Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SPJD

“HUBUNGAN BILATERAL & MULTILATERAL PGRI”

Nama Kelompok 8 :

1. Maulia Agustin (201814500785)


2. Rifa Amalia (201814500795)
3. Alif Sutar Rasyiddin (201814500818)
4. Nur Rizkia Safitri (201714500359)
5. Pradita Hanina Nandiana (201714500411)

Prodi Pendidikan Ekonomi

Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial

Universitas Indraprasta PGRI

2019
Macam- macam Kerjasama antar Negara

Kerjasama antar negara dapat dibedakan menjadi berbagai macam apabila dilihat dari beberapa
karakteristik. Beberapa karakteristik yang menggolongkan kerjasama antar negara antara lain
dari segi wilayah, dan dari segi jumlah anggotanya. Supaya lebih jelas, berikut ini merupakan
jenis- jenis kerjasama antar negara:

Dari segi wilayahnya, kerjasama antar negara dibedakan atas:

 Kerjasama regional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh negara- negara yang berada di
kawasan satu rumpun. Misalnya kerjasama yang dilakukan oleh negara- negara di
kawasan Asia Tenggara.
 Kerjasama Internasional, yaitu kerjasama yang dilakukan oleh julukan negara- negara di
dunia tanpa mengenal batasan wilayahnya.

Berdasarkan jumlah anggotanya, kerjasama antar negara dibedakan menjadi beberapa jenis
antara lain sebagai berikut:

 Kerjasama bilateral, yaitu kerjasama yang dilakukan antar 2 negara saja.


 Kerjasama multilateral, yaitu bentuk kerjasama antar negara yang dilakukan oleh
beberapa negara yang jumlahnya lebih dari 2 negara

1. Pengertian Kerjasama Bilateral

Kerjasama antar negara salah satunya dibedakan berdasarkan jumlah anggota dari kerjasama
tersebut dan salah satu jenisnya adalah kerjasama bilateral. Bilateral sendiri berasal dari kata “bi”
yang artinya dua, sehingga dapat dikatakan bahwa bilateral merupakan kerjasama antara dua
negara. Asal negara anggota dalam kerjasama bilateral ini tidak dikhususkan. Hal ini karena
kerjasama bilateral sifatnya jauh lebih pribadi daripada kerjasama lainnya, karena hanya
melibatkan dua negara. Ada banyak sekali kerjasama bilateral yang tersebar di seluruh dunia, dan
masing- masing kerjasama tersebut memiliki tujuan dan maksudnya sendiri berdasarkan
kepentingan negara yang melakukan kerjasama tersebut.

2. Pengertian Kerjasama Multilateral

Kerjasama antar negara salah satunya dibedakan berdasarkan jumlah anggota dari kerjasama
tersebut dan salah satu jenisnya adalah kerjasama multilateral. Mengenai kerjasama multilateral
ini telah kita ketahui sebelumnya, yakni sebagai kerjasama yang dilakukan beberapa negara
dimana jumlahnya lebih dari dua negara. Asal negara anggota dalam kerjasama multilateral ini
tidak dikhususkan. Artinya, anggotanya tidak harus berasal dari wilayah tertentu. Sehingga dapat
kita ketahui bahwa kerjasama multilateral merupakan kerjasama yang dilakukan oleh banyak
negara dan tidak ada persyaratan khusus mengenai asal negara anggota.
A. PGRI Sebagai Organisasi yang Bersifat Kemitraan
Menurut etimologi (arti kata), kemitraan adalah perihal hubungan atau jalinan
kerja sama sebagai mitra. PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik
pejuang selalu berusaha menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk
kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah
menjalin hubungan secara internasional.
Nilai – nilai yang dikembangkan berdasarkan kemitraan diantaranya adalah:

1. Menumbuhkan semangat rasa persatuan dan kesatuan.

2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan/solidaritas.

3. Menerima, membantu dan merasakan penderitaan orang lain.

4. Meduli terhadap keadaan masyarakat.

Salah satu strategi PGRI untuk mencapai Visi dan Tujuan organisasi adalah
melakukan kerjasama dengan masyarakat, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
Organisasi Massa lain atau sering disebut hubungan kerjasama PGRI secara vertikal,
horizontal dan hubungan luar negeri.

B. Hubungan dan Kerjasama Vertikal


Hubungan kerjasama PGRI secara vertikal yang dimaksud adalah hubungan
antara Pengurus besar, Pengurus Provinsi, Pengurus Kabupaten/Kota, Pengurus Cabang,
dan Pengurus Ranting. Perlu dijelaskan tugas dan/atau fungsi pengurus masing-masing
sesuai AD/ART. Hubungan kerjasama PGRI secara vertikal bersifat Hierarkhis dan
Instruktif.

