Anda di halaman 1dari 174

LA M P I R A N

Universitas Sumatera Utara


Pedoman Wawancara

Identitas informan
Nama lengkap : __________________________________
Usia : __________________________________
Stasiun Kerja : __________________________________

1. Pertanyaan general

a. Jelaskan secara singkat, tahapan pekerjaan apa yang dilakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

b. Apa yang anda ketahui terkait bahaya dan risiko dalam pekerjaan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

c. Apakah anda mengetahui bahaya dan risiko apa saja yang terdapat

dalam pekerjaan anda?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

d. Apakah anda mengetahui bahaya dan risiko apa saja yang ada

disekeliling area kerja anda?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

Universitas Sumatera Utara


e. Pengendalian apa yang sudah anda atau perusahaan lakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

2. Pertanyaan terkait Probability

a. Apakah ada prosedur atau intruksi kerja untuk pekerjaan yang dilakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

b. Apakah semua langkah kerja yang dilakukan tercantum dalam

instruksi kerja yang ada?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

c. Apakah instruksi kerja sudah dilakukan dengan benar?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

d. Apakah anda dan pekerja lain tahu terkait keselamatan dan kesehatan

kerja dalam melakukan kegiatan kerja sehari-hari?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

Universitas Sumatera Utara


e. Apakah pernah mendapatkan pelatihan atau pendidikan terkait K3 dalam

melaksanakan kegiatan kerja?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

f. Apakah paham atau mengerti terkait bahaya dan risiko apa saja

dalam melaksanakan pekerjaan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

g. Menurut pemahaman anda apakah pekerjaan yang anda lakukan

sudah memenuhi aspek K3?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

h. Dalam melakasanakan pekerjaan, fasilitas atau peralatan apa saja yang

digunakan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

i. Apakah peralatan yang digunakan mengandung potensi bahaya K3?

Universitas Sumatera Utara


………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

j. Apakah peralatan yang digunakan dalam keadaan baik?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

k. Apakah ada safety sign di wilayah pekerjaan? Sebutkan apa saja?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

l. Apakah dalam melaksanakan pekerjaan disediakan alat pelindung

diri? Sebutkan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

m. Apakah mengetahui fungsi dan cara pemakaian apd yang ada

pada pekerjaan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

n. Apakah selalu mamakai alat pelindung diri tersebut? (sesuai pengamatan)

Universitas Sumatera Utara


………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

3. Pertanyaan terkait exposure

a. Apakah pekerjaan ini termasuk pekerjaan yang rutin dilakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

b. Berapa kali/lama melakukan pekerjaan setiap harinya? (berapa jam

dalam sehari, berapa kali dalam sehari atau berapa kali salam seminggu)

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

c. Bagaimana frekuensi kontak dengan bahaya yang ada ditempat kerja?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

4. Pertanyaan terkait consequence

a. Apa saja keluhan/dampak dari pekerjaan yang dilakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

Universitas Sumatera Utara


b. Apakah di area kerja pernah terjadi insiden atau kecelakaan kerja?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

c. Apakah anda pernah mengalami insiden atau kecelakaan kerja atau hampir

mengalami kecelakaan kerja?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

d. Apakah pernah mengalami sakit akibat pekerjaan yang anda lakukan?

………………………………………………………………………………

…………………...…………………………………………………………

………………………….......................

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

All Hazards Risk Assessment Methodology Guidelines 2012-2013. Public Safety

Canada.Pdf. 2012.

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.

Australian Satandard/New Zealand Standard 4360:2004. Risk Management. 2004.

Deshmukh, L. M. Industrial Safety Management: Hazard Identification and Risk

Control, Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company Limited. 2006.

Guidelines for Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control

(HIRARC).Department of Occupational Safety and Health. Malaysia.

2008.

Gusani, Dela Aptika. Analisis Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Penyamakan Kulit X. Naskah Publikasi Ilmiah Departemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia Depok. 2012.

Pratama, Mebrial Dita. Evaluasi Penilaian Risiko Pekerja dengan Menggunakan

Pendekatan Job Safety Analysis (JSA) dan Hazard Identification Risk

Assessment and Risk Control (HIRARC) Studi Kasus: PT.Aneka

Adhilogam karya. Naskah Publikasi Ilmiah Teknik Industri Universitas

Muhammadiyah Surakarta. 2013.

Sinulingga, Sukaria. Metode Penelitian, Edisi 3. Medan : USU Press. 2015.

Universitas Sumatera Utara


Soehatman, Ramli. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

OHSAS 18001. Dian Rakyat. Jakarta. 2010.

Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan.Jakarta : CV Haji

Masagung. 1984.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970.Tentang : “Keselamatan Kerja”.

Wijaya, et al. Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan Metode

HIRARC pada PT. Charoen Pokphand Indonesia. Jurnal Titra, Vol 3, No 1,

pp. 29-34. 2015.

Wildan Zamani, Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning 1 Menggunakan

Metode HIRARC di PT. Sinar Pantja Djaja. Journal of public Health 3

(1).Universitas Negeri Semarang. 2014.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Bahaya

Bahaya atau hazard adalah suatu sumber yang berpotensi menimbulkan

kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti,

lingkungan atau kombinasinya. Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah

sumber, situsasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal

luka-luka atau penyakit terhadap manusia.

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau

gangguan lainnya.Oleh kareana itu, diperlukan pengendalian yang tepat agar

bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.Bahaya merupakan

sifat yang melekat dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau

peralatan.

1
3.2. Jenis-Jenis Bahaya

Dalam kehidupan banyak sekali bahaya yang ada di sekitar kita.Bahaya-

bahaya itu dapat menyebabakan kecelakaan. Jenis-jenis bahaya tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard)

1Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS


Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.

Universitas Sumatera Utara


Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada timbulnya

kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka (injury), cacat hingga kematian

serta kerusakan properti.Dampak yang ditimbulkan bersifat akut. Jenis bahaya

keselamatan kerja diklasifikasikan menjadi:

a. Bahaya Mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda

bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan mekanis

ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terpotong,

terjatuh, terjepit, dan terpeleset.

b. Bahaya Elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi listrik yang

dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik

dan hubungan singkat atau arus pendek.

c. Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari bahan

kimia yang bersifat flammable dan explosive.

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap

kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang ditimbulkan

bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Bahaya Fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu ekstrim

dan pencahayaan.

b. Bahaya Kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat

dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti keracunan dan

iritasi.

Universitas Sumatera Utara


c. Bahaya Biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup

seperti bakteri, virus, dan jamur.

d. Bahaya Ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur janggal, dan

repetitive movement.

e. Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan

kondisi kerja yang tidak nyaman.

2
3.3. Risiko

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu

yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab

akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.

Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau

exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam

suatu interaksi. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko

adalah:

Risk = Probability x Exposure x Consequences

Risiko merupakan kemungkinan atau kesempatan seseorang akan

dirugikan atau mengalami gangguan kesehatan jika terkena bahaya. Dalam hal ini

juga termasuk properti atau kehilangan peralatan.

2
Australian Standard/New Zealand Standard (AS/NZS) 4360:2004, Risk Managemnt Guideline.

Universitas Sumatera Utara


3
3.4. Jenis-Jenis Risiko

Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu

organisasi atau perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun

dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat,

lingkup, skala, dan jenis kegiatannya antara lain :

1. Risiko keuangan (financial risk)

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai resiko financial yang berkaitan

dengan aspek keuangan.Ada berbagai resiko financial seperti piutang macet,

perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan

ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau

bahkan sampai gulung tikar.

2. Risiko pasar (market risk)

Risiko pasar dapat terjadi terhadap perusahaan yang produknya dikonsumsi

atau digunakan secara luas oleh masyarakat.Setiap perusahaan mempunyai

tanggung jawab terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya.Perusahaan

wajib menjamin bahwa produk barang atau jasa yang diberikan aman bagi

konsumen.Dalam Undang-undang No.8 tahun 1986 tentang Perlindungan

Konsumen memuat tentang tanggung jawab produsen terhadap produk dan

jasa yang dihasilkannya termasuk keselamatan konsumen atau produk

(product safety atau product liability).

3Ramli, Soehatman. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS


Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat, 2010.

Universitas Sumatera Utara


3. Risiko alam (natural risk)

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat

terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana

alam dapat berupa angin topan atau badai, gempa bumi, tsunami, tanah

longsor, banjir, dan letusan gunung berapi.Disamping korban jiwa, bencana

alam juga mengakibatkan kerugaian material yang sangat besar yang

memerlukan waktu pemulihan yang lama.

4. Risiko operasional

Risiko dapat berasal dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan

bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang

memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai resiko untuk

mengalami kerugian.Risiko operasional suatu perusahaan tergantung dari

jenis, bentuk dan skala bisnisnya masing-masing. Yang termasuk kedalam

risiko operasional antara lain :

a. Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam

operasi perusahaan.Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang

berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk

menerima seseorang bekerja.Perusahaan harus membayar gaji yang

memadai bagi pekerjanya serta memberikan jaminan sosial yang

diwajibkan menurut perundangan.Di samping itu perusahaan juga harus

memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta

membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara


Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau

menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses

produksi. Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang

pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan resiko yang serius

terhadap keselamatan.

b. Teknologi

Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produk-tivitas

juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya

dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga

kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan

inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi

akan mengalami kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan

perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.

c. Risiko K3

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang

timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan,

material dan lingkungan kerja. Umumnya resiko K3 dikonotasikan sebagai

hal yang negatif (negative impact) seperti :

1. Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan

2. Kebakaran dan peledakan

3. Penyakit akibat kerja

4. Kerusakan sarana produksi

5. Gangguan operasi

Universitas Sumatera Utara


d. Risiko keamanan (security risk)

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau

kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data

informasi, data keuangan, formula produk, dll.Di daerah yang mengalami

konflik, gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan

menghentikan kegiatan perusahaan.

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajemen

keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.Manajemen keamanan

dimulai dengan melakukan semua potensi risiko keamanan yang ada

dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya

melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.

e. Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan

sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek sosial budaya seperti tingkat

kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan

resiko baik yang positif maupun negatif. Budaya masyarakat yang tidak

peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan

operasi perusahaan.

4
3.5. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,

peralatan kerja, bahan dan proses pengolahannya, lingkungan kerja serta prosedur

4
Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Cetakan Kedelapan.Jakarta:
Toko Gunung Agung, 1984. Hal 1

Universitas Sumatera Utara


atau tata cara kerja. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan

distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan

kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi

yang lebih maju.Keselamatan kerja adalah tugas semua pekerja yang bekerja pada

perusahaan.Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja

serta orang lainnya dan juga masayarakat pada umumnya.

Kecelakaan kerja selain dapat menjadi sebab hambatan-hambatan

langsung juga merupakan kerugian-kerugiansecara tidak langsung yakni

kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa

saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Kecelakaan kerja juga

mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam usaha melakukan

perbaikan mesin atau peralatan yang rusak dan pengobatan kepada operator yang

mengalami kecelakaan.Semakin banyak kecelakaan yang terjadi pada sebuah

perusahaan maka semakin besar pula biaya yang dikeluarkan perusahaan.

Tujuan dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Melindungi keselamatan tenaga kerja dalam melaksanakan tugasnya untuk

kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat

kerja.

3. Melindungi kondisi peralatan dan mesin produksi agar selalu dapat digunakan

secara efisien.

4. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Universitas Sumatera Utara


3.6. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah spesialisasi kesehatan atau spesialisasi di bidang

kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja atau

pekerjamemperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental

dengan usaha-usaha preventif terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-

gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan

kerja.

Ada dua kategori penyakit yang umum diderita oleh tenaga kerja yaitu:

a. Penyakit umum

Penyakit yang mungkin diderita oleh setiap orang baik yang bekerja, yang

masih sekolah atau menganggur.Pencegahan penyakit ini merupakan tanggung

jawab seluruh anggota masyarakat.

b. Penyakit akibat kerja

Penyakit ini dapat timbul ketika seseorang melakukan

pekerjaannya.Pencegahannya dapat dimulai dengan pengendalian secermat

mungkin terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja yang mungkin terjadi pada

saat melakukan pekerjaan misalnya memperhatikan prosedur kerja, kondisi

lingkungan kerja, dan mentaati peraturan-peraturan yang berlaku misalnya

menggunakan alat pelindung diri pada saat melakukan pekerjaan.

3.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor. PER.05/MEN/1996

tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja Bab I, pengertian

Universitas Sumatera Utara


dari Sistem Manajemen Keselamatan dan KesehatanKerja adalah bagian dari

sistem manajemen secara keseluruhan yangmeliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan,penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakankeselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka

pengendalian risiko yangberkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman,efisien, dan produktif.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 TentangKeselamatan

dan Kesehatan Kerja yaitu:

1. Secara filosofi didefenisikan sebagai suatu bentuk upaya dan pemikiran dalam

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani manusia

pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya serta hasil karya dan

budayanya dalam rangka menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

pancasila.

2. Secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai ilmu

pengetahuan dan penerapan teknologi dalam usahanya sebagai pencegah

kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.

3. Dalam OHSAS 18001, keselamatan dan kesehatan kerja didefenisikan sebagai

kondisi dan faktor-faktor yang berdampak pada kesehatan karyawan, pekerja

kontrak, personel kontraktor, tamu, dan orang lain di tempat kerja.

K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

yangmempunyai pengertian memberikan perlindungan kepada setiap tenagakerja

atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerjaserta mendapat

Universitas Sumatera Utara


perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moralagama (pasal 9 dalam

Undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentangKetentuan-ketentuan Pokok Mengenai

Tenaga Kerja).

3.8. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adapun tujuan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerjadiuraikan

sebagai berikut :

1. Memberikan perlindungan dan rasa aman kepada tenaga kerja ketika

melakukan pekerjaannya sehingga tercapai tingkat produktifitas yang tinggi.

2. Memeberikan perlindungan dan rasa aman kepada setiap orang lain yang

berada di tempat kerja dan lingkungannya dari proses pekerjaan atau kegiatan

proyek.

3. Memberikan perlindungan terhadap sumber produksi, peralatan, serta bahan

kerja sehingga dapat digunakan secara efisien dan terhindar dari kerusakan.

Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar para pekerja dilingkungan

kerjanya masing-masing selalu dalam keadaan sehat, nyaman,selamat, dan

terutama bekerja secara produktif dalam meningkatkan kinerjaperusahaan serta

meningkatkan kesejahteraan karyawan perusahaan.Demikian pula untuk mencapai

tujuan tersebut diperlukan kemauan sertakerja sama para karyawan agar

menjunjung tinggi peraturan-peraturankeselamatan dan kesehatan kerja demi

kesejahteraan perusahaan yang berarti kesejahteraan keluarga karyawan.

Universitas Sumatera Utara


3.9. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Conrtol)

Organisasi harus menetapkan prosedur mengenai IdentifikasiBahaya

(Hazard Identification), Penilaian Risiko (Risk Assessment) danmenentukan

Pengendaliannya (Risk Control) atau disingkat HIRARC.Keseluruhan proses ini

disebut juga manajemen risiko (risk management).

HIRARC merupakan elemen pokok dalam sistem manajemenkeselamatan

dan kesehatan kerja yang berkaitan langsung dengan upayapencegahan dan

pengendalian bahaya.Di samping itu, HIRARC jugamerupakan bagian dari sistem

manajemen risiko (risk management).Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus

dilakukan di seluruh aktifitasorganisasi untuk menentukan kegiatan organisasi

yang mengandung potensibahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap

keselamatan dankesehatan kerja.

Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk penyusunanobjektif

dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam programkerja. Dari alur

di bawah terlihat bahwa HIRARC merupakan titik pangkaldari pengelolaan K3.

Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik makapenerapan K3 akan salah arah

(misguided), acak atau virtual karena tidakmampu menangani isu pokok yang ada

dalam organisasi.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.1 Proses Sistem Manajemen K3

Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi,

komunikasi,pengukuran, pengendalian rekaman, dan lainnya adalah untuk

menopangatau mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan

terjadisebaliknya, dimana organisasi hanya berfokus kepada elemen-

elemenpendukung, lengkap dengan prosedur dan dokumentasinya,

namunmengabaikan proses HIRARC, sehingga kecelakaan masih dapat terjadi.

3.10. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses

manajemen risko sebagaimana yang terdapat dalam Risk Management Standard

AS/NZS 4360, yang meliputi :

a. Komunikasi dan konsultasi

b. Menentukan konteks (tujuan)

Universitas Sumatera Utara


c. Identifikasi resiko

d. Analisis resiko

e. Evaluasi resiko

f. Pengendalian resiko

g. Monitor dan review

Gambar 3.2 Proses Manajemen Risiko

3.10.1. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahuipotensi

bahaya yang ada di lingkungan kerja.Dengan mengetahui sifat dankarakteristik

bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada, dan melakukanlangkah-langkah

pengamanan agar tidak terjadi kecelakaan.Namundemikian, tidak semua bahaya

dapat dikenali dengan mudah.

Prosedur identifikasi bahaya dan penilaian resiko harusmempertimbangkan

Universitas Sumatera Utara


1. Aktivitas rutin dan non rutin

2. Aktivitas dari semua individu yang memiliki akses ke tampat kerja termasuk

kontraktor.

3. Perilaku manusia, kemampuan, dan faktor manusia lainnya.

4. Identifikasi semua bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat

menimbulkan efek terhadap kesehatan dan keselamatan manusia yang berada

di bawah perlindungan organisasi di dalam tempat kerja.

5. Bahaya yang ditimbulkan di sekitar tempat kerja dan aktivitas yang berkaitan

dengan pekerjaan yang berada di bawah kendali organisasi.

6. Infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja, apakah yang disediakan

organisasi atau pihak lain.

7. Perubahan atau rencana perubahan dalam organisasi, kegiatannnya, atau

material.

8. Modifikasi pada sistem manajemen K3, termasuk perubahan sementara dan

dampaknya terhadap operasi, proses, dan aktivitas.

9. Setiap persyaratan legal yang berlaku berkaitan dengan pengendalian risiko

dan implementasi pengendalian yang diperlukan.

10. Rancangan lingkungan kerja, proses, instalasi, mesin, peralatan, prosedur

operasi dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya terhadap kemampuan

manusia.

Tujuan persyaratan ini adalah untuk memastikan bahwa identifikasibahaya

dilakukan secara komprehensif dan rinci sehingga semua peluang bahaya dapat

diidentifikasi.Hal ini banyak dilupakan dalam pengembangansistem manajemen

Universitas Sumatera Utara


K3. Identifikasi bahaya hanya dilakukan seadanya atauhanya bersifat visual

belaka sehingga tidak mampu menjangkau bahayayang yang lebih rinci misalnya

berkaitan dengan proses, peralatan, prosedur,dan lainnya. Untuk membantu upaya

identifikasi bahaya, dikembangkanberbagai metoda mulai dari yang sederhana

sampai yang kompleks.

Organisasi harus menetapkan metoda identifikasi bahaya yang

akandilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:

1. Lingkup identifikasi bahaya yang dilakukan, misalnya meliputi seluruh bagian,

proses atau peralatan kerja atau aspek K3 seperti bahaya kebakaran, penyakit

akibat kerja, kesehatan, dan lainnya.

2. Bentuk identifikasi bahaya, misalnya bersifat kualitatif atau kuantitatif.

3. Waktu pelaksanaan identifikasi bahaya, misalnya di awal proyek, pada saat

operasi, pemeliharaan atau modifikasi sesuai dengan siklus atau daur hidup

organisasi.

Metoda identifikasi bahaya harus bersifat proaktif atau prediktifsehingga

diharapkan dapat menjangkau seluruh bahaya baik yang nyatamaupun yang

bersifat potensial.

Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapatdiklasifikasikan

atas:

1. Teknik/metoda pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara

langsung. Seseorang akan mengetahui adanya bahaya lobang di jalan setelah

tersandung atau terperosok ke dalamnya. Kita tahu adanya bahaya listrik

Universitas Sumatera Utara


setelah tersengat aliran listrik.Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena

kecelakaan telah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah

pencegahan.

2. Teknik/metoda semiproaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karenakita tidak

perlu mngalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidakperlu mengalami

sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya.

3. Teknik/metoda proaktif

Metoda terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif,atau

mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat ataudampak

yang merugikan.

3.10.2. IdentifikasiResiko denganMetodeJobSafety Analisys (JSA)

JSAadalahsebuahteknikanalisisbahayayangdigunakanuntukmengidentifikas

ibahayayangadapadapekerjaanseseorangdanuntukmengembangkan

pengendalianyangtepatuntukmengurangiresiko.JSAumumnyatidakdigunakan

untukmelakukanpeninjauandesainataumemahamibahayadarisuatuproseskompleks.

JSAmerupakan suatu analisisyangmenghasilkan sebuahrekomendasi

daritinjauanproseshazardyanglebihdetail.HasildariJSAiniharusdituliskan

dalambentukformal,yaituberupaproseduruntuksetiap pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


Langkah-langkah dalammembuatJSA antara lain:

a. Memilihpekerjaanuntuk ditinjau ulang

b. Membagi-bagipekerjaan dalambeberapalangkah

c. Mengidentifikasipotensibahayadisetiaplangkah

d. Menetapkantindakanatauproseduruntukmengurangipotensibahaya.

Teknikinibermanfaatuntukmengidentifikasidanmenganalisisbahayadalam

suatupekerjaan.Halinisejalandenganpendekatansebabkecelakaanyangbermula

dariadanyakondisiatautindakantidakamansaatmelakukansuatuaktivitas.Karenaitu

denganmelakukanidentifikasibahayapadasetiapjenispekerjaan

dapatdilakukanlangkahpencegahanyang tepatdanefektif.

