PENDAHULUAN
yang mengamati tentang pengaruh perilaku individu, kelompok dan perilaku dalam
penggunaan teori, metode dan prisip-prinsip dari berbagai disiplin ilmu seperti
atas organisasi dan sumber daya manusianya, misi, tujuan dan strategi.
dengan organisasi masyarakat yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui
formalisasi aturan, struktur, dan proses didalam organisasi. Para teoritikus klasik
seperti Fayol (1949), Taylor (1911), dan Weber (1948), selama bertahun –tahun
organisasi. Max Weber (1948) sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi
1
menyebutkan terdapat delapan karakteristik struktural organisasi birokrasi yang
ideal.
yang rumit. Dengan memecah tugas-tugas yang rumit kedalam aktivitas khusus
yang mereka miliki dan kemampuan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan
secara logis, dan individu yang berkualitas dapat diberikan kesempatan untuk
2
Keenam, impersonality dan profesionalisme dalam hubungan intrapersonil
dan mengutamakan tujuan dan kebutuhan sendiri. Sekali lagi, ini menekankan
Ketujuh, uraian tugas yang terperinci harus diberikan kepada semua anggota
organisasi sebagai garis besar tugas formal dan tanggung jawab kerjanya. Pekerja
harus mempunyai pemahaman yang jelas tentang keinginan organisasi dari kinerja
Menurut prinsip dasarnya, organisasi harus dijalankan dengan kaidah dan panduan
menjadi perhatian adalah peran individu, kelompok dan sistem yang digunakan
dalam birokrasi publik. Tiga aspek penting ini dalam kajian administrasi publik lebih
perilaku birokrasi dalam organisasi ialah sebagai penentu aktivitas pelayanan untuk
mencapai tujuan organisasi. Olehnya itu, segala tindakan yang berorientasi pada
3
Memahami perilaku birokrasi sama halnya dengan memahami perilaku
susunan hierarki, pekerjaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem imbalan
dibayangkan betapa rumitnya keadaan sebuah organisasi yang terdiri dari beribu-
ribu individu dan beratus-ratus kelompok dengan jumlah hubungan yang amat besar
yang ada diantara para individu dan kelompok itu (Nimran: 1999).
program yang ada. Namun, beberapa gejala menunjukan bahwa birokrasi dan
birokratisasi tidak pernah tampil dalam bentuk idealnya, sehingga pencapaian tujuan
publik, pada umumnya para pejabat birokrasi belum mampu menempatkan para
memperbaiki nasib diri dan birokrasinya. Pengguna jasa masih diperlukan sebagai
4
pelayanan. Dalam pandangan Thoha (2009) dijelaskan bahwa birokrasi di Indonesia
terkendali. Pemekaran yang terjadi bukan karena adanya tuntunan fungsi, tetapi
Akibatnya birokrasi Indonesia semakin membesar dan cenderung tidak efektif dan
tidak efisien. Kondisi seperti ini menyebabkan sangat sulit diharapkan birokrasi siap
dan motivasi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Kebutuhan
5
birokrasi dapat mempengaruhi kualitas pelayanan publik baik dari segi input, proses,
Dari berbagai hasil penelitian di atas, menunjukkan bahwa saat ini perilaku
birokrat dikesankan dengan berbagai perilaku yang menyimpang dari tugas pokok
dan fungsi birokrasi yang seharusnya, sehingga dalam banyak kasus terjadi
organisasi yang disebabkan karena perilaku birokrat ialah dalam hal menangani
persoalan sampah. Sampah, memang merupakan salah satu masalah publik yang
masyarakat.
berwawasan lingkungan.
6
d. Menjadikan sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai
ekonomis; dan
langkah nyata dalam Gerakan Mamuju Mapaccing, setiap hari Jumat usai
melakukan kegiatan olahraga bersama, para pegawai dan tenaga kontrak di seluruh
OPD akan menjadi contoh dengan membersihkan kota Mamuju yang lokasinya telah
armada motor tiga roda untuk menjangkau masyarakat hingga ke lorong, serta
membagikan Handy Talky (HT) kepada seluruh OPD termasuk Kecamatan dan
wilayah.
sampah. Selain itu, masyarakat juga akan diberikan sanksi bagi yang membuang
dikatakan belum berjalan maksimal. Hal ini dilihat dari volume sampah yang
7
dihasilkan masyarakat Kota Mamuju masih relative tinggi. Masyarakat rata-rata
menghasilkan sampah hingga 98.000 kubik setiap hari. Wilayah dengan tingkat
produksi sampah tertinggi yakni di Kelurahan Binanga dengan rata-rata 29.380 kubik
per hari, disusul Kelurahan Simboro dengan rata-rata 21.728 kubik per hari. Kepala
ramai dan pemukiman padat penduduk. Di kelurahan Binanga, ada hotel dan mall
sehingga estimasi timbunan sampah sangat tinggi. Belum lagi keberadaan pasar
lama. Sedangkan untuk di Kelurahan Simboro itu merupakan salah satu kawasan
produksi sampah per hari 17.119 kubik, disusul Karema dengan produksi sampah
rata-rata 14.160 kubik per hari, dan Mamunyu dengan produksi sampah 9.710 kubik
per hari. Jadi bisa dikatakan rata-rata sampah yang dihasilkan di Mamuju dan
terangkut setiap hari itu sekitar 98 ribu kubik per hari dari lima kelurahan tersebut
sampai ke TPA. Ini termasuk sampah hasil kerja bakti yang mencapai lima ribu kubik
wilayah di Kabupaten Mamuju salah satunya di wilayah Botteng. Bau busuk itu
09/11/2018).
8
Beberapa Lembaga juga menyoroti tentang program Gerakan Mamuju
tingkat akurasi keberhasilan program gerakan ini, justru mereka melihat program
unggulan pemerintah Kabupaten Mamuju itu masih jauh dari kata berhasil, mengapa
demikian? Sebab, “yang kita lihat khususnya di kota Mamuju ini justru kondisi bersih
itu masih sangat jauh. Masih banyak persoalan kebersihan kota di beberapa titik
pelaksanaan program Gerakan Mamuju Mapaccing yang kurang ideal dan masih
jauh dari harapan masyarakat. Hal ini dilihat dari kinerja birokrat dalam pencapaian
tujuan program, belum optimal. Kritik, komplain dan keluhan masyarakat terkait
pengelolaan sampah seringkali tidak mendapat respon dari para birokrat. Bahkan
kurangnya sarana dan prasarana dalam program ini, serta kesalahan dari
terdapat pegawai yang bahkan belum mengetahui dan mengerti mengenai program
ini. Menurut salahsatu staf di Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten
Mamuju, adanya saling lempar tanggung jawab juga sering ditemui dalam program
ini antara Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dengan Pihak Kecamatan
dan Kelurahan. Sampah yang berhari-hari tidak diangkut di beberapa kawasan yang
9
Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Sementara Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan
Disisi lain, pihak Kelurahan tidak melaksanakan tugasnya dengan alasan merasa
dengan sarana dan prasarana yang masih kurang. Pada akhirnya, pihak Kelurahan
masih sering meminta bantuan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
dengan asumsi persoalan sampah dan kebersihan tetap menjadi tanggung jawab
ilmu administrasi publik, khususnya dalam bidang perilaku birokrasi. Oleh karena itu,
aktor-aktor yang terlibat langsung. Oleh karena itu penelitian ini terfokus pada
perilaku birokrat dari aspek input, proses dan outcomes pada tahap level individu.
Mapaccing di Kabupaten Mamuju ditinjau dari aspek input pada tahap model
level individu?
10
2. Bagaimana perilaku birokrat dalam pelaksanaan program Gerakan Mamuju
ialah:
1. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan aspek Input pada tahap model level
Kabupaten Mamuju.
Kabupaten Mamuju.
Kabupaten Mamuju.
1. Manfaat teoritis
bagi siapa saja yang memiliki perhatian, terutama dalam pengembangan ilmu
11
administrasi public khususnya keperilakuan guna mendorong perangkat
2. Manfaat praktis
daerah dan masyarakat serta berbagai pihak mengenai perilaku birokrat dalam
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah ilmu perilaku. Ilmu perilaku adalah bagian dari human social sciences, yakni
manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak
luar. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,
perilaku manusia dapat dibedakan menjadi dua tipe, perilaku yang tidak dapat
diamati langsung dan perilaku yang dapat diamati langsung. Perilaku yang tidak
dapat diamati langsung disebut juga perilaku pasif atau respons internal, sedangkan
perilaku yang dapat diamati langsung disebut perilaku aktif atau respons eksternal.
Perilaku pasif terjadi didalam diri individu. Contohnya Berfikir, dan berfantasi atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
13
Salah satu bagian dari ilmu perilaku adalah studi perilaku organisasi. Perilaku
perilaku organisasi merupakan bidang studi yang relatif baru. Perilaku organisasi
bukanlah suatu disiplin atau ilmu yang sudah diterima umum dengan dasar teoritis
menggunakan prinsip, model, teori dan metode dari ilmu-ilmu (disiplin-disiplin) yang
sudah mapan.
tujuan jelas dan terukur, maka dengan menghubungkan perilaku birokrasi secara
individual dengan pencapaian tujuan organisasi dapat dianalisa dan dikaji dengan
kondisi sistem organisasi yang meliput struktur dan desain organisasi, budaya
organisasi, serta kebijakan dan praktek sumber daya manusia (Robbins: 2008).
organisasi lebih luas daripada perilaku birokrasi karena birokrasi hanyalah salah
14
II.2 Konsep Dasar Perilaku Birokrasi
(Schmidt, 2000). Jadi, perilaku birokrasi adalah suatu tipe perilaku organisasi,
2011). Dari kata motif ini diturunkan kata motivasi, yang berarti hal-hal yang
2000). Motivasi berhubungan dengan: (1) arah perilaku, (2) kekuatan respons
perilaku, atau berapa lama orang itu terus-menerus berperilaku menurut cara
struktur dan prosedur dalam mencapai tujuannya. Hal ini mengindikasi bahwa
birokrasi banyak diwarnai oleh karakteristik dan kapabilitas individu atau aparat
selaku abdi negara atau pemerintah dan pelayan masyarakat yang secara
15
Konsep perilaku birokrasi dalam pandangan Thoha (2002) dapat
oleh manusia yang berusaha mencapai tujuan dan selalu berperilaku. Konsep
Ndraha (2003: 521) terbentuk dari interaksi antara karakteristik individu, dan
karakteristik birokrasi (organisasi) atau lebih spesifik lagi antara struktur dan
aktor (pejabat).
16
Dalam hubungannya dengan pemerintah, perilaku birokrat lebih
Menurut Rivai (2006: 190) perilaku organisasi adalah suatu studi yang
tertentu. Hal ini meliputi aspek yang ditimbulkan oleh pengaruh organisasi
manusia terhadap organisasi. Tujuan praktis dari penelaahan studi ini adalah
17
untuk mendeterminasi bagaimanakah perilaku manusia itu mempengaruhi
interaksi antar manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis
tentang perilaku, struktur, dan proses di dalam organisai. Isu utama perilaku
diciptakan oleh manusia untuk mencapai tujuan. Selain itu, perilaku organisasi
merupakan bidang studi yang mencakup teori, metode, dan prinsip-prinsip dari
perilaku masa lalu akan mempengaruhi perilaku di masa yang akan datang.
juga dapat dirumuskan dengan melihat reward dan punishment dari suatu
18
perilaku tersebut berulang. Prinsip ini berlaku terbalik jika digunakan pada
konsep punishment.
dalam organisasi adalah orientasi dasar dari kegiatan perilaku organisasi, ini
berarti birokrat senantiasa sadar bahwa diantara tiga dimensi pokok dalam
suatu iklim bekerja yang kurang sehat dan tidak respektif terhadap faktor
berbeda, namun bersifat saling melengkapi. Organisasi adalah unit sosial yang
secara sadar dikoordinasikan, terdiri dari 2 orang atau lebih yang berfungsi
tujuan (Robbins dan Judge, 2011: 39). Dikatakan pula bahwa organisasi
adalah suatu sistem yang dikoordinasikan secara sadar dari aktivitas 2 orang
atau lebih di pandang sebagai koordinasi rasional dan aktivitas dari sejumlah
19
orang untuk mencapai sasaran bersama melalui pembagian kerja dan hirarki
individu dan kelompok dalam organisasi (Colquitt, LePine, Wesson, 2011: 7).
untuk mamahami lebih baik dan mengelola orang di pekerjaan (Kreitner dan
Kinicki, 2010: 5). Perilaku organisasi adalah studi tentang apa yang orang
pikirkan, rasakan dan lakukan di dalam dan sekitar organisasi (Mc Shane dan
Von Glinow, 2010: 4). Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi tentang
dengan dengan organisasi, dan organisasi itu sendiri (Tyagi, 2000: 2).
Dalam hal ini perilaku dipandang sebagai bekerja pada tingkat individu,
20
teori metode disiplin ilmu yang ada. Selain itu di dalam perilaku organisasi
terdapat suatu orientasi humanistik yang nyata yaitu sikap, persepsi, kapasitas
belajar, perasaan dan tujuannya, merupakan hal-hal pokok yang harus diakui
pada perilaku dalam organisasi sebagai suatu model. Karena itu, determinan
Tingkat Kelompok
Tingkat Individu
Model di atas
21
dalam perilaku organisasi, yaitu: tingkat individu, tingkat kelompok dan tingkat
sistem organisasi. Ketika terjadi peralihan dari tingkat level individu ke level
tentang perilaku organisasi dalam organisasi. Level dasar ini merupakan dasar
a. Individual
faktor lingkungan organisasi dalam model sosial psikologi. Bryant dan White
22
yaitu: a) nilai-nilai, b) emosi, c) sikap, d) struktur sosial, e) peran dalam
persepsi.
b. Kelompok
percaya, menjadi lebih terbuka dan bijaksana. Jika itu terjadi dalam suatu
pekerjaan mereka dan struktur kelompok kerja, maka karyawan akan lebih
23
teknisnya, pengalaman manajerialnya juga peran yang di mainkan
organisasi.
adanya perilaku setiap individu yang tidak sesuai dengan fitrahnya sebagai
manusia. Akan tetapi justru dibalik perbedaan itu tersimpan suatu kekuatan
dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung untuk
atau lebih karyawan yang berinteraksi satu sama lain sedemikian rupa,
menambahkan bahwa selain yang ketiga hal tersebut di atas, hal yang tidak
bersama.
24
Berdasarkan rumusan tersebut, Duncan (1980: 168) menyebutkan
ada 4 (empat) ciri utama kelompok yaitu: a) anggota suatu kelompok, paling
tidak harus memiliki tujuan yang sama, b) hubungan dalam suatu kelompok
selalu ada pimpinan dan pengikut, dan d) karena kelompok terbentuk untuk
oleh pola tingkah laku dan sistem nilai bersama, dan setiap anggita
c. Sistem Organisasi
sistem bila terjadi hubungan inter relasi dan inter depensi, baik internal
25
II.2.3 Variabel-Variabel Perilaku Organisasi Robbins dan Judge (2013)
Gambar 1.
26
1. Level Individu
a. Input-input Individual
1) Keberagaman (diversity)
dalam organisasi.
27
kepuasan jabatan terhadap system kerja berkinerja tinggi, tetapi usia dan
faktor usia, pendidikan, posisi jabatan dan masa kerja berkorelasi positif
usia, gaji, posisi jabatan, dan lama jam kerja, kecuali etnis), berpengaruh
28
sangat mungkin mempengaruhi kapabilitas inovasi melalui moderasi atas
kinerja.
2) Kepribadian (personality)
bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan orang lain (Robbins and Judge,
29
jawabannya, individu dapat diklasifikasi menjadi: Extravert atau Introvert,
Sensing atau Intuitif, Thinking atau Feeling, dan Judging atau Perceiving.
Introverts, yakni orang yang cenderung tertutup, ketat soal waktu, dan
pendiam.