C. Hubungan dan Kerjasama Horizontal


Adapun yang dimaksud hubungan kerjasama PGRI secara Horizontal adalah :

1. Hubungan antara Pengurus Besar PGRI dengan organisasi profesi dan/atau


organisasi massa setingkat Pengurus Besar.

2. Hubungan antara PGRI dan Pemerintahan dalam tingkat yang sama.

3. Hubungan antara Pengurus PGRIsetingkat, misalnya PGRI Provinsi Jawa


Tengah dengan PGRI Provinsi Jawa Timur.
Hubungan tersebut menggunakan azas manfaat, saling menguntungkan, saling
membantu, kekeluargaan, demokratis dan keterbukaan.

D. Hubungan Luar Negeri


Hubungan PGRI dengan luar negeri sudah dapat dibuktikan sejak lahirnya PGRI.
Pada periode tahun 1945 sampai 1950, perjuangan PGRI dititik beratkan melawan NICA-
Belanda guna menyelamatkan perang kemerdekaan. Dalam usaha meningkatkan
pendidikan dimulai dengan peralihan pendidikan yang bersifat kolonial ke pendidikan
nasional.
Pada tahun 1950 terjadi 2 kongres PGRI yaitu kongres IV di Yogyakarta (Februari
1950) dan yang kedua kongres V (Desember 1950) di Bandung dalam usaha penataan
kembali organisasi.
Tahun 1950 merupakan tahun persatuan karena akhirnya kongres itu membuat
suatu “maklumat persatuan”. PGRI sebagai organisasi kemitraan, berupaya
menumbuhkan rasa semangat persatuan dan kesatuan dengan membentuk suatu
hubungan dengan luar negeri.
Dalam hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama /
hubungan dengan National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di
Amerika Serikat. NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang
perkembangan pendidikan di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat
undangan kongres II WCOTP (World Confideration of Organization of the Teaching
Profession) yang kedua di London pada bulan Juli 1948.
PGRI sudah sejak lama telah memiliki hubungan yang luas dengan guru di luar
negeri. Hubungan tersebut dapat meliputi hubungan kerjasama dalam tingkat regional
dan internasional, diantaranya adalah:

