Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tukak peptik adalah penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas
yg disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung
(Avunduk, 2008). Tukak peptik merupakan keadaan terputusnya kontinuitas mukosa
yang meluas di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga
lapisan otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan
lambung asam atau pepsin (Sanusi, 2011). Sel parietal mengeluarkan asam lambung
HCl, sel peptik atau zimogen mengeluarkan pepsinogen yang oleh HCl dirubah menjadi
pepsin dimana HCl dan pepsin adalah faktor agresif terutama pepsin dengan pH < 4
(sangat agresif terhadap mukosa lambung). Bahan iritan dapat menimbulkan defek
barier mukosa dan terjadi difusi balik ion H+ . Histamin terangsang untuk lebih banyak
mengeluarkan asam lambung, kemudian menimbulkan dilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik,
dan tukak peptik (Tarigan, 2006).
Helicobacter pylori dapat bertahan dalam suasana asam di lambung, kemudian
terjadi penetrasi terhadap mukosa lambung, dan pada akhirnya H. pylori berkolonisasi
di lambung. Kemudian kuman tersebut berpoliferasi dan dapat mengabaikan sistem
mekanisme pertahanan tubuh. Pada keadaan tersebut beberapa faktor dari H. pylori
memainkan peranan penting diantaranya urase memecah urea menjadi amoniak yang
bersifat basa lemah yang melindungi kuman tersebut terhadap asam HCl (Rani & Fauzi,
2006).
Obat NSAID yang dapat menyebabkan tukak antara lain: indometasin,
piroksikam, ibuprofen, naproksen, sulindak, ketoprofen, ketorolac, flurbiprofen dan
aspirin (Berardi & Welage, 2008). Obat-obat tersebut menyebabkan kerusakan mukosa
secara lokal dengan mekanisme difusi non ionik pada sel mukosa (pH cairan lambung
<< pKa NSAID). Stres yang amat berat dapat menyebabkan terjadinya tukak, seperti
pasca bedah dan luka bakar luas, hal ini terjadi karena adanya gangguan aliran darah
mukosa yang berkaitan dengan peningkatan kadar kortisol plasma. Stres emosional
yang berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol yang kemudian diikuti peningkatan

1
sekresi asam lambung dan pepsinogen, sama halnya dengan gaya hidup yang tidak
sehat, seperti merokok, konsumsi alkohol dan pemakaian NSAID yang berlebihan
(Sanusi, 2011).
Secara umum pasien tukak peptik biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia adalah
suatu sindrom klinik beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung,
nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati setelah makan, dan cepat
merasakan kenyang (Sanusi, 2011). Pasien tukak peptik menunjukkan ciri-ciri keluhan
seperti nyeri ulu hati, rasa tidak nyaman pada perut dan disertai muntah. Rasa sakit
tukak peptik timbul setelah makan, rasa sakit terdapat di sebelah kiri, sedangkan tukak
duodenum rasa sakit terdapat di sebelah kanan garis perut. Rasa sakit bermula pada satu
titik, kemudian bisa menjalar ke daerah punggung. Hal ini menandakan bahwa penyakit
tersebut sudah semakin parah atau mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak ke
organ pankreas. Meskipun demikian, rasa sakit saja tidak cukup untuk menegakkan
diagnosis tukak peptik, karena dispepsia juga bisa menimbulkan rasa sakit yang sama,
juga tidak dapat ditentukan dengan lokasi rasa sakit di sebelah kiri atau kanan garis
perut. Sedangkan tukak yang disebabkan oleh NSAID dan tukak pada usia lanjut
biasanya tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui komplikasinya yang
berupa perdarahan dan perforasi (Tarigan, 2006).
PPI yang merupakan kepanjangan dari Proton Pump Inhibitors (Penghambat
Pompa Proton) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada berbagai macam obat yang
dipakai untuk mengobati pasien dengan masalah terkait asam lambung seperti
Gastroesophageal Reflux Disease, tukak lambung dan gastritis. Dalam kasus tukak
rutin yang disebabkan oleh bakteri helicobacter Pylori, PPI digunakan bersama dengan
resep antibiotik. PPI telah dikenal berguna untuk mengurangi sekresi asam lambung
yang memainkan peran kunci daam pencernaan protein, dengan mengaktifkan enzim
pencernaan, dan membuat protein yang dicerna terurai sehingga enzim pencernaan
dapat memecah rantai panjang asam amino.
Berbeda dengan antagonis H2 penghambat pompa proton menghambatsekresi baik pada saat
berpuasa maupun sekresi yang dipicu oleh makanan karena obat-obat ini menyekat jalur final
bersama untuk sekresi asam, yakni pompa proton. Pada dosis standar, penghambat pompa
proton menghambat 90-98% sekresi asam dalam 24 jam.
Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia untuk digunakan dalam klinis:
omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, dan esomeprazol. Semuanya

2
merupakan benzimidasol tersubstitusi yang strukturnya menyerupai antagonis H2 tetapi
memiliki mekanisme kerja yang amat berbeda (Katzung,2012).