Beberapa keuntungandalampenggunaan JSAadalahkarenaJSA mudah

dimengerti,tidakperlumelakukantraining,dapatdilakukandengan mudah

karenapengalamanseseorang.HasildariJSAinidapatdigunakanuntukmelatih

pekerjabaru.

3.10.3. Penilaian Risiko

Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaianrisiko

yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta skenario dampak yang

akan ditimbulkannya. Penilaian risiko digunakan sebagailangkah saringan untuk

menentukan tingkat risiko ditinjau darikemungkinan kejadian (likelihood) dan

keparahan yang dapat ditimbulkan(severity).

Resiko dianalisis dengan menggabungkan perkiraan konsekuensi dan

kemungkinan dalam konteks pengendalian yang ada.Untuk menghindari

Universitas Sumatera Utara


penyimpangan dari sumber informasi yang tersedia dan teknik yang digunakan

ketika menganalisis konsekuensi dan kemungkinan.

Konsekuensi adalah Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara

kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau

menguntungkan.Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi

dan berhubungan dengan suatu kejadian.

Probabilitas digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau

frekuensi.Kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan

rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian

atau hasil.

Eksposure (paparan) adalah frekuensi pemaparan terhadap bahaya atau

sumber resiko

Analisis resiko bergantung pada informasi resiko dan data yang tersedia.Metode

analisis yang digunakan dapat bersifat kualitatif, semikuantitatif, dan kuantitatif

bahkan kombinasi ketiganya.

Universitas Sumatera Utara


1. Penilaian resiko dengan analisis kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk

menjelaskan seberapa besar potensi resiko yang akan diukur. Hasilnya dapat

termasuk dalam kategori resiko rendah, resiko sedang dan resiko tinggi.

Tabel 3.1. Nilai Tingkat Keparahan (Consequences)


Tingkat Penjelasan Defenisi
Sangat tinggi Kematian, keracunan hingga luar area dengan efek
5
(Catastropic) gangguan, kerugian finansial sangat besar

Tinggi Kecelakaan besar, kehilangan kemampuan


4 produksi, penanganan luar area tanpa efek negatif,
(Major) kerugian finansial besar
Sedang Penanganan kecelakaan tingkat sedang,
3 penanganan ditempat dengan bantuan pihak luar,
(Moderate) fianansial besar
Rendah P3K, penanganan di tempat, kerugian finansial
2
(Minor) sedang
Tidak Signifikan
1 tidak ada kecelakaan, sedikit kerugian finansial
(Insignificant)
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Tabel 3.2. Ukuran Kualitatif dari Kemungkinan (Probability)


Rating Penjelasan Defenisi
5 Frequent Selalu terjadi
4 Probable Sering terjadi
3 Occasional Kadang-kadang dapat terjadi
2 Unlikely Mungkin dapat terjadi
1 Improbable Sangat jarang terjadi
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.3.Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko)
Probability Consequence
5 4 3 2 1
(Catastropic) (Major) (Moderate) (Minor) (Insignificant)
5 E E E H H
(Almost Certain)
4 E E H H M
(Likely)
3 E E H M L
(Moderate)
2 H H M L L
(Unlikely)
1
H H M L L
(Rare)
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Keterangan:

E : Ekstrim, sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya

H : High, beresiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak

M : Medium, risiko sedang, tenggung jawab manajemen harus spesifik

L : Low, risiko rendah, ditangani dengan prosedur rutin

2. Penilaian resiko dengan analisis semikuantitatif

Dalam analisis semikuantitatif, skala kualitatif yang telah disebutkan

sebelumnya diberi nilai.Setiap nilai yang diberikan haruslah menggambarkan

derajat konsekuensi maupun probabilitas dari risiko yang ada.Diperlukan

kehatihatian dalam menggunakan analisis semi kuantitatif, karena nilai yang

dibuat belum tentu mencerminkan kondisi obyektif yang ada dari sebuah

risiko. Ketepatan perhitungan tergantung dari tingkat pengetahuan tim ahli

dalam dalam analisis tersebut terhadap proses terjadinya sebuah risiko.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences
Tingkatan Deskripsi Rating
Catastrophe Kematian banyak orang, aktifitas dihentikan, 100
kerusakan permanen pada lingkungan luas
Disaster kematian pada satu hingga beberapa orang, kerusakan 50
permanen pada lingkungan lokal
Very Serious Cacat permanen, kerusakan temporer lingkungan 25
Serious lokal Cacat nonpermanen 15
Dibutuhkan perawatan medis, terjadi emisi buangan
Important 5
tetapi tidak menimbulkan kerusakan lingkungan
Luka ringan, sakit ringan, kerugian sedikit, terhentinya
Noticeable 1
kegiatan sementara.
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Tabel 3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability


Tingakatan Deskripsi Rating
Almost Certain Kejadian yang hampir terjadi jika ada kontak dengan
10
bahaya
Likely Kemungkinan terjadinya 50-50 6
Unusual but Suatu kejadian yang tidak biasa namun masih
3
possible memiliki kemungkinan untuk terjadi
Remotely Suatu kejadian yang sangat kecil kemungkinan
1
Possible terjadinya
Conceivable Tidak pernah terjadi walaupun telah bertahun-tahun 0,5
Practically Secara nyata belum pernah terjadi
0,1
Impossible
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Tabel 3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure


Tingakatan Deskripsi Rating
Continously Beberapa terjadi dalam sehari (terus menerus) 10
Frequently Sekali terjadi dalam sehari (sering) 6
Sekali dalam seminggu sampai sekali dalam sebulan
Occasionally 3
(kadang-kadang)
Sekali dalam sebulan hingga sekali dalam setahun
Infrequent 2
(tidak sering)
Rare diketahui pernah terjadi (jarang) 1
Very rare Tidak diketahui terjadinya (sangat jarang) 0,5
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

Universitas Sumatera Utara


Penentuan tingkat resiko dilakukan setelah ketiga komponen resiko

(Konsekuensi, paparan, dan kemungkinan) telah ditentukan besarannya. Untuk

menentukan tingkat resiko maka dilakukan pengalian terhadap ketiga komponen

risiko tersebut berdasarkan rumus berikut:

Level of risk = Consequences x Exposure x Likelihood

Dari hasil perhitungan level of risk di atas kemudian dikelompokkan sesuai

kriteria tingkat resiko.

Tabel 3.7. Skala Tingkatan Risiko


Tingkatan Deskripsi Tindakan
> 350 Very high Penghentian aktifitas sampai tingkat risiko
dikurangi
180-350 Priority Memerlukan penanganan secepatnya
70-180 Substantial Mengharuskan perbaikan
20-70 Priority 3 Memerlukan perhatian
< 20 Acceptable Lakukan kegiatan seperti biasa
Sumber AS/NZS 4360:2004 Risk Management Guideline

3. Penilaian analisis resiko dengan analisis kuantitatif

Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik.Kualitas dari analisis

tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada.Konsekuensi dapat

dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau

kumpulan kejadian atau dengan memperkirakan kemungkinan dari studi

eksperimen atau data sekunder/ data terdahulu.Probabilitas biasanya dihitung

sebagai salah satu atau keduanya (exposure dan probability).Kedua variabel

ini (probabilitas dan konsekuensi) kemudian digabung untuk menetapkan

tingkat resiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara


3.10.4. Evaluasi Resiko

Suatu resiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen

atau pengambil keputusan lainnya jika tidak diketahui apakah resiko tersebut

signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu, sebagai tindak lanjut dari

penilaian resiko dilakukan evaluasi resiko untuk menentukan apakah resiko

tersebut dapat diterima atau tidak dan menentukan prioritas resiko.Untuk

mendapat gambaran yang baik dan tepat mengenai resiko dilakukan penentuan

peringkat resiko atau prioritas resiko.

Peringkat resiko sangat penting untuk sebagai alat manajemen dalam

mengambil keputusan.Melalui peringkat resiko manajemen dapat menentukan

skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan

sumber daya yang sesuai untuk masing-masing resiko sesuai dengan tingkat

prioritasnya.

3.10.5. Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko menurut Soehatman Ramli (2010) dilakukanterhadap

seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahayadan

mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dancara

pengendaliannya. Selanjutnya dalam menentukan pengendalian

harusmempertimbangkan hirarki pengendalian mulai dari eliminasi,

substitusi,pengendalian teknis, administratif, dan terakhir penyediaan alat

keselamatanyang disesuaikan dengan kondisi organisasi, ketersediaan biaya,

biayaoperasional, faktor manusia, dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


Pengendalian risiko merupakan langkah menentukan dalamkeseluruhan

manajemen risiko.Berdasarkan hasil analisis dan evaluasirisiko dapat ditentukan

apakah suatu risiko dapat diterima atau tidak.Jikarisiko dapat diterima, tentunya

tidak diperlukan langkah pengendalian lebihlanjut.

Berkaitan dengan risiko K3, pengendalian risiko dilakukan

denganmengurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki

sebagaiberikut.

1. Eliminasi

Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan sumber bahaya,

misalnya lobang di jalan ditutup, ceceran minyak di lantai dibersihkan, mesin

yang bising dimatikan.Cara ini sangat efektif karena sumber bahaya

dieliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan.Karena itu, teknik ini

menjadi pilihan utama dalam hirarki pengendalian risiko.

2. Substitusi

Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan,

sistem atau prosedur yang berbahaya dengan lebih aman atau lebih rendah

bahayanya. Teknik ini banyak digunakan, misalnya bahan kimia berbahaya

dalam proses produksi diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.3Hirarki Pengendalian Bahaya

3. Pengendalian Teknis

Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada di

lingkungan kerja.Karena itu, pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui

perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan peralatan

pengaman.Sebagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki secara teknis

misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat kebisingan dapat

ditekan.

Pencemaran di ruang kerja dapat diatasi dengan memasangsistem ventilasi

yang baik.Bahaya pada mesin dapat dikurangi denganmemasang pagar

pengaman.

4. Pengendalian Administratif

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif misalnya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja yang

Universitas Sumatera Utara


lebih aman, rotasi, atau pemeriksaan kesehatan, monitoring yaitu untuk

memonitor efektivitas pengendalian yang sudah dilakukan.

5. Training

Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan

pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman.

6. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Pilihan terakhir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat

pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, pelindung

pernafasan (respirator atau masker), pelindung jatuh, dan pelindung kaki.

Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhiratau last

resort dalam pencegahan kecelakaan. Hal ini disebabkan karenaalat

pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan (reducelikelihood) namun

hanya sekedar mengurangi efek atau keparahankecelakaan (reduce

concequences). Sebagai contoh, seseorang yangmenggunakan topi

keselamatan bukan berarti bebas dari bahaya tertimpabenda. Namun jika ada

benda yang jatuh, kepalanya akan terlindungsehingga keparahan dapat

dikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuhsangat berat atau dari tempat

yang tinggi, topi tersebut mungkin akanpecah karena tidak mampu menahan

beban.

a. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang

jatuh atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik,

aluminium, atau fiber.

Universitas Sumatera Utara


b. Alat pelindung muka untuk melindungi percikan benda cair, benda padat

atau radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) , dan

topeng las.

c. Alat pelindung mata untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair

dan radiasi panas, misalnya kaca mata keselamatan dan kaca mata las.

d. Alat pelindung pernafasan untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap

dan asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat

beragam seperti masker debu, masker kimia, respirator, breathing

apparatus (BA).

e. Alat pelindung pendengaran untuk melindungi organ pendengaran dari

suara bising misalnya sumbat telinga (ear plug), dan katup telinga (ear

muff).

f. Alat pelindung badan untuk melindungi bagian tubuh khususnya dari

percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya apron dari

kulit, plastik, dan asbes.

g. Alat pelindung tangan untuk melindungi bagian jari dan lengan dari

bahan kimia, panas atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC,

asbes, dan metal.

h. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian

misalnya ikat pinggang keselamatan (safety belt), harness, dan jarring.

i. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh ke dalam air misalnya

baju pelampung, pelampung, dan jaring pengaman.

Universitas Sumatera Utara


j. Alat pelindung kaki untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit atau

betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan

lainnya, misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki

dan betis.

Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang Keselamatan KerjaNo. 1

tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatansecara cuma-

cuma sesuai dengan sifat bahayanya.Oleh karena itu,pemilihan keselamatan

harus dilakukan secara hati-hati denganmempertimbangkan jenis bahaya serta

diperlakukan sebagai pilihanterakhir.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop

berlokasi kira-kira 380 km dari kota Medan, terletak di daerah Desa Aek Batu

Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.Penelitian dilakukan

mulai dari tanggal 30 November 2015 sampai dengan April 2016.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu dikarenakan

melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan

mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran.Penelitian

dilakukan dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian terhadap sumber

bahaya. Penelitian bertujuan menjelaskan nilai dari risiko yang terdapat di setiap

area kerja dengan menggambarkan proses analisa keselamatan kerja dengan

menggunakan metode semikuantitatif untuk menentukan tingkat consequences,

probability dan exposure dari setiap risiko yang ada.

4.3. Objek Penelitian

Objek yang diteliti adalah bahaya dan risiko yang dapat terjadi dalam

proses kerja pada area produksi PKS Aek Torop.

Universitas Sumatera Utara


4.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.Tujuan

kerangka konseptual untuk memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam

merumuskan masalah penelitian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

kecelakaan kerja yang terjadi pada saat melakukan proses produksi. Oleh karena

itu dilakukan identifikasi dari bahaya dan melakukan pengendalian risiko dari

bahaya yang ditimbulkan untuk menemukan solusi dalam bentuk usaha program

keselamatan dan kesehatan kerja. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 4.1

Penentuan
Identifikasi bahaya Penilaian
Sumber (Hazard Identification)

Konsekuensi Kemungkinan Paparan

Pengendalian risiko

Perbaikan program

kesealamatan dan

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dari Kerangka berpikir penelitian pada Gambar 4.1.maka defenisi

operasional dari setiap bagian tersebut adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Penentuan Sumber Bahaya

Menentukan sumber-sumber bahaya pada tiap tiap stasiun kerja.

2. Identifikasi Bahaya

Mengidentifikasi situasi yang berpotensi menciderai/menyakiti pekerja,

merusak barang, lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut.

3. Penilaian Risiko

Melakukan analisis dan perangkingan terhadap sumber bahaya tersebut dapat

ditolerir atau tidak dengan menghitung tingkat konsekuensi, kemungkinan dan

paparan.

4. Konsekuensi (Consequences)

Dampak atau kerugian yang dialami dari suatu kejadian.

5. Kemungkinan (Probability)

Kemugkinan atau peluang terjadinya suatu kejadian.

6. Paparan (Exposure)

Frekuensi pemaparan terhadap bahaya/sumber risiko.

7. Pengendalian Risiko

Merupakan pengendalian bahaya yang dilakukan berdasarkan hasil penilaian

resiko melalui pendekatan risk assessment.

8. Perbaikan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Memberi masukan dan perbaikan bagi pihak perusahaan sesuai dengan

permasalahan yang ada.Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan

perbaikan tersebut dalam lingkungan perusahaannya sehingga dapat

meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

Universitas Sumatera Utara


4.5. Metodologi Penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yang diawali dengan

melakukan identifikasi masalah hingga menghasilkan kesimpulan. Tahapan–

tahapan tersebut meliputi :

1. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan saat

penelitian berlangsung sehigga dapat mengangkat permasalahan secara jelas

dan terarah.

2. Studi literatur

Kajian literatur merupakan bagian dai studi yang bertujuan untuk

mengumpulkan dan menganalisa data sekunder dari instansi terkait, hasil

penelitian, jurnal, dan literatur lain.

3. Perumusan Masalah

Perumusan masalah menjabarkan kembali inti dari permasalahan yang

teridentifikasi kemudian menuangkannya ke dalam satu lingkup permasalahan

yang spesifik.

4. Perumusan tujuan penelitian

Penentuan tujuan peneltian sebagai acuan unuk mengarahkan dan menentukan

hasil akhir penelitian.

5. Pengumpulan data

Data yang dikumpukan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data

sekunder.

Universitas Sumatera Utara


Blok diagram rancangan penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2.

Studi Pendahuluan
Melakukan observasi terhadap kondisi perusahaan

Identifikasi Masalah
Tingginya angka kecelakaan kerja sehingga diperlukan program
pencegahan kecelakaan kerja

Studi Literatur
Mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan
pengumpulan data dan pemecahan masalah

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Uraian Pekerjaan yang 1. Tempat Kecelakaan
menyebabkan kecelakaan 2. Jenis kecelakaan yang dialami
2. Sumber Bahaya 3. Jenis pekerjaan yang sedang
dilakukan pada saat
mengalami kecelakaan
4. Uraian produksi

Pengolahan Data
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko semi kuantitatif
3. Menentukan risk reduction
4. Rekomendasi pengendalian

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.2 Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


4.6. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh

dengan melakukan wawancara kepada pekerja, selain itu data juga diperoleh

dengan melakukan pengamatan langsung terhadap hal-hal yang berhubungan

dengan penelitian.Data ini meliputi uraian dari pekerjaan yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan, dan sumber bahaya dari setiap stasiun kerja.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh tanpa melalui pengukuran langsung

tetapi diperoleh langsung dari perusahaan. Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data kecelakaankerja

Data kecelakaankerjauntukmenunjukanjumlahkecelakaansertakerugian

yang didapatdarikecelakaandalamkurun waktu 5 tahun.Metode yang

digunakanuntukmengumpulkan data iniadalahdokumentasi.

b. Uraianproduksi

Data uraianproduksimenunjukkanuraiankeseluruhan proses produksi.

4.7. Pengolahan Data

Metode atau langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Identifikasi Risiko

Universitas Sumatera Utara


Mengidentifikasi bahaya yang ada pada tahapan demi tahapan pengerjaan

proses produksi dalam setiap stasiun kerja sehingga potensi-potensi bahaya

yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dapat diketahui dan untuk

mengembangkan pengendalian yang tepat untuk mengurangi risiko.

2. Analisis Risiko

Data dianalisa berdasarkan penilaian semikuantitatif untuk menentukan nilai

risiko dengan terlebih dahulu memperkirakan nilai konsekuensi, paparan dan

kemungkinan. Setelah nilai risiko diperoleh, maka nilai tersebut

dibandingkan dengan standar level risiko untuk mengetahui tingkatan risiko

yang terdapat tahapan kerja di setiap stasiun.

Level of risk = Consequences x Exposure x Likelihood

3. Menentukan Risk Reduction

Nilai risiko hasil dari pengurangan antara basic risk dengan existing risk.

4. Rekomendasi Pengendalian Risiko

Setelah di lakukan perangkingan level resiko maka tahap selanjutnya adalah

mengembangkan solusi alternatif memberikan rekomendasi pengendalian

yang belum dilaksanakan perusahaan dengan mempertimbangkan

kemungkinan pengaplikasiannya.Rincian solusi alternatif yang

dikembangkan sebagai tindakan pengendalian risiko di masing-masing area

kerja yang mempunyai risiko tinggi.

4.8. Analisis Pemecahan Masalah

Universitas Sumatera Utara


Setelah dilakukan identifikasi dan perangkingan bahaya (hazard) dengan

menggunakan pendekatan HIRARC (Hazards Identification Risk Assessment and

Risk Control), maka akan dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data. Pada

tahap ini akan dibandingkan kondisi basic risk dengan existing risk, seberapa

besar tingkatan pengurangan risiko berdasarkan tindakan pengendalian yang telah

dilakukan oleh perusahaan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi masukan dan

perbaikan bagi pihak perusahaan beberapa tindakan pengendalian yang lebih

intensif.Dengan demikian perusahaan dapat menerapkan perbaikan tersebut dalam

lingkungan perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kenyamanan karyawan

dalam bekerja.