2. Agreeableness. Ini mencakup tipe orang yang tunduk pada orang lain.
belah.
30
komitmen organisasional mempunyai hubungan positif dengan kinerja
openness to experience.
3) Nilai-nilai
diinginkan secara pribadi maupun secara sosial (Robbins and Judge, 2013).
menunjuk pada keadaan akhir yang diinginkan dari suatu eksistensi, atau
diinginkan untuk mencapai nilai akhir tersebut (Robbins and Judge, 2013).
31
Robbins and Judge (2013) mengidentifikasi sejumlah nilai akhir yang
nilai tersebut dapat diranking atau disusun sebagai suatu hirarki menurut
b. Proses-proses Individual
yang amat kuat yang diarahkan pada seseorang atau pada sesuatu. Kita
perasaan yang cenderung kurang kuat dibandingkan emosi dan yang tidak
spesifik, mempunyai durasi yang sangat singkat (hanya dalam detik atau
menit), mempunyai sifat spesifik dan terbatas (seperti marah, takut, sedih,
senang, galau, kaget), dan biasanya diikuti dengan ekspresi wajah yang
berbeda. Suasana hati (moods) lebih bersifat umum dan tidak jelas, lebih
lama durasi waktunya dibandingkan emosi (bisa jam atau hari), dan
32
Arti penting emosi bagi kinerja pegawai masih inkonsisten. Sebagian
kreativitas.
informasi (Robbins and Judge, 2013). Selain itu, pimpinan perlu melakukan
2) Motivasi
33
melakukan sesuatu (Broussard & Garrison, 2004; hal-hal yang mendorong
Motivasi adalah berkenaan dengan: (1) arah perilaku, (2) kekuatan perilaku,
seseorang yang tidak merasakan adanya daya dorong atau inspirasi untuk
Motivasi dapat muncul dari dalam diri seseorang tetapi dapat pula muncul
mengatakan bahwa 50% dari motivasi datang dari dalam diri seseorang;
melingkupinya.
dalam diri manusia ada lima jenjang kebutuhan, yakni: (1) fisiologis: antara
lain rasa lapar, haus, seks, dan kebutuhan jasmani lainnya; (2) keamanan:
prestasi, dan status; dan (5) aktualisasi diri: antara lain pertumbuhan,
1997).
34
3) Persepsi
didasarkan pada persepsinya tentang apa itu realitas, dan bukan pada
realitas itu sendiri (Robbins and Judge, 2013; Robbins, 1998). Srivastava
35
seseorang, latar belakangnya, dan pengalamannya. Halo efect adalah
4) Pengambilan Keputusan
keputusan yang baik mencakup tiga komponen utama: cara tindakan (yakni
36
(termasuk keadaan outcomes dari alternatif-alternatif); dan keinginan-
dari setiap kombinasi tindakan. Dengan kata lain, keputusan yang baik
orang, atau kejadian (Robbins and Judge, 2013). Jadi, sikap selalu
atau tidak menyukai. Sikap memiliki tiga komponen, yaitu: afektif, kognitif,
dan intensi.
37
tujuan organisasi tersebut, dan berkeinginan untuk mempertahankan
2013).
namun stress tidak selalu buruk, stress juga mempunyai suatu nilai positif.
(Robbins and Judge, 2013). Karena itu, karyawan dan pimpinan perlu
2) Kinerja Tugas
38
Kinerja menunjuk pada pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
yang menyediakan suatu kaitan yang sangat kuat antara perilaku dengan
ekonomik.
2003). Analisis tentang kinerja sektor publik dari perspektif outcomes ini
penting karena pejabat publik dituntut untuk mampu melakukan hal yang
asset produksi, termasuk sumber daya kemanusiaan, fisik dan modal, untuk
penggunaan asset tersebut setara dengan atau lebih besar dari nilai yang
asset akan terus disediakan untuk organisasi dan organisasi akan terus
eksis.
39
Dilihat dari perspektif penciptaan nilai, maka tidak semua outcomes
yang mencakup: (1) output atau beban kerja, yakni berapa banyak unit
dengan unit biaya per kegiatan; dan (3) efektivitas, yakni kualitas pelayanan
pertama kali diintroduksi oleh Denis W. Organ pada 1980an untuk meninjau
perilaku yang mempunyai efek positif pada konteks psikologis, sosial dan
yang melampaui deskripsi jabatan yang tegas dan yang tidak meletakkan
klaim terhadap imbalan jasa kontraktual dari sistem ganjaran formal (Organ
40
et al, 2006). Diskresioner berarti lebih merupakan suatu pilihan pribadi,
(beyond the job), dan tidak diganjar melalui sistem formal (unrewarded by
aktivitas yang mendukung organisasi ini oleh Organ disebut sebagai good
citizens.
41
secara jelas dapat dibedakan dari motif-motifnya. namun demikian menurut
Niehoff (2000) hal yang masih terlupakan dalam literatur OCB adalah suatu
and Judge, 2013). Contoh perilaku menarik diri adalah: terlambat masuk
kerja, tidak mengikuti rapat, tidak hadir kerja, dan pindah kerja. Perilaku
menarik diri dapat terjadi karena sikap terhadap jabatan yang negatif, emosi
dan suasana hati, dan interaksi yang negatif antara karyawan dengan rekan
2. Level Grup
a. Input-Input Grup
1) Struktur Grup
individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling
42
pegawai dan aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap
tentunya struktur organisasi yang baik yang harus memenuhi syarat sehat
dan efisien.
2) Peraturan Kelompok
tertulis dan mengikat seluruh anggota kelompok baik yang bersifat keluar
kelompok.
3) Responsibiltas Tim
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang
43
pemberian pelayanan publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau
1) Komunikasi
2) Kepemimpinan
44
yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta mendorong
politis yang dimaksud Albrecht merupakan iklim politik organisasi yang pada
orang lain untuk mencapai tujuan individu (Greenberg dan Baron, 1997).
tujuan tidak jelas, ukuran prestasi dan kinerja tidak terstandar, proses
yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah
45
mempengaruhi secara negative atau akan segera mempengaruhi secara
sebuah proses di mana dua pihak atau lebih melakukan pertukaran barang
1) Kohesi Kelompok
kohesivitas.
tugas sosial dan individu group. Dimensi yang pertama berkaitan dengan
2) Fungsi Kelompok
46
usaha merealisasi misi perusahaannya, maka kelompok dapat berfungsi
sebagai (Schein, 1980): (a) pelaksanaan tugas yang majemuk dan saling
baru dan jawaban kreatif, (d) pelancar dari pelaksanaan keputusan yang
3. Level Organisasi
a. Input Organisasi
1) Struktur Organisasi
47
struktur organisasi selain menggambarkan kerangka dan susunan
desain yang efektif harus mampu menggunakan tipe dan jumlah sumber
daya yang tepat untuk mencapai tujuan. Implikasinya dari hal tersebut
2) Budaya Organisasi
organisasi sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-
dengan organisasi lain. Budaya organisasi sebagai pola asumsi dasar yang
48
lingkungan ekternal, dan berintegrasi dengan lingkungan internal.
para anggota. Jika suatu organisasi tidak memiliki budaya dominan, nilaai
berkurang karena tidak ada penafsiran yang seragam atas apa yang
menggambarkan perilaku yang tepat dan tidak tepat, namun juga tidak
49
dengan organisasi lain. Ia juga menyatakan bahwa setidaknya terdapat 2
ditetapkan. Untuk itu seluruh komponen atau unsur yang ada didalamnya,
latihan jabatan dan lain sebagainya. Hal ini perlu dilakukan untuk
daya manusia dalam suatu organisasi tidak dapat terlepas dari lingkungan
50
mengakibatkan timbulnya gangguan dalam pencapaian tujuan dalam
suatu organisasi.
kepada stakeholders.
51
akibat pengaruh lingkungan (lingkungan organisasi). Yang dimaksud
banyak. Dalam arti luas, lingkungan dapat dibedakan menjadi dua macam,
1) Produktivitas Organisasi
ditentukan.
dari sistem produksi. Efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana
(output) yang lebih baik, dan efisiensi berorientasi pada masukan (input)
52
Kemampuan organisasi untuk bertahan hidup (survive) sangat
sekolah, atau suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus
53
II.3 Program Gerakan Mamuju Mapaccing
Secara empiric, Kabupaten Mamuju adalah ibu kota Provinsi Sulawesi Barat,
kontribusi dalam segala hal, termasuk pengelolaan sampah yang baik. Sehingga di
saat ini.
Bapak H. Habsi Wahid tujuan dari program Gerakan Mamuju Mapaccing antara lain;
dunia usaha baik melalui program dan kegiatan maupun dengan gerakan
penghargaan.
54
Dalam program Gerakan Mamuju Mapaccing ini dibentuk melalui Peraturan
Bupati Mamuju Nomor 12 Tahun 2016. Adapun definisi dari program Mamuju
sebagai bersih dan mendapat awalan Ma yang berarti sangat bersih. Dan untuk
dalam Peraturan Bupati Nomor Tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup dan
motor fukuda
mengutamakan ibu kota dikarenakan kabupaten tersebut sebagai ibu kota Provinsi
Sulawesi Barat.
yang setiap tahunnya dianggarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kabupaten Mamuju, guna pengadaan dan pemeliharaan segala armada, sarana dan
55
prasarana baik yang ada di DLHK sendiri maupun peralatan lainnya yang ada di
Berikut ini akan diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang bertujuan
untuk mendorong teori yang dibangun maupun untuk menjelaskan hakekat dan
orisinalitas penelitian ini, secara singkat dapat dilihat dalam table berikut ini:
56
kedua hal
tersebut memiliki
implikasi bahwa
suatu kekuatan
relative setiap
pegawai memiliki
kecepatan dan
ketepatan dalam
penyelesaian
tugas-tugas dan
berperan
terhadap
peningkatan
efektifitas kerja.
4. Pebrianto Kapasitas Birokrasi Hasil penelitian Penelitian ini
Rezza (2012) Pemerintah menunjukkan hanya berfokus
Kabupaten bahwa perilaku pada birokrasi dari
Bengkulu Utara organisasi dalam dimensi budaya
Untuk implementasi organisasi.
Menumbuhkan kebijakan
Motivasi Investasi ditemukan
Lokal. berbagai masalah
antara lain
kapasitas
birokrasi belum
memadai dalam
mendukung
peningkatan
motivasi investasi
oleh investor
local, disebabkan
antara lain
birokrat yang
kurang
responsive,
koordinasi
pengendalian dan
pengawasan
terhadap
pelaksanaan
investasi belum
maksimal.
5. Fianda Pengaruh Struktur Hasil Penelitian ini
Gammahendra Organisasi menunjukkan hanya berfokus
(2014) Terhadap dimensi struktur pada struktur dan
Efektifitas organisasi yang desain organisasi.
57
Organisasi. terdiri dari
variabel
formalisasi
sentralisasi
secara Bersama-
sama
berpengaruh
terhadap
efektifitas
organisasi
6 Hasniati (2008) PERILAKU Hasil penelitian ini Penelitian kualitatif
PELAYANAN menunjukkan: (1) ini menggunakan
BIROKRAT setidaknya pendekatan
GARIS-DEPAN terdapat sepuluh fenomenologis
(Studi tentang bentuk perilaku dengan format
Interaksi Birokrat diferensial dari studi kasus yang
Kepolisian dengan hasil interaksi berfokus pada
Warga Masyarakat antara gaya-gaya perilaku BGD
Dalam Pelayanan negosiasi BGD dalam pelayanan
Surat Izin dan WM, (2) Dari publik
Mengemudi di Kota sepuluh bentuk
Makassar). perilaku
diferensial
tersebut,
setidaknya
terdapat 5 (lima)
bentuk perilaku
diferensial yang
cenderung
menguntungkan
BGD. Sedangkan
3 (tiga) perilaku
yang sifatnya
cenderung
menguntungkan
pelaku interaksi
(mutual benefit.
Dan (3) aktor
dominan penentu
perilaku
pelayanan adalah
BGD, sedangkan
WM berada dalam
kondisi resesif
(lemah).
58
II.5 Kerangka Konsep
kompleks, namun studi perilaku birokrasi dapat berfokus pada salah satu dari
model umum perilaku organisasi Robbins and Judge (2013). Berikut adalah
1) Input-input Individual
a. Keberagaman (diversity)
59
fisik, menunjuk pada kapasitas untuk melakukan tugas-tugas yang
b. Kepribadian (personality)
bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan orang lain (Robbins and Judge,
c. Nilai-nilai
diinginkan secara pribadi maupun secara sosial (Robbins and Judge, 2013).
Nilai-nilai individu dapat dianalisis pada dua dimensi: nilai akhir (terminal
pada keadaan akhir yang diinginkan dari suatu eksistensi, atau tujuan yang
menunjuk pada cara berperilaku atau sarana yang lebih diinginkan untuk
2) Proses-proses Individual
60
Emosi, menurut Robbins and Judge (2013), menunjuk pada perasaan
yang amat kuat yang diarahkan pada seseorang atau pada sesuatu. Kita
seseorang, atau takut pada sesuatu. Suasana hati (moods) adalah perasaan
yang cenderung kurang kuat dibandingkan emosi dan yang tidak mempunyai
mempunyai durasi yang sangat singkat (hanya dalam detik atau menit),
mempunyai sifat spesifik dan terbatas (seperti marah, takut, sedih, senang,
galau, kaget), dan biasanya diikuti dengan ekspresi wajah yang berbeda.
Suasana hati (moods) lebih bersifat umum dan tidak jelas, lebih lama durasi
waktunya dibandingkan emosi (bisa jam atau hari), dan umumnya tidak
b. Motivasi
Motivasi adalah berkenaan dengan: (1) arah perilaku, (2) kekuatan perilaku,
c. Persepsi
61
penugasan jabatan, upah, tunjangan, gaya manajemen, dan lainnya.
didasarkan pada persepsinya tentang apa itu realitas, dan bukan pada
d. Pengambilan Keputusan
orang, atau kejadian (Robbins and Judge, 2013). Jadi, sikap selalu
sesuatu obyek tersebut. Pernyataan evaluatif ini dapat berupa menyukai atau
tidak menyukai. Sikap memiliki tiga komponen, yaitu: afektif, kognitif, dan
intensi.
pada suatu kesempatan, tuntutan, dan sumber daya berkenaan dengan apa
outcomes akan menjadi tidak pasti dan penting. Secara singkat, stress
62
adalah proses psikologis yang tidak menyenangkan yang terjadi berkenaan
b. Kinerja Tugas
yang menyediakan suatu kaitan yang sangat kuat antara perilaku dengan
ekonomik.
and Judge, 2013). Contoh perilaku menarik diri adalah: terlambat masuk
kerja, tidak mengikuti rapat, tidak hadir kerja, dan pindah kerja. Perilaku
menarik diri dapat terjadi karena sikap terhadap jabatan yang negatif, emosi
63
dan suasana hati, dan interaksi yang negatif antara karyawan dengan rekan
yang dikemukakan Robbins, maka tujuan program akan tercapai secara efektif.
Robbins secara ideal, maka tujuan program Gerakan Mamuju Mapaccing belum
tercapai.
64
INPUTS PROSES OUTCOMES
Individual Level:
Individual Level: Individual Level:
1. Emosi dan Suasana
1. Keberagaman Hati 1. Kinerja tugas
2. Kepribadian 2. Motivasi 2. Perilaku
3. Nilai yang dianut 3. Persepsi kewargaan
4. Pengambilan
Keputusan.
PELAKSANAAN PROGRAM
65
BAB III
METODE PENELITIAN
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan motode ini penulis mengharapkan
dapat memperoleh data yang akurat dan lengkap berdasarkan fakta yang ada di
Mamuju Mapaccing.
