Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
Ibnu Sina NIM.1810029062
Dzulfikar Jundurrahman NIM.1810029065
Vierga Nanda Wiqa NIM. 1810029046
Putri Amboro Wati NIM. 1810029063
Elvira Rosalina NIM. 1810029066
Febry Yusmitha Amier NIM.1810029026
Dita Ambarsari NIM.1810029021
Pembimbing:
Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp. OG
Penulis
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang
inkompeten.Serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan sehingga selaput
ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor
presentasidan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata
jika janin tidak dalam presentasi kepala (Maryunani,2013).
4
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang ketuban pecah dini, serta perbandingan antara teori
dengan kasus.
1.3. Manfaat
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya mengenai ketuban pecah dini.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu, 20 Juli 2019
pukul 05.20 WITA di ruang IGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. NF
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Rental
Alamat : Jl. Pahlawan Gg. 2 No. 21 RT.27
Masuk Rumah Sakit : Sabtu 20 Juli 2019, pukul 05.20 WITA
Keluhan Utama
Keluar cairan dari vagina.
6
Riwayat Haid
Menarche : Usia 11 tahun
Siklus haid : 30 hari dan teratur
Lama haid : 3 hari, jumlah pergantian pembalut sekitar 2x/hari
HPHT : 15-10-2018
Taksiran persalinan : 22-07-2019
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, pernikahan pertama saat berusia 22 tahun,
usia pernikahan selama 10 bulan.
Riwayat Obstetrik
Tahun 2019 – Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 75 kg
Tinggi badan 153 cm
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 22 kali/menit, regular
Suhu : 36,8oC
7
Status Generalis
Kepala : Normosefalik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Thorax :
Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : dinding abdomen cembung, linea nigra (+)
Palpasi : soefl, organomegali (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : timpani, asites (-)
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal, metallic sound (-)
Ekstremitas :
Atas : akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
Bawah : akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5
8
Status Obstetri
Inspeksi : abdomen membesar sesuai umur kehamilan, linea nigra (+),
striae gravidarum (-), linea alba (-).
Palpasi :
- Tinggi fundus uteri (TFU) 32 cm
Leopold I : Letak bokong
Leopold II : punggung di kanan
Leopold III : Letak kepala
Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul
HIS : Tidak ada
TBJ : 3100 gram
Denyut Jantung Janin : 138 x/menit
Vaginal Toucher :
V/V : Tidak nampak kelainan
Portio : Kuncup, arah portio anterior
Pembukaan : pembukaan tidak ada
Ketuban : (-)
Bagian terdepan : Tidak dapat dievaluasi
Penurunan : Belum ada
Panggul dalam : promontorium tidak teraba, spina ischiadica tidak
menonjol
Pelepasan : air mengalir bewarna bening
Pemeriksaan Kertas lakmus: Merah menjadi biru, pH 8
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 20-07-2019
o Darah lengkap :
Leukosit : 12.90/uL
Trombosit : 297.000/uL
Hemoglobin : 9.4 g/dL
Hematokrit : 30.3 %
9
o Kimia Klinik :
GDS : 98 mg/dL
Ureum : 15,8 mg/dL
Creatinin : 0,6 mg/dL
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 4,1 mmol/L
Chloride : 105 mmol/L
o Imuno-Serologi :
AbHIV : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif
o Urinalisa :
Berat Jenis : 1.020
Leuko : Positif (+)
Hemoglobin/ darah : Non Reaktif
Kejernihan : Keruh
Sel epitel : Positif (+)
Leukosit : 5-10
Eritrosit : 10-20
Bakteri : Negatif (-)
DIAGNOSIS KERJA
G1P0000 A000 gravid 39-40 minggu belum inpartu + Janin Tunggal Hidup
Intrauterin + Ketuban Pecah Dini
TATALAKSANA
Penatalaksanaan di IGD :
- Memasang infus RL 500 cc 20 tpm
- Konsul ke Sp. OG
10
- Observasi di VK
Co. dr.Sp.OG :
- Observasi keadaan umum dan TTV.
- Observasi DJJ dan His.
- NST.
- Rencana tatalaksana sesuai hasil NST
11
OBSERVASI PASIEN DI RUANG VK
Tanggal Observasi
20-07-2019 S = Perut kencang hilang timbul, keluar cairan bening.
07.15 O=
- TD = 120/70 mmHg, N= 82x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36 0C,
- DJJ: 148x/m,
- HIS: (-)
A = G1P0000 A000 gravid 39-40 minggu belum inpartu + Janin
Tunggal Hidup Intrauterin + KPD
P=
- NST
Palpasi :
- Tinggi fundus uteri (TFU) 32 cm
Leopold I : Letak bokong
Leopold II : punggung di kanan
Leopold III : Letak kepala
Leopold IV : 4/5
Vaginal Toucher :
V/V : Tidak nampak kelainan
Portio :Tipis, Lunak, arah portio anterior
Pembukaan : Pembukaan 3 cm
Ketuban : (-)
Bagian terdepan : Kepala penanda UUK
Penurunan : Hodge I
Panggul dalam : promontorium tidak teraba,
spina ischiadica tidak menonjol
Pelepasan : Blood Slym (+)
12
A = G1P0000 A000 39-40 minggu + Inpartu Kala 1 Fase Laten +
Janin Tunggal Hidup Intrauterin + riwayat KPD
P=
- Lapor hasil observasi dan NST
- Induksi oksitosin mulai dari 8 tpm sampai 20 tpm /menit
13.00 DJJ 148x/m, His (+) 2 kali dalam 10 menit selama 15 detik.
14.10 DJJ 146x/m, His (+) 2 kali dalam 10 menit selama 20-30 detik.
13
A = G1P0000 A000 39-40 minggu + Inpartu Kala 1 Fase Aktif +
Janin Tunggal Hidup Intrauterin + riwayat KPD
P=
- Observasi KU, TTV, perdarahan
- Persiapan pesalinan
P=
- Persiapan persalinan.
- Pimpin persalinan.
P=
- Injeksi oksitosin 1 ampul im
- Manajemen kala III
14
20-07-2019 S = ibu mengatakan mules-mules
21.27 O=
- Tali pusat tampak di vulva.
- Plasenta lahir spontan lengkap.
- Rupture perineum grade II, perdarahan banyak.
P=
- Hecting ruptur perineum
- Manajemen Kala IV ( Pantau KU, Tanda vital,
perdarahan, TFU dan kontraksi, Isi Vesika urinaria
selama 2 jam )
20-07-2019 S = tidak ada keluhan
21.45 O = TD = 110/60 mmHg, N= 84x/menit, RR = 22 x/menit, T =
36,4 0C
P=
- Cefadroxil 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Observasi KU. TTV, perdarahan dan kontraksi uterus.
Nifas Mawar S = ibu merasa mules
21-07-2019 O=
10.45 - TD = 120/70 mmHg, N= 88x/menit, RR = 20 x/menit, T
= 36 0C,
- TFU = 1 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan
P=
- Observasi KU dan TTV.
- Infus (+) RL 500 mg 20 tpm
15
Nifas Mawar S = tidak ada
21-07-2019 O=
15.00 - TD = 110/70 mmHg, N= 82x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36,4 0C
- KU sedang, perdarahan dbn
- TFU = 1 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan
P=
- Aff infus.
- Observasi KU dan TTV
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
tanpa disertai tanda in partu dan setelah satu jam tidak diikuti dengan proses in
partu (Manuaba,2007). KPD dapat dibagi menjadi KPD aterm yaitu pecahnya
ketuban setelah 37 minggu kehamilan dan preterm yaitu sebelum 37 minggu
kehamilan. Dalam keadaan normal 8 – 10% wanita hamil aterm akan mengalami
KPD dan KPD preterm terjadi pada 1% kehamilan. KPD preterm merupakan
komplikasi umum yang terjadi pada kehamilan sekitar 3% dari seluruh kehamilan
(Prawirohardjo, 2014; Soewarto, 2014;Jazayeri, 2016).
17
f. faktor multigraviditas/paritas,
g. merokok,
h. keadaan sosial ekonomi,
i. perdarahan antepartum,
j. riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya,
k. riwayat KPD sebelumnya,
l. defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat,
m. ketegangan rahim yang berlebihan,
n. kesempitan panggul,
o. kelelahan ibu dalam bekerja, serta
p. trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan
amniosintesis (Tahir, 2012).
3.3. Etiopatologis
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya KPD adalah
(Prawirohardjo, 2014):
18
periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD
(Prawirohardjo, 2014).
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, dan pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD pada
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).
3.4. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Ada beberapa hal yang harus ditentukan untuk
menganalisis bahwa cairan yang keluar merupakan cairan air ketuban. Adapun
cara untuk menilai bahwa cairan yang keluar itu merupakan cairan air ketuban
adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013) :
19
antara lain untuk melihat skor pelvik.
5. Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan USG.
6. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air
ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA
(Leukosit Esterase), leukosit darah >15.000/ mm3, janin yang mengalami
takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterine.
Secara klinik diagnosis KPD tidak sukar dibuat. Anamnesa pada klien
dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat
menilai itu mengarah ke KPD. Untuk menentukan betul tidaknya terjadi KPD
bisa dilakukan dengan cara :
1. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak
putih), rambut lanugo atau bulu-bulu halus bila telah terinfeksi bau.
2. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior.
3. Terdapat infeksi genital (sistemik)
4. Gejala Chorioamnionitis
a. Maternal: demam dan takikardi, uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit
esterase (LEA) meningkat, kultur darah/ urine
b. Fetal: takikardi, kardiotokografi, profibiofisik, volume cairan ketuban
berkurang.
5. Tes valsava (tes dengan melakukan ekspirasi paksa), tes valsava dapat
dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut dan
hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian
fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar (Fadlun,
2011).
20
3.5. Penatalaksanaan
Pada kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka
akan akan meningkatkan insidensi secsio sesarea dan apabila menunggu
persalinan spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis. Kasus
KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di pastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara konservatif dengan maksud
memberikan waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memeperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di ketahui
secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD
dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh
Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk
menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan
matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab
utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup
bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput
ketuban atau lamanya periode laten.
21
dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 1 gram/jam sampai lahir, maksimum
24 jam.
d. Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin. Sediaan terdiri atas betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali).
e. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif maka beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dengan
rejimen Ampisilin 2 g intravena setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti oleh
Amoksisilin (500 mg per oral tiga kali sehari atau 875 mg secara oral dua
kali sehari) selama lima hari dan lakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit tanda-tanda infeksi intrauterin).
2. Aktif
Kasus ketuban pecah dini pada kehamilan aterm penatalaksanaan berupa
penanganan aktif, antara lain:
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan
terminasi kehamilan perabdominam. Dapat pula diberikan misoprostol 50
μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan di akhiri:
i. Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
ii. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus pervaginam
22
b. Rujuk ke fasilitas yang memadai
2. Tatalaksana Khusus
a. Di rs rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
i. ≥ 34 minggu:
Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi
ii. 24-33 minggu:
Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera
Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam
Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan
janin.
Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia
kehamillan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil emnunjukkan bahwa paru sduah
matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas
perawatan bayi preterm)
iii. < 24 minggu:
Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan janin
Lakukan konseling pada pasien. terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan
Jika terjadi infeksi (korioamnionitis) lakukan tatalaksana
korioamnionitis
23
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2014).
24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Pasien Ny. NF usia 23 tahun datang ke IGD RSUD A. W. Sjahranie
Samarinda pada hari Sabtu, 20 Juli 2019 pukul 06.45 WITA dengan keluhan
utama keluar cairan dari jalan lahir. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada,
berikut dibawah ini uraian kesesuaian kasus dengan teori yang ada.
KASUS TEORI
Anamesis : Anamnesis didapatkan penderita merasa
- Keluar cairan bening keluar cairan berwarna bening dari jalan
25
o kesempitan panggul,
o kelelahan ibu dalam bekerja, serta
o trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan
dalam dan amniosintesis
Pemeriksaan Fisik :
Tanda-Tanda Vital: Pastikan tidak ada tanda-tanda inpartu dan
Tekanan darah : kontraksi yang teratur. Periksaan dalam
120/90 mmHg dilakukan bila akan dilakukan penanganan
aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
Frekuensi nadi :
melihat skor pelvik.
88 kali/menit, regular, kuat
Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda
angkat
infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air ketuban keruh
Frekuensi nafas : dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan
22 kali/menit, regular tes LEA (Leukosit Esterase), leukosit darah
Suhu : 37,4 oC (per >15.000/ mm3, janin yang mengalami
axiller) takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra
Pem. Obstetrik: uterine.
Vaginal Touche
Portio lunak tipis,
anterior
Pembukaan lengkap
Presentasi Kepala
Kepala Hodge 1
Ketuban negatif
26
Pemeriksaan Penunjang : - Pastikan cairan merupakan cairan amnion dengan
Perubahan warna kertas kertas lakmus (nitrazin test), merah menjadi biru
lakmus menjadi biru
Penatalaksanaan :
27
BAB V
PENUTUP
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda
in partu dan setelah satu jam tidak diikuti dengan proses in partu. Dalam keadaan normal 8-10 %
wanita hamil aterm akan mengalami KPD. Pada kasus Ny. NF berusia 23 tahun yang datang ke
IGD RSUD AWS Samarinda, setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, maka didapatkan diagnosis G1P0000A000 gravid 34-35 minggu + Janin Tunggal Hidup
Intrauterin + KPD. Pasien kemudian mendapatkan tatalaksana aktif berupa induksi persalinan.
Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan
sesuai dengan teori.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anik Muaryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta : Trans Info
Medika.
Cunningham, G. (2015). Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC
Fadlun. (2011). AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :Salemba Medika.
KEMENKES RI . (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan Edisi 1. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Manuaba, I. G., Chandranita Manuaba, I. A., & Fajar Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC.
Soewarto, S. (2014). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (4 ed.). (pp. 677-
682). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Soewarto, S. (2010). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (4 ed.). (pp. 677-
682). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sofian, A. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi (3
ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Sujiyatini. (2009). Asuhan Kebidanan Pathologi. Jakarta : Rineka Cipta.
Tahir, S. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
29