Makalah Kek Bumil Klompok 1
Makalah Kek Bumil Klompok 1
Dosen :
Ibu Farihah Sulasiah
PENDAHULUAN
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makanan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Setiap orang harus
mengkonsumsi minimal satu jenis bahan makanan dari tiap-tiap golongan bahan makanan
(sumber karbohidrat, hewani, nabati, sayur, buah) dalam sehari dengan jumlah yang
mencukupi . Empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Protein (KEP),
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA), dan
Anemia Gizi Besi (AGB). Di Indonesia banyak terjadi kasus KEK (Kekurangan Energi
Kronis) terutama disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi.
Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan
yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran
tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan
ekonomi dan sosial yang diharapkan. Kehamilan menyebabkan banyak tuntutan gizi yang
mengandung kebutuhan paling penting yang disebabkan oleh bayi yang belum lahir, untuk
ibu hamil AKE termasuk kebutuhan energi untuk pertumbuhan janin dan cadangan energi .
Status gizi ibu hamil merupakan salah satu indikator dalam mengukur status gizi
masyarakat. Jika masukan gizi untuk ibu hamil dari makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Kekurangan zat gizi dan rendahnya
derajat kesehatan ibu hamil masih sangat rawan. Hal ini ditandai masih tingginya Angka
Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh perdarahan karena anemia gizi dan Kekurangan
Energi Kronik (KEK) selama masa kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII
yang berlangsung di Jakarta 17-19 Mei 2004 menyebutkan bahwa salah satu masalah gizi di
Indonesia adalah bahwa masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan balita merupakan akibat masalah gizi kronis (Moehji, 2003 : 14).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa status gizi ibu tidak hanya memberikan
dampak negatif terhadap status kesehatan dan resiko kematian dirinya, tetapi juga terhadap
kelangsungan hidup dan perkembangan janin yang dikandungnya dan lebih jauh lagi terhadap
pertumbuhan janin tersebut sampai usia dewasa. Ibu hamil yang menderita KEK mempunyai
risiko kematian ibu mendadak pada masa perinatal atau risiko melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR). Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan,
sehingga akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak (Chinue, 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Gizi dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Langsung meliputi infeksi
dan asupan makanan. Sedangkan faktor tidak langsung melipti persediaan pangan keluarga,
pendidikan, dan pengetahuan ibu, pendapatan, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan (
Soekirman, 2000)
a. Faktor Langsung
1. Infeksi
Kekurangan Energi Kronis (KEK) merupakan akibat interaksi antara beberapa
factor, tetapi yang paling utama adalah akibat konsumsi makanan yang kurang
memadai, baik kualitas maupun kuantitas, dan adanya penyakit yang sedang di
derita (Beck, 1995).
Antara status gizi dan infeksi terdapat interaksi yang bolak balik. Infeksi dapat
mengakibatkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme. Infeksi yang akut
mengakibatkan kurangnya nafsu makan dan toleransi terhadap makanan. Orang
yang mengalami gizi kurang mudah terserang penyakit infeksi ( Suharjo, 1999)
Menurut Pudjiadi (2000), terdapat interaksi sinergis antara malnutrisi dan
infeksi. Sebab malnutrisi disertai infeksi pada umumnya mempunyai konsekuensi
yang lebih besar dari pada malnutrisi sendiri. Infeksi derajat apapun dapat
memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi, walaupun masih ringan mempunyai
pengaruh negattif pada daya tahan terhadap infeksi.
2. Asupan Makanan
Asupan makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang dimakan
seseorang yang dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau energy dan zat
gizi. Salah satu faktor penting yang mendasar timbulnya masalah gizi kurang
adalah perilaku asupan makanan ( Suhardjo, 1999).
Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi berfungsi untuk mempertahankan
kehidupan manusia, yaitu sebagai sumber energy dan pertumbuhan, serta
penggant jaringan atau sel tubuh yang rusak ( Muhtadi, 1993).
