi
12
- Lemak menggunakan cat gut plain No. 2.0
- Subkutis menggunakan cat gut plain No. 3.5
11.Permukaaan abdomen dibersihkan dengan Nacl 0,9 %
12. Menutup luka dengan kassa steril dan diplester menggunakan leukomed
13
Follow Up
14
perdarahan
- Istirahat
baring
15
Konjungtiva anemis (-/-)
Mamme : Puting menonjol , ASI keluar
Perdarahan : flek-flek pada perban
Abdomen : nyeri (+) Bising usus (+)
Buang air kecil : perkateter (750 cc sejak
malam tadi pukul 20.00 WITA)
Buang air besar : sudah 1 kali
Obat pulang :
16.00 WITA Keadaan umum : Baik
Cefadroxil tabler 3x500 mg
Mawar Nifas Kesadaran : Komposmentis GCS:E4V5M6
Asam mafenamat 3x500
Tanda Vital : mg
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kehamilan kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.1
Sebagian besar kehamilan kembar ialah kembar dua atau gemelli. Selain itu,
sesuai dengan banyaknya jumlah janin, dinamakan triplet, kuadruplet, quintuplet,
sextuplet, dan septuplet.2
3.2 Epidemiologi
Secara keseluruhan, angka kejadian kehamilan kembar semakin
meningkat. Saat ini 3% dari kehamilan adalah kehamilan kembar dan sebagian
besarnya merupakan gemelli.2 Angka kejadian kembar monozigot di seluruh dunia
relatif konstan yaitu 4 dari 1000 kehamilan. Kehamilan kembar dizigot
berhubungan dengan ovulasi multipel dan angka kejadiannya bervariasi sesuai ras
dan dipengaruhi oleh usia ibu dan paritasnya. Angka kembar dizigot tertinggi
terdapat di negara-negara Afrika yaitu 10-40 per 1000 kehamilan, diikuti oleh
Kaukasia sebesar 7-10 per 1000 kehamilan, dan terendah Asia sebanyak 3 per
1000 kehamilan.3
1. Ras
Ras Afrika-Amerika memiliki kecenderungan untuk kehamilan kembar
paling besar dibandingkan ras lain. Myrianthopoulus (1970) mendapatkan
bahwa pada wanita kulit putih terdapat 1 kehamilan kembar dari 100
kehamilan, dan 1 banding 80 pada wanita kulit hitam. Kehamilan kembar
di Asia lebih sedikit. Di Jepang angka kejadian hanya 1 dari 155
kehamilan.4
2. Usia
Kejadian kehamilan kembar mulai dari 0 pada pubertas di mana aktivitas
ovarium minimal, dan mencapai puncaknya pada usia 37 tahun. Dari
penelitian-penelitian di simpulkan bahwa wanita berusia lebih dari 30
17
tahun mempunyai kesempatan lebih besar mendapatkan hasil konsepsi
ganda. Setelah usia 40 tahun frekuensi kehamilan kembar menurun
kembali.1,2
3. Paritas
Wanita yang telah hamil satu kali atau lebih sebelumnya, terutama
kehamilan kembar meningkatkan risiko hamil kembar.
4. Hereditas
Riwayat kehamilan kembar pada keluarga meningkatkan kemungkinan
untuk kehamilan kembar. Sebagai faktor penentu kehamilan kembar,
genotip ibu jauh lebih penting daripada ayah dan pada umumnya terbatas
pada kehamilan dizigotik.
5. Faktor-faktor lain
Induksi ovulasi dengan menggunakan preparat gonadotropin (FSH +
chorionic gonadotropin) atau klomifen, akan meningkatkan secara nyata
kemungkinan ovulasi ovum yang jumlahnya lebih dari satu, yang jika
dibuahi akan menghasilkan janin kembar. Obat klomid dan hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan ovulasi dilaporkan
menyebabkan kehamilan dizigotik.
18
3.5 Diagnosis
Gejala dan tanda
Laboratorium
Nilai hematokrit dan hemoglobin dan jumlah sel darah merah menurun,
berhubungan dengan peningkatan volume darah. Anemia mikrositik hipokrom
seringkali muncul pada kehamilan kembar. Kebutuhan fetus terhadap besi (Fe)
melebihi kemampuan maternal untuk mensuplai Fe didapatkan pada trimester
kedua.