4.9. Kesimpulan dan Saran

Tahap akhir dari penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dari hasil

penelitian.Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan hasil penelitian

selanjutnya dan pemberian saran kepada pihak perusahaan mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan beberapa metode

pengumpulan data sesuai dengan kondisi sumber data yang bersangkutan. Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini adalah uraian pekerjaan yang menyebabkan

kecelakaan kerja pada proses pengolahan kelapa sawit. Pengumpulan data dilakukan

dengan menggunakan metode Job Safety Analysis pada proses produksi yang meliputi

tahapan proses pengolahan kelapa sawit, dan menguraikan pekerjaan berdasarkan

urutan langkah-langkah dari setiap tahapan proses pengolahan kelapa sawit. Data

uraian pekerjaan dari tahapan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
1. Loading Memindahkan TBS Buah TBS dari truk dipindahkan dengan cara
Ramp dari truck kedalam operator membuka bak truk, kemudian berdiri disisi
Loading Ramp bak truk dan memindahkan TBS dengan tojok
(gancu) ke dalam loading ramp.
Memasukkan TBS ke Mengatur posisi lori agar sesuai dengan pintu ramp
dalam lori rebusan kemudian membuka pintu hidrolik agar TBS masuk
menggunakan ke dalam lori.
hydraulic pump Mengatur TBS agar lori terisi dengan baik dan
(Ramp) merata.
2. Stasiun Memasukkan lori Menarik rangkaian lori yang berisi TBS ke bejana
Rebusan berisi TBS ke dalam rebusan dengan menggunakan kabel sling yang
bejana rebusan ujungnya dikaitkan dengan hook dan ditarik dengan
capstand
Merebus buah TBS Melakukan perebusan dengan memberikan tekanan
yang dihasilkan dari steam boiler.
Melakukanpengawasanprosesperebusan,
memeriksa tekanan bejana rebusan.
Membuka dan Dilakukan saat sebelum dan sesudah proses
menutup pintu perebusan.
rebusan Membuka pintu rebusan, menurunkan jembatan
kemudian proses sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
2. Stasiun Menarik lori keluar Menarik rangkaian lori yang berisi TBS ke luar
Rebusan dari bejana rebusan bejana rebusan dengan menggunakan kabel sling
yang ujungnya dikaitkan dengan hook dan ditarik
dengan capstand
3. StasiunThre Mengangkat atau Loriyangberisibuahrebusandiangkat
sser memindahkan lori menggunakan hoisting crane dengan mengaitkan
berisi buah rebus dari rantai pada sisi lori, kemudian lori diputar sehingga
rel landasan ke buah jatuh pada hopper untuk dilakukan proses
Hopper dan pembantingan/pemisahan brondolan dari janjangan.
sebaliknya Menrurunkan lori kembali ke landasan rel.
Membanting buah Berondolan yang telah terpisah dari janjangan
rebusan di bunch dilanjutkan dengan pencacahan berondolan untuk
hopper memisahkan daging buah dengan biji dalam mesin
digester.Operatormengawasikerjamesin
memastikan pencacahan bekerja dengan baik
4. Stasiun Pemisahan minyak Serabut di press untuk mendapatkan minyak dan
Press dengan biji dan dilakukan secara berulang hingga serabut benar-
serabut (screw press) benar kering dan minyak keluar dengan sempurna.
Sementara biji ditransfer ke stasiun kernel.
Operator mengawasi untuk memastikan serabut
tidak tumpah kelantai.
5. Stasiun Penampungan Minyak yang keluar dari hasil pres ditampung di
Klarifikasi minyak kasar hasil sand trap tank untuk memisahkan dari kotoran-
press (sand trap kotoran.
tank) Operator mengawasi dan membersihkan permukaan
dari kotoran.
Penampungan/penge Minyak kotor yang dihasilkan masih bercampur
ndapan dan dengan kotoran dan pasir, maka dilakukan
pemisahan minyak pengendapan agar kotoran dan pasir terpisah
dengan sludge berdasarkan massa jenisnya.
(clarifier tank)
Pemisahan minyak Setelah minyak dipisahkan dengan kotoran
dengan gaya dilanjutkan dengan pemisahan dengan gaya
sentrifugal (oil sentrifugal untuk menghilangkan kandungan airnya
purifier) dan mendapatkan minyak murni. Minyak akan
terpisah meurut massa jenis dimana massa jenis
minyak lebih ringan dari air.
Penimbunan/ Minyak yang telah terpisah dengan air di transfer ke
pengiriman minyak tangki penimbunan dengan saluran pipa.
ke storage tank
Pemisahan sebagian Kotoran yang terpisah kemungkinan masih terdapat
minyak dari sludge kandungan minyaknya. Dalam mesin sludge
(sludge separator) separator, kotoran disaring untuk mendapatkan
minyak yang tersisa dan ditransfer kembali ke
clarifier tank

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
5. Stasiun Pengoperasian Fat-fit Campuran kotoran dari hasil pemurnian minyak
Klarifikasi ditampung di bak fat-fit untuk menyaring kembali
kandungan minyak yang tersisa.
6. Stasiun Membawa gumpalan Gumpalan cake dari stasiun pres kemudian dibawa
Kernel cake ke mesin ke depericarper dengan menggunakan konveyor
depericarper.(cake berbentuk uliran terbuka sambil bongkahan
breaker conveyor) ampasnya dipecah dan dikeringkan sepanjang uliran.
Pemanasan dilakukan dengan injeksi uap sehingga
gumpalan cake akan menjadi kering dan mudah
terurai. Selama proses itu operator melakukan
pengawasan pemisahan serabut dari nut pada CBC
(cake breaker conveyor)
Pembersihan atau Cake yang telah terurai masuk ke dalam separating
pemolesan biji dari coloumn, biji yang berat jenisnya lebih besar jatuh ke
serat fiber (nut dalam nut polishing drum, sedangkan serabut kering
polishing drum) akan terhisap oleh blower ke dalam fibre cyclone.
Pada nut polishing drum biji akan bergesekan dengan
blade-blade, sehingga serabut-serabut halus yang
masih melekat pada biji akan terlepas.
Pemisahan biji dari Pemisahan terjadi oleh hisapan blower, batu akan
biji kosong dan jatuh ke tempat penampungan dan biji akan masuk
pemisahan biji ke dalam nut grading drum, sedangkan biji kosong
menurut diameter (nut akan terhisap masuk ke shell hopper.
grading drum) Kemudian biji akan dipisah berdasarkan ukuran
melalui drum yang berlubang dan berputar.
Penampungan/pemera Pemeraman biji bertujuan untuk mengurangi kadar
man biji (nut silo) air agar inti sawit mudah terlepas dari cangkangnya.
Prinsip kerjanya adalah menggunakan udara panas
melalui elemen penghantar panas.
Pemecahan/penggiling Pemecahan biji dilakukan dengan ripple mill. Untuk
an biji (ripple mill) memisahkan inti sawit dari cangkang dilakukan
dengan gaya sentrifugal, biji yang masuk akan
terdampar ke dinding sehingga biji terpecah dan
cangkang terlepas dari inti.
Operator mengawasi agar nut masuk kedalam ripple
mill secara merata, dan memeriksa pecahan
campuran yang dihasilkan ripple mill.
Pemisahan cangkang Inti sawit dan cangkang dipisahkan berdasarkan
dari inti sistem kering berat jenis dan gaya gravitasi dengan menggunakan
(LTDS) kolom pemisah, dimana kotoran dan pecahan
cangkang yang ringan akan terhisap kemudian
masuk ke shell hopper. Sementara inti sawit dan
cangkang yang memiliki kriteria berat akan masuk
ke pemisahan sistem basah dengan claybath.
Sedangkan inti sawit utuh akan jatuh ke wet kernel
conveyor.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
(Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Pekerjaan
6. Stasiun Pemisahan cangkang Dalam clay bath terdapat pompa, dimana material
Kernel dari inti sistem basah yang telah bercampur dengan air dan kaolin dipompa
(claybath) ke cyclone. Karena perbedaan berat jenis, inti akan
keluar dari atas permukaan cyclone dan cangkang
keluar dari bagian bawah yang kemudian masing-
masing fraksi akan mengalami pengolahan lebih
lanjut yaitu cangkang diantarkan ke boiler dan inti
akan masuk ke silo inti untuk dikeringkan.
Penampungan dan Intisawitdikurangikadarairnyadengan
pemeraman inti menghembuskan udara panas ke dalam silo.
(kernel silo) Kemudian inti sawit ditransfer ke dalam kernel
storage.
7. Stasiun Pengoperasian boiler Boiler menghasilkan uap yang dipakai untuk
Boiler menggerakkan turbin pembangkit tenaga listrik di
PKS, uap bekas dari turbin juga digunakan dalam
proses pengolahan kelapa sawit. Bahan bakar yang
digunakan untuk menghasilkan uap tersebut didapat
dari serat fiber dan cangkang hasil pengolahan
kelapa sawit. Operator memasukkan bahan bakar
serat fiber dan cangkang yang di angkut dan
dimasukkan ke dalam boiler melalui lubang tungku.
Pengoperasian turbin Turbin berfungsi untuk mengkonversikan energi
dari steam boiler menjadi energi mekanis untuk
membangkitkan listrik melalui alternator. Turbin
menerima uap kering dari boiler yang dimanfaatkan
untuk menggerakkan generator yang menghasilkan
listrik kemudian uap sisanya dalirkan ke BPV (back
pressure vessel)

Universitas Sumatera Utara


5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Identifikasi Risiko

Langkah berikutnya dalam melakukan pengolahan data adalah identifikasi

semua bahaya yang terlibat dalam setiap tahapan pekerjaan.Identifikasi dilakukan

terhadap bahaya-bahaya yang berasal dari lingkungan tempat kerja, peralatan kerja,

mesin-mesin, dan bahan yang berhubungan dengan prosedur pekerjaan.Data

diperoleh dari hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan pekerja terkait.

Data yang diperoleh berdasarkan identifikasi risiko pada proses produksi

dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Potensi Bahaya Pengendalian yang Ada
1. Loading Ramp Memindahkan TBS dari truck Tangan terjepit pengunci bak −
kedalam Loading Ramp
Terjatuh dari ketinggian −
Tertimpa TBS Menggunakan Sepatu Boot
Terkena gancu Sepatu Boot
Memasukkan TBS ke dalam lori Tertimpa TBS Sepatu Boot
rebusan menggunakan hydraulic Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu Boot
pump (Ramp) licin
Terjepit saat menyambung lori −
2. Stasiun Memasukkan lori berisi TBS ke Terjepit saat menyambung lori −
Rebusan dalam bejana rebusan Terkena serabut kabel sling Sarung tangan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Merebus buah TBS Meledak Rambu peringatan K3
Terkena semburan uap panas dari Rambu peringatan K3, Sarung tangan
lubang buangan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Kebisingan −

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
Membuka dan menutup pintu Terkena semburan uap panas saat Sarung tangan, rambu peringatan K3
rebusan membuka pintu rebusan
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Terjepit jembatan saat −
menaikkan/menurunkan jembatan
Kebisingan −

Menarik lori keluar dari bejana Terjepit saat menyambung lori −


rebusan
Terkena serabut kabel sling Sarung tangan

Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot


licin
3. StasiunThresser Mengangkat atau memindahkan Tertimpa TBS Helm
lori berisi buah rebus dari rel
landasan ke Hopper dan Tertimpa lori Helm
sebaliknya
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Membanting buah rebusan di Terkena hempasan berondolan −
bunch hopper
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Kebisingan −

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
4. Stasiun Press Pemisahan minyak dengan biji Terkena minyak panas Menggunakan apron
dan serabut (screw press)
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Kebisingan −
5. Stasiun Penampungan minyak kasar hasil Terkena minyak panas −
Klarifikasi press (sand trap tank) Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terbentur pipa saluran minyak Helm
Terkena uap panas −
Penampungan/pengendapan dan Terkena Minyak Panas −
pemisahan minyak dengan sludge
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang
(clarifier tank) Sepatu boot
licin
Pemisahan minyak dengan gaya Terkena minyak panas −
sentrifugal (oil purifier) Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Penimbunan/ pengiriman minyak Terkena minyak panas −
ke storage tank
Terkena uap panas −

Pemisahan sebagian minyak dari Terkena minyak panas −


sludge (sludge separator) Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Terkena uap panas −

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
Pengoperasian Fat-fit Terkena minyak panas −
Terkena uap panas −
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Tercebur ke dalam kolam fat-fit Sepatu boot, pagar pangaman
6. Stasiun Kernel Membawa gumpalan cake ke Kebisingan −
mesin depericarper.(cake breaker
conveyor) Terhirup serat fiber −
Pembersihan atau pemolesan biji Kebisingan −
dengan serat fiber (nut polishing
drum) Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terhirup serat fiber −
Pemisahan biji dari biji kosong dan −
pemisahan biji menurut diameter Kebisingan
(nut grading drum)
Penampungan/pemeraman biji (nut Terjatuh dari ketinggian −
silo) Tersentuh benda panas −
Pemecahan/penggilingan biji Kebisingan −
(ripple mill)
Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Terhirup serat fiber −
Terkena hempasan nut −

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (Lanjutan)
No Area Kerja Tahapan Pekerjaan Uraian Risiko Pengendalian yang Ada
6. Stasiun Kernel Pemisahan cangkang dari inti Kebisingan −
sistem kering (LTDS) Terjatuh dari ketinggian Pagar pengaman
Terhirup serat fiber −
Pemisahan cangkang dari inti Kebisingan −
sistem basah (claybath) Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
Terhirup bahan CaCO3 −
Penampungan dan pemeraman inti Kebisingan −
(kernel silo) Tergelincir/terjatuh karena lantai yang Sepatu boot
licin
7. Stasiun Boiler Pengoperasian boiler Tungku boiler meledak Rambu peringatan
Kebakaran dari bahan bakar boiler APAR, Hidrant, Sarung tangan
Terkena percikan api −
Tersentuh benda panas Sarung tangan, sepatu boot
Tersembur api boiler −
Terhirup debu −
Kebisingan −
Terkena/terbentur alat kerja Sarung tangan, helm, sepatu boot
Pengoperasian turbin Kebakaran dari bahan bakar solar APAR, hydrant, sarung tangan
Tersengat listrik Rambu peringatan
Kebisingan −

Universitas Sumatera Utara


5.2.2. Penilaian Risiko

Setelahdilakukanidentifikasibahaya,laludilakukanpenentuantingkat

risikodenganmemberikanpenilaianterhadapprobability,konsekuensi,dan

exposure.Tingkatrisikoyangdilihatadalah,tingkatrisikopada basicleveldan existing

level.Padabasicleveldilihatrisikopadasaatkeadaanterburuk,dimana

belumdilakukanpengendalianterhadaprisikoyangada.Sedangkanuntukexisting

leveldilihattingkatrisikoyangtelahterjadidilapangan.

5.2.2.1. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Loading Ramp

Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun loading ramp adalah

sebagai berikut:

1. Memindahkan TBS dari truk ke dalam loading ramp

a. Tangan terjepit pengunci bak truk

Risiko tangan pekerja terjepit saat membuka pintu truk.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan atau luka memar pada jari tangan.

Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), karena kejadian ini tidak sering

terjadi, hanya sekali dalam sebulan atau sekali dalam setahun.

Probability memiliki nilai 6 (likely), walaupun sudah ada instruksi kerja

namun kecelakaan tersebut masih memiliki kemungkinan terjadi karena

kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai12.Tingkatrisikoinisebenarnyadapat

Universitas Sumatera Utara


dikurangimengingatsudahtersedianyaalatpelindungdiriberupasarungtangan.

Perlu

dilakukanpengawasandaripihakperusahaanagarparapekerjamenggunakansa

rung tanganpadasaat bekerja.

b. Terjatuh dari ketinggian

Risiko pekerja terjatuh saat melakukan pembongkaran TBS dari truk,

Karena pekerja berdiri di sisi bak truk.

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cedera dan membutuhkan perawatan medis.

Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), diketahui kejadian tidak sering

terjadi sekali dalam setahun.

Probability memiliki nilai 10 (Almost Certain), karena pekerja berdiri di

sisi bak truk dengan berpijak pada bagian yang tidak aman sehingga

kemungkinan pekerja terjatuh sangat besar dengan kondisi pekerja yang

kelelahan dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahsubstansialdenganni

lai100.Masih kurang dilakukan pengawasan terhadap prosedur kerja yang

baik dan pemberian larangan dengan rambu mengenai keselamatan kerja.

c. Tertimpa TBS

Risiko pekerja tertimpa TBS saat melakukan pembongkaran buah.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan pada kaki atau tangan pekerja akibat tertusuk duri kelapa

sawit.

Universitas Sumatera Utara


Exposure memiliki nilai 6 (frequently), kejadian diketahui sering terjadi

hingga sekali dalam sehari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan APD tetapi karena

dilakukan secara terus menerus serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari kaki tertimpa

TBS.

d. Terkena gancu

Risiko pekerja terkena gancu saat memindahkan melakukan

pembongkaran buah dengan menggunakan gancu.

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cedera yang memerlukan perawatan medis jika tertimpa atau terkena

gancu.

Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), kadang-kadang kecelakaan

tersebut terjadi dalam waku sekali dalam seminggu hingga sekali dalam

sebulan.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), karena memungkinkan

pekerja terkena gancu jika tidak bekerja secara hati-hati walaupun pekerja

telah menggunakan APD tetapi karena dilakukan secara terus menerus

Universitas Sumatera Utara


serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat menyebabkan terjadinya

kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai45. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level

karena pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari cidera

yang serius, tetapi sangat diperlukan keterampilan dalam menggunakan

peralatan dalam bekerja untuk menghindari kecelakaan.

2. Memasukkan TBS ke dalam lori rebusan

a. Tertimpa TBS

Risiko pekerja tertimpa TBS saat memasukkan ke dalam lori.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan pada kaki atau tangan pekerja akibat tertusuk duri kelapa

sawit.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), terjadinya kecelakaan diketahui

sering terjadi, sekali dalam sehari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan APD tetapi karena

dilakukan secara terus menerus serta kondisi pekerja yang kelelahan dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot untuk menghindari kaki tertimpa

TBS.

Universitas Sumatera Utara


b. Tergelincir/terjatuhkarena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), terjadi sekali dalam sehari atau bisa

dikatakan sering terjadi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena

permukaan lantai yang licin akibat minyak dari TBS dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level

karena pekerja telah menggunakan safety boot agar tidak terpeleset dan

dilakukan pembersihan berondolan yang tercecer dilantai secara rutin.

c. Terjepit saat menyambung lori

Risiko tengan pekerja terjepit sambungan lori saat akan melakukan

pemindahan buah ke dalam lori.

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cedera hingga diperlukan perawatan medis jika pada saat menyambungkan

lori maka diperlukan kehati-hatian dalam menyambungkan bagian lori.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), diketahui kecelakaan kerja pernah terjadi

(jarang).

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan untuk terjadi

karena pekerja yanguntuk menyambung rangkaian lori.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai30.

Tabel 5.3.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian

risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun loading ramp.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Loading Ramp
Analisis Risiko
Identifikasi Risiko
Basic Level Existing Level

Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian C E P Nilai Level C E P Nilai Level
Kerja Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko
Stasiun Memindahkan TBS dari Tangan Terjepit 1 2 6 12 Acceptable 1 2 6 12 Acceptable
Loading truck kedalam Loading pengunci bak truk
Ramp Ramp Terjatuh dari 5 2 10 100 Substansial 5 2 10 100 Substansial
ketinggian
Tertimpa TBS 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
Terkena gancu 5 3 6 90 Substansial 5 3 3 45 Priority 3

Memasukkan TBS ke Tertimpa TBS 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable


dalam lori rebusan
menggunakan hydraulic Tergelincir/terjatuh 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
pump (Ramp) karena lantai licin
Terjepit saat 5 1 6 30 Priority 3 5 1 6 30 Priority 3
menyambung lori

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.2. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Rebusan

Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun rebusan adalah sebagai

berikut:

1. Memasukkan lori ke dalam bejana rebusan

a. Terjepit saat menyambung lori

Risiko tengan pekerja terjepit sambungan lori

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cedera hingga diperlukan perawatan medis jika pada saat menyambungkan

lori maka diperlukan kehati-hatian dalam menyambungkan bagian lori.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan untuk

terjadinya kecelakaan 50%.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai30.

b. Terkena serabut kabel sling

Risiko tengan pekerja terkena kabel sling penarik lori saat menghubungkan

rangkaian lori dengan mesin capstand untuk menarik lori kedalam bejana

rebusan.

Consequences memiliki nilai 1 (noticable), karena dapat menyebabkan

cedera jika pekerja terbentur kabel sling yang terbuat dari komposisi baja

dan karena adanya serabut kabel sling yang dapat menyebabkan luka di

tangan dan kaki pekerja.

Universitas Sumatera Utara


Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), paparan terhadap bahaya

diperkirakan tidak sering terjadi hanya sekali dalam sebuan hingga sekali

dalam setahun.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), memiliki kemungkinan

untuk terjadi karena pada permukaan kabel sling terdapat serabut baja yang

keluar.

Penilaian risiko termasuk kedalam kategori acceptable dengan nilai

6.Terjadi pengurangan risiko dari basic level karena pekerja telah

menggunakan sarung tangan.

c. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin. Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya sering

terjadi karena area pekerjaan yang sangat licin di perlintasan rangkaian

lori.

Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadi kecelakaan

walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena permukaan

lantai yang licin akibat minyak yang tercecer di lantai perlintasan lori

dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 1 8 . Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic levelkarena

Universitas Sumatera Utara


pekerja telah menggunakan safety boot agar tidak terpeleset dan

pemasangan rambu dan informasi tentang kondisi lingkungan kerja.

2. Merebus TBS

a. Tabung rebusan meledak

Risiko yang berakibat sangat fatal dalam proses perebusan jika tekanan

yang tidak stabil dan jika adanya kebocoran dari pipa rebusan dapat

membuat meledak. Maka perlu pengawasan secara berkala dan pekerja

mengontrol dan memperhatikan besarnya tekanan steam yang sesuai

dengan prosedur.

Consequences memiliki nilai 50 (disaster), karena dapat menyebabkan

kematian dan bisa berakibat kerusakan lingkungan di sekitar lokasi dan

secara otomatis berdampak pada penghentian aktifitas perusahaan.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya diketahui jarang

terjadi ledakan hanya dalam beberapa kasus.

Probability memiliki nilai 1 (remotely possible), kecil kemungkinannya

untuk terjadi ledakan karena pengawasan yang dilakukan secara rutin

terhadap bejana rebusan, dan setiap pekerjaan harus selalu memperhatikan

prosedur (SOP).

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikopriority 3dengannilai 50.

Perusahaan melakukan inspeksi rutin terhadap pekerja untuk selalu

mengingatkan agar bekerja sesuai dengan prosedur berdasarkan instruksi

kerja yang baku.

Universitas Sumatera Utara


b. Terkena semburan uap panas

Risiko pekerja terkena uap panas saat melakukan pengawasan proses

perebusan.

Consequences memiliki nilai 15 (serious), karena dapat menyebabkan

cacat pada bagian tubuh jika terkena uap terutama bagian mata.

Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), paparan terhadap bahaya tidak

sering terjadi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), memiliki kemungkinan

terjadi kecelakaan akibat semburan uap yang panas.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahsubstansial

dengannilai90. Pekerja yang melakukan pengawasan tidak menggunakan

APD untuk menghindari terkena semburan uap panas dari proses rebusan.

c. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya tergelincir

sering terjadi karena pekerjaan tersebut dilakukan berkali-kali dalam satu

hari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), memiliki kemungkinan

terjadi kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi

karena adanya tumpahan minyak dan kotor membuat permukaan lantai

menjadi licin di sekitar area rebusan.

Universitas Sumatera Utara


Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot agar tidak terpeleset dan

pemasangan rambu dan informasi tentang kondisi lingkungan kerja.

d. Kebisingan

Risiko pekerja mengalami gangguan pendengaran karena suara steam dari

proses perebusan.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

gangguan pendengaran.

Exposure memiliki nilai 10 (continuously), paparan terhadap bahaya sering

terjadi karena pekerjaan proses perebusan tersebut dilakukan berkali-kali

dalam satu hari.

Probability memiliki nilai 6 (likely), cenderung terjadi risiko gangguan

pendengaran karena pekerjaan dilakukan secara terus-menerus.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai60.Pihak perusahaan belum melakukan pengawasan secara

rutin terhadap pekerja agar menggunakan earplug saat melakukan

pekerjaan disekitar area rebusan.

3. Membuka dan menutup pintu rebusan

a. Terkena semburan uap panas dari pintu rebusan

Risiko pekerja terkena uap panas saat membuka pintu rebusan setelah

melakukan proses perebusan.

Universitas Sumatera Utara


Consequences memiliki nilai 15 (serious), karena dapat menyebabkan

cacat pada bagian tubuh jika terkena uap dari rebusan.

Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), paparan terhadap bahaya tidak

sering terjadi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), pada saat membuka

pintu rebusan sangat memungkinkan sisa uap panas menyembur keluar.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahsubstansialdenganni

lai90. Pekerja harus selalu memperhatikan tekanan dari alat ukur yang

terdapat di pintu rebusan, selalu menggunakan APD untuk menghindari

terkena semburan uap panas dari proses rebusan.

b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya tergelincir

sering terjadi hingga sekali terjadi dalam sehari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi

permukaan lantai disekitar rebusan sangat llicin akibat minyak dari hasil

rebusan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 1 8 .Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot.

Universitas Sumatera Utara


c. Terjepit jembatan saat menaikkan/menurunkan jembatan.

Risiko saat mengangkat dan menurunkan jembatan penghubung lintasan

dengan rebusan yang ada di depan pintu rebusan.

Consequences memiliki nilai 15 (serious), membutuhkan penanganan

medis jika tertimpa besi jembatan yang sangat berat.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi,

diketahui pernah terjadi dalam beberapa tahun.

Probability memiliki nilai 6 (likely), karena kemungkinan tangan pekerja

terjepit pada saat menyambung lori walupun telah menggunakan pelindung

atau APD.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahsubsstansialdengann

ilai90.

d. Kebisingan

Risiko pekerja mengalami gangguan pendengaran.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera gangguan pendengaran.

Exposure memiliki nilai 10 (continuously), paparan terhadap bahaya sering

terjadi karena pekerjaan proses perebusan tersebut dilakukan berkali-kali

dalam satu hari.

Probability memiliki nilai 6 (likely), cenderung terjadi risiko gangguan

pendengaran karena pekerjaan dilakukan secara terus-menerus.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai60.Pihak perusahaan belum melakukan pengawasan secara

Universitas Sumatera Utara


rutin terhadap pekerja agar menggunakan earplug saat melakukan

pekerjaan disekitar area rebusan.

4. Menarik lori keluar dari bejana rebusan

a. Terjepit saat menyambung lori

Risiko tengan pekerja terjepit sambungan lori.

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cedera hingga diperlukan perawatan medis jika pada saat menyambungkan

lori maka diperlukan kehati-hatian dalam menyambungkan bagian lori.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi

karena pernah diketahui terjadi kecelakaan dalam beberapa tahun.

Probability memiliki nilai 6 (likely), walaupun telah menggunakan sarung

tangan namun kecelakaan kemungkinan dapat terjadi.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai30.

b. Terkena serabut kabel sling

Risiko tengan pekerja terkena kabel sling penarik lori saat menghubungkan

rangkaian lori dengan mesin capstand untuk menarik lori keluar dari

bejana rebusan.

Consequences memiliki nilai 1 (noticable), karena dapat menyebabkan

cedera jika pekerja terbentur kabel sling yang terbuat dari komposisi baja

dan karena adanya serabut kabel sling yang dapat menyebabkan luka di

tangan dan kaki pekerja.

Universitas Sumatera Utara


Exposure memiliki nilai 2 (infrequent), paparan terhadap bahaya tidak

sering terjadi, hanya sebulan sekali hingga setahun sekali.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), memiliki kemungkinan

terjadi kecelakaan pekerja terkena serabut baja yang keluar.

Penilaian risiko termasuk kedalam kategori acceptable dengan nilai

6.Terjadi pengurangan risiko dari basic level karena pekerja telah

menggunakan sarung tangan dalam bekerja.

c. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap terjadinya

kecelakaan sering terjadi dalam sehari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena

permukaan lantai yang licin akibat minyak dari TBS dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptebledengannil

ai18.Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot.

Tabel 5.4.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian

risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun rebusan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Rebusan

Identifikasi Resiko Analisis Resiko


Basic Level Existing Level
Area Tahapan Resiko dan Uraian Resiko C E P Nilai Level C E P Nilai Level
Kerja Pengerjaan Resiko Resiko Resiko Resiko
Stasiun Memasukkan lori Terjepit saat menyambung lori 5 1 6 30 Priority 3 5 1 6 30 Priority 3
Rebusan berisi TBS ke Terkena serabut kabel sling 1 2 6 12 Acceptable 1 2 3 6 Acceptable
dalam bejana Tergelincir/terjatuh karena 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
rebusan lantai yang licin
Merebus buah Tabung rebusan meledak 50 1 3 150 Substansial 50 1 1 50 Priority 3
TBS Terkena semburan uap panas 15 2 6 180 Priority 15 2 3 90 Substansial
Tergelincir/terjatuh karena 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Priority 3
lantai yang licin
Kebisingan 1 10 6 60 Priority 3 1 10 6 60 Priority 3
Membuka dan Terkena semburan uap panas 15 2 6 180 Priority 15 2 3 90 Priority 3
menutup pintu Tergelincir/terjatuh karena 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
rebusan lanta yang licin
Terjepit jembatan saat
menaikkan dan menurunkan 15 1 6 90 Substansial 15 1 6 90 Substansial
jembatan
Kebisingan 1 10 6 60 Priority 3 1 10 6 60 Priority 3
Menarik lori Terjepit saat menyambung lori 5 1 6 30 Priority 3 5 1 6 30 Priority 3
keluar dari bejana Terkena serabut kabel sling 1 2 6 12 Acceptable 1 2 3 6 Acceptable
rebusan Tergelincir/terjatuh karena 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
lantai yang licin

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.3. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Thresser

Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun thresser adalah sebagai

berikut:

1. Mengangkat atau memindahkan lori berisi buah rebusan

a. Tertimpa TBS

Risiko pekerja tertimpa buah yang jatuh dari lori saat mengangkat untuk

melakukan proses pembantingan.

Consequences memiliki nilai 5 (important), jika tertimpa buah dari

ketinggian akan mendapatkan luka yang serius dan diperlukan perawatan

medis.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap sumber bahaya jarang

terjadi, diketahui kecelakaan pernah terjadi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), risiko ini mungkin

dapat terjadi bahkan jika pekerja menggunakan helm.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai15.Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan helm dan diperlukan pembatasan area kerja

yang aman.

b. Tertimpa lori

Risiko pekerja tertimpa lori yang mungkin terlepas saat mengangkat untuk

melakukan proses pembantingan.

Consequences memiliki nilai 50 (disaster), karena dapat menyebabkan

kematian dan kecacatan pada pekerja.

Universitas Sumatera Utara


Exposure memiliki nilai 0,5 (very rare), paparan terhadap bahaya sangat

jarang terjadi bahkan tidak diketahui kapan terjadinya.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), risiko ini mungkin

dapat terjadi bahkan jika pekerja menggunakan helm.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai75.Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level

karena pekerja telah menggunakan helm dan diperlukan pembatasan area

kerja yang aman.

c. Tergellincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya sering

terjadi karena pekerjaan tersebut dilakukan berkali-kali dalam satu hari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena

permukaan lantai yang licin akibat minyak dari TBS yang tercecer dilantai.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai18.Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot.

2. Membanting buah rebusan di bunch hopper

a. Terkena hempasan berondolan

Universitas Sumatera Utara


Risiko pekerja terkena hempasan berondolan yang keluar dari proses

pembantingan.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kecil kemungkinan

terjadinya risiko karena telah adanya rambu dan penggunaan APD.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18.

b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi kerja mesin

digester.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena

permukaan lantai yang licin akibat minyak dari TBS yang tercecer dilantai.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptable

dengannilai18. Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level

karena pekerja telah menggunakan safety boot.

Universitas Sumatera Utara


c. Kebisingan

Risiko pekerja mengalami gangguan pendengaran

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera gangguan pendengaran.

Exposure memiliki nilai 10 (continously), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena paparan terjadi secara terus menerus.

Probability memiliki nilai 6 (likely), cenderung untuk terjadi risiko

gangguan pendengaran karena pekerjaan dilakukan secara terus-menerus.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai60.Pihak perusahaan belum melakukan pengawasan secara

rutin terhadap pekerja agar menggunakan earplug saat melakukan

pemeriksaan dan pengoperasian mesin.

Tabel 5.5.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian

risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun thresser.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Thresser

Analisis Risiko
Identifikasi Risiko Basic Level Existing Level
Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian C E P Nilai Level C E P Nilai Level
Kerja Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko
Stasiun Mengangkat atau
Thresser memindahkan lori berisi buah Tertimpa TBS 5 1 6 30 Priority 3 5 1 3 15 Acceptable
rebus dari rel landasan ke Tertimpa lori 50 0,5 6 150 substansial 50 0,5 3 75 substansial
Hopper dan sebaliknya
Tergelincir/terjatuh 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Membanting buah di Bunch Terkena hempasan 1 6 3 18 Acceptable 1 6 1 6 Acceptable
Hopper berondolan
Tergelincir/terjatuh 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Kebisingan 1 10 6 60 Priority 3 1 10 6 60 Priority 3

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.4. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Press

Proses pemisahan minyak dengan biji dan serabut untuk mendapatkan

minyak dengan menggunakan mesin screw press. Adapun risiko-risiko yang

terdapat pada stasiun press adalah sebagai berikut:

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas yang tumpah dari mesin press.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), paparan terhadap bahaya kadang-

kadang terjadi hingga sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kecil kemungkinan

terjadinya risiko karena telah adanya rambu dan penggunaan APD.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannilai

9.Pekerja selalu menggunakan APD saat melakukan pengoperasian mesin

press.

b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin

Risiko pekerja tergelincir karena lantai yang licin dari tumpahan minyak.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cedera ringan, keseleo atau memar pada bagian tubuh.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya sering terjadi

sekali dalam sehari.

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot tetapi karena

permukaan lantai yang licin akibat minyak yang tercecer dilantai.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptable dengannilai

1 8 . Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena pekerja

telah menggunakan safety boot.

c. Kebisingan

Risiko pekerja mengalami gangguan pendengaran

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera gangguan pendengaran.

Exposure memiliki nilai 10 (continously), paparan terhadap bahaya terjadi

secara terus menerus karena pekerjaan operator dalam mengawasi kerja mesin

press dilakukan beberapa kali dalam sehari.

Probability memiliki nilai 6 (likely), pekerja kemungkinan besar dapat

terkena risiko gangguan pendengaran karena pekerjaan dilakukan secara

terus-menerus.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority

3dengannilai60.Pihak perusahaan belum melakukan pengawasan secara rutin

terhadap pekerja agar menggunakan earplug saat melakukan pemeriksaan dan

pengoperasian mesin.

Tabel 5.6.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian

risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun thresser.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.6.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Press
Identifikasi Resiko Analisis Resiko
Basic Level Existing Level
Area Tahapan Resiko dan Uraian C E P Nilai Level C E P Nilai Level
Kerja Pengerjaan Resiko Resiko Resiko Resiko Resiko
Stasiun Pemisahan minyak
Terkena minyak panas 1 3 6 18 Acceptable 1 3 3 9 Acceptable
Press dengan biji dan
Tergelincir/terjatuh 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
serabut (screw press)
karena lantai yang licin
Kebisingan 1 10 6 60 Priority 3 1 10 6 60 Priority 3

Universitas Sumatera Utara


5.2.2.5. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada Stasiun Klarifikasi

Adapun risiko-risiko yang terdapat pada stasiun klarifikasi adalah sebagai

berikut:

1. Penampungan minyak kasar (sand trap tank)

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kejadian yang masih

memiliki kemungkinan terjadinya risiko.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18.

b. Terjatuh dari ketinggian

Risiko pekerja terjatuh dari ketinggian.

Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cidera dengan perawatan medis.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya diketahui jarang

terjadi atau pernah terjadi dalam kurun beberapa tahun.

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), kemungkinan terjadi

kecelakaan walaupun pekerja telah menggunakan safety boot dan

mengingat pengawasan dilakukan di lantai 2.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai15.Risiko ini menjadi lebih rendah dibandingkan basic level karena

pekerja telah menggunakan safety boot.

c. Terbentur pipa saluran

Risiko pekerja terbentur oleh pipa yang terdapat di area penampungan

minyak.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena tidak terdapat rambu dan tanda di setiap saluran pipa.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja selalu

menggunakan APD saat melakukan pengawasan terhadap proses

pemisahan minyak.

d. Terkena uap panas

Risiko pekerja terkena uap panas saat melakukan pengawasan proses

klarifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

luka ringan jika terkena uap terutama bagian mata.

Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), paparan terhadap bahaya

kadang-kadang terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadi

kecelakaan karena pekerja tidak menggunakan kacamata untuk melindungi

mata dari semburan uap panas.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptable

dengannilai18.Pekerja yang melakukan pengawasan tidak menggunakan

APD untuk menghindari terkena semburan uap panas dari tangki

penampungan minyak.

2. Pemisahan minyak dengan sludge (clarifier tank)

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi

diketahui pernah terjadi dalam beberapa tahun.

Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya risiko 50-50.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 6. Pekerja selalu menggunakan APD saat melakukan pengawasan

terhadap proses pemisahan minyak.

Universitas Sumatera Utara


b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena permukaan lantai yang licin dan adanya genangan air dan sebagian

tumpahan minyak.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja selalu

menggunakan APD saat melakukan pengawasan terhadap proses

pemisahan minyak.

3. Pemisahan minyak dengan gaya sentrifugal (oil purifier)

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi

diketahui pernah terjadi dalam beberapa tahun.

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya risiko 50-50.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 6.

b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya mengawasi area klarifikasi sekali

dalam sehari.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena permukaan lantai yang licin dan adanya genangan air dan sebagian

tumpahan minyak.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja selalu

menggunakan APD saat melakukan pengawasan terhadap proses

pemisahan minyak.

4. Penimbunan minyak ke storage tank

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas saat melakukan proses

pengawasan dan pemeriksaan atas jalannya mesin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Universitas Sumatera Utara


Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), paparan terhadap bahaya

kadang-kadang terjadi karena pekerja hanya mengawasi area klarifikasi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadinya

risiko sebesar 50-50.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18.

b. Terkena uap panas

Risiko pekerja terkena uap panas dari proses transfer minyak ke tangki

timbun.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

luka ringan jika terkena uap terutama bagian mata.

Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), paparan terhadap bahaya

kadang-kadang terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadi

kecelakaan karena pekerja tidak menggunakan kacamata untuk melindungi

mata dari semburan uap panas.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptable

dengannilai18.Pekerja yang melakukan pengawasan tidak menggunakan

APD untuk menghindari terkena semburan uap panas dari tangki

penampungan minyak.

Universitas Sumatera Utara


5. Pemisahan sebagian minyak dari sludge (sludge separator)

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas saat melakukan proses

pengawasan dan pemeriksaan atas jalannya mesin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 3 (occasionally), paparan terhadap bahaya

kadang-kadang terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadinya

risiko kecelakaan kerja.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Diperlukan adanya pengawasan terhadap pekerja untuk selalu

menggunakan APD saat melakukan pengawasan terhadap proses

pemisahan minyak.

b. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya mengawasi area klarifikasi sekali

dalam sehari.

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena permukaan lantai yang licin dan adanya genangan air dan sebagian

tumpahan minyak.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja selalu

menggunakan APD saat melakukan pengawasan terhadap proses

pemisahan minyak.

c. Terkena uap panas

Risiko pekerja terkena uap panas dari proses pemisahan minyak.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

luka ringan jika terkena uap terutama bagian mata.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadi

kecelakaan karena pekerja tidak menggunakan kacamata untuk melindungi

mata dari semburan uap panas.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority 3

dengannilai36.Pekerja yang melakukan pengawasan tidak menggunakan

APD untuk menghindari terkena semburan uap panas dari tangki

penampungan minyak.

Universitas Sumatera Utara


6. Pengoperasian fat-fit

a. Terkena minyak panas

Risiko pekerja terkena percikan minyak panas saat melakukan proses

pengawasan dan pemeriksaan di area bak fat-fit.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya mengawasi area klarifikasi sekali

dalam sehari.

Probability memiliki nilai 6 (likely), kemungkinan terjadinya risiko besar

karena kondisi kolam yang terbuka sehingga memungkinkan cipratan

minyak panas terkena pekerja sehingga menimbulkan cidera.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority 3

dengannilai 36.Pemeriksaan terhadap area bak fat-fit dilakukan tanpa

menggunakan pakaian yang aman bagi pekerja.

b. Terkena uap panas

Risiko pekerja terkena uap panas dari uap minyak panas dari hasil

pemisahan.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

luka ringan jika terkena uap terutama bagian mata.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya beberapa kali mengawasi area

klarifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Probability memiliki nilai 6 (likely), memiliki kemungkinan terjadi

kecelakaan karena pekerja tidak menggunakan kacamata untuk melindungi

mata dari semburan uap panas karena bak fat-fit yang terbuka tanpa atap.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahpriority 3

dengannilai 36. Pengawasan terhadapa proses di bak fat-fit yang terbuka

sehingga uap dari minyak hasil penyaringan yang sangat panas dapat

melukai pekerja.

c. Tergelincir/terjatuh karena lantai yang licin Risiko

pekerja tergelincir karena lantai yang licin.

Consequences memiliki nilai 1 (noticeable), karena dapat menyebabkan

cidera ringan.

Exposure memiliki nilai 6 (frequently), paparan terhadap bahaya cukup

sering terjadi karena pekerja hanya mengawasi area klarifikasi.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena permukaan lantai yang licin dan tumpahan minyak.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 18. Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja menggunakan

sepatu boot untuk menghindari tergelincir atau terpeleset.

d. Tercebur dalam kolam fat-ft

Risiko pekerja tercebur ke dalam kolam karena tanpa adanya pembatas dan

pagar pada bagian tepi kolam.

Universitas Sumatera Utara


Consequences memiliki nilai 5 (important), karena dapat menyebabkan

cidera dengan perawatan medis apabila terjatuh dari ketinggian dan

tercebur dalam kolam yang berisi minyak panas.

Exposure memiliki nilai 1 (rare), paparan terhadap bahaya jarang terjadi

diketahui pernah terjadi dalam beberapa tahun.

Probability memiliki nilai 3 (unusual but possible), mungkin dapat terjadi

karena permukaan lantai yang licin dan adanya tumpahan minyak.

Darihasilpenilaiandiatasdidapatkantingkatrisikoadalahacceptabledengannil

ai 15.Berkurang nilai risiko dari basic level karena pekerja selalu

menggunakan APD dan adanya pagar pengaman di sekitar tepi kolam fat-

fit.

Tabel 5.7.dibawah ini menjelaskanmengenaipenilaian

risikopadapekerjaanpengolahan di stasiun klarifikasi.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.7.Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Klarifikasi
Identifikasi Risiko Analisis Risiko
Basic Level Existing Level
Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian C E P Nilai Level C E P Nilai Level
Kerja Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko
Stasiun Penampungan minyak kasar Terkena minyak panas 1 6 3 18 Acceptable 1 6 1 6 Acceptable
klarifikasi hasil press (sand trap tank) Terjatuh dari ketinggian 5 1 6 30 Priority 3 5 1 3 15 Acceptable
Terbentur pipa saluran 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
Terkena uap panas 1 3 6 18 Acceptable 1 3 6 18 Acceptable
Penampungan/pengendapan Terkena minyak panas 1 1 6 6 Acceptable 1 1 6 6 Acceptable
dan pemisahan minyak Tergelincir/terjatuh
dengan sludge (clarifier tank) 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Pemisahan minyak dengan Terkena minyak panas 1 1 6 6 Acceptable 1 1 6 6 Acceptable
gaya sentrifugal (oil purifier) Tergelincir/terjatuh
1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Penimbunan/ pengiriman Terkena minyak panas 1 3 6 18 Acceptable 1 3 6 18 Acceptable
minyak ke storage tank Terkena uap panas 1 3 6 18 Acceptable 1 3 6 18 Acceptable
Pemisahan sebagian minyak Terkena minyak panas 1 3 6 18 Acceptable 1 3 6 6 Acceptable
dari sludge (sludge Tergelincir/terjatuh
separator) 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Terkena uap panas 1 6 6 36 Priority 3 1 6 6 36 Priority 3
Pengoperasian Fat-fit Terkena minyak panas 1 6 6 36 Priority 3 1 6 6 36 Priority 3
Terkena uap panas 1 6 6 36 Priority 3 1 6 6 36 Priority 3
Tergelincir/terjatuh 1 6 6 36 Priority 3 1 6 3 18 Acceptable
karena lantai yang licin
Tercebur dalam kolam 5 1 6 30 Priority 3 5 1 3 15 Acceptable
fat-fit

Universitas Sumatera Utara


5.2.3. Penentuan Risk Reduction

Setelahdiperolehlevelrisikonya,maka ditentukan risk reduction yaitu

pengurangan risiko yang terdapat pada setiap area kerja dengan

mempertimbangkan pengendalian yang telah ada yang dilakukan oleh perusahaan.

Penentuan risk reduction didapat dengan mengurangkan basic risk dengan


existing risk dengan menggunakan rumus sebagai− berikut :

= Basic level Existing level x 100 % Basic level

Adapun hasil perhitungan dari risk reduction dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 5.10.Hasil Perhitungan Risk Reduction


No Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian Basic Existing Risk
Kerja Risiko Level Level Reduction
1 Stasiun Memindahkan TBS dari Tangan Terjepit 12 12 0%
Loading truck kedalam Loading pengunci bak truk
Ramp Ramp Terjatuh dari 100 100 0%
ketinggian
Tertimpa TBS 36 18 50 %
Terkena tojok 90 45 50 %
Memasukkan TBS ke Tertimpa TBS 36 18 50 %
dalam lori rebusan Tergelincir/terjatuh
menggunakan hydraulic karena lantai yang 36 18 50 %
pump (Ramp) licin
Terjepit saat 30 30 0%
menyambung lori
2 Stasiun Memasukkan lori berisi Terjepit saat 30 30 0%
Rebusan TBS ke dalam bejana menyambung lori
rebusan Terbentur serabut 12 6 50 %
kabel sling
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10.Hasil Perhitungan Risk Reduction(Lanjutan)
No Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian Basic Existing Risk
Kerja Risiko Level Level Reduction
2 Stasiun Merebus buah TBS Tabung rebusan 150 50 66,67 %
Rebusan meledak
Terkena semburan uap 180 90 50 %
panas
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Kebisingan 60 60 0%
Membuka dan menutup Terkena semburan uap 180 90 50 %
pintu rebusan panas
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Terjepit jembatan saat
menaikkan dan 90 90 0%
menurunkan jembatan
Kebisingan 60 60 0%
Menarik lori keluar dari Terjepit saat 30 30 0%
bejana rebusan menyambung lori
Terkena serabut kabel 12 6 50 %
sling
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
3 Stasiun Mengangkat atau Tertimpa TBS 30 15 50 %
Thresser memindahkan lori berisi Tertimpa lori 150 75 50 %
buah rebus dari rel
landasan ke Hopper dan Tergelincir/terjatuh
sebaliknya karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Membanting buah rebusan Terkena hempasan 18 18 0%
di bunch hopper berondolan
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Kebisingan 60 60 0%
4 Stasiun Pemisahan minyak dengan Terkena minyak panas 18 9 50 %
Press biji dan serabut (screw Tergelincir/terjatuh
press) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Kebisingan 60 60 0%

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10.Hasil Perhitungan Risk Reduction(Lanjutan)
No Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian Basic Existing Risk
Kerja Risiko Level Level Reduction
5 Stasiun Penampungan minyak Terkena minyak panas 18 18 0%
klarifikasi kasar hasil press (sand trap Terjatuh dari 30 15 50 %
tank) ketinggian
Terbentur pipa saluran 36 18 50 %
minyak
Terkena uap panas 18 18 0%
Penampungan/pengendapa Terkena minyak panas 6 6 0%
n dan pemisahan minyak
dengan sludge (clarifier Tergelincir/terjatuh
tank) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Pemisahan minyak dengan Terkena minyak panas 6 6 0%
gaya sentrifugal (oil Tergelincir/terjatuh
purifier) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Penimbunan/ pengiriman Terkena minyak panas 18 18 0%
minyak ke storage tank Terkena uap panas 18 18 0%
Pemisahan sebagian Terkena minyak panas 18 18 0%
minyak dari sludge (sludge Tergelincir/terjatuh
separator) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Terkena uap panas 36 36 0%
Pengoperasian Fat-fit Terkena minyak panas 36 36 0%
Terkena uap panas 36 36 0%
Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Tercebur dalam kolam 30 15 50 %
fat-fit
6 Stasiun Membawa gumpalan cake Kebisingan 60 60 0%
Kernel ke mesin
depericarper.(cake breake Terhirup serat fiber 30 30 0%
conveyor)
Pembersihan atau Kebisingan 60 60 0%
pemolesan biji dengan Terjatuh dari 30 15 50 %
serat fiber (nut polishing ketinggian
drum) Terhirup serat fiber 30 30 0%
Pemisahan biji dari biji
kosong dan pemisahan biji Kebisingan 60 60 0%
menurut diameter (nut
grading drum)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.10.Hasil Perhitungan Risk Reduction(Lanjutan)
No Area Tahapan Pengerjaan Risiko dan Uraian Basic Existing Risk
Kerja Risiko Level Level Reduction
6 Stasiun Penampungan/pemeraman Terjatuh dari 30 15 50 %
Kernel biji (nut silo) ketinggian
Tersentuh benda panas 18 18 0%
Pemecahan/penggilingan Kebisingan 60 60 0%
biji (ripple mill) Tergelincir/terjatuh
karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Terhirup serat fiber 30 30 0%
Terkena hempasan nut 18 18 0%
Pemisahan cangkang dari Kebisingan 60 60 0%
inti sistem kering (LTDS) Terjatuh dari 30 15 50 %
ketinggian
Terhirup serat fiber 30 30 0%
Pemisahan cangkang dari Kebisingan 60 60 0%
inti sistem basah Tergelincir/terjatuh
(claybath) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
Terhirup bahan 30 30 0%
CaCO3
Penampungan dan Kebisingan 36 36 0%
pemeraman inti (kernel Tergelincir/terjatuh
silo) karena lantai yang 36 18 50 %
licin
7 Stasiun Pengoperasian boiler Tungku boiler 150 25 83,33 %
Boiler meledak
Kebakaran dari bahan 150 75 50 %
bakar boiler
Terkena percikan api 36 36 0%
Tersentuh benda panas 36 18 50 %
Tersembur api boiler 90 90 0%
Terhirup debu 60 60 0%
Kebisingan 60 60 0%
Terkena/terbentur alat 36 18 50 %
kerja
Pengoperasian turbin Kebakaran dari bahan 75 25 66,67 %
bakar solar
Tersengat listrik 150 50 66,67 %
Kebisingan 60 60 0%

Universitas Sumatera Utara


5.2.4. Rekomendasi Pengendalian

Berdasarkan identifikasi risiko dan penilaian risiko yang telah dilakukan,

maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan solusi alternatif dari

pengendalian atas risiko tersebut. Rincian solusi alternatif yang dikembangkan

sebagai tindakan pengendalian risiko di masing-masing area kerja yaitu dengan

mempertimbangkan hirarki pengendalian berdasarkan aspek engineering atau

pengendalian teknis, aspek administratif, tindakan pelatihan atau training, dan

terakhir penyediaan alat keselamatan yang disesuaikan dengan kondisi

perusahaan, ketersediaan biaya, faktor manusia dan lingkungan.

5.2.4.1.Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko di Stasiun Loading Ramp

Tindakan pengendalian yang diperlukan atas risiko setiap pekerjaan yang

terdapat pada stasiun Loading Ramp dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.11. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Loading Ramp


Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Tangan Terjepit Engineering Menggunakan alat bantu untuk
Loading pengunci bak truk membuka katup pengunci bak truk
Ramp Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Safety gloves
Terjatuh dari Engineering
ketinggian Pembuatan SOP pembongkaran buah
Administrative yang aman, Pengawasan terhadap
prosedur kerja, pengawasan
pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.11. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Loading
Ramp(Lanjutan)
Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Tertimpa TBS Engineering
Loading Pembuatan SOP pembongkaran buah
Ramp Administrative yang aman, Pengawasan terhadap
prosedur kerja, pengawasan
pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Safety boot
Terkena gancu Engineering
Pembuatan SOP pembongkaran buah
Administrative yang aman, Pengawasan terhadap
prosedur kerja, pengawasan
pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Helm, Safety boot
Tergelincir/terjatuh Engineering
karena lantai yang Penyediaan rambu peringatan K3,
licin Administrative peningkatan intensitas pembersihan
lantai, pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Helm, Safety boot
Terjepit saat Penyediaan alat bantu untuk
menyambung lori Engineering memudahkan penyambungan lori,
perawatan peralatan gandengan lori,
hook.
Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, sosialisasi penggunaan
APD
PPE Metal gloves

Universitas Sumatera Utara


5.2.4.2.Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko di Stasiun Rebusan

Tindakan pengendalian yang diperlukan atas risiko setiap pekerjaan yang

terdapat pada stasiun rebusan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.12. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Rebusan


Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Terjepit saat Penyediaan alat bantu untuk
Rebusan menyambung lori Engineering memudahkan penyambungan lori,
perawatan peralatan gandengan lori,
hook.
Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, sosialisasi penggunaan
APD
PPE Metal gloves
Terbentur serabut Engineering melakukan perawatan kabel sling
kabel sling Administrative Pengawasan pemakaian APD
Training Peningkatan pengetahuan tentang
K3, Sosialosasi APD
PPE safety gloves
Tergelincir/terjatuh Engineering
karena lantai yang Penyediaan rambu peringatan K3,
licin Administrative peningkatan intensitas pembersihan
lantai, pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Helm, Safety boot
Tabung rebusan perawatan secara berkala alat ukur
meledak Engineering steam yang terdapat di bejana
rebusan
Penyediaan rambu peringatan K3,
Administrative pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3, peningkatan
Training pengetahuan tentang perebusan
dengan steam, pengawasan terhadap
SOP dan lingkungan kerja
PPE

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.12. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Rebusan (Lanjutan)
Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Terkena semburan perawatan secara berkala alat ukur
Rebusan uap panas Engineering steam yang terdapat di bejana
rebusan
Penyediaan rambu peringatan K3,
Administrative pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan penggunaan APD
Training peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3
PPE safety jacket, safety gloves
Kebisingan Engineering
Penyediaan rambu peringatan K3,
Administrative pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan penggunaan APD
Training peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3
PPE earplug
Terjepit jembatan Engineering
saat menaikkan Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
dan menurunkan pengawasan pemakaian APD
jembatan Training peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3
PPE safety boot, safety gloves

5.2.4.3.Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko di Stasiun Thresser

Tindakan pengendalian yang diperlukan atas risiko setiap pekerjaan yang

terdapat pada stasiun thresser dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.13. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Thresser


Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Tertimpa TBS Pembuatan batas untuk proses pengangkatan
Thresser Engineering lori dan area aman untuk pekerja, perawatan
kabel sling dan rantai crane
Administrative Pembuatan rambu peringatan K3,
pengawasan terhadap prosedur kerja
Training peningkatan pengetahuan pekerja tentang K3
PPE Helm

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.13. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Thresser(Lanjutan)
Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Tertimpa lori Pembuatan batas untuk proses pengangkatan
Thresser Engineering lori dan area aman untuk pekerja, perawatan
kabel sling dan rantai crane
Administrative Pembuatan rambu peringatan K3,
pengawasan terhadap prosedur kerja
Training peningkatan pengetahuan pekerja tentang K3
PPE Helm
Tergelincir/terjatuh Engineering
karena lantai yang Penyediaan rambu peringatan K3,
licin Administrative peningkatan intensitas pembersihan lantai,
pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja tentang
Training K3, safety briefing sosialisasi penggunaan
APD
PPE Helm, Safety boot
Terkena hempasan Engineering
berondolan Administrative Pembuatan rambu peringatan K3,
pengawasan terhadap prosedur kerja
Peningkatan pengetahuan pekerja tentang
Training K3, safety briefing sosialisasi penggunaan
APD
PPE Helm, kacamata, safety boot
Kebisingan Engineering
Penyediaan rambu peringatan K3,
Administrative pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan penggunaan APD
Training peningkatan pengetahuan pekerja tentang K3
PPE Earplug

5.2.4.4. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko di Stasiun Press

Tindakan pengendalian yang diperlukan atas risiko setiap pekerjaan yang

terdapat pada stasiun press dapat dilihat pada tabel 5.14.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.14. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Press
Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Terkena minyak Engineering
Press panas Administrative Pembuatan rambu peringatan K3,
pengawasan terhadap prosedur kerja
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE safety jacket, safety gloves
Tergelincir/terjatuh Engineering
karena lantai yang Penyediaan rambu peringatan K3,
licin Administrative peningkatan intensitas pembersihan
lantai, pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Helm, Safety boot
Kebisingan Engineering
Penyediaan rambu peringatan
Administrative K3,pemeriksaan kesehatan secara
berkala, pengawasan penggunaan
APD
Training peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3
PPE earplug

5.2.4.5. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko di Stasiun Klarifikasi

Tindakan pengendalian yang diperlukan atas risiko setiap pekerjaan yang

terdapat pada stasiun klarifikasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.15. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Klarifikasi


Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Terkena minyak Engineering
Klarifikasi panas Administrative Pembuatan rambu peringatan K3,
pengawasan terhadap prosedur kerja
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE safety jacket, safety gloves

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Klarifikasi (Lanjutan)
Area Risiko dan Hirearcy of Solusi Pengendalian
Kerja Uraian Risiko Control
Stasiun Terjatuh dari Engineering Pemberian pagar batas untuk jalan di
Klarifikasi ketinggian lantai 2,
Pembuatan rambu peringatan K3,
Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE safery boot, helm
Terbentur pipa Engineering pemberian tanda pada saluran pipa
saluran minyak Pembuatan rambu peringatan K3,
Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE helm
Terkena uap panas Engineering perawatan secara berkala alat ukur
steam yang terdapat di tangki minyak
Penyediaan rambu peringatan K3,
Administrative pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan penggunaan APD
Training peningkatan pengetahuan pekerja
tentang K3
PPE safety jacket, safety gloves
Tergelincir/terjatuh Engineering
karena lantai yang Penyediaan rambu peringatan K3,
licin Administrative peningkatan intensitas pembersihan
lantai, pengawasan penggunaan APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE Helm, Safety boot
Tercebur dalam Engineering Pemberian pagar batas di pinggir bak
kolam fat-fit Pembuatan rambu peringatan K3,
Administrative Pengawasan terhadap prosedur kerja,
pengawasan pemakaian APD
Peningkatan pengetahuan pekerja
Training tentang K3, safety briefing sosialisasi
penggunaan APD
PPE safery boot, safety jacket

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Penilaian Risiko Area Pengolahan PKS Aek Torop

Penilaian risiko dilakukan pada setiap stasiun kerja di proses pengolahan

yang meliputi stasiun loading ramp, stasiun perebusan (sterilizer), stasiun

thrresser, stasiun press, stasiun klarifikasi atau pemurnian minyak, stasiun kernel

atau pemisahan biji, dan stasiun boiler atau pembangkit listrik. Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan, ditemukan risiko dari semua area kerja berjumlah

78 risiko.Dari setiap risiko tersebut ditentukan besarnya basic risk dan existing

risk masing-masing risiko.

Hasil penilaian risiko dasar yang ada (basic risk) merupakan nilai risiko

dasar dengan asumsi terparah jika terjadi kecelakaan terhadap pekerja atau selama

proses pengolahan berlangsung. Dari penilitan yang dilakukan, terdapat risiko

yang berada pada kategori dapat diterima (acceptable) sebanyak 14 risiko sekitar

18%.Pada kategori priority 3 didapatkan 52 risiko berkisar 67% dari jumlah

risiko.Sedangkan pada kategori substansial terdapat 10 risiko (13%), dan pada

kategori priorityterdapat 2 risiko (2%). Sementara tidak terdapat risiko pada

kategori very high.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penilaian Basic Risk
2%
0%

18% 13%
Very high
Priority
Substansial
Priority 3
Acceptable
67%

Gambar 6.1.Diagram Hasil Penilaian Basic Risk

Pada basic risk dapat dilihat bahwa risiko yang tergolong dapat diterima

hanya sebanyak 14 risiko (18%). Itu berarti 64 risiko lainnya atau sekitar 82%

jumlah risiko masih membutuhkan tindakan pengendalian untuk mengurangi level

risiko tersebut. Beberapa tindakan pengendalian yang dilakukan perusahaan

adalah dengan memasang rambu peringatan dan penggunaan APD.

Penilaian existing risk didapatkan setelah memperhatikan tindakan

pengendalian yang telah ada yang dilakukan oleh perusahaan, jika dicermati akan

terdapat pengurangan nilai risiko dari hasil pengendalian tersebut. Dari hasil

penilailan existing risk, risiko yang berada pada kategori dapat diterima

(acceptable) sebanyak 40 risiko (51%), dan juga risiko yang berada pada kategori

priority 3 sebayak 31 risiko (40%). Sebanyak 7 risiko (9%) berada pada kategori

substansial.Sementara tidak terdapat risiko pada kategori priority dan very high.

Universitas Sumatera Utara


Hasil Penilaian Existing Risk
0% 0%
9%

Very high
Priority
51% Substansial
40%
Priority 3
Acceptable

Gambar 6.2.Diagram Hasil Penilaian Existing Risk

Dari hasil penilaian existing riskyaitu risiko yang ada saat ini dapat dilihat

bahwa risiko yang berada pada level diterima sebanyak 40 risiko sekitar 51% dari

total risiko. Hal ini berarti bahwa risiko yang ada saat ini masih terdapat 38 risiko

atau sekitar 49% risiko belum mendapatkan tindakan pengendalian yang lebih

lanjut untuk mengurangi level risiko hingga tergolong ke dalam kategori

acceptable.

Perbandingan penilaian risiko dari basic risk dan existing risk dapat dilihat

pada grafik gambar 6.3.

Universitas Sumatera Utara


Perbandingan Basic Risk dengan Existing Risk

60
Risiko

50

40
Jumlah

30

20

10

0 Very high Priority Substansial Priority 3 Acceptable

Basic Risk 0 2 10 52 14
Existing Risk 0 0 7 31 40

Gambar 6.3. Perbandingan Basic Risk dengan Existing Risk

Pada gambar 6.3. terlihat bahwa jumlah risiko yang dapat diterima

(acceptable) pada existing risk dengan jumlah 40 risiko meningkat lebih besar

daripada basic risk (14 risiko). Sedangkan penurunan jumlah risiko terjadi pada

kategori priority 3, dari 52 risiko pada basic risk menjadi 31 risiko pada existing

risk. Pada kategori substansial juga terjadi penurunan jumlah risiko dari basic risk

berjumlah 10 risiko menjadi 7 risiko pada existing risk. Sementara pada kategori

priority terjadi pengurangan sebanyak 2 risiko sehingga tidak terdapat risiko

kategori priority di existing risk. Namun walupun telah mengalami penurunan,

masih banyak risiko yang memerlukan pengendalian dan perhatian dibandingkan

risiko yang dapat diterima.

Jenis risiko yang memerlukan tingkat keselamatan tertinggi yang masuk

dalam kategori substanisalsebanyak 7 risiko diantaranya risiko terjatuh dari

ketinggian, terkena semburan uap panas, terjepit jembatan, tersembur api boiler,

tertimpa lori, dan risiko dari bahan bakar boiler.

Universitas Sumatera Utara


6.1.2. Analisis Perhitungan Risk Reduction

Penentuan risk reduction dilakukan untuk menentukan besarnya

pengurangan nilai risiko pada setiap area kerja dengan mempertimbangkan

pengendalian yang telah ada yang dilakukan oleh perusahaan. Total nilai risiko

pada basic risk adalah 3889 sedangkan total nilai risiko pada existing risk adalah

2668, terdapat selisih antara basic risk dengan existing risk sebesar 1221. Hal ini

berarti terjadi penurunan risiko yang cukup besar berdasarkan pengendalian yang

telah dilakukan oleh perusahaan.

Adapun hasil dari perhitungan risk reduction dapat dilihat pada tabel 6.1.

Tabel 6.1. Analisa Perhitungan Risk Reduction


No Area Kerja Jumlah JumlahRisk Rata-rata Risk
Risiko Reduction Reduction
1 Loading Ramp 7 200 28,57%
2 Perebusan 14 466,67 33,33%
3 Thressing 6 200 33,33%
4 Press 3 100 33,33%
5 Klarifikasi 17 350 20,59%
6 Kernel 20 300 15%
7 Boiler 11 366,67 33,33%
Total 78 1983,34 25,43%

Dari tabel 6.1 dapat dilihat bahwa rata-rata risk reduction yang ada di PKS

Aek Torop adalah sebesar 25,43%. Dari perhitungan ini bisa disimpulkan bahwa

risk reduction di PKS Aek Torop masih kecil. Dengan kata lain, tindakan

pengendalian terhadap risiko yang telah diterapkan oleh perusahaan masih rendah

dari kebutuhan pengendalian terhadap risiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah:

1. Hasil identifikasi risiko di area kerja proses pengolahan PKS Aek Torop

terdapat 78 jenis risiko.

