11
Ind
p
pedoman penyusunan
dokumen akreditasi
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
362.11
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Bina Upaya Kesehatan
Pedoman penyusunan dokumen akreditasi fasilitas
kesehatan tingkat pertama.--- Jakarta Kementerian
Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-730-8
TAHUN 2014
a
b
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan Pedoman
Penyusunan Dokumen Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (FKTP). Buku ini kami susun sebagai salah satu upaya untuk
memberikan acuan dan kemudahan dalam pelaksanaan persiapan
akreditasi baik oleh pendamping maupun pelaksana akreditasi FKTP.
Akreditasi mempersyaratkan adanya pembuktian pelaksanaan
seluruh kegiatan pelayanan melalui dokumentasi dan penelusuran,
karena pada prinsip akreditasi, seluruh kegiatan harus tertulis dan apa
yang tertulis harus dikerjakan dengan sesuai. Buku ini berisi contoh-
contoh dokumen yang dapat digunakan dalam menyusun dokumen
akreditasi.
Pada kesempatan ini perkenanan saya menyampaikan ucapan
terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat dalam
proses penyusunan Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP.
Semoga dengan digunakannya buku ini dapat mempermudah pembaca
dalam menyiapkan dokumen akreditasi FKTP.
i
ii
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pertama, penanggung jawab dan pelaksana upaya kesehatan
masyarakat di Puskesmas, baik upaya kesehatan masyarakat maupun
upaya kesehatan perorangan, pendamping tingkat kabupaten/kota,
dan surveior akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi FKTP untuk menyusun
kelengkapan pedoman tata naskah terkait dengan dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan oleh standar akreditasi. Dalam pedoman tata
naskah perlu dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan, standar
prosedur operasional, dengan tata penomorannya.
2
BAB II
DOKUMENTASI AKREDITASI
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
1. Dokumen Di Puskesmas
3
6). Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK)
7). Kerangka Acuan Kegiatan
4
f. Panduan-panduan teknis
g. Kerangka Acuan Kegiatan
5
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
A. Kebijakan
6
menimbang ditulis dengan huruf capital diakhiri
dengan tanda baca titik dua ( : ), dan diletakkan di
bagian kiri, konsideran menimbang diawali dengan
penomoran menggunakan huruf kecil abjad dan
dimulai dengan kata bahwa dengan “b” huruf kecil;
2) Mengingat : memuat dasar kewenangan dan
peraturan perundangan yang memerintahkan
pembuat keputusan tersebut. Peraturan
perundangan yang menjadi dasar hukum adalah
peraturan yang tingkatannya sederajat atau lebih
tinggi. Konsideran ini diletakkan di bagian kiri
tegak lurus dengan kata menimbang. Konsideran
yang berupa peraturan perundangan diurutkan
sesuai dengan hirarki tata perundangan diawali
dengan nomor dengan huruf angka 1, 2, dst.
2. Diktum :
a. Diktum “Memutuskan” ditulis simetris di tengah,
seluruhnya dengan huruf capital, serta diletakkan di
tengah margin;
b. Diktum Menetapkan dicantumkan setelah kata
memutuskan disejajarkan ke bawah dengan kata
menimbang dan mengingat, huruf awal kata menetapkan
ditulis dengan huruf capital, dan diakhiri dengan tanda
baca titik dua ( : );
c. Nama keputusan sesuai dengan judul (kepala),
seluruhnya ditulis dengan huruf capital dan diakhiri
dengan tanda baca titik ( . ).
3. Batang Tubuh :
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan
yang dirumuskan dalam diktum-diktum, misalnya :
KESATU :
KEDUA :
dst
7
b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan,
perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan
peraturan lainnya, dan
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran
peraturan/keputusan, dan pada halaman terakhir
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan
peraturan/keputusan.
d. Kaki
Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir
substansi peraturan/keputusan yang memuat
penanda tangan penerapan peraturan/keputusan,
pengundangan peraturan/keputusan yang terdiri atas
tempat dan tanggal penetapan, nama jabatan, tanda
tangan pejabat, dan nama lengkap pejabat yang
menanda tangani.
e. Penandatanganan
Peraturan/Keputusan kepala FKTP ditandatangani oleh
kepala FKTP, dituliskan nama tanpa gelar.
f. Lampiran peraturan/keputusan
1). Halaman pertama harus dicantumkan judul dan
nomor peraturan/keputusan
2). Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh
Kepala FKTP.
Catatan: Untuk Peraturan pada Batang Tubuh tidak ditulis dalam
diktum tetapi dalam Bab-bab dan Pasal-pasal.
Contoh :
Lampiran 1 : Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan
Mutu dan Keselamatan Pasien
B. Manual Mutu
8
mutu. Manual mutu disusun, ditetapkan, dan dipelihara oleh
organisasi, yang meliputi :
1. Pendahuluan berisi :
a. Latar belakang
b. Ruang Lingkup (proses bisnis)
c. Tujuan
d. Pengendalian dokumen
2. Landasan hukum (peraturan/dokumen yang menjadi acuan)
3. Istilah dan definisi
4. Sistem Manajemen Mutu :
a. Persyaratan umum
b. Pengendalian dokumen
c. Pengendalian rekaman
5. Tanggung jawab manajemen :
a. Komitmen manajemen
b. Fokus pada pelanggan
c. Kebijakan mutu
d. Perencanaan Sistem Manajemen Mutu
e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f. Wakil manajemen mutu
g. Komunikasi internal
6. Tinjauan Manajemen :
a. Umum
b. Masukan tinjauan
c. Luaran tinjauan
7. Manajemen sumber daya :
a. Penyediaan sumber daya
b. Manajemen sumber daya manusia
9
c. Infrastruktur
d. Lingkungan kerja
8. Penyelenggaraan pelayanan :
1) Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarkat Puskesmas :
a) Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat
b) Proses yang berhubungan dengan sasaran:
• Penetapan persyaratan sasaran
• Tinjauan terhadap persyaratan sasaran
• Komunikasi dengan sasaran
c) Pembelian (jika ada)
d) Penyelenggaraan upaya:
• Pengendalian proses penyelenggaraan
upaya
• Validasi proses penyelenggaraan upaya
• Identifikasi dan mampu telusur
• Hak dan kewajiban sasaran
• Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika
ada)
• Manajemen risiko dan keselamatan
e) Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan :
• Umum
• Pemantauan dan pengukuran:
- Kepuasan pelanggan
- Audit internal
- Pemantauan dan pengukuran proses
- Pemantauan dan pengukuran hasil
layanan
• Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
• Analisis data
• Peningkatan berkelanjutan
10
• Tindakan korektif
• Tindakan preventif
2) Pelayanan klinis (Upaya Kesehatan Perseorangan) :
a) Perencanaan Pelayanan Klinis
b) Proses yang berhubungan dengan pelanggan
c) Pembelian/pengadaan barang terkait dengan
pelayanan klinis:
• Proses pembelian
• Verifikasi barang yang dibeli
• Kontrak dengan pihak ketiga
d) Penyelenggaraan pelayanan klinis :
• Pengendalian proses pelayanan klinis
• Validasi proses pelayanan
• Identifikasi dan ketelusuran
• Hak dan kewajiban pasien
• Pemeliharaan barang milik pelanggan
(spesiemen, rekam medis, dsb)
• Manajemen risiko dan keselamatan pasien
9. Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan :
• Umum
• Pemantauan dan pengukuran:
- Kepuasan pelanggan
- Audit internal
- Pemantauan dan pengukuran proses
- Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
• Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
• Analisis data
• Peningkatan berkelanjutan
• Tindakan korektif
• Tindakan preventif
11
10. Penutup
Lampiran (jika ada)
Contoh :
Lampiran 2 : Contoh Template Pedoman Mutu
1. Pendahuluan
Sejalan dengan rencana stratejik Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Puskesmas perlu menyusun rencana
kinerja lima tahunan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi,
misi, tugas pokok dan fungsi Puskesmas berdasarkan pada
analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan, kepala Puskesmas
bersama seluruh jajaran karyawan yang bertugas di
Puskesmas melakukan analisis situasi yang meliputi analisis
pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang menjadi
pendorong maupun penghambat kinerja, sehingga dapat
menyusun program kerja lima tahunan yang dijabarkan
dalam kegiatan dan rencana anggaran.