19
Ultrasonografi
Diagnosis pasti
3.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi, baik terhadap ibu maupun janin, pada
keadaan janin kembar multipel diantaranya: 1,2
Ibu
Anemia
Preeklampsia-eklampsia
Partus prematurus
Atonia uteri
Perdarahan pasca persalinan
Anak
Abortus
Malformasi kongenital
Bayi Berat Lahir Rendah
20
Twin-to-twin Transfusion Syndrome (TTTS)
Vanishing Twin Syndrom
Kembar siam
3.7 Tatalaksana
Diet
Hipertensi maternal
21
2. Pencegahan persalinan prematur
a) Tirah baring
Tirah baring merupakan tindakan yang menguntungkan bagi janin kembar,
mungkin hal ini terjadi melalui peningkatan perfusi darah serta penurunan
gaya kekuatan fisik yang dapat bekerja merugikan pada serviks. 4
b) Terapi tokolisis
Dapat diberikan untuk mengurangi atau menghilangkan kontraksi. Obat-
obatan yang diharapkan mempu mencapai efek tokolisis adalah
betamimetik, magnesium sulfat, calcium chanel blocker, dan
indomethacin. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tidak satupun
dari obat tersebut, selain indomethacin yang dapat memperlambat
kelahiran prematur pada kehamilan tunggal lebih dari 48 jam. Sedangkan
indomethacin dapat mencegah persalinan prematur pada kehamilan
tunggal hingga 7 hari.
Saat ini magnesium sulfat merupakan lini pertama dari agen tokolisis yang
digunakan di pusat-pusat perinatal karena tidak mempunyai efek toksisitas
seperti agen betamimetik. Begitu juga dengan calcium channel blockers,
pada suatu penelitian, nifedipin dapat mencegah kontraksi miometrium.
Namun begitu sama dengan magnesium sulfat, dan betamimetik, agen
agen tersebut hanya dapat mencegah kelahiran prematur dalam 48 jam.
c) Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan untuk meningkatkan maturitas paru. Walaupun
pemberian kortikosteroid jarang dipelajari pada kehamilan kembar
daripada kehamilan tunggal, tidak ada alasan biologik yang menyebutkan
bahwa obat tersebut tidak berguna bagi bayi kembar.
d) Cerclage
22
Tidak terdapat penurunan yang berarti pada persalinan prematur maupun
kematian perinatal yang terlihat dari tindakan profilaksis cervical
cerclage.4
Penanganan Persalinan
Persiapan perawatan bayi prematur dan keadaan kemungkinan perdarahan
postpartum harus tersedia dalam pertolongan persalinan kembar. Kala I
diperlakukan seperti biasa bila janin letak memanjang. Episiotomi mediolateral
dilakukan untuk mengurangi trauma kepala pada janin prematur. Setelah janin
pertama lahir, presentasi janin kedua, dan taksiran berat janin harus segera
ditentukan dengan pemeriksaan bimanual. Biasanya dalam 10 sampai 15 menit
his akan kuat lagi, bila his tidak timbul dalam 10 menit diberikan 10 unit oksitosin
yang diencerkan dalam infus untuk menstimulasi aktifitas miometrium. Apabila
janin kedua letak memanjang, tindakan selanjutnya adalah melakukan pecah
ketuban dengan mengalirkan ketuban secara perlahan-lahan. Penderita dianjurkan
mengejan atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus agar bagian bawah janin
masuk dalam panggul, dan pimpinan persalinan kedua seperti biasa.1
Apabila janin kedua letak lintang dengan denyut jantung janin dalam
keadaan baik, tindakan versi luar intrapartum merupakan pilihan. Setelah bagian
presentasi terfiksasi pada pintu atas panggul, selaput ketuban dipecah selanjutnya
dipimpinseperti biasanya.
Bila janin kedua letak lintang atau terjadi prolap tali pusat dan
terjadi solusio plasenta tindakan obsterik harus segera dilakukan, yaitu dengan
dilakukan versi ekstraksi pada letak lintang dan ekstraksi vakum atau forseps
padaletak kepala.1
Seksio sesarea dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolap
tali pusat,plasenta previa pada kehamilan kembar. Sebaiknya pada pertolongan
persalinan kembar dipasang infus
profilaksis untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan post
23
partumnya. Pada kala empat diberikan sintikan 10 unit sintosinon ditambah 0,2
mg methergin intravena.1
Bayi II
• Segera setelah kelahiran bayi I
1. Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya
2. Bila letak lintang lakukan versi luar
3. Periksa DJJ
4. Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban
pecah
atau intak, presentasi bayi.
24
• Bila presentasi verteks
1. Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual
2. Ketuban dipecah
3. Periksa DJJ
4. Bila tak timbul konteraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat
sampai
his adekuat
5. Bila 30 menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang
ada
(vakum, forceps, seksio)
• Bila presentasi bokong
1. Lakukan persalinan pervaginan bila pembukaan lengkap dan bayi tersebut
tidak
lebih besar dari bayi I
2. Bila tak ada konteraksi sampai 10 menit, tetesan oksidosin dipercepat
sampai his
adekuat
3. Pecahkan ketuban
4. Periksa DJJ
5. Bila gawat, janin lakukan ekstraksi
6. Bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam lakukan seksio
secarea.