2. Hasil penilaian basic risk didapatkan 14 risiko (18%) berada pada kategori

acceptable, 52 risiko (67%) berada kategori priority 3, 10 risiko (13%)

berada pada kategori substansial, 2 risiko (2%) berada pada kategori priority,

sementara tidak terdapat risiko berada pada kategori very high.

3. Hasil penilaian existing risk didapatkan 40 risiko (51%) berada pada kategori

acceptable, 31 risiko (40%) berada kategori priority 3, 7 risiko (9%) berada

pada kategori substansial. Sementara tidak terdapat risiko pada kategori

priority dan very high karena terjadi pengurangan dari basic level.

4. Jenis risiko yang termasuk ke dalam kategori substansial adalah terjatuh dari

ketinggian, terkena semburan uap panas, terjepit jembatan, tersembur api

boiler, tertimpa lori, dan risiko kebakaran dari bahan bakar boiler.

5. Rata-rata pengurangan nilai risiko (risk reduction) adalah sebesar 25,43%

dari kebutuhan pengendalian terhadap risiko yang ada.

Universitas Sumatera Utara


7.2. Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis sebagai

rekomendasi perbaikan adalah sebagai berikut:

1. Melanjutkan follow up penelitian mengenai penilaian risiko yang penulis

lakukan dan terapkan kegiatan penialaian risiko secara berkala.

2. Melakukan pemasangan rambu safety sign di berbagai tempat strategis yang

mudah terlihat dan terbaca pada masing-masing area kerja. Safety sign

sebaiknya dibuat dengan ukuran yang besar dan dapat memantulkan cahaya

sehingga dapat terbaca pada malam hari.

3. Melakukan sosialisasi secara rutin mengenai K3 terutama mengenai potensi

bahaya dan risiko yang ada di tempat kerja. Sosisalisasi dapat dilakukan

dalam bentuk safety induction atau safety briefing.

4. Audit internal K3 perlu dilakukan manajemen K3 dalam menilai efektivitas

pelaksanaan program K3 dan dapat dilakukan peningkatan berkelanjutan

kedepannya seperti penetapan kebijakan K3, perencanaan K3, pelaksanaan

rencana K3, pemantauan dan evaluasi kinerja K3, dan peninjauan

peningkatan kinerja K3. Oleh karena itu diharapkan manajemen K3 untuk

menyusun prosedur program audit internal K3 dan elemen-elemen yang akan

diaudit, dimana hasil audit dijadikan bahan tinjauan ulang oleh manajemen

K3 terhadap program-program K3.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah salah satu Badan Usaha

Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan (Plantation) dan

pengolahan hasil perkebunan. Pada awalnya merupakan perusahaan perkebunan

Belanda yang beroperasi di Indonesia sejak zaman Kolonial pada masa

pemerintahan Hindia Belanda, mulai dari:

1. NV. Rubber Cultur Matchappij Amsterdam (RCMA)

2. Handels Vereeniging amsterdam (HVA)

3. Vereenigde Deli Matchappij (VDM)

4. NV. Cultur Mij” de Oekust (CMO) dan yang lainnya.

Pada awal proses nasionalisasi, PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) dikenal

sebagai Perusahaan Perkebunan Asing (PPA) yang selanjutnya berkembang

menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN).

Langkah awal PTP Nusantara III dimulai pada tahun 1985 dengan nama

Perusahaan Negara Cabang Sumatera Utara (PPN-Baru) berdasarkan PP No.

24/1985 jo, Keputusan Menteri Pertanian No. 229/UM/1957 jo dan UU No.

86/1958.Setelah mengalami beberapa kali perubahan bentuk atas status badan

hukum, sejalan dengan UU dan Peraturan Pemerintah, maka pada Tahun 1986

PPN-Baru dirubah kembali menjadi Kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan

(PNP) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 55/KPT/OP/1986 dan

Universitas Sumatera Utara


pada Tahun 1971 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT. Perkebunan (Persero)

dengan keluarnya PP No. 17/1971 dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.

258/SK/IV/1976.

Tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT. Perkebunan III, IV,

dan V (Persero) yang dikelola oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara III.

Selanjutnya melalui Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1996 Tanggal 14 Februari

1996 diubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) didirikan dengan akta notaris

Harun Kamil, SH No. 36 Tanggal 11 Maret 1996 untuk selanjutnya mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan

No. C2-8331.HT.01 Tanggal 8 Agustus 1996.

Pabrik Kelapa Sawit Aek Torop didirikan pada tahun 1984 dengan

kapasitas 30 ton/jam, kemudian dilakukan penambahan kapasitas olah menjadi 60

ton/jam pada tahun 1987. Sebelumnya PKS Aek Torop merupakan PNP V yang

berubah menjadi PTP V sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah dan Surat

Keputusan Menteri Keuangan dan pada tahun 1992 diadakan Konsilidasi bersama

PTP disekitarnya.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu perusahaan Badan

Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan

dan pemasaran hasil perkebunan. Kegiatan usaha perusahaan mencakup

pengolahan kelapa sawit (Crude Palm Oil), dan inti sawit (Kernel).

Universitas Sumatera Utara


Salah satu unit usaha yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) ini adalah Pabrik Kelapa Sawit Aek Torop (PATOR) yang memiliki

kapasitas 60 Ton/jam. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik dari 11PKS yang

dimiliki PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).

2.3. Lokasi Perusahaan

PKS Aek Torop adalah salah satu Unit Kerja PT Perkebunan Nusantara III

yang terletak didesa Aek Batu, Kecamatan Torgamba, Kabupaten Labuhan Batu

Selatan, Propinsi Sumatera Utara.PKS Aek Torop berjarak ± 8 km dari jalan

umum Cikampak (Jalan Lintas Sumatera) dan berjarak ± 375 km dari Kota

Medan.

2.4. Daerah Pemasaran

Dalam bidang pemasaran, Hasil produksi pabrik kelapa sawit dijual ke

pasar lokal dan internasional. PTPN III memiliki kantor pemasaran bersama

dengan PTPN lainnya, yaitu PT. Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (PT.

KPB Nusantara) yang memasarkan produknya di dalam negeri dan luar negeri.

2.5. Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Pendirian PKS Rambutan Tebing Tinggi inimemiliki dampak bagi

lingkungan yang ada di sekitarnya. Dampak-dampak yang timbul tersebut antara

lain berupa dampak ekonomi, dampak sosial, maupun dampak budaya.

Universitas Sumatera Utara


Salah satu bentuk implementasi prinsip-prinsip Good Coorporate

Governance (GCG) PT Perkebunan Nusantara III juga mengembangkan program

yang bersifat sosial guna meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat

dilingkungan sekitar.

1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan bertujuan memberdayakan dan

mengembangkan potensi ekonomi. Kondisi sosial masyarakat dan

lingkungan sekitar.

2. Program Sosial Lainnya

Selain program diatas, perusahaan juga mengembangkan program sosial

lainnya berupa pelayanan kesehatan terhadap karyawan dan masyarakat di

rumah sakit perusahaan, puskesbun dan rumah sakit rujukan di luar

perusahaan yang membutuhkan penanganan khusus.

3. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan ini meliputi penggunaan sumber daya alam secara

efektif dan efisien, pencegahan pencemaran lingkungan, pengolahan

limbah pabrik dan limbah klinis rumah sakit secara optimal.Pemanfaatan

limbah kegiatan pabrik dan tanaman secara optimal, pemeliharaan

estetika, pemenuhan peraturan perundangan dan persyaratan lingkungan

yang berlaku.Kebijakan lingkungan perusahaan ini didukung dengan

inisiatif penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001.

Universitas Sumatera Utara


2.6. Struktur Organisasi Perusahaan

Dalam sistem pengoperasian pada unit yang berbeda-beda diperlukan

struktur organisasi yang dapat mempersatukan seluruh sumber daya dengan cara

yang teratur, dengan struktur organisasi tersebut diharapkan setiap personil yang

berada dalam organisasi dapat diarahkan sehingga melaksanakan aktivitas

masing-masing dengan baik dan mendukung tercapainya sasaran perusahaan.

Dengan demikian diharapkan adanya suatu kejelasan arah dan koordinasi untuk

mencapai tujuan perusahaan dan masing-masing karyawan dapat mengetahui

dengan jelas dari mana perintah itu datang dan kepada siapa harus

dipertanggungjawabkan hasil pekerjaannya.

PT Perkebunan Nusantara III Unit PKS Aek Torop menggunakan

organisasi berbentuk lini dan staf.Struktur organisasi yang terdapat pada PKS Aek

Torop dapar dilihat pada Gambar 2.1.

Universitas Sumatera Utara


MANAJER

MASKEP
P2K3

ASISTEN ASISTEN ASISTEN ASISTEN TATA PAPAM

Mdr. Kr. 1 Mdr. Kr. 1 Mdr. Kr. 1 Kr. 1 Kr. 1


Pengolahan Pengolahan Lab/sortasi Lab/Sortasi Bengkel umum/ Teknik/sipil Tata usaha personalia

Operator Kr. Petugas Adm.Sortasi Petugas Kr. Kr. Kr.1 Kr. DANTON/
Pengolahan Lab.sortasi/Penerimaan Adm.Lab Teknik/listrik Personalia/ DCC

/workshop/

Pembantu Pelayanan
SATPAM

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Torop

Universitas Sumatera Utara


KETUA

Manajer

WAKIL KETUA

SEKRETARIS

ATU/Personalia (Ahli K3)

Bidang Bidang Bidang Bidang


Pengawasan Pelatihan Evakuasi Kesehatan

Gambar 2.2. Struktur Organisasi P2K3 PKS Aek Torop

2.7. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

2.7.1. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi PKS Aek Torop

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan pada struktur

organisasi PKS Aek Torop adalah sebagai berikut :

1. Manajer Pabrik

Manajer bertanggungjawab terhadap direksi.

Sedangkan tugas seorang manajer adalah:

a. Melaksanakan kebijakan Direksi dalam pengontrolan seluruh kegiatan

operasional di PKS.

b. Mendelegasikan wewenang tugas dan tanggung jawab kepada bawahan

yang telah diangkat mampu untuk melaksanakan tugas tersebut.

Universitas Sumatera Utara


c. Memonitor dan mengevaluasi biaya pengolahan dan biaya umum sehingga

diperoleh harga pokok produksi serendah mungkin.

d. Melaksanakan pengendalian pemakaian sumber daya pada PKS.

e. Mengevaluasi atau menyetujui Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

(RKAP) serta Rencana Kerja Operasional (RKO) pada PKS yang

dipimpinnya.

f. Memonitor atau mengevaluasi dan meningkatkan perolehan rendamen

minyak dan inti sawit dengan menekan losses sekecil mungkin.

g. Mengambil langkah-langkah penyelesaian jika terjadi gejolak atau

penyimpangan yang terjadi di PKS.

2. Masinis Kepala (Maskep)

Maskep bertanggung jawab kepada manajer.

Sedang tugas dari maskep adalah:

a. Merencanakan semua peralatan, mesin, instalasi, kendaraan dan bangunan

baik pemeliharaan secara rutin maupun pemeliharaan break down.

b. Menjamin bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh pelaksanaan teknik

sesuai dengan prosedur mutu dan instruksi kerja yang telah

didokumentasikan dan diimplementasikan sampai efektif.

c. Mengajukan permintaan bahan-bahan dan alat/mesin untuk kepentingan di

bengkel umum, dan bengkel listrik sesuai dengan perencanaan yang telah

dibuat.

d. Menjamin bahwa semua peralatan/mesin yang digunakan dalam proses

telah siap dioperasikan oleh pabrik.

Universitas Sumatera Utara


3. Asisten Pengolahan

Asisten pengolahan bertanggungjawab terhadap masinis kepala (maskep).

Sedangkan tugas dari asisten pengolahan adalah:

a. Merencanakan jadwal dan jumlah proses pengolahan.

b. Membantu manajer untuk meningkatkan perolehan minyak dan inti sawit

dengan menekan losis sekecil mungkin.

c. Membantu manajer mengkoordinir personil proses pengolahan dan teknik

untuk mencapai target produksi dan mutu.

d. Menjamin bahwa kebijakan mutu untuk dimengerti, diterapkan dan

dipelihara diseluruh kepala dan semua pekerja di proses pengolahan.

e. Membuat rencana pemakaian tenaga kerja yang digunakan pada proses

pengolahan sesuai dengan RKAP dan penjabarannya ke RKO.

f. Berusaha agar proses pengolahan dilakukan efektif dan efisien, supaya

produktifitas dapat tercapai.

g. Mengendalikan proses pengolahan sesuai dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan.

h. Melakukan adjustment sesuai data-data yang telah diberikan oleh asisten

laboratorium.

i. Melakukan pengawasan terhadap jumlah bahan baku yang diterima.

j. Mengawasi dan mengevaluasi stockproduksi yang ada distorage tank.

k. Mengendalikan catatan mutu termasuk identifikasi, pengarsipan,

pemeliharaan, apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

l. Menandatangani dan mengevaluasi check sheet dalam proses pengolahan.

Universitas Sumatera Utara


4. Asisten Laboratorium

Asisten laboratorium bertanggungjawab terhadap masinis kepala

(maskep). Tugas dari asisten laboratorium adalah:

a. Mengawasi operasi pabrik dalam hal kendali mutu dengan menggunakan

semua sarana yang telah disediakan untuk mencapai kualitas dan kuantitas

produksi (minyak dan inti sawit) yang telah ditentukan.

b. Melaksanakan pemeriksaan besarnya losses minyak dan inti yang terjadi

selama proses pengolahan berlangsung.

c. Mengawasi pemakaian bahan–bahan laboratorium dan bahan–bahan

pembantu selama proses pengolahan berlangsung.

d. Mengawasi pemeriksaan limbah pabrik baik dari hasil kegiatan produksi

pabrik maupun kegiatan–kegiatan lain dan pengaruhnya terhadap

lingkungan sekitar.

e. Membuat laporan sebagai informasi bagi unit pengolahan.

5. Asisten Tata Usaha/Personalia (KTU)

Asisten tata usaha/personalia (KTU) bertanggungjawab terhadap masinis

kepala (maskep).

Asisten tata usaha mempunyai tugas:

a. Mengevaluasi dan menyetujui stock opname/persediaan produksi minyak

dan inti sawit.

b. Mengawasi jumlah bahan yang akan diproses.

c. Menentukan dan mengawasi jumlah produksi yang akan dikirim.

Universitas Sumatera Utara


d. Mengkoordinir audit yang berhubungan sesuai dengan kinerja yang telah

ditentukan.

e. Memelihara semua dokumen yang ada pada bagian tata usaha.

f. Melaksanakan dan mengawasi administrasi keuangan, pembukuan dan

bidang umum/personalia.

g. Menyelesaikan administrasi kas dengan baik.

h. Membuat Daftar Permintaan Uang (DPU) setiap gajian.

i. Membuat jurnal upah karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.

j. Membuat dan mengawasi surat-surat yang masuk dan keluar.

k. Membuat atau melaksanakan pengeluaran barang dan penerimaan barang.

l. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja.

m. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan untuk semua personil dibagian

administrasi.

6. Asisten Teknik/DS/Traksi

Asisten teknik/DS/traksi bertanggungjawab terhadap masinis kepala

(maskep).

Tugas dari asisten teknik adalah:

a. Memberi petunjuk dalam pelaksanaan pengolahan.

b. Mengendalikan proses pengolahan untuk mencapai hasil sebaik-baiknya.

c. Membawahi dan mengawasi pekerjaan mandor listrik, mandor teknik

instalasi dan mandor traksi.

d. Memonitor live time peralatan dan penggantian spare part serta pelumas

mesin pengolahan.

Universitas Sumatera Utara


e. Mengidentifikasi kerusakan peralatan pabrik, jumlah pemakaian KWH

listrik, pemakaian bahan bakar solar, pemakaian minyak pelumas, stagnasi

jam jalan pabrik dan pemakaian air.

7. Perwira Pengamanan (PAPAM)

Perwira pengamanan bertanggungjawab terhadap masinis kepala

(maskep). Bagian pengamanan bertugas:

a. Memantapkan dan menciptakan kondisi keamanan agar dapat

melakasanakan program peningkatan produksi.

b. Bertugas dalam pengawasan informasi serta inventaris perusahaan.

c. Memelihara dan menjaga ketenagakerjaan serta ketentuan karyawan dalam

menjalankan tugas.

2.7.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab P2K3 PKS Aek Torop

Pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap jabatan pada struktur

P2K3 PKS Aek Torop adalah sebagai berikut :

1. Ketua

a. Ketua P2K3 bertanggung jawab terhadap dewan direksi.

b. Ketua bertugas memimpin rapat ataupun menunjuk anggota untuk

memimpin rapat P2K3.

c. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya pelaksanaan

program-program P2K3.

d. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan K3 di perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


e. Mempertanggungjawabkan program-program P2K3 dan pelaksanaannya

kepada direksi.

f. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program-program K3 di

perusahaan.

2. Wakil Ketua

a. Wakil ketua bertanggung jawab terhadap ketua P2K3.

b. Bertugas mewakili ketua dalam memimpin rapat.

c. Membantu Ketua menyusun dan membuat program kerja P2K3.

d. Mengontrol pengendalian operasional serta memberikan bantuan/saran-

saran yang diperlukan oleh semua departemendemi suksesnya program K3

di perusahaan.

3. Sekretaris

a. Sekretaris bertanggung jawab terhadap ketua dan wakil ketua.

b. Bertugas mengelola administrasi surat-surat P2K3.

c. Mempersiapkan rapat regular dan menyusun notulen rapat P2K3.

d. Mencatat data-sata yg berhubungan dengan K3.

e. Memberikan bantuan dan saran yang diperlukan oleh seksi-seksi demi

suksesnya program K3.

f. Membuat laporan kondisi dan tindakan bahaya di tempat kerja.

4. Anggota.

a. Anggota bertanggung jawab terhadap ketua dan sekretaris P2K3

b. Memberikan kontribusi ide, daran dan pengalaman dalam rapat P2K3.

c. Mengkaji masalah K3 yang ada di tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara


d. Mempelajari usul dan saran karyawan untuk dibawa dalam rapat P2K3.

e. Mengkomunikasikan hasil rapat P2K3 di unit kerja masing-masing.

f. Membantu melakukan inspeksi K3 dan investigasi kecelakaan kerja.

2.8. Jam Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang bekerja diPKS Aek Torop dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Karyawan pimpinan

2. Karyawan pelaksana.

Jam kerja yang diberlakukan bagi setiap karyawan bagian pengolahan

dibagi dalam 2 shift jam kerja selama 7 hari kerja dalam seminggu yaitu sebagai

berikut:

1. Shift I: Pukul 07.00 WIB – 19.00 WIB

2. Shift II: Pukul 19.00 WIB – 07.00 WIB

Karyawan di bagian kantor (tata usaha), laboratorium, dan

teknik/D.sipil/Traksi adalah sama dengan masa kerja selama 6 hari kerja dalam

seminggu kecuali hari minggu dengan jam kerja adalah sebagai berikut :

1.Senin - Jumat
Pukul 07.30 WIB – 12.00 WIB : Jam Kerja

Pukul 12.00 WIB – 14.00 WIB : Jam Istirahat

Pukul 14.00 WIB – 16.00 WIB : Jam Kerja setelah Istirahat

2.Sabtu

Pukul 07.30 WIB – 12.00 WIB : Jam Kerja

Universitas Sumatera Utara


Adapun jumlah keseluruhan tenaga kerja di PKS Aek Torop pada saat ini

adalah berjumlah 195 orang (termasuk di dalamnya asisten laboratorium yang

berada di bawah naungan distrik manajer) dengan perincian seperti pada tabel 2.1

dan 2.2.

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan Pimpinan PKS Aek Torop


No Keterangan Jumlah Orang
1 Manajer pabrik 1
2 Masinis Kepala (Maskep) 1
3 Asisten Tata Usaha 1
4 Asisten pengolahan 3
5 Asisten Teknik/D.Sipil/Traksi 1
6 Asisten Laboratorium (naungan distrik manajer) 1
Total 8
(Sumber : Departemen Tata Usaha/personalia PKS Aek Torop)

Tabel 2.2. Jumlah Karyawan Pelaksana PKS Aek Torop


No Bagian Jumlah Orang
1 Pengolahan 76
2 Laboratorium 38
3 Teknik/D.sipil/Traksi 36
4 KTU 12
5 Personalia/Satpam 25
Total 187
(Sumber : Departemen Tata Usaha/personalia PKS Aek Torop)

2.9. Proses Produksi

Proses pengolahan TBS di PKS Aek Torop adalah suatu proses kerja untuk

memperoleh minyak sawit dari daging buah (mesocarp). Untuk mendapatkan

kualitas/mutu minyak yang baik terletak pada proses di lapangan (kegiatan

pengutipan berondolan dan perlakuan terhadap TBS), pemilihan TBS (sortasi)

yang ditentukan dari derajat kematangan, serta proses pengolahan. Proses

Universitas Sumatera Utara


produksi kelapa sawit dimulai dari penerimaan buah di timbangan sampai dengan

proses pemurnian minyak hingga minyak di salurkan ke tangki penyimpanan.