1. Tingkat Regional.
a. ASEAN Council of Teachers (ACT)
ASEAN Council of Teachers (ACT) merupakan organisasi yang
berangotakan guru-guru negara ASEAN. Negara yang menjadi anggota
ACT adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina,
Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos. PGRI memprakarsai berdirinya
ASEAN Council of Teachers (ACT) tahun 1974.
b. Pertemuan Guru-Guru Nusantara (PGN)
Pertemuan Guru-Guru Nusantara merupakan organisasi yang
beranggotakan guru-guru yang terbentuk karena didasarkan pada budaya
Melayu. Negara yang menjadi anggota PGN diantaranya adalah Brunei
Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. PGRI memprakarsai
Pertemuan Guru-Guru Nusantara (PGN) 1983 di Singapura yang dipimpin
oleh Prof. Gazali Dunia dan Rusli Yunus.
2. Tingkat Internasional
a. Konvensi ILO/UNESCO
Tanggal 5 Oktober 1966 Konvensi ILO/UNESCO di Paris
menghasilkan Status of Teachers (Status Guru Dunia). Pemerintah RI dan
PGRI (HM Hidajat dan Ir. GB Dharmasetia) hadir dan menandatangani
Konvensi ILO/UNESCO tersebut.
b. Education International (EI)
Education International (EI) adalah suatu serikat pekerja atau
organisasi guru dan personal pendidikan dengan 25.000.000 anggota.
Mereka adalah para guru dan pekerja di sektor pendidikan dari tingkat pra-
sekolah sampai perguruan tinggi yang berasal dari 311 organisasi di 155
negara. Di asia Pasifik EI mempunyai 68 anggota organisasi di 34 Negara,
termasuk PGRI.
EI bertujuan untuk :
1. Melindungi hak profesional dan industrial dari para guru dan pekerja
pendidikan.
2. Mempromosikan perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan
persatuan kepada seluruh manusia si semua negara, melalui
pembangunan pendidikan umum berkualitas bagi semua.
3. Memerangi semua bentuk rasialisme dan diskriminasi dalam
pendidikan dan masyarakat.
4. Memberikan perhatian khusus bagi pembangunan peran kepengurusan
dan keterwakilan wanita di masyarakat, dalam profesi mengajar, dan
dalam organisasi guru dan pekerja pendidikan.
5. Memastikan hak-hak kelompok kelompok yang terlemah seperti
masyarakat pribumi, etnik minoritas, migran dan anak-anak. EI
bertujuan dan bekerja untuk menghapuskan pekerja anak yang
merupakan bagian penting dari hak asasi manusia.
EI dibentuk pada tahun 1993 sebagai hasil penggabungan antara The International
Federation of Free Teacher Union (IFFTU) dan The World Confederation of
Organizations of The Teaching Profession (WCOTP). Sekertariat pengurus EI bermarkas
di Brussels, Belgia, yang dilengkapi dengan lima departemen yaitu: pendidikan, serikat
sekerja, hak asasi manusia dan keadilan, pengembangan kerjasama, informasi dan
administrasi.
Dengan jumlah anggota sebanyak 25 juta orang. EI menjadi sebuah ITS
(International Trade Secretariate atau Sekretariat Serikat Pekerja Internasional) yang
terbesar di dunia. EI berasosiasi dengan ICFTU (Internatioanal Confederation of Free
Trade Union), yaitu sebuah konfederasi dari pusat-pusat serikat pekerja naional yang
demokratis dan independent di tingkat dunia. Education International membangun
hubungan kerja istimewa dengan sejumlah organisasi penting.
EI mempunyai hubungan kerja dengan UNESCO, termasuk IBE (international
Buereau of Edication atau Biro Pendidikan Internasional) serta memiliki status
konsultatif dengan United Nation Economics and Social Council (ECOSOC) atau Dewan
Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa.
Secara khusus, EI bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan
WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and
Development (OECD).
Hubungan tersebut memberikan kesempatan bagi EI dalam mempromosikan
tujuan guru dan pekerja pendidikan di forum internasional dan dalam memberikan
masukan dalam diskusi ketika sedang menyusun keputusan tentang kebijakan penting.
Program dan anggaran belanja EI diadopsi setiap tiga tahun oleh Kongres Dunia
Education International, yang dihadiri oleh semua organisasi anggota EI dan para
pengamat dari organisasi internasional serta lembaga-lembaga antara negara. Resolusi
kebijakan EI diadopsi dan Dewan Pimpinan Pusat dipilih di Kongres Dunia yang terakhir
diselenggarakan di Jontien, Thailand, pada bulan Juli 2001.
Sekretariat Markas Besar atau Kantor Pusat EI teretak di Brussel Belgia. Kantor-
kantor kawasan terletak di Afrika (Lome, Togo), Asia Pasific (Kuala Lumpur, Malaysia),
dan Fiki, Eropa (Brussel, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Cose Rica) dan Amerika
Utara dan Karibia (santalucia). Setiap 3 tahun sekali di tiap-tiap kawasan diselenggarakan
Konvereverensi Regional.
Tujuan PGRI mengikuti organisasi ini adalah:
a. Memperkuat PGRI sebagai serikat pekerja guru.
b. Membuat organisasi yang lebih demokratis, independen, transparan dan
berkelanjutan.
PGRI mengikutsertakan dirinya dalam organisasi ini tentu memperoleh manfaat:
1. Membuat kesadaran serikat buruh, good governance, transparansi dan akuntabilitas
di semua tingkat organisasi.
2. Untuk mendapatkan alokasi anggaran 20% oleh pemerintah untuk pendidikan di
tingkat nasional dan daerah untuk dapat membahas masalah yang dihadapi oleh
pendidikan, guru, anak-anak, dan untuk mencapai pendidikan berkualitas untuk
semua
3. Mempromosikan partisipasi perempuan dan pemimpin muda dalam proses
pengambilan keputusan dan semua kegiatan serikat.
4. Dibuat kolam pelatih terampil di tingkat kabupaten dan propinsi.
5. Berkaitan dengan keuangan organisasi dan membuat organisasi mandiri secara
finansial.
6. Peningkatan proses komunikasi dalam organisasi antara tingkat nasional, provinsi
dan kabupaten.
Keikutsertaan PGRI dalam organisasi ini dapat dibuktikan dengan lima tahun
sekali Kongres PGRI berhasil dilaksanakan diantaranya di Palembang, Sumatera Selatan,
Indonesia, ditangani oleh Presiden Republik Indonesia dan Sekretaris Jenderal
Pendidikan Internasional.
Tahun 2001 PB PGRI dan Ketua provinsi se Jawa Workshop EI di Anyer.
Kemudian pada tahun 2003 menjadi 11 provinsi. Pada tahun 2004 menjadi 19 provinsi,
pada tahun 2005 menjadi 22 provinsi. Penanggung jawab nasional Prof.Dr. HM Surya,
Ketua Umum PB PGRI, sedangkan National Coordinator PGRI-EI Consortium Project :
1. Tahun 2002 – 203, Drs. WDF Rindorindo
2. Tahun 2004 – sekarang, HM Rusli Yunus.
3. Tahun 2006 Koordinator Nasional (HM Rusli Yunus) didampingi Koordinator
Pelaksana (Ir.Abdul Azis Hoesein, MEngSc)
Menurut Arlan Larnaca (2011), terdapat beberapa hasil dari jalinan kemitraan
internasional tersebut, antara lain :
1. Adanya bantuan dari EI melalui konsorsium organisasi guru Swedia, Kanada, AS,
Jepang, Australia.
2. Ketua Umum PB-PGRI duduk dalam kepengurusan EI untuk kawasan Asia-Pasifik.
3. Perjuangan PGRI telah masuk dalam salah satu resolusi Konferensi EI Asia-Pasifik
di india pada tahun 2000 dan kongres Guru se Dunia di Thailand tahun 2001.
4. Dalam konfensi ACT di Thailand, Hanoi, dan Brunei Darussalam, PGRI berperan
secara aktif dalam penyajian materi.
5. PGRI telah menyampaikan kertas kerja dalam Pertemuan Guru Nusantara (PGN) di
Brunei Darussalam tahun 2002.
6. Ketua umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang
pembicara dalam beberapa konferensi Internasional.
7. Kerjasama bilateral telah terbina dengan STU (Singapura), Kurusapha (Thailand),
JTU (Jepang), KFTA (korea selatan), AEU (Australia), dan NUTP (Malaysia).

 Contoh – Contoh Hubungan PGRI dengan Luar Negeri


1. Sesudah kongres ke empat di Yogyakarta, PB PGRI di Jakarta mengirim surat
perkenalan serta ucapan selamat atas terbentuknya pengurus baru Persatuan
Guru Negara Persekutuan Malaya. Sejak saat itu terjalinlah hubungan
persudaraan dan kerja sama antara PGRI dengan Persatuan Guru Negara
Persekutuan Malaya (Malaysia) hingga kini dibuktikan dengan jalan
korespondensi, saling mengunjungi, pertukaran guru, penataran, dll.
2. Pada bulan Februari 1954 PB PGRI mendapat undangan dari Fan Ming, Ketua
Umum PB PRRC, untuk berkunjung ke Peking guna menghadiri hari buruh(1
mei) dan disambung dengan karya wisata selama satu bulan.
3. Suatu peristiwa antar bangsa dimana PGRI ikut berperan adalah Regional
Conference of Non Govermental of The U.N.O di Denpasar Bali. Utusan PB
PGRI terdiri dari F. Wachendorf dan Muhamad Hidrajat. Usul-usul PGRI
mengenai peranan film semuanya diterima oleh konperensi tersebut.
4. Pada tahun 1954, PB PGRI sangat menyesal karena tidak dapat hadir dalm
memenuhi undangan WCOTP,IFTA, dan Fipreso yang berkongres di Oslo
karena kesulitan keuangan.
5. Sujono, Wakil Ketua I PB PGRI dan E.A. Parengkuan mewakili PGRI hadir di
kongres ke lima WCOTP yang diadakan di Manilla dari tanggal 1s/d 8 Agustus
1956.
6. Pada musim dingin Australia bulan Juli 1971 PGRI menghadiri General
Assembly WCOTP di Sidney, sambil mempererat kerja sama dengan Australia
teachers Federation dan New Zaeland Teachers Institute.
7. Ketua Umum Basyumi Suriamiharja, Sekretaris Jenderal A.M.D Jusuf dan
Gazali menghadiri IFFTU Convention di Kuala Lumpur. Pada acara
pembentukan “Komite Asia untuk IFFTU”. Basyumi Suriamiharja terpilih
menjadi ketuanya.
8. Pada tanggal 3 dan 4 April 1972 di Bandung diadakan Kongres IFFTU dengan
tema “The role of teachers and their organization in economic development”.
Pada kesempatan ini melalui May Jen. Ali Murtopo, guru di Indonesia telah lama
diakui sebagai pembaharuan dan pembangunan.
9. Ketua Umum Basyumi Suriamiharja dan Sekretaris Jenderal A.M.D Jusuf
menghadiri kongres WCOTP di London pada bulan Agustus 1972, selanjutnya
mereka pergi ke Nederland dan Belgia, untuk memenuhi undangan Nederlandse
Onderwejzers Verefinigi, dan Federasi Guru Belgia.
10. Melalui WCOTP PGRI telah menyerukan dihentikannya peperangan India-
Bangladesh, Vietnam, dan Timur Tengah yang mengakibatkan kesengsaraan
rakyat, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial yang bertentangan
dengan martabat dan harkat manusia.
11. Sejak kongres ke 13 hubungan dengan luar negeri dirumuskan sebagai berikut
“Meningkatkan jalinan hubungan dan kerja sama internasional kependidikan
yang mengabdi pada kepentingan nasional”.
12. Dra. Ny. M. Wahyudi dan AT. Sianipar SH menghadiri WCOTP Asia and South
Pasific Conference yang diadakan di Walington New zaeland dari tanggal 26
Agustus sampai 2 September 1981.
13. Kongres ke 29 dihadiri tidak kurang dari 11 orang anggota PGRI yakni Ketua
Umum Basyumi Suriamiharja, yang hadir sebagai anggota Eksekutif WCOTP,
Sekjen Drs. W.D.F Rindo sebagai Ketua Delegasi PGRI tiga orang anggota PB
PGRI lainnya, lima orang anggota PB PGRI. Kongres ini diadakan di Swiss.
14. Sekjen Drs. W.D.F Rindo pergi ke Sidney Australia untuk mewakili PGRI pada
“The Asia Public Service Conference of IFFTU” dari tanggal 18-20 Oktober
1982.
15. Pada tanggal 25 – 29 Oktober 1982 Dra. Ny. M. Wahyudi ada di Hiroshima
Jepang, untuk mengikuti simposium yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru
Jepang tentang “Disarmament Education”.
16. Pada tanggal 27 – 30 Desember 1982 56 orang wakil PGRI berada di Kuala
Lumpur Malaisya untuk menghadiri The 4’th Covention ACT.
17. Dalam sidang WCOTP Asia Pasific yang diadakan pada tanggal 3 – 10 Agustus
1983 di Kuala Lumpur, PGRI diwakili oleh Dra. Mien. S. Warnaen dan Drs.
Gazali Dunia tentang pertemuan guru Nusantara. Putusan sidang diadakan di
Singapura tanggal 24 Nofember 1983. Pada kesempatan ini Drs. Gazali
menyampaikan makalah.
18. Dalam realisasi mempererat hubungan muhibbah dalam periode 1981-1983,
PGRI telah mendapat kunjungan dari :
1. Rombongan 46 orang guru Melayu.
2. Rombongan 22 orang dari Persatuan Guru Transport Udara Wanita Singapura.
3. Rombongan 24 orang anggota Persatuan Guru Melayu Brunei.

 Bentuk Kerjasama PGRI dengan Luar Negeri


1. Bentuk kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat
dibuktikan dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik
mengajar di Malaysia.
2. Pada tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh rektor,
Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di beberapa
sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.
3. Kesembilan mahasiswa tersebut di antaranya berasal dari beberapa program studi
antara lain Pendidikan Bahasa Inggris (3), Pendidikan Matematika (2), Pendidikan
Biologi (2), dan Pendidikan Fisika (2).
4. Praktek mengajar yang akan berlangsung selama 1 bulan tersebut merupakan salah
satu bentuk kelanjutan dari kerjasama yang dijalin antara IKIP PGRI Semarang
dengan Universitas Teknologi Malaysia.
5. Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas PGRI Palembang bernama
Oktaryna terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar pada tahun 2010.
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel mengirimkan salah seorang pelajar
untuk mengikuti program tahunan Kementrian Dispora RI. Hal itu berkaitan dengan
upaya meningkatkan wawasan kebangsaan bagi Pemuda Indonesia. Program kapal
pemuda Asean – Jepang (ship for east asia yourt program-SSEAYP).
6. Kemudian pada 14 Desember 2010 di Guangzhou, China, PGRI telah
menandatangani MoU dengan South China Normal University dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru. Pada 5 Maret 2011 di Seoul, Korea Selatan PGRI
melakukan Penandatanganan kerja sama dengan Korean Federation of Teachers
Association. Kerja sama di antaranya tentang Joint Research dan Workshop.

KESIMPULAN
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha
menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama yang saling
menguntungkan dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah menjalin hubungan secara
internasional.
Dalam hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama /
hubungan dengan National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di
Amerika Serikat. NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang
perkembangan pendidikan di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat
undangan kongres II WCOTP (World Confideration of Organization of the Teaching
Profession) yang kedua di London pada bulan Juli 1948.
Bentuk kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat
dibuktikan dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar
di Malaysia.
Pada tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh
rektor, Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di
beberapa sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai