Muatan listrik adalah muatan dasar yang dimiliki suatu benda, yang membuatnya
mengalami gaya pada benda lain yang berdekatan dan juga memiliki muatan listrik.
Simbol Q sering digunakan untuk menggambarkan muatan. Sistem Satuan
Internasional (SI) dari satuan Q adalah coulomb, yang merupakan 6.24 x 10 18 muatan
dasar.
Muatan listrik suatu benda ditentukan oleh jumlah proton dan elektron yang dikandung
benda tersebut.
a. Muatan listrik yang sejenis akan saling tolak menolak dan muatan tidak sejenis akan
saling tarik menarik.
b. Muatan Listrik merupakan besaran pokok fisika yang diukur dalam satuan coulomb
disimbolkan dengan (C). Satu coulomb sama dengan 6.24 x 10 18 e (e = muatan proton).
Sehingga mautan yang dikandung oleh proton adalah 1,602 x 10-19 coulomb. Elektron
memiliki muatan yang sama dengan proton namun berbeda jenis (-)1,602 x 10-
19 coulomb.
c. Muatan listrik memiliki hukum kekekalan muatan. Gaya yang ditimbulkan dua muatan
memiliki karakter yang sama seperti gaya gravitasi yang ditumbulkan dua buah benda
dengan massa tertentu. Gaya antar muatan juga bersifat konservatif dan terpusat.
“Gaya tarik menarik atau gaya tolak menolak antara dua muatan listrik sebanding
dengan muatan-muatannya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang
memisahkan kedua muatan tersebut.”
Keterangan:
Apabila medium muatan bukan pada medium vakum atau udara maka besar gaya
antaran muatan q1 dan q2 akan lebih kecil
ε = εr εo
Dalam vakum nilai εr adalah 1, sedangkan dalam udara εr adalah 1,0006. Dengan
demikian gaya coloumb dalam medium rumusnya yaitu:
Cara Penyelesaian:
Pertama tentukan terlebih dahulu besar gaya coulomb (gaya tarik menarik muatan) dan
untuk mencari tegangan, gunakan aturan phytagoras karena tegangan talinya
merupakan resultan dari dua gaya, gaya berat muatan q1 dan gaya coulomb.
Jawab:
Setelah gaya tarik menarik antara kedua muatan listrik ketemu, untuk mencari tegangan
tali, cari resultannya dengan gaya berat muatan.
Demikian artikel pembahasan tentang Pengertian Muatan Listrik, Jenis, Sifat, Rumus
dan Contoh Soal Muatan Listrik Lengkap , semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti
postingan kami berikutnya. Sampai jumpa
Arus Listrik
Pada umumnya, aliran arus listrik sendiri mengikuti arah aliran muatan positif. Dengan
kata lain, arus listrik mengalir dari muatan positif menuju muatan negatif, atau bisa pula
diartikan bahwa arus listrik mengalir dari potensial menuju potensial rendah.
Berdasarkan arah alirannya, arus listrik dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yakni :
Arus Searah (Direct Current/DC), dimana arus ini mengalir dari titik berpotensial
tinggi menuju titik berpotensial rendah.
Arus Bolak-Balik (Alternating Current/AC), dimana arus ini mengalir secara
berubah-ubah mengikuti garis waktu.
R = V/I
Keterangan
V adalah tegangan
I adalah arus.
Satuan SI untuk Hambatan adalah Ohm (R).
Selanjutnya, Bila baterai yang dipakai dua buah, maka lampu akan menyala lebih
terang. Bila baterai yang dipakai tiga buah, maka lampu menyala makin terang.
Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan beda potensial kutub positif dan kutub
negatifnya makin besar sehingga muatan muatan listrik yang mengalir pada penghantar
makin banyak atau arus listriknya makin besar.
Besarnya arus listrik (disebut kuat arus listrik) sebanding dengan banyaknya muatan
listrik yang mengalir. Kuat arus listrik adalah suatu kecepatan aliran muatan listrik.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kuat arus listrik ialah jumlah muatan listrik
yang melalui penampang suatu penghantar setiap satuan waktu. Jika jumlah muatan q
melalui penampang penghantar dalam waktu t, maka kuat arus I secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
Keterangan:
I : kuat arus listrik (A)
q : muatan listrik yang mengalir (C)
t : waktu yang diperlukan (s)
Berdasarkan persamaan tersebut, bisa disimpulkan bahwa satu coulomb yaitu muatan
listrik yang melalui sebuah titik dalam suatu penghantar dengan arus listrik tetap satu
ampere dan mengalir selama satu sekon.
Mengingat muatan elektron sebesar -1,6 × 10-19 C, (tanda negatif (-) menunjukkan
jenis muatan negatif), maka banyaknya elektron (n) yang menghasilkan muatan 1
coulomb dapat dihitung sebagai berikut.
1 C = n × 1,6 × 10-19 C,
n=1/1,6
Penyelesaian :
Diketahui :
Q = 180 C
t = 30 sekon
Ditanya I = …. ?
Jawab
I = Q/t
= 180 C/30s = 6 C/s
Jadi, besarnya arus listrik adalah 6 A.
2. Jika diketahui kuat arus sebuah sumber arus listrik adalah 5 A, hitunglah muatan
yang mengalir selama 1 menit!
Penyelesaian
Diketahui
I=5A
t = 1 menit = 60 detik
Ditanya Q = …. ???
Jawab
I = Q/t
Q = Ixt
= 5 A x 60 s
= 300 C
Jadi, banyaknya muatan yang mengalir adalah 300 C.
Tegangan Listrik
Secara teori dapat dinyatakan bahwa tidak ada arus listrik maka tidak akan ada
tegangan. Memang secara praktek pernyataan itu benar, tapi yang menjadi pernyataan
mengapa pada dua kawat yang terbuka jika diukur tegangannya ada tetapi arusnya
tidak mungkin mengalir karena circuitnya terbuka (putus). Ini akan saya jelaskan
berserta gambar pada bagian pengukuran.