Secara Umum, proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude PalmOil)

dan inti sawit dapat dibagi menjadi 6 tahapan stasiun kerja, yaitu:

1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception)

2. Stasiun Perebusan (Sterilizing)

3. Stasiun Penebahan (Thressing)

4. Stasiun Kempa (Digesting andPressing)

5. Stasiun Klarifikasi Minyak (Clarification)

6. Stasiun Pengolahan Biji

2.9.1. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada PKS Aek Torop (PATOR)akan

dikelompokkansebagai berikut :

1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah kelapa sawit yang sudah siap panen atau

lebih dikenal dengan sebutan Tandan Buah Segar (TBS). Kualitas bahan baku

yang digunakan sesuai dengan ketentuan mutu yang telah ditetapkan oleh

perusahaan berdasarkan fraksi buah tersebut.

2. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang membantu dalam proses produksi agar
diperoleh hasil yang lebih baik.Pada proses pengolahan di PKS Aek Torop

bahan penolong yang digunakan adalah air dan Kalsium Karbonat (CaCO3).

Universitas Sumatera Utara


Air diperlukan sebagai sumber uap dan air panas yang berfungsi sebagai

pembangkit listrik, proses perebusan dan proses pelumatan serta

memudahkan proses pemurnian minyak sawit. Sedangkan Kalsium Karbonat

digunakan untuk memisahkan inti sawit dari cangkang dengan memanfaatkan

perbedaan berat jenis di claybath.

3. Bahan Tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan

kualitas sehingga menghasilkan suatu produk akhir yang siap untuk

dipasarkan, dapat berupa kemasan ataupun aksesoris.Karena pada PKS Aek

Torop hanya menghasilkan produk setengah jadi (CPO), maka tidak ada

bahan tambahan yang digunakan.

2.9.2. Uraian Proses Produksi

Proses produksi yang dilakukan diPKS Aek Toropuntuk menghasilkan

minyak sawit (CPO) dan Inti sawit dari bahanbakuTBSakan diuraikan satu persatu

pada sub-bab stasiun kerja.

2.9.2.1. Stasiun Penerimaan Buah (Weight bridge/Loading Ramp)

Pada stasiun penerimaan buah dimulai dari proses masuknya truk dengan

melakukan penimbangan, pemilihan buah (sortasi) sampai buah masuk ke dalam

loading ramp. Jembatan timbang adalah alat ukur untukmenimbang berat truk

pengangkut TBS yang akan diolah. TBS hasil panen yang berasal dari kebun

kemudian diangkat oleh truk kepabrik pengolahan yang terlebih dahulu harus

Universitas Sumatera Utara


melalui jembatan timbang untuk melakukan penimbangan TBS yang diangkut

oleh truk.

Setelah melalui jembatan timbang dan dilakukan penimbangan berat, truk

kemudian menuju loading ramp untuk membongkar muatannya.TBSkemudian

disortir berdasarkan kriteria fraksi mutu yang ditetapkan dan seterusnya buah di

timbun ke tempat penimbunan buah.Sortasi TBS dilakukan pada setiap truk yang

masuk dengan menyesuaikan kriteria yang tebagi atas beberapa fraksi seperti pada

tabel 2.3.

Tabel 2.3. Kriteria Kematangan TBS


Fraksi Persyaratan Derajat Jumlah Brondolan
Kematangan
00 Tidak boleh ada Sangat mentah Tidak ada
0 Maksimum 3% Mentah Buah luar membrondol 12,5%
1 Maksimum 20% Kurang Matang Buah luar membrondol 12,5% - 25%
2 Maksimum 75% Matang I Buah luar membrondol 25% - 50%
3 Maksimum 75% Matang II Buah luar membrondol 50% - 75%
4 Maksimum 75% Lewat Matang I Buah luar membrondol 75% - 100%
5 Maksimum 2% Lewat Matang II Buah dalam ikut membrondol

(Sumber :Laboratorium PKS Aek Torop)

TBS dibawa ke lantai Loading Ramp dan dituang ketiap pintu (bays)

Loading Ramp (10 pintu ). PKS Aek Torop memiliki 2 unit Loading Ramp yang

saling berseberangan. TBS yang akan diproses dimasukkan ke lori, setiap pintu

dibuka dengan sistem hidrolik. Adapun cara kerja pengisian lori adalah:

1. Pintu Loading Ramp dibuka satu persatu supaya TBS dapat masuk ke dalam

lori. Satu unit lori berkapasitas sekitar 2,5 ton.

Universitas Sumatera Utara


2. Lori yang sudah penuh ditarik dan diposisikan dengan menggunakan capstan,

sling belt, transfer carriage, dan cantilever untuk dimasukkan ke dalam

sterilizer dan dilakukan proses perebusan.

2.9.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Stasiun perebusan merupakan salah satu proses yang menentukan

mutu/kualitas minyak dan keberhasilan pada proses-prosesselanjutnya. Stasiun

perebusan atau yang disebut Sterilizer adalah bejana uap tekan yang berbentuk

silinder untuk merebus buah kelapa sawit dengan menggunakan tekanan uap.

Proses perebusan buah kelapa sawit memakan waktu kira-kira selama 80-

2
100 menit dengan tekanan uap atau steam sebesar2,8-3,0 kg/cm . Lamanya waktu

perebusan tergantung pada kualitas buah sawit yang akan diolah dan juga terhadap

kapasitas yang dimiliki oleh pabrik. Kapasitas sterilizer dalam perebusan TBS

adalah 60 ton/jam.

Proses perebusan buah kelapa sawit memakai sistem tiga puncak (Triple

Peak). Grafik perebusan dengan menggunakan sistem tiga puncak adalah seperti

pada Gambar 2.2.

3,0 45'

Tekanan(kg / cm2 ) 2,7

2,3

Waktu Perebusan
0,2
10 20 30 40 50 60 70 80 90 Waktu (menit)

Gambar 2.3. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak (Triple Peak)

Universitas Sumatera Utara


2.9.2.3. Stasiun Pembantingan/Penebahan (Thresshing)

Buah yang telah selesai direbus kemudian dikeluarkan dari sterilizer

menggunakan penarik lori (capstan) dibawa ke stasiun penebah, kemudian

diangkat dengan pengangkat lori (hosting crane) lalu dimasukkan ke tempat

penebahan buah (threeser).Pembantingan bertujuan untuk melepaskan buah dari

janjangan (bunch).Pembantingan ini dilakukan dengan menggunakan dua unit

thresher yang beroperasi secara seri.Prinsip kerja thresher adalah memutar buah

dengan kecepatan 23-25 rpm, kemudian TBS ikut berputar dan terangkat hingga

jatuh terbanting.

2.9.2.4. Stasiun Kempa (Digestingand Pressing)

Pelumatan (digesting) bertujuan untuk melumatkan buah hingga hancur

dan terpisah dari biji (nut). Sedangkan pengepresan (pressing) bertujuan untuk

menekan daging buah yang hancur hingga keluar minyak kasar (crude oil).

Digester adalah alat untuk melumatkan berondolan, sehingga daging buah

terpisah dari biji.Digester ini terdiri dari tabung selinder yang berdiri tegak yang

di dalamnya dipasang pisau-pisau pengaduk(stirring arms) sebanyak 6 tingkat

yang diikatkan pada poros dan digerakan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau

(stirring arms) bagian atas digunakan untuk mengaduk/melumat, dan pisau bagian

bawah (expeler blade) di samping pengaduk juga dipakai untuk mendorong massa

keluar dari Digester.

Pengempaan adalah proses pemerasan minyak dari daging buah agar

kehilangan minyak (losses) pada ampas remasan diupayakan sekecil mungkin.

Universitas Sumatera Utara


Alat yang digunakan adalahscrew press. Screw press terdiri dari sebuah silinder

(press cylinder) yang berlubang dan di dalamnya dipasang dua buah ulir atau

screw yang berputar berlawanan arah. Proses pengempaan merupakan tahapan

proses yang memisahkan proses produksi selanjutnya menjadi dua bagian, yaitu

crude oil diteruskan ke proses pemurnian minyak (clarification), sedangkan

ampas dan biji dibawa ke proses pengolahan biji.

2.9.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)

Minyak kasar yang keluar dari proses pengempaan (Screw press) masih

mengandung kotoran-kotoran, pasir, cairan dan benda kasar lainnya. Oleh karena

itu perlu dilakukan pemurnian untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan

kotoran.Pemurnian minyak terdiri dari beberapa proses sebagai berikut:

1. Pemisahan minyak kasar dari pasir

Pemisahan minyak kasar dari pasir dilakukan dengan menggunakan sand

trap tank (perangkap pasir).Prinsip kerja sandtrap tank adalah pemisahan

berdasarkan berat jenis.

2. Penyaringan minyak kasar

Penyaringan minyak kasar dilakukan dengan menggunakan vibro

separator.Vibro separator berfungsi untuk memisahkan/menyaring kotoran-

kotoran berupa serat-serat atau kotoran lainnya dari minyak kasar.Benda-

benda padat berupa cake yang disaring pada saringan ini dikembalikan ke

fruit transfer conveyor untuk diproses kembali.

Universitas Sumatera Utara


3. Bak RO (Raw Oil) atau Crude Oil Tank

Fungsi utama Bak RO adalah untuk meningkatkan temperatur sebelum

minyak kasar dipompakan ke CST melalui balance tank terlebih dahulu.

4. Continuous Settling Tank (CST)

CST atau clarifier tank adalah tangki yang difungsikan untuk memisahkan

(mengutip) minyak dengan sludge dalam temperatur yang tinggi dan kondisi

cairan yang tenang sehingga terjadi pengendapan. Sistem pemisahan minyak

dan sludge terjadi karena adanya perbedaan berat jenis. Sludgeyang

mempunyai berat jenis besar mengendap ke bawah, sedangkan minyak yang

berat jenisnya lebih kecil akan naik ke atas.

5. Sludge Tank dan Oil Tank

Sludge Tank adalah tangki penampung sementara sludge dari hasil pemisahan

di CST sebelum diolah ke Sludge Separator.

8. Sludge Separator

Sludge separator adalah alat untuk memisahkan minyak dari sludge

berdasarkan perbedaan berat jenis dengan memberikan gaya sentrifugal.

Minyak yang berat jenisnya lebih kecil akan bergerak menuju ke poros dan

terdorong keluar.

9. Pemurnian minyak atau Oil Purifier

Pemurnian minyak dilakukan dengan menggunakan oil purifier.Oil purifier

adalah alat yang berfungsi untuk memurnikan atau memisahkan air dan

kotoran yang masih ada dalam minyak.

Universitas Sumatera Utara


10. Penampungan minyak sawit (CPO)

Penampungan minyak sawit (CPO) dilakukan di Oil Storage Tank (OST) atau

sering disebut Bulk Storage Tank (BST).CPO dalam OST harus selalu

0
dipanaskan dengan cara injeksi uap yang bersuhu 95 C agar minyak tidak

membeku dan untuk menghindarkan kenaikan kadar FFA.

2.9.2.6. Pengolahan Biji (Kernel Plant)

Pengolahan biji bertujuan untuk memperoleh inti sawit yang sesuai

dengan standar mutu produk yang dihasilkan. Pengolahan biji terdiri dari beberapa

proses sebagai berikut:

1. Cake Breaker

Fungsi dari cake creaker conveyor adalah untuk membawa dan memecahkan

gumpalan cake dari stasiun press ke depericarper. CBC merupakan konveyor

berbentuk uliran terbuka untuk menghantarkan ampas kempa ke alat pemolis

biji (polishing drum).

2. Pemisahan biji dari serabut

Depericarper berfungsi untuk memisahkan biji dari serabut dan

membersihkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat. Biji yang berat

jenisnya lebih besar jatuh ke dalam nut polishing drum,sedangkan serabut

kering terhisap ke dalam fibre cyclone kemudian jatuh ke fibre shell conveyor

melalui air lock.

Universitas Sumatera Utara


3. Pemisahan biji dari batu dan biji kosong

Pemisahan biji dari batu dan biji kosong dilakukan dengan menggunakan

destoner system. Pemisahan yang terjadi di separating coloumn dikarenakan

oleh hisapan blower. Batu akan jatuh ke tempat penampungan, biji akan

masuk ke dalam nut grading drum melalui air lock, sedangkan biji kosong

akan terhisap oleh nut cyclone dan masuk ke shell hopper.

4. Pemisahan biji menurut besar diameter

Pemisahan biji menurut besar diameter dilakukan dengan menggunakan nut

grading drum. Proses pemisahan bertujuan untuk meratakan biji-biji yang

masuk ke nut silo.

5. Pengeraman biji

Pengeraman biji dilakukan di nut silo. Pengeraman bertujuan untuk

mengurangi kadar air agar inti sawit mudah terlepas dari cangkangnya.

6. Pemecahan biji

Pemecahan biji dilakukan dengan menggunakan ripple mill. Pemecahan biji

bertujuan untuk memisahkan inti sawit dari cangkang. Fungsi dari ripple mill

adalah memecah nut dengan sistem pemulas, sehingga biji terpecah menjadi

cangkang dan inti yang kemudian menuju LTDS.

7. Pemisahan inti sawit dari cangkang

Pemisahan inti sawit dari cangkang dilakukan dengan menggunakan dua unit

Light Tenera Dust Separating (LTDS) yang dioperasikan secara seri. Inti

sawit dan cangkang dari ripple mill diangkut dengan elevator ke LTDSI. Di

LTDSI, inti sawit dan cangkang dipisahkan berdasarkan berat jenis dan gaya

Universitas Sumatera Utara


gravitasi dengan menggunakan kolom pemisah. Pecahan cangkang, dan inti

sawit akan masuk ke LTDSII melalui air lock. Di LTDSII pecahan cangkang

dan inti sawit dipisahkan berdasarkan berat jenis dan gaya gravitasi dengan

menggunakan kolom pemisah.

8. Claybath

Claybath berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti sawit dengan proses

pemisahan yang dilakukan berdasarkan pada perbedaan berat jenis.

Campuran cangkang dan inti dimasukkan kedalam suatu cairan yang berat

jenisnya diantara berat jenisnya cangkang dan inti, untuk berat jenisnya lebih

kecil dari berat jenis larutan akan terapung diatas dan berat jenisnya lebih

besar dari larutan akan tenggelam.

9. Pengeringan inti sawit

Pengeringan inti sawit dilakukan di kernel silo. Prinsip kerja kernel silo

adalah menghembuskan udara panas ke dalam silo dengan menggunakan fan.

2.10. Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan merupakan salah satu faktor utama dalam proses

produksi. Mesin-mesin yang digunakan pada proses pengolahan kelapa sawit di

PT. Perkebunan Nuasantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Torop dapat dilihat pada

lampiran 1.

Universitas Sumatera Utara


2.11. Unit Pembangkit Tenaga (Power Plant)

Tenaga yang digunakan untuk dapat mengoperasikan seluruh alat dan

mesin di PKS Aek Torop diperoleh dari tenaga listrik (genset) dan turbin uap.

Listrik diperoleh dari pembangkit listrik tenaga diesel yang menggunakan bahan

bakar solar dan pembangkit listrik tenaga uap. Penggunaan uap yang dihasilkan

oleh boiler adalah untuk menggerakkan turbin dan generator. Beberapa faktor

yang menjadi penyebab penggunaan uap yang dihasilkan boiler sebagai unit

pembangkit tenaga adalah bahan bakar tersedia (serabut dan cangkang) dan

beberapa stasiun memerlukan uap sebagai sumber panas.

2.12. Safety and Fire Protection

Safety and Fire Protection yang ada di PKS Aek Toroptelah diprogramkan

dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang mencakup tentang tata cara

kerja yang baik di lantai pabrik secara khusus untuk menghindari kecelakaan

kerja. Kecelakaan kerja ini dapat menghambat kelangsungan pekerjaan yang

merupakan kerugian secara tidak langsung seperti kerusakan mesin dan peralatan

kerja, terhentinya proses produksi. Jadi salah satu cara untuk memperkecil biaya

adalah dengan memperhatikan aspek-aspek K3 dengan baik dan dijalankan

dengan benar.

PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop memiliki tim Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang bertugas untuk

melakukan implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) yang efektif. Tim P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan

Universitas Sumatera Utara


pertimbangan mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja untuk

menjamin bahwa efek dasar aktifitas, produk dan pelayanan sesuai dengan

peraturan dan perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

terkait dan juga ketentuan-ketentuan internal.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri pada era globalisasi saat ini terlihat semakin pesat,

beberapa perusahaan dan institusi berupaya untuk meningkatkan kinerja maupun

produktivitasnya. Standar operasional perusahaan pun otomatis mengalami

penyesuaian demi tercapainya sasaran mutudalam memenuhi permintaan pasar

yang luas.Perusahaan juga memerlukan dukungan dari tenaga kerja yang sehat

dan produktif dengan suasana kerja yang aman, nyaman dan serasi.Tenaga kerja

perlu mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya karena setiap

tenaga kerja merupakan aset yang berharga bagi sebuah perusahaan.

Menyadari hal itu maka pemerintah melindungi keselamatan dan

kesehatan tenaga kerja dengan mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan

Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.Disebutkan bahwa

setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatannya dalam

melakukan pekerjaan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan meningkatkan

produksi serta produktivitas nasional. Namun dalam usaha pencapaian program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan atau industri terdapat

berbagai keadaan dan masalah yang dapat menjadi hambatan terlaksananya

program K3. Dengan tidak berjalannya program K3 di perusahaan maka hal

tersebut akan menimbulkan dampak negatif berupa meningkatnya kejadian

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Universitas Sumatera Utara


Data angka kecelakaan kerja di Indonesia pada tahun 2014, terjadi kasus

kecelakaan kerja sebesar 4.130 kasus yang mengalami cacat fungsi, 2.756 kasus

yang mengalami cacat sebagian. 34 kasus harus mengalami cacat total tetap dan

458 kasus meninggal dunia (BPJS Ketenagakerjaan, 2014). Untuk menurunkan

angka kecelakaan kerja perlu diadakan program pencegahan kecelakaan kerja

yaitu dengan melaksanakan Manajemen Risiko untuk mengetahui bahaya serta

potensi risiko yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat dilakukan tindakan

pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya tersebut.

Proses identifikasi bahaya merupakan salah satu bagian dari manajemen

risiko. Penilaian risiko merupakan proses untuk menentukan prioritas

pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.

Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen K3 adalah upaya terpadu untuk

mengelola risiko yang ada dalam aktivitas perusahaan yang dapat mengakibatkan

cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan terhadap bisnis

perusahaan.Manajemen risiko terbagi atas tiga bagian yaitu Hazard Identification,

Risk Assessment dan Risk Control, biasanya dikenal dengan HIRARC.Metode ini

merupakan bagian dari manajemen risiko dan yang menentukan arah penerapan

K3 dalam perusahaan (Ramli, 2010).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gio Fandri Tarigan (2014),

Penilaian Risiko dan Pemilihan Alternatif Solusi Pengendalian Risiko

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dilakukan di Pabrik Gula PTPN II

Sei Semayang, bertujuan untuk melakukan penilaian risiko dan menentukan

alternatif solusi pengendalian risiko. Berdasarkan hasil indentifikasi risiko dengan

Universitas Sumatera Utara


menggunakan JSA (Job Safety Analysis) diketahui bahwa kecelakaan kerja yang

terjadi pada umumnya disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu karena kurangnya

pengawasan terhadap K3, faktor yang kedua karena lingkungan kerja yang

berbahaya (unsafe condition), dan faktor ketiga karena tindak perbuatan manusia

atau pekerja (unsafe human action). Hasil penilaian risiko berdasarkan analisa

semikuantitatif diperoleh 7 kategori priority risk, 1 kategori substansial risk dan

23 kategori priority 3.Solusi alternatif yang diberikan untuk pengendalian risiko

adalah dengan penggunaan alat pelindung diri (APD), pemasangan poster dan

rambu-rambu kecelamatan kerja dan pendidikan dan pelatihan kerja.

Pada penelitian yang lain yaitu Analisis Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Penyamakan Kulit X (Gusani, 2012), yang bertujuan untuk

mendapatkan nilai risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap tahapan

proses di Penyamakan Kulit X. Hasil dari penelitan didapatkan bahwa perhitungan

basic risk sebanyak 22 risiko kategori acceptable, 28 risiko kategori priority 3, 19

risiko kategori substansial, 25 risiko kategori priority dan 10 risiko pada kategori

very high. Dari perhitungan existing risk didapatkan sebanyak 40 risiko kategori

acceptable, 24 risiko kategori priority 3, 18 risiko kategori substansial, 15 risiko

kategori priority dan 7 risiko pada kategori very high. Terjadi pengurangan nilai

risiko setelah adanya dilakukan tindakan pengendalian dari setiap proses rata-rata

2,5 %.

Penelitian yang lain dilakukan oleh Mebrial Dita Pratama (2013) Evaluasi

Penilaian Risiko Pekerja dengan Menggunakan Pendekatan Job Safety Analisys

(JSA) dan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control

Universitas Sumatera Utara


(HIRARC)yang dilakukan di PT Aneka Adhilogam Karya. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui dengan menggunakan metode JSA dapat mengelompokkan

potensi bahaya secara aktual di perusahaan. Dengan menggunakan metode

HIRARC dapatkan 2 kategori risiko yaitu: Pertama, Trivial (score1-9) untuk

kategori I. Untuk pengendalian risiko yaitu prosedur kerja yang aman, pemberian

rambu-rambu. Kedua, Tolerable (score 10-25) untuk kategori II. Untuk

pengendalian risiko yaitu instruksi kerja dan pemberian stiker (peringatan).

