Anda di halaman 1dari 29

Laboratorium Obstetri & Ginekologi Tutorial Klinik

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

Ketuban Pecah Dini

Oleh
Ibnu Sina NIM.1810029062
Dzulfikar Jundurrahman NIM.1810029065
Vierga Nanda Wiqa NIM. 1810029046
Putri Amboro Wati NIM. 1810029063
Elvira Rosalina NIM. 1810029066
Febry Yusmitha Amier NIM.1810029026
Dita Ambarsari NIM.1810029021

Pembimbing:
Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp. OG

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
JULI 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang


Maha Esa atas segala rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tutorial klinik yang berjudul “Ketuban Pecah Dini”.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tutorial klinik ini tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :
1. dr. I.G.A.A Sri M. Montessori, Sp.OG selaku Kepala SMF Obstetri dan
Ginekologi RSUD AWS Samarinda.
2. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp.OG selaku Kepala Laboratorium Obstetri
dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
3. Dr. dr. Novia Fransiska Ngo, Sp.OG sebagai dosen pembimbing klinik
selama mengikuti stase Obstetri dan Ginekologi.
4. Dosen-dosen klinik dan preklinik FK UNMUL khususnya staf pengajar
Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi, terimakasih atas ilmu yang telah diajarkan
kepada kami.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD
AWS/FK UNMUL dan semua pihak yang telah membantu, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak ketidak sempurnaan
dalam penulisan tutorial klinik ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
demi kesempurnaan tutorial klinik ini. Akhir kata, semoga tutorial klinik ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca.

Samarinda, 26 Juli 2019

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 4


1.2 Tujuan ....................................................................................... 5
1.3 Manfaat ..................................................................................... 5

BAB II LAPORAN KASUS ....................................................................... 6

BAB III TINJUAN PUSTAKA .............................................................. 17

3.1 Definisi .................................................................................... 17

3.2 Faktor Resiko .......................................................................... 17

3.3 Etiopatologis ........................................................................... 18

3.4 Diagnosis ................................................................................. 19

3.5 Penatalaksanaan ...................................................................... 22

3.6 Komplikasi .............................................................................. 24

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................... 25

4.1 Anamnesis ............................................................................... 26

BAB V PENUTUP .................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya
tanda –tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada
primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada
kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada
kehamilan preterm yaitusebelum usia kehamilan 37 minggu(Sujiyantini, 2009).

Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan.


Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena
berkaitan dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan
kesejahteraa nmaternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin, sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia
(Soewarto, 2010).

Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik


berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan komplikasi infeksi
korioamnionitis hingga sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Pecahnya selaput janin bisa terjadi bila
leher rahim tertutup atau melebar. Terkadang hal itu bisa terjadi pada kehamilan
yang sangat awal (sebelum 28 minggu) atau pada trimester ketiga (antara28
minggu dan 34 minggu). Faktor risiko yang sangat terkait dengan PROM yaitu
infeksi,malpresentation dari fetus, multiple pregnancy and excess amniotic fluid,
servical incompetence, trauma Abdomen (Gahwagi, 2015).

Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang
inkompeten.Serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan sehingga selaput
ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor
presentasidan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata
jika janin tidak dalam presentasi kepala (Maryunani,2013).

4
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang ketuban pecah dini, serta perbandingan antara teori
dengan kasus.

1.2.2. Tujuan Khusus


1. Mengetahui teori tentang ketuban pecah dini.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus ketuban pecah dini
di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
3. Mengkaji ketepatan penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan dalam
kasus ini.

1.3. Manfaat
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran terutama
bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya mengenai ketuban pecah dini.

5
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu, 20 Juli 2019
pukul 05.20 WITA di ruang IGD RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

ANAMNESIS
Identitas pasien
Nama : Ny. NF
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Rental
Alamat : Jl. Pahlawan Gg. 2 No. 21 RT.27
Masuk Rumah Sakit : Sabtu 20 Juli 2019, pukul 05.20 WITA

Keluhan Utama
Keluar cairan dari vagina.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD AWS dengan keluhan keluar cairan berwarna
bening dari vagina. Keluhan dirasakan sejak 4 jam SMRS. Selain keluar cairan
dari vagina pasien juga mengeluhkan perut terasa kencang namun tidak merasakan
nyeri ataupun keluar darah maupun lendir dari vagina. Keluhan demam disangkal
oleh pasien. Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama bagi pasien.

