TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses implantasi ovum yang telah dibuahi oleh sperma pada
dinding rahim, masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir.5
kelahiran adalah proses ekspulsi atau ekstraksi lengkap janin dari seorang ibu setelah usia
kehamilan 20 minggu atau berat badan lahir diatas 500gr.
14
Gambar 3.2. Anatomi rongga pelvis pada wanita.7
Pelvis terdiri dari empat tulang, yaitu tulang sakrum, koksigeus, dan dua
tulang inominata. Masing-masing tulang inominata dibentuk oleh penyatuan
ilium, iskium, dan pubis. Tulang-tulang ini disatukan ke sakrum pada
sinkondriasis sakroiliaka dan kesatu sama lain pada simfisis pubis.6
Pelvis sejati adalah bagian penting dalam proses melahirkan. Di atas
dibatasi oleh promontorium dan ala sakrum, linea terminalis, dan batas atas tulang
pelvis, serta dibawah oleh apertura pelvis inferior. Rongga pelvis sejati dapat
digambarkan sebagai silinder yang terpotong dengan sudut miring dengan tinggi
yang paling besar diposterior. Dinding pelvis sejati terdiri dari sebagian tulang
dan sebagian ligamen. Batas posterior adalah permukaan anterior sakrum, dan
batas lateral dibentuk oleh permukaan dalam tulang iskium serta ligamen dan
takik sakroskiatik. Didepan, pelvis sejati dibatasi oleh tulang-tulang pubis, ramus
asendens superior tulang iskium, dan foramen obturatoris. Dinding samping pelvis
sejati wanita dewasa agak konvergen. Spina iskiadika terdapat pada pertengahan
batas posterior masing-masing iskium. Ini sangat penting dalam obstetrik karena
jarak kedua spina iskiadika biasanya menunjukkan diameter terpendek rongga
15
pelvis. Spina iskiadika juga berfungsi sebagai patokan penting dalam menentukan
bagian terbawah bayi ke pelvis sejati.6
Sakrum membentuk dinding posterior rongga pelvis, batas anterior atasnya
berhubungan dengan promontorium yang dapat terpalpasi sewaktu dilakukan
pemeriksaan pelvis bimanual pada wanita dengan pelvis kecil, serta dapat
dijadikan patokan dalam pelvimetri klinis. Normalnya sakrum memiliki
kecekungan vertikal yang bermakna serta kecekungan horizontal kurang
bermakna. Sebuah garis lurus yang ditarik dari promontorium ke ujung sakrum
biasanya sepanjang 10 cm, sedangkan jarak sepanjang kecekungan sekitar 12 cm.
ramus inferior desenden tulang-tulang pubis bersatu di sudut 90-100 derajat untuk
membentuk arkus bulat yang harus dilewati oleh kepala bayi.6
Pelvis digambarkan memiliki empat bidang imajiner, yaitu bidang apertura
pelvis superior (celah superior), bidang apertura pelvis inferior (celah inferior),
bidang midpelvis (dimensi pelvis terkecil), bidang dimensi pelvis terbesar tanpa
makna obstetrik.6
Celah superior atau apertura pelvis superior dibatasi oleh promontorium dan
ala sakrum di posterior, line terminalis di lateral, ramus pubis horizontal dan
simfisis pubis anterior, pada wanita bentuk apertura pelvis superior lebih
mendekati bulat daripada ovoid. Empat diameter apertura pelvis superior adalah
anteroposterior, transversal, dan dua diameter miring. Diameter anteroposterior
yang penting secara obstetrik adalah jarak terpendek antara promontorium sakrum
dan simfisis pubis dan dinamakan konjugata obstetrika, normalnya sepanjang 10
cm atau lebih. Diameter ini berbeda dengan diameter anteroposterior apertura
pelvis superior yang telah diidentifikasi sebagai konjugata vera. Konjugata
obstetrika adalah konjugata diagonalis dikurang 1,5-2 cm, konjugata diagonalis
ditentukan dengan mengukur jarak dari batas bawah simfisis ke promontorium
sakrum. Diameter transversal terbentuk pada sudut yang tepat terhadap konjugata
obstetrika dan menggambarkan jarak terbesar antara line terminalis pada masing-
masing sisi. Biasanya memotong konjugata obstetrika pada titik kira-kira 4 cm
didepan promontorium. Masing-masing dari kedua diameter oblik berasal dari
16
salah satu sinkondrosis sakroiliaka ke eminensia iliopektina disisi yang