1.2 Tujuan
Tujuan umum dari penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan mengenai obat Proton Pump Inhibitor khususnya Lansoprazol.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Lansoprazole

Lansoprazole adalah penghambat sekresi asam lambung yang secara spesifik


menghambat H+/K+-ATPase (pompa proton) dari sel parietal mukosa lambung pada pH < 4.
Lansoprazole secara cepat diabsorpsi, kadar serum maksimum dicapai 1,7 jam setelah
pemberian obat. Bioavailabilitas lansoprazole 80-90% pada dosis awal, sehingga efektifitas
penghambatan sekresi asam lambung cepat dicapai.
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H +ATPase (pompa proton) yang
akan memecah K+H +ATP menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan asam HCl dari
kanalikuli sel parietal ke dalam lumen lambung. PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel
kanalikuli, menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangi aktifitas faktor agresif
pepsin dengan pH >4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh regimen triple drugs (Finkel, 2009).
Pada dosis standar baik lansoprazol menghambat sekresi asam lambung basal dan sekresi karena
rangsangan lebih dari 90%. Penekanan asam dimulai 1−2 jam setelah dosis pertama 24 lansoprazol .
Penelitian klinis sampai saat ini menunjukkan bahwa lansoprazol lebih efektif untuk jangka pendek
dibandingkan dengan antagonis H2. Lansoprazol digunakan dengan berhasil bersama obat-obat anti
mikroba untuk mengeradikasi kuman H. pylori (Mycek, 2009).

Lansoprazol berupa tablet salut enterik untuk melindunginya dari aktivasi prematur oleh asam
lambung. Setelah diabsorbsi dalam duodenum, obat ini akan dibawa ke kanalikulus dari sel perital
asam dan akan diubah menjadi dalam bentuk aktif. Metabolit obat ini diekskresikan dalam urin dan
feses (Mycek, 2001). lansprazol 2x40 mg atau 1x60 mg (Finkel, 2009). Sebaiknya diminum sebelum
makan. Minum obat 30-60 menit sebelum makan, sebaiknya pagi hari (Anonim, 2012., Oktora, 2011).
Efek lansoprazol biasanya dapat diterima baik oleh tubuh. Namun dalam penggunaan jangka panjang,
obat tersebut dapat meningkatkan insidensi tumor karsinoid lambung yang kemungkinan berhubungan
dengan efek hiperklorhidria yang berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder (Mycek, 2001).

4
Farmakokinetik Lansoprazole
Penghambat pompa proton sebaiknya diberikan dalam sediaan salut enterik untuk
mencegah degradasi zat aktif tersebut dalam suasana asam. Sediaan ini tidak mengalami
aktivasi di lambung sehingga bioavailabilitas lebih baik. Tablet yang pecah di lambung
mengalami aktivasi lalu terikat dengan gugus sulfhidril mukus dan makanan.
Bioavailabilitasnya akan menurun sampai dengan 50% karena pegaruh makanan. Oleh sebab
itu sebaiknya diberikan 30 menit sebelum makan.
Obat ini mempunyai masalah dalam bioavailabilitasnya, formulasi berbeda
memperlihatkan presentasi jumlah absopsi yang bervariasi luasnya. Bioavailabilitas tablet
yang bukan salut enterik meningkat dalam 5-7 hari, ini dapat dijelaskan dengan berkurangnya
produksi asam lambung setelah obat bekerja. Obat ini dimetabolisme di hati oleh sitokrom
P450.

Farmakodinamik Lansoprazole

Penghambat pompa proton adalah suatu prodrug yang membutuhkan suasana asam
untuk aktivasinya. Setelah diabsorpsi dan masuk ke sirkulasi sistemik obat ini akan berdifusi
ke sel parietal lambung, terkumpul dikanalikuli sekretoar dan mengalami aktivasi disitu
menjadi sulfonamid tetrasiklik. Bentuk aktif ini berikatan dengan gugus sulfhidril enzim K+
H+ ATPase dan berada dimembran apikal sel parietal. Ikatan ini menyebabkan terjadinya
penghambatan enzim tersebut. Produksi asam lambung terhenti 80% s/d 95% setelah
penghambatan pompa proton tersebut.

