Anda di halaman 1dari 15

INDUKSI MATEMATIKA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

KHUSUSNYA DALAM BIDANG EKONOMI

MAKALAH

Disusun Oleh :

Heni Wulandari
Muhammad Andanum
Nur Asyia Pratiwi
Rizca Dienul Permata
Silvia Andriani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji syukur kehadirat


Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Makalah ini untuk memenuhi dalam bidang penilaian mata kuliah
Matematika Ekonomi yang berjudul “Induksi Matematika dalam Kehidupan Sehari –
hari khususnya dalam Bidang Ekonomi”.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari
segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah untuk hari yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga


tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga.

Jakarta, Desember 2014

Penulis
1.1 Pendahuluan
Induksi Matematika berawal pada akhir abad ke-19 yang dipelopori oleh dua
orang matematikawan yaitu R. Dedekind dan G.Peano. Dedikind
mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggambarkan bilangan bulat positif.
Peano memperbaiki aksioma tersebut dan memberikannya interpretasi logis.
Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan Postulat Peano. Postulat ini ditemukan
sekitar tahun 1890 sebagai rumusan formula konsep bilangan asli.

Postulat Peano
1. 1 adalah anggota Ν.
2. Setiap anggota x ∈ Νmempunyai pengikut p(x) ∈ Ν.
3. Dua bilangan Ν di yang berbeda mempunyai pengikut yang berbeda.
4. 1 bukan pengikut bilangan x ∈ Ν yang manapun
5. Jika subhimpunan S ⊆ Ν memuat 1 dan pengikut dari setiap bilangan di S,
maka S = Ν

1.2 Induksi Matematika


Induksi matematika merupakan suatu metode yang penting dalam pembuktian
dan sering digunakan dalam berbagai buku. Induksi matematika merupakan suatu
metode yang digunakan untuk membangun kevalidan pernyataan yang diberikan
dalam istilah-istilah bilangan asli (N). Walaupun kegunaannya agak dibatasi dalam
konteks yang agak khusus, namun keberadaannya merupakan suatu alat yang sangat
diperlukan dalam cabang-cabang matematika.

Dianggap bahwa kita sudah mengenal bilangan asli N = { 1,2,3, ... }, baik
operasi biasa pada penjumlahan dan perkalian dan arti dari suatu bilangan asli yang
satu lebih kecil dari yang lain.

Teorema 1.1

Jika S adalah subset dari N dan jika S   , maka terdapat suatu m  S sedemikian
sehingga m  k, untuk setiap k  S.
Prinsip Induksi Matematika

Misal S subset dari N, maka berlaku sifat-sifat:

1. 1  S.
2. Jika k  S, maka (k+1)  S, dan S = N.
Bukti

Anggaplah berlaku sebaliknya S  N. Maka himpunan N – S tidak kosong dan


selanjutnya dengan sifat terurut dengan baik ia akan memuat suatu unsur terkecil.
Misal m adalah unsur terkecil dari N-S. Karena 1  S, maka menurut hipotesis (1),
kita tahu bahwa m  1. Selanjutnya untuk m > 1 mengakibatkan bahwa m – 1 juga
merupakan bilangan asli, Karena m – 1 < m dan karena m adalah unsur terkecil dari
N sedemikian sehingga m  S, ia mestilah merupakan kasus bahwa m-1  S.

Selanjutnya kita gunakan hipotesis (2) untuk unsur ke ke k = m – 1 dan


menyimpulkan bahwa k+1 = (m-1) + 1 = m  S. Kesimpulan ini bertentangan
dengan pernyataan bahwa m  S. Karena m diperoleh dengan mengasumsikan
bahwa N-S tidak kosong, hal ini juga bertentangan dengan kesimpulan bahwa N-S
kosong. Dengan demikian kita telah menunjukkan bawa S = N.