Sumber-sumber Tegangan Listrik. Sumber utama listrik rumah tangga dan industri di
negara ini adalah berasal dari litrik PLN (Perusahaan Listrik Negara). Ada beberapa
industri menggunakan generator hanya sebagai cadangan jika supply listrik PLN
padam. Alasannya sangat sederhana, yaitu karena listrik PLN jauh lebih murah
dibanding dengan menggunakan tenaga diesel generator. PLN sendiri memiliki
bermacam-macam pembangkit, tergantung kondisi ketersediaan energi daerah yang
bersangkutan.
Untuk daerah pegunungan biasanya memanfaatkan air terjun sebagai sumber tenaga
untuk menggerakkan turbin. Atau daerah rendah juga bisa memanfaatkan bendungan,
yang kemudian debit air yang keluar diatur sedemikian rupa supaya bisa menggerakkan
turbin. Batubara juga bisa dijadikan sumber tenaga listrik, yaitu menjadikannya sebagai
bahan bakar pada boiler, uap boiler bisa menjadi sumber energi gerak pada turbin.
Sebenarnya antara arus dan tegangan sengat terkait erat, contohnya terkadang kita
bingung dengan pernyataan sumber tegangan listrik atau sumber arus listrik. Menurut
saya dua-duanya benar, karena pada saat arus mengalir maka teganganpun akan ada
disana. Yang pasti pada dasarnya yang harus anda ketahui adalah bahwa arus atau
tegangan listrik itu muncul hanya karena adanya elektron yang bergerak.
V=P/I
atau
V = I. R
Keterangan :
V : Tegangan listrik (Volt)
I : Arus listrik (Ampere)
P : Daya listrik (watt)
Memang secara ilmu kelistrikan tingkat lanjut, baik arus kuat atau arus lemah maka
akan banyak sekali variasi rumus atau rumus-rumus turunan hasil pengembangan. Hal
itu tergantung kondisi rangkaian yang lebih komplek. Jadi tidak hanya ada resistor
sebagai tahanan, tetapi juga ada kapasitor, induktor, dioda, transistor dan bahan-bahan
semikonduktor lainnya yang semuanya akan mempengaruhi tegangan listrik yang
mengalir pada rangkaian.
Cara Pengukuran Tegangan Listrik. Untuk mengukur tegangan yang jatuh pada
kedua titik tertentu pada rangkaian maka kita membutuhkan alat ukur yang disebut
voltmeter. Alat ini biasanya sudah terintegrasi dengan alat yang umum dipakai oleh
para ahli service barang elektronik yaitu multimeter (tester). Karena pada multimeter
selain mengukur tegangan, anda bisa juga mengukur tahanan dan arus listrik.
Yang harus anda perhatikan pada alat ukur tegangan listrik yaitu ada saklar pilih pada
multimeter untuk menentukan apakah kita akan mengukur tegangan ac atau dc. Jadi
jangan selektorny pada posisi dc tetapi anda mengukur tegangan ac. Perhatikan juga
angka maksimal tegangan yang ditunjukkan oleh selector, jangan anda mengukur
tegangan 220 volt dengan selector menunjuk pada angka 50 volt.
Yang pasti dalam melakukan pengukuran tegangan, dua titik yang anda ukur itu
haruslah terdapat komponen elektronika yang memiliki tahanan. Karena jika anda
hanya mengukur dua titik yang terhubung langsung pada kawat, maka bisa dipastikan
tegangan yang jatuh adalah nol (mendekati 0 volt). Ini sesuai dengan hukum ohm,
dimana jika tahanannya 0 ohm maka I x R juga akan 0 volt.
Coba perhatikan 3 (tiga) titik pengukuran tegangan pada gambar rangkaian listrik di
atas.
1. Untuk mengukur tegangan supply (tegangan total), letak voltmeternya
yang paralel dengan baterai, karena baterai adalah 9 volt dc, maka hasil
pengukuran pada multimeter juga akan sama.
2. Untuk mengukur tegangan yang jatuh pada tahanan R1, jadi cara
mengukurnya hubungkan positif multimeter dengan titik yang dianggap
mempunyai polaritas yang lebih tinggi (lebih mendekati sumber + batere),
jangan sampai terbalik.
3. Untuk mengukur tegangan yang jatuh pada lampu, jika tahanan dalam
dari lampu tersebut adalah 10 Kohm, maka secara perhitungan tegangan yang
jatuh pada lampu adalah 8,2 volt. Dan tegangan pada R1 adalah 0,8 volt.
Satu lagi contoh rangkaian listrik yang sederhana :
Percobaan mengukur tegangan listrik
Jika anda ingin membuktikan kebenaran rumus-rumus atau teori tentang tegangan
listrik, anda bisa melakukan percobaan sederhana di rumah. Siapkan bahan-bahannya
seperti batere, dua buah resistor dan satu buah multimter. Buatlah rangkaian seperti
gambar di atas. Coba lakukan pengukuran pada masing-masing resistor dan
bandingkan dengan hasil pergitungan.
Jika nilai resistor dan tegangan sesuai dengan gambar diatas maka secara
perhitungannya sbb:
Arus yang mengalir : I = 9V / (1K + 2K) = 9V / 3000ohm = 3 miliAmpere
Tegangan pada resistor 1K = 3 mA x 1 Kohm = 3 volt
Tegangan pada resistor 2K = 3 mA x 2 Kohm = 6 volt
Selain menghitung arus terlebih dahulu anda bisa menggunakan rumus pembagi
tegangan, agar cepat mendapat nilai tegangan yang jatuh pada titik tertentu.
Istilah tegangan yang dikenal di masyarakat yaitu listrik tegangan tinggi dan
listrik tegangan rendah. Secara angka atau nilai biasanya kita menganggap rendah
atau tinggi itu berdasarkan suatu acuan. Kita sebut nilai ujian 9 tinggi karena nilai 10
adalah nilai maksimal, dan kita sebut nilai 4 rendah. Jadi sekarang apa acuan suatu
tegangan listrik bisa disebut tegangan tinggi dan tegangan rendah. Menurut saya
pribadi listrik disebut tegangan listrik apabila tegangan di atas 220 volt, karena
tegangan ini bisa berbahaya untuk manusia. Sedangkan listrik tegangan rendah
biasanya yang bersumber dari batere yaitu listrik (1,5 voltdc, 5 volt, 9 volt dan 12 volt).