Riwayat Penyakit dahulu:


 Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, DM (-), Alergi (-),
Asma (-), Jantung (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
 Keluarga pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, DM (-),
Alergi (-), Asma (-), Jantung (-).

6
Riwayat Haid
Menarche : Usia 11 tahun
Siklus haid : 30 hari dan teratur
Lama haid : 3 hari, jumlah pergantian pembalut sekitar 2x/hari
HPHT : 15-10-2018
Taksiran persalinan : 22-07-2019

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 1 kali, pernikahan pertama saat berusia 22 tahun,
usia pernikahan selama 10 bulan.

Riwayat Obstetrik
 Tahun 2019 – Hamil ini

Ante Natal Care


Rutin memeriksakan kehamilan di klinik bidan
Kontrasepsi
Tidak menggunakan kontrasepsi.

PEMERIKSAAN FISIK
Berat badan 75 kg
Tinggi badan 153 cm
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran : Komposmentis, GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Frekuensi nadi : 88 kali/menit, regular, kuat angkat
Frekuensi nafas : 22 kali/menit, regular
Suhu : 36,8oC

7
Status Generalis
Kepala : Normosefalik
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : Tidak ditemukan kelainan
Thorax :
 Jantung :
o Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : iktus kordis teraba di ICS 5 MCL sinistra
o Perkusi : batas jantung normal
o Auskultasi : S1S2 tunggal regular, mumur (-), gallop (-)
 Paru :
o Inspeksi : dinding thoraks simetris, seirama gerakan nafas
o Palpasi : fremitus suara dekstra = sinistra
o Perkusi : sonor
o Auskultasi : vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen :
 Inspeksi : dinding abdomen cembung, linea nigra (+)
 Palpasi : soefl, organomegali (-), nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani, asites (-)
 Auskultasi : bising usus (+) kesan normal, metallic sound (-)

Ekstremitas :
 Atas : akral hangat, edema (-/-), kekuatan otot 5
 Bawah : akral hangat, pitting edema (-/-), varises (-/-), kekuatan otot 5

8
Status Obstetri
Inspeksi : abdomen membesar sesuai umur kehamilan, linea nigra (+),
striae gravidarum (-), linea alba (-).
Palpasi :
- Tinggi fundus uteri (TFU) 32 cm
 Leopold I : Letak bokong
 Leopold II : punggung di kanan
 Leopold III : Letak kepala
 Leopold IV : Belum masuk pintu atas panggul
HIS : Tidak ada
TBJ : 3100 gram
Denyut Jantung Janin : 138 x/menit
Vaginal Toucher :
 V/V : Tidak nampak kelainan
 Portio : Kuncup, arah portio anterior
 Pembukaan : pembukaan tidak ada
 Ketuban : (-)
 Bagian terdepan : Tidak dapat dievaluasi
 Penurunan : Belum ada
 Panggul dalam : promontorium tidak teraba, spina ischiadica tidak
menonjol
 Pelepasan : air mengalir bewarna bening
Pemeriksaan Kertas lakmus: Merah menjadi biru, pH 8

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 20-07-2019
o Darah lengkap :
 Leukosit : 12.90/uL
 Trombosit : 297.000/uL
 Hemoglobin : 9.4 g/dL
 Hematokrit : 30.3 %

9
o Kimia Klinik :
 GDS : 98 mg/dL
 Ureum : 15,8 mg/dL
 Creatinin : 0,6 mg/dL
 Natrium : 138 mmol/L
 Kalium : 4,1 mmol/L
 Chloride : 105 mmol/L

o Imuno-Serologi :
 AbHIV : Non Reaktif
 HbsAg : Non Reaktif

o Urinalisa :
 Berat Jenis : 1.020
 Leuko : Positif (+)
 Hemoglobin/ darah : Non Reaktif
 Kejernihan : Keruh
 Sel epitel : Positif (+)
 Leukosit : 5-10
 Eritrosit : 10-20
 Bakteri : Negatif (-)