Penghambatan berlangsung lama antara 24-48 jam dan dapat menurunkan sekresi
asam lambung basal atau akibat stimulasi, lepas dari jenis perangsangnya histamin,

5
asetilkolin atau gastrin. Hambatan ini bersifat irreversibel, produksi asam baru dapat kembali
terjadi setelah 3-4 hari pengobatan dihentikan,

Efek samping

Lansoprazole pada umumnya dapat ditoleransi dengan baik.


Pada dosis besar dan penggunaan yang lama kemungkinan dapat menstimulasi pertumbuhan
sel ECL (enterochromaffin-likecells). Pada penggunaan jangka panjang perlu diperhatikan
adanya pertumbuhan bakteri yang berlebihan di sel cerna
Selama penelitian klinis dilaporkan kadang-kadang terjadi efek samping seperti : sakit kepala,
diare, nyeri abdomen, dispepsi, mual, muntah, mulut kering, sembelit, kembung, pusing,
lelah, ruam kulit, urtikaria, dan pruritus.
Terjadi kenaikan nilai-nilai fungsi hati dilaporkan pernah terjadi, hal tersebut bersifat
sementara dan akan normal kembali, hubungannya dengan terapi lansoprazole belum
diketahui.
Dilaporkan pernah terjadi arthalgia, edema perifer, depresi, dan perubahan hematologik
(trombositopenia, eosinofilia, lekopenia), walaupun jarang.

Interaksi Obat

Lansoprazole dimetabolisme di hati dan merupakan penginduksi lemah dari sitokrom


P-450. Interaksi dengan obat-obat lain yang dimetabolisme di hati kemungkinan dapat
terjadi.

Lansoprazole dapat memperpanjang eliminasi obat-obat yang dimetabolisme melalui


sitokrom P450 di dalam hati yaitu Diazepam, Warfarin dan Fenitoin. Pemantauan penderita
yang juga mendapat pengobatan Warfarin dan Fenitoin sangat dianjurkan, mungkin perlu
menurunkan dosis Warfarin atau Fenitoin.

Pemberian bersama dengan obat kontrasepsi oral dan preparat seperti Fenitoin,
Teofilin, atau Warfarin dan Antasida dan Sucralfat akan mengurangi bioavailabilitas
Lansoprazole, oleh karena itu jangan diberikan kurang dari satu jam setelah minum

6
Lansoprazole. Tidak ada efek klinik yang signifikan terapi lansoprazole dengan NSAIDs atau
diazepam.

Lansoprazole mengganggu penyerapan obat-obat yang absorbsinya dipengaruhi pH


lambung seperti ketokonazole, ampicillin dan zat besi.

Dosis

Pasien Pediatrik

Gastro esophageal Reflux

GERD

Oral : anak usia 1 – 11 tahun : dengan berat badan ≤ 30 kg, 15 mg sekali sehari sampai 12
minggu.

Anak dengan berat badan > 30 kg, 30 mg sehari sampai 2 minggu. Dosis telah ditingkatkan
sampai 30 mg dua kali sehari setelah ≥ 2 minggu pada pasien dengan sisa gejala.

Anak usia 12 – 17 tahun : 15 mg sehari untuk sampai 8 minggu.

Pengobatan Erosif Esofagitis

Oral : anak usia 1 sampai 11 tahun, dengan berat badan ≤ 30 kg, 15 mg sekali sehari sampai
12 minggu. Berat badan > 30 kg, 30 mg dosis sekali sehari sampai 12 minggu.

Dosis telah ditingkatkan sampai 30 mg dua kali sehari setelah ≥ 2 minggu pada pasien
dengan sisa gejala.

Anak usia 12 – 17 tahun : 30 mg sehari sampai 8 minggu.

Pasien Dewasa

Gastroesofageal Reflux

Kronis, terapi selama hidup dengan proton pump inhibitor adalah tepat untuk banyak pasien
GERD.

GERD

7
Oral, 15 mg sekali sehari sampai 8 minggu.

Pengobatan Erosif Esofagitis

Oral, 30 mg sekali sehari sampai 8 minggu. Mungkin berikan tambahan 8 minggu terapi
(sampai 16 minggu untuk pengobatan tunggal) jika belum sembuh. Jika sakit berulang,
pertimbangkan tambahan 8 minggu terapi.

IV, 30 mg sekali sehari sampai 7 hari. Hentikan penggunaan IV segera ketika pasien dapat
menggunakan lansoprazole oral.

Menjaga Pengobatan Erosif Esopagitis

Oral, 15 mg sekali sehari. Belum dipelajari pengobatan melebihi 1 tahun.

