Anda di halaman 1dari 14

Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

2
HIJRAH NABI: UPAYA MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI

‫السلما عليكم ورحمةال وبركاته‬


‫ والصلة والسلما على رسول ال محمد بن‬,‫الحمد ل الذى امرنا بالهجرة‬
:‫ امابعد‬.‫عبد ال وعلى اله وصحبه ومن واله‬

Hadirin yang kami hormati!


Allah Swt. mengutus nabi besar
Muhammad Saw. ke muka bumi ini
mengemban misi profetis litukhrij an-nâs
minazh zhulumâti ilâ an-Nûr, melakukan
social engineering, mengeluarkan manusia
dari kondisi gelap-gulita pada su-asana
hidup bersahaja penuh cahaya, dari tradisi
vicious circle pada tradisi angle circle, dari
kondisi biadab pada kondisi beradab.
Dari segi social action, kegiatan tersebut
merupakan proses Islamisasi seluruh
dimensi kehidupan manusia yang lebih
dikenal istilah dakwah. Secara praktis

11
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

terdapat enam tingkatan dakwah yang


dilakukan nabi yakni dakwah nafsiyah,
dakwah fardiyah, dakwah fi'ah, dakwah
hizbiyah, dakwah ummah, dan dakwah
syu'ubiyah waqabailiyah, yaitu aksi dakwah
yang bersifat lintas bangsa dan budaya.
Bagaimana respon masyarakat pada
waktu itu? Marshall G.S. Hodgson, dalam
bukunya The Venture of Islam
mengemukakan: Pertama, mereka ada yang
adap-tatif, yaitu menerima dan mengikuti
ajakan dakwah Nabi. Kedua, reaktif yaitu
menerima ajakan dakwah Nabi setelah
melakukan proses pemikiran dan
pertimbangan yang panjang. Dan ke-tiga,
konfrontatif, yaitu menolak secara laten atas
dakwah Nabi. Respon konfrontatif
masyarakat Arab atas aksi dakwah Nabi
tersebut diekspresikan dalam bentuk
intimidasi, anarki, bahkan embargo ekonomi
yang diberlakukan ter-hadap keluarga Bani
Hasyim, dan sahabat nabi yang

12
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

menyebabkan terjadinya kelaparan yang


cukup panjang.
Atas represivitas intimidasi masyarakat
Mekah tersebut, dengan tujuan untuk
menyelamatkan agama dari aniaya kaum
kafir, maka Nabi melakukan Hijrah dari kota
Mekah menuju Yatsrib, setelah peristiwa
serupa dilakukan seba-nyak tiga kali, yaitu,
satu kali ke Tha'if dan dua kali ke Ethiopia.
Oleh karena itulah hadirin berbahagia,
izinkanlah dalam kesempatan ini, kami
menyampaikan sebuah pokok bahasan
tentang “Hijrah Nabi: Upaya Membentuk
Masya-rakat Madani”. Yang diawali dari
Firman Allah dalam al-Qur'an Surat al-Anfal
ayat: 74:
‫نواللذذيِنن نءانمننوا نونهانجنروا نونجانهندوا ذفيِ نسسذبيِذل اللل ذه نواللسذذيِنن نءانوووا‬
(74:‫صنروا نأولنذئنك نهنما اولنموؤذمننونن نحققا لننهوما نموغذفنرة نوذروزةق نكذريِةما )النفال‬
‫نون ن‬
"Dan orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad pada jalan Allah.
Dan orang-orang yang memberi tempat
kediaman dan pertolongan (kepada orang-
orang Muhajirin), mereka itulah orang-orang