DIAGNOSIS KERJA
G1P0000 A000 gravid 39-40 minggu belum inpartu + Janin Tunggal Hidup
Intrauterin + Ketuban Pecah Dini

TATALAKSANA
 Penatalaksanaan di IGD :
- Memasang infus RL 500 cc 20 tpm
- Konsul ke Sp. OG

10
- Observasi di VK
 Co. dr.Sp.OG :
- Observasi keadaan umum dan TTV.
- Observasi DJJ dan His.
- NST.
- Rencana tatalaksana sesuai hasil NST

11
OBSERVASI PASIEN DI RUANG VK
Tanggal Observasi
20-07-2019 S = Perut kencang hilang timbul, keluar cairan bening.
07.15 O=
- TD = 120/70 mmHg, N= 82x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36 0C,
- DJJ: 148x/m,
- HIS: (-)
A = G1P0000 A000 gravid 39-40 minggu belum inpartu + Janin
Tunggal Hidup Intrauterin + KPD
P=
- NST

20-07-2019 S = Perut kencang hilang timbul


10.20 O=
- TD = 120/70 mmHg, N= 82x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36 0C,
- DJJ: 146x/m,
- HIS: (+) 1 kali dalam 10 menit selama 15 detik

Palpasi :
- Tinggi fundus uteri (TFU) 32 cm
 Leopold I : Letak bokong
 Leopold II : punggung di kanan
 Leopold III : Letak kepala
 Leopold IV : 4/5
Vaginal Toucher :
 V/V : Tidak nampak kelainan
 Portio :Tipis, Lunak, arah portio anterior
 Pembukaan : Pembukaan 3 cm
 Ketuban : (-)
 Bagian terdepan : Kepala penanda UUK
 Penurunan : Hodge I
 Panggul dalam : promontorium tidak teraba,
spina ischiadica tidak menonjol
 Pelepasan : Blood Slym (+)

12
A = G1P0000 A000 39-40 minggu + Inpartu Kala 1 Fase Laten +
Janin Tunggal Hidup Intrauterin + riwayat KPD
P=
- Lapor hasil observasi dan NST
- Induksi oksitosin mulai dari 8 tpm sampai 20 tpm /menit

20-07-2019 Mulai induksi oksitosin.


10.45 8 tts/m, DJJ : 142x/m
11.00 12tts/m, DJJ : 146x/m
11.15 16tts/m, DJJ : 132x/m
11.30 20tts/m, DJJ : 150x/m

13.00 DJJ 148x/m, His (+) 2 kali dalam 10 menit selama 15 detik.

14.10 DJJ 146x/m, His (+) 2 kali dalam 10 menit selama 20-30 detik.

20-07-2019 S = ibu merasa perutnya kencang


19.15 O=
- TD = 110/70 mmHg, N= 86x/menit, RR = 24 x/menit, T
= 36,6 0C
- DJJ 130x/m
- His 3 kali dalam 10 menit selama 35-45 detik
Vaginal Toucher :
 V/V : Tidak nampak kelainan
 Portio :Tipis, Lunak, arah portio anterior
 Pembukaan : Pembukaan 7 cm
 Ketuban : (-)
 Bagian terdepan : Kepala penanda UUK
 Penurunan : Hodge III
 Panggul dalam : promontorium tidak teraba,
spina ischiadica tidak menonjol
 Pelepasan : Blood Slym (+)

13
A = G1P0000 A000 39-40 minggu + Inpartu Kala 1 Fase Aktif +
Janin Tunggal Hidup Intrauterin + riwayat KPD

P=
- Observasi KU, TTV, perdarahan
- Persiapan pesalinan

20-07-2019 S = ibu merasa ingin mengedan


21.15 O=
- TD = 110/60 mmHg, N= 84x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36,4 0C
- DJJ 152/m
- His 2 kali dalam 10 menit selama 20-30 detik
- VT pembukaan lengkap, kepala, hodge IV, ketuban (-)
warna jernih
A = G1P0000 A000 gravid 39-40 minggu + Inpartu Kala II +
riwayat KPD

P=
- Persiapan persalinan.
- Pimpin persalinan.