Bentuk lain dari prinsip Induksi Matematika dinyatakan sebagai berikut:

Untuk setiap n  N, misalkan P(n) merupakan suatu pernyataan tentang n,


anggaplah bahwa:

1. P(1) benar
2. P(k) benar maka P(k+1) benar,
Maka P(n) adalah benar untuk setiap n  N.

Contoh

Untuk setiap n  N, buktikan rumus penjumlahan berikut dengan induksi


matematika.
n(n  1)
1. 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n =
2
Penyelesaian

1(1  1)
Untuk n = 1  1 = , sehingga 1  S,
2

Andaikan untuk n = k diasumsikan bahwa k  S, sehingga

k (k  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... k =
2

Selanjutnya akan dibuktikan bahwa untuk n = k + 1 benar, maka

k (k  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + k + (k+1) =  (k  1)
2

k (k  1) 2(k  1)
 
2 2

k  k  2k  1
2


2

k  3k  1
2


2

(k  1)( k  2)

2

(k  1)( k  1)  1)
 , karena n = k+1, maka:
2

( n)( n  1)

2

Karena rumus ini terpenuhi untuk n = k+1, kita menyimpulkan bahwa k+1  S.
Jadi dari Induksi matematika terpenuhi. Oleh karena itu dengan prinsip induksi
matematika kita menyimpulkan bahwa S = N dan rumus tersebut adalah benar
untuk semua n  N.
1.3 Prinsip Induksi Sederhana
Misalkan p(n) adalah proporsi prihal bilangan bulat positif dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n. Untuk
membuktikan proporsi ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa :

1. p(1) benar, dan


2. jika p(n) benar, maka p(n + 1) juga benar untuk setiap n≥1
sehingga p(n) benar, maka semua bilangan bulat positif n

1.4 Langkah-langkah menyelesaikan induksi matematika


1. Basis Induksi
Untuk memperlihatkan bahwa pernyataan tersebut benar bila n diganti dengan
1, yang merupakan bilangan bulat positif terkecil.
2. Induksi
Asumsi yang menyatakan bahwa p(n) benar. Bila kita sudah menunjukkan
kedua langkah tersebut benar maka kita sudah membuktikan bahwa p(n) benar
untuk semua bilangan bulat positif n. Kemudian kita harus menunjukkan
bahwa implikasi p(n) p(n + 1) benar untuk setiap bilangan bulat positif. Hal
ini dapat diselesaikan dengan cara memperlihatkan bahwa berdasarkan
hipotesis p(n) benar maka p(n + 1) juga harus benar.
3. Hipotesis Induksi
Pembuktian p(n + 1) bernilai benar.
Contoh 1

1
Buktikan bahwa untuk setiap n ∈ Ν berlaku 1 + 2 + 3 + … + n = 2 n(n + 1)

Penyelesaian

1. Basis Induksi
n=1

1
1 = 2 1(1 + 1)
1=1

benar

2. Langkah Induksi
n=k

1
1 + 2 + 3 + … + k = 2 k(k + 1)

benar

3. Hipotesis Induksi
Akan dibuktikan benar untuk n = k + 1

1
1 + 2 + 3 + … + k + (k + 1) = 2 k(k + 1) + (k + 1)

𝑘(𝑘 + 1) 2(𝑘 + 1)
= +
2 2

𝑘 2 + 𝑘 2𝑘 + 2
= +
2 2

𝑘 2 + 𝑘 + 2𝑘 + 2
=
2

𝑘 2 + 3𝑘 + 2
=
2

(𝑘 + 1)(𝑘 + 2)
=
2

1
= (𝑘 + 1)[(𝑘 + 1) + 1]
2

1
Jadi benar 1 + 2 + 3 + … + n = 2 n(n + 1) untuk setiap n ∈ Ν
Contoh 2

Buktikan bahwa untuk setiap n ∈ Ν dan 𝑛0 ∈ Ν berlaku 1 + 3 + 5 + … + n(n + 1)/2


1
= 6 n(n + 1)(n + 2)

1. Basis Induksi
n=1

1
12 = 6 1(1 + 1)(1 + 2)