66
III.2 Lokasi Penelitian
Kantor Dinas terkait pelaksanaan Program Mamuju Mapaccing yaitu Kantor Dinas
Kantor Kelurahan Binanga. Alasan pemilihan lokasi ialah karena persoalan jumlah
penduduk yang terpadat di wilayah Kelurahan tersebut dan sampah yang belum
dapat teratasi meski telah adanya pelimpahan kewenangan dalam program ini, juga
Penelitian ini berfokus pada tiga variabel perilaku birokrasi di level individu,
yakni: input, proses dan outcomes yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge
(2012:25).
karakteristik pegawai yang akan dilihat dari perbedaan dalam faktor usia,
pendidikan, kualifikasi akademik, posisi jabatan, lama jam kerja, gaji dan
mana individu bereaksi terhadap dan berinteraksi dengan orang lain melalui
67
terhadap hal-hal yang bersifat kebaruan, khususnya dalam program Gerakan
Mamuju Mapaccing.
3) Nilai-nilai. Nilai yang akan diteliti ialah nilai pada dua dimensi yakni nilai akhir
penulis menempatkan nilai baik pada hasil (nilai terminal) dan alat (nilai
1) Emotion and Moods (Emosi dan Suasana Hati). Penelitian ini akan fokus
kuat ketika senang dengan sesuatu, marah pada seseorang, atau takut pada
Mapaccing.
68
3) Persepsi. Fokusnya ialah proses dimana individu mengorganisir dan
Mapaccing.
membuat pilihan dari antara dua alternatif atau lebih tergantung pada posisi
1) Sikap dan Stres. Fokus penelitian ini ialah bagaimana sikap pegawai pada
Lingkungan Hidup dan Kebersihan, dan lingkup Kelurahan Binanga. Hal ini
69
diobservasi oleh peneliti. Umpamanya pegawai memberikan bantuan kepada
4) Perilaku Menarik Diri (Withdrawal Behavior). Penelitian ini akan fokus pada
hadir kerja, pada saat pelaksanaan program, atau bahkan pindah kerja ke
sub bidang lain. Perilaku menarik diri dapat terjadi karena sikap terhadap
jabatan yang negatif, emosi dan suasana hati, dan interaksi yang negatif
secara ideal, maka tujuan program Gerakan Mamuju Mapaccing belum tercapai.
1. Data Primer
Data primer yakni data yang diperoleh di lapangan seperti informasi yang
langsung ke lokasi penelitian dengan cara observasi dan wawancara dari Dinas
70
2. Data Sekunder
dengan penelitian ini yang diperoleh dengan cara penelusuran arsip dan
berbagai perpustakaan.
1. Observasi
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, misalnya bagaimana proses
oleh pemerintah di Kabupaten Mamuju dan Kelurahan Binanga atau sejauh mana
2. Wawancara
wawancara ini ditempuh dua cara, yaitu: wawancara mendalam dan wawancara
seperti Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Mamuju, Lurah
Kelurahan Binanga selaku top level dalam program Gerakan Mamuju Mapaccing.
Selain itu, peneliti juga akan melakukan wawancara pada middle level yakni para
kepala sub bidang pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta keala seksi
71
yang membidangi program tersebut Setelah itu, peneliti akan mewawancarai para
street level birokrasi dalam hal ini operator fukuda petugas kebersihan yang terjun
3. Dokumentasi
dibutuhkan, baik data-data tertulis, maupun gambar dan suara. Dokumentasi ini
tertulis dalam hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
selaku top level dan Lurah Kelurahan Binanga dalam program Gerakan
72
bidang dan sub bidang dan para operator fukuda dalam pelaksanaan
program ini.
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
pengumpulan data. Dalam rencana penelitian ini, yang akan menjadi instrumen
adalah peneliti sendiri karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Setelah
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
73
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan
tidak diperolehnnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi
reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan
langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian. Pada langkah
pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan dengan
Penyajian data yang telah diperoleh dari lapangan terkait dengan seluruh
permasalahan penelitian dipilih antara mana yang dibutuhkan dengan yang tidak,
tersebut, maka diharapkan dapat memberikan kejelasan mana data yang subtantif
kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara dan akan berubah bila di temukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada
74
tahap pengumpulan data berikutnya. Upaya penarikan kesimpulan yang dilakukan
kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung dengan cara memikir ulang dan
75
BAB IV
dan 110 54’ 47’’ –130 5’ 35’’ BT atau berada di bagian selatan dari garis ekuator
Majene, Mamasa, dan Provinsi Sulawesi Selatan; Barat - Selat Makassar; Timur -
Balakang. Kepulauan Bala Balakang adalah gugusan pulau di Selat Makassar yang
wilayahnya adalah Kecamatan Kalumpang dengan luas 1.792,55 km2 atau 36,18
persen dari luas wilayah Kabupaten Mamuju. Sementara kecamatan dengan luas
wilayah terkecil adalah Kecamatan Kepulauan Bala Balakang dengan luas 1,47 km2
adalah Kecamatan Kepulauan Bala Balakang yaitu 188,62 km. Jarak kecamatan lain
76
Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamuju, 2017
77
Secara administrasi, sejak tahun 2003 telah terjadi pemekaran dua
kabupaten dari Kabupaten Mamuju seiring dengan tuntutan otonomi daerah, yaitu: -
dan Catatan Sipil; Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa; Dinas Pengendalian
Perindustrian; Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; Kantor
Perpustakaan dan Kearsipan; Dinas Kelautan dan Perikanan; Dinas Pariwisata dan
78
Wilayah Administrasi
79
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jenis Kelamin dan Jabatan di Kabupaten
Mamuju, 2017
80
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Dinas/Instansi Pemerintah dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Mamuju, 2017
81
82
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju, 2017
83
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan Kepangkatan dan Jenis
Kelamin di Kabupaten Mamuju, 2017
84
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Jabatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten
Mamuju, 2017
85
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Mamuju, 2017
86
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Masa Kerja dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Mamuju, 2017
87
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
pegawai. Berikut Variabel input perilaku birokrasi pada level individual yang dicakup
dalam model penelitian ini mencakup ini adalah hasil-hasil empiris dari parameter-
parameter tersebut serta analisis penulis yang dikaitkan dengan hasil-hasil studi
literatur.
V.1.1.1. Keragaman
perbedaan dalam jenis kelamin, etnis, usia, dan kesempurnaan fisik (jasmani). Hasil-
hasil empiris menunjukkan bahwa pegawai Kantor Dinas Lingkungan Hiidup dan
dalam hal etnis dan usia, tetapi relatif homogen dalam jenis kelamin dan
Hidup dan Kebersihan Kabupaten Mamuju dari 50 orang pegawai yang ada,
sebanyak 40% adalah laki-laki, dan 60% perempuan. Begitu pula di Kantor
Kelurahan Binanga dari 59 orang pegawai 40% adalah laki-laki, dan 60% berjenis
kelamin perempuan, itupun sudah termasuk tenaga kontrak laki-laki dan perempuan.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada pegawai laki-laki dan perempuan, tetapi
88
jumlah pegawai perempuan dominan. Dengan kata lain, keragaman pegawai PNS
menurut jenis kelamin di kedua organisasi tersebut relatif rendah. Keadaan ini terkait
semata-mata dengan hasil seleksi pegawai yang ketat menurut prosedur seleksi
“Tidak ada penentuan untuk jenis kelamin tertentu dalam proses penerimaan
calon pegawai di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Dalam
spesifikasi jabatan dan analisis jabatan, tidak ada jabatan di Kantor Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan yang mensyaratkan calon laki-laki ataupun
sebaliknya calon perempuan.” (wawancara dengan HD, tanggal 02 Mei 2019).
“OPD manapun di Mamuju ini tidak ada yang bisa menentukan jenis kelamin
tertentu dalam proses perekrutan pegawai negeri sipil, mau laki-laki atau
perempuan karena itu sudah kebijakan dari pemerintah pusat. Apalagi Pegawai
yang ada di Kelurahan Binanga ini yaa saya sebagai Lurah terima-terima saja
siapa yang di rolling lagi kesini” (wawancara dengan IR, tanggal 09 Mei 2019)
Proporsi pegawai perempuan yang relatif besar dalam struktur jabatan level
bawah di Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta Kelurahan Binanga
menduduki jabatan struktural di sisi lain, namun selama ini tidak ada kritik atau
“Sudah seperti itu prosedur yang ditetapkan Saya sendiri bersyukur bahwa di
antara sekian banyak perempuan yang mengikuti seleksi masuk calon pegawai
di Kabupaten Mamuju pada saat itu saya bisa lolos. Perempuan lainnya kalau
mau meningkatkan keahlian dan keterampilannya bisa saja masuk menjadi calon
pegawai di sini.” (wawancara dengan SHR, tanggal 09 Mei 2019)
Dari hasil pengamatan penulis bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu
89
yang berjenis kelamin laki-laki maupun yang berjenis kelamin perempuan. Informan
penelitian mengatakan:
“Yah saya rasa tidak ada perbedaan yang mencolok kalau kita dilayani disini
baik yang melayani itu laki-laki atau perempuan. Saya rasa sama saja, apalagi
tidak semua pegawai perempuan yang bertugas yang mengetahui tentang
pengelolaan sampah.” (wawancara dengan MKD, tanggal 10 Mei 2019)
memiliki etika dan moral tinggi serta tanggung jawab, hebat dalam melaksanakan
lebih tertutup, sungkan berterus terang dan agak pemalu dalam memberikan
Lingkungan Hidup dan Kebersihan serta Kantor Kelurahan Binanga dari segi etnis
relatif tinggi. Pegawai yang ada di dua organisasi tersebut mencakup warganegara
Indonesia yang berasal dari berbagai etnis di Sulawesi Barat maupun dari luar
Sulawesi Barat. Penulis tidak memperoleh informasi perihal asal etnis pegawai
90
Keragaman etnis pegawai Kantor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
mulai dari pimpinan tertinggi sampai pimpinan level bawah adalah warganegara
Indonesia yang berasal dari beragam etnis baik dari Sulawesi Barat itu sendiri
jabatan, bukan suatu rekayasa teknis administratif dalam rekrutmen pegawai tetapi
suatu hasil seleksi yang ketat. Prosedur penerimaan pegawai di Kantor Dinas
etnis. Selanjutnya, pencapaian pangkat dan golongan yang menjadi syarat obyektif
pemangkuan jabatan juga terkait erat dengan hasil-hasil rekrutmen calon pegawai
“Tidak ada batasan etnis dalam penerimaan calon pegawai di Kantor DLHK
Kabupaten Mamuju. Baik dalam spesifikasi jabatan maupun analisis jabatan
Kantor DLHK Kabupaten Mamuju, tidak ada jabatan yang mensyaratkan etnis.
Warganegara yang memenuhi persyaratan dari seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dapat mendaftarkan diri dan mengikuti seleksi.
Demikian juga dengan usulan kenaikan pangkat pegawai, tidak memandang asal
etnis, semua yang memenuhi persyaratan diusulkan kepada institusi yang
berwenang oleh Sub Bagian Kepegawaian.” (wawancara dengan HD, tanggal 02
Mei 2019).
91
Tingginya keragaman etnis Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor
sebagai berikut:
“Pegawai di kantor ini berasal dari beragam etnis tetapi tidak ada kendala
dengan kondisi itu, tidak menjadi alasan untuk tidak membina hubungan kerja
yang baik dengan rekan kerja. Seperti saya ini orang Makassar tetapi bisa
menjadi Kepala Dinas di Mamuju, itu menandakan bahwa saya bisa kerja sama
dengan etnis-etnis yang lain” (wawancara dengan HD, tanggal 02 Mei 2019).
Kantor Kelurahan Binanga etnis Mamuju dalam hal ini Suku Mandar, budaya kerja
etnis ini sangat positif berkaitan dengan budaya kerja keadilan dan keterbukaan
kreatif, egaliter, dan terbuka menerima kritikan. Sikap kreatifitas dan terbuka
transparansi. Pada Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga
yang berkaitan dengan pelaksanaan program dimana pegawai pada Kantor DLHK
Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga adalah mayoritas berasal etnis
mengenai pelaksanaan program yang diinisiasi oleh Kepala Kantor yang berasal dari
jasa pelaksanaan program. Dalam hal kedisiplinan pegawai yang berasal dari Etnis
Mandar/Mamuju, cenderung kurang disiplin. Hal ini tercermin dari jam datang
Dan juga masih terdapat pegawai yang tingkat kehadirannya masih rendah.
92
Berkaitan dengan terbuka menerima kritikan ini terlihat para pejabat dan
pegawai staf pada objek penelitian maka pegawai etnis Sulawesi Barat yakni Suku
Mandar dan Suku Mandar/Mamuju pada umumnya mampu berekspresi dan terbuka
budaya kerja keadilan karena budaya kerja ini mampu memperlakukan berbagai
kecendrungan budaya kerja negatif yaitu menunda pekerjaan dan mudah bosan, ini
madani dan demokrasi. Dalam pelaksanaan program ada kesan pegawai etnis
Mamuju yakni Suku Mandar/Mamuju kurang cepat merespon atau cenderung sedikit
selesai, mereka cenderung mudah bosan karena menginginkan ada variasi dalam
kegiatan pekerjaan.
Dalam konteks pegawai etnis Jawa, bentuk budaya kerja yang berhubungan
budaya kerja keadilan dan keterbukaan yang bernuansa positif adalah loyal dan
patuh, teliti dan sopan. Sehingga dalam pelaksanaan program merasa cenderung
terlihat lebih sopan daripada etnis Mandar/Mamuju dan etnis Bugis/Makassar dan
Toraja termasuk dalam konteks hubungan atasan – bawahan ataupun dengan rekan
93
sesuatu pekerjaan dikerjakan diupayakan dalam keadaan sempurna. Namun dalam
kerja keadilan dan keterbukaan, sebab sikap manajemen terutup dan kurang kritis
budaya kerja keadilan, karena budaya kerja ini cenderung mengikuti dan menunggu
arahan pimpinan atau atasan dalam mengerjakan sesuatu. Untuk tingkat disiplin
pegawai yang beretnis jawa merupakan pegawai yang tingkat disiplinnya paling
tinggi. Hal ini tercermin dari pegawai yang berasal dari suku jawa cenderung tepat
tapi cendrung emosional, budaya kerja ini dapat mendukung budaya kerja keadilan
Keadaan menyebabkan adanya anggapan dari etnis – etnis lainnya bahwa pegawai
etnis Bugis/Makassar terkesan keras dan tegas. Disamping mempunyai rasa ikatan
Bart (1988) orang yang cenderung bersikap primodial adalah budaya kerja yang
dapat membuat individu atau kelompok memiliki sikap etnosentrisme, yaitu suatu
sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain.
Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal
94
ini terjadi karena nilai-nilaiyang telah tersosialisasi sejak kecil sudah menjadi nilai
yang mendarah daging (internalized value) dan sangatlah susah untuk mengubah
dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan bagi dirinya. Oleh
sebab itu, perlu membentuk suatu model perpaduan budaya etnis yang positif
dengan budaya kerja yang ditetapkan Pemerintah, serta budaya kerja berdasarkan
ajaran agama guna membangun masyarakat madani yang demokratis. Sebab suatu
budaya kerja tanpa adanya mengadopsi nilai-nilai yang terdapat dalam ajaran
agama dapat menyebabkan budaya kerja yang diformulasikan menjadi “kering” atau
daerah sangat penting. Disamping itu penting perpaduan budaya kerja ini karena
Untuk tingkat disiplin pegawai yang berasal dari Suku Bugis/Makassar tingkat
disiplinya berada pada tingkat sedang-sedang. Hal ini tercermin walapun pegawai
yang berasal dari Suku Bugis/Makassar tepat waktu ketika datang ke kantor, akan
menonjol. Kesempurnaan fisik dimaksud adalah tidak adanya cacat anggota badan
yang bersifat menonjol, seperti tuna wicara, tuna netra, tuna rungu dan sebagainya.