Tapi dalam istilah PLN saya juga kurang tahu, apakah listrik dengan tegangan 220 volt
itu mereka aggap sebagai tegangan tinggi, karena setahu saya pada nilai 220 itu
merupakan nilai tegangan terendah yang mereka temui. Baik dari mulai listrik yang
keluar dari pembangkit (mungkin ribuan Megawatt), trafo penurun, hingga gardu-gardu
pada jalur distribusi
Resistansi Listrik
Nilai Resistansi atau nilai hambatan dalam suatu rangkaian listrik diukur dengan satuan
Ohm atau dilambangkan dengan simbol Omega “Ω”. Sedangkan prefix atau awalan SI
(Standar Internasional) yang digunakan untuk menandakan kelipatan pada satuan
resistansi tersebut adalah kilo Ohm, Mega Ohm dan Giga Ohm.
Pada dasarnya, setiap bahan penghantar atau konduktor memiliki sifat yang
menghambat arus listrik, besaran hambatan listrik pada suatu penghantar atau
konduktor dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
Jenis bahan – contohnya Tembaga memiliki nilai resistansi yang lebih rendah
dibandingkan dengan baja.
Suhu – Nilai resistansi akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu pada
penghantar.
Panjang penghantar – Semakin panjang suatu penghantar, semakin tinggi pula
nilai resistansinya.
Luas penampang – Semakin kecil diameter suatu penghantar, semakin tinggi
pula nilai resistansinya.
Komponen elektronik yang berfungsi sebagai penghambat arus listrik ini adalah
Resistor. Resistor dalam suatu rangkaian elektronika dapat berfungsi untuk
menghambat atau mengurangi aliran arus listrik dan sekaligus juga bertindak untuk
menurunkan level tegangan listrik di dalam rangkaian. Baca juga : Pengertian Resistor
dan Jenis-jenisnya.
V=IxR
atau
R=V/I
atau
I= V/R
Dimana :
V = Tegangan Listrik (Voltage), diukur dalam satuan Volt
I = Arus Listrik (Current), diukur dalam satuan Ampere
R = Hambatan Listrik atau Resistansi (Resistance), diukur dalam satuan Ohm
Dari persamaan tersebut, dapat dijelaskan bahwa setiap 1 Ampere arus listrik yang
mengalir melewati sebuah komponen dengan beda potensial atau tegangan sebesar 1
Volt, maka resistansi atau hambatan listrik pada komponen tersebut adalah 1 Ohm.
Jika suatu rangkaian yang diberikan tegangan 24V dan membutuhkan arus listrik
sebesar 0,5A maka hambatan yang diperlukan adalah 48 Ohm.
R = V/I = 24/0,5
R = 48 Ohm.
Hubungan Hambatan Listrik dengan Tegangan dan Arus Listrik ini juga dapat
dianalogikan dengan sebuah tangki air yang berada pada ketinggian tertentu di atas
tanah. Di dasar tangki tersebut terdapat sebuah pipa air yang digunakan untuk
mengaliri air. Jumlah air pada tangki air dapat diibaratkan sebagai muatan listrik
sedangkan tekanan di ujung selang mewakili tegangan listrik, aliran air mewakili aliran
arus listrik dan ukuran diameter pipa air dapat dianggap sebagai resistansi.
Semakin banyak air di dalam tangki, semakin tinggi tekanan pada ujung selang air
tersebut. Sebaliknya, seiring dengan berkurangnya air didalam dalam tangki, tekanan
air pada ujung selang air tersebut juga akan berkurang. Jumlah air yang mengalir juga
akan berkurang. Demikian juga semakin kecilnya diameter pipa air, semakin sedikit air
yang dapat mengalir.
Energi
Usaha
Usaha adalah besarnya energi untuk merubah posisi yang diberikan gaya pada benda
atau objek. Usaha yang dilakukan suatu objek didefinisikan sebagai perkalian antara
jarak yang ditempuh dengan gaya yang searah dengan perpindahannya.
Agar kamu mampu memahami materi Usaha dan Energi dengan baik, kamu harus
memahami terlebih dahulu materi:
Dimana,
Agar kamu dapat memahami konsep Usaha dengan baik, perhatikan gambar lintasan
Usaha dan komponennya di bawah ini.
[Sumber: Douglas
C. Giancoli, 2005]
Jika gaya yang diberikan pada objek membentuk sudut maka persamaannya menjadi:
Dimana,
Nilai usaha dapat berupa positif atau negatif tergantung arah gaya terhadap
perpindahannya. Jika gaya yang diberikan pada objek berlawanan arah dengan
perpindahannya, maka usaha yang diberikan bernilai negatif. Jika gaya yang diberikan
searah dengan perpindahan, maka objek tersebut melakukan usaha positif.
Usaha juga dapat bernilai nol (0) atau objek tidak melakukan usaha jika,
Energi Potensial
Saat benda bergerak, dapat dikatakan benda memiliki energi kinetik. Akan tetapi, benda
juga kemungkinan memiliki Energi Potensial. Energi Potensial adalah energi yang
dimiliki benda karena posisinya atau bentuk maupun susunannya. Salah satu contoh
energi potensial adalah energi potensial gravitasi atau selanjutnya kita sebut Energi
Potensial. Energi Potensial disebabkan adanya gaya gravitasi. Suatu benda memiliki
energi potensial yang besar jika massanya semakin besar dan ketinggiannya semakin
tinggi.
Dimana,
Energi Mekanik
Energi Mekanik merupakan bentuk energi yang berkaitan dengan gerak. Nah, kedua
tipe energi diatas yakni Energi Kinetik dan Energi Potensial merupakan bagian dari
Energi Mekanik.