Pada penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek

Torop, merupakan perusahaan BUMN yang bergerak dalam bidang perkebunan

dan pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dengan hasil produk Minyak Sawit

(CPO) dan Inti Sawit (Kernel).Pengolahan kelapa sawit harus melalui beberapa

stasiun kerja yaitu stasiun penerimaan buah (Loading Ramp), stasiun rebusan

(Sterilizer), stasiun penebahan atau pembantingan (Thresser), stasiun pengepresan

(Press), stasiun pemurnian minyak (klarifikasi), dan stasiun pengolahan biji

(Kernel). Mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi di

perusahaan PT Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop merupakan mesin impor

dan diperlukan keterampilan serta pengawasan terhadap penggunaannya, sehingga

karyawan dituntut untuk bekerja dengan hati-hati agar tidak terjadi kecelakaan

kerja yang merugikan bagi pekerja dan perusahaan.

Berdasarkan data yang diperoleh, berikut kasus kecelakaan yang tejadi

selama kurun waktu 5 tahun terakhir:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Kerja PTPN III PKS Aek Torop dari
Tahun 2011-2015
Tahun Jumlah Jenis Kecelakaan Area Kerja
Kecelakaan
Jatuh dari ketinggian Stasiun Thresser
2011 4 Kaki tertimpa buah kelapa sawit Loading Ramp
Tangan terhimpit pintu fruit cages Loading Ramp
Terkena mesin gerinda Workshop
Kaki terjepit cake brake conveyor Stasiun Press
2012 3 Tersambar kabel sling Stasiun Sterilizer
Terbentur hook kabel sling Stasiun Sterilizer
2013 2 Tangan terpukul martil Workshop
Terjepit pintu rebusan Stasiun Sterilizer
Terbentur besi thresser Stasiun Thresser
Mata terkena serat fiber Stasiun Kernel
2014 6 Tertusuk serabut kabel sling Stasiun Sterilizer
Tersambar tojok Loading Ramp
Terpeleset di area klarifikasi Stasiun Klarifikasi
Tangan tersiram minyak panas Stasiun Klarifikasi
Tertimpa pisau nut braker Stasiun Press
2015 3 Terkena plat besi Stasiun Press
Terjatuh dari ketinggian Stasiun Kernel
Sumber PTPN III PKS Aek Torop

Pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa telah terjadi sebanyak 18 kasus

kecelakaan kerja selama kurun 5 tahun terakhir.Kasus kecelakaan yang terbanyak

terjadi di tahun 2014 sebanyak 6 kasus kecelakaan kerja. Tahun 2011 sebanyak 4

kasus dan berturut-turut tahun 2012 dan tahun 2015 terjadi 3 kasus. Terakhir

terdapat 2 kasus kecelakaan kerja terjadi di tahun 2013.

Dari kasus-kasus kecelakaan tersebut diatas, maka perlu dilakukan

identifikasi bahaya mengenai risiko apa saja yang mungkin terjadi dan dampak

bahayanya, sesuai dengan sasaran utama program K3 yaitu mengelola risiko untuk

Universitas Sumatera Utara


mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau kejadian yang tidak diinginkan.

Identifikasi bahaya tersebut dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan

kerja karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan

kerja.Dengan melakukan identifikasi bahaya maka sumber-sumber bahaya dapat

diketahui sehingga kemungkinan kecelakaan dapat dikurangi.

Melihat dari permasalahan diatas, untuk menurunkan angka kecelakaan

kerja dan mencegah terjadinya kecelakaan kerja, maka diperlukan tindakan

analisis resiko dengan melaksanakan identifikasi risiko untuk mengetahui sumber

bahaya yang ada dan penilaian risiko untuk mengetahui potensi dan tingkat risiko

yang terdapat di setiap stasiun kerja, yaitu dengan menggunakan HIRARC

(Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control). HIRARC bertujuan

agar bahaya yang ada dalam setiap kegiatan dapat terdeteksi dan segera dibuat

pengendaliannya, sehingga potensi terjadinya kecelakaan kerja dapat

diminimalkan, maka dari itu penulis ingin menganalisis risiko yang terdapat di PT

Perkebunan Nusantara III PKS Aek Torop.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya,

bahwa masih tingginya angka kecelakaan kerja di perusahaan maka perlu

dilakukan identifikasi risiko dan penilaian risiko untuk mengetahui bahayanya,

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian terhadap bahaya

tersebut dengan menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk

Assessment and Risk Control).

Universitas Sumatera Utara


1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja dengan mengidentifikasi risiko,melakukan penilaian risiko dan

membuat rekomendasi pengendalian dari risiko tersebut.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi bahaya untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja yang

terdapat pada setiap jenis pekerjaan pada setiap stasiun kerja.

2. Menentukan penilaian risiko bahaya dengan menilai tingkat keparahan

(consequence), tingkat probability/kemungkinan, tingkat exposure/frekuensi

paparan dari risiko di masing-masing stasiun kerja.

3. Merekomendasikan usulan perbaikan K3 dan usulan pengendalian risiko

kecelakaan kerja.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti

Memberikan manfaat bagi peneliti untuk memperdalam pengetahuan, wawasan

serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu tentang keselamatan kerja.

Terutama mengenai proses analisis risiko.

2. Bagi perusahaan

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi informasi dan rekomendasi kepada

perusahaan dan mitra kerja sebagai bahan pertimbangan atau masukan tentang

potensi bahaya serta pengendalian bahaya yang terdapat di setiap stasiun kerja.

Universitas Sumatera Utara


3. Bagi institusi

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan bagi

civitas akademia Jurusan Teknik Industri dan tambahan literatur perpustakaan.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penyelesaian masalah tidak menyimpang dari tujuan dan

menghindari kemungkinan meluasnya pembahasan dari yang seharusnya diteliti,

maka penulis membuat batasan masalah dan asusmsi.

Batasan masalah yang digunakan yaitu:

1. Penelitian dilakukan pada 7 stasiun kerja yaitu stasiun loading ramp, stasiun

rebusan, stasiun thresser, stasiun press, stasiun klarifikasi, stasiun kernel, dan

stasiun boiler.

2. Penelitian yang dilakukan adalah mengenai bahaya-bahaya yang terjadi yang

disebabkan oleh manusia atau peralatan yang digunakan dan lingkungan kerja.

3. Penilaian risiko yang dilakukan menggunakan analisis risiko semikuantitatif

dengan melakukan penilaian terhadap tingkat konsekuensi, probability, dan

exposure.

4. Biaya kehilangan/kerugian (loss) akibat kecelakaan kerja dan biaya

pencegahan kecelakaan kerja tidak diperhitungkan.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pekerja dianggap sudah mengetahui segala peraturan mengenai keselamatan

dan kesehatan kerja yang berlaku di perusahaan.

2. Pekerja sudah dianggap memahami pekerjaan pada bidangnya masing-masing.

Universitas Sumatera Utara


3. Sistem produksi berjalan dalam keadaan normal dan tidak ada gangguan yang

mempengaruhi proses produksi.

4. Produk yang dihasilkan merupakan produk yang selama ini dibuat artinya tidak

ada penambahan jenis produk baru selama penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, Meliputi pembahasan mengenai latar belakang,

perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan

asumsi penelitian serta sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Bab ini menjelaskan secara

ringkas mengenai perusahaan yang menjadi objek studi, sejarah

perusahaan, uraian mengenai bahan baku, bahan penolong dan bahan

tambahan proses produksi serta struktur organisasi dan manajemen dari

perusahaan (PTPN III PKS Aek Torop).

BAB III : LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan secara singkat mengenai teori

-teori yang berkaitan dan mendukung dalam pemecahan permasalahan.

BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan tahapan–

tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian.

BAB V : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Bab ini berisikan

tentang pengumpulan data yang diperoeh dari hasil pengamatan objek

kerja secara langsung dan hasil wawancara dari karyawan yang

berkaitan dengan bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, untuk

Universitas Sumatera Utara


keperluan pengolahan data sebagai dasar pemecahan masalah dan

pembahasan K3.

BAB VI : ANALISA PEMECAHAN MASALAH. Bab ini berisikan tentang

analisa pemecahan masalah dengan menggunakan hasil dari pengolahan

data yang telah dilakukan.Analisa dilakukan dengan mengacu pada

referensi dan literatur yang mendukung.

BAB VII : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menguraikan tentang

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian serta saran-saran yang dapat

diberikan berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap data-data yang

telah diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Toropadalah perusahaan yang bergerak
dibidangperkebunan dan pengolahan hasil perkebunan.Masalah keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu perhatian utama di PT Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Torop dikarenakan masih tingginya jumlah kecelakaan
kerja selama kurun waktu 5 tahun terakhir.Berdasarkan kondisi tersebut, maka
perlu dilakukan identifikasi dan penilaian risiko penyebab kecelakaan kerja
dengan menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan HIRARC yang
bertujuan agar bahaya yang ada dalam setiap kegiatan dapat terdeteksi dan segera
dibuat pengendaliannya. Hasildari identifikasi risiko di area kerja pada proses
pengolahan PKS Aek Torop terdapat 78risiko. Risiko yang didapatkan kemudian
dilakukan penilaian untuk mengetahui level risiko menggunakan analisis semi
kuantitatif berdasarkan faktor konsekuensi, faktor pajanan atau paparan, dan
faktor kemungkinan.
Hasil penilaian basic risk didapatkan 14 risiko (18%) berada pada kategori
acceptable, 52 risiko (67%) kategori priority 3, 10 risiko (13%) kategori
substansial, 2 risiko (2%) berada pada kategori priority. Hasil penilaian existing
risk didapatkan 40 risiko (51%) kategori acceptable, 31 risiko (40%) kategori
priority 3, 7 risiko (9%) berada pada kategori substansial. Pengendalian risiko
yang diusulkan adalah melakukan pemasangansafety sign di tempat strategis yang
mudah terlihat dan terbaca pada masing-masing area kerja. Melakukan sosialisasi
secara rutin mengenai K3 terutama mengenai potensi bahaya dan risiko yang ada
di tempat kerja.Penegakan disiplin perlu ditingkatkan mengingat kecelakaan kerja
yang terjadi akibat ketidakpatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD).

Kata kunci: Identifikasi risiko, Penilaian risiko, K3, HIRARC.

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC
(HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK
CONTROL) DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA III PKS AEK
TOROP

TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat- syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh
Ario Noviansyah
NIM. 100423021

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


D E PAR T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek Toropadalah perusahaan yang bergerak
dibidangperkebunan dan pengolahan hasil perkebunan.Masalah keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan salah satu perhatian utama di PT Perkebunan
Nusantara III PKS Aek Torop dikarenakan masih tingginya jumlah kecelakaan
kerja selama kurun waktu 5 tahun terakhir.Berdasarkan kondisi tersebut, maka
perlu dilakukan identifikasi dan penilaian risiko penyebab kecelakaan kerja
dengan menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk
Assessment and Risk Control).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan HIRARC yang
bertujuan agar bahaya yang ada dalam setiap kegiatan dapat terdeteksi dan segera
dibuat pengendaliannya. Hasildari identifikasi risiko di area kerja pada proses
pengolahan PKS Aek Torop terdapat 78risiko. Risiko yang didapatkan kemudian
dilakukan penilaian untuk mengetahui level risiko menggunakan analisis semi
kuantitatif berdasarkan faktor konsekuensi, faktor pajanan atau paparan, dan
faktor kemungkinan.
Hasil penilaian basic risk didapatkan 14 risiko (18%) berada pada kategori
acceptable, 52 risiko (67%) kategori priority 3, 10 risiko (13%) kategori
substansial, 2 risiko (2%) berada pada kategori priority. Hasil penilaian existing
risk didapatkan 40 risiko (51%) kategori acceptable, 31 risiko (40%) kategori
priority 3, 7 risiko (9%) berada pada kategori substansial. Pengendalian risiko
yang diusulkan adalah melakukan pemasangansafety sign di tempat strategis yang
mudah terlihat dan terbaca pada masing-masing area kerja. Melakukan sosialisasi
secara rutin mengenai K3 terutama mengenai potensi bahaya dan risiko yang ada
di tempat kerja.Penegakan disiplin perlu ditingkatkan mengingat kecelakaan kerja
yang terjadi akibat ketidakpatuhan pekerja terhadap penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD).

Kata kunci: Identifikasi risiko, Penilaian risiko, K3, HIRARC.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan

rahmat pengetahuan, pengalaman, kekuatan dan kesempatan yang diberikan

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

Penelitian Tugas Sarjana ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusanantara III

PKS Aek Torop yang terletak di desa Aek Batu, Kecamatan Torgamba Kabupaten

Labuhan Batu Selatan.Kegiatan tersebut merupakan salah satu dari beberapa

syarat yang telah ditentukan untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Teknik di

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Judul Tugas Sarjana ini adalah “Analisis Risiko Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard

Identification, Risk Assessment and Risk Control) di PT Perkebunan

Nusantara III PKS Aek Torop”.

Penulis sadar bahwa Tugas Sarjana ini masih memiliki kekurangan

sehingga diharapkan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan Tugas Sarjana

ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan ini berguna bagi kita semua.

Medan, Agustus 2016

Penulis

Universitas Sumatera Utara


UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini

dengan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan banyak masukan dan bimbingan yang bermanfaat demi

terselesaikannya laporan tugas sarjana ini.

2. Bapak Buchari, ST, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan banyak bimbingan yang bermanfaat dalam penyelesaian laporan

tugas sarjana ini.

3. Segenap pimpinan dan karyawan PT. Perkebunan Nusantara III PKS Aek

Torop, terutama Bapak Leo M. Sihite, ST, Asisten Pengolahan PKS Aek Torop

yang telah banyak membantu dalam proses penelititan.

4. Orang tua dan saudara-saudara penulis yang telah memberikan dukungan dan

semangat hingga terselesaikannya laporan tugas sarjana ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

banyak membantu dalam menyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan

satu per satu.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
I PENDAHULUAN ............................................................................................ I-1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................... I-1


1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. I-6
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... I-7
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... I-7
1.5. Batasan Masalah dan Asumsi ................................................................... I-8
1.6. Sistematika Penulisan laporan .................................................................. I-9
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ......................................................... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan .................................................................................. II-1


2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ................................................................. II-2
2.3. Lokasi Perusahaan ................................................................................... II-3
2.4.Daerah Pemasaran ..................................................................................... II-3
2.5. Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya ..................................................... II-3
2.6. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................... II-5
2.7. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ......................................................... II-7
2.7.1.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Organisasi PKS Aek Torop ... II-7
2.7.2.Uraian Tugas dan Tanggung Jawab P2K3 PKS Aek Torop ......... II-12
2.8. Jam Kerja dan Jumlah Tenaga Kerja ..................................................... II-14
2.9. Proses Produksi ...................................................................................... II-15
2.9.1. Bahan yang digunakan ................................................................. II-16
2.9.2. Uraian Proses Produksi ................................................................ II-17
2.9.2.1. Stasiun Penerimaan Buah (Weight bridge/
Loading Ramp) ............................................................. II-17
2.9.2.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer) ...................................... II-19
2.9.2.3. Stasiun Pembantingan/Penebahan
(Thresshing) ................................................................. II-20
2.9.2.4. Stasiun Kempa (Digestingand Pressing) ..................... II-20
2.9.2.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) .................. II-21

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
2.9.2.6. Pengolahan Biji (Kernel Plant) ............................................. II-23
2.10. Mesin dan Peralatan ............................................................................. II-25
2.11. Unit Pembangkit Tenaga (Power Plant) .............................................. II-26
2.12. Safety and Fire Protection ................................................................... II-26
III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. III-1

3.1. Bahaya ..................................................................................................... III-1


3.2. Jenis-jenis Bahaya ................................................................................... III-1
3.3. Risiko ...................................................................................................... III-3
3.4. Jenis-jenis Rissiko ................................................................................... III-4
3.5. Pengertian Keselamatan Kerja ................................................................ III-7
3.6. Pengertian Kesehatan Kerja .................................................................... III-9
3.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja .......................................................... III-9
3.8. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................................... III-11
3.9. HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk
Conrtol) ................................................................................................. III-12
3.10. Proses Manajemen Risiko ................................................................... III-13
3.10.1. Identifikasi Bahaya ................................................................. III-14
3.10.2. IdentifikasiResiko denganMetodeJobSafety
Analisys (JSA)......................................................................... III-17
3.10.3. Penilaian Risiko ...................................................................... III-18
3.10.4. Evaluasi Risiko ....................................................................... III-24
3.10.5. Pengendalian Risiko ............................................................... III-24
IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... IV-1

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. IV-1


4.2. Jenis Penelitian ....................................................................................... IV-1
4.3. Objek Penelitian ..................................................................................... IV-1
4.4. Kerangka Konseptual ............................................................................. IV-2
4.5. Metodologi Penelitian ............................................................................ IV-4
4.6. Pengumpulan Data ................................................................................. IV-6
4.7. Pengolahan Data .................................................................................... IV-6
4.8. Analisis Pemecahan Masalah ................................................................. IV-8
4.9. Kesimpuan dan Saran ............................................................................ IV-8
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA........................................... V-1

5.1. Pengumpulan Data ................................................................................... V-1


5.2. Pengolahan Data ...................................................................................... V-5
5.2.1. Identifikasi Risiko ......................................................................... V-5
5.2.2. Penilaian Risiko .......................................................................... V-11
5.2.2.1. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Loading Ramp ................................................. V-11

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.2.2. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Rebusan ........................................................... V-18
5.2.2.3. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Thresser ........................................................... V-28
5.2.2.4. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Press ................................................................ V-33
5.2.2.5. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Klarifikasi ........................................................ V-36
5.2.2.6. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Kernel .............................................................. V-48
5.2.2.7. Analisa Penilaian Risiko Pekerjaan pada
Stasiun Boiler ............................................................... V-63
5.2.3. Penentuan Risk Reduction ........................................................... V-71
5.2.4. Rekomendasi Pengendalian ........................................................ V-75
5.2.4.1. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Loading Ramp ............................................. V-75
5.2.4.2. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Rebusan ....................................................... V-77
5.2.4.3. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Thresser ....................................................... V-78

DAFTAR ISI (Lanjutan)


BAB
HALAMAN
5.2.4.4. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Press ............................................................ V-79
5.2.4.5. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Klarifikasi .................................................... V-80
5.2.4.6. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Kernel .......................................................... V-82
5.2.4.7. Rekomendasi Tindakan Pengendalian Risiko
di Stasiun Boiler ........................................................... V-83

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................... VI-1


6.1. Analisis .................................................................................................. VI-1
6.1.1. Analisis Penilaian Risiko Area Pengolahan PKS
Aek Torop .................................................................................. VI-1
6.1.2. Analisis Perhitungan Risk Reduction ......................................... VI-5
6.2. Pembahasan Rekomendasi Pengendalian .............................................. VI-6

VII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... VII-1


7.1. Kesimpulan ........................................................................................... VII-1
7.2. Saran ..................................................................................................... VII-2
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Jumlah Kecelakaan Kerja PTPN III PKS Aek Torop dari Tahun
2011-2015 ............................................................................................... II-3
2.1. Jumlah Karyawan Pimpinan PKS Aek Torop ........................................ II-15
2.2. Jumlah Karyawan PelaksanaPKS Aek Torop......................................... II-15
2.3. Kriteria Kematangan TBS ...................................................................... II-18
3.1. Nilai Tingkat Keparahan (Consequences) .............................................. III-20
3.2. Ukuran Kualitatif dari Kemungkinan (Probability) ............................... III-20
3.3. Matriks Analisis Risiko Kualitatif (Level Risiko) .................................. III-21
3.4. Kriteria dan Nilai dari Faktor Consequences.......................................... III-22
3.5. Kriteria dan Nilai dari Faktor Probability .............................................. III-22
3.6. Kriteria dan Nilai dari Faktor Exposure ................................................. III-22
3.7. Skala Tingkatan Risiko ........................................................................... III-23
5.1. Uraian Pekerjaan pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit .......... V-1
5.2. Identifikasi Bahaya pada Stasiun Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit ...... V-6
5.3. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Loading Ramp .............................. V-17
5.4. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Rebusan ........................................ V-27
5.5. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Thresser ........................................ V-32
5.6. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Press ............................................. V-35
5.7. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Klarifikasi ..................................... V-47
5.8. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Kernel ........................................... V-61
5.9. Hasil Penilaian Risiko pada Stasiun Boiler ............................................ V-70
5.10. Hasil Perhitungan Risk Reduction .......................................................... V-71
5.11. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Loading Ramp ................... V-75
5.12. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Rebusan ............................. V-77
5.13. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Thresser ............................. V-78
5.14. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Press .................................. V-80
5.15. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Klarifikasi .......................... V-80
5.16. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Kernel ................................ V-82
5.17. Rekomendasi Pengendalian Risiko Stasiun Boiler ................................. V-84
6.1. Analisa Perhitungan Risk Reduction ....................................................... VI-5
6.2 Tindakan Pengendalian Risiko di Setiap Area Kerja PKS Aek Torop ... VI-6

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN
2.1. Struktur Organisasi PKS Aek Torop ...................................................... II-6
2.2. Struktur Organisasi P2K3 PKS Aek Torop ............................................ II-7

2.3. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak (Triple Peak) ............................. II-19

3.1. Proses Sistem Manajemen K3 ................................................................ III-13

3.2. Proses Manajemen Risiko....................................................................... III-14

3.3. Hirarki Pengendalian Bahaya ................................................................. III-26

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian............................................................. IV-2

4.2. Metodologi Penelitian ............................................................................. IV-5

6.1. Hasil Penilaian Basic Risk ...................................................................... VI-2

6.2. Hasil Penilaian Existing Risk .................................................................. VI-3

6.3. Perbandingan Basic Risk dengan Existing Risk ...................................... VI-4

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai