PENDAHULUAN
1
sekresi asam lambung dan pepsinogen, sama halnya dengan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol dan pemakaian NSAID yang berlebihan
(Sanusi, 2011).
Secara umum pasien tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah
suatu sindrom klinik beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati setelah makan, dan cepat
merasakan kenyang (Sanusi, 2011). Pasien tukak peptik menunjukkan ciri-ciri keluhan
seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman pada perut dan disertai muntah. Rasa sakit
tukak peptik timbul setelah makan, rasa sakit terdapat di sebelah kiri, sedangkan tukak
duodenum rasa sakit terdapat di sebelah kanan garis perut. Rasa sakit bermula pada satu
titik, kemudian bisa menjalar ke daerah punggung. Hal ini menandakan bahwa penyakit
tersebut sudah semakin parah atau mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak ke
organ pankreas. Meskipun demikian, rasa sakit saja tidak cukup untuk menegakkan
diagnosis tukak peptik, karena dispepsia juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama,
juga tidak dapat ditentukan dengan lokasi rasa sakit di sebelah kiri atau kanan garis
perut. Sedangkan tukak yang disebabkan oleh NSAID dan tukak pada usia lanjut
biasanya tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya yang
berupa perdarahan dan perforasi (Tarigan, 2006).
PPI yang merupakan kepanjangan dari Proton Pump Inhibitors (Penghambat
Pompa Proton) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada berbagai macam obat yang
dipakai untuk mengobati pasien dengan masalah terkait asam lambung seperti
Gastroesophageal Reflux Disease, tukak lambung dan gastritis. Dalam kasus tukak
rutin yang disebabkan oleh bakteri helicobacter Pylori, PPI digunakan bersama dengan
resep antibiotik. PPI telah dikenal berguna untuk mengurangi sekresi asam lambung
yang memainkan peran kunci daam pencernaan protein, dengan mengaktifkan enzim
pencernaan, dan membuat protein yang dicerna terurai sehingga enzim pencernaan
dapat memecah rantai panjang asam amino.
Berbeda dengan antagonis H2 penghambat pompa proton menghambatsekresi baik pada saat
berpuasa maupun sekresi yang dipicu oleh makanan karena obat-obat ini menyekat jalur final
bersama untuk sekresi asam, yakni pompa proton. Pada dosis standar, penghambat pompa
proton menghambat 90-98% sekresi asam dalam 24 jam.
Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia untuk digunakan dalam klinis:
omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, dan esomeprazol. Semuanya
2
merupakan benzimidasol tersubstitusi yang strukturnya menyerupai antagonis H2 tetapi
memiliki mekanisme kerja yang amat berbeda (Katzung,2012).
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai obat Proton Pump Inhibitor khususnya Lansoprazol.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Lansoprazole
Lansoprazol berupa tablet salut enterik untuk melindunginya dari aktivasi prematur oleh asam
lambung. Setelah diabsorbsi dalam duodenum, obat ini akan dibawa ke kanalikulus dari sel perital
asam dan akan diubah menjadi dalam bentuk aktif. Metabolit obat ini diekskresikan dalam urin dan
feses (Mycek, 2001). lansprazol 2x40 mg atau 1x60 mg (Finkel, 2009). Sebaiknya diminum sebelum
makan. Minum obat 30-60 menit sebelum makan, sebaiknya pagi hari (Anonim, 2012., Oktora, 2011).
Efek lansoprazol biasanya dapat diterima baik oleh tubuh. Namun dalam penggunaan jangka panjang,
obat tersebut dapat meningkatkan insidensi tumor karsinoid lambung yang kemungkinan berhubungan
dengan efek hiperklorhidria yang berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder (Mycek, 2001).
4
Farmakokinetik Lansoprazole
Penghambat pompa proton sebaiknya diberikan dalam sediaan salut enterik untuk
mencegah degradasi zat aktif tersebut dalam suasana asam. Sediaan ini tidak mengalami
aktivasi di lambung sehingga bioavailabilitas lebih baik. Tablet yang pecah di lambung
mengalami aktivasi lalu terikat dengan gugus sulfhidril mukus dan makanan.
Bioavailabilitasnya akan menurun sampai dengan 50% karena pegaruh makanan. Oleh sebab
itu sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan.
Obat ini mempunyai masalah dalam bioavailabilitasnya, formulasi berbeda
memperlihatkan presentasi jumlah absopsi yang bervariasi luasnya. Bioavailabilitas tablet
yang bukan salut enterik meningkat dalam 5-7 hari, ini dapat dijelaskan dengan berkurangnya
produksi asam lambung setelah obat bekerja. Obat ini dimetabolisme di hati oleh sitokrom
P450.
Farmakodinamik Lansoprazole
Penghambat pompa proton adalah suatu prodrug yang membutuhkan suasana asam
untuk aktivasinya. Setelah diabsorpsi dan masuk ke sirkulasi sistemik obat ini akan berdifusi
ke sel parietal lambung, terkumpul dikanalikuli sekretoar dan mengalami aktivasi disitu
menjadi sulfonamid tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan gugus sulfhidril enzim K+
H+ ATPase dan berada dimembran apikal sel parietal. Ikatan ini menyebabkan terjadinya
penghambatan enzim tersebut. Produksi asam lambung terhenti 80% s/d 95% setelah
penghambatan pompa proton tersebut.