berlawanan, panjangnya kurang lebih 13 cm.6
Midpelvis diukur setinggi spina iskiadika-midplane, atau bidang
terkecil dimensi pelvis. Ini terutama penting pada penurunan kepala bayi
pada partus yang macet. Diameter interspinosa, 10 cm atau sedikit lebih
besar, biasanya adalah diameter pelvis terkecil. Diameter anteroposterior
setinggi spina iskiadika panjang normalnya minimal 11,5 cm.6
Apertura pelvis inferior terdiri dari dua daerah yang kira-kira
berbentuk segitiga yang tidak terdapat dibidang yang sama. Daerah tersebut
mempunyai basis yang sama, yaitu sebuah garis ditarik antara kedua tuber
iskiadikum. Apeks segitiga posterior terletak pada ujung sakrum, dan batas
lateralnya adalah ligamentum sakrosciatika dan tuber ischiadikum. Segitiga
anterior dibentuk oleh daerah dibawah arkus pubikus. Tiga diameter
apertura pelvis inferior biasanya dinyatakan: anteroposterior, transversa, dan
sagitalis posterior.6
Bentuk panggul dibagi menjadi empat tipe yaitu ginekoid, antropoid,
android, atau platipeloid. Ciri khas segmen posterior menentukan tipe
pelvis, dan ciri khas segmen anterior menentukan tendensi. Keduanya
ditentukan karena banyak false pelvis tetapi merupakan gabungan tipe-tipe
tersebut. Bentuk pelvis wanita dewasa umumnya adalah ginekoid.6
17
3.3.1. Proses Persalinan
Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh “POWER, PASSAGE,
PASSENGER”:
1. POWER 2:
His
His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His adalah salah satu
kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke
bawah. Pada presentasi kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan
mulai masuk ke dalam rongga panggul. His yang sempurna akan membuat dinding
korpus uteri yang terdiri atas otot-otot menjadi lebih tebal dan lebih pendek,
sedangkan bagian bawah uterus dan serviks yang hanya mengandung sedikit
jaringan kolagen akan mudah tertarik hingga menjadi tipis dan membuka.
Kontraksi yang sempurna adalah kontraksi yang simetris dengan dominasi di
fundus uteri.
Pada bulan terakhir kehamilan sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat
kontraksi rahim yang disebut his pendahuluan atau his palsu. His ini sebetulnya,
hanya merupakan peningkatan kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak teratur dan
menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tetapi tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti
his persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak bertambah kuat jika dibawa
berjalan, bahkan sering berkurang. His pendahuluan tidak bertambah kuat seiring
majunya waktu, bertentangan dengan his persalinan yang makin lama makin kuat.
Hal yang paling penting adalah bahwa his pendahuluan tidak mempunyai
pengaruh pada serviks.
His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan
dengan sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini
mungkin disebabkan oleh anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh
serabut otot rahim yang berkontraksi pada ganglion saraf di dalam serviks dan
segmen bawah rahim, regangan serviks, atau regangan dan tarikan pada
peritoneum sewaktu kontraksi.
18
Gambar . karakteristik persalinan sebenarnya vs persalinan palsu
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Ed 23. Vol 1. Jakarta : EGC. 2013. 408
Tenaga mengejan/meneran
Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang
mendorong anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat
berhasil jika pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi
rahim.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang
lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga
mengejan juga melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.
19
2. PASSAGE
Passage terkait dengan anatomi jalan lahir. Terutama yang berperan dalam
menentukan dapat tidaknya kelahiran pervaginam adalah anatomi dari pelvic minor.
