Disusun oleh :
PALEMBANG
i
ii
iii
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan Karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik. Penelitian ini bejudul “PEMANFAATAN CAMPURAN MINYAK
KELAPA DAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF PENGGANTI SOLAR”
Paper karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu persyaratan dalam
mengikuti Perlombaan CHEMICAL ENGINEERING PAPER SIGINJAI 2019 di
Universitas Jambi. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tentunya penulis tidak
bekerja sendiri. Akan tetapi mendapat bantuan serta dukungan dari orang – Orang
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis ingin menngucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Orang Tua dan keluarga penulis yang selalu mendukung baik dalam hal
materiil maupun Doa
2. Ibu Dian Kurnia Sari, S.T.M.T. selaku ketua jurusan Teknik Analisis
Laboratorium Migas Politeknik Akmigas Palembang
3. Bapak Adi Syahputra, S.Si. M.Sc selaku Dosen Pembimbing karya tulis
ilmiah yang telah membimbing , mengarahkan dan membantu penulis selama
proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
4. Dosen-dosen Jurusan Teknik Analisis Laboratorium Migas Politeknik
Akamigas Palembang selaku pengajar yang telah membekali kami
dengan ilmu yang berguna sebelum menyusun karya tulis ilmiah ini.
5. Teman-teman Teknik Analisis Laboratorium Migas Politeknik Akamigas
Palembang.
6. Pihak terkait lainnya yang membantu selesainya karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu , penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar penelitian ini menjadi lebih baik. Semoga Hasil penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang berkepentingan.
penyusun
DAFTAR ISI
1
3.5.5 Proses Causting Refining ................................................ 10
3.5.6 Proses Transesterifikasi ................................................... 10
3.5.7 Proses Pemurnian ............................................................ 11
3.5.8 Proses Analisa ................................................................. 11
3.5.9 Gliserol Total .................................................................. 11
3.5.10 Analisa Masssa Jenis ..................................................... 11
3.5.11 Analisa Total Acid Number ........................................... 12
3.5.12 Analisa Flash Point ........................................................ 12
3.5.13 Analisa Viscositas Kinematic ........................................ 12
3.5.14 Analisa Pour Point ............ ............................................ 12
3.6 Bagan Diagram Alir ....................................................................... 13
Tabel 2.1 Standar Nasional Indonesia untuk Biodiesel SNI 7182:2012 .............4
1
ABSTRAK
Coconut plants are one of the plants that oil is produced from all
vegetables oils in theworld, which is almost is 20% of the total vegetable
oil produced. In indonesia coconut oil product is 18 million tons/year (Kementan
RI,
2018) and use waste oil around 24 million tons/year which is the result of the rest
of household and industril use (GIMNI,2018) which can become waste amg
potentially pollute the environment, but the conten contained in coconut oil and
used waste oil is a great potential to be used as raw materials for making
biodiesel.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak bumi merupakan sumber energi yang paling ekonomis dan mudah
untuk dimanfaatkan. Namun seiring dengan menipisnya cadangan minyak dunia,
Indonesia harus memiliki prospek yang cerah untuk memanfaatkan energi
yang terbarukan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi. Maka
biodiesel merupakan alternatif yang paling menjanjikan untuk mengatasi hal
tersebut. Biodiesel diproduksi dari sumber yang dapat terbarukan, dapat
didegradasi oleh mikroba, non toxic, dan mempunyai sifat yang sangat mirip
dengan bahan bakar fosil (Karman, 2012:83). Penggunaan produksi biodiesel
meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat, dan Asia,
meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dri penjualan bahan bakar
(Sofyan, 2012:62) Bahan bakar biodiesel dapat di perbaharui serta dapat
memperkuat perekonomian negara dan menciptakan lapangan kerja.