Persamaan Energi Mekanik dinotasikan dengan:
Energi Mekanik yang dimiliki suatu benda nilainya selalu konstan/tetap pada setiap titik
lintasan benda, inilah yang disebut sebagai Hukum Kekekalan Energi. Energi tidak
dapat diciptakan ataupun dimusnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk dari satu
bentuk ke bentuk lainnya. Maka persamaan Hukum kekekalan energi dinotasikan
dengan:
Dimana,
Pada pembahasan kali ini disini akan mengulas tentang Energi listrik secara lengkap.
Oleh karena itu marilah simak ulasan yang ada dibawah berikut ini.
Listrik mempunyai satuan Ampere yang disimbolkan dengan A dan tegangan listrik
yang disimbolkan dengan V dengan satuan volt dengan ketentuan kebutuhan
pemakaian daya listrik Watt yang disimbolkan dengan W. Energi listrik bisa diciptakan
oleh sebuah energi lain dan bahkan sanggup memberikan suatu energi yang nantinya
bisa dikonversikan pada energi yang lain.
Rumus Energi Listrik
Jika di dalam sebuah rangkaian diberi beda potensial V sehingga mengalirkan suatu
muatan listrik sejumlah Q dan arus listrik sebesar I, maka energi listrik yang diperlukan,
W = Q V dengan Q = I t
Keterangan :
W merupakan energi listrik dalam satuan joule, di mana 1 joule adalah energi
diperlukan untuk memindahkan satu muatan sebesar 1 coulomb dengan beda potensial
1 volt. Sehingga 1 joule = coulomb × volt.
Sedangkan pada muatan per satuan waktu adalah kuat arus yang mengalir maka
energi listrik bisa ditulis, Karena I = Q/t maka didapatkan perumusan :
W = (I.t).V
W=VIt
Jika persamaan tersebut dihubungkan dengan hukum Ohm ( V = I.R) maka diperoleh
perumusan
Dari persamaan-persamaan menunjukkan bahwa besarnya suatu energi listrik
tergantung pada muatan, beda potensial, arus listrik, hambatan, dan waktu. Semakin
besar muatan, kuat arus, beda potensial dan waktu, semakin besar pula sebuah
energinya. Sedang untuk hambatan, semakin besar hambatan, energinya semakin
kecil.
Penyelesaian
Diketahui :
V = 110 volt
I = 2 ampere
t = 20 menit = 1200 s
Ditanya : W ?
Jawab :
W = V I t = 110 . 2 . 1200 = 264.000 J = 264 kJ
Jadi, energi kalor yang dihasilkan setelah dialiri arus selama 20 menit yaitu 264 kJ
Daya:
Daya merupakan kecepatan dalam melakukan kerja, atau laju energi yang disalurkan
selama melakukan suatu usaha dalam periode waktu tertentu.
Satuan Internasional atau SI untuk daya yakni Joule / Sekon (J/s) = Watt (W).
Satuan Watt digunakan sebagai tanda hormat untuk seorang ilmuwan bernama James
Watt yang berhasil menemukan mesin uap.
Selain itu, satuan daya yang sering digunakan selain watt yakni Daya Kuda atau Horse
Power (hp), yang dimana 1 hp = 746 Watt.
Daya tergolong besaran skalar (besaran yang mempunyai nilai tetapi tidak mempunyai
arah). (https://id.wikipedia.org/wiki/Daya)
Rumus dan Satuan Daya Dalam pelajaran fisika, daya dapat disimbolkan dengan
persamaan seperti berikut ini:
P=W/t
Dilihat dari persamaan di atas, maka dapat kita ubah rumusnya menjadi beberapa
rumus turunan, yakni:
P = (F.s) / t
P=F.v
Hasil disebut dapat kita peroleh sebab Rumus Usaha (W) = Gaya (F) dikali dengan
Jarak (s) dibagi dengan Waktu (t)
serta Rumus Kecepata (v) = jarak (s) dan dibagi waktu (t).
Keterangan
P = Daya ( satuannya J/s atau Watt )
W = Usaha ( Satuannya Joule [ J ] )
t = Waktu ( satuannya sekon [ s ] )
F = Gaya (Satuannya Newton [ N ] )
s = Jarak (satuannya Meter [ m ] )
v = Kecepatan (satuannya Meter / Sekon [ m/s ] )
Jadi, menurut persamaan rumus fisika di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa
semakin besar laju usaha, maka semakin besar pula laju daya.
Sementara itu, semakin lama waktunya maka laju daya akan semakin kecil.
Pelajari juga mengenai Listrik Statis yang tentunya lengkap dari pengertian hingga
contoh soal di dalamnya!
Perbedayaan Daya dan Energi
Selama ini, banyak yang menyamakan antara pengertian daya dan juga energi. Namun
sebetulnya keduanya merupakan hal yang berbeda.
Kemampuan dalam melakukan kegiatan tak hanya dibatasi oleh total energi yang
dimiliki oleh tubuh, namun juga dibatas oleh daya kemampuan tubuh.
Hal tersebut disebabkan tubuh orang tersebut dibatasi dengan adanya daya yang ia
miliki ketika berlari, yakni laju energi kimia yang dimiliki untuk mengubahnya menjadi
suatu energi mekanik.
Daya dan Usaha kerap kali dibahasa secara bersamaan di dalam pelajaran fisika dalam
persoalan mekanika.
Sebetulnya, keduanya merupakan hal yang tidak sama. Hal tersebut cukup jelas jika
dibandingkan dengan pengertian mereka masing-masing, yaitu:
Daya merupkan Laju Energi yang diteruskan selama melakukan usaha dalam
periode waktu tertentu.
Usaha merupakan Jumlah Energi yang diteruskan oleh gaya dalam jarak
tertentu.
Perbedaan yang mendasar antara Daya dan Usaha yakni daya adalah Laju
energi, sementara Usaha adalah jumlah energi yang dihantarkan atau
diteruskan.
Perbedaan lainnya yaitu Usaha diukur melalui Joule sementara Daya diukur
melalui Watt.
Lambang Daya
Daya tergolong sebagai jenis besaran turunan yang didapatkan dari besaran-besaran
pokok. Dan dimensi hanya dapat diperoleh dari satuan.
Maka dari itu, kita harus mengetahui rumus dari masing-masing besaran tersebut.
Satuan usaha (W) merupakan , sementara waktu (t) ialah sekon atau s.
Sehingga satuan daya yaitu
atau Watt.
Dalam suatu besaran, kita pastinya mengenal apa itu dimensi. Dimensi merupakan
bagaimana suatu besaran turunan tersusun atas besaran-besaran pokok, pada
umumnya dituliskan dalam huruf besar, dan dimensi ini tidak bergantung pada nilai
numerik.
Maka:
P = Usaha/waktu
= (kg)(m/s²)(m)/(s)
Jadi, jika ada soal yang menyebutkan, Tentukan dimensi dari daya! Kalian dapat
menulisnya seperti di bawah ini.
=W/t
=Fxs/t
=mxaxs/t
Contoh Soal
1. Seorang anak melakukan usaha sebesar 750 J agar dapat memindahkan balok
selama 5 menit. Berapakah daya dari anak tersebut?
Penyelesaian:
Diketahui:
W = 750 J
t = 5 menit = 5 × 60 s = 300 s
Ditanyakan P?
Jawab
P = W/t
P = 750/300
P = 2,5 watt
Sehingga, daya yang dimiliki oleh anak tersebut yakni sebesar 2,5 watt.
Penyelesaian
Diketahui:
Massa (m) = 50 kg
Tinggi (h) = 10 meter
Percepatan gravitasi (g) = 10 m/s2
Selang waktu (t) = 2 menit = 2 (60) = 120 sekon
Ditanya P?
Jawab
Rumus daya: P = W / t
Keterangan: P = daya, W = usaha, t = waktu
Rumus usaha: W = F s = w h = m g h
Keterangan: W = usaha, F = gaya, w = gaya berat, s = perpindahan, h = ketinggian, m =
massa, g = percepatan gravitasi.
Usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi pada orang tersebut ialah:
W = m g h = (50)(10)(10) = 5000 Joule.
Sehingga, daya yang dihasilkan ketika orang tersebut menaiki tangga ialah:
P = W / t = 5000 / 120 = 41,7 Joule/sekon.
Kapasitansi
Pengertian kapasitansi
Satuan kapasitansi adalah Farad dan satu farad adalah satu coulomb per volt. Sifat
untuk menyimpan muatan listrik diukur dalam farad. Farad adalah jumlah potensi
muatan listrik yang dapat mengubah satu volt dalam kapasitor. Hal ini juga mengukur
jumlah muatan listrik yang dapat diangkut dalam satu detik dengan arus yang stabil.
Satu coulomb adalah jumlah kelebihan muatan pada sisi positif dari kapasitansi muatan
satu farad dengan perbedaan potensial satu volt.
Pada tahun 1861, konsep kapasitansi pertama kali diusulkan oleh James Clerk
Maxwell, seorang ahli fisika Skotlandia. Maxwell menjelaskan pengertian dari isolator
dan aliran listrik yang melalui mereka. Seiring dengan itu, ia belajar bagaimana gaya
gerak listrik akan menciptakan keadaan polarisasi.
Kapasitor adalah dua konduktor listrik yang dipisahkan oleh media yang tidak
menghantarkan listrik atau hambatan yang sangat tinggi. Sekarang, subunit umum
kapasitansi yang banyak digunakan adalah mili-farad (mF), mikro-farad (uF), nano farad
(nF), pico-farad (pF), dan femto-farad (fF). Kapasitansi dari sebagian besar kapasitor
digunakan dalam sirkuit elektronik adalah skala kecil dari farad. Berdasarkan
pengetahuan tentang geometri konduktor dan sifat dielektrik isolator antara konduktor
Kapasitansi dapat ditentukan.
Induktansi
Induktansi merupakan sifat sebuah rangkaian listrik atau komponen yang
menyebabkan timbulnya ggl di dalam rangkaian sebagai akibat perubahan arus yang
melewati rangkaian (self inductance) atau akibat perubahan arus yang melewati
rangkaian tetangga yang dihubungkan secara magnetis (induktansi
bersama atau mutual inductance). Pada kedua keadaan tersebut, perubahan arus
berarti ada perubahan medan magnetik, yang kemudian menghasilkan ggl.
Advertisment
Apabila sebuah kumparan dialiri arus, di dalam kumparan tersebut akan timbul medan
magnetik. Selanjutnya, apabila arus yang mengalir besarnya berubahubah terhadap
waktu akan menghasilkan fluks magnetik yang berubah terhadap waktu. Perubahan
fluks magnetik ini dapat menginduksi rangkaian itu sendiri, sehingga di dalamnya
timbul ggl induksi. Ggl induksi yang diakibatkan oleh perubahan fluks magnetik sendiri
dinamakan ggl induksi diri.
Induktansi Diri (GGL Induksi Pada Kumparan)
Apabila arus berubah melewati suatu kumparan atau solenoida, terjadi perubahan fluks
magnetik di dalam kumparan yang akan menginduksi ggl pada arah yang berlawanan.
Ggl terinduksi ini berlawanan arah dengan perubahan fluks. Jika arus yang melalui
kumparan meningkat, kenaikan fluks magnet akan menginduksi ggl dengan arah arus
yang berlawanan dan cenderung untuk memperlambat kenaikan arus tersebut. Dapat
disimpulkan bahwa ggl induksi ε sebanding dengan laju perubahan arus yang
dirumuskan :
dengan I merupakan arus sesaat, dan tanda negatif menunjukkan bahwa ggl yang
dihasilkan berlawanan dengan perubahan arus. Konstanta kesebandingan L
disebut induktansi diri atau induktansi kumparan, yang memiliki satuan henry (H),
yang didefinisikan sebagai satuan untuk menyatakan besarnya induktansi suatu
rangkaian tertutup yang menghasilkan ggl satu volt bila arus listrik di dalam rangkaian
berubah secara seragam dengan laju satu ampere per detik.
Induksi Diri Pada Selenoida Dan Toroida
Solenoida merupakan kumparan kawat yang terlilit pada suatu pembentuk silinder.