Penghambatan berlangsung lama antara 24-48 jam dan dapat menurunkan sekresi
asam lambung basal atau akibat stimulasi, lepas dari jenis perangsangnya histamin,
5
asetilkolin atau gastrin. Hambatan ini bersifat irreversibel, produksi asam baru dapat kembali
terjadi setelah 3-4 hari pengobatan dihentikan,
Efek samping
Interaksi Obat
Pemberian bersama dengan obat kontrasepsi oral dan preparat seperti Fenitoin,
Teofilin, atau Warfarin dan Antasida dan Sucralfat akan mengurangi bioavailabilitas
Lansoprazole, oleh karena itu jangan diberikan kurang dari satu jam setelah minum
6
Lansoprazole. Tidak ada efek klinik yang signifikan terapi lansoprazole dengan NSAIDs atau
diazepam.
Dosis
Pasien Pediatrik
GERD
Oral : anak usia 1 – 11 tahun : dengan berat badan ≤ 30 kg, 15 mg sekali sehari sampai 12
minggu.
Anak dengan berat badan > 30 kg, 30 mg sehari sampai 2 minggu. Dosis telah ditingkatkan
sampai 30 mg dua kali sehari setelah ≥ 2 minggu pada pasien dengan sisa gejala.
Oral : anak usia 1 sampai 11 tahun, dengan berat badan ≤ 30 kg, 15 mg sekali sehari sampai
12 minggu. Berat badan > 30 kg, 30 mg dosis sekali sehari sampai 12 minggu.
Dosis telah ditingkatkan sampai 30 mg dua kali sehari setelah ≥ 2 minggu pada pasien
dengan sisa gejala.
Pasien Dewasa
Gastroesofageal Reflux
Kronis, terapi selama hidup dengan proton pump inhibitor adalah tepat untuk banyak pasien
GERD.
GERD
7
Oral, 15 mg sekali sehari sampai 8 minggu.
Oral, 30 mg sekali sehari sampai 8 minggu. Mungkin berikan tambahan 8 minggu terapi
(sampai 16 minggu untuk pengobatan tunggal) jika belum sembuh. Jika sakit berulang,
pertimbangkan tambahan 8 minggu terapi.
IV, 30 mg sekali sehari sampai 7 hari. Hentikan penggunaan IV segera ketika pasien dapat
menggunakan lansoprazole oral.
Ulkus Duodenum
Oral, terapi tiga obat : 30 mg tiap 12 jam untuk 10 atau 14 hari tambahan dengan amoxicillin
dan clarithromycin.
Dual terapi : 30 mg tiap 8 jam untuk 14 hari pada tambahan dengan amoxicillin.
Oral, 15 mg sehari. Keamanan dan efikasi pengobatan melebihi 1 tahun belum ditetapkan.
8
Ulkus lambung yang diinduksi NSAID
pengobatan
Mengurangi Resiko
Oral, 15 mg sekali sehari, sampai 12 minggu.
Oral, 60 mg sekali sehari pada awal terapi. Mengatur dosis sesuai respond dan toleransi
pasien. Lanjutkan terapi selama yang dibutuhkan. Mungkin membutuhkan dosis sampai 90
mg dua kali sehari. Penggunaan dosis sehari lebih dari 120 mg, diberikan dalam dosis terbagi.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tukak peptik adalah penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas
yg disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung. PPI
yang merupakan kepanjangan dari Proton Pump Inhibitors (Penghambat Pompa Proton)
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada berbagai macam obat yang dipakai
untuk mengobati pasien dengan masalah terkait asam lambung seperti
Gastroesophageal Reflux Disease, tukak lambung dan gastritis.
Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia untuk digunakan dalam klinis:
omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, dan esomeprazol. Semuanya
merupakan benzimidasol tersubstitusi yang strukturnya menyerupai antagonis H2 tetapi
memiliki mekanisme kerja yang amat berbeda.
Dosis Lansoprazole untuk orang dewasa yang menderita ulkus peptikum adalah
30 mg di pagi hari selama 4 minggu. Sedangkan pada anak-anak, dosis Lansoprazole
adalah 15mg di pagi hari.
10
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi sepuluh. Salemba Medika. Jakarta. 2011.
Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FKUI.2007.
Bennet. P. N, Brown M J. Clinical Pharmacology Tenth Edition. Churchill Livingstone. London.
2008.
Avunduk C, 2008. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy. 4th Ed. USA: Lippincott
Williams and Wilkins. p59-60.
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M., Syam, A.F., (eds).
Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. , Alwi, I., Simadibrata, M.,
Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Ilmu Dalam Edisi V Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya
Medika;200:407-415.
Oktora, Monika. 2011. Apa Semua Obat Maag Perlu Dikunyah?. [online] Diambil dari
http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/03/10/apa-semua-obatmaag-perlu-dikunyah/ diakses
pada 22 Maret 2019.
Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X., Harrey R.A., Champe P.C., 2009, Lippincott’s Illustrated
Review Pharmacology 4thEd, Pliladelphia: Williams & Wilkins (329-335, 502-509).
11