Anda di halaman 1dari 28

Tugas Pokok dan Fungsi Komite Sekolah / Madrasah

Posted by Ismadi PutraRabu, 07 November 20120 komentar


A. SEJARAH

1. Pengertian.

Para perencana pembangunan mengartikan partisipasi sebagai dukungan terhadap rencana atau
proyek pembangunan yang direncanakan dan ditentukan oleh pemerintah. Ukuran partisipasi
masyarakat diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk ikut menanggung
biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga yang diberikan kepada pemerintah. Partisipasi
yang berlaku secara universal adalah kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan, dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah
dicapai.

Sebagai konsekuensi perluasan makna partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan


pada tingkat satuan pendidikan, maka perlu dibentuk suatu wadah untuk menampung dan
menyalurkannya yang diberi nama Komite Sekolah / Madrasah. Komite Sekolah / Madrasah adalah
badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra
sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.

Komite Sekolah / Madrasah merupakan suatu badan atau lembaga non profit dan non politis, dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stake-holder pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggungjawab terhadap peningkatan
kualitas proses dan hasil pendidikan.

2. Nama.

Ditinjau dari perspektif sejarah persekolahan pada tingkat SD/MI, SLTP/MTs, dan SMU/SMK/MA di
Indonesia, masyarakat sekolah, khususnya orang tua siswa, telah memerankan sebagian fungsinya
dalam membantu penyelenggaraan pendidikan. Sebelum tahun 1974 masyarakat orang tua siswa di
lingkungan masing-masing sekolah telah membentuk Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG).

Sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan jalur


sekolah semakin meningkat, maka POMG pada awal tahun 1974 dibubarkan dan dibentuk suatu badan
yang dikenal dengan Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Pasang surut perkembangan
penyelenggaraan pendidikan jalur dan jenis sekolah, tidak dapat dilepaskan dari partisipasi
masyarakat, khususnya orang tua peserta didik termasuk keberadaan BP3.
Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan
yang diberikan oleh sekolah, dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upaya
peningkatan mutu, pemerataan, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, dan tercapainya
demokratisasi pendidikan, perlu adanya dukungan dan peran serta masyarakat untuk bersinergi
dalam suatu wadah yang lebih sekedar lembaga pengumpul dana pendidikan dari orang tua siswa.

Pada saat ini, selain adanya BP3 dibentuk pula Komite Sekolah / Madrasah (di beberapa sekolah yang
memperoleh program khusus), beranggotakan kepala Sekolah / Madrasah sebagai ketua dan salah
seorang Guru, Ketua BP3, Ketua LKMD dan Tokoh Masyarakat sebagai anggota. Pembentukan komite
dimaksudkan untuk menangani pelaksanaan rehabilitasi bangunan sekolah (SD dan MI), dan
pembangunan unit sekolah baru (SLTP dan MTs), sedangkan di SMK, selain terdapat BP3 dibentuk
juga Majelis Sekolah yang mempunyai peran menjembatani sekolah dengan industri dalam
pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG), dan Bursa Kerja Khusus (BKK) yang merupakan kerja
sama sekolah dengan Depnaker dalam pemasaran lulusan.

Kondisi nyata tersebut dalam memasuki era Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) perlu dibenahi
selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi kesepakatan, komitmen, kesadaran, dan kesiapan
membangun budaya baru dan profesionalisme dalam mewujudkan “Masyarakat Sekolah” yang
memiliki loyalitas pada peningkatan mutu sekolah. Untuk terciptanya suatu masyarakat sekolah yang
kompak dan sinergis, maka Komite Sekolah merupakan bentuk atau wujud kebersamaan yang
dibangun melalui kesepakatan (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002).

Komite Sekolah / Madrasah adalah nama badan yang berkedudukan pada satu satuan pendidikan,
baik jalur sekolah maupun luar sekolah, atau beberapa satuan pendidikan yang sama di satu
kompleks yang sama. Nama Komite Sekolah merupakan nama generik. Artinya, bahwa nama badan
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite
Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan Sekolah, Majelis Sekolah,
Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lainnya yang disepakati. Dengan demikian, organisasi yang
ada tersebut dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaannya sesuai dengan panduan ini atau
melebur menjadi organisasi baru, yang bernama Komite Sekolah (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002).
Peleburan BP3 atau bentuk-bentuk organisasi lain yang ada di sekolah, kewenangannya akan
berkembang sesuai kebutuhan dalam wadah Komite Sekolah.

B. KEDUDUKAN DAN SIFAT

1. Kedudukan.

Komite Sekolah berkedudukan di satuan pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah. Satuan
pendidikan dalam berbagai jenjang, jenis, dan jalur pendidikan, mempunyai penyebaran lokasi yang
amat beragam. Ada sekolah tunggal dan ada sekolah yang berada dalam satu kompleks. Ada sekolah
negeri dan ada sekolah swasta yang didirikan oleh yayasan penyelenggara pendidikan. Oleh karena
itu, maka Komite Sekolah dapat dibentuk dengan alternatif sebagai berikut :

1. Komite Sekolah yang dibentuk di satu satuan pendidikan. Satuan pendidikan sekolah yang
siswanya dalam jumlah yang banyak, atau sekolah khusus seperti Sekolah Luar Biasa, temasuk dalam
ketegori yang dapat membentuk Komite Sekolah sendiri.

2. Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan sekolah yang sejenis. Sebagai
misal, beberapa SD / MI yang terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan dapat
membentuk satu Komite Sekolah.

3. Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang
pendidikan dan terletak di dalam satu kompleks atau kawasan yang berdekatan. Sebagai misal, ada
satu kompleks pendidikan yang terdiri dari satuan pendidikan TK, SD, SLB, dan SMU, dan bahkan SMK
dapat membentuk satu Komite Sekolah.

4. Komite Sekolah yang dibentuk untuk beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenis dan jenjang
pendidikan milik atau dalam pembinaan satu yayasan penyelenggara pendidikan, misalnya sekolah-
sekolah di bawah lembaga pendidikan Muhammadiyah, Al Azhar, Al Izhar, Sekolah Katholik, Sekolah
Kristen, dsb.

2. Sifat.

Komite Sekolah / Madrasah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan
hierarkis dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Komite Sekolah dan Lingkungan
Sekolah memiliki kemandirian masing-masing, tetapi tetap sebagai mitra yang harus saling bekerja
sama sejalan dengan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS).

C. TUJUAN

Dibentuknya Komite Sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat sekolah yang
mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Komite
Sekolah yang dibentuk dapat dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis,
ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai potensi masyarakat setempat.
Oleh karena itu, Komite Sekolah yang dibangun harus merupakan pengembangan kekayaan filosofis
masyarakat secara kolektif. Artinya, Komite Sekolah mengembangkan konsep yang berorientasi
kepada pengguna (client model), berbagai kewenangan (power sharing and advocacy model) dan
kemitraan (partnership model) yang difokuskan pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan.

Adapun tujuan dibentuknya Komite Sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat sekolah adalah
sebagai berikut :
1.Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan.
2.Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
3.Menciptakan suasana harmonis, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan
pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.

D. PERAN DAN FUNGSI

1. Peran.

Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, pembentukannya
harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Adapun peran yang
dijalankan Komite Sekolah adalah sebagai berikut :
a.Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan
di satuan pendidikan.
b.Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c.Pengontrol (controlling agency) dalam penyelenggaraan kegiatan di satuan pendidikan.
d.Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.

2. Fungsi.

Untuk menjalankan perannya itu, Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut :
a.Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.
b.Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan
pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
c.Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan oleh masyarakat.
d.Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:
1) Kebijakan dan Program Pendidikan.
2) Kriteria Kinerja Satuan Pendidikan.
3) Kriteria Tenaga Kependidikan.
4) Kriteria Fasilitas Pendidikan.
5) Hal-hal lain yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan.
e.Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
f.Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan.
g.Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, dan penyelenggaraan di satuan
pendidikan.