Yang perlu diperhatikan dalam anatomi pelvis adalah bidang-bidang khusus yang
membentuk struktur pelvic. Ukuran bidang pelvis sangat mempengaruhi dapat tidaknya
kelahiran pervaginam terkait dengan ukuran pelvic dibanding ukuran bayi.1,3
Adapun bidang yang penting dalam anatomi pelvis adalah:
PAP (pelvic inlet) dibatasi oleh promontorium vertebra, alla sacrum, linea
terminalis, ramus horizontal os. Pubis dan simfisis pubis. Ukuran diameter bidang PAP
yang tidak sesuai/lebih kecil dari normal dapat menyebabkan tidak dapat menyebabkan
abnormalitas dalam presentasi janin. Adapun bidang PAP memiliki beberapa diameter
yaitu konjugata vera (true conjugate) yang menghubungkan promontorium dengan
bagian atas simfisis, konjugata obstetrika (obstetric konjugate) yang menghubungkan
promontorium dengan bagian tengah simfisis, dan diameter transversal yang
menghubungkan dua sisi linea terminalis.3
Midpelvic adalah ruang/bidang setinggi spina isciadika dan merupakan bidang
tersempit dari panggul. Hal ini dikarenakan adanya spina isciadika yang menonjol
kerongga panggul. Adapun ukuran diameter yang penting adalah diameter AP,
bispinosus dan posterior sagital.3
Pelvic outlet merupakan bidang terbawah rongga panggul yang dibatasi/ dibentuk
oleh ujung terbawah sacrum, sisi ligamentum sacrosciatic, dan ischial tuberosities. 1,2
3. PASSENGER
20
Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah
presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang
lebih sering daripada ubun-ubun kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan
pergerakan anak dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri
melintang.
1. Engagment
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal
kepala janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut
23
sebagai engagement.6,7 Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir
kehamilan atau tidak mengalami engage hingga setelah permulaan persalinan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas
panggul dan majunya kepala.
2. Desensus
Gerakan ini merupakan persyaratan pertama pelahiran neonatus. Pada
nulipara, engagment dapat berlangsung sebelum awita persalian, dan proses
desensus selanjutnya dapat tidak terjadi hingga awitan kala dua. Pada
perempuanmultipara, desensus biasanya dimulai dengan proses engagment.
Desensus di timbulkan oleh satu atau beberapa dari empat kekuatan, yaitu :
tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi,
tekanan kebawah otot-otot abdomen maternal dan ekstensi dan pelurusan tubuh
janin.
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat
ke dada janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek
menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.2
24
Gambar . Proses Fleksi
Gambar . Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang,
(C) Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap
4. Rotasi Internal
Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan,
ke bawah simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah
adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan,
ke bawah simfisis. Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran
kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir, khususnya bentuk bidang tengah dan pintu
bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak terjadi tersendiri, tetapi selalu
25
bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai ke
Hodge III kadangkadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul1.
5. Ekstensi
26
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada
pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus
mengadakan ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala
akan tertekan pada perineum dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua
kekuatan yang satu mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh
tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke
arah depan atas1.
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju
karena kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan
subocciput sehingga pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-
ubun besar, dahi hidung, mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
Suboksiput yang menjadi pusat pemutaran disebut hipomoklion.
6. Rotasi Eksternal
Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kea rah
punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan :
putaran paksi luar). Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah
putaran paksi luar yang sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior pintu bawah panggul.
27
Gambar . Rotasi eksternal
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan
menyusul dan selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan
lahir.
Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan ± 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, ± 23% di
kanan depan, ± 11% di kanan belakang, dan ± 8% di kiri belakang. Keadaan ini
mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid dan
rektum.2
Defenisi persalinan yang tepat adalag kontraksi uterus yang memperlihatkan
pendataran dan dilatasi servik, tidak mempermudah klinisi dalam menentukan kapan
sebenarnya persa;inan dimulai, karena diagnosis ini hanya dapat dipastikan secara
retrospektif. Satu metode menunjukkan awitan pada saat kontraksi yang nyeri menjalar
reguler.
Metode kedua menentukan awitan persalinan sebagai permulaan untuk masuk
ke dalam ruangan bersalib, kriteria ini pada kehamilan aterm mengharuskan adanya
28
kontraksi uterus yang nyeri disertai salah satu dari tanda berikut ini: ruptur membran,
bloody show, pembukaan serviks komplet.
A. Persalinan Kala I
Pendekatan secara ilmiah pertama kali dimulai oleh friedman, yang mendeskripsikan
karakteristik pola sigmoid untuk persalinan dengan membuat gramik dilatasi servik
seiring perjalanan waktu. Pendekatan grafik ini, berdasarkan observasi statistik,
mengubah tatalaksana persalinan. Friedman membuat konsep tiga divisi fungsional
persalinan untuk menggambarkan tujuan fisiologis masing-masing divisi :
1. Pada divisi preparatoris, meskipun dilatasi servik kecil, komponen jaringan ikatnya
mengalami banyak perubahan. Sedasi atau analgetik regional dapat menahan divisi
persalinan ini.
