SPO Pelayanan Anestesi Sudah
SPO Pelayanan Anestesi Sudah
PELAYANAN ANESTESI
PELAYANAN ANESTESI
R S
No. Dokumen No. Revisi Halaman
…../SPO/RSIAPH/…/2017 0 2/6
PROSEDUR 2. Kunjungan pra-anestesi dilakukan setelah DPJP Anestesiologi
menerima konsultasi atau jadwal tindakan yang membutuhkan
anestesi.
3. Pasien atau keluarga pasien sebelumnya diminta untuk mempelajari
dan mengisi form persiapan anestesi yang tertulis dalam Lembar
Persetujuan Pembiusan.
4. DPJP Anestesiologi mempelajari rekam medis dan form persiapan
anestesi.
5. DPJP Anestesiologi memperkenalkan diri kepada pasien.
6. Sebelum melakukan wawancara dan pemeriksaan, DPJP harus
memastikan identitas pasien yang dimaksud dengan melihat
kesesuaian nama, tempat tanggal lahir dan nomor rekam medis
sesuai dengan gelang identitas pasien.
7. Wawancara dilakukan dengan membahas riwayat penyakit, riwayat
alergi, kebiasaan, pengalaman anestesi sebelumnya, dan pengobatan
yang sedang dijalani.
8. Menilai aspek kondisi fisik yang mungkin merubah keputusan dalam
hal risiko dan pengelolaan anestesi.
9. Pelajari hasil-hasil pemeriksaan yang tersedia terkait dengan risiko
penyulit dan rencana tindakan anestesi yang akan dilakukan.
10. Pelajari hasil konsultasi yang tersedia terkait dengan risiko,
penyulit, dan rencana tindakan anestesi yang akan dilakukan.
11.Minta proses pemeriksaan penunjang dan tindakan konsultasi lain
sesuai kondisi pasien.
12. Tentukan status fisik pasien sesuai klasifikasi ASA ( The American
Society of Anesthesiologists).
13. Tentukan teknik anestesi pilihan dan alternatif yang akan dilakukan.
14. Tentukan obat-obat atau medikasi pra-anestesi yang diperlukan
untuk tindakan anestesi.
15. Tentukan pengelolaan jenis dan jumlah cairan termasuk estimasi
PELAYANAN ANESTESI
R S
No. Dokumen No. Revisi Halaman
R S
…../SPO/RSIAPH/…/2017 0 3/6
PROSEDUR Kehilangan darah
16. Tentukan pengelolaan obat-obat lain yang dikonsumsi oleh pasien
17. Tentukan jenis pemantauan yang akan dilakukan.
18. Tentukan persiapan puasa sebelum anestesi dan sedasi.
19. Tentukan transportasi ke tempat tindakan sesuai dengan kondisi
pasien.
20. Tentukan pengelolaan pasca anestesi, termasuk manajemen nyeri
pasca tindakan.
21. Bila diperlukan menentukan kebutuhan ruang rawat khusus pasca
anestesi.
22. Tentukan usulan jumlah dan jenis persiapan darah yang dibutuhkan.
23. Penjelasan yang adekuat tentang keadaan pasien kepada keluarga
atau pasien (dewasa) sendiri, meliputi diagnosis kerja, rencana
tindakan anestesi dan alternatifnya, risiko dan faktor penyulit
anestesi, kemungkinan komplikasi intra maupun pasca anestesia,
pengelolaan pasca anestesi, termasuk manajemen nyeri pasca
tindakan, kebutuhan ruang rawat khusus pasca anestesi dan sedasi,
serta kemungkinan transfusi termasuk risikonya.
24. Dapatkan persetujuan ataupun penolakan tindakan medis dari
pasien maupun keluarga pasien.
25. DPJP anestesiologi yang bertanggung jawab memeriksa kembali
bahwa hal-hal tersebut di atas sudah dilakukan secara benar dan
dicatat dalam rekam medis pasien. (Formulir Anestesi poin Pra-
Anestesi).
PELAYANAN ANESTESI
PELAYANAN ANESTESI
PELAYANAN ANESTESI