1
Menurut penelitian dari Kumar bahwa pemanfaatan minyak kelapa sebagai
bahan baku pembuatan biodiesel adalah mampu mengefisiensikan waktu dan
pemakaian bahan kimia sebagai pelarut dalam proses transesterifikasi
(Kumar dkk., 2010). Sedangakan penelitian dari Jincheng Din mengatakan
bahwa minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel adalah
berperan dalam memanfaatkan limbah rumah tangga mejadi bahan bakar yang
berbasis biomasa (Jincheng Ding, 2011). Berdasarkan
penelitian-penelitan tersebut hanya
memanfaatkan minyak jelantah dan minyak kelapa saja, sehingga dirasa
perlu dilakukan penelitian pembuatan biodiesel dengan cara mencampurkan
minyak jelantah dan minyak kelapa dengan katalis CaO dari Kalsinasi tulang
ayam.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
Saat ini, bahan baku dari lemak nabati lebih dominan dan sudah mencapai
skala industri. Dalam pengembangannya, bahan baku dari minyak yang
tidak dapat dikonsumsi (non-edible) manusia lebih diutamakan, karena dapat
mencegah berkurangnya suplai dan meningkatnya harga pangan dunia. Salah
satu bahan baku yang direkomendasikan untuk pengembangan biodiesel
adalah campuran minyak jelantah dan minyak kelapa. Minyak jelantah dan
minyak kelapa dinilai memiliki potensi untuk menjadi substitusi sebagai bahan
baku biodiesel.
Tabel 2.2. Perbandingan Kandungan Asam Lemak dalam Bunga Matahari, Minyak
Kedelai, dan Minyak Jelantah
Bunga Minyak Minyak Minyak
Asam lemak
Matahari Kedelai Jelantah
Lauric - - 9.95
Myristic 0,06 0,07 0,19
Palmitic 5,68 10,87 8,9
Palmitoleic 0,14 0,10 0,22
Searic 3,61 3,66 3,85
Oleic 34,27 23,59 30,71
Linoleic 54,79 53,86 54,35
Linonelic 0,07 6,49 0,27
Arachidic 0,25 0,37 0,29
Gidoleic 0,13 0,22 0,18
Bahenic 0,69 0,45 0,61
(Sumber: Mahreni, dkk, 2010)
Bila ditinjau dari komposisi kimia, minyak jelantah mengandung senyawa-
senyawa bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat
merusak kesehatan manusia karena mengandung senyawa
karsinogen dan akibat selanjutnya dapat
mengurangi kecerdasan. Penggunaan minyak jelantah yang
sudah berulang kali mengandung zat radikal bebas yang bersifat
karsinogenik seperti peroksida, epoksida, dan lain-lain. Pada percobaan
terhadap binatang, konsumsi makanan yang kaya akan gugus peroksida
menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti kanker usus. Kandungan FFA
dan air di dalam minyak bekas berdampak negatif terhadap reaksi
transesterifikasi, karena metil ester dan gliserol menjadi susah untuk
dipisahkan. Minyak goreng bekas lebih kental dibandingkan dengan minyak
segar disebabkan oleh terbentuknya asam lemak jenuh pada saat terjadinya
proses penggorengan.
2.6 Metanol
Untuk membuat biodesel, ester dalam minyak nabati perlu dipisahkan dari
gliserol. Ester tersebut merupakan bahan dasar penyusun biodiesel. Selama proses
transesterifikasi, komponen gliseroldari minyak nabati digantikan oleh
alkohol, baik etanol maupun metanol. Etanol merupakan alkohol yang terbuat
dari padi – padian. Metanol adalah alkohol yang dapat dibuat dari batubara,
gas alam, atau kayu (Yuli Setyo Indartono, 2006).
Metanol disebut juga metil alkohol merupakan senyawa paling sederhana
dari gugus alkohol. Rumus kimianya adalah CH3OH. Metanol berwujud
cairan yang tidak berwarna, dan mudah menguap. Metanol merupakan
alkohol yang agresif sehingga bisa berakibat fatal bila terminum, dan
memerlukan kewaspadaan yang tinggi dalam penanganannya. Jika menghirup
uapnya cukup lama atau jika terkena mata dapat menyebabkan kebutaan,
sedangkan jika tertelan akan mengakibatkan kematian (Andi Nur Alamsyah,
2006).