95
Hasil pengamatan penulis, tidak ada pegawai di kantor tersebut yang
penelitian:
“Tidak ada pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju yang menyandang cacat
fisik seperti buta, bisu, tuli, ataupun yang cacat karena kehilangan anggota
badan seperti tangan dan kaki. Semua pegawai di sini normal dari segi
kesempurnaan fisik. Gagah-gagah dan cantik-cantik ji tawwa” (wawancara
dengan HD, tanggal 02 Mei 2019).
dan kesempurnaan fisik (jasmani) yang diuraikan di atas diidentifikasi oleh Robbins
and Judge (2013) sebagai keragaman pada level yang tampak di permukaan
pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga relatif
rendah, hanya dalam aspek-aspek etnis dan usia saja yang cukup menonjol,
homogen. Literatur teoritis dan empiris (Robbins and Judge, 2013; Bashir et al.,
2011; Amangala, 2013; dan Mahnaz et al., 2014) masih inkonsisten dalam hal efek
Nilai dalam model penelitian ini menunjuk kepada nilai akhir (terminal
values), dan nilai instrumental (instrumental values), yang diinginkan secara sosial
oleh pegawai dan Petugas kebersihan. Nilai akhir adalah tujuan yang ingin
keluarga. Nilai instrumental adalah cara berperilaku atau sarana yang lebih
96
diinginkan oleh pegawai untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh: jujur, patuh,
bertanggung jawab, dan independen. Kedua nilai tersebut saling terkait: sebagai
contoh, untuk merealisasikan respek diri diperlukan kejujuran dan tanggung jawab.
Perihal nilai akhir (terminal values) yang dianut oleh pegawai Kantor DLHK
ada perbedaan menurut level jabatan pegawai. Pegawai level bawah, yang belum
yang utama atau yang menempati hirarki atas dalam system nilai yang dianut
pegawai level bawah. Pekerjaan di sektor non pemerintah (non pegawai), meskipun
ada yang menyediakan insentif yang lebih besar dibandingkan dengan di jabatan
mengatakan:
“Kita pegawai negeri ini masih bisa tetap terima gaji walaupun sakit seminggu
dua minggu, bahkan bulanan, jaminan kesejahteraan kita tetap aman, tapi kalau
di swasta kita dapat imbalan selagi kita produktif dan itu menunjukkan kita
berbeda”. (wawancara dengan FHR, tanggal 08 Mei 2019).
Pengutamaan nilai kesejahteraan bagi pegawai level bawah dapat dipahami
dari aspek hirarki motivasi. Kita ketahui bahwa kebutuhan-kebutuhan level bawah
97
atas. Kesejahteraan ekonomi diutamakan oleh banyak pegawai level bawah karena
mengatakan:
pengakuan sosial di tempat kerja di atas nilai kesejahteraan ekonomik. Hal ini
sisi lain, pegawai negeri yang menduduki jabatan struktural saat ini masih
98
ada perbaikan dalam system pengakuan sosial terhadap pegawai yang
berkinerja tinggi”. (wawancara dengan AMR, tanggal 03 Mei 2019)
pegawai di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga secara
memperoleh rasa hormat dan simpati dari sesama pegawai. Informan penelitian
mengatakan:
“Kita semua memerlukan kehormatan diri di mana rekan kerja dan orang lain
bukan sekedar tertarik dan kagum karena hal-hal yang dilihat secara sekilas
saja, tapi karena mengetahui pribadi dan melihat perbuatan sehari-hari serta
kemampuan di tempat kerja maupun di lingkungan yang lebih luas. (wawancara
HRM, petugas operator fukuda, tanggal 15 Mei 2019).
Seperti halnya nilai akhir (terminal values) tersebut di atas, nilai instrumental
(instrumental values) yang dianut oleh pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju
dan Kantor Kelurahan Binanga juga ada perbedaan menurut level jabatan. Pegawai
“Pegawai negeri yang ada di Kabupaten Mamuju dimanapun OPDnya perlu lebih
menunjukkan tingkat tanggung jawab yang tinggi, melaksanakan kepercayaan
yang diberikan secara jujur, dan independen atau tidak berpihak pada pribadi
atasan yang menyimpang dari peraturan organisasi.” (wawancara dengan IR,
tanggal 09 Mei 2019).
independensi adalah karena ketiganya merupakan kunci utama bagi respek diri.
“Kalau kita bisa bekerja dengan penuh tanggung jawab dan jujur, maka kita pasti
akan mendapatkan penilaian yang baik dari atasan, selanjutnya dapat
diprioritaskan dalam promosi jabatan, dan setelah menduduki jabatan kita bisa
lebih sejahtera.” (wawancara dengan HD, tanggal 02 Mei 2019)
99
Berbeda dengan pegawai level bawahan, nilai instrumental yang diutamakan
mengatakan bahwa
“Persaingan saat ini ketat, kalau kita tidak mempunyai kapabilitas perencanaan
dan implementasi program, memiliki ambisi untuk lebih maju dengan cara-cara
yang spektakuler, dan keberanian untuk membuat terobosan-terobosan dalam
pelaksanaan program, sangat sulit bagi kita untuk memenangkan persaingan.”
(wawancara FHR, tanggal 08 Mei 2019).
secara kuat dianut oleh pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor
perlakuan, pengakuan sosial di tempat kerja, dan respek diri. Nilai-nilai instrumental
(instrumental values) yang secara kuat dianut oleh pegawai Kantor DLHK
keberanian. Namun, intensitas atau hirarki dari nilai-nilai tersebut berbeda antara
100
atasan mengutamakan pengakuan sosial di tempat kerja, kesejahteraan ekonomik
keberanian. Untuk lebih jelasnya perbedaan dimaksud dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel.V.1
Hirarki nilai utama yang dianut pegawai di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju
Nilai Nilai
Nilai Akhir Nilai Akhir
Instrumental Instrumental
Kesejahteraan
ekonomi Tanggung jawab Pengakuan Sosial
Kapabilitas
Kesetaraan Kejujuran Kesejahteraan ekonomi Ambisi
perlakuan Independensi Resek diri. Keberanian
Respek diri
Sumber data: Diringkas dari hasil wawancara dengan beberapa informan.
values) yang secara kuat dianut oleh pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan
Kantor Kelurahan Binanga mencakup nilai-nilai umum yang dianut juga oleh
demikian juga dengan adanya perbedaan hirarki atau intensitas nilai yang dianut,
telah dibahas dalam model perilaku organisasi dari Robbins and Judge (2013). Nilai-
101
telah dibahas juga dalam model organisasi organik dari Tom Burns and G. M.
dan perubahan-perubahan lingkungan yang pesat. Hal ini berarti pula bahwa nilai-
nilai yang rasional telah dimiliki juga oleh pegawai di Kantor DLHK Kabupaten
dilapangan ada suatu sikap pragmatis terhadap nilai instrumental yang tidak selaras
dengan nilai-nilai umum tersebut di atas. Sikap pragmatis yang dimaksudkan adalah
berikut:
“Saya kira tidak terlalu menjadi masalah jika petugas menerima sesuatu
pemberian atau hadiah berkenaan dengan pelaksanaan tugasnya. Yang penting
tidak dengan sengaja meminta atau menentukan tarif tertentu yang tidak resmi.
Kalau kita sudah memberikan pelayanan dan klien merasa senang sehingga
ikhlas memberikan sesuatu ya itu kan waja-rwajar saja. Memang dalam
peraturan itu merupakan larangan”. (wawancara dengan HRM, tanggal 15 Mei
2019)
pelanggan adalah hal yang salah secara normatif. Sangat melarang petugas
ataupun pegawai untuk menerima sesuatu pemberian atau hadiah yang patut atau
dapat diduga ada kaitanya dengan pekerjaan ataupun jabatannya. Sikap pandangan
102
sebagian petugas dan pegawai bahwa menerima pemberian dari pelanggan yang
ikhlas bukan hal yang salah di lokasi penelitian ini menunjukkan adanya nilai
V.1.1.3. Kepribadian
diperlukan untuk dapat berkinerja secara sukses. Dalam penelitian ini, penulis
pendidikan formal dan kemampuan aktual. Kedua parameter ini penting untuk
berkembang selalu terdapat kesenjangan yang lebar antara yang formal dengan
pendidikan merupakan kunci bagi pengembangan ilmu dan teknologi serta vitalitas
budaya (Chimombo, 2005) maka dengan dominannya pegawai dan petugas yang
metode ilmiah dan tenologi baru serta introduksi nilai-nilai budaya kerja yang
dianggap vital bagi kinerja pegawai yang cemerlang. Selanjutnya, dengan kondisi di
atas maka kinerja organisasi atau kinerja birokrat secara umum dalam pelaksanaan
Haryono (2004) bahwa kinerja perorangan yang baik merupakan basis dari kinerja
103
organisasi yang baik. Kinerja organisasi tidak pernah akan terwujud, tergambarkan
atau terealisir tanpa melihat terselenggaranya kinerja tingkah laku baik seseorang
dan sarjana di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga
“Ada pegawai berpendidikan S1 dengan masa kerja sekian tahun namun tidak
mampu melaksanakan program gerakan Mamuju Mapaccing secara benar.
Meskipun sebelumnya saya sudah berikan contoh, dan sudah diberikan koreksi
untuk kegiatan tertentu, tetapi ketika melaksanakan konsep kegiatan dengan
perihal berbeda, tetap saja kelihatan bahwa kemampuannya rendah, jadi saya
artikan bahwa kemampuan penalarannya rendah.” (wawancara dengan HD,
tanggal 02 Mei 2019)
Kemampuan penalaran yang rendah dari pegawai tergambar juga dalam
bawah (Staf) dan level menengah (Kepala Seksi) yang tidak mampu melaksanakan
berikut:
“Kadang dilapangan itu ada pegawai dan petugas yang keliru memberikan
informasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik dan
benar”. (wawancara tanggal FHR 08 Mei 2019).
104
kemampuan pemecahan masalah yang diharapkan. Informan penelitian mengatakan
bahwa:
oleh Bupati Mamuju. Di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan
sangat kurangnya sarana dan prasarana, seperti armada dan sumber daya manusia
yang kurangnya kemampuan dalam pemecahan masalah yang dimiliki oleh pegawai
berikut:
105
keilmuan yang dimiliki dengan sifat permasalahan yang ada di lapangan. Informan
“Petugas yang ada sekarang yang berpendidikan paling tinggi itu sma.
Sementara para pejabat yang membidangi pengelolaan sampah sebagian besar
sarjana ekonomi dan sarjana pendidikan. Jadi ketika penyelesaian masalah
seperti kesalahpahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah mereka
masih kurang dibidang keilmuannya masih dibawah standarlah. Sekarang,
dengan sosialisai dan mediasi, yang diperlukan adalah keterampilan menjalin
hubungan kemanusiaan atau keterampilan antar pribadi”. (wawancara HD
tanggal 02 Mei 2019).
saat ini belum membuahkan hasil yang lebih nyata dikarenakan formasi pegawai
yang sudah ditentukan dari Badan Kepegawaian Daerah itu sendiri. Informan
masalah dan pengelolaan sampah, dihadapkan juga pada kendala teknis anggaran
sebagai berikut:
106
Sebagaimana kita ketahui bahwa yang terkait dalam suatu organisasi
pemerintah atau pun di instansi lainnya setiap orang mempunyai tugas dan fungsi
serta mempunyai akal dan perasaan serta motivasi. ketika merasa senang bekerja
dengan penuh semangat dan bergairah, dapat dipastikan bahwa tujuan organisasi
Sebab kebaikan dari pada kinerja seorang karyawan salah satunya dapat
terlihat dari riwayat pekerjaannya, yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalaman,
namun hal tersebut tidak selalu menjamin kinerja yang lebih baik. Tentu semakin
lama tingkat kompetensi semakin tinggi persaingan dan semakin ketat. Maka
pengalaman seorang pegawai dalam dunia kerja, maka akan bertambah pula
seseorang atau semakin lamanya waktu organisasi tersebut untuk masa bekerja
akan dapat meningkatkan kerja sama atau dengan kata lain akan mempengaruhi
Tentu saja pengalaman memang penting, namun akan lebih optimal jika
merupakan faktor yang penting, namun tingkat pendidikan juga sangat dibutuhkan.
107
Dalam pendidikan akan terdapat proses yang terus menerus berjalan dan
bukan sesaat saja, namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk
pencapaian tujuan organisasi. Kinerja pegawai yang baik tentu bisa dijadikan salah
satu faktor dasar atau tolak ukur keberhasilan suatu organisasi, dalam hal ini kinerja
pegawai mengambil peran yang sangat penting dalam upaya untuk melaksanakan
aparatur publik, hal ini dikarenakan seorang pegawai adalah faktor penentu dalam
sasaran dan tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi, sehingga perubahan
mencapai tujuan serta menyelesaikan pekerjaan yang telah dilimpahkan pada setiap
pegawai tersebut. Sehingga hal ini bisa meningkatkan kemampuan mereka dalam
bekerja serta pegawai dapat bekerja lebih efektif. Program pendidikan dan pelatihan
mencapai sasaran kerja (Handoko2007:103). Salah satu hal yang digunakan untuk
108
kemampuan intelektual di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan
Binanga terjadi selain karena sedikitnya pegawai yang berpendidikan tinggi, juga
antar pribadi yang ditawarkan oleh jurusan-jurusan dalam rumpun ilmu sosial.
Variabel proses perilaku birokrasi pada level individual yang dicakup dalam
model penelitian ini mencakup emosi, motivasi dan pengambilan keputusan. Berikut
Emosi dalam model penelitian ini menunjuk pada perasaan yang amat kuat
dan biasanya diikuti dengan ekspresi wajah yang berbeda yang diarahkan pada
kepada seseorang, atau takut kepada sesuatu. Emosi diperlukan pada tingkat yang
stabil dan terkendali agar dapat menumbuhkan pemikiran rasional serta kinerja yang
tinggi bagi pegawai. Hasil-hasil empiris menunjukkan bahwa pegawai Kantor DLHK
yang baik yang dapat mendorong pemikiran rasional serta kinerja yang tinggi
Perihal emosi yang berwujud perasaan marah yang kuat oleh pegawai
kepada seseorang, baik kepada sesama pegawai maupun kepada pihak lain, tidak
109
ditemukan di lokasi penelitian ini, setidaknya untuk periode waktu yang dapat diingat
oleh informan penelitian. Tidak pernah terjadi kemarahan yang kuat yang mengarah
berikut:
“Sudah sekitar beberapa tahun saya jadi pegawai di sini seingat saya belum
pernah terjadi ada kemarahan yang kuat. Belum pernah ada pimpinan yang
marah besar kepada bawahan atau sebaliknya, belum pernah juga ada pegawai
yang marah besar kepada pihak luar yang menyangkut program Mamuju
Mapaccing.” (wawancara dengan AMR, tanggal 03 Mei 2019).
Kelurahan Binanga hanya dalam kadar atau intensitas yang rendah atau bisa
disebut perasaan kesal. Misalnya: pimpinan kesal pada bawahan yang lambat
“Emosi dalam intensitas yang rendah biasa juga terjadi di kantor ini. Selaku
pimpinan terkadang saya kesal juga kepada bawahan, misalnya sudah
memberikan arahan dan batasan waktu tapi tidak diikuti dengan tertib dan tepat
waktu. Perasaan kesal itu hal yang lumrah karena dapat memberikan peluang
bagi pembinaan bagi pegawai.” (wawancara dengan IR, tanggal 09 Mei 2019).
