Anda di halaman 1dari 9

KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN

Lumpur pemboran menurut API (American Petroleum Institute) didefinisikan sebagai


fluida sirkulasi dalam operasi pemboran berputar yang memiliki banyak variasi fungsi,
dimana merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap optimalnya operasi
pemboran. Oleh sebab itu sangat menentukan keberhasilan suatu operasi pemboran
Secara umum, lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat komponen atau
fasa, yaitu ;
a. fasa cair (air atau minyak); 75% lumpur pemboran menggunakan air.
Istilah oil-base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
b. reactive solids, yaitu padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid (clay);
dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite mengisaqp (absorb) air tawar dan
membentuk lumpur.
c. inert solids (zat padat yang tak bereaksi); ini dapat berupa Barite (BaSO 4) yang
digunakan untuk menaikkan densitas lumpur. Selain itu, juga berasal dari formasi-formasi
yang dibor dan terbawa lumpur, seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, sehingga
akan menyebabkan abrasi atau kerusakan pompa.
d. fasa kimia; merupakan bagian dari system yang digunakan untuk
mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam disperson (menyebarkan partikel-partikel
clay) atau flocculation (pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju
pada peng ‘koloid’ an clay yang bersangkutan. Zat-zat kimia yang mendispersi
(menurunkan viskositas/mengencerkan) misalnya : Quebracho, phosphate, sodium
tannate, dll. Sedangkan zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas, misalnya : C.M.C,
starch, dan beberapa senyawa polimer.

2.2. Jenis – Jenis Lumpur Lemboran


ZABA dan DOHERTY (1970) mengklasifikasikan lumpur bor terutama berdasarkan fasa
fluidanya : air (water base), minyak (oil base) atau gas, sebagai berikut :
I. Fresh Water Muds (lumpur air tawar)
a. Spud
b. Natural atau Native (alamiah)
c. Bentonite – treated
d. Phospate – treated
e. Organic coloid – treated
f. “Red” atau alkaline – tannate treated
g. Calcium muds
1. Lime – treated
2. Gypsum – treated
3. Calcium – (selain 1 & 2) - treated
II. Salt Water Muds (air asin)
a. Unsaturated salt water
b. Saturated salt water
c. Sodium silicate
III. Oil in Water Emulsion
a. Fresh Water (air tawar)
b. Salt Water (air asin)
IV. Oil Base dan Oil Base Emulsion Muds
V. Gaseous Drilling Fluids
a. Udara atau Natural gas
b. Aerated Muds

2.2.1. Fresh Water Muds


Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar garam yang
kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % berat garam). Jenis-jenis lumpur fresh water
muds adalah : Spud Mud, Natural Mud, Bentonite – treated mud, Phosphate treated mud,
Organic colloid treated mud, “Red” mud, Calcium mud, Lime treated mud,
Gypsumtreated mud dan Calcium salt.
a. Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau bagian atas
bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat cutting dan
membuka lubang di permukaan.
b. Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa cair, sifat-
sifatnya bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur ini digunakan untuk
pemboran yang cepat seperti pemboran pada surface casing.
c. Bentonite – treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-tipe air tawar.
Bentonite adalah material paling umum yang digunakan untuk koloid inorganic
yang berfungsi mengurangi filtrate loss dan mengurangi tebal mud cake. Bentonite
juga menaikkan viscositas.
d. Phospate treated Mud, yaitu mengandung polyphospate untuk mengontrol
viscositas gel strength dan juga dapat mengurangi filtrate loss serta mud cake dapat
tipis.
e. Organic colloid treated Mud, terdiri dari penambahan pregelatinized starch atau
carboxymethyl cellulose pada lumpur yang digunakan untuk mengurangi filtration
loss pada fresh water mud.
f. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh treatment
dengan cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis lumpur ini adalah alkaline
tannate treatment dengan penambahan polyphospate untuk lumpur dengan pH
dibawah 10.
g. Calcium Mud, yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di sengaja).
Calcium bisa ditambah dengan bentuk slake lime (kapur mati), semen, plaster
(CaSO4) atau CaCl2.