Sebagian besar produksi metanol diubah menjadi formaldehid yang
pada akhirnya digunakan untuk membuat polimer, juga digunakan sebagai
pelarut. Memiliki berat molekul 32,042 , titik leleh – 98oC dan titik didih
64oC.Alkohol yang paling umum digunakan untuk transesterifikasi adalah
metanol, karena harganya lebih murah dan daya reaksinya lebih tinggi
dibandingkan dengan alkohol rantai panjang, sehingga metanol ini mampu
memproduksi biodiesel yang lebih stabil.
Berbeda dengan etanol, metanol tersedia dalam bentuk absolut yang
mudah diperoleh, sehingga hidrolisa dan pembentukansabun akibat
airyang terdapat dalam alkoholdapat diminimalkan. Biaya untuk
memproduksi etanol absolut cukup tinggi. Akibatnya, bahan bakar diesel
berbasis etanol tidak berdaya saing secara ekonomis dengan metil ester asam
lemak, sehingga membiarkan bahan bakar diesel fosil bertahan sendiri.
Disamping itu, harga alkohol juga tinggi sehingga menghambat penggunaannya
dalam produksi biodiesel dalam skala industri (Erliza, dkk, 2007).
Gelatin 33,3%
METODELOGI PENELITIAN
3.4.1.Data Primer
3.4.2.Data Sekunder
3.4.7 Diskusi
Alat Bahan
Pada langkah ini, minyak nabati dicampur dengan 1-3 % air lalu
diaduk secara mekanis selama 60 menit pada suhu < 65oC dan di diamkan selama
24 jam. Proses ini akan menghidrasi fosfolipid dan gum sehingga tidak
larut dalam minyak. Kandungan fosfor akan turun hingga 12-170 ppm.
Bagan alir penelitian ini dapat dilihat dari bagan alir penelitian pada gambar 3.1
dibawah ini :
Pencampuran
Degumming
Pengendapan
Pemisahan Gliserol
Methylester
Air Pencucian
Air + NaOH
Biodiesel
Pengeringan
Air
Biodiesel Murni
Setelah kadar asam lemak bebas atau % FFA telah diketahui maka proses
selanjutnya adalah transesterifikasi. Pada proses ini minyak yang telah di pisahkan
direaksikan dengan methanol (99% wt) sebanyak 10% dari volume minyak
jelantah dan minyak kelapa dengan katalis CaO 98% sebanyak 0,5% dari volume
mixed oil. Dipanaskan pada suhu 600C di atas hot plate selama 1 jam
kemudian didiamkan selama 24 jam sampai terbentuk 2 lapisan, yaitu
lapisan atas berupa biodiesel dan lapisan bawah berupa gliserol. Selanjutnya
methyl esther dipisahkan dari gliserol menggunakan separator funnel.
Hasil
No Parameter Satuan Metode Uji Nilai
Penelitian
Mg ASTM D
1 Total Acid Number Max 0.8 0,1
KOH/gr 664
0 ASTM D
2 Flash Point C Min 100 146
93
ASTM D
3 Massa Jenis (400C) Kg/m3 850-890 850
1298
0 ASTM D
4 Pour Point C Max 18 17
97
AOCS Ca
5 Gliserol Total % massa Max 0,24 0, 21
14-56
Viscositas Mm2/s ASTM D
6 2,3-6,0 4.5
Kinematic (400C) (cSt) 445
PENUTUP
5.1.1.Simpulan
5.1.2.Saran
Dwiyuni, M. 2006. Kajian Sifat Fisiko – Kimia Ekstraksi Minyak Kelapa Murni
(Virgin Coconut Oil, VCO) dengan Metode Pembekuan Krim Santan.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sofyan, Putra. 2012. Panduan Membuat Sendiri Bensin & Solar. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Baru Press