Kemarahan dalam intensitas yang rendah atau perasaan kesal terjadi juga
karena atasan kesal pada pegawai yang lamban dalam memberikan pelayanan dan
110
dan akibatnya harus datang berulang-ulang ke Kantor Kelurahan untuk
disebutkan di atas hanya berlangsung dalam durasi yang singkat karena dapat
diselesaikan baik oleh pihak-pihak yang terlibat ataupun oleh rekan kerja lainnya.
kepada seseorang atau sesuatu, tidak ditemukan di lokasi penelitian ini. Perasaan
senang seringkali dialami oleh pegawai, bahkan mungkin oleh seluruh pegawai dan
petugas yang ada dilapangan, demikian juga oleh pihak lain yang meminta
111
Perasaan senang yang dialami oleh pegawai karena mendapat insentif yang
harapan pimpinan, juga diungkapkan dalam bentuk tindakan yang wajar berupa
harapan berkat bantuan pihak lain, biasanya diungkapkan dalam bentuk ucapan
Perihal emosi pegawai atau petugas yang berwujud perasaan takut yang
berlebihan kepada seseorang atau sesuatu, tidak ditemukan di lokasi penelitian ini.
Perasaan takut seringkali juga dialami oleh pegawai dan petugas namun hanya
“Biasa juga timbul perasaan takut ketika akan berangkat melaksanakan tugas-
tugas lapangan, seperti saat akan melakukan pengangkutan sampah yang
sudah seharusnya diangkut namun terkendala berbagai macam hal, atau
sementara melakukan pengangkutan sampah di lapangan, namun masih dalam
keadaan yang wajar. Tidak sampai membatalkan pelaksanaan tugas atau
melakukan penggantian personil. Alhamdulillah dengan dukungan rekan kerja
dan sikap pasrah kepada Tuhan semuanya bisa dijalani dengan lancar-lancar
saja” (wawancara dengan HRM, tanggal 15 Mei 2019).
112
Sumber rasa takut bisa juga datang dari perilaku pihak lain yang terkait
“Pernah terjadi saat ada masyarakat yang komplain mengenai sampah yang
terlambat diangkut oleh anggota dengan warga masyarakat. Sempat
mengancam petugas agar jangan seperti ini pelayanannya. Tapi dengan
kesabaran dan memberikan pemahaman kepada pihak tersebut maka
kemarahannya reda juga.” (wawancara dengan FHR, tanggal 08 Mei 2019).
dalam bentuk perasaan senang, marah, dan takut, terjadi dalam intensitas yang
wajar. Faktor-faktor yang memicu emosi dapat bersumber dari kondisi internal,
alokasi sumber daya, dan lainnya, maupun dari sumber eksternal, seperti
kemarahan pihak yang dilayani ataupun pihak terkait lainnya. Ungkapan emosi
menyatakan terima kasih, dan menyatakan rasa syukur kepada Tuhan. Emosi pada
tingkat yang wajar tersebut secara teoritis dapat menumbuhkan pemikiran rasional
dari dalam diri seseorang maupun dari aktivitas manajemen sumberdaya manusia.
Motivasi yang bersumber dari dalam diri pegawai dapat berupa kebutuhan dan
113
harapan, sedangkan motivasi yang bersumber dari aktivitas manajemen dapat
berupa hubungan antara upaya, kinerja, ganjaran, dan tujuan pribadi pegawai
menunjukkan bahwa ada perbedaan menurut level jabatan pegawai di Kantor DLHK
keamanan, hasil temuan di lokasi penelitian ini lebih dominan memotivasi pegawai
level bawah. Secara umum pegawai level bawah lebih berorientasi pada aktivitas
penghasilan dalam waktu yang singkat karena pendapatan dari gaji bulanan yang
“Pendapatan tetap dari gaji bulanan saat ini belum mencukupi, tapi saya tetap
bersyukur. Saya selaku operator Fukuda masih membutuhkan tambahan
penghasilan sekitar 20 persen sampai 25 persen dari gaji agar dapat memenuhi
kesejahteraan rumah tangga secara minimal.” (wawancara dengan HRM,
tanggal 15 Mei 2019).
114
Minimnya jaminan kesejahteraan dari gaji kita lihat dari kebutuhan untuk
hidup layak antara lain sandang, pangan dan papan belum cukup untuk biaya hidup
pegawai negeri sipil jika tanpa jabatan dan kalau ditambah lagi dengan transportasi
anak-anak dan transportasi bekerja tambah dengan uang sekolah dan keperluan
pendanaan sekolah sampai tingkat SLTA kalau sudah kuliah kebutuhan makin
banyak dan mungkin tidak dapat dipenuhi. Jika mengharapkan gaji semata maka
anak-anak pegawai negeri sipil hanya cukup sekolah sampai program yang
diberikan pemerintah yaitu wajib belajar 9 (sembilan) tahun. Kalau ditinjau dari
pendapatan pegawai negeri sipil ini memang tidaklah cukup untuk membiayai anak
juga oleh pegawai yang menduduki jabatan struktural level bawah (Kepala Sub
Bidang dan Kepala Sub Seksi). Namun, persentase tambahan pendapatan yang
diharapkan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pegawai staf tersebut di atas.
Baik pegawai maupun petugas tidak pernah meminta biaya tambahan atau
tidak membebankan biaya kepada pihak yang dilayani, diluar biaya yang sudah
115
“Kami tidak membebani mereka, tidak meminta biaya tambahan, tetapi ketika
kami bergerak cepat melakukan pengangkutan dan mempersingkat waktu
pengangkutan sampah, mereka memberikan tanda terima kasih alakadarnya.
Ada juga yang tidak memberikan tanda terima kasih, tetapi kebanyakan begitu.”
(wawancara dengan HRM, tanggal 15 Mei 2019).
kebutuhan yang diuraikan oleh Abraham Maslow walaupun mereka juga tidak
mengatakan bahwa:
116
Alasan-alasan lainnya yang diungkapkan oleh pegawai berkenaan dengan
“Kesempatan untuk aktualisasi diri bagi pegawai level menengah masih terbatas.
Tim kerja untuk penanganan tugas-tugas khusus masih sangat hirarkis di mana
susunan tim masih berbasis level jabatan. Kita inginkan agar pimpinan tingkat
atas lebih terbuka dan lebih demokratis lagi, memberikan kesempatan kepada
yang di level tengah, sedangkan yang di level atas tinggal mengarahkan dan
mengendalikan pelaksanaan tugas.” (wawancara dengan AMR, tanggal 03 Mei
2019).
yang disebutkan di atas dalam tinjauan teori motivasi McClelland tercakup dalam
kebutuhan akan prestasi, need for achievement atau disingkat nAch. Di samping itu,
menengah ini untuk mengendalikan dan menguasai bawahan atau yang disebut
kebutuhan akan kekuasaan, need for power disebut juga nPow. Informan penelitian
belum seluruhnya mencapai tingkat yang kuat. Sebagian petugas yang termotivasi
petugas atau pegawai yang tidak mempunyai peluang untuk memperoleh “tanda
117
terima kasih” dimaksud, dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari masih terlihat
santai. Petugas atau pegawai yang penulis maksud memang datang dan pulang
“Untuk apa juga kami berusaha maksimal, selama ini tidak ada juga imbalan
finansial maupun imbalan-imbalan jabatan lainnya seperti promosi dan mutasi ke
tempat yang lebih baik. Saya sudah beberapa tahun dalam jabatan ini, tidak
pindah ke mana-mana, sesuai dengan tanggungjawab saya dalam
melaksanakan tugas.” (wawancara dengan AMR, tanggal 03 Mei 2019).
bahwa kekuatan dari suatu motivasi untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung
pada kekuatan dari pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran
tertentu. Dalam contoh di atas, pegawai atau petugas kurang termotivasi untuk
menjalankan tingkat upaya yang tinggi karena ia meyakini bahwa upayanya akan
118
Berdasarkan uraian tersebut di atas, motivasi dari perilaku pegawai dalam
kebutuhan yang memotivasi pegawai pada level bawah dan level menengah ke atas.
Di level bawah, kebutuhan yang dominan memotivasi adalah kebutuhan level yang
sebagaimana dibahas dalam literatur New Public Services (Denhardt & Denhardt,
2006).
Pegawai publik dalam model NPS diasumsikan dimotivasi oleh niat yang kuat
untuk melayani publik. Gagasan tentang hal ini diuraikan lebih rinci dalam konsep
Motivasi Pelayanan Publik (PSM) dari Perry & Hondeghem (2008). Menurut model
PSM ini, karyawan di sektor publik mempunyai keinginan yang kuat untuk bekerja
119
lain dan ikut serta merealisasikan kesejahteraan masyarakat (Perry & Hondeghem,
2008). Perilaku karyawan sektor publik didorong oleh motivasi intrinsik yang kuat
yang berbeda dengan yang diambil oleh staf biasa termasuk didalamnya adalah
ditandai dengan rujukan terhadap pilihan yang konsisten dan memaksimumkan nilai.
Analisis tentang proses pengambilan keputusan dalam penelitian ini mencakup tiga
komponen utama model pengambilan keputusan dari Hastie dalam Certo et al.
bahwa pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga
120
pelayanan pengangkutan persampahan mengidentifikasi dan mempertimbangkan
berlangsung melalui rapat internal maupun rapat koordinasi dengan institusi terkait
pertemuan konsultasi internal Seksi dan Bagian, dan rapat lengkap pimpinan dan
staf. Pertemuan konsultasi internal Seksi dan Bagian dilakukan terlebih dahulu
sebelum rapat lengkap. Dalam pertemuan konsultasi, pimpinan Seksi dan Sub
Bagian memanggil bawahan dan staf untuk memberikan instruksi dan pengarahan
tentang apa yang perlu dilakukan. Informan penelitian mengatakan sebagai berikut:
“Kita disini selalu terlebih dahulu menyampaikan kepada semua pimpinan Seksi
bahwa kita perlu membicarakan bersama tentang alternatif-alternatif usulan
kegiatan yang akan kita ajukan dalam rapat lengkap. Biasanya saya memanggil
mereka ke ruangan saya untuk menyampaikan hal tersebut.” (wawancara
dengan HD, tanggal 02 Mei 2019).
identifikasi alternatif kegiatan. Langkah-langkah seperti ini dilakukan oleh semua unit
121
Perihal evaluasi tingkat capaian kegiatan tahun sebelumnya, hal yang
“Yang ditanyakan pimpinan hanya berapa persen capaian kinerja kegiatan dan
kinerja para petugas dilapangan secara umum. Kalau detail itemnya, seperti
input, proses, output dan dampak tidak ditanyakan karena sudah tercantum
dalam laporan akuntabilitas kinerja.” (wawancara dengan FHR, tanggal 08 Mei
2019).
pegawai bawahan diperlukan oleh pimpinan untuk dapat membuat keputusan awal
berikut:
“Saya hanya melihat hal-hal teknis saja yang dapat mendukung ataupun
menghambat pelaksanaan tugas-tugas pelayanan persampahan di Kabupaten
Mamuju. Umumnya yang saya alami adalah keterbatasan anggaran dan sumber
daya manusia sehingga capaian program tidak maksimal.” (wawancara dengan
HD, tanggal 02 Mei 2019).
122
masyarakat berkenaan dengan pelayanan dan pemahaman terkait dengan program,
Di sisi lain, pegawai dan pimpinan level bawah di Kantor DLHK Kabupaten
anggaran dan sumber daya manusia sebagai kendala utama bagi pendekatan baru
pola soialisasi dan mediasi dalam pelaksanaan program. Untuk dapat memahami
masalah namun upaya ke arah tersebut belum dilakukan karena kendala anggaran.
dimaksudkan di atas bukanlah usulan final. Dalam praktek, usulan dalam pertemuan
123
“Perubahan kebijakan, seperti adanya instruksi Kepala Dinas tentang pola
sosialisasi dan mediasi belum didiskusikan secara kontinyu oleh pegawai dan
petugas dilapangan, sehingga belum banyak mendapat perhatian dalam
perencanaan kegiatan.” (wawancara FHR, tanggal 08 Mei 2019).
proses keputusan, tergantung pada level jabatan. Pegawai yang menduduki jabatan
mereka dalam proses keputusan ketimbang pegawai staf dan yang menduduki
jabatan pimpinan level bawah. Optimisme dimaksud adalah bahwa pegawai yang
bahwa:
“Usulan-usulan yang diajukan oleh Kepala Bidang lebih banyak jumlahnya dan
lebih operasional sehingga lebih banyak diakomodasi dalam keputusan final
pimpinan.” (wawancara dengan AMR, tanggal 03 Mei 2019).
Berbeda dengan pimpinan level menengah dan atas, pimpinan level bawah
(Kepala seksi) dan pegawai staf cenderung kurang optimis tentang proses
hanya bersifat formalitas saja karena pada akhirnya pimpinan jugalah yang akan
“Kita menghadiri rapat saja, untuk memenuhi formalitas, kalau yang mengajukan
usulan-usulan kebanyakan dari pimpinan juga. Lagi pula usulan-usulan dari
pengawas lapangan biasanya harus konek dengan kegiatan dilapangan.”
(wawancara dengan ASR, tanggal 05 Mei 2019).
124
Perihal keinginan-keinginan (manfaat) yang berkaitan dengan outcomes
potensial dari setiap alternatif tindakan yang diusulkan pegawai Kantor DLHK
Kabupaten Mamuju secara umum berbeda menurut level jabatan. Pegawai pada
usulan mereka cenderung berpedoman pada kegiatan dan program prioritas yang
125
level atas. Perubahan-perubahan kebijakan ini seringkali tidak tercakup dalam
setempat. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam menentukan usulan kegiatan dan
lebih bersifat minor, yakni setelah melihat kesesuaian dengan Renstra dan arahan
berikut:
bidang pengelolaan sampah oleh pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju sudah
126
menerapkan proses keputusan rasional sebagaimana diuraikan dalam model
pengambilan keputusan oleh pegawai telah mencakup tiga komponen utama: cara
kepentingan prosedur formal, kesesuaian Renstra, arahan kebijakan dari atas, dan
dalam model Neo Weberian State dari Pollitt & Bouckaert (2011). Dalam model
127
tersebut, birokrasi modern dicirikan terutama oleh profesionalitas, efisiensi dan
ditemukan di lokasi penelitian ini, orientasi proses keputusan birokrasi masih lebih
dominan pada prosedur dan hirarki sebagaimana ciri Old Public Administration
pada segala sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari variabel-variabel input dan
proses perilaku. Dalam model penelitian ini, outcomes perilaku birokrasi mencakup
dalam model perilaku organisasi Robbins and Judge (2013). Mengacu kepada
model Robbins and Judge (2013) tersebut maka baik kinerja tugas maupun OCB,
dalam penelitian ini diasumsikan sebagai efek dari proses-proses emosi, motivasi
Sesuatu yang terjadi ketika pegawai mengalami emosi yang tidak terkendali
tentunya dapat berbeda dengan ketika pegawai berada dalam kondisi emosional
yang stabil. Sesuatu yang terjadi ketika pegawai cenderung dimotivasi oleh
kepentingan publik. Demikian juga, sesuatu yang terjadi ketika pegawai cenderung
128
terperangkap dalam proses keputusan yang kurang rasional dan berorientasi diri
sendiri tentunya akan berbeda dengan ketika proses keputusan rasional dan lebih
Indikator dari kinerja tugas dalam model penelitian ini adalah efektivitas
adalah pelayanan yang menimbulkan kepuasan pada pihak yang dilayani. Aspek-
petugas yang ada dilapangan berbeda antara warga yang satu dengan lainnya
Kelurahan Binanga dianggap agak berbelit-belit dan rumit. Untuk mengetahui hal
129
Penulis tidak memperoleh data tentang jadwal pengangkutan sampah di
Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga. Informan di kedua
“kami mengangkut sampah itu selalu kewalahan dalam melayani sebab, kalua
hari ini kami angkut sampah dilorong A, barangkali minggu depan kami kembali
lagi ke Lorong A, sementara sampah dilorong A juga setiap hari bertambah
coba bayangkan itu” (wawancara HRM 15 Mei 2019)
“Saya melihat pengangkutan sampah saya disini sudah tepat waktu dan setiap
jadwal pengangkutannya selalu datang.” (wawancara MKD tanggal 10 Mei 2019)
masyarakat. Hal yang dapat disimak dari data tersebut adalah bahwa kepuasan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan yang cepat dan tepat waktu
130
dengan kondisi yang ada dilorong-lorong yang seringkali terabaikan dalam
bahwa pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga
belum secara konsisten berkinerja baik. Kinerja yang belum baik ini ditunjukkan
dengan belum tercapainya target-target kinerja yang diukur dengan jumlah unit
armada yang masih sangat minim dan kurangnya sumber daya manusia khususnya
Outcomes perilaku pegawai yang dicakup dalam model penelitian ini, selain
kinerja tugas yang lebih bersifat formal dan dinyatakan dalam uraian kerja pegawai,
diskresioner, yang tidak dinyatakan dalam uraian kerja pegawai tetapi dapat
Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga, penelitian ini mengacu kepada
lima dimensi OCB dari Organ (1997) yang mencakup: altruisme, courtesy,
131
a. Altruisme
berkenaan dengan suatu tugas atau masalah yang relevan secara organisasional.
kelebihan beban kerja, dan apakah pegawai membantu mengorientasikan klien yang
mempunyai uraian tugas yang jelas dan dituangkan dalam dokumen formal. Dalam
“Sudah ada uraian tugas masing-masing Bidang, baik untuk Bidang sendiri,
maupun untuk Seksi. Pimpinan berfokus pada uraian tugas masing-masing.
Selanjutnya pimpinan memberikan perintah kerja ataupun arahan kerja sesuai
hirarki yang ada sehingga tidak terdapat saling ambil tugas dan pekerjaan dapat
berjalan sesuai rencana.” (wawancara HD, tanggal 02 Mei 2019).
Fokus pada tugas formal yang diuraikan dalam perincian tugas pokok dan
bahwa:
“di Seksi kerja saya adalah Seksi Pengelolaan sampah. Tugas yang saya
kerjakan sehari-hari adalah memberikan pelayanan berkenaan dengan
pengelolaan sampah dengan baik dan benar dan mengatur keseluruhan
petugas-petugas yang ada dilapangan. Secara umum saya tidak terlibat dalam
pelaksanaan tugas-tugas pelayanan lainnya.” (wawancara dengan FHR, tanggal
08 Mei 2019).
keterbatasan secara fisik dan mental maupun teknis administratif sedangkan di sisi
132
lain beban kerja yang ada cukup besar sehingga membutuhkan bantuan dari rekan
kerja di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga mengambil
beragam bentuk dan dilakukan bukan hanya pada lingkup Seksi yang sama tetapi
juga dari Seksi lainnya. Salah satunya sebagaimana dituturkan oleh informan
Membantu petugas lain yang mempunyai beban kerja antara lain meminjamkan
alat-alatnya sehingga petugas yang bersangkutan dapat menggunakannya
dengan lebih cepat; membantu memberikan tenaga lain, dan sebagainya. Saling
membantu bukan hanya kita dari satu lorong tapi biasa juga dari Lorong-lorong
yang lainnya.” (wawancara HRM, tanggal 15 Mei 2019).
sebagai berikut:
133
Informan lainnya yang mengalami situasi serupa juga mengatakan bahwa
‘Terdapat perilaku spontan pegawai atau petugas untuk membantu warga yang
kesulitan dalam menanyakan informasi jadwal pengangkutan sampah. Waktu
saya menanyakan itu langsung masuk ke kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan
ada pegawai yang mengarahkan saya dan memberikan nomor HP sopir truk
tersebut” (wawancara dengan MKD, tanggal 10 Mei 2019).
antara sesama pegawai, dan juga terjadi pada klien. Pegawai atau petugas operator
yang terlihat sedang mengalami kesulitan ketika berurusan di kedua Kantor tersebut.
terdapat pada level atau kluster jabatan yang berbeda, yakni pada tenaga kontrak
b. Courtesy
pencegahan terhadap terjadinya masalah yang lebih besar bagi pegawai lainnya.
pegawai lain dengan maksud untuk mencegah masalah yang sangat mungkin terjadi
pada pegawai lain tersebut. Untuk mengetahui keterlibatan pegawai dalam perilaku
tersebut, penulis berfokus pada apakah pegawai selalu mawas diri, yakni
134
kerjanya atau kliennya, dan apakah pegawai memberikan pesan-pesan peringatan
yang tepat untuk membantu mencegah masalah bagi rekan kerja atau kliennya
Perilaku membantu mencegah terjadinya masalah bagi rekan kerja atau klien
dilakukan oleh pegawai di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan
sehari-hari di kantor, bahkan dalam aktivitas di luar kantor yang mempunyai kaitan
“Kita berusaha untuk tidak mengambil alih tugas orang lain, tidak melanggar atau
menyalahgunakan hak orang lain, apalagi yang mempunyai kaitan dengan
pendapatan tambahan.” (wawancara AMR, tanggal 03 Mei 2019).
mengingatkan agar tidak mengabaikan aktivitas atau sekuensi tugas yang bersifat
penting. Hal ini sering dilakukan pegawai dalam kaitanya dengan keamanan dan
pegawai atau rekan kerjanya tetapi juga terhadap klien yang membyar iuran
135
“Saya selalu berpesan kepada warga yang membayar iuran sampah mereka di
sini agar menyimpan baik-baik tanda terima dan tanda bukti bayar, supaya tidak
dobel bayarnya.” (wawancara dengan SHR, tanggal Mei 2019).
Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga melibatkan diri dalam perilaku diskresioner
berupa courtesy dengan maksud untuk mencegah masalah yang sangat mungkin
terjadi pada pegawai dan petugas kebersihan atau pada klien. Wujud perilaku
dimaksud adalah selalu berusaha untuk tidak mengambil alih tugas orang lain atau
tidak melanggar hak orang lain sehingga hubungan sosial yang harmonis dapat
selalu terjaga, saling mengingatkan untuk menyimpanan tanda bukti bayar agar tidak
mengalami kesulitan yang lebih besar ketika ada salah satu kwitansi yang hilang,
dan berpesan kepada klien agar menyimpan bukti-bukti transaksi dengan baik.
penting dalam mencegah timbulnya masalah atau kesulitan yang lebih buruk dalam
c. Sportsmanship
kondisi lingkungan kerja yang di bawah yang seharusnya. Pegawai terlibat dalam
pegawai dalam perilaku tersebut, penulis berfokus pada apakah pegawai tidak
mengeluh dan berkoar-koar tentang kekurangan kondisi kerja yang tidak terelakkan
di tempat kerja.
136
Kekurangan kondisi kerja, berdasarkan hasil penelitian ini, merupakan hal
yang umum bagi semua unit kerja di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor
dinas, semuanya dalam kondisi yang tidak memadai sesuai kebutuhan standar.
“Kantor Lurah ini sebenarnya sudah tidak memadai lagi baik luas dan
gedungnya, ruangannya juga sangat kurang, bahkan kadang saya mendanai
sendiri ini kantor, persoalan kendaraan dinas kami yaa alhamdulillah ada dan
kami syukuri itu”(wawancara IR tanggal 09 Mei 2019)
menonjol pada kondisi bangunan fisik serta sarana yang ada. Kelengkapan kerja
seperti penyediaan papan informasi, kotak saran, kamar mandi, dan pendingin
ruangan belum tersedia secara layak dan pada umumnya pegawai mengharapkan
pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga tetap
137
Mapaccing secara baik, profesional dan efektif. Dalam kaitan tersebut, pegawai
tersebut sebagai alasan untuk tidak bekerja secara baik. Informan penelitian
keterbatasan peralatan dan perlengkapan kerja seperti laptop, printer, dan flashdisc
yakni. Dalam hal seperti itu, pegawai tetap saja berushaa bekerja secara optimal,
138
“Tugas-tugas pengangkutan sampah seringkali terhambat karena tidak tersedia
kendaraan operasional yang memadai. Seperti kerusakan salah satu fukuda,
biasanya kami meminjam kendaraan di DLHK Kabupaten Mamuju.” (wawancara
dengan IR, tanggal 09 Mei 2019).
Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga melibatkan diri dalam perilaku diskresioner
memperlancar pelaksanaan kerja, serta meminjam peralatan dari instansi lain yang
d. Conscientiousness
ketentuan jam kerja normal, dan dengan sadar tidak menggunakan hak-hak cutinya
dengan maksud agar pekerjaan kantor maupun di lapangan tidak terhambat. Untuk
139
keberatan ketika pulang lebih lambat dari jam kerja yang ditetapkan, melaksanakan
tugas pada hari istirahat (bukan hari kerja), dan tidak mengambil cuti (izin) pada saat
atas berimbas pada keteraturan pelaksanaan tugas. Kenyataan yang penulis lihat,
keterbatasan kondisi kerja yang tersedia berupa peralatan dan perlengkapan kerja
Kelurahan Binanga menggunakan waktu di luar jam kerja yang ditentukan. Meskipun
ketentuan jam pulang kerja pegawai adalah jam 16.00 tetapi seringkali terjadi
pegawai pulang setelah jam 16.30 sore bahkan sampai larut malam. Informan
“Ketentuan jam pulang kantor itu jam 16.00 tetapi hampir setiap hari kita pulang
setelah jam 16.30 sore bahkan sampai larut malam. Jadi kita menggunakan
waktu sampai beberapa jam di luar jam kerja untuk menyelesaikan tugas-tugas
yang mendesak dan penting, dan itu tidak diperhitungkan sebagai kerja lembur.”
(wawancara AMR, tanggal 03 Mei 2019)
berikut:
140
dan intensitas pekerjaan, ada harapan bila pegawai masuk kantor akan
memperoleh nilai lebih dalam bentuk tambahan pendapatan, bukan karena
kedudukannya sebagai aparat pelayanan masyarakat yang diperlukan
keberadaannya melayani kepentingan masyarakat.” (wawancara IR, tanggal 09
Mei 2019)
Penggunaan waktu di luar jam kerja yang ditentukan seringkali terjadi pada
kebersihan, walaupun memenuhi persyaratan untuk mengambil hak cuti namun tidak
mempunyai beragam alasan namun pada umumnya karena alasan lebih baik
“Ada hak cuti tahunan, tapi saya tidak pernah menggunakannya selama saya
menjadi PNSi. Daripada libur di rumah tidak menghasilkan apapun berhari-hari
masih lebih baik saya hadir di kantor untuk bekerja memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang membutuhkan.” (wawancara dengan AMR, tanggal 03
Mei 2019).
141
Penggunaan hak cuti tahunan lebih banyak terjadi pada momen lebaran idul
fitri dan oleh pegawai yang berasal dari luar Kabupaten Mamuju. Hal ini biasanya
“Banyak pegawai Kantor DLHK Kabupaten Mamuju yang berasal dari luar
Mamuju, seperti dari Makassar dan Kabupaten-kabupaten yang lain. Namun
hanya sebagian diantaranya yang selalu berkeinginan untuk dapat merayakan
hari lebaran bersama keluarganya di kampung halaman, yang lainnya enggan
karena mempertimbangkan berbagai macam hal. Itulah sebabnya pelayanan
publik khususnya pengangkutan sampah dapat berjalan dengan baik walaupun
jumlah pegawai ataupun petugas kebersihan terbatas.” (wawancara HD, tanggal
02 Mei 2019).
Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga melibatkan diri dalam perilaku
Wujud perilaku diskresioner dimaksud adalah menggunakan waktu 1 jam di luar jam
jam kerja normal, menggunakan hari libur resmi untuk melaksanakan tugas-tugas
pelayanan, dan tidak menggunakan hak-hak cutinya dengan maksud agar pekerjaan
dari yang dituntut secara normatif namun dilakukan dengan penuh kesadaran.
142
lainnya dari pegawai mempunyai keterlibatan yang rendah dalam perilaku
e. Civic Virtue
berupa keterlibatan yang mendalam atau kepedulian yang tinggi tentang proses
demokrasi dalam organisasi. Pegawai terlibat dalam perilaku civic virtue ketika
dalam perilaku civic virtue beragam, sebagian pegawai melibatkan diri secara aktif
secara rutin mengadakan rapat lengkap (pimpinan dan staf) sekali dalam sebulan,
dan mengadakan rapat pimpinan dua kali dalam sebulan. Rapat rutin biasanya
mengatakan bahwa:
pimpinan biasanya tidak ada surat resmi. Pimpinan tertinggi hanya memberitahukan
143
secara lisan kepada pimpinan di bawahnya Perihal rencana rapat tersebut baik
“Rapat pimpinan sekali sampai dua kali sebulan, bisa juga tiga kali, tergantung
desakan tugas. Biasanya pimpinan tidak membuat surat resmi tetapi
memberitahukan via chat whatsapp. Kadangkala pemberitahuannya melalui
telepon, rentang waktunya biasanya tidak lama, kalau rapat diadakan sore
biasanya siang barulah pimpinan memberitahukan bawahannya bahwa sebentar
sore kita rapat. Jumlah pegawai pimpinan relatif kecil sehingga mudah dikontrol
dan dihubungi secara cepat.” (wawancara FHR, tanggal 08 Mei 2019)
Rapat pimpinan seringkali tidak melibatkan semua pimpinan yang ada tetapi
hanya pada Bagian tertentu saja. Hal tersebut tergantung pada agenda tugas yang
sebagai berikut:
“Peserta rapat pimpinan bisa semua pimpinan tapi bisa juga hanya seksi yang
relevan, tergantung pada agenda rapat. Kalau pimpinan Bagian Tata Usaha
biasanya selalu ikut karena terkait dengan dukungan anggaran dan
kepegawaian serta dokumentasi.” (wawancara SHR, tanggal Mei 2019).
dengan keaktifan staf dalam rapat lengkap. Keaktifan dimaksud adalah keaktifan
“Rapat pimpinan selalu alot dan hidup karena semua pimpinan aktif dalam
membicarakan berbagai hal yang sesuai bidang tugasnya. Lagi pula, dalam
rapat semua unsur pimpinan pasti aktif berbicara karena saya selaku Kepala
Kantor selalu menanyakan secara bergiliran kepada semua peserta rapat.”
(wawancara HD, tanggal 02 Mei 2019).
dalam sosialisasi hanya dalam program-program yang telah ditentukan, baik dalam
bentuk pertemuan tatap muka dengan warga maupun melalui keikutsertaan dalam
144
ekspo yang telah diprogramkan. Tidak ada keterlibatan individual pegawai dalam
seminar atau pertemuan ilmiah yang dapat mencitrakan institusi. Keterlibatan secara
Alasan pegawai tidak melibatkan diri dalam usaha individual untuk pencitraan
organisasi seperti yang disebutkan di atas terutama adalah keterbatasan waktu dan
Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga melibatkan diri dalam perilaku
diskresioner civic virtue namun sebagian lainnya tidak melibatkan diri. Perilaku
diskresioner civic virtue ini lebih menonjol pada pimpinan kantor dibandingkan
dengan pegawai staf. Bentuk perilaku civic virtue yang menonjol adalah
pimpinan unit maupun pegawai staf. Hal ini terkait erat dengan keterbatasan waktu
145
PEMBAHASAN PERILAKU BIROKRAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
dengan berfokus pada hubungan variabel input perilaku dengan proses perilaku dan
penelitian ini diarahkan oleh model perilaku organisasi dari Robbins and Judge
(2013). Model perilaku Robbins and Judge menspesifikasi hubungan antara input
perilaku birokrat, proses perilaku birokrat dan outcomes perilaku birokrat. Dengan
Mengacu kepada model perilaku organisasi oleh Robbins and Judge (2013),
penelitian ini memprediksikan bahwa variabel input perilaku birokrat yang mencakup
perumusan masalah, yakni dimulai dari input perilaku birokrat, kemudian efek dari
variabel input terhadap proses perilaku dan outcomes perilaku birokrat dan terakhir
adalah temuan umum tentang perilaku birokrat dalam pelaksanaan program gerakan
146
VARIABEL INPUT PERILAKU BIROKRAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM
dalam jenis kelamin, etnis, usia dan kesempurnaan fisik (jasmani). Hasil-hasil
Kabupaten Mamuju dan Kantor Kelurahan Binanga relative beragam dalam hal etnis
dan usia, tetapi relative homogen dalam jenis kelamin dan kesempurnaan fisik
(jasmani).
berasal dari sejumlah etnis yang berbeda, ada yang berasal dari etnis utama yakni
Toraja, Jawa dan lainnya. Keragaman etnis tergambar juga dalam struktur
Beragam dalam usia dimaksudkan bahwa pegawai dan petugas kebersihan berasal
dari kelompok usia yang berbeda, mulai dari usia 28 tahun sampai 57 tahun.
Diantara rentang umur tersebut, yang lebih dominan adalah umur 34 sampai 40
tahun, dan umur 55 tahun. Keragaman pegawai dan petugas kebersihan dari segi
jenis kelamin relative rendah yakni pegawai yang dominan jumlahnya adalah
seluruh pegawai yang ada. Dari aspek kesempurnaan fisik (jasmani), pegawai dan
147
petugas kebersihan bersifat homogen, dimaksudkan bahwa tidak ada variasi-variasi
mempunyai efek yang menonjol pada proses-proses perilaku, baik emosi, motivasi
maupun pengambilan keputusan. Keragaman jenis kelamin dan etnis tidak terlihat
berdasarkan hasil penelitian ini hanyalah umur pegawai dan petugas kebersihan,
yakni berpengaruh terhadap motivasi. Pengaruh yang dimaksud terlihat dari adanya
perbedaan motivasi yang dominan diantara pegawai yang berumur muda dengan
yang berumur yang lebih tua. Namun demikian, menurut analisis penulis, perbedaan
yang dimaksud hanyalah karena fakta bahwa kebanyakan pegawai ataupun petugas
kebersihan yang berumur muda adalah pegawai baru yang mempunyai pendapatan
Sebaliknya, kebanyakan yang berumur lebih tua adalah sudah mencapai pangkat
yang lebih tinggi dan sudah menduduki jabatan structural sehingga mempunyai
pendapatan riil yang lebih besar. Kondisi ini terkait juga dengan fakta bahwa
penempatan dan promosi jabatan di Kantor DLHK Kabupaten Mamuju dan Kantor
yang lainnya.
muda dengan yang lebih tua, maupun antara pegawai laki-laki dan perempuan, serta
148
antara pegawai yang berbeda etnis. Secara umum pegawai ataupun petugas
birokratis dalam pembuatan keputusan. Namun hal tersebut tidak berbeda menurut
mempunyai efek yang menonjol pada proses-proses perilaku, baik emosi, motivasi
maupun pengambilan keputusan. Keragaman jenis kelamin dan etnis tidak terlihat
terhadap motivasi. Pengaruh dimaksud terlihat dari adanya perbedaan motivasi yang
dominan di antara pegawai yang berumur muda dengan yang berumur lebih tua.
fakta bahwa kebanyakan pegawai yang berumur muda adalah pegawai baru yang
tua adalah sudah mencapai pangkat yang lebih tinggi dan sudah menduduki jabatan
struktural sehingga mempunyai pendapatan riil yang lebih besar. Kondisi ini terkait
juga dengan fakta bahwa penempatan dan promosi jabatan di kantor tersebut
muda dengan yang lebih tua, maupun antara pegawai laki-laki dan perempuan, serta
149
antara pegawai yang berbeda etnis. Secara umum pegawai mempertimbangkan
keputusan. Namun hal tersebut tidak berbeda menurut umur, jenis kelamin dan
etnis.
Sulawesi Barat dalam hal ini Suku Mandar maupun suku Mandar/Mamuju, budaya
kerja etnis positif berkaitan dengan budaya kerja keadilan dan keterbukaan kreatif,
egaliter, dan terbuka menerima kritikan. Sikap kreatifitas dan terbuka menerima
kritikan ini sangat mendukung bagi perwujudan keterbukaan atau transparansi. Pada
kedua Kantor yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dimana PNS dan Petugas
Kebersihan adalah mayoritas berasal dari Mamuju yakni suku Mandar dan Suku
mengenai pelaksanaan program yang diinisiasi oleh Kepala Kantor yang bersuku
Dalam hal kedisiplinan pegawai yang berasal dari Etnis Sulawesi Barat,
cenderung kurang disiplin. Hal ini tercermin dari jam datang pegawai yang bersuku
Mandar/Mamuju yang biasanya datang terlambat ke kantor. Dan juga masih terdapat
pegawai yang tingkat kehadirannya masih rendah. Serta agak lambat dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Berkaitan dengan terbuka menerima kritikan ini terlihat para pejabat dan PNS
staf pada objek penelitian maka PNS etnis yang berasal dari Sulawesi Barat yakni
150
terbuka dalam menanggapi kritikan dari berbagai pihak. Sedangkan egaliter
mendukung budaya kerja keadilan karena budaya kerja ini mampu memperlakukan
kecendrungan budaya kerja negatif yaitu menunda pekerjaan, dan mudah bosan, ini
madani dan demokrasi. Dalam pelaksanaan program ada kesan PNS ataupun
Petugas Kebersihan etnis dari Sulaesi Barat yakni suku Mandar ataupun Suku
pekerjaan.
Dalam konteks PNS etnis Jawa, bentuk budaya kerja yang berhubungan
budaya kerja keadilan dan keterbukaan yang bernuansa positif adalah loyal dan
patuh, teliti dan sopan. Sehingga dalam pelaksanaan program merasa cenderung
terlihat lebih sopan daripada etnis yang berasal dari Sulawesi Barat yakni suku
151
budaya kerja bernuansa negatif cenderung manajemen tertutup, kurang kritis dan
keadilan, karena budaya kerja ini cenderung mengikuti dan menunggu arahan
Untuk tingkat Disiplin pegawai yang beretnis jawa merupakan pegawai yang
tingkat disiplinnya paling tinggi. Hal ini tercermin dari pegawai yang berasal dari suku
jawa cenderung tepat waktu datang ke kantor. Serta tepat waktu dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
berani, terbuka menerima kritikan tapi cendrung emosional, budaya kerja ini dapat
lainnya bahwa PNS etnis Bugis/Makassar terkesan keras dan kurang sopan.
dengan primodialisme ini menurut Bart (1988) orang yang cenderung bersikap
primodial adalah budaya kerja yang dapat membuat individu atau kelompok memiliki
sikap etnosentrisme, yaitu suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam
memandang budaya orang lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain
dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi
152
sejak kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan
sangatlah susah untuk mengubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat
menguntungkan bagi dirinya Oleh sebab itu, perlu membentuk suatu model
perpaduan budaya etnis yang positif dengan budaya kerja yang ditetapkan
masyarakat madani yang demokratis. Sebab suatu budaya kerja tanpa adanya
budaya kerja yang diformulasikan menjadi “kering” atau kurangnya daya dorong
Disamping itu penting perpaduan budaya kerja ini karena setiap daerah mempunyai
Untuk tingkat disiplin pegawai yang berasal dari Suku Bugis/Makassar tingkat
disiplinya berada pada tingkat sedang-sedang. Hal ini tercermin walapun pegawai
yang berasal dari Suku Bugis/Makassar tepat waktu ketika datang ke kantor, akan
Perihal nilai yang dianut pegawai, model penelitian ini memasukkan nilai
akhir (terminal values) dan nilai instrumental (instrumental values). Nilai akhir adalah
tujuan yang ingin direalisasikan oleh pegawai selama masa karirnya sedangkan nilai
instrumental adalah cara atau sarana yang lebih diinginkan oleh pegawai untuk
akhir (terminal values) yang secara kuat dianut oleh pegawai dikedua Kantor
153
tersebut adalah kesejahteraan ekonomik (kemakmuran), kesetaraan perlakuan,
(instrumental values) yang secara kuat dianut oleh pegawai adalah tanggung jawab,
keberanian. Namun, intensitas atau hirarki dari nilai-nilai tersebut berbeda antara
keberanian. Ringkasan dari sebaran nilai-nilai tersebut teah disajikan dalam uraian
terdahulu.
Baik nilai akhir maupun nilai instrumental, semuanya adalah nilai-nilai umum
yang dianut juga oleh masyarakat lainnya yang lebih luas sebagaimana dibahas
sosial, dan respek diri, tanggung jawab, kejujuran, independensi, kapabilitas, ambisi,
dan keberanian, demikian juga dengan adanya perbedaan hirarki atau intensitas
nilai yang dianut, telah dibahas dalam model perilaku organisasi dari Robbins and
Judge (2013).
keberanian telah dibahas juga dalam model organisasi organik dari Tom Burns and
154
dan perubahan-perubahan lingkungan yang pesat. Hal ini berarti pula bahwa nilai-
nilai yang rasional telah dimiliki juga oleh pegawai dikedua Kantor meskipun dengan
antara nilai akhir dengan nilai instrumental yang dianut oleh sebagian pegawai.
Inkonsistensi dimaksud terdapat di semua level jabatan. Pegawai pada level yang
jawab yang tinggi, dan tidak semua pegawai pada level menengah ke atas berusaha
muda maupun tua, laki-laki maupun perempuan, dan dari beragam etnis yang ada.
bahwa pegawai didominasi oleh yang berpendidikan SLTA, hanya 36% yang
155
Kondisi tersebut memberikan suatu gambaran tentang input perilaku yang
berkualitas rendah, khususnya dilihat dari pendidikan formal. Padahal, secara teoritis
pendidikan merupakan kunci bagi pengembangan ilmu dan teknologi serta vitalitas
yang berpendidikan tinggi tetapi tidak terampil tentu akan menjadi kendala-kendala
berkenaan dengan penerapan metode ilmiah dan tenologi baru serta introduksi nilai-
nilai budaya kerja yang dianggap vital bagi kinerja pegawai yang cemerlang.
Selanjutnya, dengan kondisi di atas maka kinerja organisasi atau kinerja birokrat
mengalami kendala.
penelitian ini terlihat hanya pada pembuatan keputusan, tidak terlihat pada emosi
dan motivasi pegawai diindikasikan dengan adanya bauran intensitas emosi dan tipe
motivasi. Telah ditunjukkan dengan data bahwa intensitas emosi pegawai maupun
petugas kebersihan berada dalam tingkat yang wajar atau terkendali. Tidak ada
yang lebih tinggi. Demikian juga, tidak ada perbedaan tipe motivasi di antara
pegawai yang berpendidikan SLTA dengan yang lebih tinggi. Terkait hal ini, fakta
menunjukkan bahwa pegawai yang berpendidikan SLTA (dan SLTP) sebagian besar
menduduki posisi staf, hanya sebagian kecil yang menduduki jabatan struktural level
bawah. Akan tetapi, pada kelompok pegawai yang menduduki posisi staf ataupun
156
menonjol oleh kesejahteraan atau kemakmuran, bukan oleh penghargaan sosial.
Pegawai yang berpendidikan rendah maupun tinggi, yang berada dalam level
jabatan yang sama, semuanya mempunyai tipe motivasi utama yang juga sama. Hal
motivasi pegawai.
penelitian ini terlihat pada dimensi pembuatan keputusan, yakni pada keinginan-
keinginan (manfaat) yang berkaitan dengan outcomes potensial dari setiap alternatif
tindakan yang diusulkan pegawai. Dalam uraian terdahulu telah ditunjukkan bahwa
ada perbedaan tipe manfaat yang dipertimbangkan oleh pegawai pada level jabatan
Kebutuhan jangka pendek yang dipertimbangkan oleh pegawai level bawah adalah
secara lebih jauh ikut melihat juga apakah sinkron dengan kegiatan dan program
157
juga, makin tinggi kemampuan intelektual pegawai, makin besar perhatian dan
birokrat, dan pengaruh variabel proses perilaku terhadap outcomes perilaku birokrat
dalam pelaksanaan program tersebut. Model analisis penelitian ini diarahkan oleh
model perilaku organisasi dari Robbins and Judge (2013) yang memprediksikan
adanya pengaruh dari input perilaku terhadap proses perilaku, dan pengaruh proses
modern, efisien dan efektif karena perilaku birokrasi dapat menjelaskan kualitas
pelayanan publik dan kinerja sektor publik. Outcomes perilaku yang diharapkan dari
birokrasi adalah kinerja tugas yang baik dan organizational citizenship behavior
(OCB). Berkinerja baik artinya dapat menyelesaikan unit-unit pekerjaan yang sesuai
kepada publik secara memuaskan. Terlibat secara ekstensif dalam OCB artinya
pegawai melangkah lebih jauh dari sekedar uraian tugas formal dengan melakukan
158
Outcomes perilaku birokrat yang mencakup kinerja tugas formal dan
organizational citizenship behavior (OCB) tidak terjadi dalam suasana vacuum tetapi
melalui suatu proses perilaku. Proses perilaku birokrat pada level individual
tugasnya.
capaian kinerja tugas tidak mempunyai basis pada perbedaan intensitas emosi.
sedangkan level kinerja tugas formal bervariasi di antara level jabatan yang berbeda.
mengontrol emosi. Dengan tingkat emosi yang terkendali, pegawai maupun petugas
159
Pegawai mempunyai motivasi yang sama yakni kebutuhan-kebutuhannya.
Kebutuhan level rendah memotivasi semua pegawai tetapi dengan kekuatan yang
berbeda menurut level jabatan. Kebutuhan level yang lebih tinggi hanya memotivasi
pegawai yang mempunyai jabatan level menengah dan atas dalam hirarki
semua level mempunyai kekuatan motivasi yang rendah atau lemah. Oleh karena
penyediaan sarana sesuai prediksinya tentang imbalan material yang akan diperoleh
memancing keikhlasan dari pihak yang dilayani sehingga memberikan tanda terima
pada umumnya memberikan tanda terima kasih yang berbentuk finansial. Namun,
ketika tanda terima kasih dimaksud tidak diperoleh, maka pegawai mengkondisikan
proses berikutnya baik yang berkenaan dengan tugas-tugas formal maupun perilaku
tentang “tanda terima kasih” dari klien dilakukan pegawai karena pendapatan dari
160
gaji bulanan yang diperoleh masih kurang memadai untuk kebutuhan kesejahteraan
“Jika pemerintah ingin lebih memperbaiki kinerja tugas dan keterlibatan pegawai
ataupun petugas kebersihan dalam perilaku diskresioner (OCB) maka
penyediaan motivasi kebutuhan tingkat yang rendah perlu diperbaiki.”
dengan outcomes potensial dari setiap kombinasi tindakan. Rapat rutin lengkap dan
finansial jangka pendek. Dalam kaitan tersebut, permasalahan tugas yang terkait
program, proses kerja pegawai menjadi lamban pada area-area yang tidak
memberikan kemanfaatan pribadi dan tidak banyak melibatkan diri dalam perilaku
berikut:
161
Proses perilaku birokrat yang mencakup emosi, motivasi, dan pembuatan
keputusan membutuhkan input perilaku yang relevan. Input perilaku birokrat yang
rasional.
demografis yang berkenaan dengan etnis dan usia tetapi relatif homogen dalam
jenis kelamin dan kesempurnaan fisik (jasmani). Tidak ada perbedaan dalam variasi
mempunyai jenis kelamin dan asal etnis yang berbeda. Perbedaan dalam tipe
motivasi terdapat di antara pegawai yang berumur muda dengan yang berumur lebih
pegawai yang berumur muda adalah pegawai baru yang mempunyai pendapatan riil
kebanyakan pegawai yang berumur lebih tua adalah sudah mencapai pangkat yang
pendapatan riil yang lebih besar. Kondisi ini terkait juga dengan fakta bahwa
penempatan dan promosi jabatan dikedua Kantor tersebut berdasarkan pada prinsip
162
“Keragaman demografis mempengaruhi tipe motivasi pegawai ataupun petugas
kebersihan melalui mediasi level jabatan dan pendapatan”.
pengakuan sosial di tempat kerja, dan respek diri. Pegawai juga menjunjung tinggi
intensitas atau hirarki dari nilai-nilai tersebut berbeda antara pegawai bawahan dan
atasan. Lagi pula, ada pergeseran nilai instrumental ke arah yang pragmatis di mana
pegawai secara umum memandang lumrah penerimaan balas jasa dari klien yang
terkait dengan pelaksanaan jabatan. Pergeseran nilai ini berakibat pada dominannya
yang rendah terlihat hanya pada pembuatan keputusan, tidak terlihat pada emosi
dan motivasi. Tidak ada perbedaan intensitas emosi di antara pegawai yang
163
berpendidikan SLTA dengan yang lebih tinggi. Demikian juga, tidak ada perbedaan
tipe motivasi di antara pegawai yang berpendidikan SLTA dengan yang lebih tinggi.
yang berada dalam level jabatan yang sama, semuanya mempunyai tipe motivasi
utama yang juga sama. Akan tetapi, pada dimensi pembuatan keputusan, keinginan-
keinginan (manfaat) yang berkaitan dengan outcomes potensial dari setiap alternatif
tindakan yang diusulkan pegawai dan petugas kebersihan berbeda antara mereka
pemerintah atau pun di instansi lainnya setiap orang mempunyai tugas dan fungsi
serta mempunyai akal dan perasaan serta motivasi. ketika merasa senang bekerja
dengan penuh semangat dan bergairah, dapat dipastikan bahwa tujuan organisasi
Sebab kebaikan dari pada kinerja seorang karyawan salah satunya bisa
ditilik dari riwayat pekerjaannya, yang dimaksud dalam hal ini adalah pengalaman,
namun hal tersebut tidak selalu menjamin kinerja yang lebih baik. Tentu semakin
164
lama tingkat kompetensi semakin tinggi persaingan dan semakin ketat. Maka
pengalaman seorang pegawai dalam dunia kerja, maka akan bertambah pula
seseorang atau semakin lamanya waktu organisasi tersebut untuk masa bekerja
akan dapat meningkatkan kerja sama atau dengan kata lain akan mempengaruhi
atau petugas kebersihan tersebut untuk masa bekerja akan dapat meningkatkan
kemampuan kerja sama atau dengan kata lain akan mempengaruhi peningkatan
Tentu saja pengalaman memang penting, namun akan lebih optimal jika
merupakan faktor yang penting, namun tingkat pendidikan juga sangat dibutuhkan.
Dalam pendidikan akan terdapat proses yang terus menerus berjalan dan
bukan sesaat saja, namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk
165
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk didalamnya penguasaan
yang baik tentu bisa dijadikan salah satu faktor dasar atau tolak ukur keberhasilan
program Mamuju mapaccing untuk mendapatkan Adipura, dalam hal ini kinerja
Kinerja pegawai dan petugas kebersihan dirasakan semakin besar perannya dalam
yang telah dilimpahkan pada setiap pegawai dan petugas kebersihan tersebut.
tuganya serta dapat bekerja lebih efektif. Program pendidikan dan pelatihan
mencapai sasaran kerja (Handoko 2007:103). Salah satu hal yang digunakan untuk
Robbins and Judge (2013). Namun tidak semua prediksi teoritis Robbins and Judge
166
(2013) Perihal saling pengaruh antara variabel-variabel input, proses dan outcomes
perilaku birokrasi mendapat dukungan empiris dalam konteks penelitian ini. Tidak
semua variabel input perilaku mempengaruhi variabel proses perilaku, dan tidak
penelitian ini. Hal ini berimplikasi pada model perilaku organisasi dari Robbins and
menerapkan model Robbins and Judge (2006) tidak serta merta dapat mengadopsi
seluruh arahan teoritiknya tetapi harus memilih parameter dan indikator yang relevan
Perihal proses perilaku yang berwujud emosi, penelitian ini berfokus pada
kepada sesuatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emosi pegawai dalam ketiga
aspek tersebut terjadi dalam intensitas yang wajar yang diungkapkan dalam bentuk
167
Perihal proses perilaku yang berwujud motivasi, penelitian ini berfokus pada
kebutuhan level yang lebih rendah dan kebutuhan level lebih tinggi dalam model
kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Temuan penelitian ini yang
memotivasi pegawai pada level bawah dan level menengah ke atas. Tetapi, di
semua level, kekuatan motivasi pegawai dan petugas kebersihan belum mencapai
berfokus pada tiga sekuensi proses keputusan dari Hastie dalam Certo et al. (2008)
yang berkaitan dengan outcomes potensial dari setiap kombinasi tindakan. Hasil
berada pada intensitas yang wajar dan diungkapkan dengan cara-cara yang
intensitas emosi yang wajar sebagaimana diuraikan oleh Robbins and Judge (2013).
Dalam tingkat yang wajar, emosi dapat menumbuhkan pemikiran rasional serta
168
kinerja yang tinggi bagi pegawai. Robbins and Judge (2013) mengatakan bahwa kita
memerlukan kemampuan untuk mengalami emosi agar kita menjadi rasional karena
memahami dunia sekitar kita. Owoseni (2015) mengemukakan bahwa moods dan
mempengaruhi kinerja karyawan. Brief and Weiss (2002) mengatakan bahwa emosi
mengelola isyarat emosional dan informasi, sebagai hasil dari pengalaman hidupnya
bagi pegawai, sebagaimana yang dianjurkan oleh Robbins and Judge (2013).
169
diajukan klien. Emosi yang terkendali/wajar membantu menjaga seseorang berada
emosi pada intensitas yang terkendali yang dimiliki oleh pegawai ataupun petugas
(OCB), tidak terdapat pada kinerja tugas formal. Hasil-hasil penelitian Perihal kinerja
tugas formal secara umum berada pada level yang buruk. Sedangkan outcomes
perilaku pada dimensi organizational citizenship behavior (OCB) berkisar antara baik
hingga berbaur, tidak ada dimensi OCB yang tergolong buruk. Dimensi OCB yang
saling berpesan untuk kebaikan, dan membina hubungan sosial yang harmonis di
tempat kerja.
Perihal proses perilaku yang berwujud motivasi, penelitian ini berfokus pada
dikelompokkan menjadi dua dimensi, yakni: kebutuhan level rendah, dan kebutuhan
level tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan level rendah memotivasi
semua pegawai dan petugas kebersihan tetapi dengan kekuatan yang berbeda
menurut level jabatan. Selanjutnya, kebutuhan level yang lebih tinggi hanya
memotivasi pegawai yang mempunyai jabatan level menengah dan atas dalam
170
baik pendapatan resmi maupun pendapatan tambahan, sedangkan kebutuhan level
ini menyerupai asumsi-asumsi motivasi dalam era Old Public Administration (OPA).
New Public Services (NPS) belum menonjol di lokasi penelitian ini. Belum terlihat
jelas bahwa pegawai dalam bekerja didorong oleh keinginan yang kuat untuk
sebagaimana yang digambarkan oleh Petrovsky (2009). Temuan penelitian ini tidak
sejalan dengan Baarspul (2009) yang menemukan bahwa karyawan di sektor publik
prediksinya tentang “tanda terima kasih” dari klien dilakukan pegawai maupun
petugas kebersihan karena pendapatan dari gaji bulanan yang diperoleh dianggap
masih sangat kurang memadai untuk kebutuhan kesejahteraan ekonominya saat ini.
Pendapatan tetap dari gaji bulanan saat ini jauh dari mencukupi untuk dapat
171
memenuhi kesejahteraan rumah tangga walaupun pada tingkat yang minimal.
Minimnya jaminan kesejahteraan dari gaji kita lihat dari kebutuhan untuk hidup layak
antara lain sandang, pangan dan papan belum cukup untuk biaya hidup pegawai
yang diharapkan dan yang diperoleh di satu pihak, dan level kinerja tugas dan OCB
di lain pihak. Pegawai di semua level belum memiliki motivasi yang cukup kuat
sehingga belum menunjukkan kinerja tugas dan melibatkan diri dalam OCB secara
dengan membebankan kepada klien. Hal ini berefek pada ketidakjelasan jadwal
klien, serta minimnya keikhlasan untuk membantu klien di luar cara-cara yang sudah
karena sudah diintegrasikan dalam siasat individual untuk memperoleh “tanda terima
kasih” dari klien. Di lokasi penelitian ini tidak terlihat kecenderungan “kalau bisa
oleh publik, tetapi yang terjadi adalah pegawai maupun petugas kebersihan tidak
172
maupun petugas kebersihan secara umum berbaur. Sekuensi keputusan rasional
diterapkan tetapi belum konsisten. Kenyatannya, dalam proses keputusan nilai yang
kepentingan prosedur formal, kesesuaian Renstra, arahan kebijakan dari atas, dan
individu pegawai itu sendiri. Temuan ini memperkuat teori Buchanan yang
sebagaimana diasumsikan dalam model Neo Weberian State dari Pollitt & Bouckaert
(2011) belum menguat di lokasi penelitian ini. Efeknya adalah bahwa pegawai tidak
berusaha antusias untuk mencapai kinerja tugas yang tinggi dan melibatkan diri
secara luas dalam berbagai dimensi OCB. Secara logis, kecil kemungkinan bahwa
pegawai akan memaksimumkan kinerja tugas formal dan melibatkan diri secara luas
yang dominan dalam membuat keputusan terkait erat juga dengan motivasi yang
173
dominan. Pegawai yang lebih dimotivasi oleh kebutuhan finansial akan cenderung
pelaksanaan program gerakan Mamuju mapaccing, yakni: (1) kinerja tugas, dan (2)
tersebut diidentifikasi dan dibahas dalam model perilaku organisasi Robbins and
Judge (2013).
Analisis tentang kinerja tugas dalam penelitian ini difokuskan pada dua
Ammons (2013), tapi penulis hanya memasukkan satu parameter yakni: efektivitas
tersebut, baik dilihat dari aspek efektivitas pelayanan belum mencerminkan kondisi
yang diharapkan. Sebagian besar dari indikator outcomes perilaku tersebut masih
berada pada kategori buruk dan berbaur (segi tertentu baik namun segi lainnya
pelayanan publik secara efektif adalah sangat penting karena pelayanan publik
174
komunitas, daerah dan bangsa (Omisore, 2013). Selain itu, pelayanan publik yang
efektif adalah esensi dari sistem demokrasi sehingga secara teoritis tidak ada yang
lebih penting selain dari pemerintah berusaha sekuat mungkin untuk menyediakan
penentu bagi kualitas pelayanan publik (Jochimsen, 2007), bahwa perilaku birokrasi
(Keiser, 2003).
kebersihan di kedua Kantor tersebut adalah bahwa jumlah unit armada kendaraan
yang ada belum mencapai intensitas yang diharapkan, antara lain: kurangnya
Dimensi kedua dari outcomes perilaku birokrat dalam model penelitian ini
virtue. Ringkasan temuan penelitian ini berkenaan dengan kelima dimensi OCB
175
Ringkasan temuan penelitian Perihal OCB dalam pelaksanaan program
gerakan Mamuju mapaccing
Altruism Ѵ
Organizational
Courtesy Ѵ
citizenship
Sportsmanship Ѵ
behavior (OCB)
Conscientiousness Ѵ
Civic virtue Ѵ
sportsmanship yang berada dalam kondisi baik di lokasi penelitian ini. Keempat
pegawai tetapi kurang menonjol untuk klien yang dilayani. Sedikit pegawai yang
melibatkan diri dalam perilaku OCB kepada klien meskipun melihat bahwa klien
pelayanan.
kebersihan yang secara antusias melibatkan diri dalam OCB, berkinerja lebih dari
yang diharapkan dalam uraian tugas formal. Bowler (2006) mengemukakan bahwa
176
bukan hanya organisasi-organisasi bisnis, tetapi juga organisasi publik dan seluruh
sistem sosial menikmati hasil dari OCB. Memiliki karyawan semacam ini, menurut
Sirota et al. (2008), merupakan prasyarat bagi bisnis yang sukses dalam jangka
panjang. Di sektor publik, adanya pegawai yang melibatkan diri dalam OCB selalu
kinerja organisasi, dan berkontribusi pada suatu budaya organisasi yang lebih baik.
Vigoda-Gadot & Beeri (2011) menyatakan bahwa OCB sangat bermanfaat dalam
Perilaku Individu di kedua Kantor ditinjau baik dari Segi Input, Proses, dan
Outcomes. Dari hasil penelitian, baik melalui wawancara, studi dokumentasi dan
Level Individu Perilaku Birokrat di kedua Kantor masih belum menonjol dalam
perilaku organisasi dari Robbins and Judge (20013). Namun tidak semua prediksi
teoritis Robbins and Judge (2013) Perihal saling pengaruh antara variabel-variabel
input, proses dan outcomes perilaku birokrat mendapat dukungan empiris dalam
konteks penelitian ini. Tidak semua variabel input perilaku mempengaruhi variabel
proses perilaku, dan tidak semua variabel proses perilaku mempengaruhi outcomes
perilaku birokrat di konteks penelitian ini. Hal ini berimplikasi pada model perilaku
organisasi dari Robbins and Judge (2013). Implikasinya adalah bahwa studi-studi
perilaku birokrasi yang menerapkan model Robbins and Judge (2013) tidak serta
177
merta dapat mengadopsi seluruh arahan teoritiknya tetapi harus memilih parameter
Tabel
Buruk/Tidak
Level Individu Indikator Baik/Menonjol
Menonjol
Ѵ
Diversity / Keragaman
Input Ѵ
Personality
Nilai yang dianut Ѵ
Ѵ
Emotions & Moods
Proses
Motivasi Ѵ
Pengambilan Keputusan Ѵ
Ѵ
Task Performance
Outcomes
Citizenship Behavior Ѵ
Sumber: Diolah dari Data Primer, 2019
Proposisi Minor I:
Jika Input, Proses, dan Output Perilaku Individu dalam Pelaksanaan Program
baik, maka pelaksanaan Program Gerakan Mamuju Mapaccing akan Baik.
178
BAB VI
PENUTUP
VI.1. Kesimpulan
terlepas dari keterkaitannya dengan nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh
179
tetapi mempengaruhi keterlibatan pegawai dalam perilaku diskresioner
formal yang tinggi dan keterlibatan dalam perilaku diskresioner (OCB) yang
VI.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas maka penulis
180
intrinsik pada semua level pegawai maupun petugas kebersihan guna
keputusan organisasi.
jabatan pegawai.
sebagai berikut:
program tersebut
181
3. Studi yang sekarang ini mengambil setting pada dua organisasi yakni
komparatif baik pada level yang berbeda maupun pada organisasi yang
tersebut.
182
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Dunn, William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta. Gajah Mada
University Press.
Gibson Dkk. 1994, Jilid 2. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga
Ibrahim Akmal dan Aslinda, 2017. Organizational Citizenship Behavior dan Kinerja
Organisasi. Yogyakarta: Capiya Publishing.
Thoha Miftah, 2005. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta.
PERATURAN
183
Peraturan Bupati Mamuju Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Mamuju
Mapaccing
Peraturan Bupati mamuju Nomor Tahun 2018 tentang Kebijakan dan strategi
daerah Kabupaten Mamuju dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga
WEBSITE
https://mamujupos.com
http://makassar.tribunnews.com/2019/01/24/pemkab-optimalkan-program-gerakan-
mamuju-mapaccing
https://makassar.antaranews.com/berita/72450/pemkab-mamuju-resmikan-gerakan-
mamuju-mapaccing
http://wacana.info/berita/2590/mamuju-mapaccing-disoal-udin-mandegar-
bagaimana-mengukur-keberhasilan-program-itu-
JOURNAL
184
Amangala, Temple A., 2013. The Effect of Demographic Caracteristics on
Organisational Commitment: a Study of Salespersons in the Soft drink industry in
Nigeria. European Journal of Business and Management, Vol. 5, No.18, 2013
185
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 10
I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 11
I.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
186