1=1

benar

2. Langkah Induksi
n=k

1
1 + 3 + 5 + … + k(k + 1)/2 = 6 k(k + 1)(k + 2)

benar

3. Hipotesis Induksi
Akan dibuktikan benar untuk n = k + 1

1
1 + 3 + … + k(k + 1)/2 + (k + 1)(k + 2)/2 = 6 k(k + 1)(k + 2) + (k + 1)(k + 2)/2

𝑘(𝑘 + 1)(𝑘 + 2)
=
6
3(𝑘 + 1)(𝑘 + 2)
+
6

𝑘 3 + 3𝑘 2 + 2𝑘 3𝑘 2 + 9𝑘 + 6
= +
6 6

𝑘 3 + 6𝑘 2 + 11𝑘 + 6
=
6
(𝑘 + 1)(𝑘 + 2)(𝑘 + 3)
=
6

1
Jadi benar 1 + 3 + 5 + … + n(n + 1)/2 = 6 n(n + 1)(n + 2) n ∈ Ν.

1.5 Penerapan Induksi Matematika Dalam Bidang Ekonomi


1. aplikasi dalam pengunaan ATM
a. Konsep ATM Secara Umum di Indonesia
ATM, pada umumnya, hanya memiliki satu jenis nominal uang. Logikanya
ialah sebuah ATM hanya memiliki satu cartridge uang, yang hanya dapat diisi
oleh sebuah nominal (entah itu Rp 20.000,-, Rp 50.000,-, maupun Rp 100.000,-).
Nah, pengolahan berapa jumlah uang yang dikeluarkan tidak secara langsung
dihitung dari jumlah nominal uang yang ditarik, tapi dikonversikan dahulu,
pecahan uang yang tersedia pada cartridge harus dikeluarkan sebanyak berapa
lembar agar uang yang ingin ditarik pelanggan tercukupi4. Misal pelanggan
ingin menarik uang sebanyak Rp 200.000,-. Maka ada tiga kemungkinan :

- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 20.000,-, maka cartridge


penyimpan uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan
sebanyak 10 lembar.

- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 50.000,-, maka cartridge


penyimpanan uang akan diperintahkan menghitung dan mengeluarkan
sebanyak 4 lembar.

- Jika ATM tersebut berisi uang pecahan Rp 100.000,-, maka cartridge


penyimpanan uang akan diperintahkan untuk menghitung dan mengeluarkan
uang sebanyak 2 lembar.

Terdapat beberapa kelemahan dalam ATM yang memiliki sistem seperti ini,
antara lain : Pelanggan ingin menarik uang yang tidak genap (misal ingin
menarik uang sebesar Rp 70.000,- ).

Pada kenyataannya, masalah ini memang sudah ditanggulangi dengan


mengeluarkan pernyataan “Mesin ini hanya mengeluarkan uang dalam pecahan
kelipatan Rp 20.000,- (atau Rp 50.000,- atau Rp 100.000,-). Masyarakat juga
telah memaklumi keadaan ini. Namun, apakah tidak jauh lebih mudah jika dapat
dilakukan penarikan tunai dengan nominal yang tidak genap seperti itu? Apa
sebenarnya keistimewaan cara berpikir ATM Multi Pecahan Uang?

b. Penerapan Induksi Matematika dalam ATM Multi Nominal

Penerapan Induksi Matematik dalam ATM Multi Nominal yakni dengan


penggunaan Prinsip Induksi yang Dirampatkan (prinsip pertama) pada proses
penghitungan uang yang akan dikeluarkan dari cartrige penyimpanan uang.

Ada beberapa ketentuan dalam pengambilan uang pada ATM Multi


Nominal ini. Ketentuan tersebut antara lain :

- jumlah minimal penarikan

- jumlah kelipatan penarikan dari jumlah minimalnya

- pecahan uang berapa yang ada di ATM tersebut

Jadi, bagaimana cara perhitungannya?

Ambil sebuah contoh, dalam satu ATM terdapat pecahan uang Rp 20.000,-
dan Rp 50.000,-. Berapakah jumlah kelipatan penarikan dengan jumlah
minimal yang dapat diambil pelanggan melalui ATM tersebut adalah Rp
40.000,-?

Penyelesaian :

1. tunjukkan bahwa f(n0) benar (berlaku)

Basis induksi : Untuk mengeluarkan uang dengan jumlah Rp 40.000,- dapat


digunakan 2 lembar uang Rp 20.000,-. f(n0) jelas benar (berlaku) !!

2. Jika f(n) benar (berlaku) maka tunjukkan f(n+k) juga benar (berlaku) untuk
semua bilangan bulat n ≥ n0. (k ialah kelipatan pengambilan uang di ATM)
Langkah induksi : Jika f(n) benar, yaitu untuk mengeluarkan uang dengan
jumlah Rp 40.000 dapat digunakan e lembar uang Rp 20.000,- (hipotesis
induksi). Kita harus menunjukkan bahwa f(n+k) juga benar, yaitu untuk
mengeluarkan uang sebesar n+k juga dapat menggunakan pecahan uang Rp
20.000,- dan/atau Rp 50.000,-.

Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:

a. Kemungkinan pertama, misalkan tidak ada uang pecahan Rp 50.000,- yang


dikeluarkan, maka uang yang dikeluarkan senilai Rp n,- menggunakan
pecahan Rp 20.000,- semuanya. Karena n ≥ Rp 40.000,-, setidaknya harus
digunakan dua lembar pecahan Rp 20.000,-. Dengan mengganti dua lembar
uang Rp 20.000,- dengan selembar uang Rp 50.000, akan menjadikan uang
yang dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k senilai Rp 10.000,-.

b. Kemungkinan kedua, misalkan ATM mengeluarkan uang senilai Rp n,-


dengan sedikitnya satu lembar pecahan Rp 50.000,-. Dengan mengganti satu
lembar pecahan Rp 50.000,- dengan tiga lembar uang pecahan Rp 20.000,-
akan menjadikan uang yang dikeluarkan ATM sebesar Rp n+k,- dengan k
senilai Rp 10.000,-

Dari penjelasan di atas,, dapat diketahui bahwa nilai k (kelipatan) uang


yang dapat diambil dari ATM tersebut, dengan minimal jumlah pengambilan
sebesar Rp 40.000,-, ialah sebesar Rp 10.000,-.

Contoh soal dalam kehidupan sehari – hari

1. Buktikan pernyataan “Untuk membayar biaya pos sebesar n sen (n  8) selalu


dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan perangko 5 sen” benar.

Penyelesaian:

(i) Basis induksi. Untuk membayar biaya pos 8 sen dapat digunakan 1 buah
perangko 3 sen dan 1 buah perangka 5 sen saja. Ini jelas benar.
(ii) Langkah induksi. Andaikan p(n) benar, yaitu untuk membayar biaya pos
sebesar n (n  8) sen dapat digunakan perangko 3 sen dan 5 sen (hipotesis
induksi). Kita harus menunjukkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu untuk
membayar biaya pos sebesar n + 1 sen juga dapat menggunakan perangko 3 sen
dan perangko 5 sen. Ada dua kemungkinan yang perlu diperiksa:

(a) Kemungkinan pertama, misalkan kita membayar biaya pos senilai n sen dengan
sedikitnya satu perangko 5 sen. Dengan mengganti satu buah perangko 5 sen
dengan dua buah perangko 3 sen, akan diperoleh susunan perangko senilai n + 1
sen.
(b) Kemungkinan kedua, jika tidak ada perangko 5 sen yang digunakan, biaya pos
senilai n sen menggunakan perangko 3 sen semuanya. Karena n  8, setidaknya
harus digunakan tiga buah perangko 3 sen. Dengan mengganti tiga buah
perangko 3 sen dengan 2 buah perangko 5 sen, akan dihasilkan nilai perangko n
+ 1 sen.
Contoh Penerapan materi induksi matematika dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

1. Masalah : Mengambil nominal uang yang diinginkan melalui ATM.


Solusi : Menentukan nominal yang diinginkan sesuai uang yang kita
ambil melalui ATM
Di mana : Di ATM/bank

2. Masalah : Menyusun keping domino


Solusi : Menggunakan teori induksi matematika dalam menyusun
domino
Di mana : Di rumah

3. Masalah : Memasang ubin/keramik didalam ruangan


Solusi : Menggunakan teori induksi matematika yaitu menentukan
pemasangan ubin
Di mana : Di rumah

Contoh dalam efek domino


Pada gambar (a) di atas kita melihat sebaris 4 domino pertama yang ditata rapi dengan
jarak antara masing-masing domino yang berdekatan kurang dari tinggi domino.
Sehingga, jika kita mendorong domino nomor k ke kanan, maka domino tersebut akan
merebahkan domino nomor (k + 1). Proses ini ditunjukkan oleh gambar (b). Kita tentu
akan berpikir bahwa apabila proses ini berlanjut, maka domino nomor (k + 1) tersebut
juga akan merebahkan domino di sebelah kanannya, yaitu domino nomor (k + 2), dan
seterusnya. Bagian (c) menggambarkan bahwa dorongan terhadap domino pertama
merupakan analogi dari bilangan 1 menjadi anggota himpunan S. Hal ini merupakan
langkah dasar dari proses efek domino. Selanjutnya, jika k anggota S akan menyebabkan
(k + 1) anggota S, akan memberikan langkah induktif dan melanjutkan proses perebahan
domino. Sehingga, pada akhirnya kita akan melihat bahwa semua domino akan rebah.
Atau dengan kata lain, domino yang memiliki nomor urut semua bilangan asli akan
rebah.

Contoh Pengubinan dengan Tromino


Diberikan suatu papan catur 2n × 2n (n > 0), dengan salah satu persegi di bagian pojok
dihilangkan, buktikan bahwa papan catur tersebut dapat ditutup sempurna dengan
tromino. (Tromino adalah gambar yang terdiri dari 3 persegi yang sisinya saling
bersinggungan, tetapi 3 persegi tersebut tidak dalam satu barisan yang berjajar)

Bukti Pernyataan tersebut benar untuk n = 1 karena secara jelas papan catur 21 × 21
yang salah satu persegi bagian pojok dihilangkan memiliki bentuk yang sama dengan
tromino. Andaikan pernyataan tersebut benar untuk k anggota N. Diberikan papan catur
dengan ukuran 2k + 1
× 2k + 1
yang salah satu persegi di bagian pojok dihilangkan.
Bagilah papan catur tersebut menjadi 4 papan catur 2k × 2k A, B, C, dan D, dengan satu
di antaranya, yaitu A, memiliki bagian yang salah satu persegi di pojok hilang.
Tempatkan 1 tromino, T, di tengah-tengah papan catur 2k + 1
× 2k + 1
sedemikian
sehingga persegi-persegi tromino tersebut berada di bagian B, C, dan D. Kemudian
gunakan kasus n = k untuk menutup bagian A, B – T, C – T, dan D – T dengan tromino.
Proses tersebut akan menutup papan catur 2k + 1 × 2k + 1 tepat sempurna dengan tromino-
tromino. (Gambar di bawah ini mengilustrasikan untuk kasus n = 3).
REFERENSI

dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/2010/12/gabungan-file.doc (Diakses tanggal 13


Desember pada pukul 16.43 WIB)
Pembuktian dengan Induksi Matematika,
https://aimprof08.wordpress.com/2012/08/15/pembuktian-dengan-induksi-matematika/
(Diakses tanggal 13 Desember pada pukul 16.43 WIB)
http://adrahma2.blogspot.com/2013/04/penerapan-induksi-matematik.html (Diakses
tanggal 15 Desember pada pukul 20.15 WIB)
http://dianparlindungan.blogspot.com/2013/11/normal-0-false-false-false-en-gb-x-
none.html (Diakses tanggal 15 Desember pada pukul 20.17 WIB)
http://yos3prens.wordpress.com/2013/10/06/induksi-matematika/ (Diakses tanggal 15
Desember pada pukul 20.30 WIB)

Anda mungkin juga menyukai