Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengeboran (Drilling) dengan Metode Successful Efforts (SE)


Pengeboran adalah usaha secara teknis membuat lubang dengan aman
sampai menembus lapisan formasi yang kaya akan minyak atau gas. Lubang
tersebut kemudian dilapisi dengan casing dan disemen, dengan maksud untuk
menghubungkan lapisan formasi tersebut dengan permukaan bumi yang
memungkikan penambangan minyak atau gas secara komersial. Dalam biaya
pengeboran terbagi menjadi dua yaitu eksplorasi (exploratory) dan pengembangan
(development). Pada makalah ini, penulis lebih memfokuskan kepada biaya
pengeboran eksplorasi (exploratory drilling cost).

2.1.1. Akuntansi Eksplorasi


Penguasaan besarnya proved reserves dalam usaha pertambangan sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup usaha penambangan. Untuk mempertahankan
dan memperbesar proved reserves dilakukan melalui aktivitas eksplorasi, oleh
karena itu aktivitas eksplorasi memegang peranan penting bagi perusahaan
penambangan.
Kegiatan eksplorasi adalah kegiatan pencarian atau pengidentifikasian dan
penentuan kawasan yang potensial mengandung cadangan minyak dan gas bumi,
yang dimulai dengan mengadakan survei lapangan. Survei ini adalah survei yang
dilakukan langsung pada kawasan yang menjadi sasaran pencarian, yaitu survey
topographical, survey geological, dan survey geophysical. (Haryono:7)
Menurut PSAK No. 29 Tahun 2009 kegiatan eksplorasi (exploration) atau
pencarian adalah :
Setiap usaha dalam rangka mencari dan menemukan cadangan minyak dan gas
bumi di daerah-daerah yang belum terbukti mengandung minyak dan gas bumi,
yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
a. Mengusahakan izin untuk memulai kegiatan eksplorasi di daerah tertentu.
b. Melakukan berbagai kegiatan penyelidikan geologis dan geofisika di lapangan.
c. Menginterpretasikan data yang dihasilkan dalam penyelidikan ini.

6
7

d. Melakukan pengeboran sumur, termasuk sumur uji stratigrafi, di daerah yang


belum terbukti mengandung cadangan.
e. Memperoleh dan membangun aktiva tetap yang berhubungan dengan kegiatan
di atas.
f. Menggunakan jasa yang diperlukan sehubungan dengan kegiatan di atas.
Biaya eksplorasi adalah biaya yang terjadi dalam pencarian dan menemukan
cadangan minyak dan gas bumi di daerah yang belum terbukti mengandung
minyak dan gas bumi. (IAI, 2009:29.3)
Berdasarkan definisi di atas maka biaya eksplorasi dapat terjadi sebelum
atau sesudah perolehan lahan eksplorasi. Kategori biaya-biaya eksplorasi terdiri
dari (IAI, 2009:29.5) :
a. Penyelidikan topografi, geografi, geofisika, biaya untuk perolehan properti,
biaya gaji, dan biaya lainnya untuk para ahli geologi, penugasan geofisika
(biaya G&G). Penyelidikan topografi adalah kegiatan pengukuran permukaan
tanah yang bertujuan untuk membuat peta suatu daerah tertentu dan
mengetahui sifat-sifat tanahnya.
Penyelidikan geologi diantaranya terdiri dari penginderaan jauh foto udara
(Slide Looking Air Radar = SLAR), geologi lapangan dan geokimia. Kegiatan
penyelidikan terhadap gravitasi, magnetik dan seismik adalah kegiatan yang
dilakukan dalam penyelidikan geofisika. Aktivitas G&G bertujuan untuk
mengidentifikasi dan memperkirakan letak lokasi cadangan yang dapat
diproduksi secara komersial. Penyelidikan G&G yang dilakukan sebelum
perolehan lahan eksplorasi biasanya dibuat dalam suatu perjanjian tersebut,
maka biaya G&G yang berhasil akan dikategorikan sebagai biaya acquisition
the proved property dan yang gagal akan dibukukan sebagai perkiraan piutang.
b. Biaya-biaya untuk mempertahankan undeveloped properties (agar kontrak
diputus), seperti delay rentals, biaya pajak, serta biaya-biaya untuk merawat
dan mencatat kontrak. Biaya-biaya ini bersifat intangible atau tidak berwujud.
c. Kontribusi dry hole dan bottom hole adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
terhadap kegiatan pengeboran sumur oleh pihak lain yang berdekatan dengan
kawasan perusahaan.
8

d. Biaya pengeboran dan pengolahan sumur eksplorasi, yang dibagi atas jenis
biaya yang berwujud dan tidak berwujud.
e. Biaya pengeboran sumur exploratory type stratigraphic test well (biaya
pengeboran sumur uji stratigrafi) yang terdiri dari biaya pengeboran di daerah
cadangan tidak terbukti (exploratory type) dan di daerah cadangan terbukti
(development type).

Jenis biaya (1) sampai dengan (3) adalah jenis biaya yang sering terjadi
sebelum dimulainya kegiatan pengeboran, atau biasa disebut dengan nama non
drilling exploration cost (biaya eksplorasi pra pengeboran), sedangkan untuk dua
jenis biaya yang terakhir disebut dengan drilling cost (biaya pengeboran).
 Peralatan dan Fasilitas Penunjang
Kelompok biaya yang termasuk dalam biaya peralatan dan fasilitas
penunjang ini meliputi beban biaya penyusutan peralatan seismik, bengkel
perbaikan, gudang dan perkantoran, serta beban biaya operasi. Semua beban ini
baik beban penyusutan maupun biaya operasi harus didasarkan atas sistem
alokasi.
 Pengeboran Eksplorasi
Pengeboran eksplorasi merupakan tahap akhir dari aktivitas eksplorasi,
karena pengeboran eksplorasi yang dapat membuktikan kepastian letak cadangan.
Terdapat dua kemungkinan dalam pengeboran eksplorasi yaitu apakah proved
reserves sukses artinya cadangan minyak tersebut berisi minyak atau sebaliknya
proved reserves gagal yang artinya cadangan minyak kering. Perlakuan akuntansi
atas sumur eksplorasi tergantung dari penggunaan metode akuntansinya,
sedangkan pengertian biaya sumur termasuk didalamnya peralatan dan
perlengkapan sumur dapat dikategorikan menjadi dua yaitu tangible drilling cost
(TDC) atau equipment dan intangible drilling cost (IDC).

1. Intangible Drilling Cost (IDC)


IDC adalah bagian yang tidak kelihatan atau tidak ada nilainya, yang meliputi
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2002: 29.5):
a) Biaya persiapan (pembebasan tanah, pembuatan jalan, dan pembangunan
lokasi)
b) Biaya operasi pengeboran
9

c) Biaya mata bor (drilling bits)


d) Biaya lumpur (mud)
e) Biaya selubung
f) Biaya semen
g) Biaya penyelidikan di bawah tanah (logging)
h) Biaya pengujian dan perampungan
i) Biaya gaji
j) Biaya pengangkutan alat pemboran
k) Biaya pengangkutan lainnya
l) Biaya perkemahan, dan lain-lain

2. Tangible Drilling Cost (TDC) atau Equipment


TDC merupakan biaya yang timbul setelah pemasangan cristmas tree. TDC
adalah biaya berwujud yang mempunyai nilai sisa, khusus biaya berwujud yang
tidak mempunyai nilai sisa seperti casing tetap diperlakukan sebagai TDC. Dalam
ketentuan kontrak Production sharing, TDC meliputi biaya wellhead equipment,
subsurface equipment dan Production tubing dan disempurnakan termasuk
casing.
Berdasarkan hasil akhir pengeboran dinyatakan menemukan cadangan,
transaksi ini harus dibukukan pada perkiraan sementara (W/P-IDC dan W/P-Lease
& well Equipment. (Arifin,2004 :49):
Perkiraan W/P-IDC menampung biaya geologi dan geofisika untuk
menetapkan lokasi pengeboran, cleaning and leveling site dan acces road ,
drigging mud pit and installing water line, jasa pengeboran, well log dan
drillsteam test cementing service, pemasangan cristmast tree dan perforating and
acidizing service.
Perkiraan W/P-Lease & WE menampung biaya pipe water line, pembelian
pipe and casing, pembelian crismast tree. Setelah status sumur eksplorasi
dinyatakan berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi, maka perkiraan
sementara (W/P) dipindahkan ke perkiaraan Well and Related Equipment and
Facilities dan kemudian lahan eksplorasi direklasifikasi dan perkiraan unproved
menjadi proved property.
10

2.1.2. Pencatatan Akuntansi Pengeboran Eksplorasi


Biaya-biaya pengeboran diklasifikasikan sebagai 1) Wells in progress – IDC
atau 2) wells in progress – lease and equipment. Ketika pengeboran mencapai
kedalaman yang telah disepakati, maka harus diputuskan apakah proved reserves
telah terbukti berisi minyak atau kering. Jika proved reserves telah terbukti berisi
minyak maka kedua saldo akun wells in progress akan ditransfer menjadi akun
well and related equipment and facilities. Jika proved reserves kering, maka
sumur menjadi tidak terpakai dan dibuang maka biaya-biaya yang telah
dikapitalisasi ke wells in progress dihapuskan ke akun dry hole expense.
Jurnal :
 Jurnal memperoleh akuisisi area
Unproved Property xxx
Cash xxx

 Jurnal pada saat kegiatan pengeboran telah dimulai


Wells in progress (W/P) – IDC xxx
Cash xxx
atau
W/P – lease and equipment (L&WE) xxx
Cash Xxx

 Jurnal pada saat proved reserves telat terbukti berisi minyak dan sumur telah
selesai dikerjakan maka kedua saldo akun wells in progress akan ditransfer
menjadi akun well and related equipment and facilities.
Wells and related equipment and facilities (E&F) - xxx
IDC
Wells and related E&F – L&WE xxx
W/P – IDC xxx
W/P – L&WE xxx

Proved Property xxx


Unproved Property xxx

 Jurnal pada saat sumur kering maka biaya-biaya yang telah dikapitalisasi ke
wells in progress dihapuskan ke akun dry hole expense.
Dry hole expense (IDC and L&WE) xxx
W/P – IDC xxx
W/P – L&WE xxx
11

 Jurnal saat sumur dibuang karena sumur tersebut kering


Dry hole expense – IDC xxx
Cash xxx
Atau
Dry hole expense – L&WE xxx
Cash Xxx

2.2 Proses Pengeboran (Drilling) Migas di Indonesia


Dalam melakukan pengeboran yang dilakukan oleh pihak kedua
diperlukannya suatu kontrak diantara pihak pertama dan kedua. Sesuai dengan
Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang “Kegiatan Usaha
Hulu Minyak dan Gas Bumi”, diatur bahwa kontrak kerja sama dilaksanakan atas
dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Kepemilikan sumber daya minyak dan gas bumi tetap ditangan Pemerintah
sampai pada titik penyerahan.
2. Pengendalian manajemen atas operasi yang dilaksanakan oleh Kontraktor
berada pada Badan Pelaksana.
3. Modal dan risiko seluruhnya ditanggung oleh Kontraktor.
Atas dasar itu, dibentuklah ciri kontrak minyak dan gas Indonesia yang
tercermin dalam Kunci-Kunci Kontrak Migas Indonesia:
1. Kontraktor menyediakan segala dana dan menanggung segala risiko.
2. Manajemen operasi di tangan BP Migas.
3. Kepemilikan bahan tambang pada Pemerintah hingga titik penyerahan.
4. Kontraktor berhak memperoleh kembali biaya operasi dari penjualan
minyak atau gas, bila ada produksi.
5. Produksi hanya ada bila dinyatakan komersialitas oleh Pemerintah.
6. Masa eksplorasi 6 tahun ditambah 4 tahun perpanjangan.
7. BP Migas memberikan persetujuan WP&B, biaya dan metode keteknikan
yang digunakan.

Berikut ini contoh kasus mengenai proses pengeboran yang terjadi antara
SKK Migas dengan Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) yang mengalami
kegagalan dalam pengeboran.
Dikutip dari berita Liputan 6 tahun 2013 sebagai berikut:
12

“Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegaiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi
(SKK Migas) menyatakan ada dana sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp
15,5 triliun yang tidak dikembalikan ke Kontraktor Kontrak Kerjasama
(KKKS) yang mengalami kegagalan eksplorasi migas. Wakil kepala SKK
Migas Wijanarko Yohanes mengatakan pengembangan sumur migas di
Indonesia sangatlah berisiko. Pasalnya, perusahaan pengembang atau
KKKS harus menanggung biaya sendiri dalam melakukan eksporasi
wilayah kerja migas. Jika eksplorasi migas berhasil maka biaya yang telah
dikeluarkan oleh KKKS akan digantikan oleh negara, namun jika
mengalami kekagagalan maka biaya eksplorasi harus ditanggung KKKS.
"2003-2013 total USD1,6 milar yang tidak dikembalikan, termasuk vendor
jasa pengadaan alat mereka bayar sendiri, tidak ada sepeserpun uang
negara," kata Wijanarko, dalam diskusi kriminalisasi kebijakkan korporasi,
di kawasan bisni Sudirman, Jakarta, Rabu (8/4/2013).
Wijanarko menyebutkan saat ini ada 309 KKKS yang terdaftar di SKK
Migas yang sedang melakukan eksplorasi namun hanay 40 KKKS yang
sudah berproduksi, sedangkan sisanya masih melakukan eskplorasi yang
biayanya ditanggung sendiri. "Artinya mereka bertaruh yang jadi resiko
mereka," ungkapnya. untuk biaya eksplorasi sendri terhitung besar, KKKS
harus mengeluarkan dana US$ 200 juta per hari. "Satu pemboran yang
dilakukan Epson US$ 200 juta atau Rp 2 triliun, tapi itu tidak berhasil, itu
kalau dibikin sekolah bisa banyak," pungkasnya.”

Dilihat dari kasus tersebut, KKKS merupakan pihak kedua yang


melakukan pengeboran (drilling). Apabila KKKS berhasil melakukan pengeboran
maka biaya yang dikeluarkan akan diganti oleh negara sesuai perjanjian kontrak.
Namun, apabila gagal dalam pengeboran maka biaya yang dikeluarkan
ditanggung oleh KKKS sendiri. Dalam pencatatan drilling cost terdapat
ekploratory yang dimana terdapat kemungkinan adanya pengeboran yang berhasil
atau sukses dan pengeboran yanng gagal. Kasus dalam berita Liputan 6 ini
mengalami kegagalan pengeboran sehingga mengalami dry hole (sumur kering)
dan mengalami kerugian biaya.
13

Kasus lain yang berhubungan dengan pengeboran yang mengalami dry


hole (sumur kering) yang terjadi juga pada tahun 2013 yaitu menimpa pada
KKKS Asing. Berikut ini kutipan beritanya:
“Harus dipahami oleh masyarakat bahwa saat ini mencari minyak dan gas
untuk penambahan cadangan minyak dan gas demi kepentingan Negara
semakin sulit karena potensi yang ada lokasinya di laut dalam. Bahkan
setelah dilakukan pengeboran di laut dalam, sejumlah KKKS asing yang
sudah bersedia menjadi kontraktor dan operator di Blok eksplorasi laut
dalam mengalami kegagalan menemukan cadangan minyak dan gas
sehingga KKKS harus menanggung kerugian hingga US$1,9 miliar atau
sekitar Rp19 triliun,” ujar Deputi Pengendalian Perencanaan Aussie B.
Gautama di Jakarta, Selasa (11/6). Pemboran eksplorasi minyak dan gas
bumi di laut dalam telah dimulai sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 oleh
12 KKKS di 16 blok. Pengeboran eksplorasi telah dilakukan sebanyak 25
sumur eksplorasi yang menghabiskan biaya sekitar US$1,9 miliar dan
hingga saat ini belum berhasil menemukan cadangan migas yang komersil
(www.esdm.go.id).”
Berikut ini data KKKS Asing yang mengalami kegagalan dalm
pengeboran:
TABEL 2.1
DATA KKKS Asing
Realisasi
Wilayah Nama
No KKKS Biaya (Juta Status
Kerja Sumur
US$)
1 ExxonMobil Surumana Rangkong-1 123 Sumur kering
Kris-1 Biogenic Gas
45
Uneconomic
Sultan-1
2 ExxonMobil Mandar 110
sumur kering
Kriss Well-
24
1 ST sumur kering
Gatotkaca-1
98 sumur kering
ST
3 Statoil Karama
43 sumur kering
Anoman-1
14

Kaluku-1
Kuma 150 Waxy Oil (MDT)
Aru-1
4 ConocoPhillips Amborip VI 58 Sumur kering
Mutiara
Arafura Sea 103 Sumur kering
Putih-1
5 Talisman Sageri Lempuk-IX 84 Sumur kering
Sumur kering
Bravo Well 103
Sumur kering
Romeo Well 23
Pasang
6 Marathon Technical
Kayu
Romeo B-1 25 Problem

Romeo C-1 58 Technical


Problem
Technical
KD-1 34
Budong- Problem
7 Tately
Budong
LG-1 17
Uneconomic Well
8 Japex Buton Benteng-1 31 Sumur kering
SE Palung
9 CNOOC Sindoro-1 50 Sumur kering
Aru
Andalan-1 164 Sumur kering
10 Hess Semai IV
Andalan-2 59 Sumur kering
Kofiau Sub Commercial
Ajek-1 37 Gas Discovery
W. Papua
Niko
11 IV Cikar-1 87 Temporarily
Resources
Suspended
N. Makassar Pananda-1 90
Strait Drilling
12 Murphy Oil Semai II Lengkuas-1 215 Sumur Kering
Total 1.900
Sumber: www.esdm.go.id dari SKK Migas

Dari kasus yang yang lain tersebut dapat dilihat bahwa KKKS Migas sudah
berusaha keras dalam melakukan pengeboran Migas di laut. Namun, hasil yang
didapatkan tidak sesuai yang diinginkan. 12 KKKS mengalami kegagalan pengeboran
berupa sumur kering dan permasalahan laminya. Hal tersebut mengakibatkan kerrugian
sebesar Rp. 19 triliun dan kerugian tersebut tidak diganti oleh negara.
15

Kedua kasus tersebut menggambarkan bahwa dalam proses pengeboran (drilling)


tidak hanya kemungkinan berhasil saja yang akan didapatkan. Kemungkinan peluang
gagal pun akan terjadi sanga besar. Makanya dalam pengeboran perlunya suatu
pencatatan berupa drilling cost untuk mengetahui berapa besar biaya yang dikeluarkan
selama proses pengeboran (drilling)

Anda mungkin juga menyukai