2.2.2 Salt Water Mud


Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive (salt dome) atausalt
stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada aliran air garam yang
terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud-cake-nya tebal bila tidak ditambah organic
colloid, pH lumpur dibawah 8, karena itu perlu presentative untuk menahan fermentasi
starch. Jikasalt mudnya mempunyai pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang oleh
basa. Suspensi ini bisa diperbaiki dengan penggunaan attapulgite sebagai
pengganti bentonite. Adapun jenis-jenis lumpur salt water mud adalah : Unsaturated salt
water mud, Saturated salt-water mud dan Sodium-Silicate muds.
2.2.3. Oil-In-Water Emultion Muds (Emultion Mud)
Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air sebagai sebagai fasa
kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Sebagai dapat digunakan baik fresh
maupun salt water mud. Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat
lumpur, volume filtrat, tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi,
filtrate loss berkurang. Keuntungannya adalah bit yang lebih tahan lama, penetration rate
naik, pengurangan korosi pada drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas
dan tekanan pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud cake tipis) dan
mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada drillstring. Viskositas
dan gel lebih mudah dikontrol bila emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner.
Fresh water oil-in-water emulsion muds adalah lumpur yang mengandung NaClsampai
60,000 ppm. Lumpur emulsi ini dibuat dengan menambahkan emulsifier (pembuat
emulsi) ke water base mud diikuti dengan sejumlah minyak yang biasanya 5 – 25%
volume. Jenis emulsifier bukan sabun lebih disukai karena ia dapat digunakan dalam
lumpur yang mengandung larutan Ca tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal
efisiensi. Emulsifikasi minyak dapat bertambah dengan agitasi (diaduk).

2.2.4. Oil Base Dan Oil Base Emulsion Mud


Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya diatur agar
kadar airnya rendah (3 – 5% volume). Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap
kontaminan. Tetapi airnya adalah kontaminan karena memberi efek negatif bagi
kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, menaikkan gel strength, mengurangi
efek kontaminasi air dan mengurangi filtrate loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia.
Manfaat oil base mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena
itu tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi maupun
formasi produktif (jadi ia juga untuk completion mud). Kegunaan terbesar adalah
pada completion dan work-over sumur. Kegunaan lain adalah untuk
melepaskan drillpipeyang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
Oil base emulsion dan lumpur oil base mempunyai minyak sebagai fasa kontinu dan air
sebagai fasa tersebar. Umumnya oil base emulsion mud mempunyai manfaat yang sama
seperti oil base-mud, yaitu filtratnya minyak dan karena itu tidak
menghidratkan shale/clay yang sensitif. Perbedaan utamanya adlah bahwa air
ditambahkan sebagai tambahan yang berguna (bukan kontaminan). Air yang teremulsi
dapat antara 15 – 50% volume, tergantung densitas dan temperatur yang diinginkan
(dihadapi dalam pemboran). Karena air merupakan bagian dari lumpur, maka lumpur ini
dapat mengurangi bahaya api, dan pengontrolan flow propertinya dapat seperti water
base mud.

2.2.5. Gaseous Drilling Fluid


Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering. Dengan gas atau udara
dipompakan pada annulus, salurannya tidak boleh bocor.
Keuntungan cara ini adalah penetration rate lebih besar, tetapi adanya formasi air dapat
menyebabkan bit balling (bit dilapisi cutting/padatan) yang merugikan. Juga tekanan
formasi yang besar tidak membenarkan digunakannya cara ini. Penggunaan natural gas
membutuhkan pengawasan yang ketat pada bahaya api. Lumpur ini juga baik untuk
completion pada zone-zone dengan tekanan rendah.
Suatu cara pertengahan antara lumpur cair dengan gas adalah aerated mud
drilling dimana sejumlah besar udara (lebih dari 95%) ditekan pada sirkulasi lumpur
untuk memperendah tekanan hidrostatik (untuk lost circulation zone), mempercepat
pemboran dan mengurangi biaya pemboran.

2.3 Additive Lumpur Pemboran


Additive lumpur pemboran adalah material-material yang ditambahkan untuk merawat
lumpur agar sesuai sifat-sifatnya dengan yang dibutuhkan. Sifat-sifat yang dibutuhkan
tersebut yaitu material pemberat lumpur, material pengental lumpur, material pengencer
lumpur, filtration loss control agent dan lost circulation material.

2.3.1 Material Pemberat Lumpur


Material yang ditambahkan untuk menaikkan berat jenis lumpur atau disebut juga dengan
weight material. Seperti : Barite atau Barium Sulfate, Calcium Carbonate untuk oil base
mud dan Galena.

2.3.2 Material Pengental Lumpur


Zat kimia pengental lumpur merupakan bahan untuk menaikkan viskositas dari lumpur
bor. Material ini termasuk viscosifier. Seperti : Wyoming bentonite, High Yielding Clay,
Attapulgite clay untuk salt water mud dan Extra high yield bentonite.

2.3.3 Material Pengencer Lumpur


Zat kimia pengencer lumpur ini makdusnya adalah zat kimia yang digunakan untuk
menurunkan viskositas lumpur bor atau disebut juga Thinner. Seperti : Chrome
lignosulfonate, Alkaline lignite, Sodium Acid Pyrophospate, dll.

2.3.4. Filtration Loss Control Agent


Filtration Loss Control Agent maksudnya adalah bahan-bahan untuk mengurangi
filtration loss dan menipiskan mud cake. Seperti : Pregelatinized Starch, Sodium
Carboxymethylcellulose, dll.

2.3.5 Lost Circulation Material


Bahan ini untuk menyumbat bagian yang menimbulkan lost circulation. Jadi bahan untuk
menghentikan lost circulation. Seperti : Blended Fiber, Graded Mica, Ground walnut
hulls, dll

2.4. Fungsi Lumpur Pemboran


Fungsi lumpur digunakan pada saat operasi pemboran berlangsung, antara lain ;
1. Mengangkat cutting ke permukaan. Mengangkat cutting tergantung dari :
- Kecepatan fluida di annulus
- Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas, aliran
(laminer atau turbulen), viskositas. Umumnya kecepatan 100-120 fpm.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string
Panas dapat timbul akibat gesekan bit dan drill string yang kontak dengan formasi.
3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis di permukaan formasi yang
permeable (lulus air).
4. Mengontrol tekanan formasi
Tekanan fluida formasi umumnya adalah di sekitar 0.465 psi/ft kedalaman. Diaman
Persamaannya yaitu :
Pm = 0.052. ρm. D
Dimana :
Pm = tekanan static lumpur, psi
ρm = densitas lumpur, ppg
D = kedalaman, ft
5. Membawa cutting dan material-material pemberat dapat menjadi suspensi bila
sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6. Melepaskan pasir dan cutting di permukaan
Kemampuan lumpur untuk menahan cutting selama sirkulasi dihentikan terutama
tergantung dari gel strength. Bahwa cutting/pasir harus dibuang dari aliran lumpur,
karena sifatnya yang sangat abrasive (mengikis) pada pompa, fitting dan bit. Untuk
ini biasanya kadar pasir maksimal boleh ada sebesar 2%.
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (Bouyancy effect)
8. Mengurangi efek negatif pada formasi
9. Mendapatkan informasi (mud log, sample log)
Dalam pemboran, lumpur kadang-kadang dianalisa untuk diketahui apakah
mengandung hidrokarbon atau tidak (mud log), sedangkan sample log adalah
menganalisa daripada cutting yang naik ke permukaan, untuk menentukan formasi
apa yang di bor.
10. Media logging
Pada penentuan adanya minyak atau gas serta zone-zone air dan juga untuk korelasi
dan maksud-maksud lain, diadakan logging (pemasukan sejenis alat antara lain alat
listrik atau gamma ray/neutron), seperti electric logging, yang mana memerlukan
media penghantar arus listrik di lubang bor.

2.5. Sifat-Sifat Lumpur Pemboran


Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan
casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat
itu. Berikut sifat-sifat lumpur, yaitu :

2.5.1 Densitas dan Sand Content


Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena
sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation), sedangkan apabila terlalu kecil
akan menyebabkan “kick”. Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan
formasi yang akan dibor.
Dalam perhitungan asumsi-asumsi yang digunakan ;
1. volume setiap material adalah additive :
2. jumlah berat adalah additive, maka ;
keterangan :
Vs = volume solid, bbl
Vml = volume lumpur lama, bbl
Vm = volume lumpur baru, bbl
ρs = berat jenis solid, ppg
ρml = berat jenis lumpur lama, ppg
ρmb = berat jenis lumpur baru, ppg
Sand Content yaitu tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam lumpur
pemboran yang dapat membawa pengaruh pada operasi pemboran, karena akan
menambah densitas lumpur yang disirkulasikan, sehingga akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses
pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur
selama sirkulasi. Alat-alat ini biasanya disebut “Conditioning Equipment”, yaitu : Shale
saker, degasser, desander dan desilter.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah persen volume dari partikel-
partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron.
2.5.2 Viskositas dan Gel Strength
Viskositas dan gel strength merupakan bagian pokok dalam sifat-sifat rheology fluida
pemboran, yaitu viskositas sebagai keefektifan pengangkatan cutting dan gel strength
digunakan pada saat dilakukan round trip.
Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Marsh Funnel. Viskositas ini
adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter (1 quart) untuk
mengalir keluar dari corong Marsh Funnel.
Penentuan harga shear stress dan shear rate yang masing-masing dinyatakan dalam
bentuk penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan RPM motor pada Fann VG
viscometer, harus diubah menjadi harga shear stress dan shear rate dalam satuan
dyne/cm2 dan detik-1 agar diperoleh harga viskositas dalam satuan cp (centipoise).
Untuk menentukan harga plastic viscosity (μp) dan yield point (Yp), yaitu : atau