Tingkat asupan makanan akan mempengaruhi keadaan gizi. Tingkat asupan
ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan
adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan hidangan.
Kuantitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan yang
rusak( Sediaotema, 1996 ).
Asupan makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan ketersediaan
pangan dalam keluarga. Kebiasaan makan adalah kegiatan yang berkaitan dengan
makanan menurut tradisi setempat. Kegiatan itu melipti hal-hal seperti :
bagaimanan pangan diperoleh, apa yang dipilih, bagaimana menyiapkannya, siapa
yang memakan, dan berapa banyak yang dimakannya ( Suhardjo, 1999)
b. Faktor Tidak Langsung
1. Ketersediaan Pangan Keluarga
Ketersediaan pangan keluarga adalah kemampuan untk memenuhi kebutuhan
pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah
mapun mtu gizinya (depkes, 2000).
Ketahanan pangan keluarga terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari
hasil produksi sendiri, dari pasar, atau sumber lain), harga pangan dan daya beli
keluarga, serta pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan.
2. Pendidikan
Pendidikan ibu memberi pengaruh terhadap perilaku kepercayaan diri dan
tanggung jawab dalam memilih makanan. Seseorang yang berpendidikan tinggi
tidak memperhatikan tentang pantangan atau makanan tabu terhadap konsumsi
bahan makanan yang ada ( Singarimbun, 1998).
Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi,
sehingga pengetahuan terbatas. Pada masyarakat dengan pendidikan rendah akan
lebih kuat mempertahakan tradisi- tradisi yang berhubungan dengan makanan,
sehingga sulit untuk menerima pembaharuan di bidang gizi( singarimbun,1998).
3. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai
hasil karya menengah dari pendidikan kesehatan selanjutnya. Perilaku kesehatan
akan berpengaruh keadaan meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai
kelaran pendidikan kesehatan (Notoatmojo,1993).
Pengetahuan dibagi menjadi dua, yait penegtahuan yang didapat dari
pengalaman dan pengetahuan yang di dapat dari keterangan. Pengetahuan yang
didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman (knowledge).
Sedangkan pengetahuan yang didapat dari keteragan disebt ilmu pengetahuan
(Notoatmodjo,1993).
Pengetahuan juga di pengaruhi oleh kebudayaan. Karena kebudayaan plalah
yang member corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya (Answar, 1997).
Sedangkan media massa adalah sarana komunikasi, mempunyai pengaruh
besar dalam penentuan opini seseorang. Adanya informasi akan mempengaruhi
sesuatu hal memberikan landasan kognitif beru bagi terbentuknya sikap hal
tersebut (Answar,1997).
4. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan keluarga menentukan bahan makaan yang dikonsumsi oleh
keluarga tersebut. Semakin rendah pendapatan, semakin besar persentase yang
digunakan untuk membeli bahan makanan, dan semakin tinggi pendapatan, maka
persentase yang dignakkan untuk membeli bahan makanan semakin keci ( Berg,
1986).
Pola pembelanjaan makanan antara kelompok miskin dan kaya tercemin dalam
kebiasaan pengeluaran. Di Negara miskin, sebagian besar pebelanjaan di alokasikan
untuk makanan. Pendapatan merupakan factor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas makanan (Berg, 1986).
5. Santasi Lingkungan dan Sarana Kesehatan
Sanitasi lingkungan dan pelayanan kesehatan adalah tersedianya air bersih dan
saranan kesehatan yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan
(Soekiman,2000).
Makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan,
ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makan makin kecil resiko anak
terkena penyakit dan kekurangan gizi. Semakin tinggi pengetahuan masyarakt
tentang pentingnya sanitasi lingkungan, akan meningkatkan usaha masyarakat untk
menjaga kesehatan individ, keluarga, dan lingkngan. Apabila sanitasi lingkungan
terjaga dengan baik, maka kemungkinan timbulnya penyakit infeksi dapat berkurang
(Soekiman,2000). Tabel angka kebutuhan gizi ibu hamil dibandingkan dengan
wanita dewasa.
C. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan (per orang per hari)
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004
Menurut Lubis (2003), bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan
menimbulkan masalah, baik pada ibu, janin dan terhadap proses persalinan yaitu:
1) Terhadap ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan mudah terkena
infeksi.
2) Terhadap persalinan
Pengaruh gizi terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan 16 sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3) Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan
dapat menimbulkan keguguran, abortus pada bayi, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), bayi lahir dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).
1
Lilik Hidayanti dan Fitriyah Zulfa. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu
hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota tasikmalaya.
2
Sri Mulyaningrum. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil
di Provinsi DKI Jakart.
3
Eva Elya Sibagariang. 2010. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Trans info media. hal 145
4
Lilik Hidayanti dan Fitriyah Zulfa. Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan status anemia ibu
hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota tasikmalaya.
5
Arisman. 2004. Buku Ajar Ilmu Gizi – Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. hal 12
BAB III
KESIMPULAN
Kekurangan Enregi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan wanita usia subur
(WUS) yang kurang gizi diakibatkan kekurangan asupan energy dan protein yang
berlangsung terus menerus yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan penyakit tertentu.
Penderita KEK mempunyai resiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR) lebih tinggi
dibandingkan dengan WUS normal dan menurut Depkes 2002 sekitar 50,9% ibu hamil KEK
menderita anemia gizi sebagai salah satu penyebab tingginya kematian ibu. Untuk
mengetahui apakah ibu hamil atau WUS berisiko terkena KEK maka bisa dilihat dari ukuran
lingkar lengan atas (LILA) yakni jika < 23,5 cm maka berisiko menderita KEK.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan KEK yaitu seperti halnya faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi seseorang yaitu terdapat faktor langsung dan faktor tidak langsung.
Faktor langsung yakni faktor yang mempengaruhi langsung terhadap status gizi seseorang
diantaranya fakor penyakit infeksi dan asupan makanan sedangkan faktor tidak langsung
yakni faktor yang tidak langsung mempengaruhi status gizi seseorang namun memiliki
pengaruh yang signifikan diantaranya ketersediaan pangan keluarga, pendidikan,
pengetahuan, pendapatan keluarga dan santasi lingkungan dan sarana kesehatan.
Kebutuhan gizi ibu hamil sangat berbeda dengan kebutuhan gizi orang normal karena
ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak dari kebutuhan normal. Selain untuk
memenuhi kebutuhan si ibu juga untuk memenuhi kebutuhan janin sehingga membutuhkan
zat gizi yang lebih dari kebutuhan normal. Janin memperoleh makanan dari asupan si ibu
sehingga ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi dan tidak boleh kurang dari
kebutuhan. Jika asupan zat gizi ibu sudah cukup dan seimbang maka janin akan memperoleh
apa yang ia butuhkan. Hal ini dapat menghindari ibu dari resiko terkena KEK sehingga akan
terhindar pula dari resiko melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR).
DAFTAR PUSTAKA
Supariasa, 2001
Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII Tahun 2004, “Angka Kecukupan Gizi”
Nur Agustian, Efrinita. “Hubungan antara Asupan Protein dengan Kekurangan Enegi
Kronik pada Ibu Hamil di Kecamatan Jebres Surakarta” diakses dari
http://eprints.uns.ac.id/130/1/167080309201010381.pdf pada tanggal 12 April 2012
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/21/jtptunimus-gdl-s1-2008-sriharsini-1012-2-
bab2.pdf
Hidayanti , Lilik dan Fitriyah Zulfa. “Perbedaan berat lahir bayi berdasarkan status gizi dan
status anemia ibu hamil trimester III (studi kasus di puskesmas cihideung kota
tasikmalaya”
Sibagariang, Eva Elya. 2010. “Gizi dalam Kesehatan Reproduksi”. Jakarta : Trans info
media. hal 145
Arisman. 2004. “Buku Ajar Ilmu Gizi – Gizi dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : EGC. hal 12