20-07-2019 S = ibu merasa ingin mengedan


21.25 O=
- TD = 110/60 mmHg, N= 84x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36,4 0C
- DJJ 152/m
- His 2 kali dalam 10 menit selama 20-30 detik

A = P1001 A000 gravid 39-40 minggu + Inpartu Kala II + riwayat


KPD (Bayi lahir spontan, laki-laki, A/S 8/9, BB 3250 gram, PB
49 cm)

P=
- Injeksi oksitosin 1 ampul im
- Manajemen kala III

14
20-07-2019 S = ibu mengatakan mules-mules
21.27 O=
- Tali pusat tampak di vulva.
- Plasenta lahir spontan lengkap.
- Rupture perineum grade II, perdarahan banyak.

A = P1001 A000 gravid 39-40 minggu + Inpartu Kala IV +


rupture perineum grade II

P=
- Hecting ruptur perineum
- Manajemen Kala IV ( Pantau KU, Tanda vital,
perdarahan, TFU dan kontraksi, Isi Vesika urinaria
selama 2 jam )
20-07-2019 S = tidak ada keluhan
21.45 O = TD = 110/60 mmHg, N= 84x/menit, RR = 22 x/menit, T =
36,4 0C

- KU sedang, kesadaran composmentis.


- TFU setinggi umbilicus
- Kontraksi uterus (+)
- Perdarahan dalam batas normal.

A = P1001 A000 gravid 39-40 minggu + Inpartu Kala IV +


rupture perineum grade II post hecting

P=
- Cefadroxil 3x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- Observasi KU. TTV, perdarahan dan kontraksi uterus.
Nifas Mawar S = ibu merasa mules
21-07-2019 O=
10.45 - TD = 120/70 mmHg, N= 88x/menit, RR = 20 x/menit, T
= 36 0C,
- TFU = 1 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan
P=
- Observasi KU dan TTV.
- Infus (+) RL 500 mg 20 tpm

15
Nifas Mawar S = tidak ada
21-07-2019 O=
15.00 - TD = 110/70 mmHg, N= 82x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36,4 0C
- KU sedang, perdarahan dbn
- TFU = 1 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan
P=
- Aff infus.
- Observasi KU dan TTV

Nifas Mawar S = tidak ada


21-07-2019 O=
22.00 - TD = 110/800 mmHg, N= 80x/menit, RR = 20 x/menit,
T = 36,2 0C
- KU baik, kesadaran komposmentis, perdarahan dbn
- TFU = 2 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan
P=
- Aff infus.
- Observasi KU dan TTV

Nifas Mawar S = tidak ada


22-07-2019 O=
07.30 - TD = 120/80 mmHg, N= 88x/menit, RR = 22 x/menit, T
= 36,4 0C
- KU baik, kesadaran komposmentis, perdarahan dbn
- TFU = 2 jari dibawah umbilicus.
A = P1001 A000 + Postpartum spontan (H+1)
P=
- Observasi KU dan TTV.
- Rencana Pulang

16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
tanpa disertai tanda in partu dan setelah satu jam tidak diikuti dengan proses in
partu (Manuaba,2007). KPD dapat dibagi menjadi KPD aterm yaitu pecahnya
ketuban setelah 37 minggu kehamilan dan preterm yaitu sebelum 37 minggu
kehamilan. Dalam keadaan normal 8 – 10% wanita hamil aterm akan mengalami
KPD dan KPD preterm terjadi pada 1% kehamilan. KPD preterm merupakan
komplikasi umum yang terjadi pada kehamilan sekitar 3% dari seluruh kehamilan
(Prawirohardjo, 2014; Soewarto, 2014;Jazayeri, 2016).

Terdapat pula teori yang berdasarkan pada pembukaan serviks, yaitu


ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum in partu, dimana bila pembukaan
kurang dari 3 cm pada primipara sedangkan kurang dari 5 cm pada multipara.
Kebanyakan wanita hamil yang mengalami KPD, pada kehamilan aterm biasanya
mulai terjadi kontraksi rahim dalam waktu 12 – 48 jam. Sedangkan, pada usia
kehamilan 32 – 34 minggu biasanya terjadi dalam waktu 4 hari atau lebih setelah
selaput ketuban pecah (Sofian, 2011; Moldenhauer, 2016).