13
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

yang benar-benar beriman. Mereka


memperoleh ampunan dan rezki (ni'mat)
yang mulia". (QS. Al-Anfâl: 74)
Hadirin yang berbahagia! Jika kita kaji
secara seksama ayat tadi bersifat khabari,
yang menurut Imam al-Akhdari dalam kitab
Jauhar Maknun, memiliki tujuan untuk
"memberi faedah kepada yang
mendengarkannya tentang makna dan
hukum yang dikandungnya". Faedah yang
dapat kita petik dari ayat tersebut di atas
adalah identitas mukmin yang sempurna,
sebagaimana terangkai pada kalimat: ‫اولئك هما‬
‫ المؤمنون حققا‬, Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqari
dalam Jubdat at-Tafsir min Fathil Qadir men-
jelaskan ‫سسان‬
‫سسى اليِم‬ ‫اى الك‬,
‫سساملون ف‬ Orang yang
sempurna imannya adalah mereka yang
memiliki kriteria beriman, berjihad, dan
berhijrah bersama nabi. Hijrah yang
dimaksud pada ayat tersebut adalah proses
migrasinya Nabi besar Muhammad SAW.
dengan 200 orang pe-ngikutnya dari kota
Mekah menuju Yatsrib, sebagai upaya meng-
konstruksi realitas sosial yang madani.

14
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

Bagaimana kegiatan Rasul setelah di


Yatsrib? Akti-vitas pertama yang dilakukan
Nabi adalah merubah nama kota Yatsrib
menjadi Madinah atau Madinatun Nabi. Hal
ini dilakukan, sebagai simbol identitas
semangat pembangunan peradaban di
kalangan umat Islam. Ini tercermin dari kata
Madinah yang secara leksikal berarti
tempat peradaban, sehingga peradaban
sendiri dalam bahasa Arab juga disebut
Tamaddun. Dengan demikian, penggantian
nama Yatsrib menjadi Madinah yang
dilakukan oleh Nabi dapat diartikan
membangun sebuah masyarakat yang
beradab, yaitu ma-syarakat madani atau
yang kita kenal sekarang disebut civil
society.
Kedua, yang dilakukan oleh Nabi
setibanya di Madinah adalah membangun
dan memvitalisasi peran masjid. Masjid yang
pertama kali Nabi bangun adalah masjid
Quba, yang dibangun sebelum beliau sampai
di Madinah. Setelah beliau sampai di
Madinah, masjid yang pertama kali dibangun

15
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

adalah Masjid Nabawi. Kedua Masjid


tersebut berperanan sebagai central of
civilization (pusat peradaban) yang tidak
hanya digunakan sebagai tempat penyeleng-
garaan kegiatan ibadah ritual semata,
melainkan diarahkan pada fungsi ibadah
sosial.
Disinilah kita teringat bagaimana Nabi
SAW., dulu menggunakan masjid untuk
seluruh kegiatan beliau dari mulai
pengajaran, latihan militer, diplomasi,
tempat musya-warah, dan lain sebagainya.
Lalu, kenapa upaya tersebut ditempuh oleh
Rasul? Dan bagaimana hubungannya de-
ngan upaya membangun masyarakat
madani? Jawabannya dapat kita ketahui
dalam firman Allah Surat at-Taubah ayat: 18
‫إذلننما نيِوعنمنر نمنساذجند الللذه نمون ءانمنن ذبالللذه نواولنيِووذما اولآْذخذر نوأننقسسانما‬
‫صنلانة نونءانتى اللزنكانة نولنوما نيِوخنش إذللا الللنه نفنعنسى نأولنذئنك أنون نيِنكوننسسوا‬ ‫ال ل‬
(18 :‫ذمنن اولنموهنتذديِنن )التوبة‬
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-
masjid Allah ialah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat serta

16
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

tidak takut (kepada siapapun) selain kepada


Allah, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang
yang men-dapat petunjuk”. (QS. At-Taubah:
18)
Hadirin rahimakumullah!
Ayat tersebut diawali dengan ‫ انما‬yang
dalam Sastra Arab merupakan ‫ اداة القصر‬yang
berfungsi untuk menspesifikasikan.
Sebagaimana Ibnu Abbas menjelaskan, ayat
tersebut menegaskan, bahwa orang yang
selalu memakmurkan masjid adalah
terkategorisasi orang yang beriman kepada
Allah, beriman kepada hari akhir, ter-
kategorisasi sebagai orang yang senantiasa
mendirikan shalat, zakat, dan tidak memiliki
rasa takut kecuali kepada Allah. Maka orang
yang senantiasa memakmurkan masjid akan
mendapat petunjuk dari Allah SWT.
Dengan demikian, upaya optimalisasi
peran masjid secara otomaticaly akan
terdampak pada lahirnya sumber daya
muslim yang memiliki kedekatan dengan

17
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

Allah, se-hingga dia akan mendapat petunjuk


dari-Nya. Sedangkan sumber daya muslim
yang senantiasa mendapat petunjuk dari
Allah, adalah simpul bahkan pilar utama bagi
tegaknya realitas masyarakat yang madani.
Langkah ketiga yang ditempuh oleh
Nabi ketika beliau berada di Madinah dalam
konteks pembangunan ma-syarakat madani
adalah membangun dan memvitalisasi peran
madrasah. Hal ini dilakukan Nabi, sebab
Islam adalah sistem kepercayaan yang
sistemik, tidak hanya berdimensi
theologhical, ritual dan mistikal tetapi
berdimensi moral dan in-telektual. Selain itu,
sebuah masyarakat yang madani akan tegak
lebih kokoh, jika ditopang oleh sumber daya
manusia muslim yang mempunyai nalar
intelektual. Dengan de-mikian, membangun
dan memvitalisasi peran madrasah yang
dilakukan oleh Nabi adalah simbol dari
pembangunan nalar intelektual.

18
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

Hadirin yang kami hormati


Bagaimana peristiwa hijrah Rasul dalam
menghapus sektarianisasi manusia?
Peristiwa hijrah menggambarkan ke-
kompakan, keselarasan, dan ke-serasian
umat manusia baik antar sesama muslim
maupun non muslim. Bahkan Rasul
bersabda:
‫االمهاجرون والنصارون بعضهما اوليِاء بعض‬
“Muhajirin dan Anshar satu sama lain
saling memperkokoh dan memperkukuh
kebersa-maan”.
Dengan demikian membangun
kebersamaan adalah langkah yang harus
ditempuh dalam membangun masya-rakat
madani sebagaimana yang di contohkan
nabi. Tanpa kebersamaan, kami yakin
mustahil, hijrah Rasul berhasil sebagaimana
tanpa kebersamaan masyarakat madani di
negara kita mustahil terwujud. Betul? Maka
menghapusakan sektarianisme primordial
adalah kewajiban kita bersama, hal ini
seperti terungkap dalam firman Allah surat
Ali-Imran ayat 103 sebagai berikut:

19
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

‫صنموا ذبنحوبذل الللذه نجذميِععا نونلا نتنفلرنقوا نواوذنكنروا ذنوعنمنة الللذه نعنلويِنكوما إذوذ‬ ‫نواوعنت ذ‬
‫صنبوحنتوما ذبذنوعنمذتذه إذوخنواعنا نونكوننتوما نعنلى نشنفا نحوفنرةَة‬ ‫نكوننتوما أنوعنداعء نفنأللنف نبويِنن نقنلوذبنكوما نفنأ و‬
:‫ذمنن اللناذر نفنأوننقنذنكوما ذموننها نكنذذلنك نيِنبييِنن الللنه نلنكوما نءانيِاذتذه نلنعللنكوما نتوهنتندونن )آل عمران‬
(103
“Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan
ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakkan antara hatimu, lalu
menjadikan kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang ber-saudara: dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu daripadanya.
Demikianlah Allah mene-rangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu, agar kamu mendapat pe-
tunjuk”. (QS. Ali-Imran: 103)

Hadirin sebangsa setanah air yang kami


hormati!