Pengobatan Sendiri Untuk penyakit Heartburn Berulang


Oral, 15 mg sekali sehari di pagi hari selama 14 hari. Jangan melampaui dosis dan durasi
yang telah ditetapkan melebihi 4 bulan. Mungkin menurunkan gejala dalam 24 jam, tetapi 1 –
4 hari terapi mungkin dibutuhkan untuk mengurangi gejala secara sempurna.

Ulkus Duodenum

Pengobatan ulkus duodenum

Oral, 15 mg sekali sehari untuk 4 minggu.

Pengobatan Infeksi Hellicobacter Pylori Dan Ulkus Duodenum

Oral, terapi tiga obat : 30 mg tiap 12 jam untuk 10 atau 14 hari tambahan dengan amoxicillin
dan clarithromycin.

Dual terapi : 30 mg tiap 8 jam untuk 14 hari pada tambahan dengan amoxicillin.

Menjaga Pengobatan Ulkus Duodenum

Oral, 15 mg sehari. Keamanan dan efikasi pengobatan melebihi 1 tahun belum ditetapkan.

Ulkus Lambung (gastric ulcer)

Ulkus lambung ganas (benign)

Oral, 30 mg sehari sekali sampai 8 minggu.

8
Ulkus lambung yang diinduksi NSAID

pengobatan

oral, 30 mg sekali sehari sampai 8 minggu.

Mengurangi Resiko
Oral, 15 mg sekali sehari, sampai 12 minggu.

Kondisi Patologi Hipersekresi GI (Gastrointestinal)

(contohnya : Zollinger-Ellison Syndrome).

Oral, 60 mg sekali sehari pada awal terapi. Mengatur dosis sesuai respond dan toleransi
pasien. Lanjutkan terapi selama yang dibutuhkan. Mungkin membutuhkan dosis sampai 90
mg dua kali sehari. Penggunaan dosis sehari lebih dari 120 mg, diberikan dalam dosis terbagi.

Pasien dengan Zolinger Ellison syndrome perlu diterapi sampai 4 tahun.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tukak peptik adalah penyakit akibat gangguan pada saluran gastrointestinal atas
yg disebabkan sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung. PPI
yang merupakan kepanjangan dari Proton Pump Inhibitors (Penghambat Pompa Proton)
adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada berbagai macam obat yang dipakai
untuk mengobati pasien dengan masalah terkait asam lambung seperti
Gastroesophageal Reflux Disease, tukak lambung dan gastritis.

Terdapat lima penghambat pompa proton yang tersedia untuk digunakan dalam klinis:
omeprazol, lansoprazol, rabeprazol, pantoprazol, dan esomeprazol. Semuanya
merupakan benzimidasol tersubstitusi yang strukturnya menyerupai antagonis H2 tetapi
memiliki mekanisme kerja yang amat berbeda.

Lansoprazole bekerja dengan cara menghambat enzim K+ H+ ATPase yang akan


memecah K+H+ ATP, menghasilkan energi yang digunakan untuk mengeluarkan HCl
dari kanakuli sel parietal ke dalam lumen lambung. Lansoprazole tersedia dalam bentuk
tablet dan kapsul dengan keamanan (B).

Dosis Lansoprazole untuk orang dewasa yang menderita ulkus peptikum adalah
30 mg di pagi hari selama 4 minggu. Sedangkan pada anak-anak, dosis Lansoprazole
adalah 15mg di pagi hari.

10
DAFTAR PUSTAKA

Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi sepuluh. Salemba Medika. Jakarta. 2011.
Gunawan, gan sulistia. Farmakologi dan terapi edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FKUI.2007.
Bennet. P. N, Brown M J. Clinical Pharmacology Tenth Edition. Churchill Livingstone. London.
2008.

Avunduk C, 2008. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and Therapy. 4th Ed. USA: Lippincott
Williams and Wilkins. p59-60.
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz., Simadibrata, M., Syam, A.F., (eds).
Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B. , Alwi, I., Simadibrata, M.,
Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Ilmu Dalam Edisi V Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam.
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya
Medika;200:407-415.
Oktora, Monika. 2011. Apa Semua Obat Maag Perlu Dikunyah?. [online] Diambil dari
http://apotekerbercerita.wordpress.com/2011/03/10/apa-semua-obatmaag-perlu-dikunyah/ diakses
pada 22 Maret 2019.
Finkel R., Clark M.A., Cubeddu L.X., Harrey R.A., Champe P.C., 2009, Lippincott’s Illustrated
Review Pharmacology 4thEd, Pliladelphia: Williams & Wilkins (329-335, 502-509).

11

Anda mungkin juga menyukai