• Bila letak lintang
1. Bila ketuban intak, lakukan versi luar
2. Bila gagal lakukan seksio secarea
• Pasca persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 liter cairan 60 tetes/menit
atau berikan ergometrin 0,2 mg IM 1 menit sesudah kelahiran anak yang terakhir
dan lakukan manajemen aktif kala II. Untuk mengurangi perdarahan pasca
persalinan.
25
Presentasi dan posisi
Jika presentasi janin adalah kepala-kepala dan tidak ada komplikasi, dapat
dilakukan partus pervaginam. Jika presentasi janin kepala-bokong, janin pertama
dapat partus pervaginam dan pada janin kedua dapat dilakukan versi luar sehingga
presentasinya menjadi kepala kemudian dilakukan partus pervaginam atau
dilakukan persalinan sungsang. Jika pada presentasi janin pertama bukan kepala,
kedua janin dilahirkan per abdominam.9
Induksi persalinan
Proses persalinan
Setelah bayi I lahir, segera dilakukan pemeriksaan luar dan vaginal untuk
mengetahui letak dan keadaan janin II. Bila janin dalam letak memanjang, selaput
ketuban dipecahkan dan air ketuban dialirkan perlahan-lahan untuk
menghindarkan prolaps funikuli. Ibu dianjurkan meneran atau dilakukan tekanan
terkendali pada fundus uteri, agar bagian bawah janin masuk dalam panggul.
Janin II turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena
jalan lahir telah dilalui bayi I. 1,4
Bila janin II dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi
prolaps funikuli, solusio plasenta, atau persalinan spontan tidak terjadi dalam 15
menit, maka janin perlu dilahirkan dengan tindakan obstetrik karena risiko akan
meningkat dengan meningkatnya waktu. Dalam hal letak lintang dicoba untuk
mengadakan versi luar dan bila tidak berhasil, maka segera dilakukan versi-
26
ekstraksi tanpa narkosis. Pada janin dalam letak memanjang dapat dilakukan
ekstraksi cunam pada letak kepala dan ekstraksi kaki pada letak sungsang.
1,4
Seksio sesaria pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin I dalam
letak lintang, prolaps funikuli, dan plasenta previa.
Masuknya dua bagian besar II janin dalam panggul sangat luas. Kesulitan
ini dapat diatasi dengan mendorong kepala atau bokong yang belum masuk benar
dalam rongga panggul ke atas untuk memungkinkan janin yang lain lahir lebih
dulu.1
Kesulitan lain yang mungkin terjadi ialah interlocking, dalam hal ini janin
I dalam letak sungsang dan janin II dalam presentasi kepala. Setelah bokong lahir,
dagu janin I tersangkut pada leher dan dagu janin II. Bila keadaan ini tidak dapat
dilepaskan, dilakukanlah dekapitasi atau seksio sesaria menurut keadaan janin.1
Segera setelah bayi II lahir, ibu disuntik oksitosin 10 IU, dan tinggi fundus
uteri diawasi. Bila tampak tanda-tanda plasenta lepas, maka plasenta dilahirkan
dan diberi 0,2 mg methergin i.v. Kala IV diawasi secara cermat dan cukup lama,
agar perdarahan post partum dapat diketahui dini dan penanggulangannya
dilakukan segera.1
Interval kelahiran
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Teori Kasus
-Pengobatan infertilitas
-Sakit perut
-Perdarahan/perdarahan bercak/lendir
bercampur darah
28
4.3.Tatalaksana
Teori Kasus
29
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2 Saran
Saran kepada tenaga kesehatan yang membaca laporan kasus ini agar
mempelajari mengenai kehamilan gemelli ini lebih dalam lagi sehingga jika
terdapat kasus tersebut kita tau kapan harus bertindak dan kapan harus merujuk.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
10
. Garg, R. & Giuntoli, R. L. 2007. Gestational Trophoblastic Diseases. In:
Fortner, K. B., Szymanski, L. M., Fox, H. E. & Wallach, E. E. (eds.) The
Johns Hopkins Manual of Gynaecology & Obstetrics. Baltimore,Maryl&:
Lippincot Williams&Wilkins.
11
. Tricia, M. & O'Quinn, A. 2003. Gestational Trophoblastic Diseases. In: AH, D.
& L, N. (eds.) Current Obstetric & Gynaecology Diagnosis & Treatment.
Los Angles: McGraw-Hill Companies.
12
. Cunningham, F. G., Leveno, K. J. & Bloom, S. L. 2009. Anatomi Ibu.
In.Yoavita, Salim, N. & Setia, R. (eds.) Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
13
. Stenchever MA, Droegenmueller W, Arthur H, Mishell DR, Herbst AL,
editors. Comprehensive gynecology. 4nd ed. New York: Lippincott
Williams & Wilkins Publishers; 2002. p. 1046-61..
32