2. Divisi dilatasi, adalah ketika dilatasi terjadi dengan sangat cepat, tidak dipengaruhi
oleh sedasi atau analgetik.
3. Devisi pelvis, terjadi persamaan dengan fase deselerasi dilatasi serviks, mekanisme
klasik persalinan yang meliputi gerakan kardinal janin dengan presentasi kepala,
engagment, fleksi, desensus, rotai internal, ekstensi, dan rotasi eksternal terutama
terjadi pada divisi pelvis.
Ditemukan dua fase dilatasi servikal. Fase laten sesuai dengan divisi prepratoris
dan fase aktif sesuai dengan divisi dilatation. Friedman membagi lagi fase aktif menjadi
fase akselerasi, fase puncak maksimum, dan fase deselerasi.
Fase Laten
Ketika ibu mengalami kontraksi reguler. Fase laten untuk sebagian besar
perempuan berkhir pada dilatasi antara 3 dan 5 cm. Konsep fase laten ini memiliki
makna klinis yang besar dalam pemahaman mengenai persalinan normal pada manusia
karena persalinan jelas lebih lama ketika fase laten
Fase aktif
Kemajuan persalinan pada wanita nulipara memiliki makna tertentu karena semua
kurva tersebut menunjukkan perubahan yang cepat pada lengkung kecepatan dilatasi
serviks antara 3 dan 5 cm. Dengan demikian dilatasi 3 dan 5 cm atau lebih yang disertai
dengan kontraksi uterus dapat dianggap mewakili batas untuk persalinan aktif. Dengan
cara yang sama kurva tersebut memberikan petunjuk yang berguna untuk tatalaksana
persalina.
Rata-rata durasi fase aktif pada nulipara adalah 4,9 jam. Tetapi standar deviasi
besar, yaitu 3,4 jam. Sehingga secara statistik nilai maksim fase aktif dilaporkan
11,7jam. 1,2 hingga 6,8 cm/jam. Friedman juga menemukan bahwa multipara juga
memiliki kemjuan yang lebih cepat pada persalian fase aktif, dengan kecepatan normal
minimum adalah 1,5cm/jam. Desensus di mulai pada fase lanjut fase aktif, berkisar
antara 7 dan 8 cm pada nulipara dan menjadi paling cepat setelah 8 cm.
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis uteri yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis. Pembukaan serviks adalah pembesaran ostium externum yang tadinya berupa
suatu lubang dengan diameter beberapa millimeter, menjadi lubang yang dapat dilalui
anak dengan diameter sekitar 10 cm. Pada pembukaan lengkap, tidak teraba lagi bibir
portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan suatu saluran.1
Mekanisme membukanya serviks berbeda pada primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama, ostium uteri internum akan membuka lebih dulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka.
Sedangkan pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang
sama. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam. 1
32
- Uterus naik didalam abdomen karena plasenta, saat terlepas berjalan turun menuju
segmen uterus bagian bawah dan vagina. Disini, massa besar tersebut mendorong
uterus kearah atas.
- Tali pusat menonjol lebih jauh keluar vagina, menunjukkan bahwa plasenta telah
berjalan turun
Tanda-tanda tersebut kadang-kadang muncul dalam waktu 1 menit setelh pelahiran
neonatus dan biasanya dalam 5 menit. Ketika plasenta telah terlepas, harus ditentukan
bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Ibu dapat dianjurkan untuk mengedan dan
tekanan intraabdominal dapat mendorong plasenta keluar secara adekuat. Jika cara ini
gagal atau ekspulsi spontan tidak dapat terjadi karena anestesi, kemudian setelah
memastikan bahwa uterus berkontraksi secar adekuat, berikan tekanan dengan tangan
pada fudus untuk mendorong plasenta yang terlepas kearah vagina
33
Tatalaksana Kala III
Pemijatan uterus setelah pelahiran dianjurkan oleh banyak orang utnuk mencegah
perdarahan postpartum. Oksitosin yang diberikan sebelum pelepasan plasenta akan
mengurangi perdarahan.