2.5.3 Filtrasi dan Mud Cake


Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan porous, batuan tersebut
akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil
melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut “filtrate”, sedangkan
lapisan partikel-partikel besar tertahan dipermukaan batuan disebut “filter cake”.
Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol maka ia akan
menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi pemboran maupun dalam evaluasi
formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik antara
pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan menjepit pipa
pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar sedangkan filtratnya akan menyusup ke
formasi dan dapat menimbulkan damage pada formasi.
Alat yang digunakan untuk menentukan filtration loss adalah Filtration Loss LPLT.
2.6. Kontaminasi Lumpur Pemboran
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-material yang
tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran
sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah :
1. Kontaminasi Sodium Chlorida (NaCl):
Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt dome)
2. Kontaminasi Gypsum dan
3. Kontaminasi Semen

Lumpur Pemboran ( Fungsi & Sifat - Sifat Lumpur )


1. TUJUAN

Mengenali komponen-komponen dari lumpur pemboran- fasa cair- reactive solids- inert
solids- fasa kimiaMemahami fungsi-fungsi lumpurMemahami rheology lumpur
pemboran- densitas- sand content- viscositas- gel strength- filtration loss- mud
cakeMemahami sifat-sifat kimia lumpur pemboranMemahami pengaruh kontaminan
terhadap sifat fisik lumpur pemboranMemahami sifat-sifat pelumasan lumpur
pemboranMengenali jenis-jenis lumpur pemboran

2. PENDAHULUAN

Secara umum, lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat komponen atau
fasa, yaitu ;a. fasa cair (air atau minyak); 75% lumpur pemboran menggunakan air. Istilah
oil-base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.b. reactive solids, yaitu padatan yang
bereaksi dengan air membentuk koloid (clay); dalam hal ini clay air tawar seperti
bentonite mengisaqp (absorb) air tawar dan membentuk lumpur.c. inert solids (zat padat
yang tak bereaksi); ini dapat berupa Barite (BaSO4) yang digunakan untuk menaikkan
densitas lumpur. Selain itu, juga berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa
lumpur, seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, sehingga akan menyebabkan
abrasi atau kerusakan pompa. d. fasa kimia; merupakan bagian dari system yang
digunakan untuk mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam disperson (menyebarkan
partikel-partikel clay) atau flocculation (pengumpulan partikel-partikel clay). Efeknya
terutama tertuju pada peng ‘koloid’ an clay yang bersangkutan. Zat-zat kimia yang
mendispersi (menurunkan viskositas/mengencerkan) misalnya : Quebracho, phosphate,
sodium tannate, dll. Sedangkan zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas, misalnya :
C.M.C, starch, dan beberapa senyawa polimer.

3. FUNGSI LUMPUR PEMBORAN

Fungsi lumpur digunakan pada saat operasi pemboran berlangsung, antara lain
;Mengangkat cutting ke permukaan. Mengangkat cutting tergantung dari :- Kecepatan
fluida di annulus- Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas,
aliran (laminer atau turbulen), viskositas. Umumnya kecepatan 100-120
fpm.Mendinginkan dan melumasi bit dan drill stringPanas dapat timbul akibat gesekan
bit dan drill string yang kontak dengan formasi.Memberi dinding pada lubang bor dengan
mud cakeLumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis di permukaan
formasi yang permeable (lulus air). Mengontrol tekanan formasiTekanan fluida formasi
umumnya adalah di sekitar 0.465 psi/ft kedalaman. Persamaan : Pm = 0.052. ρm.
DDimana : Pm = tekanan static lumpur, psiρm = densitas lumpur, ppgD = kedalaman,
ftMembawa cutting dan material-material pemberat dapat menjadi suspensi bila sirkulasi
lumpur dihentikan sementara.Melepaskan pasir dan cutting di permukaanKemampuan
lumpur untuk menahan cutting selama sirkulasi dihentikan terutama tergantung dari gel
strength. Bahwa cutting/pasir harus dibuang dari aliran lumpur, karena sifatnya yang
sangat abrasive (mengikis) pada pompa, fitting dan bit. Untuk ini biasanya kadar pasir
maksimal boleh ada sebesar 2%. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing
(Bouyancy effect)Mengurangi efek negatif pada formasiMendapatkan informasi (mud
log, sample log)Dalam pemboran, lumpur kadang-kadang dianalisa untuk diketahui
apakah mengandung hidrokarbon atau tidak (mud log), sedangkan sample log adalah
menganalisa daripada cutting yang naik ke permukaan, untuk menentukan formasi apa
yang di bor.10.Media loggingPada penentuan adanya minyak atau gas serta zone-zone air
dan juga untuk korelasi dan maksud-maksud lain, diadakan logging (pemasukan sejenis
alat antara lain alat listrik atau gamma ray/neutron), seperti electric logging, yang mana
memerlukan media penghantar arus listrik di lubang bor.