Pada kumparan ini panjang pembentuk melebihi garis tengahnya. Bila arus dilewatkan
melalui kumparan, suatu medan magnetik akan dihasilkan di dalam kumparan sejajar
dengan sumbu. Sementara itu, toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga
sumbunya menjadi berbentuk lingkaran. Sebuah kumparan yang memiliki induktansi
diri L yang signifikan disebut induktor. Induktansi diri L sebuah solenoida dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan dibawah. Medan magnet di dalam
solenoida adalah :
B= μ .n.I
karena B Φ = B.A =
Perubahan I akan menimbulkan perubahan fluks sebesar
Sehingga
dengan:
L = induktansi diri solenoida atau toroida ( H)
μ0 = permeabilitas udara (4 π × 10-7 Wb/Am)
N = jumlah lilitan
l = panjang solenoida atau toroida (m)
A = luas penampang (m2)
Energi Yang Tersimpan Dalam Induktor
Energi yang tersimpan dalam induktor (kumparan) tersimpan dalam bentuk medan
magnetik. Energi U yang tersimpan di dalam sebuah induktansi L yang dilewati arus I,
adalah :
Apabila energi pada persamaan diatas tersimpan dalam suatu volume yang dibatasi
oleh lilitan Al, maka besar energi per satuan volume atau yang disebut kerapatan
energi, adalah :
Induktansi Bersama
Apabila dua kumparan saling berdekatan, seperti pada gambar diatas, maka sebuah
arus tetap I di dalam sebuah kumparan akan menghasilkan sebuah fluks magnetik Φ
yang mengitari kumparan lainnya, dan menginduksi ggl pada kumparan tersebut.
Menurut Hukum Faraday, besar ggl ε2 yang diinduksi ke kumparan tersebut berbanding
lurus dengan laju perubahan fluks yang melewatinya. Karena fluks berbanding lurus
dengan kumparan 1, maka ε2 harus sebanding dengan laju perubahan arus pada
kumparan 1, dapat dinyatakan :
Untuk mengukur tegangan supply (tegangan total), letak voltmeternya yang paralel
dengan baterai, karena baterai adalah 9 volt dc, maka hasil pengukuran pada
multimeter juga akan sama.2.
Untuk mengukur tegangan yang jatuh pada tahanan R1, jadi caramengukurnya
hubungkan positif multimeter dengan titik yang dianggapmempunyai polaritas yang
lebih tinggi (lebih mendekati sumber + batere), jangan sampai terbalik.3.
Untuk mengukur tegangan yang jatuh pada lampu, jika tahanan dalam darilampu
tersebut adalah 10 Kohm, maka secara perhitungan tegangan yang jatuh pada lampu
adalah 8,2 volt. Dan tegangan pada R1 adalah 0,8 volt.yang jatuh pada kedua titik
tertentu pada rangkaian maka kita membutuhkan alat ukuryang disebut voltmeter. Alat
ini biasanya sudah terintegrasi dengan alat yang umumdipakai oleh para ahli service
barang elektronik yaitu multimeter (tester). Karena
pada multimeter selain mengukur tegangan, anda bisa juga mengukur tahanan danaru
s listrik.Yang harus anda perhatikan pada
alat ukur
tegangan listrik yaitu ada saklar pilih pada multimeter untuk menentukan apakah kita
akan mengukur tegangan ac atau dc.Jadi jangan selektorny pada posisi dc tetapi anda
mengukur tegangan ac.
Perhatikan juga angka maksimal tegangan yang ditunjukkan oleh selector, jangan anda
mengukur tegangan 220 volt dengan selector menunjuk pada angka 50 volt.Yang pasti
dalam melakukan pengukuran tegangan, dua titik yang anda ukur ituharuslah terdapat
komponen elektronika yang memiliki tahanan. Karena jika andahanya mengukur dua
titik yang terhubung langsung pada kawat, maka bisa dipastikantegangan yang jatuh
adalah nol (mendekati 0 volt). Ini sesuai dengan hukum ohm,dimana jika tahanannya 0
ohm maka I x R juga akan 0 volt.
V=P/I
atau
V = I. R
Keterangan :
V
: Tegangan listrik (Volt)
I
: Arus listrik (Ampere)
P
: Daya listrik (watt)
Contoh soal :
Dari hasil pengamatan warna-warna pada setiap gelang maka hambatan masing-
masing resistor dapat dihitung, yaitu:
»
Pada resistor 1
1 Ohm adalah sama dengan tahanan yang dengan perantaraan tegangan 1 V mengalir
kuat arus sebesar 1 A.
Percobaan :
Penghantar bermacam-macam bahan (tembaga, alumunium, besi baja) dengan
panjang dan luas penampang sama berturut-turut dihubung ke sumber tegangan
melalui sebuah ampermeter dan masing-masing kuat arus (simpangan jarum)
diperbandingkan.
Gambar 1.26
Perbandingan tahanan suatu penghantar:
a)Tembaga
b)Alumunium
c)Besi baja
Simbol formula untuk tahanan jenis adalah r (baca: rho). r adalah huruf abjad Yunani.
Untuk dapat membandingkan bermacam-macam bahan, perlu bertitik tolak pada kawat
dengan panjang 1 m dan luas penampang 1 mm 2, dalam hal ini tahanan diukur pada
suhu 20 OC.
Tahanan jenis suatu bahan penghantar menunjukkan bahwa angka yang tertera adalah
sesuai dengan nilai tahanannya untuk panjang 1 m, luas penampang 1 mm 2 dan pada
temperatur 20 OC
Suatu tahanan jenis adalah
Sebagai contoh, besarnya tahanan jenis untuk :
tembaga r = 0,0178 W.mm2/m
alumunium r = 0,0278 W.mm2/m
perak r = 0,016 W.mm2/m
R = ρ L/A
Suatu hambatan dinyatakan dalam ohm disingkat Ω, oleh karena itu daya hantar listrik
dinyatakan : DHL = 1/R = k A/L
Daya hantar listrik disebut konduktivitas. Satuannya ohm-1 disingkat Ω-1, tetapi
secara resmi satuan yang digunakan adalah siemen, disingkat S, dimana S = Ω -1 maka
satuan k adalah Sm-1 atau SCm-1.
Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan / cairan elektrolit. Konsentrasi
elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak
dapat dapat digunakan untuk ukuran suatu larutan. Ukuran yang lebih spesifik yaitu
konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila
konsentrasi larutan sebesar satu molar, yang dirumuskan sebagai:
∆m = k/C
Dimana:
k : Konduktivitas spesifik (SCm-1)
C : Konsentrasi larutan (mol/L)
∆m: Hantaran molar (SCm2mol-1)
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm 3 maka persamaan yang digunakan
adalah
∆m = 1000k
C
Dimana satuan-satuannya sama dengan diatas.
Besarnya daya hantar jenis dapat dicari dari tahanan larutan. Jadi dengan
mengukur tahanan larutan dapat ditentukan daya hantar ekivalen. Untuk ini biasanya
dipakai jembatan wheat stone.
Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis elektrolit (kuat/lemah) dan konsentrasi
selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit lemah/kuat memperbesar daya hantar dan
mencapai harga maksimum pada pengenceran tak berhingga.
Penghantar logam disebut penghantar kelas utama, dalam penghantar ini listrik
mengalir sebagai electron. Tekanan dari penghantar ini bertambah dengan naiknya
temperatur. Larutan elektrolit juga dapat menghantarkan listrik, penghantar ini disebut
penghantar kedua. Dalam penghantar ini disebabkan oleh gerakan dari ion-ion kutub satu
ke kutub lainnya. Berbeda dengan penghantar logam, penghantar elektrolit tahanannya
berkurang bila temperature naik.
2 118-131
3 235-273
4 408-435
5 >560
1:1 65-90
2:1 130-170
3:1 200-240
4:1 >300
Daya hantar ekuivalen didefenisikan sebagai daya hantar satu gram ekuivalen
suatu zat terlarut diantara 2 elektroda dengan jarak kedua elektroda 1 cm. Daya hantar
ekuivalen pada larutan encer diberi symbol “0″ yang harganya tertentu untuk setiap ion.
Pengaruh konsentrasi pada daya hantar ekuivalen, misal:
Konsentrasi NaCl 0
0,1 106,7
0,01 118,5
0,001 123,7
~ 126,4
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit didasarkan pada
keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik. Jika dalam larutan
terdapat ion, larutan tersebut bersifat elektrolit. Jika dalam larutan tersebut tidak terdapat
ion larutan tersebut bersifat non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik melalui larutan dapat dtunjukkan dengan alat
uji elektrolit seperti pada Gambar 7. Jika larutan menghantarkan arus listrik, maka lampu
dalam rangkaian tersebut akan menyala dan timbul gas atau endapan pada salah satu
atau kedua elektroda.
Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion
negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan
dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit. Perhatikan reaksi
berikut.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion
tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah contoh dari
larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menemukan contoh larutan elektrolit maupun
non elektrolit. Contoh larutan elektrolit: larutan garam dapur, larutan cuka makan, larutan
asam sulfat, larutan tawas, air sungai, air laut. Contoh larutan non elektrolit adalah larutan
gula, larutan urea, larutan alkohol, larutan glukosa.
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik. Hal ini disebabkan karena zat terlarut akan terurai sempurna (derajat
ionisasi ? = 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut banyak mengandung ion-
ion. Sebagai contoh larutan NaCl. Jika padatan NaCl dilarutkan dalam air maka NaCl
akan terurai empurna menjadi ion Na+ dan Cl-. Perhatikan reaksi berikut.
Dari reaksi diatas jika 100 mol NaCl dilarutkan dalam air akan terbentuk 100 mol
ion Na+ dan 100 mol ion Cl-. Jadi jika 100 mol NaCl dilarutkan akan terbentuk 200 mol
ion.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
dengan lemah. Hal ini disebabklan karena zat terlarut akan terurai sebagian (derajat
ionisasi ? << 1) menjadi ion-ion sehingga dalam larutan tersebut sedikit mengandung
ion. Tabel berikut menggambarkan larutan-larutan yang termasuk elektrolit kuat, elektrolit
lemah dan non elektrolit.
Jika satuan volume yang digunakan adalah cm3 maka persamaan yang menjadi
∆m = 1000k
C
Dimana: k : Konduktivitas spesifik (SCm-1)
C : Konsentrasi larutan (mol/L)
∆m: Hantaran molar (SCm2mol-1)
Dalam percobaan digunakan larutan standar dan larutan sampel dengan
konsentrasi sama, sehingga C dianggap constant. Jika nilai C konstan, maka hantaran
molar (∆M) hanya diperbaharui oleh konduktivitas larutan (K), dimana ∆M sebanding
dengan nilai K. Nilai K didapat dari hasil percobaan. Jadi, semakain tinggi konduktivitas
larutan maka hantaran molar (∆M) larutan tsb akan meningkat. Jumlah muatan juga
berpengaruh pada hantaran molarnya. Pada kosentrasi yang sama, semakin besar
jumlah muatan suatu larutan, maka akan semakin besar pula hantaran molarnya (∆M).
Dalam suatu larutan elektrolit bila diberi dua batang elektroda inert dan diberi
tegangan listrik diantaranya, maka anion-anion akan bergerak ke elektroda negatif
(katoda). Proses ini merupakan fenomena transport seperti halnya yang terjadi dalam
molekul gas adalah adanya pengaruh medan listrik dan molekul pelarut. Analisis kimia
yang didasarkan pada daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion
didalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan KCl 0,01M sebagai
larutan yang mengkalibrasi alat konduktivitymeter. Konduktivitymeter dikalibrasi hingga
menunjukkan sekitar angka 1413 µs (bias kurang atau lebih/mendekati). Dalam hal ini
pelarut yang digunakan adalah aquadest. Pada percobaan ini juga menggunakan larutan
blanko yaitu larutan KCL 0,01 M , yang dalam teoritis memiliki konduktivitas 1413 µScm-
1, sehingga sebelum digunakan alat harus kalibasi dengan larutan. KCL 0,01 M dan
diseting untuk menunjukan angka 1413 µScm-1 larutan alat digunakan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kesensitifan konduktivitymeter, apabila pengukuran larutan
KCl menunjukkan 1413 µs, maka alat tersebut sensitif/baik. Untuk membuat larutan KCl
0,01M, diambil 4ml KCl 0,25 lalu diencerkan dengan akuades hingga volume 100ml.
Larutan ini kemudian digunakan untuk kalibrasi alat. Dimana larutan blanko KCl
dimasukkan dalam gelas beker, lalu dimasukkan sebuah magnet dan diletakkan di atas
stirrer. Kemudian stirrer dihidupkan, fungsi dari stirrer dan memasukkan magnet adalah
agar larutan homogen. Kemudian elektroda di masukkan dalam larutan, lalu di ukur
dengan konduktymeter dan di setting hingga menunjukkan angka 1413 µScm-1. . Dalam
hal ini, diantara 2 elektroda terdapat 2 elektroda, yaitu katoda dan anoda, Antara kedua
elektroda tersebut terdapat beda potensial akibat dari desakan electron atau aktivitas
elektron. Bila kedua elektroda tersebut dihubungkan, maka akan terjadi ariran listrik dari
kutub negatif ke kutub positif melalui hubungan luar.
Setelah itu dibuat larutan standar. Larutan standar yang pertama, dibuat dengan
mengambil 2ml larutan KCl, NaCl, KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, MgCl2,
CuCl2.2H2O, AlCl3.6H2O masing-masing mempunyai konsentrasi 0,25 gram yang
diencerkan dengan 100ml akuades untuk menjadika konsentrasi 5.10 -3M. Semua larutan
dalam konsentrasi sama yaitu 5.10-3M, sehingga dalam percobaan ini konsentrasi
dianggap konstan.
Larutan standar yang kedua, dibuat dengan mengambil 2ml larutan KCl, NaCl,
KNO3, CuSO4.5H2O, NiSO4.6H2O, MgCl2, CuCl2.2H2O, AlCl3.6H2O masing-masing
mempyunyai konsentrasi 0,125 yang diencerkan dengan 50ml metanol untuk menjadika
konsentrasi 5.10-3M. Hal ini sesuai persaman
V1M1=V2M2
3 235-273
4 408-435
5 >560
Dalam pengukuran konduktivitas spesifik larutan dipilih harga yang paling konstan
karena harga konduktivitas cenderung berubah setiap saat sehingga harga yang paling
konstan merupakan harga yang mendekati harga sebenarnya. Setiap pergantian larutan,
alat cuci dengan akuades. Pengukuran disertai dengan pengukuran akuades (pelarut)
karena harga konduktivitas spesifik merupakan koreksi dari konduktivitas larutan dengan
konduktivitas pelarut
k= klarutan - kpelarut
Dari konduktivitas spesifik, dicari harga antara molarnya sehingga dapat ditentukan
jumlah ion yang ada dalam sampel.
1.Elektrolit Kuat.
Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat menghasilkan larutan dengan daya
hantar listrik yang baik. Senyawa NaCl, HCl, dan H2SO4dapat terurai sempurna dalam
pelarut air membentuk banyak ion.
2.Elektrolit Lemah.
Elektrolit lemah adalah elektrolit yang dapat menghasilkan larutan dengan daya
hantar listrik yang buruk. Senyawa CH3COOH dan NH3 hanya terurai sebagian kecil
dalam pelarut air membentuk sedikit ion. Secara kuantitatif, kuat atau lemahnya suatu
larutan elektrolit dapat dinyatakan dengan derajat ionisasi (α).
Tabel 1.
Kalium asetat
(CH3COOK)
Elektrolit ØSenyawa kovalen polar Redup Asam cuka (CH3COOK)
Lemah yang terhidrolisis
sebagian kecil Amonia (NH3)
Urea (CO(NH2)2)
Glukosa (C6H12O6)
Gliserin (C3H5(OH)3)
Menurut Michael Faraday, elektrolit merupakan suatu zat yang dapat menghantarkan
listrik jika berada dalam bentuk larutan atau lelehannya.
Tabel 2.
Peran larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari sangat
penting, contohnya :
1.Aki
Sel aki terdiri anoda Pb dan katoda PbO2 dengan larutan elektrolit H2SO4. adanya
larutan elektrolit memungkinkan terjadinya reaki kimia yang menghasilkan arus listrik
untuk menghidupkan kendaraan.
2.Air sungai dan air tanah
Air sungai dan air tanah mengandung ion-ion sehingga dapat menghantarkan listrik. Sifat
ini digunakan untuk menangkap ikan atau belut di sungai atau di persawahan dengan
cara setrum listrik.
3.Air suling
Merupakan larutan nonelektrolit, karena mengandung ion-ion dalam jumlah yang sangat
kecil. Air suling digunakan untuk membuat larutan dalam percobaan kimia nonelektrolit.
4.Cairan tubuh
Cairan tubuh mengandung komponen larutan elektrolit. Komponen larutan elektrolit
memungkinkan terjadinya daya hantar listrik yang diperlukan untuk kerja impuls. Orang
yang kekurangan cairan tubuh (dehidrasi) harus mengkonsumsi larutan elektrolit, seperti
larutan oralit.
KESIMPULAN
Konduktivitas tergantung pada konsentrasi jenis ion dan pelarut larutan.
Jumlah muatan suatu larutan berbanding lurus dengan daya hantar listriknya
(DHL) , semakin besar jumlah muatan maka daya hantar listriknya (DHL) juga semakin
besar
Adanya pengenceran dalam larutan akan menurunkan hantaran molar suatu
larutan
DHL digunakan untuk menentukan jumlah ion dalam larutan elektrolit
Pengaruh Suhu Terhadap Penghantar Listrik
dan jika hambatan semakin bear maka akan memepengaruhi besar arus listri yang
masuk dalam rangkaian, karena :
Semakin besar hambatan (R) maka arus yang mengalir akan semakin kecil.
Grafik hubungan hambatan (R ) dengan suhu (T) adalah sebagai berikut :