Komite Sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut.
- Komite Sekolah menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program sekolah kepada stakeholder
secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran program sekolah.
- Menyampaikan laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang
tak bergerak maupun bergerak), maupun non materi (tenaga, pikiran) kepada masyarakat dan
pemerintah setempat.

E. Organisasi

Kepengurusan Komite Sekolah

Pengurus Komite Sekolah ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-kurangnya terdiri atas
seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan.
Pengurus komite dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite bukan
berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan dapat diangkat petugas khusus yang
menangani urusan administrasi Komite Sekolah dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan
kesepakatan rapat Komite Sekolah.

Pengurus Komite Sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
a. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah Komite Sekolah.
b. Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.
c. Jika diperlukan pengurus Komite Sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai
konsultan sesuai dengan bidang keahliannya.

Mekanisme kerja pengurus Komite Sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :


a.Pengurus komite Sekolah terpilih bertanggungjawab kepada musyawarah anggota sebagai forum
tertinggi sesuai AD dan ART.
b.Pengurus Komite Sekolah menyusun program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota
yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik.
c.Apabila pengurus Komite Sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka
musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru.
d.Pembiayaan pengurus Komite Sekolah diambil dari anggaran Komite Sekolah yang ditetapkan
melalui musyawarah.

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.


Komite Sekolah wajib memiliki AD/ART. Anggaran Dasar sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama dan tempat kedudukan.
b. Dasar, tujuan, dan kegiatan.
c. Keanggotaan dan kepengurusan.
d. Hak dan kewajiban anggota dan pengurus.
e. Keuangan.
f. Mekanisme kerja dan rapat-rapat.
g. Perubahan AD dan ART, serta pembubaran organisasi.

Anggaran Rumah Tangga sekurang-kurangnya memuat :


a. Mekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus Komite Sekolah.
b.Rincian tugas Komite Sekolah.
c. Mekanisme rapat.
d. Kerja sama dengan pihak lain.
e. Ketentuan penutup.

F. PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH

1. Prinsip Pembentukan.

Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis.
Dilakukan secara transparan adalah bahwa Komite Sekolah harus dibentuk secara terbuka dan
diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses
sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman
calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Dilakukan secara akuntabel
adalah bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertanggungjawaban kinerjanya
maupun penggunaan dana kepanitiaan. Dilakukan secara demokratis adalah bahwa dalam proses
pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu
pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara.

2. Mekanisme Pembentukan.

Pembentukan komite Sekolah diawali dengan pembentukan panitia persiapan yang dibentuk oleh
kepala satuan pendidikan dan/atau oleh atau oleh masyarakat. Panitia persiapan berjumlah sekurang-
kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan
pendidikan, penyelenggara pendidikan), pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh
masyarakat, tokoh agama, dunia usaha dan industri), dan orang tua peserta didik.

Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite Sekolah dengan langkah-langkah


sebagai berikut :
- Mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk pengurus/anggota BP3, Majelis
Sekolah, dan Komite Sekolah yang sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut keputusan ini.
- Menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat;
- Menyeleksi anggota berdasarkan usulan dari masyarakat;
- Mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat;
- Menyusun nama-nama anggota terpilih;
- Memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah;
- Menyampaikan nama pengurus dan anggota Komite Sekolah kepada kepala satuan pendidikan.
- Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk.

3. Penetapan Pembentukan Komite Sekolah.

Calon anggota Komite Sekolah yang disepakati dalam musyawarah atau mendapat dukungan suara
terbanyak melalui pemungutan suara secara langsung menjadi anggota Komite Sekolah sesuai dengan
jumlah anggota yang disepakati dari masing-masing unsur. Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama
kali dengan Surat Keputusan kepala satuan pendidikan, dan selanjutnya diatur dalam AD dan ART.
Misalnya dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga disebutkan bahwa pemilihan anggota
dan pengurus Komite Sekolah ditetapkan oleh musyawarah anggota Komite Sekolah.

Pengurus dan anggota komite terpilih dilaporkan kepada pemerintah daerah dan dinas pendidikan
setempat. Untuk memperoleh kekuatan hukum, Komite Sekolah dapat dikukuhkan oleh pejabat
pemerintahan setempat. Misalnya Komite Sekolah untuk SD dan SLTP dikukuhkan oleh Camat dan
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan; SMU/SMK dikukuhkan oleh Kepala Dinas
Kabupaten/Kota dan Bupati/Walikota.

G. KESIMPULAN

Panduan ini merupakan acuan utama untuk membentuk dan/atau memperluas peran, fungsi, dan
keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Dalam membentuk badan tersebut, pemrakarsa
dapat berkonsultasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah dapat diatur melalui Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di
kabupaten/kota.
Semoga artikel singkat ini bermanfaat .....
Sumber : http://www.depdiknas.go.id

http://www.min2tbalai.com/2012/11/tugas-pokok-dan-fungsi-komite-sekolah.html

1. Konsep Dasar Komite Sekolah


Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan
(BP3). Secara substansi kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan. Yang
membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan
mewujudkan mutu pendidikan.
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan,
baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar
sekolah (kepemendiknas nomor: 044/U/2002).

Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:


a. Mewadahi dan menyalurkan aspirassi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan
operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
di satuan pendidikan
c. Menciptakan suasana dan kondisi trasparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan
dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan (kepemendiknas nomor:
044/U/2002).
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:
a. Mendorong tumbbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu
b. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri)
dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
c. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan oleh masyarakat
d. Memberikan masukan, pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:
1) Kebijakan dan program pendidikan
2) Rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)
3) Kriteria kinerja satuan pendidikan
4) Kriteria fasilitas pendidikan
5) Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
e. Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan gguna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
f. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan
g. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002)
2. Peranan Komite Sekolah
Secara kontekstual, peran kkomite sekolah diantaranya sebagai berikut:
a. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan
b. Pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
c. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan
d. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan (Kepmendiknas
nomor: 044/U/2002)
Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan komite sekolah
terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni :
a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di sekolah baik
sarana, prasarana maupun teknis pendidikan
b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha pemantapan sekolah dalam
mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan
bela negara, kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan
kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta, serta apresiasi seni
dan budaya.
c. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu
d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum, baik intra maupun
ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah, kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa
dan karyawan
e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah
f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah
(RAPBS)
g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemua untuk kepentingan tertentu (Depdiknas,2001:17)
Mengacu pada peranan komite sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan, sudah barang
tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh melalui iuran anggota sesuai kemampuan,
sumbangan sukarela yang tidak mengikat, usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud
dan tujuan pembentukan komite sekolah
3. Hubungan sekolah dengan Komite Sekolah
Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga
yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat,
sehhingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena
itu, hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam
keseluruhan kerangka penyelenggaraan pendidikan.
Adanya hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat yang diwadahi dalam
organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu mengoptimalkan peran serta orang tua
dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan, dalam bentuk:
a. Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan, memberikan bantuan
dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan sekolah
b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang dimiliki anaknya
c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas,2001:19)
Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat, substansi pembinaannya
harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan seluruh personil sekolah dalam:
a. Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan pribadi anak
b. Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik, dengan harapan mereka
mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran
c. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program pendidikan yang sedang
dikembangkan disekolah
d. Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-hambatan yang dihadapi di
sekolah
e. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta memajukan sekolah
f. Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan dan mengawasi
program sekolah (Depdiknas,2001:20)