4. SIFAT-SIFAT LUMPUR PEMBORAN

Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran. Perencanaan


casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur yang digunakan saat itu.
Berikut sifat-sifat lumpur, yaitu :Densitas dan Sand ContentDensitas lumpur bor
merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat penting karena sebagai penahan tekanan
formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang
ke formasi (lost circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan “kick”.
Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.Dalam
perhitungan asumsi-asumsi yang digunakan ;1. volume setiap material adalah additive :
jumlah berat adalah additive, maka ; keterangan :Vs = volume solid, bblVml = volume
lumpur lama, bblVm = volume lumpur baru, bblρs = berat jenis solid, ppgρml = berat
jenis lumpur lama, ppgρmb = berat jenis lumpur baru, ppg
Sand Content yaitu tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam lumpur
pemboran yang dapat membawa pengaruh pada operasi pemboran, karena akan
menambah densitas lumpur yang disirkulasikan, sehingga akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah lumpur disirkulasikan harus mengalami proses
pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel yang masuk ke dalam lumpur
selama sirkulasi. Alat-alat ini biasanya disebut “Conditioning Equipment”, yaitu : Shale
saker, degasser, desander dan desilter.Penggambaran sand content dari lumpur pemboran
adalah persen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih besar dari 74 mikron.
Jadi rumus yang digunakan untuk menentukan kandungan pasir (sand content) pada
lumpur pemboran adalah : dimana : n = kandungan pasir, % Vs = volume pasir dalam
lumpur, bbl Vm = volume lumpur, bblViskositas dan Gel StrengthViskositas dan gel
strength merupakan bagian pokok dalam sifat-sifat rheology fluida pemboran, yaitu
viskositas sebagai keefektifan pengangkatan cutting dan gel strength digunakan pada saat
dilakukan round trip.Pengukuran viskositas dilakukan dengan menggunakan alat Marsh
Funnel. Viskositas ini adalah jumlah detik yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter
(1 quart) untuk mengalir keluar dari corong Marsh Funnel. Penentuan harga shear stress
dan shear rate yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk penyimpangan skala
penunjuk (dial reading) dan RPM motor pada Fann VG viscometer, harus diubah menjadi
harga shear stress dan shear rate dalam satuan dyne/cm2 dan detik-1 agar diperoleh harga
viskositas dalam satuan cp (centipoise). Adapun persamaan yang digunakan : dimana : ζ
= shear stress, dyne/cm2 γ = shear rate, detik-1 C = dial reading, derajat N = revolution
per minute RPM motor dari rotor
Untuk menentukan harga plastic viscosity (μp) dan yield point (Yp), yaitu : atau
dimana : μp = plastic viscosity, cp Yp = yield point Bingham, lb/100ft2 C600 = Dial
reading pada 600 RPM, derajat C300 = Dial reading pada 300 RPM, derajat3. FILTRASI
DAN MUD CAKEKetika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan porous,
batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-
partikel kecil melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan tersebut disebut
“filtrate”, sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan dipermukaan batuan disebut
“filter cake”.Apabila filtration loss dan pembentukan mud cake tidak dikontrol maka ia
akan menimbulkan berbagai masalah, baik selama operasi pemboran maupun dalam
evaluasi formasi dan tahap produksi. Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik
antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan menjepit
pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar sedangkan filtratnya akan menyusup
ke formasi dan dapat menimbulkan damage pada formasi.Alat yang digunakan untuk
menentukan filtration loss adalah Filtration Loss LPLT.

5. KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN

Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-material yang
tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi pemboran
sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah :1. Kontaminasi Sodium
Chlorida (NaCl) Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam (salt
dome)2. Kontaminasi Gypsum3. Kontaminasi Semen

Anda mungkin juga menyukai