34
3.4. INDUKSI PERSALINAN
Induksi diartikan stimulasi dari kontraksi sebelum onset lahir spontan, dengan atau
tanpa ruptur membran. Augmentasi merujuk pada stimulsi terhadap kontraksi spontan
yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi servik dan penurunan janin.
3.4.1. Indikasi
Induksi diindikasikan apabila manfaat bagi ibu atau janin melebihi manfaat
apabila kehailan dibiarkan berlanjut. Induksi meliputi kondisi segera, seprti ruptur
membran disertai korioamnionitis atau preeklampsi berat. Indakasi yang lebih sering
meliputi ruptur membran tanpa persalinan, hipertensi gestsional, status janin yang
meresahkan, kehamilan lebih bulandn berbagai kondisi mendis ibu seperti hipertensi
kronis dn diabetes.
3.4.2. Kontraindikasi
35
factor yang sangat penting. Ketinggian bagian terbawah janin, atau station, juga
penting. Salah satu metode yang yang dapat dikuantifikasi dan bersifat prediktif
terhadap keberhasilan induksi persalinan adalah metode yang dijelaskan oleh Bishop.
Parameter skor Bishop adalah pembukaan, pendataran, station, konsistensi, dan posisi
serviks. Induksi ke persalinan aktif biasanya berhasil pada skor 9 atau lebih dan kurang
berhasil pada skor di bawahnya.1
A. Tehnik Farmakologis
a. Prostaglandin E2
Aplikasi local gel prostaglandin E2 (dinoproston) banyak digunakan untuk
mematangkan serviks. Perubahan histologis yang terjadi mencakup pelarutan serabut
kolagen dan peningkatan kandungan air submukosa. Perubahan-perubahan pada
jaringan ikat serviks aterm ini serupa dengan yang ditemukan pada awal persalinan.
Prostaglandin adalah senyawa yang mengandung 20 atom karbon yang dibentuk
oleh kerja enzim sintase prostaglandin yang yang terdapat pada kebanyakan sel.
Prostaglandin E1, E2, dan F2a dikeluarkan dari sel-sel desidua dan miometrium.
Prostaglandin bekerja pada reseptor khusus untuk mengganggu atau menghambat
pekerjaan adenil siklase selanjutnya menghambat pembentukan cAMP (adenosine 3’5’
siklik monofosfat) sampai menimbulkan perubahan pada tonus otot polos dan
pengaturan kerja hormon
Proses pematangan serviks yang dipicu oleh prostaglandin sering mencakup
inisiasi persalinan. Pemakaian prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan
kemungkinan keberhasilan induksi, mengurangi insidensi persalinan yang
berkepanjangan, dan mengurangi dosis oksitosin maksimal dan total.
Bentuk gelnya prepidil tersedia dalam suntikan 2,5 ml untuk pemberian
intraservik berisi 0,5 mg dinoprostone. Dengan ibu dalam posis telentang, ujung sntikan
yang belum diisi diletakkan didalm servik, dan gel dimasukkan tepat dibawah os
serviks interna. Setelah pemberia ibu tetap berbaring selama setidaknya 30 menit. Dsis
dapat di ulang setiap 6 jam, dengan maksimum 3 dosis yang direkomendasikan dalam 6
jam.
Dinoprostone 10 mg yang dimasukkan kedalam vagina Cervidil juga diakui untuk
pematangan servik. Obat ini berbentuk wafer polimorfik persegi panjang yang tipis dan
datar, yang dibungkus dalam kantung jala kecil berwarna putih yang terbuat dari
poliester. Kantungnya memiliki ekor panjang agar mudah untuk mengambilnya dari
36
vagina. Pemasukkannya memungkinkan dlepaskannya obat 0,3 mg/jam yang lebih
lambat daripada bentuk gel. Bila digabungkan dengan oksitosin, obat ini telah
dilaporkan mempersingkat interval dari induksi ke persalinan. Cervidil digunakan
dalam dosis tunggal yang diletakkan melintang pada forniks posterior vagina. Pelumas
harus digunakan sedikit, atau tidak sama sekali, saat pemasukan. Pelumas yang
berlebihan dapat menutupi dan mencegah pelepasan dinoprostone. Setelah pemasukan,
ibu seharusnya tetap berbaring setidaknya 2 jam. Obat dicabut kembali setelah 12 jam
atau pada awitan persalinan.
37
penggunaannya tidak direkomendasikan. Jika terjadi hiperstimulasi dengan pemberian
10 mg pervagina, menarik kembali ekor disekitar jaringan kantung biasanya akan
membalikkann efek tersebut, irigasi untuk menghilangkan preparat gel tidak membantu.
Kontraindikasi untuk agen prostaglandin secara umum meliputi asma, glaukoma,
atau peningkatan tekanan intra okular.
b. Prostaglandin E1
Misoprostol (cytotec) adalah prostaglandin E1 sintetik dan saat ini tersedia dalam
sediaan tablet 100 µg atau 200 µg untuk mencegah ulkus peptikum. Obat ini digunakan
‘off label’ (tidak diindikasikan secara resmi) sebagai pematangan serviks prainduksi
dan induksi persalinan diberikan peroral atau pervagina.
Pada tahun 2000, G.D Searle & Company memberitahu para klinis bahwa
misoprostol tidak diakui untuk induksi persalinan atau aborsi. Selain itu Americsan
Collage of Obstetricians and Gynecologists dengan cepat memastikan kembali
rekomendasinya untuk penggunaan obat ini karena keamanan dan manfaatnya yang
telah terbukti. Sekarang ini prostaglandin E1 merupakan prostaglandin pilihan untuk
induksi persalinan atau aborsi pada Parkland Hospital dan Barmingham Hospital
University of Alabama .
Ruptur uterus telah dilaporkan oleh Wing dkk (1998) pada penggunaan
prostaglandin E1, pada ibu yang mengalami pelahiran caesar sebelumnya. Selain itu
38
Plaut dkk(1999) melaporkan ruptur utrus pada 5 dari 89 atau 6% perempuan yang
menjalani insisi caesar sebelumnya dan yang pernah di induksi dengan misoprostol.
Beberapa temuan telah mengarah pada pencarian zat yang menstimulasi produksi
nitrit oksida (NO) lokal yang digunakan untuk tujuan klinis. Pertama, nitrit oksida
tampaknya merupakan mediator pematangan serviks. Juga, metabolit NO pada serviks
meningkat pada awal kontraksi uterus. Yang terakhir, produksi NO diserviks sangat
rendah pada kehamilan lebih bulan .
Bularbo dkk (2007) baru-baru ini meninjau dasar pemikiran dan penggunaan
donor NO isosorbit mononitrat dan glyceryl trinitrat. Isosorbit dinitrat menginduksi
siklooksigenase 2 serviks. Agen ini juga menginduksi pengatural ulang ultrastruktur
serviks, serupa dengan yang terlihat pada pematangan serviks spontan.
39
Uji klinis belum menunjukkan bahwa donor NO sama efektifnya dengan
prostaglandin E2 dalam menghasilkan pematangan serviks. Dan m\penambahan
isosorbit mononitrat pada dinoprostone atau misoprostol tidak meningkatkan
pematangn serviks pada awal kehamilan atau saat cukup bulan dan tidak
mempersingkat waktu pelahiran pervagina.
B. TEKNIK MEKANIS
a. Kateter Transservikal
Kateter foley diletakkan melalui os serviks interna. Tekanan kearah bawah yang
diciptakan dengan menempelkan kateter pada paha dapat menyebabkan pematangan
serviks. Modifikasi cara ini yang disebut extra amnionic saline infusion (EASI),
terdiri dari infus salin kontinu melalui kateter kedalam ruang antar os serviks interna
dan membran placenta. Penempatan kateter, dengan atau tanpa infus saline yang
kontinu, menghasilkan perbaikan favorability serviks dan seringkali menstimulasi
kontraksi.
40
Extra Amnionic Saline Infusion.
Teknik ini telah dilaporkan memberikan perbaikan yang signifikan pada skor bishop
dan mengurangi waktu induksi ke persalinan dibandingkan dengn 50 µg tablet
misoprostol intravagina, 0.5 mg prostaglandin E2 intraservika, 50 µg misoprostol oral.
Pada satu studi follow up, Sciscione, dkk (2004) menyimpulkan bahwa pematangan
serviks dengan kateter folley tidak meningkatkan resiko kelahiran kurang bulan pada
kehamilan selanjutnya.
41
a. Oxytocin
Tujuan induksi atau augmentasi adalah untuk menghasilkan aktivitas uterus yang
cukup untuk menghasilkan perubahan serviks dan penurunan janin, sembari
menghindari berkembangnya status janin yang meresahkan. Secara umum oksitosin
harus dihentikan jika jumlah kontraksi bertahan dengan ferkuensi yang lebih banyak
dari lima selam periode 10 menit atau tujuh dalam periode 15 menit atau dengan pola
denyut jantung janin yang meresahkan secara persisten.
Dosis Oksitosin
Satu ampul 1mL yang mengandung 10 unit biasanya dilarutkan kedalam 1000mL
larutan kristaloid dan diberikan melalui infus pump. Infus yang biasa digunakan
42
mengandung 10 atau 20 unit atau 10.000 sampai 20.000 mU dicampur dalam 1000mL
larutan ringer laktat. Campuran ini menghasilkan konsentrasi oksitosin 10 atau 20
mU/mL, secara beruurutan. Untuk menghindari pemberian secara bolus, infus
sebaiknya dimasukka kedalam jalur intravena utama yang dekat dengan tempat
penusukan.
Pada tahun 1984 O’Driscoll dkk, dari dublin menguraikan protokol untuk
penatalaksanaan aktif persalinan yang menggunakan oksitosin dosis aeal 6mU/menit
dan dilanjutkan dengan meningkatkan 6mU/menit.
Interval untuk meningkatkan dosis bervariasi dari 15 sampai 40 menit. Satin, dkk
meneliti aspek ini dengan regien 6mU/menit dan memberikan kenaikan dosis dengan
interval 20 atau 40 menit. Perempuan yang mendpat regimen dengan interval 20 menit
untuk augmentasi persalinan memiliki reduksi nyata pada angka pelahiran caesar
karena distosia dibandingak dengan regimen interval 40 menit. Seperti yang
diharapkan, hiperstimulasi uterus lebih sering terjadi pada regimen interval 20 menit.
Dosis Maksimal
Dosis efektif oksitosin maksimal untuk mencapai kontraksi yang adekuat pada
semua perepuan berbeda. Wen dkk, meneliti 1151 nulipara secara berurutan dan
menemukan bahwa kecenderungan kemajuan ke pelahiran pervaginam menurun pada
atau diatas dosis oksitosin 36mU/menit. Namun pada dosis 72mU/menit, setengah
nulipara melahirkan pervaginam.
43
Kecuali terdapat jaringan parut pada uterus, ruptur uterus yang dikaitkan dengan
infus oksitosin jarang terjadi, bahkan pada perempuan para. Flanelly, dkk.
Melaporkan tidak ada ruptur uterus dengan atau tanpa oksitosin, pada 27.829 nulipara.
Oksitosin memiliki kemiripan homolog asam amino dengan vasopresin arginin. Jika
tidak mengherankan, jika oksitosin memiliki kerja antidiuretik yang signifikan dan
jika diinfuskan dengan dosis 20 mU/menit atau lebih, clearance air bebas di dalam
ginjal berkurang secara nyata. Jika cairan encer di infuskan dalam jumlah besar
bersama pemberian oksitosin, intoksikasi air dapat menyebabkan kejang, koma, dan
bahkan kematian. Secara umum jika oksitosin akan diberikan dalam dosis tinggi
untuk periode waktu yang ditentukan, konsentrasinya harus di tingkatkan dan bukan
meningkatkan kecepatan aliran dari larutan yang lebih encer.
Kekuatan kontraksi pada ibu yang melahirkan spontan berkisar dari 90 sampai
390 unit montevideo. Tekanan yang dihasilkan setiap kontraksi kemudian
dijumlahkan. Pada penatalaksanaan fase aktif yang berhenti, dan tidak adanya
kontraindikasi terhadap oksitosin intravena, keputusan harus dibuat dengan
pengetahuan mengenaikisaran batas atau keamanan aktivitas uterus. Hauth, dkk.
Menguraikan protokol yang efektif dan aman untuk augmentasi oksitosin pada fase
aktif yang berhenti, dengan lebih dari 90% perempuan mencapai rat-rata 200-225 unit
montevido.
44