4. Konsep Mutu Pendidikan


Mutu dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada
setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement)
dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, dapat pula prestasi bidang lain seperti olahraga,
seni atau keterampilan tertentu (komputer, beragam jenis teknik, jasa). Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban,
saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. (Umaedi,1999:9)
Pengertian mutu secara umum adalah gambaran dan kerakteristik yang menyeluruh dari barang-
barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
ditentukan dalam konteks pendidikan. Penegertian mutu mencakup input, proses dan output
pendidikan (Depdiknas Buku 1 MPMBS,2001:25)
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena kebutuhan untuk
keberlangsungan proses. Input pendidikan meliputi SDM dan perangkat lunak serta harapan-
harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses dan pencapaian target.
Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu yang diperoleh
dari hasil proses disebut output.
Output pendidikan merupakan hasil kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses/perilak sekolah.
A. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya-upaya yang
dilakukan oleh Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan, meliputi:
a) Peningkatan partisipasi orang tua dan masyarakat dalam kemajuan sekolah, khususnya
dukungan moril dan material
b) Peningkatan kesejarteraan guru
c) Pengadaan sarana dan prasarana pembelajaran
d) Pengawasan terhadap program pendidikan di sekolah. Upaya-upaya tersebut sudah dilakukan
Komite Sekolah secara maksimal sesuai dengan kemampuan pengurus Komite Sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
 Depdiknas.2001, Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah, Jakarta:
Depdiknas
 Depdiknas.2001, Partisipasi Msyarakat, Jakarta: Depdikbud
 Soenarya, Endang. 2000, Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendidikan Sistem.
Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa
 Umaedi.1999. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas
 Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor: 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah

Bersumber dari : http://www.abyfarhan.com/2011/12/komite-


sekolah.html#ixzz2W6V9L1IE
Follow us: @aby_farhan on Twitter

KOMITE SEKOLAH DALAM PP 17 TAHUN 2010

Di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/u/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dijelaskan bahwa Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun
jalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
daerah masing- masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite
Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama
lain yang disepakati.

Sedangkan badan yang seperti Bp3, komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat
memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. sedangkan di dalam PP no 17
tahun 2010 kedudukan ini tidak berubah, artinya bahwa Komite Sekolah tetap sebagai lembaga yang
mandiri yang dibentuk guna mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan, perbedaannya dalam PP no 17 tahun 2010 ini disebutkan bahwa komite sekolah selain
mandiri juga harus profesional. Artinya Komite sekolah harus benar-benar dapat menjalankan peran dan
fungsi, tidak hanya menjadi alat pelengkap di sekolah, atau bahkan hanya menjadi ”tukang stempel: atas
kebijakan kepala sekolah.

Dalam hal pembentukan komite sekolah di dalam Kepmendiknas di jelaskan bahwa Komiter sekolah
dapat dibentuk di setiap satuan pendidikan. Dalam keputusan ini tidak menjelaskan berapa jumlah siswa
minimal dimiliki sekolah agar dapat membentuk komite sekolah, artinya setiap satuan pendidikan berhak
untuk membentuk komite sekolah, tidak peduli berapapun jumlah peserta didik yang terdaftar dalam
sekolah tersebut. Tetapi dalam PP no 17 tahun 2010 pasal 196 dijelaskan bahwa Satuan pendidikan
yang memiliki peserta didik kurang dari 200 (dua ratus) orang dapat membentuk komite
sekolah/madrasah gabungan dengan satuan pendidikan lain yang sejenis. Dengan demikian, dalam PP
ini dikenal adanya komite sekolah gabungan.

PERAN KOMITE SEKOLAH

Dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002, komite sekolah berperan:


1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan di satuan pendidikan;
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sedangkan
dalam PP nmor 17 tahun 2010 pada pasal 205 fungsi pengawasan komite sekolah lebih
dipertegas lagi.

Dalam pasal ini dijelaskan :

1) Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan


pendidikan pada tingkat satuan pendidikan;.

2) Hasil pengawasan oleh komite sekolah/madrasah dilaporkan kepada rapat orang tua/ wali peserta
didik yang diselenggarakan dan dihadiri kepala sekolah/madrasah dan dewan guru.

FUNGSI

Lebih lanjut dalam Kepmendiknas nomor 044/u/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi :

1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan


pendidikan yang bermutu;
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri)
dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan oleh masyarakat;
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai:
kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah
(RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas
pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan;
5. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan;
6. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan
pendidikan;
7. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan
keluaran pendidikan di satuan pendidikan.

Secara prinsip fungsi ini tidak berbeda dengan PP nomor 17 tahun 2010, artinya fungsi yang dijelaskan
dalam PP ini masih relevan dilaksanakan.
Hal yang berbeda dari PP ini adalah tentang keanggotaan komite sekolah. Dalam Kepmendiknas nomor
044/u/2002 dijelaskan bahwa jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya adalah 9 (sembilan)
orang dan jumlahnya adalah gasal, sedangkan dalam PP nomor 17 tahun 2010 keanggotaan komite
sekolah ditetapkan sebanyak 15 (lima belas) orang.

Unsur-unsur yang dapat menjadi anggota komite sekolah juga berubah, Kepmendiknas nomor
044/u/2002 menjelaskan bahwa anggota komite sekolah dapat berasal dari unsur orang tua/wali peserta
didik; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan;
wakil alumni; wakil peserta didik. Sedangkan dalam PP nor 17 tahun 2010, keanggotaan komite.sekolah
terdiri dari orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen); tokoh masyarakat paling
banyak 30% (tiga puluh persen); dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh
persen) dengan demikian yang berubah adalah ditiadakannya anggota komite sekolah dari unsur alumni
dan peserta didik.

Masa keanggotaan komite sekolah juga mengalamai perubahan. Dalam Kepmendiknas nomor
044/u/2002 setelah pembentukan pertama kali oleh sekolah, maka masa keanggotaan komite sekolah
diatur berdasar anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) komite sekolah, sehingga
dimungkinkan masa jabatan anggota komite sekolah bisa lebih dari tiga tahun. Dalam PP nomor 17 tahun
2010 pasal 197 ditegaskan bahwa keanggotaan komite sekolah adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali
setelah satu kali masa jabatan.

PENETAPAN ANGGOTA KOMOTE SEKOLAH

Tentang penetapan keanggotan skomite sekolah juga mengalami perubahan. Dalam Kepmendiknas
nomor 044/u/2002, setelah terbentuk, maka penetapan keanggotaan komite sekolah diatur berdasarkan
AD/ART Komite sekolah, tetapi dalam PP nomor 17 tahun 2002, penetapan anggota Komite sekolah
ditetapkan oleh Kepala Sekolah.

Dari perubahan ini ada beberapa pihak yang mengkhawatirkan nantinya peran dan fungsi komite sekolah
akan dikebiri oleh kepala sekolah. Dengan adanya PP ini kepala sekolah bisa saja tidak setuju terhadap
komposisi keanggotaan komite sekolah yang dianggap tidak sejalan dengan pikiran kepala sekolah. Bisa
saja pasal ini muncul karena dilatar belakangi adanya disharmonisasi hubungan antara komite sekolah
dan kepala sekolah. Komite sekolah terlalu over acting terhadap kebijakan kepala sekolah, sehingga hal
tersebut mengganggu kinerja sekolah secara keseluruhan. Terlepas dari pro dan kontra tentang
penetapan keanggotaan komite sekoalah, harus tetap difahami bahwa keberadaan kedua komponen
tersebut adalah bertujuan sama, yaitu sama-sama memajukan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Sehingga yang harus dikedepankan adalah persamaan tersebut dan bukan jurang perbedaan yang dapat
menimbulkan disharmonisasi hubungan sebagai mitra kerja.

Hal yang baru dari PP ini adalah diaturnya sumber pendanaan yang diperbolehkan untuk mendanai
kegiatan komite sekolah dan/atau membantu sekolah. Dalam pasal 196 dijelaskan , bahwa komite
sekolah boleh menggali dana dari sumber-sumber berikut emerintah; pemerintah daerah;
masyarakat; bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau sumber lain yang sah. Pasal ini dapat
digunakan komite sekolah untuk menggali dana sebanyak mungkin dari sumber-sumber yang berbeda,
bahkan bantuan dari pihak asing pun diperbolehkan dalam PP ini.

Dalam pasal 198 dijelaskan Dewan pendidikan dan/atau komite sekolah/ madrasah, baik perseorangan
maupun kolektif, dilarang:

1. menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam, atau bahan
pakaian seragam di satuan pendidikan;
2. memungut biaya bimbingan belajar atau les dari peserta didik atau orang tua/walinya di satuan
pendidikan;
3. mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung atau tidak langsung;
4. mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik baru secara langsung atau tidak
langsung; dan/atau
5. melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritas satuan pendidikan secara langsung atau
tidak langsung.

Kenyataan di lapangan masih banyak sekolah yang seijin komite sekolah mengadakan bimbingan
belajar. Kalau melihat ketentuan dalam pasal ini jelas tidak diperbolehkan. Lantas bagaimana solusinya.
Kegiatan bimbingan belajar adalah kegiatan tambahan jam pelajaran yang diberikan sebelum atau
setelah jam sekolah, yang biasanya memungut sejumlah biaya dari orang tua wali murid. Agar kegiatan
tersebut tidak melanggar ketentuan dari pasal ini, maka pola pemberian tambahan jam belajar dapat
digabung dengan jam intra kurikuler. Sehingga total jam pelajaran perminggu dapat ditambah sesuai
dengan kebutuhan. Dengan cara ini bimbingan berlajar tidak lagi diadakan di luar jam sekolah tetapi ada
di dalam jam sekolah.

Sekarang permasalahannya, bagaimana dengan keanggotaan komite yang sudah ada sekarang?
Apakah harus segera menyesuaikan dengan PP ini atau harus bagaimana? Memang bukan hal yang
mudah untuk segera mengaplikasikan sebuah peraturan. Di beberapa kabupaten/kota keberadaan
komite sekolah memang sudah mulai menunjukkan perannya. Berbagai instrumen dan kelengkapan
komite sekolah sedikit demi sedikit sudah mulai dilengkapi, mulai dari AD/ART, struktur organisasi dan
lain sebagainya. Dan bahkan ada sebagian komite sekolah sudah mengadakan reformasi kepengurusan.
Tentu hal ini tidak serta merta dapat dirubah. Sebaiknya bagi komite sekolah yang baru saja
mengadakan reformasi kepengurusan, lanjutkan saja sampai habis masa jabatan. Setelah itu baru
menyesuaikan dengan PP ini. Sedangkan yang akan mengadakan reformasi kepengurusan langsung
bisa menyesuaikan dengan PP ini.

Hal positif yang dapat kita ambil dari terbitnya PP ini adalah semakin dikuatkannya organisasi komite
sekolah. Dengan demikian keberadaan komite sekolah lebih mapan dari sisi hukum. Komite sekolah
memiliki pijakan hukum yang kuat dalam melaksanakan fungsi dan perannya. Selamat berjuang komite
sekolah.

KEPUTUSAN
KEPALA SDN DUREN JAYA IV BEKASI TIMUR

Nomor : ……./049/409.105.15/……

tentang

PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH

Menimbang :

 Bahwa setiap warga Negara berhak atas pendidikan dan pengajaran yang layak serta

memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan dan pengajaran.

 Dalam rangka upaya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan

pencapaian tujuan pendidikan nasional, maka penyelenggaraan pendidikan

hendaknya dibuka seluas-luasnya kepada seluruh warga masyarakat.

 Bahwa dengan adanya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah khususnya

di bidang pendidikan, maka penyelenggaraan pendidikan di sekolah perlu terus

diberdayakan agar dapat terus meningkatkan mutu layanan pendidikan kepada

seluruh masyarakat.

 Bahwa agar desentralisasi dalam bidang pendidikan kepada sekolah dapat berjalan

sesuai dengan yang diharapkan dan upaya peningkatan mutu layanan pendidikan

kepada masyarakat dapat berjalan secara optimal, maka perlu dibentuk

suatu Komite Sekolah

Mengingat :

1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
3. Undang-undang No. 25 tahun 2002 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom


4. Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang Peran serta Masyarakat

dalam Pendidikan Nasional

5. Keputusan Mendiknas No. 044/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Dewan

Pendidikan dan Komite Sekolah

6. Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 559/C/Kep/PG/2002 tentang Tim

Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

7. Kebijakan Dirjen Dikdasmen tentang Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah

(School Based Management )

8. Surat Edaran Dinas Pendidikan Kota Bekasi No. 028 / 1010 / 409.105 / 2003

tanggal 3 Juli 2003

Memperhatikan:

Hasil musyawarah wali siswa dan tim formatur Komite SDN Duren Jaya IV pada tanggal 16 April 2012.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Pertama : Membentuk Komite Sekolah SDN Duren Jaya IV sebagaimana

tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kedua : Komite Sekolah SDN Duren Jaya IV berperan sebagai mitra kerja

sekolah dalam mengembangkan sekolah sebagaimana tercantum dalam

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Komite Sekolah SDN

Duren Jaya IV Bekasi Timur, yang meliputi pemberi

pertimbangan (advisory agency), pendukung (supporting agency),

pengontrol (controlling agency) dan mediator.


Ketiga : Komite Sekolah SDN Duren Jaya IV berfungsi mendorong tumbuhnya

perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan

pendidikan yang bermutu, melakukan kerja sama dengan masyarakat dan

pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu,

menampung dan menganalisis aspirasi, ide, dan berbagai kebutuhan

pendidikan yang diajukan masyarakat, dan memberi masukan,

pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan dalam

penyelenggaraan pendidikan, serta mendorong wali siswa dan masyarakat

untuk berpartisipasi aktif dalam peningkatan mutu layanan pendidikan.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berakhir pada

tanggal 28 April 2012

Kelima : Apabila terdapat kekeliruan akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bekasi

Pada Tanggal : 1 Agustus 2012

Kepala SDN Duren Jaya IV

Kota Bekasi

SUWILAH, M.Pd

Lampiran I : Keputusan Kepala SDN Duren Jaya IV Bekasi Timur

Nomor : / / 409.107.15 / 2012

Tanggal : 18 April 2012


SUSUNAN KOMITE SEKOLAH

SDN DUREN JAYA IV BEKASI TIMUR

No. Nama Jabatan Keterangan


1
2
3
4
5
6

Ditetapkan di : Bekasi

Pada Tanggal : 1 Agustus 2012

Kepala SDN Duren Jaya IV

Kota Bekasi

SUWILAH, M.Pd

http://annisaauliya.wordpress.com/2012/04/06/pembentukan-komite-sekolah/

Di lingkungan pendidikan formal bernama sekolah banyak sekali pihak-pihak yang


berkaitan apakah pihak sekolah meliputi yayasan jika sekolah itu adalah swasta,
kepala sekolah selaku pengelola dan guru selaku pelaksana di lapangan dibantu oleh
staf administrasi dan juga petugas lapangan dan yang tak kalah pentingnya kehadiran
siswa dan orang tua.

Selama ini seperti kita ketahui bersama, di zaman modern ini, sekolah dituntut untuk
memberikan yang terbaik bagi putra-putri generasi penerus bangsa dimana orang tua
yang menyekolahkan anaknya sangat memercayakannya. Sekolah sejatinya sebagai
lembaga resmi dibawah naungan pemerintah memiliki kewajiban untuk mencetak
generasi penerus bangsa. Namun perlu di ingat keberhasilan peserta didik erat
kaitannya dengan berbagai pihak salah satunya peran orang tua. Mengapa demikian?
Karena bagaimanapun juga orang tua dan guru adalah pendidik bagi putra-putri yang
tengah mencari ilmu. Maka dari itu keberadaan orang tua dalam membantu
keberhasilan putra-putrinya sangat diperlukan. Lalu bagaimana caranya? Pemerintah
dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasioanl mengeluarkan surat keputusan yang
tercantum dalam Kepmendiknas bernomor: 044/U/2002 tentang Peran dan Fungsi
Komite Sekolah.