12
Bab II. Analisis Kinerja
A. Pencapaian Kinerja untuk tiap jenis
pelayanan dan upaya Puskesmas
B. Analisis Kinerja : menganalisis faktor
pendukung dan penghambat pencapaian
kinerja
Bab III. Rencana Pencapaian Kinerja Lima Tahun
A. Program Kerja dan kegiatan : berisi program-
program kerja yang akan dilakukan yang
meliputi antara lain :
1. Program Kerja Pengembangan SDM,
yang dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan, misalnya : pelatihan,
pengusulan penambahan SDM,
seminar, workshop, dsb
2. Program Kerja Pengembangan sarana,
yang dijabarkan dalam kegiatan-
kegiatan, misalnya : pemeliharaan
sarana, pengadaan alat-alat kesehatan,
dsb
3. Program Kerja Pengembangan
Manajemen, dan seterusnya,.
B. Rencana anggaran : yang merupakan
rencana biaya untuk tiap-tiap program kerja
dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan
secara garis besar
Bab IV. Penutup
Lampiran : matriks rencana kinerja lima tahunan
Puskesmas/ Klinik,
13
a. Membentuk tim penyusunan rencana kinerja lima tahun
yang terdiri dari Kepala Puskesmas bersama dengan
penanggung jawab upaya Puskesmas dan Pelayanan
Klinis.
b. Tim mempelajari rencana stratejik Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, target kinerja lima tahunan yang harus
dicapai oleh Puskesmas
c. Tim mengumpulkan data pencapaian kinerja
d. Tim melakukan analisis kinerja
e. Tim menyusun pentahapan pencapaian indicator kinerja
untuk tiap upaya Puskesmas dengan penjabaran
pencapaian untuk tiap tahun
f. Tim menyusun program kerja dan kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai target pada tiap-tiap indicator
kinerja
g. Tim menyusun dokumen rencana kinerja lima tahunan
untuk disahkan oleh Kepala Puskesmas
h. Sosialisasi rencana pada seluruh jajaran puskesmas
14
f. Target pencapaian : diisi dengan target-target yang
akan dicapai pada tiap tahap tahunan
g. Program Kerja : diisi dengan Program Kerja yang
akan dilakukan untuk mencapai target pada tiap tahun
berdasarkan hasil analisis kinerja, misalnya program
kerja pengembangan SDM, program kerja peningkatan
mutu, program kerja pengembangan SDM, program
kerja pengembangan sarana, dsb
h. Kegiatan : merupakan rincian kegiatan untuk tiap
program yang direncanakan, misalnya untuk program
pengembangan SDM, kegiatan Pelatihan Perawat,
Pelatihan Tenaga PKM, dan sebagainya.
i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang
direncanakan untuk tiap tahapan tahunan
j. Harga Satuan : harga satuan untuk tiap kegiatan,
k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume
dengan harga satuan.
5. Penutup.
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu
Kepala Puskesmas dalam menyusun rencana kinerja lima
tahunan, yang kemudian diuraikan dalam rencana tahunan
dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana
Pencapaian Kegiatan.
15
datang, dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah
atau sebagian masalah kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
Perencanaan Puskesmas mencakup semua kegiatan
upaya Puskesmas yang dilakukan di Puskesmas baik wajib,
pengembangan maupun upaya khusus spesifik wilayah/
Puskesmas sebagai rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayai
oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah serta
sumber dana lainnya.
16
2. Tahap penyusunan RUK
a. Tahap persiapan.
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan RUK agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap- tahap perencanaan.
b. Tahap analisis situasi.
Tahap ini dimkasudkan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi
Puskesmas melalui proses analisis terhadap data
yang dikumpulkan tim yang telah ditunjuk oleh Kepala
Puskesmas. Data- data tersebut mencakup data umum,
data khusun (hasil penilaian kinerja Puskesmas.
17
4) Mencari akar penyebab, dapat mepergunakan
diagram sebab akibat, pohon masalah, curah
pendapat, dan alat lain yang dapat digunakan.
b. Penyusunan RUK
Penyusunan RUK meliputi upaya kesehatan upaya
wajib, pengembangan dan upaya khusus setempat
yang meliputi:
1) Kegiatan tahun yang akan datang,
2) Kebutuhan sumber daya,
3) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan wajib,
pengembangan maupun khusus setempat dan rencana
inovasi secara bersama-sama, terpadu dan terintegrasi,
dengan langkah-langkah:
a. Mempelajarai alokasi kegiatan,
b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan
RUK,
c. Menyusun rancangan awal secara rinci,
d. Mengadakan lokakarya mini,
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas
dengan menggunakan format-format sesuai dengan
Pedomanan Perencanaan Tingkat Puskesmas yang
dikeluarkan Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat, tahun 2006. Adapun format-format
untuk dilihat didalam lampiran buku panduan penyusunan
dokumen ini.
E. Pedoman/Panduan
Pedoman/panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang
memberi arah langkah-langkah yang harus dilakukan. Pedoman
merupakan dasar untuk menentukan dan melaksanakan kegiatan.
18
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga
dapat diartikan pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan
panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/ panduan
dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SPO.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan
maka Puskes menyusun/membuat sistematika buku pedoman/
panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman
atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan
peraturan atau keputusan Kepala Puskesmas untuk
pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas.
3. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi
minimal setiap 2-3 tahun sekali.
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/
Panduan untuk suatu kegiatan/pelayanan tertentu, maka
Puskesmas dalam membuat pedoman/panduan wajib
mengacu pada pedoman/panduan yang diterbitkan oleh
Kementerian Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim
digunakan sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan
Puskesmas
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
19
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup Pelayanan
D. Batasan Operasional
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadual Kegiatan, termasuk Pengaturan
Jaga (Rawat Inap)
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
20
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
Contoh :
Lampiran 3 : Contoh Pedoman Pemberdayaan Masyarakat
21
harus dijelaskan bagaimana cara melaksanakan kegiatan agar
tujuan tercapai, dengan penjadualan yang jelas, dan evaluasi
serta pelaporan.
Petunjuk Penulisan
a. Pendahuluan
Yang ditulis dalam pendahuluan adalah hal-hal yang
bersifat umum yang masih terkait dengan upaya/
kegiatan.
b. Latar belakang
Latar belakang adalah merupakan justifikasi atau
alasan mengapa program tersebut disusun. Sebaiknya
dilengkapi dengan data-data sehingga alasan
diperlukan program tersebut dapat lebih kuat.
22
c. Tujuan umum dan tujuan khusus
Tujuan ini adalah merupakan tujuan program/kegiatan.
Tujuan umum adalah tujuan secara garis besarnya,
sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci.
d. Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-
langkah kegiatan yang harus dilakukan sehingga
tercapainya tujuan Program/kegiatan. Oleh karena itu
antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
e. Cara melaksanakan kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk
melaksanakan kegiatan pokok dan rincian kegiatan.
Metode tersebut bisa antara lain dengan membentuk
tim, melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.
f. Sasaran
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik
dan terukur untuk mencapai tujuan-tujuan upaya/
kegiatan.
Sasaran Program/kegiatan menunjukkan hasil antara
yang diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu.
Penyusunan sasaran program perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu :
1) Specific : sasaran harus menggambarkan
hasil spesifik yang diinginkan, bukan cara
pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah
dan tolok ukur yang jelas sehingga dapat dijadikan
landasan untuk penyusunan strategi dan kegiatan
yang spesifik.