Menurut Ibnu Abbas, sebab turunnya


ayat tersebut,
berkenaan dengan terjadinya
pertengkaran antara kaum Aus yang terdiri

20
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

dari Bani Nadir dan Qurayza, dengan kaum


Khajraj yang terdiri dari Bani Qainuka, atas
agitasi seorang provokator Yahudi yang
bernama Syah Bin Qais, yang memprovokasi
kedua suku tersebut agar bertingkai-
pangkai, saling membanggakan suku
masing-masing. Dengan suara parau
bernada sedih Rasul bersabda:
‫ ابدا الجهليِة من بعد ماجائتهما البيِنات وانا احضر من بيِنكما‬,‫ ابدا‬,‫ابدا‬
“Apakah kamu akan kembali kedalam
tradisi jahiliyah (berpecah belah) setelah
datang penjelasan-penjelasan dan aku masih
hadir di antara kalian”
Nabi dengan gigih dan penuh kesabaran
kembali menghapuskan sektarianisme
primordial tersebut, dan meng-gantinya
dengan sebutan kaum Ansar, kaum penolong
dan kaum Muhajirin, yang ikut hijrah
bersama nabi. Kebijakan ini diterapkan oleh
Nabi dalam upaya meminimalisir potensi
konflik, sebab sebuh masyarakat Madani
tidak akan tegak dengan lurus, apabila di
dalamnya terjadi konflik yang perenis.

21
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

Untuk itu dalam rangka membangun


masyarakat madani di negara Indonesia
tercinta ini, kami meng-himbau kepada
seluruh lapisan warga masyarakat Indonesia
pe-liharalah persatuan dan kesatuan bangsa.
Hindari per-pecahan dan permusuhan.
Ingatlah, kita semua berasudara, satu nusa
satu bangsa. Wahai saudara-saudaraku
orang Jawa Kito sedoyo sederek. Wahai
saudara-saudaraku orang Betawi Kite
semuanye besaudare. Wahai saudara-
saudaraku orang Sunda urang sadayana
saderek. Wahai saudara-saudaraku orang
Madura Taretan-taretan sadeje sampean
kabi sadejena satareta. Wahai saudara-
saudaraku orang Aceh Getanyo bandum
mesodara berme pake-pake. Wahai saudara-
saudaraku orang Papua Irian Jaya Napire
kobe oser, ipar-ipar katorang samua
basudara. Wahai saudara-saudaraku
keturunan Tiong Hoa Ta Cia Tu se icajen
hanya cincaila. Wahai saudara-saudaraku
keturunan India Ham seb bhai, hai kuo
mahabatahe. Kita pelihara ukhuwwah

22
Hijrah Nabi: Upaya Membangun Masyarakat Madani

basyariyah, ukhuwwah wathaniyah, dan


ukhuwwah Islamiyah demi tegaknya negara
Indonesia yang madani.

Hadirin rahimakumullah!
Langkah terakhir yang ditempuh oleh
Nabi ketika berada di Madinah adalah
membumikan piagan Madinah yang terdiri
dari 47 butir dan enam azas. Bermasyarakat.
Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
membangunan iklim demokratis, agar saling
menghargai di tengah-tengah rea-litas
kebhinekaan yang plural, sebagai inner
power bagi tercip-tanya kehidupan
bermasyarakat.
Hadirin dan pemirsa yang berbahagia!
Dengan demikian, dari syarahan ini,
dengan meng-gunakan metoda istidlal qiyasi
dapat disimpulkan langkah Hijrah Rasul,
yaitu merubah nama kota dari Yastrib
menjadi Madinah, membangun dan
memvitalisasi peran masjid dan madrasah,
menghilangkan sektarianisme yang
primordial, serta membumikan piagam

23
Kapita Selekta Syarhil Qur`an

Madinah, yang di-landasi semangat hijrah


tersebut, adalah lahirnya setiap pribadi
muslim yang giat melakukan mujahadah dan
mudzakarah. Sehingga terciptalah kesalehan
individual (Khairulbariyah) yang
berkonsekuensi terhadap lahirnya kesalehan
sosial (Khoerul ummah, masyarakat
marhamah) dan kesalehan universal (baldah
yang thayyibah), sehingga Islam saat itu
benar-benar menjadi energi bagi lahirnya
masya-rakat yang madani, dan mercusuar
peradaban dunia yang ya’lu wala yu’la
alaihi.
Demikianlah bahasan dari kami mudah-
mudahan ada manfaatnya.

‫والسلما عليكم ورحمة ال وبركاته‬

24

Anda mungkin juga menyukai