3.2. Faktor Resiko


Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang
menjadi faktor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada
selaput ketuban ataupun infeksi asenden dari vagina atau serviks. Selain itu
terdapat beberapa faktor resiko lain, diantaranya (Tahir, 2012):
a. fisiologi selaput ketuban yang abnormal
b. serviks inkompetensia,
c. kelainan letak janin,
d. usia wanita kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun,
e. faktor golongan darah,

17
f. faktor multigraviditas/paritas,
g. merokok,
h. keadaan sosial ekonomi,
i. perdarahan antepartum,
j. riwayat abortus dan persalinan preterm sebelumnya,
k. riwayat KPD sebelumnya,
l. defisiensi gizi yaitu tembaga atau asam askorbat,
m. ketegangan rahim yang berlebihan,
n. kesempitan panggul,
o. kelelahan ibu dalam bekerja, serta
p. trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan
amniosintesis (Tahir, 2012).

3.3. Etiopatologis
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara
sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya KPD adalah
(Prawirohardjo, 2014):

1) Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen


2) Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati
waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada
degradasi proteolitik dari matriks ekstra seluler dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit

18
periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD
(Prawirohardjo, 2014).

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda, dan pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin.
Pada trimester akhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD pada
prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang
menjalar dari vagina. KPD prematur sering terjadi pada polihidromnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta (Prawirohardjo, 2014).

3.4. Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Ada beberapa hal yang harus ditentukan untuk
menganalisis bahwa cairan yang keluar merupakan cairan air ketuban. Adapun
cara untuk menilai bahwa cairan yang keluar itu merupakan cairan air ketuban
adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2013) :

1. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak


secara tiba-tiba.
2. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril
untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di
forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin, atau
minta ibu untuk mengedan/batuk.
3. Pastikan bahwa cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
a. Bau cairan ketuban yang khas
b. Test lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru. Harap diingat bahwa
darah, semen dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu.
c. Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati secret
servikovaginal yang mengering
4. Pastika tidak ada tanda-tanda inpartu dan kontraksi yang teratur. Periksaan
dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan)

19
antara lain untuk melihat skor pelvik.
5. Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan USG.
6. Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air
ketuban keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA
(Leukosit Esterase), leukosit darah >15.000/ mm3, janin yang mengalami
takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterine.

Secara klinik diagnosis KPD tidak sukar dibuat. Anamnesa pada klien
dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas sudah dapat
menilai itu mengarah ke KPD. Untuk menentukan betul tidaknya terjadi KPD
bisa dilakukan dengan cara :

1. Adanya cairan yang berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak
putih), rambut lanugo atau bulu-bulu halus bila telah terinfeksi bau.
2. Pemeriksaan inspekulo, lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban
keluar dari kanalis servikalis pada bagian yang sudah pecah, atau terdapat
cairan ketuban pada forniks posterior.
3. Terdapat infeksi genital (sistemik)
4. Gejala Chorioamnionitis
a. Maternal: demam dan takikardi, uterine tenderness, cairan amnion yang
keruh, leukositosis (peningkatan sel darah putih) meninggi, leukosit
esterase (LEA) meningkat, kultur darah/ urine
b. Fetal: takikardi, kardiotokografi, profibiofisik, volume cairan ketuban
berkurang.
5. Tes valsava (tes dengan melakukan ekspirasi paksa), tes valsava dapat
dilakukan dengan cara melakukan ekspirasi paksa dengan menutup mulut dan
hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan pada bagian
fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar (Fadlun,
2011).

20
3.5. Penatalaksanaan
Pada kasus KPD yang cukup bulan, jika kehamilan segera diakhiri, maka
akan akan meningkatkan insidensi secsio sesarea dan apabila menunggu
persalinan spontan, maka akan meningkatkan insiden chorioamnionitis. Kasus
KPD yang kurang bulan jika menempuh cara-cara aktif harus di pastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan jika menempuh cara konservatif dengan maksud
memberikan waktu pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan
infeksi yang akan memeperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan tidak di ketahui
secara pasti segera dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk
mengetahui umur kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD
dengan janin kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh
Karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk
menentukan waktu yang optimal untuk persalinan. Pada umur kehamilan
matang, choriamnionitis yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab
utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas janin. Pada kehamilan cukup
bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput
ketuban atau lamanya periode laten.

Penatalaksanaan KPD dapat dilakukan dengan beberapa cara (Cunningham,


2015; Prawirohardjo, 2014):
1. Konservatif
Penatalaksanaan konservatif ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
antara lain:
a. Rawat di rumah sakit, ditidurkan dengan posisi trendelenburg position,
tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan mencapai 37 minggu.
b. Berikan antibiotika (Ampisilin 4 x 500 mg atau Eritromisin bila tidak
tahan Ampisilin) dan Metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu dirawat selama air ketuban masih
keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Pemberian Magnesium
Sulfat sebagai brain protector dengan dosis 4 gram sebagai dosis inisial

21
dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 1 gram/jam sampai lahir, maksimum
24 jam.
d. Pada usia kehamilan 32 – 34 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin. Sediaan terdiri atas betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari atau deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali).
e. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif maka beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
f. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
g. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dengan
rejimen Ampisilin 2 g intravena setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti oleh
Amoksisilin (500 mg per oral tiga kali sehari atau 875 mg secara oral dua
kali sehari) selama lima hari dan lakukan induksi.
h. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit tanda-tanda infeksi intrauterin).
2. Aktif
Kasus ketuban pecah dini pada kehamilan aterm penatalaksanaan berupa
penanganan aktif, antara lain:
 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan
terminasi kehamilan perabdominam. Dapat pula diberikan misoprostol 50
μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan di akhiri:
i. Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan serviks kemudian induksi.
Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
ii. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan, partus pervaginam

Berikut penatalaksanaan KPD berdasarkan usia kehamilan (Kemenkes RI,


2013):
1. Tatalaksana Utama
a. Berikan eritromisisn 4 x 250 mg selama 10 hari

22
b. Rujuk ke fasilitas yang memadai
2. Tatalaksana Khusus
a. Di rs rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
i. ≥ 34 minggu:
 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi
ii. 24-33 minggu:
 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera
 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam
 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan
janin.
 Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia
kehamillan 32-33 minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan
kematangan paru dan hasil emnunjukkan bahwa paru sduah
matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas
perawatan bayi preterm)
iii. < 24 minggu:
 Pertimbangan dilakukan dengan melihat resiko ibu dan janin
 Lakukan konseling pada pasien. terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan
 Jika terjadi infeksi (korioamnionitis) lakukan tatalaksana
korioamnionitis

23
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia
kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan
premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya
insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo, 2014).

24
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anamnesis
Pasien Ny. NF usia 23 tahun datang ke IGD RSUD A. W. Sjahranie
Samarinda pada hari Sabtu, 20 Juli 2019 pukul 06.45 WITA dengan keluhan
utama keluar cairan dari jalan lahir. Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada,
berikut dibawah ini uraian kesesuaian kasus dengan teori yang ada.

Tabel 4.1. Perbandingan teori dan kasus dalam hal anamnesis

KASUS TEORI
Anamesis :  Anamnesis didapatkan penderita merasa
- Keluar cairan bening keluar cairan berwarna bening dari jalan

- Perut kencang-kencang lahir.