Peran dan fungsi komite sekolah diantaranya pertama sebagai advisor. Pada tahap ini
komite sekolah mempunyai tugas memberikan masukan atau saran dalam kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler serta dalam hal sarana dan prasarana
sekolah. Jelas hal ini akan membantu dan menjaga kelancaran kegiatan sekolah yang
akan dan tengah dilaksanakan. Karena tanpa pemberian masukan langsung dari
komite sekolah, pihak sekolah akan membutuhkan banyak waktu untuk sekadar
menerima masukan atau saran saat dan setelah kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
Demikian pula dengan sarana atau prasarana terutama sekolah yang dikelola swasta,
keberadaan masukan lewat bentuk nyata perlu kiranya dikelola dengan baik. Karena
komite sekolah sebagai jembatan antara orang tua dan guru/ yayasan akan terasa
manfaatnya jika ini digali dengan sangat serius terutama untuk mendukung kelancaran
dalam melaksanakan program pemelajaran di sekolah.

Yang kedua, peran komite sekolah yakni supporting. Tindakan nyata dari persatuan
orang tua dan guru ini berupa memberikan dukungan terhadap program-program
sekolah, selama program tersebut baik bagi siswa, guru maupun orang tua. Dukungan
dapat berupa dana, dan non dana (ide, pemikiran, dll). Artinya setiap orang tua siswa
dalam hal ini memiliki program nyata dan biasanya dibagi ke dalam dua hal.
Dukungan yang bersifat materil berupa sumbangan terhadap kegiatan di sekolah
seperti membantu sekolah dalam penggalangan dana untuk kegiatan yang bersifat
sosial seperti membantu korban banjir, rumah rusak, longsor dan lain sebagainya pun
yang bersifat keagamaan seperti santunan anak yatim-piatu, jompo dan lainnya. Di
sisi lain sumbangsih orang tua terhadap non-materil juga dibutuhkan. Adanya
program sekolah yang berkenaan dengan semangat dan pemberian motivasi bagi
keberhasilan siswa perlu kiranya dianggap serius seperti penyelenggaraan career
days, how to get success in the future, dan lain sebagainya. Dan diharapkan
kesinambungan antara supporting orang tua dengan guru berjalan selaras demi
mewujudkan putra-putri bangsa yang cemerlang.

Kemudian yang ketiga adalah controlling. Komite sekolah berperan dalam mengawasi
sejauh mana pelaksanaan program, kurikulum, proses belajar-mengajar dan kegiatan-
kegiatan lainnya apakah sudah dilaksanakan optimal atau belum juga dapat
mengawasi apakah sarana dan prasarana yang sudah ditetapkan atau dijanjikan dapat
direalisasikan atau tidak? Pertanyaan-pertanyaan di atas harus ditanggapi dengan
serius selaku penyelenggara pendidiakn formal.
Sebagai komite sekolah yang memiliki peran untuk mengawasi, akan sangat penting
program pendidikan diinformasikan sesering mungkin apakah lewat media sekolah
seperti bulletin sekolah,website atau pun media komunikasi yang komite sekolah buat.
Karena ini akan mempermudah dalam pengawasan terutama bagi orang tua yang tidak
sempat atau sibuk sehingga tidak bisa ke sekolah langsung.

Dan yang terakhir, komite sekolah berperan sebagai mediator yakni antara orang tua
dengan guru, orang tua/ guru dengan perguruan/ yayasan. Semua saran, usualan atau
masukan yang diterima oleh komite sekolah disampaikan kembali kepada sekolah/
perguruan/ yayasan. Komite sekolah berfungsi sebagai mediator bukan sebagai
pengambil keputusan atau decision maker.

http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/28/peran-komite-sekolah-459047.html

PERAN DAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH


Peran Komite Sekolah
Keberadaan Komite Sekolah harus bertumpu pada landasan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan
kualitas pelayanan dan hasil pendidikan di satuan pendidikan/sekolah. Oleh karena itu, pembentukan
Komite Sekolah harus memperhatikan pembagian peran sesuai posisi dan otonomi yang ada. Peran
Komite Sekolah adalah :
1. Sebagai lembaga pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan
2. Sebagai lembaga pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupun
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
3. Sebagai lembaga pengontrol (controlling agency) dalam rangka ransparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
4. Sebagai lembaga mediator (mediator agency) antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.
Fungsi Komite Sekolah
Untuk menjalankan peran yang telah disebutkan di muka, Komite Sekolah memiliki fungsi sebagai berikut
:
1. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang bermutu.
2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (Perorangan/organisasi/dunia usaha dan dunia industri
(DUDI)) dan pemerintah berkenaan dengan penyelengaraan pendidikan bermutu.
3. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang
diajukan olej masyarakat.
4. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai :
1. Kebijakan dan program pendidikan
2. Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
3. Kriteria kinerja satuan pendidikan
4. Kriteria tenaga kependidikan
5. Kriteria fasilitas pendidikan.
6. Hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
1. Mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan pendidikan.
2. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelengaraan pendidikan di satuan
pendidikan.
3. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran
pendidikan di satuan pendidikan,

PERANGKAT ORGANISASI SEKOLAH


Pengertian Organisasi
Ada berbagai definisi atau batasan organisasi. Salah satu definisi tersebut adalah sebagai berikut. Organisasi
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar keterikatan yang relatif terus menerus untuk mencapai tujuan
atau sekelompok tujuan. Definisi ini sangat cocok jika diterapkan pada organisasi Komite Sekolah.
Dalam definisi tersebut terkandung terminologi kesatuan (entity) sosial. Kesatuan sosial dalam hal Komite
Sekolah adalah masyarakat sekolah yang peduli pendidikan yang berinteraksi satu sama lain. Pengertian
dikoordinasikan secara sadar bahwa organisasi itu dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen,
artinya roda organisasi harus dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip manajemen moderen. Keterikatan
yang terus-menerus berarti masyarakat secara sadar merasa terikat dengan sekolah karena mereka peduli
dengan pendidikan. Terakhir adalah bahwa organisasi itu memiliki tujuan atau kelompok tujuan.
Sebagaimana telah diuraikan di muka ada empat tujuan pembentukan Komite Sekolah, dan tujuan
utamanya adalah meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan tersebut, sehingga dihasilkan
lulusan yang bermutu ditinjau dari aspek akademik dan non-akademik.

Perangkat Organisasi Komite Sekolah


Perangkat organisasi Komite Sekolah minimal yang harus ada, yang memungkinkan berjalannya roda
organisasi Komite Sekolah adalah: Personel Komite Sekolah, Struktur Organisasi disertai job
description setiap personel dan tata-hubungan antarpersonel, Panduan Organisasi (antara lain berupa
AD/ART), fasilitas penunjang (Kantor/Sekretariat, tenaga adminstrasi).
Kepengurusan. Komite Sekolah yang terdiri atas personel yang dibentuk berdasarkan ketentuan yang
ada (dijelaskan pada topik Pembentukan Komite Sekolah) dibentuk menjadi sebuah organisasi yang paling
tidak terdiri atas Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota.
Struktur Organisasi. Dalam keadaan organisasi Komite Sekolah dengan kegiatan yang lebih kompleks,
struktur organisasi dapat lebih diperluas dengan beberapa Ketua Bidang, dan beberapa Seksi.
Job description. Guna menjalankan roda organisasi Komite Sekolah, perlu dibuat job description bagi
setiap personel pada setiap jabatan yang diembannya, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan
tugas. Dalam hal ini job description berupa panduan siapa mengerjakan apa dan masing-masing personel
bertanggung jawab atas terlaksananya tugas yang ia diemban. Terkait dengan job description, juga
disusun panduan tata-hubungan antarpersonel. Misalnya Seksi Penggalangan dana masyarakat berada di
bawah korrdinasi Ketua Bidang Sumberdaya. Salah satu hal yang penting diketahui oleh semua angota
pengurus Komite Sekolah adalah mengenal satu sama lain dan masing-masing mengetahui kelebihan (dan
kalau mungkin kelemahan) masing-masing. Hal ini penting bagi penempatan personel pada jabatan
tertentu dalam organisasi Komite Sekolah. Perlu dihindari penempatan seseorang dalam organisasi adalah
berdasarkan kedudukan, kepangkatan, atau kekayaaan.
AD/ART. AD/ART merupakan salah satu perangkat organisasi yang penting. Dalam hal organisasi masih
merupakan organisasi yang sederhana dengan kegiatan yang masih terbatas, AD/ART tidak harus ada dulu.
Akan tetapi Komite Sekolah tetap harus memiliki panduan berorganisasi, dan roda organisasi berjalan
berdasarkan panduan tersebut. Dalam AD/ART atau Panduan Organisasi paling tidak harus diatur mengenai:
Dasar, Tujuan, dan kegiatan dari Komite Sekolah, ketentuan keanggotaan dan kepengurusan (termasuk
masa bakti), hak dan kewajiban anggota dan pengurus, ketentuan tentang pengelolan keuangan,
mekanisme pengambilan keputusan, perubahan Panduan Organisasi atau AD/ART, dan pembubaran
organisasi
Fasilitas Penunjang. Sebuah organisasi dapat dikatakan mustahil berjalan tanapa didukung oleh fasilitas
penunjang. Fasilitas penunjang sebuah Komite Sekolah yang paling sederhana adalah adanya meja kerja
bagi Ketua Komite, baik di rumah sang Ketua, di sebuah sekolah, atau bahkan di sebuah Kantor Khusus
Komite Sekolah yang memiliki fasilitas ruang-ruang kerja pengurus, ruang rapat, fasilitas administrasi,
dan karyawan.

MEMBANGUN ORGANISASI KOMITE SEKOLAH YANG EFEKTIF


Komite Sekolah dapat memutarkan roda organisasi dengan dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Hal
yang laping sederhana yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah adalah konsolidasi organisasi
Penyamaan visi.
Sebuah organisasi dapat berjalan apabila semua anggota pengurus dan anggota organisasi tersebut
memiliki visi yang sama. Telah disinggung di muka bahwa tujuan akhir dari keberadaan Komite Sekolah di
setiap satuan pendidikan atau kelompok satuan pendidikan adalah untuk memingkatkan mutu pendidikan di
satuan pendidikan tersebut. Ada prinsip yang harus dipegang oleh semua anggota Komite Sekolah, yaitu
Komite Sekolah tidak mengambil peran satuan pendidikan, tidak juga mengambil peran pemerintah atau
birokrasi.
Membangun Tim Yang Efektif
Sebuah organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tidak terjadi kebersamaan di dalam tim.
Oleh karena itu perlu dibangun sistem kebersamaan, yaitu membangun sebuah Team Work yang efektif
(Paparan tentang Team Work, tersedia secara terpisah).
Mengembangkan Kreativitas

Sebuah organisasi akan berjalan lebih cepat, efektif, dan efisien apabila organisasi tersebut dipenuhi oleh
orang-orang yang penuh kreativitas. Orang yang kreatif adalah orang yang selalu bertanya tentang
sesuatu yang dianggap masalah. Orang kreatif adalah orang yang selalu berfikir untuk menemukan solusi
untuk memecahan suatu masalah. Orang yang kreatif selalu memiliki gagasan-gagasan baru, yang
kadang-kadang tidak pernah dipikirkan orang lain. Organisasi yang baik adalah organisasi yang
mendukung pengembangan kreativitas.

PELAKSANAAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH BERDASARKAN MASALAH YANG DITEMUKAN


Sebuah Komite Sekolah dapat menjalankan roda organisasi melalui berbagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut barangkali ada yang belum menyentuh substansi peningkatan mutu pendidikan di satuan
pendidikan tersebut. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah konsolidasi organisasi seperti yang
disinggung di muka. Kegiatan lain adalah misalnya penyusunan Panduan Organisasi atau Penyusunan
AD/ART atau melengkapi kelengkapan organisasi.
Komite Sekolah yang telah memenuhi syarat minimal sebagai sebuah organisasi, dapat melangkah lebih
jauh dalam menjalankan roda organisasi, dan mulai menyentuh substansi mutu pendidikan. Dalam hal ini
Komite Sekolah dapat memulai kegiatannya dengan berangkat dari upaya pemecahan masalah yang dapat
diidentifikasi. Berikut ini tahap-tahap yang dapat dilakukan oleh Komite Sekolah.
Identifikasi Masalah.
Setiap sekolah atau satuan pendidikan tentu memiliki maslah yang berbeda-beda. Langkah yang perlu
dilakukan oleh Komite Sekolah dalam menjalankan roda organisasi adalan identifikasi masalah, baik
masalah akademik, maupun masalah non-akademik. Dapat dipastikan bahwa akan banyak sekali masalah
yang dapat diidentifikasi (Teknik identifikasi masalah disajikan dalam sesi tersendiri).
Menentukan Prioritas. Dari sekian banyak masalah yang berhasil diidentifikasi harus dipilih masalah yang
akan menjadi prioritas, dikaitkan dengan ketersediaan personel, dana, dan penunjang

by. Teguh
dirangkum dari beberapa sumber

http://www.citabundaschool.com/?mod=home&id=107

Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam PP


Nomor 17 Tahun 2010
Artikel, Pendidikan 10 Comments
Oleh Suparlan *)
Sekolah-sekolah kita terletak pada jantung masyarakat. Mereka memiliki satu tradisi
yang kaya tentang keikutsertaan orangtua dan masyarakat dalam pendidikan
(Menteri Pendidikan dan Pelatihan, Ontario, Kanada)
Di masa sekarang dan akan datang pengelolaan pendidikan harus lebih demokratis
dalam bentuk memberikan otonomi seluas-luasnya kepada masyarakat. Saat ini
pemerintah sedang menggulirkan kebijakan otonomi pendidikan. Ini merupakan
momentum bagi masyarakat untuk berpartisipasi tidak saja dapal aspek
manajemennya, lebih penting lagi adalah dalam memperkaya muatan pendidikan
dengan wacana kultural, sosial, agama, dan lain sebagainya yang berkembang di
lingkungan sekitarnya
(Abdul Malik Fajar)
Komite Sekolah merupakan forum pengambilan keputusan bersama antara sekolah
dan masyarakat dalam perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi
program kerja yang dilakukan oleh sekolah
(Indra Jati Sidi)
Peristiwa yang paling buruk (di dunia ini) adalah jika sekolah dijalankan dengan
metode ancaman, paksaan, dan otoritas semu
(Albert Einstein)
Barang siapa berani mengajar, dia tidak boleh berhenti belajar
(John Cotton Dana)
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah kini sedang laris menjadi pilihan untuk tajuk
penelitian mahasiswa pascasarjana. Seorang mahasiswa S2 yang sedang menulis tesis,
secara spontan mengajukan pertanyaan yang amat mendasar kepada penulis. Mengapa
harus dibentuk Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah? Padahal kita sudah
mempunyai Kementerian Pendidikan Nasional yang memang bertugas dalam
pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan. Mahasiswa ini juga memberikan alasan,
karena negara telah mempunyai Dinas Pendidikan mulai di tingkat provinsi sampai
tingkat kabupaten, bahkan juga telah ada Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di
tingkat kecamatan, yang dibentuk memang untuk melaksanakan urusan pendidikan di
daerahnya masing-masing.

Sejak tahun 2002 kebetulan penulis memang terlibat dalam proses kelahiran Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah. Sebagaimana telah kita ketahui, proses kelahiran
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah Kepmendiknas Nomor 044/U/2002
tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Salah satu landasan hukum yang
melahirkan Kepmendiknas tersebut antara lain adalah UU Nomor 25 Tahun 2000
tentang Program Pembangunan Nasional Tahun 2001 – 2005. Bab VII tentang
Pendidikan dalam UU tersebut, antara lain mengamanatkan bahwa untuk
melaksanakan desentralisasi bidang pendidikan perlu dibentuk ”dewan sekolah” di
setiap kabupaten/kota, yang kemudian lebih dikenal dengan nama generik ”dewan
pendidikan”. Kemudian di setiap satuan pendidikan dibentuk “komite
sekolah/madrasah”.

Untuk menjawab pertanyaan yang sangat mendasar tersebut, perlu dijelaskan tentang
perubahan paradigma pelaksanaan urusan pemerintahan di negeri ini sejak kelahiran
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah. Hampir semua urusan
pemerintahan di negeri ini telah diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota, kecuali tiga urusan, yakni urusan politik luar negeri, keuangan, dan
agama.

Dengan demikian, pendidikan termasuk urusan yang diserahkan kepada pemerintah


daerah kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk melaksanakan urusan dalam bidang
pendidikan, komponen masyarakat tidak boleh tidak harus diajak bicara, harus ikut
dilibatkan, mulai dari memberikan masukan dalam perencanaan dan juga dalam
pengawasan dan penilaian program pendidikan. Itulah sebabnya dalam pelaksanaan
urusan pendidikan, Kementerian Pendidikan Nasional, termasuk Dinas Pendidikan
Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabu-paten/Kota harus melibatkan komponen
masyarakat sebagai mitra kerja sama. Termasuk satuan pendidikan, kepala sekolah juga
harus menjalin hubungan dan kerja sama dengan komponen masyarakat yang
bergabung dalam komite sekolah/madrasah.

Peran Serta Masyarakat


Apakah masyarakat memang memiliki peran dalam urusan pendidikan? Kalay ya, apa
saja peran tersebut? Dalam Pasal 188 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan, peran serta masyarakat telah dirumuskan sebagai
berikut. Masyarakat menjadi sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Oleh
karena itu, masyarakat mempunyai peran dalam bentuk (a) penyediaan sumber daya
pendidikan, (b) penyelenggaraan satuan pendidikan, (c) penggunaan hasil pendidikan,
(d) pengawasan penyelenggaraan pendidikan, (e) pengawasan pengelolaan pendidikan,
(f) pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada
pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya; dan/atau (g) pemberian bantuan
atau fasilitas kepada satuan pendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikan
dalam menjalankan fungsinya. Cukup banyak dan beragam kemungkinan peran yang
dapat ditunaikan oleh masyarakat dalam urusan pendidikan.

Siapa masyarakat siapa saja yang akan melaksanakan peran yang begitu berat tersebut?
Pertanyaan ini dapat dijawab dalam rumusan Pasal 188 (1) bahwa ”Peran serta
masyarakat meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan”. Bahkan dalam Pasal 188 (4) dinyatakan bahwa peran
serta masyarakat secara khusus dapat disalurkan melalui dewan pendidikan tingkat
nasional, dewan pendidikan tingkat provinsi, dewan pendidikan tingkat
kabupaten/kota, komite sekolah, dan atau organ representasi pemangku kepentingan
satuan pendidikan. Itulah sebabnya, dewan pendidikan, mulai dari dewan pendidikan
tingkat nasional, provinsi, sampai dengan kabupaten/kota, serta komite sekolah
diposisikan menjadi wadah peran serta masyarakat yang paling dominan untuk
meningkatkan mutu layanan pendidikan.

Fungsi Dewan Pendidikan


Dalam Pasal 192 (2) dengan tegas dijelaskan bahwa ”Dewan Pendidikan berfungsi
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan,
arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota”. Tampak jelas bahwa rumusan Pasal
192 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010 merupakan penjabaran dari Pasal 56 (3) UU Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalam Panduan Umum
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah disebutkan sebagai peran dan fungsi Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah. Sementara dalam Pasal 192 (3) disebutkan bahwa
fungsi Dewan Pendidikan adalah meningkatkan mutu layanan pendidikan. Dengan cara
bagaimana fungsi tersebut dapat dilakukan oleh Dewan Pendidikan? Ternyata fungsi
Dewan Pendidikan masih juga dilakukan dengan tiga peran, yaitu (1) memberikan
pertimbangan, yang dalam Buku Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah disebut peran advisory agency atau badan yang memberikan pertimbangan,
(2) memberikan arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, yang di dalam
Buku Panduan Umum Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah disebut
sebagai suporting agency atau badan yang memberikan dukungan, serta (3) melakukan
pengawasan pendidikan, sekali lagi yang dalam Buku Panduan Umum Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dikenal dengan controlling agency atau badan yang
melakukan pengawasan. Secara tegas, Pasal 192 (3) dinyatakan bahwa Dewan
Pendidikan menjalankan fungsinya secara mandiri dan profesional, dalam arti tidak
dapat dipengaruhi dan diitervensi oleh pihak lain, termasuk oleh unsur birokrasi
pendidikan.
Tugas Dewan Pendidikan
Dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 dijelaskan dengan lebih gamblang bahwa Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah mempunyai fungsi memberikan pertimbangan kepada
birokrasi pendidikan. Pelaksanaan fungsi ini tidak akan dapat dilakukan jika Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah tidak memiliki data dan informasi atau bahan yang
digunakan untuk memberikan pertimbangan itu. Oleh karena itu, dalam Pasal 192 (4)
dijelaskan tentang tugas untuk memperoleh data dan informasi yang akan diserahkan
sebagai bahan pertimbangan. Pasal ini menyebutkan bahwa: ”Dewan Pendidikan
bertugas menghimpun, menganalisis, dan memberikan rekomendasi kepada Menteri,
gubernur, bupati/walikota terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat
terhadap pendidikan”. Dalam ayat berikutnya, Pasal 192 (5) disebutkan bahwa ”Dewan
Pendidikan melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 192 (4)
kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik, laman, pertemuam, dan/atau
bentuk lain sejenis sebagai pertanggungjawaban publik”.

Sungguh, pertanggungjawaban pelaksanaan tugas yang sangat akuntabel, dan ternyata


sistem ini sama persis dengan yang telah dilakukan oleh Board of Education di Amerika
Serikat. Board of Education negara bagian Illinois, sebagai contoh, membuat laporan
pertanggungjawaban tahunannya kepada masyarakat negara bagian Illinois sebagai
berikut: To the community of State of Illinois ….. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 192
(5) tentang laporan pertang-gungjawaban publik kepada masyarakat merupakan
ketentuan yang sangat patut dapat benar-benar dilaksanakan. Laporan
pertanggungjawaban itu harus dibuat secara tertulis, dan laporan pertanggungjawaban
itu disampaikan kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik, laman (website),
pertamuan, atau bentuk lainnya.
Unsur apa saja yang dapat menjadi pengurus Dewan Pendidikan?
Unsur apa saja yang dapat menjadi pengurus Dewan Pendidikan dijelaskan dalam Pasal
192 (6), yakni sebagai berikut: (a) pakar pendidikan, (b) penyelenggara pendidikan, (c)
pengusaha, (d). organisasi profesi, (e) pendidikan berbasis kekhasan agama atau sosial-
budaya; dan (f) pendidikan bertaraf internasional, (g) pendidikan berbasis keunggulan
lokal; dan/atau (h) organisasi sosial kemasyarakatan.

Dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 juga disebutkan tentang proses rekrutmen pengurus
Dewan Pendidikan Nasional, Dewan Pendidikan Provinsi, Dewan Pendidikan
Kabupaten/ Kota, dan Komite Sekolah. Jumlah anggota pengurus Dewan Pendidikan
Nasional paling banyak 15 orang, Dewan Pendidikan Provinsi paling banyak 13 orang,
Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota paling banyak 11 orang, dan untuk Komite Sekolah
paling banyak 15 orang. Proses pembentukan dan pemilihan pengurus Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah juga dijelaskan dalam beberapa pasal dalam PP Nomor
17 Tahun 2010 tersbut, yakni dilakukan oleh Panitia Pemilihan yang dibentuk untuk itu.
Panitia Pemilihan melakukan rekruitmen sebanyak dua kali jumlah calon pengurus
yang akan ditetapkan. Panitia Pemilihan Dewan Pendidikan Nasional memilih dan
mengajukan 30 orang calon pengurus kepada Menteri Pendidikan Nasional untuk
kemudian Menteri Pendidikan Nasional menetapkan SK Dewan Pendidikan Nasional.
Demikian juga, Panitia Pemilihan Dewan Pendidikan Provinsi memilih dan mengajukan
26 orang calon pengurus kepada gubernur untuk kemudian gubernur menetapkan SK
Dewan Pendidikan Provinsi. Panitia Pemilihan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota
memilih dan mengajukan 22 orang calon pengurus kepada bupati/walikota untuk
kemudian bupati/walikota menetapkan SK Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Hal
yang sama, Panitia Pemilihan Komite Sekolah memilih dan mengajukan 30 orang calon
pengurus Komite Sekolah, untuk kemudian kepala sekolah menetapkan SK Komite
Sekolah. Lebih dari itu, proses rekrutmen yang dilakukan untuk Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah harus diumumkan secara terbuka melalui medie cetak, elektronik, dan
laman.

Tampak dalam ketentuan bahwa jumlah pengurus Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah adalah berjumlah gasal, dengan maksud agar bisa dilakukan pengungutan
suara dalam proses pengambilan keputusan, termasuk dalam pemilihan pengurus
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, khususnya ketua dan sekretaisnya, setelah
proses pemilihan secara mufakat tidak dapat dilakukan. Selain itu, khusus untuk
pemilihan pengurus Dewan Pendidikan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota,
proses pengusulan calon pengurus tersebut harus mendapatkan persetujuan dari (a)
organisasi profesi pendidik, (b) organisasi profesi lain, atau (c) organisasi
kemasyarakatan.

Anggaran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Satu aspek yang banyak ditanyakan adalah tentang sumber dana atau anggaran Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah. Selama ini, Dewan Pendidikan melaksanakan kegiatan
operasionalnya dengan dana subsidi dari pemerintah pusat dan sebagian juga berasal
dari anggaran dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota. Bahkan, pada
tahun ini subsidi stimulan Dewan Pendidikan pun tidak diberikan lagi karena alasan
keterbatasan anggaran. Dalam aspek anggaran ini, PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menyebutkan pada Pasal 192 (13) bahwa
”Pendanaan dewan pendidikan dapat bersumber dari (a) pemerintah, (b) pemerintah
daerah, (c) masyarakat, (d) bantuan pihak asing yang tidak mengikat, dan/atau (e)
sumber lain yang sah. Sumber dana tersebut juga secara eksplisit disebutkan untuk
komite Sekolah.

Sangat disayangkan, ketentuan tentang anggaran ini telah menggunakan ”pasal karet”
yang tertulis ”dapat bersumber”. Kalimat hukum seperti itu seyogyanya tidak
digunakan. Pasal dengan nada yang mengharuskan saja belum tentu dilaksanakan
secara bertanggung jawab, apalagi dengan kata ”dapat”. Selain itu, perihal sumber
anggaran ini sebenarnya secara eksplisit perlu disebutkan sumber anggaran yang
selama ini telah ikut menghidupi Dewan Pendidikan, yakni dari DUDI (dunia usaha dan
dunia industri), khususnya dari sumber dana yang dikenal dengan CSR (corporate
social responsibility). Dalam hal ini, perusahaan memiliki kewajiban untuk
menyisihkan sedikit keuntangannya untuk kepentingan masyarakat, termasuk
kepentingan pendidikan. Beberapa Dewan Pendidikan sudah mulai melaksanakan kerja
sama dengan DUDI ini, dan beberapa di antaranya sudah berhasil.
Larangan dan Pengawasan
Dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
ini juga terdapat ketentuan tentang larangan dan pengawasan. Kegiatan apa saja yang
tidak boleh dilakukan oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah? Dewan pendidikan
dan/atau komite sekolah/madrasah, baik perseorangan maupun kolektif, dilarang:

a. menjual buku pelajaran, bahan ajar, perlengkapan bahan ajar, pakaian seragam, atau bahan
pakaian seragam di satuan pendidikan;

b. memungut biaya bimbingan belajar atau les dari peserta didik atau orang tua/walinya di
satuan pendidikan;

c. mencederai integritas evaluasi hasil belajar peserta didik secara langsung atau tidak
langsung;

d. mencederai integritas seleksi penerimaan peserta didik baru secara langsung atau tidak
langsung; dan/atau

e. melaksanakan kegiatan lain yang mencederai integritas satuan pendidikan secara langsung
atau tidak langsung.

Larangan ini harus dimaknai sebagai upaya untuk menjauhkan diri dari kemungkinan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah ikut-ikutan menumbuhsuburkan praktik
korupsi dan KKN dalam pelaksanaan peran dan tugasnya untuk meningkatkan layanan
pendidikan. Jangan sampai terjadi karena dengan alasan untuk melaksanakan peran
dan tugasnya, lalu Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga melakukan cara-cara
yang penuh nuansa koruptif dan KKN tersebut.

Malahan, kita memperhatikan bahwa Dewan Pendidikan lebih diposisikan sebagai agen
pengawasan yang andal. Oleh karena itu Pasal 199 (1) menyebutkan bahwa:
”Pengawasan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah”. Bahkan,
pengawasan itu meliputi dua aspek penting, yakni pengawasan administratif dan
pengawasan dari segi teknis edukatif yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku. Sudah barang tentu, pengawasan yang dilakukan
oleh Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah bukanlah sebagai pengawasan fungsional,
sebagaimana yang harus dilakukan oleh BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal, maupun
pengawas fungsional yang lain di tingkat daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh
Dewan Penididkan dan Komite Sekolah adalah jenis pangawasan sosial atau
masyarakat. Namun demikian, Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah bisa saja
meminta kepada lembaga independent auditor untuk membantu tugas Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah, atas nama wadah peran serta masyarakat.

Akhir Kata
Demikianlah sekelumit telaahan terhadap beberapa pasal yang penting tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah yang tertuang dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Mudah-mudahan, tulisan singkat ini
dapat digunakan sebagai salah satu bahan sosialisasi kebijakan pemerintah tentang
pendidikan di Indonesia, khususnya tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
Amin.

http://suparlan.com/35/2010/03/27/dewan-pendidikan-dan-komite-sekolah-dalam-pp-nomor-17-
tahun-2010/

Dewan sekolah adalah mitra sekolah dalam Pengelolaan pendidikan khususnya Advisory, suporting, controling, dan
mediator, dewan sekolah dibentuk berdasarkan musyawarah pleno dewan sekolah, SK dewan sekolah ditetapkan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal. Adapun susunan Dewan Sekolah periode 2009-2012:

Lampiran :

Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Non Formal Kabupaten Bantul

No. : 056.a

Tanggal : 21 Juli 2009

Tentang : Pengesahan dewan sekolah SMA N 1 Bantul Periode 2009-2012

No Nama Jabatan dalam dewan sekolah Dari unsur


1 Drs. H. Samedi Prastowo Ketua 1 Pengamat pendidikan
2 Subarkah, S.Pd Ketua 2 Orang Tua Siswa
3 Jariah, S.Pd. Sekretaris 1 Pengamat Pendidikan
4 Samyudi S.Pd. Sekretaris 2 Guru
5 Jumiyo,BA. Bendahara Guru
6 Subarkah, S.Pd. Seksi Penggalian Dana Orang Tua Siswa
7 H. Setiyono Seksi Penggalian Dana Alumni
8 Susela Marwata, S.Sos Seksi Pengelolaan Dana Orang Tua Siswa
9 Endhi santoso Seksi Pengelolaan Dana Pengusaha
10 Drs. Subandrio, M.Pd. Seksi Peningkatan Mutu Pendidikan Orang Tua Siswa
11 Suharsono Wahyudi Seksi Peningkatan Mutu Pendidikan Akademisi
12 Arif Agusta Sundioko Seksi Jaringan Kerjasama Orang Tua Siswa
13 Sari Murni Seksi Jaringan Kerjasama Tokoh Masyarakat

http://www.sman1bantul.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=22&profil=Dewan%20Sekolah

Anda mungkin juga menyukai