2) Measurable : sasaran harus terukur dan dapat
dipergunakan untuk memastikan apa dan kapan
pencapaiannya. Akontabilitas harus ditanamkan
kedalam proses perencanaan. Oleh karenanya
23
meetodologi untuk mengukur pencapaian sasaran
(keberhasilan upaya/ kegiatan) harus ditetapkan
sebelum kegiatan yang terkait dengan sasaran
tersebut dilaksanakan.
3) Agressive but Attainable : apabila sasaran harus
dijadikan standar keberhasilan, maka sasaran
harus menantang, namun tidak boleh mengandung
target yang tidak layak.
4) Result oriented : sedapat mungkin sasaran harus
menspesifikkan hasil yang ingin dicapai. Misalnya:
mengurangi komplain masyarakat terhadap
pelayanan rawat inap sebesar 50%.
5) Time bound : sasaran sebaiknya dapat dicapai
dalam waktu yang relatif pendek, mulai dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan
(sebaiknya kurang dari 1 tahun). Kalau ada
Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran
antara. Sasaran akan lebih mudah dikelola dan
dapat lebih serasi dengan proses anggaran
apabila dibuat sesuai dengan batas-batas tahun
anggaran di Puskesmas.
g. Jadual pelaksanaan kegiatan
Skedul atau jadwal adalah merupakan perencanaan
waktu untuk tiap-tiap rincian kegiatan yang akan
dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk bagan
Gantt.
h. Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Yang dimaksud dengan evaluasi pelaksanaan kegiatan
adalah evaluasi pelaksanaan kegiatan terhadap jadual
yang direncanakan. Jadual tersebut akan dievaluasi
setiap berapa bulan sekali (kurun waktu tertentu),
sehingga apabila dari evaluasi diketahui ada pergeseran
jadwal atau penyimpangan jadwal, maka dapat segera
diperbaiki sehingga tidak mengganggu Program/
kegiatan secara keseluruhan. Karena itu yang ditulis
24
dalam kerangka acuan adalah kapan (setiap kurun
waktu berapa lama) evaluasi pelaksanaan kegiatan
dilakukan dan siapa yang melakukan.
Yang dimaksud dengan pelaporannya adalah
bagaimana membuat laporan evaluasi pelaksanaan
kegiatan tersebut dan kapan laporan tersebut harus
dibuat. Jadi yang harus ditulis di dalam kerangka acuan
adalah cara bagaimana membuat laporan evaluasi
dan kapan laporan tersebut harus dibuat dan ditujukan
kepada siapa.
h. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan
Pencatatan adalah catatan kegiatan dan yang ditulis
dalam kerangka acuan adalah bagaimana melakukan
pencatatan kegiatan atau membuat dokumentasi
kegiatan.
Pelaporan adalah bagaimana membuat laporan
program dan kapan laporan harus diserahkan dan
kepada siapa saja laporan tersebut harus diserahkan.
Evaluasi kegiatan adalah evaluasi pelaksanaan
Program/kegiatan secara menyeluruh. Jadi yang di
tulis didalam kerangka acuan, bagaimana melakukan
evaluasi dan kapan evaluasi harus dilakukan.
Format kerangka acuan sesuai yang diterapkan di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing- masing.
Contoh :
Lampiran 4 : Program Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien
25
2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi
yang dibuat secara rinci, spesifik dan bersifat instruktif,
yang dipergunakan oleh pekerja sebagai acuan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan spesifik agar dapat mencapai
hasil kerja sesuai persyaratan yang telah ditetapkan (Susilo,
2003).
Langkah didalam penyusunan instruksi kerja sama dengan
penyusunan prosedur, namun ada perbedaan, instruksi
kerja adalah suatu proses yang melibatkan satu bagian/unit/
profesi, sedangkan prosedur adalah suatu proses yang
melibat lebih dari satu bagian/ unit/ profesi. Prinsip dalam
penyusunan prosedur dan instruksi kerja adalah kerjakan
yang ditulis, tulis yang dikerjakan, buktikan dan tindak-lanjut,
serta dapat ditelusur hasilnya.
3. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah suatu
perangkat instruksi/langkah-langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Istilah ini
digunakan di Undang-undang No. 29 Tahun 2004, tentang
Praktik Kedokteran dan Undang-undang No. 44 Tahun 2009,
tentang Rumah Sakit.
Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :
D Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,
D Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja,
disingkat PK),
D Prosedur untuk melakukan tindakan,
D Prosedur Penatalaksanaan
D Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,
D Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,
D Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol
klinis, Algoritma/Clinical Pathway
Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur agar
tidak menjadikan salah tapsir maka yang dipergunakan
didalam dokumen akreditasi Puskesmas dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama didalam buku panduan ini adalah
26
“Standar Prosedur Operasional (SPO)”. Sedangkan
pengertian SPO adalah : Suatu perangkat instruksi/langkah-
langkah yang di bakukan untuk menyelesaikan proses kerja
rutin tertentu.
a. Tujuan Penyusunan SPO
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan
efisien, efektif, konsisten/ seragam dan aman, dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui
pemenuhan standar yang berlaku.
b. Manfaat SPO
c. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
d. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
e. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana
melaksanakan pekerjaannya.
Contoh :
SPO Pemberian informasi, SPO Pemasangan infus,
SPO Pemindahan pasien dari tempat tidur ke kereta
dorong,
f. Format SPO.
1) Format SPO dibakukan agar tidak terjadi banyak
format yang digunakan, contoh pada lampiran,
dan diberlakukan sesuai dengan akreditasi
Puskesmas ini diberlakukan,
2) Format merupakan format minimal, oleh karena
itu format ini dapat diberi tambahan materi/
kolom misalnya, nama penyusun SPO, unit
yang memeriksa SPO. Untuk SPO tindakan
agar memudahkan didalam melihat langkah-
langkahnya dengan bagan alir, persiapan alat
dan bahan dan lain- lain, namun tidak boleh
mengurangi item-tem yang ada di SPO.
27
Format SPO sebagai berikut :
Logo Judul SPO.
No. Dokumen : Ditetapkan Oleh
SPO No. Revisi : Kepala
Nama Tanggal Terbit : Puskesmas…
Organisasi Halaman :
Nama. NIP.
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/ Langkah-
langkah
6. Unit terkait
• Penjelasan :
Penulisan SPO yang harus tetap didalam tabel/
kotak adalah : nama Puskesmas dan logo,
judul SPO, nomor dokumen, tanggal terbit dan
tandatangan Kepala Puskesmas, sedangkan
untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/
langkah- langkah, dan unit terkait boleh tidak
diberi kotak/ tabel.
g. Petujuk Pengisian SPO
a). Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah
kabupaten/kota, nama organisasi adalah nama
Puskesmas, atau logo dan nama dari Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
b). Kotak Heading : masing-masing kotak
(Puskesmas, judul SPO, No. dokumen, No.revisi,
Halaman, SPO, tanggal terbit, ditetapkan Kepala
Puskesmas) diisi sebagai berikut :
• Heading dan kotaknya dicetak pada setiap
halaman. Pada halaman pertama kotak
heading harus lengkap, untuk halaman-
halaman berikutnya kotak heading dapat
hanya memuat: kotak nama Puskesmas,
28
judul SPO, No.dokumen, No.Revisi dan
halaman.
• Kotak Puskesmas/Klinik diberi nama
Puskesmas dan Logo pemerintah daerah,
atau logo dan nama Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama.
• Judul SPO : diberi Judul /nama SPO sesuai
proses kerjanya
• No. Dokumen : diisi sesuai dengan ketentuan
penomeran yang berlaku di Puskesmas/
FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis
agar ada keseragaman.
• No. Revisi : diisi dengan status revisi, dapat
menggunakan huruf. Contoh : dokumen baru
diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi
huruf B dan seterusnya. Tetapi dapat juga
dengan angka, misalnya untuk dokumen
baru dapat diberi nomor 0, sedangkan
dokumen revisi pertama diberi nomor 1, dan
seterusnya.
• Halaman : diisi nomor halaman dengan
mencantumkan juga total halaman untuk
SPO tersebut. misalnya : halaman pertama
: 1/5, halaman kedua: 2/5, halaman terakhir :
5/5.
• SPO diberi penamaan sesuai ketentuan
(istilah) yang digunakan Puskesmas/FKTP,
misalnya : SPO, Prosedur, prosedur tetap,
petunjuk pelaksanaan, prosedur kerja dan
sebagainya, namun didalam akreditasi
Puskesmas dan FKTP memakai istilah SPO.
• Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal
terbitnya atau tanggal diberlakukannya SPO
tersebut.
29
• Ditetapkan Kepala Pusksmas/FKTP : diberi
tandatangan Kepala Puskesmas/FKTP dan
nama jelasnya.
c). Isi SPO
Isi dari SPO minimal adalah sebagai berikut:
1). Pengertian : yang paling awal diisi judul
SPO adalah, dan berisi penjelasan dan
atau definisi tentang istilah yang mungkin
sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/menimbulkan multi persepsi.
2). Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SPO
secara spesifik. Kata kunci : “ Sebagai acuan
penerapan langkah-langkah untuk ……”
3). Kebijakan : berisi kebijakan Kepala
Puskesmas/FKTP yang menjadi dasar
dibuatnya SPO tersebut. Dicantumkan
kebijakan yang mendasari SPO tersebut,
contoh untuk SPO imunisasi pada bayi,
pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala
Puskesmas No 005/2014 tentang Pelayanan
Imunisasi.
4). Referensi : berisikan dokumen ekternal
sebagai acuan penyusunan SPO, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-
undangan, ataupun bentuk lain sebagai
bahan pustaka,
5). Langkah-langkah prosedur : bagian ini
merupakan bagian utama yang menguraikan
langkah-langkah kegiatan untuk menyelesai-
kan proses kerja tertentu.
6). Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan
atau prosedur terkait dalam proses kerja
tersebut.
30
Dari keenam isi SPO sebagaimana diuraikan di
atas, dapat ditambahkan antala lain: bagan alir,
dokumen terkait, dsb menyesuaikan dengan
format SPO yang ditentukan oleh Pemerintah
Daerah, yang penting dalam satu organisasi
menggunakan satu format yang seragam.
o Akhir kegiatan :
31
o Simbol Keputusan :
Ya
?
tidak
o Penghubung :
o Dokumen :
o Arsip :
32
4) Bagaimana memperkenalkan SPO kepada
pelaksana dan unit terkait
5) Bagaimana pengendalian SPO : penomoran,
revisi yang keberapa, dan distribusi kepada
siapa.
6) Syarat penyusunan SPO :
• Identifikasi kebutuhan, yakni
mengidentifikasi apakah kegiatan
yang dilakukan saat ini sudah memiliki
SPO atau belum, dan bila sudah agar
diidentifikasi apakah SPO masih efektif
atau tidak, jika belum apakah kegiatan
tersebut perlu disusun prosedurnya.
• Perlu ditekankan bahwa SPO harus
ditulis oleh mereka yang melakukan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja
tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk
oleh Kepala Puskesmas/FKTP hanya
untuk menanggapi dan mengkoreksi
SPO tersebut. Hal tersebut sangatlah
penting, karena komitmen terhadap
pelaksanaan SPO hanya diperoleh
dengan adanya keterlibatan personel/
unit kerja dalam penyusunan SPO.
• SPO harus merupakan flow charting
dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit
kerja agar mencatat proses kegiatan
dan membuat alurnya kemudian Tim
Mutu diminta memberikan tanggapan.
• Di dalam SPO harus dapat dikenali
dengan jelas siapa melakukan apa,
dimana, kapan, dan mengapa.
• SPO jangan menggunakan kalimat
majemuk, subjek, predikat dan objek
harus jelas.
33
• SPO harus menggunakan kalimat
perintah/instruksi dengan bahasa yang
dikenal pemakai.
• SPO harus jelas, ringkas, dan mudah
dilaksanakan. Untuk SPO pelayanan
pasien maka harus memperhatikan
aspek keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pasien. Untuk SPO
profesi harus mengacu kepada standar
profesi, standar pelayanan, mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) kesehatan, dan
memperhatikan aspek keselamatan
pasien.
f). Proses penyusunan SPO
1) SPO disusun dengan menggunakan format
sesuai dengan panduan penyusunan
dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP ini.
2) Penyusunan SPO dapat dikoordinir oleh
tim mutu/tim akreditasi Puskesmas/FKTP
dengan mekanisme sebagai berikut :
a) Pelaksana atau unit kerja/ upaya
menyusun SPO dengan melibatkan unit
terkait.
b) SPO yang telah disusun oleh pelaksana
atau unit kerja disampaikan ke tim
mutu/tim akreditasi,
c) Fungsi tim mutu/ tim akreditasi
Puskesmas didalam penyusunan SPO
adalah :
(1) Memberikan tanggapan, mengkoreksi
dan memperbaiki SPO yang telah
disusun oleh pelaksana atau
unit kerja baik dari segi bahasa
maupun penulisan,
34
(2) Mengkoordinir proses pembuatan
SPO sehingga tidak terjadi
duplikasi SPO/tumpang tindih
SPO antar unit,
(3) Melakukan cek ulang terhadap
SPO-SPO yang akan ditanda-
tangani oleh Kepala Puskesmas.
(4) Penyusunan SPO dilakukan
dengan mengidentifikasi kebutuhan
SPO. Untuk SPO pelayanan
dan SPO administrasi, untuk
melakukan identifikasi kebutuhan
SPO bisa dilakukan dengan
menggambarkan proses bisnis
di unit kerja tersebut atau alur
kegiatan dari kerja yang dilakukan
di unit tersebut. Sedangkan untuk
SPO klinis, identifikasi kebutuhan
dilakukan dengan mengetahui pola
penyakit yang sering ditangani di
unit kerja tersebut. Dari identifikasi
kebutuhan SPO dapat diketahui
berapa banyak dan macam SPO
yang harus dibuat/disusun. Untuk
melakukan identifikasi kebutuhan
SPO dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan elemen penilaian
pada standar akreditasi, minimal
SPO-SPO apa saja yang harus
ada. SPO yang dipersyaratkan
di elemen penilaian adalah
SOP minimal yang harus ada di
Puskesmas/FKTP. Sedangkan
identifikasi SPO dengan meng-
gambarkan terlebih dahulu proses
bisnis di unit kerja adalah seluruh
35
SPO secara lengkap yang harus
ada di unit kerja tersebut.
(5) Mengingat SPO merupakan flow
charting dari proses kegiatan maka
untuk memperoleh pengertian
yang jelas bagi subyek, penulisan
SPO adalah dimulai dengan
membuat flow chart dari kegiatan
yang dilaksanakan. Caranya
adalah membuat diagram kotak
sederhana yang menggambarkan
langkah penting dari seluruh
proses.
Setelah dibuatkan diagram
kotak maka diuraikan kegiatan di
masing-masing kotak dan dibuat
alurnya.
(6) Semua SPO harus ditandatangani
oleh Kepala Puskesmas/kepala
Klinik,
(7) Agar SPO dapat dikenali oleh
pelaksana maka perlu dilakukan
sosialisasi SPO-SPO tersebut
dan bila SPO tersebut rumit maka
untuk melaksanakan SPO tersebut
perlu dilakukan pelatihan.
g). Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan
penyusunan SPO
1) Ada komitmen dari Kepala Puskesmas/FKTP
yang terlihat dengan adanya dukungan
fasilitas dan sumber daya.
2) Adanya fasilitator/petugas yang mempunyai
kemampuan dan kemauan untuk menyusun
SPO.
36
3) Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal
yang disusun dan disepakati
4) Adanya pemantauan dan pelaporan
kemajuan penyusunan SPO.
5) Tata cara penomoran SPO.
Penomoran SPO maupun dokumen
lainnya diatur pada kebijakan pengendalian
dokumen, dengan ketentuan:
a) Semua SPO harus diberi nomor,
b) Puskesmas/FKTP agar membuat
kebijakan tentang pemberian nomor
untuk SPO sesuai dengan tata naskah
yang dijadikan pedoman,
c) Pemberian nomor mengikuti tata naskah
Puskesmas/FKTP, atau ketentuan
penomoran yang khusus untuk SPO
(bisa menggunakan garis miring atau
dengan sistem digit). Pemberian nomor
sebaiknya dilakukan secara terpusat.
6) Kode-kode dapat dipergunakan untuk
pemberian nomor, seperti contoh sebagai
berikut:
a) Kode unit kerja : masing-masing unit
kerja di Puskesmas/FKTP mempunyai
kode sendiri-sendiri yang dapat
berbentuk angka atau huruf. Sebagai
contoh pada Program Bab VI, dengan
VI/ SPO/KIAKB, dan lain sebagainya
(namun tergantung didalam pedoman
tata naskah yang berlaku,
b) Nomor urut SPO adalah urutan
nomor SPO di dalam unit kerja upaya
Puskesmas/FKTP.
37
c) Satu SPO dipergunakan oleh lebih dari
satu unit yang berbeda misalnya SPO
rujukan pasien maka diberi kolom unit
terkait/unit pemakai SPO.
7) Tata Cara Penyimpanan SPO
a) Penyimpanan adalah bagaimana SPO
tersebut disimpan.
b) SPO asli (master dokumen/ SPO
yang sudah dinomori dan sudah
ditandatangani) agar disimpan di
sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas/
FKTP atau Bagian Tata Usaha
Puskesmas/FKTP, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di organisasi
tersebut tentang tata cara pengarsipan
dokumen yang diatur dalam tata nasakh.
Penyimpanan SPO yang asli harus rapi,
sesuai metode pengarsipan sehingga
mudah dicari kembali bila diperlukan.
c) SPO fotocopy disimpan di masing-
masing unit upaya Puskesmas/FKTP,
dimana SPO tersebut dipergunakan.
Bila SPO tersebut tidak berlaku lagi
atau tidak dipergunakan maka unit kerja
wajib mengembalikan SPO yang sudah
tidak berlaku tersebut ke sekretariat Tim
mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga
di unit kerja hanya ada SPO yang masih
berlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau
Bagian Tata Usaha organisasi dapat
memusnahkan fotocopy SPO yang tidak
berlaku tersebut, namun untuk SPO
yang asli agar tetap disimpan, dengan
lama penyimpanan sesuai ketentuan
dalam ketentuan retensi dokumen yang
berlaku di Puskesmas/FKTP.
38
d) SPO di unit upaya Puskesmas/FKTP
harus diletakkan ditempat yang mudah
dilihat, mudah diambil, dan mudah
dibaca oleh pelaksana.
8) Tata Cara Pendistribusian SPO
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha
menyampaikan SPO kepada unit upaya
atau pelaksana yang memerlukan
SPO tersebut agar dapat digunakan
sebagai panduan dalam melaksanakan
kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan
oleh tim mutu atau bagian Tata Usaha
Puskesmas/FKTP sesuai pedoman tata
naskah.
b) Distribusi harus memakai ekspedisi
dan/atau formulir tanda terima.
c) Distribusi SPO bisa hanya untuk unit
kerja tertentu tetapi bisa juga untuk
seluruh unit kerja lainnya.
d) Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah
menggunakan e-file maka distribusi
SPO bisa melalui jejaring area local, dan
diatur kewenangan otorisasi disetiap
unit kerja, sehingga unit kerja dapat
mengetahui batas kewenangan dalam
membuka SPO.
9) Evaluasi SPO.
Evaluasi SPO dilakukan terhadap isi maupun
penerapan SPO.
a) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap
SPO dapat dilakukan dengan meniai
tingkat kepatuhan terhadap langkah-
langkah dalam SPO. Untuk evaluasi ini
dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar tilik/check list
39
• Daftar tilik adalah daftar urutan
kerja (actions) yang dikerjakan
secara konsisten, diikuti dalam
pelaksanaan suatu rangkaian
kegiatan, untuk diingat, dikerjakan,
dan diberi tanda (check-mark).
• Daftar tilik merupakan bagian dari
sistem manajemen mutu untuk
mendukung standarisasi suatu
proses pelayanan.
• Daftar tilik tidak dapat digunakan
untuk SPO yang kompleks.
• Daftar tilik digunakan untuk
mendukung, mempermudah
pelaksanaan dan memonitor SPO,
bukan untuk menggantikan SPO
itu sendiri.
(1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan
melakukan Identifikasi prsedur yang
membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah
pelaksanaan dan monitoringnya
• Gambarkan flow-chart dari prosedur
tersebut,
• Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
• Susun urutan kerja yang harus
dilakukan,
• Masukkan dalam daftar tilik sesuai
dengan format tertentu,
• Lakukan uji-coba,
• Lakukan perbaikan daftar tilik,
• Standarisasi daftar tilik.
Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan
terhadap SPO dalam langkah-langkah
kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.
40
Compliance rate (CR) = Σ Ya x 100 %
Σ Ya+Tidak
41
disusun disesuaikan dengan persyaratan yang diminta oleh
standar Akreditasi.
2. Rekam implementasi adalah : dokumen yang menjadi bukti
obyektif dari kegiatan yang dilakukan atau hasil yang dicapai
didalam kegiatan Puskesmas/FKTP dalam melaksanakan
regulasi internal atau kegiatan yang direncanakan.
3. Pengendalian dokumen dan rekam implementasi adalah :
sistem penomoran dan sistem penyimpanan dokumen dan
rekam implementasi. Pengendalian dokumen sebagaimana
dipersyaratkan oleh standar akreditasi meliputi :
a. Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit,
b. Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan, dan
persetujuan pemebrlakukan ulang dokumen,
c. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini
dari dokumen teridentifikasi,
d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen
yang dapat diterapkan tersedia ditempat pengguna,
e. Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan
segeradapat teridentifikasi,
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar
organisasi yang ditetapkan oleh organisasi yang penting
untuk perencanaan dan operasional sistem manajemen
mutu diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan,
g. Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen
kadaluwarsa dan untuk menerapkan identifikasi yang
sesuai pada dokumen bila disimpan untuk maksud
apapun.
42
dapat terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses
kembali.
Untuk memperjelas dokumen akreditasi Puskesmas/FKTP
dilengkapi dengan contoh- contoh dokumen sebagai lampiran dari
pedoman ini.
I. Penataan Dokumen.
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi
Puskesmas/FKTP di kelompokan berdasarkan masing-masing
bab/kelompok pelayanan/UKM dengan diurutkan setiap urutan
kriteria dan elemen penilaian dan diberikan daftar secara
berurutan.
43
BAB IV
PENUTUP
44
LAMPIRAN
45
46
LAMPIRAN 1. Contoh Surat Keputusan Tentang Kebijakan Mutu
Dan Keselamatan Pasien
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUKESMAS ABCD
Nomor : 009/KAPUS/III/2014
TENTANG
KEBIJAKAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS
ABCD
47
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : …………………
pada tanggal : 1 April 2014
KEPALA PUSKESMAS ABCD,
Nama
48
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
NOMOR …….
TENTANG : KEBIJAKAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
49
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien
melalui standarisasi, perancangan sistem, rancang ulang
sistem untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
g. Penerapan manajemen risiko pada semua lini pelayanan
baik pelayanan klinis maupun penyelenggaraan UKM.
h. Manajemen risiko klinis untuk mencegah terjadinya kejadian
sentinel, kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera,
dan keadaan potensial cedera.
i. Program dan Kegiatan-kegiatan peningkatan mutu
pelayanan klinis dan keselamatan pasien, termasuk di
dalamnya program peningkatan mutu laboratorium dan
program peningkatan mutu pelayanan obat.
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk
menyampaikan permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan
tindak lanjut yang dilakukan.
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan
keselamatan pasien.
5. Perancangan sistem/proses pelayanan memperhatikan butir-butir
di bawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai
Puskesmas,dan perencanaan Puskesmas,
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, dan staf,
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman
praktik klinis, standar pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah
dan berbagai panduan dari profesi maupun panduan dari
Kementerian Kesehatan,
d. Sesuai dengan praktik bisnis yang sehat,
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko,
f. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang ada di Puskesmas,
50
g. Dibangun berbasis praktik klinis yang baik,
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan yang
terkait,
i. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses
dan sistem pelayanan.
6. Seluruh kegiatan mutu dan keselamatan pasien harus
didokumentasikan.
7. Wakil manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien kepada Kepala Puskesmas tiap
tribulan.
8. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/keluarga dan staf,
serta mempertimbangkan kekritisan, risiko tinggi, dan potensial
bermasalah, maka area prioritas yang perlu mendapat perhatian
dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah:
a. Pencapaian 6 sasaran keselamatan pasien.
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan Farmasi
d. Pelayanan Gawat Darurat
51
LAMPIRAN 2. Contoh Template Pedoman Mutu
PEDOMAN/MANUAL MUTU
52
proses pelayanan yang terdiri dari penyelenggaraan Upaya
Kesehatan Masyarakat, yang meliputi: upaya……..dst, dan
Pelayanan Klinis.
Dalam penyelenggaraan UKM dan pelayanan klinis memperhatikan
keselamatan sasaran/pasien dengan menerapkan manajemen
risiko.
C. Tujuan: Pedoman mutu ini disusun sebagai acuan bagi
Puskesmas dalam membangun system manajemen
mutu baik untuk penyelenggaraan UKM maupun untuk
penyelenggaraan pelayanan klinis
D. Landasan hukum dan acuan:
Landasan hukum yang digunakan dalam menyusun
pedoman mutu ini adalah : (sebutkan peraturan yang terkait
dengan puskesmas)
Acuan yang digunakan dalam menyusun pedoman mutu ini
adalah: standar akreditasi puskesmas dan persyaratan ISO
9001:2008
E. Istilah dan definisi (urutkan sesuai abjad):
a. Pelanggan
b. Kepuasan pelanggan
c. Pasien
d. Koreksi
e. Tindakan korektif
f. Tindakan preventif
g. Pedoman mutu
h. Dokumen
i. Rekaman
j. Efektivitas
k. Efisiensi
l. Proses
m. Sasaran mutu
53
n. Perencanaan mutu
o. Kebijakan mutu
p. Sarana
q. Prasarana……dsb (sesuai kebutuhan)
B. Pengendalian dokumen:
1. Secara umum dokumen-dokumen dalam system
manajemen mutu yang disusun meliputi:
Dokumen level 1 : Kebijakan, dokumen level 2:
pedoman/manual, dokumen level 3: standar prosedur
operasional, dan dokumen level 4: rekaman-rekaman
sebagai catatan sebagai akibat pelaksanaan kebijakan,
pedoman, dan prosedur. (jelaskan bagaimana
pendendalian dokumen di puskesmas: proses
54
penyusunan dokumen, pengesahan, penomoran,
pemberlakukan, distribusi, penyimpanan, pencarian
kembali, proses penarikan dokumen yang kadaluwarsa,
dsb)
2. Pengendalian rekam implementasi (jelaskan bagaimana
pengendalian rekam implementasi di puskesmas)
55
upaya puskesmas. Perencanaan disusun dengan
memperhatikan kebutuhan dan harapan pelanggan, hak
dan kewajiban pelanggan, serta upaya untuk mencapai
sasaran kinerja yang ditetapkan. Perencanaan mutu
Puskesmas dan keselamatan pasien berisi program-
program kegiatan peningkatan mutu yang meliputi:
a. Penilaian dan peningkatan kinerja baik UKM
maupun UKP
b. Upaya pencapaian enam sasaran keselamatan
pasien
c. Penerapan manajemen risiko pada area prioritas
d. Penilaian kontrak/kerjasama pihak ketiga
e. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan
pasien
f. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium
g. Peningkatan mutu pelayanan obat
h. Pendidikan dan pelatihan karyawan tentang mutu
dan keselamatan pasien
5. Tanggung jawab, wewenang (jelaskan tangung jawab
dan wewenang mulai dari Kepala, wakil manajemen
mutu/penanggung jawab mutu, penanggung jawab UKM,
tanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh karyawan
dalam peningkatan mutu
6. Wakil manajemen mutu/Penanggung jawab manajemen
mutu
Kepala Puskesmas menunjuk seorang wakil manajemen
mutu yang bertanggung jawab untuk mengkoordinir seluruh
kegiatan mutu di Puskesmas:
• Memastikan system manajemen mutu ditetapkan,
diimplementasikan, dan dipelihara
• Melaporkan kepada manajemen kinerja dari system
manajemen mutu dan kinerja pelayanan
56
• Memastikan kesadaran seluruh karyawan terhadap
kebutuhan dan harapan sasaran/pasien
7. Komunikasi internal
Komunikasi internal dilakukan dengan cara workshop
(minilokakarya), pertemuan, diskusi, email, sms, memo dan
media lain yang tepat untuk melakukan komunikasi
8. Tinjauan Manajemen :
a. Umum: Rapat tinjauan manajemen dilakukan minimal
dua kali dalam setahun
b. Masukan tinjauan manajemen meliputi :
• Hasil audit
• Umpan balik pelanggan
• Kinerja proses
• Pencapaian sasaran mutu
• Status tindakan koreksi dan pencegahan yang
dilakukan
• Tindak lanjut tehadap hasil tinjauan manajemen
yang lalu
• Perubahan terhadap Kebijakan mutu
• Perubahan yang perlu dilakukan terhadap system
manajemen mutu/system pelayanan
c. Luaran tinjauan : Hasil yang diharap dari tinjauan
manajemen adalah peningkatan efektivitas system
manajemen mutu, peningkatan pelayanan terkait
dengan persyaratan pelanggan, dan identifikasi
perubahan-perubahan, termasuk penyediaan sumber
daya yang perlu dilakukan
57
pelayanan di puskesmas. Penyediaan sumber daya
meliputi: (baik untuk penyelenggaraan UKM maupun
pelayanan klinis)
2. Manajemen sumber daya manusia
Penyediaan sumber daya manusis, proses rekrutmen,
proses kredensial, proses pelatihan dan peningkatan
kometensi
3. Infrastruktur (jelaskan pengelolaan infrastruktur yang
harus dilakukan)
4. Lingkungan kerja (jelaskan bagaimana upaya
memelihara lingkungan kerja tetap aman, hijau, dan
bersih, serta mengupayakan penghematan)
58
2. Pelayanan klinis:
a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien
b. Penunjang pelayanan klinis
c. Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan
Keselamatan Pasien:
1) Penilaian indikator kinerja klinis
2) Pengukuran pencapaian sasaran
keselamatan pasien
3) Pelaporan insiden keselamatan pasien
4) Analisis dan tindak lanjut
5) Penerapan manajemen risiko
III. Penutup
Lampiran (jika ada)
59
LAMPIRAN 3. Contoh Pedoman Pemberdayaan Masyarakat
PEDOMAN
PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
60
yang dimiliki masyarakat diantaranya meliputi community
leadership, community organization, community financing,
community material, community knowledge, community
technology, community decision making process, dalam upaya
peningkatan kesehatan, potensi tersebut perlu dioptimalkan;
6) Upaya pencegahan lebih efektif dan efisien dibanding upaya
pengobatan, dan masyarakat juga mempunyai kemampuan
untuk melakukan upaya pencegahan apabila dilakukan upaya
pemberdayaan masyarakat terutama untuk ber-perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS).
Untuk keberhasilan penyelenggaraan berbagai upaya
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lebih difokuskan
pada: a) meningkatnya perubahan perilaku dan kemandirian
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, b) meningkatnya
kemandirian masyarakat dalam sistem peringatan dini,
penanggulangan dampak kesehatan akibat bencana,
serta terjadinya wabah/KLB, c) meningkatnya keterpaduan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dengan kegiatan
yang berdampak pada income generating. Disamping itu, upaya
pemberdayaan masyarakat harus dimulai dari masalah dan
potensi spesifik daerah, oleh karenanya diperlukan pendelegasian
wewenang lebih besar kepada daerah.
B. Tujuan
Meningkatnya upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
(UKBM) sehingga masyarakat mampu mengatasi permasalahan
kesehatan yang dihadapi secara mandiri dan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua pemangku kepentingan
terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan dan pembinaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan di Kecamatan
ABCD
61
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
62
bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas,
lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor
internal dan eksternal yang saling berkontribusi dan mempengaruhi
secara sinergis dan dinamis. Salah satu faktor eksternal dalam
proses pemberdayaan masyarakat adalah pendampingan oleh
fasilitator pemberdayaan masyarakat. Peran fasilitator pada
awal proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap
selama proses berjalan sampai masyarakat sudah mampu
menyelenggarakan UKBM secara mandiri dan menerapkan
PHBS.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan
seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip:
1. Kesukarelaan, yaitu keterlibatan seseorang dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat tidak boleh berlangsung karena
adanya pemaksaan, melainkan harus dilandasi oleh
kesadaran sendiri dan motivasinya untuk memperbaiki dan
memecahkan masalah kehidupan yang dirasakan.
2. Otonom, yaitu kemampuannya untuk mandiri atau
melepaskan diri dari ketergantungan yang dimiliki oleh setiap
individu, kelompok, maupun kelembagaan yang lain.
3. Keswadayaan, yaitu kemampuannya untuk merumuskan
melaksanakan kegiatan dengan penuh tanggung jawab,
tanpa menunggu atau mengharapkan dukungan pihak luar.
4. Partisipatif, yaitu keikutsertaan semua pemangku
kepentingan sejak pengambilan keputusan, perencanan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, dan pemanfaatan
hasil-hasil kegiatannya.
63
5. Egaliter, yang menempatkan semua pemangku kepentingan
dalam kedudukan yang setara, sejajar, tidak ada yang
ditinggikan dan tidak ada yang merasa direndahkan.
6. Demokratis, yang memberikan hak kepada semua pihak
untuk mengemukakan pendapatnya, dan saling menghargai
pendapat maupun perbedaan di antara sesama pemangku
kepentingan.
7. Keterbukaan, yang dilandasi kejujuran, saling percaya, dan
saling memperdulikan.
8. Kebersamaan, untuk saling berbagi rasa, saling membantu
dan mengembangkan sinergisme.
9. Akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan dan
terbuka untuk diawasi oleh siapapun.
10. Desentralisasi, yang memberi kewenangan kepada setiap
daerah otonom (kabupaten dan kota) untuk mengoptimalkan
sumber daya kesehatan bagi sebesar-besar kemakmuran
masyarakat dan kesinambungan pembangunan kesehatan.
64
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadualan Penanggung jawab UKM, UKP, dan
karyawan puskesmas dikoordinir oleh Penanggung jawab UKM
Promosi Kesehatan sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadual Kegiatan
Jadual pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
disepakati dan disusun bersama dengan sektor terkait dalam
pertemuan lokakarya mini lintas sektor tiap tiga bulan sekali
65
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
dilakukan oleh Penanggung jawab UKM Promosi Kesehatan yang
menempati ruang C dari gedung Puskesmas. Pelaksanaan rapat
koordinasi dilakukan di aula Puskesmas ABCD yang terletak di
sebelah utara ruang C.
Aula
Aula R
R
Puskesmas Ruang Tunggu
Ruang Tunggu KIA
KIA
Puskesmas
R
R.C Periks
Periks
B. Standar Fasilitas
1. Panduan pemberdayaan masyarakat : 1 buah
2. Panduan PHBS : 1 buah
3. Kit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat : 1 kit
4. Kit audividual, yang terdiri dari :
a. Wireless microphone : 4 buah
b. Speaker: 2 buah
c. LCD projektor
66
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
67
4. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh masyarakat
bersama dengan pengelola pemberdayaan dengan
menggunakan metode dan waktu yang disepakati bersama
secara berkesinambungan untuk mengetahui dan menilai
pencapaian kegiatan yang dijalankan. Hasil evaluasi ini
digunakan sebagai rujukan untuk melakukan kegiatan yang
berkelanjutan.
68
metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat
harus diajak untuk berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri
atas masalah yang dihadapinya.
2. Tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan penerima
manfaat sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan
rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan penerima
manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukkan beberapa
contoh nyata tentang potensi masalah dan peluang yang
dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri sehingga
penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya.
3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga
kegiatan pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan
kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang
diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh
masyarakat.
4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan
penerima manfaat karena suasana akrab akan memperlancar
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar
terjadi perbaikan mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga
dan masyarakatnya.
69
(b) observasi lapangan secara langsung,
(c) wawancara dengan informan kunci dan lokakarya,
(d) pemetaan dan pembuatan diagram/grafik,
(e) studi kasus, sejarah lokal dan biografi,
(f) pembuatan kuesioner sederhana dan singkat, serta
(g) pembuatan laporan lapangan secara cepat.
70
10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat
11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang
dihadapi dan ditemukan masyarakat
12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok
terarah
13. Analisis pola keputusan
14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta
mobilisasi masyarakat.
15. Pengurutan potensi atau kekayaan
16. Pengorganisasian masalah
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Persiapan
a. Diseminasi informasi pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan tingkat Kecamatan dan pihak lain
yang terkait.
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan tingkat
Kecamatan
2. Perencanaan
a. Merencanakan teknis kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan lintas sektor terkait
b. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan yang
bersumber dari dana pemberdayaan masyarakat dari
masing-masing sektor untuk kegiatan terintegrasi
3. Pelaksanaan
a. Menetapkan mekanisme koordinasi antar sektor terkait
dengan leading sektor dari Puskesmas (penanggung
jawab Promosi Kesehatan)
71
b. Membentuk dan mengaktifkan kelembagaan untuk
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat
bidang kesehatan di tingkat Kecamatan.
5. Melaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang
kesehatan sesuai dengan jadual yang telah disusun kepada
Kecamatan.
4. Monitoring Evaluasi
a. Monitoring pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat
b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
72
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
73
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
BAB IX
PENUTUP
74
LAMPIRAN 4. Contoh Pedoman Pemberdayaan Masyarakat
I. Pendahuluan
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit
pelayanan yang ada dan seluruh karyawan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang bermutu dan peduli terhadap
keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat, dankaryawan
yang bekerja di rumahsakit.
Program mutu dan keselamatan pasien merupakan program
yang wajib direncanakan, dilaksanakan, dimonitor, dievaluasi dan
ditindaklanjuti diseluruh jajaran yang ada di Puskesmas X, mulai
dari pemilik, direktur, penanggungjawab pelayanan klinis, dan
seluruh karyawan.
Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien …. yang menjadi acuan dalam penyusunan
program-program mutu dan keselamatan pasien di unit kerja
untuk dilaksanakan pada tahun 2015.
75
D. Pilihan prioritas:
Berdasarkan data tersebut di atas, maka prioritas peningkatan
mutu klinis dan keselamatan pasien di Puskesmas X adalah:
a. Pelayanan rawat darurat
b. Pelayanan ANC dan pertolongan persalinan
c. Pelayanan obat
Pelindung
Ka Puskesmas
Wakil Manjemen
Mutu
Pokja
Pokja rajal Pokja ranap Pokja obat
penunjang
76
kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Wakil Manajemen Mutu bersama dengan tim PMKP
mengadakan rapat koordinasi tiap tiga bulan untuk
memonitor kemajuan dalam pelaksanaan kegiatan dan
mengatasi permasalahan.
2. Pelaporan
Tiap pokja melaporkan kegiatan setiap bulan kepada
ketua tim PMKP dalam bentuk laporan bulanan.
Ketua tim PMKP melaporkan kegiatan PMKP kepada
Kepala Puskesmas dengan tembusan kepada Wakil
Manajemen Mutu tiap bulan.
IV. Tujuan
B. Tujuan khusus:
1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis
2. Meningkatkan mutu manajemen
3. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan
pasien
77
V. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
78
VI. Cara melaksanakan kegiatan dan sasaran
A. Cara melaksanakankegiatan:
Secara umum dalam pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien adalah mengikuti siklus Plan Do Check
Action.
B. Sasaran :
1. Kinerja pelayanan klinis diukur pada semua unit
pelayanan
2. Tercapainya sasaran keselamatan pasien
3. 100 % insiden keselamatan pasien dilaporkan dan
ditindak lanjuti
4. Manajemen risiko diterapkan pada tahun 2015 di
pelayanan laboratorium dan obat
5. Tidak terjadi kematian ibu pada tahun 2015
6. Terlaksananya diklat PMKP sesuai rencana
7. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat
8. Tidak terjadi kesalahan pemeriksaan laboratorium
79
VII. JADUAL KEGIATAN (GAMBARKAN DALAM BAGAN Gantt
untuk rencana satu tahun)
Cara
No Kegiatan Pokok Sasaran Umum Rincian Kegiatan Sasaran Melaksanakan
Kegiatan
A Penilaian kinerja Kinerja pelayanan Memilih dan menetapkan Tersusun Pertemuan
pelayanan klinis klinis diukur pada indicator mutu pelayanan indikator pembahasan
semua unit klinis, Sasaran pelayanan indikator
pelayanan klinis Keselamatan Pasien dan klinis dan profil
menyusun profil indicator indikator
Menyusunpanduanpenilai Tersusunnya Pertemuan
an kinerja klinis panduan pembahasan
penilaian panduan
kinerja klinis penilaian
kinerja klinis
Mencatat data melalui Terkumpulnya Pencatatan
sensus harian data melalui sensus harian
sensus harian
Melaksanakan penilaian Terkumpulnya Pertemuan
kinerja pelayanan klinis data indikator pembahasan
kinerja capaian
pelayanan indikator
klinis pelayanan
klinis
Melakukan analisis Hasil analisis PDCA
kinerja pelayanan klinis kinerja
pelayanan
klinis
Melaksanakan tindak Laporan PDCA
lanjut hasil analisis pelaksanaan
kinerja pelayanan klinis tindak lanjut
B Sasaran ....dst
Keselamatan
pasien
80
Dilakukan pelaporan hasil analisis penilaian kinerja pelayanan
klinis tiap tiga bulan oleh ketua PMKP kepada Kepala Puskesmas,
dan didistribusikan kepada unit-unit terkait untuk ditindak lanjut
Dilakukan pelaporan tahunan hasil analisis penilaian kinerja
pelayanan klinis oleh Ketua PMKP kepada Kepala Puskesmas.
81
LAMPIRAN 5. Contoh SPO Injeksi Intra Muskuler
1. Pengertian a. Injeksi intra muskular adalah: pemberian obat dengan cara memasukkan
obat ke dalam jaringan otot menggunakan spuit injeksi dilakukan pada
otot pangkal lengan atau otot paha bagian luar (yaitu 1/3 tengah paha
sebelah luar)
2. Tujuan Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot agar cepat terserap oleh
tubuh
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.004/2014 tentang pelayanan klinis
82
1. Petugas mencuci tangan,
2. Petugas menyiapkan alat – alat dan
bahan dalam bak instrumen steril,
3. Petugas Memberi tahu maksud
tindakan kepada pasien
4. Petugas melakukan aspirasi obat
dosis dengan spuit injeksi
5. Petugas Mengatur posisi pasien
6. Petugas memilih area penusukan
yang bebas dari lesi dan peradangan
7. Petugas membersihkan area
penusukan menggunakan kapas
alkohol
8. Petugas membuka tutup jarum
9. Petugas menusukkan jarum ke
daerah penusukan dengan sudut 90
derajat, kira – kira sampai jaringan
otot
10. Petugas meLakukan aspirasi spuit,
11. Petugas mengobservasi ada tidak
darah dalam spuit
12. Jika ada darah tarik kembali jarum
dari kulit,
13. Petugas menekan tempat
penusukan dengan kapas alkohol
14. Petugas mengganti penusukan ke
tempat lain
15. Jika tidak ada darah, masukkan obat
perlahan – lahan hingga habis
16. Petugas mencabut jarum
17. Petugas menekan tempat
penusukan dengan kapas alkohol
18. Petugas memberitahu kepada
pasien bahwa tindakan sudah
selesai
19. Petugas membuang sampah medis
pada tempatnya
20. Petugas mencatat tindakan dalam
rekam medis,
21. Petugas merapikan alat dan bahan,
22. Petugas mencuci tangan.
7. Hal-hal yang perlu Observasi pasien antara 5 sampai dengan 15 menit terhadap reaksi obat.
diperhatikan
8. Unit terkait 1. Klinik Umum
2. Klinik Gigi,
3. Rawat Inap,
5. Immunisasi,
6. Ruang KIA.KB
7. Puskesmas Pembantu
8. Dokumen terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan tindakan.
83
TIM PENYUSUN
84
EDITOR
KONTRIBUTOR
dr. Sri Hastuti Nainggolan, MPH; Dr. dr. Sutoto, M.Kes; dr. Djoti
Atmodjo, Sp.A, MARS; Ir. Hendrumal Pandjaitan, MSc.; Sundoyo,
SH, MH; drg. Bulan Rachmadi, M.Kes; drg. Haslinda, M.Kes; dr.
Novana Perdana Putri; dr. Eko Budi Priyatno, MARS; dr. Diar Wahyu
Indriarti, MARS; dr. B. Eka Anoegrahi Wahjoeni, M.Kes; drg. Enizar
Nurdin; Drs. Sutanto, MM; Ahmad Eru S, SKp, M.Kep, Sp.Kom;
Ns. Riyanto, M.Kes, S.Kp, M.Kep; drg. Anwarul Amin, MARS; drg.
Sudono, M.Kes; Hazna Halta, SKM, MKM; Rita Utrajani, SKM, MKM;
Endardi, SKM; drg. Roozana Medalia; dr. Nirmala; drg. Rochendah,
M.Kes; drg. Lili Apriliani, M.Kes; dr. Ribut Pantjarohana; dr. Rostina
Soehardi, M.Kes; drg. Nana; drg. Retno Lukitawati, M.Kes; dr. Ida Ayu
Merthawati; dr. Kamal Amirudin, MARS; Uud Cahyono, SH, MARS;
Prapti Widyaningsih, SH; Bayu K, SH; dr. Yayan Gusman; drg. Fara
Rosalina, Feni Melanie, SH; dr. Putu Lohita Rachmawati, MPH; Fitri
Wulandari, SH
SEKRETARIAT
85
86
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Gedung Adhyatma
Jl. HR. Rasuna Said Blok. X5 Kav. 4-9 Lt. 5 Blok B Ruang 508 Kuningan - Jakarta Selatan
Telp. 0215201590 Fax. 021-5222430
e-mail : yankesdas@gmail.com
http : www.depkes.go.id
ISBN 978-602-235-730-8
9 786022 357308