 Faktor resiko

- RPD = - o fisiologi selaput ketuban yang


abnormal

- RPK = - o serviks inkompetensia,


o kelainan letak janin,
o usia wanita kurang dari 20 tahun dan
di atas 35 tahun,
o faktor golongan darah,
o faktor multigraviditas/paritas,
o merokok,
o keadaan sosial ekonomi,
o perdarahan antepartum,
o riwayat abortus dan persalinan
preterm sebelumnya,
o riwayat KPD sebelumnya,
o defisiensi gizi yaitu tembaga atau
asam askorbat,
o ketegangan rahim yang berlebihan,

25
o kesempitan panggul,
o kelelahan ibu dalam bekerja, serta
o trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan
dalam dan amniosintesis

Pemeriksaan Fisik :
Tanda-Tanda Vital:  Pastikan tidak ada tanda-tanda inpartu dan
 Tekanan darah : kontraksi yang teratur. Periksaan dalam
120/90 mmHg dilakukan bila akan dilakukan penanganan
aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk
 Frekuensi nadi :
melihat skor pelvik.
88 kali/menit, regular, kuat
 Tentukan ada tidaknya infeksi, tanda-tanda
angkat
infeksi : suhu ibu ≥ 38 C, air ketuban keruh
 Frekuensi nafas : dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan
22 kali/menit, regular tes LEA (Leukosit Esterase), leukosit darah
 Suhu : 37,4 oC (per >15.000/ mm3, janin yang mengalami
axiller) takhikardi, mungkin mengalami infeksi intra
Pem. Obstetrik: uterine.

DJJ: 138 dpm


His: 3x10’, 35-40”

Vaginal Touche
 Portio lunak tipis,
anterior
 Pembukaan lengkap
 Presentasi Kepala
 Kepala Hodge 1
 Ketuban negatif

26
Pemeriksaan Penunjang : - Pastikan cairan merupakan cairan amnion dengan
Perubahan warna kertas kertas lakmus (nitrazin test), merah menjadi biru
lakmus menjadi biru

Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan KPD pada usia kehamilan aterm:


- IVFD RL 500 cc 20 tpm.
- Cek laboratorium lengkap.  Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan
- Observasi keadaan umum dan oksitosin, bila gagal lakukan terminasi
TTV. kehamilan perabdominam. Dapat pula
- Observasi DJJ dan His. diberikan misoprostol 50 μg intravaginal tiap 6
- NST. jam maksimal 4 kali.
- Induksi Oksitosin.  Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika
dosis tinggi dan persalinan di akhiri:
i. Bila skor pelvik <5 lakukan pematangan
serviks kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio
sesaria.
ii. Bila skor pelvik >5 induksi persalinan,
partus pervaginam

27
BAB V
PENUTUP

Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda
in partu dan setelah satu jam tidak diikuti dengan proses in partu. Dalam keadaan normal 8-10 %
wanita hamil aterm akan mengalami KPD. Pada kasus Ny. NF berusia 23 tahun yang datang ke
IGD RSUD AWS Samarinda, setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang, maka didapatkan diagnosis G1P0000A000 gravid 34-35 minggu + Janin Tunggal Hidup
Intrauterin + KPD. Pasien kemudian mendapatkan tatalaksana aktif berupa induksi persalinan.
Secara umum penegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan pada pasien ini sudah tepat dan
sesuai dengan teori.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anik Muaryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal. Jakarta : Trans Info
Medika.
Cunningham, G. (2015). Obstetri William Vol. 1. Jakarta: EGC
Fadlun. (2011). AsuhanKebidananPatologis. Jakarta :Salemba Medika.

Gahwagi MMM, Busarira MO, Atia M. (2015). Premature Rupture of Membranes


Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya.

Jazayeri, A. (2016). Premature Rupture of Membrane. Avaliable


athttps://emedicine.medscape.com/article/261137-overview.Accessed 12 Februari 2019

KEMENKES RI . (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar
dan Rujukan Edisi 1. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Manuaba, I. G., Chandranita Manuaba, I. A., & Fajar Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah
Obstetri. Jakarta: EGC.

Moldenhauer, J. S. (2016). Premature Rupture of The Membranes. Merck Manual Professional


Version.
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta :Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Soewarto, S. (2014). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (4 ed.). (pp. 677-
682). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Soewarto, S. (2010). Ketuban Pecah Dini. In S. Prawirohardjo, Ilmu Kebidanan (4 ed.). (pp. 677-
682). Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sofian, A. (2011). Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi (3
ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Sujiyatini. (2009). Asuhan Kebidanan Pathologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Tahir, S. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

29

Anda mungkin juga menyukai