Blogsite ini bertujuan memberi informasi umum pada masyarakat serta menarik minat pada
Kegiatan Radio Amatir
KEGIATAN RADIO AMATIR meliputi Uji Coba, Latih diri dan Saling komunikasi,
sebagai berikut :
Banyak Amatir Radio yang lebih menyukai membuat sendiri stasiun radionya. Misal
merakit pemancar radionya sendiri, membuat antenna atau proyek-proyek
kelengkapan stasiun radio lainnya. Dalam komunitas amatir radio, perangkat yang
dibuat sendiri lazim disebut "homebrew" (diambil dari kata "homebuild").
1
Stasiun YD1SEI
Hampir semua perangkat radio dirakit sendiri
2
Antena Yagi produk lokal
karya YBØAI
Bahkan amatir radio menjadi pioneer dalam merintis kemajuan teknologi tsb.
3
Onno Purbo YCØMLC dan wajanbolicnya
Teknologi tsb kemudian diadopsi oleh rekan-rekan dari ITB, UI, BPPT dan LAPAN,
dan bersama-sama membangun IPTEK Net yang terhubung ke dunia global. Inilah
yang menjadi cikal bakal jaringan internet di Indonesia.
Bayangkan sejak tahun 1992, amatir radio Indonesia sudah bisa saling berkirim
email, padahal saat itu belum banyak provider internet di Indonesia.
4
2. Latih diri
Amatir radio selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan Latih diri.
FOX HUNTING
Suatu kegiatan yang paling digemari saat ini, yaitu teknik navigasi radio dalam
mencari suatu lokasi berdasarkan panduan sinyal radio
Sangat bermanfaat untuk mencari lokasi pemancar gelap, atau mencari lokasi
jatuhnya pesawat terbang yang biasanya secara otomatis memancarkan sinyal
rambu radio (radio beacon).
CONTEST
Suatu kegiatan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan sebagai operator
radio yang cakap dan tangguh.
Biasanya dipadukan dengan permainan yang selalu menarik minat amatir radio dari
seluruh dunia. Dapat dibayangkan bagaimana ramai dan padatnya frekuensi radio
dipenuhi amatir radio dari berbagai penjuru dunia.
5
FIELD DAY
Merupakan kegiatan latih diri mendirikan stasiun radio dan berkomunikasi dalam
situasi darurat.
Juga tidak kalah menariknya mengikuti kegiatan lain seperti lomba kode morse,
teknik radio, seminar dan banyak lagi, yang sangat bermanfaat bagi amatir radio
untuk dapat selalu memperoleh nilai tambah.
3. Saling komunikasi
Saling berkomunikasi merupakan inti dari kegiatan Radio Amatir. Yaitu saling
berkomunikasi dua arah antar sesama amatir radio.
6
QSL Card dari Kutub Selatan
Selain itu disinilah para amatir radio dari seluruh dunia dalam berbagai kelompok
minat membentuk komunitasnya masing-masing, dimana mereka dengan mudah
dapat selalu berkomunikasi saling bertukar pikiran, pengalaman dan informasi yang
sangat penting dan berharga.
7
STASIUN RADIO AMATIR
Callsign Amatir Radio terdiri dari susunan prefix dan suffix. Prefix terdiri dari
kombinasi huruf dan angka, dua karakter terdepan menunjukkan negara dari mana
amatir radio tsb. berasal, karakter angka selanjutnya menunjukkan kode wilayah
dimana Indonesia dibagi dalam 10 wilayah. Sedangkan suffix yang terdiri dari 2 atau
3 huruf merupakan identitas perseorangan.
Jika anda dapat mengenali tetangga anda sebagai amatir radio, bertanyalah.
Mungkin anda berkesempatan untuk melihat bagaimana bentuk suatu stasiun radio
amatir serta dapat menyaksikan suatu komunikasi radio.
8
Stasiun radio amatir
Stasiun radio amatir yang baik terdiri dari:
Untuk dapat mendirikan stasiun radio amatir terlebih dahulu harus dilengkapi
perizinan yang disebut Izin Amatir Radio (IAR).
9
PENGABDIAN MASYARAKAT
Amatir Radio merupakan potensi/sumber daya yang cakap dan terlatih di bidang komunikasi
radio. Amatir radio selalu siap membantu Pemerintah. Pada setiap penyelengaraan
10
Pemilihan Umum, amatir radio Indonesia selalu dilibatkan dalam jaringan komunikasi
Pemilu.
- EMERGENCY SERVICE
Amatir radio selalu siap dengan stasiun radionya dalam bantuan komunikasi darurat untuk
penanggulangan marabaya, penyelamatan jiwa manusia dan penanggulangan bencana
alam. ORARI telah mengirimkan timnya untuk membantu komunikasi saat penanggulangan
bencana tsunami di Aceh dan Nias, gempa bumi di Yogyakarta dan bencana longsor di
Bandung Selatan.
- PUBLIC SERVICE
11
Amatir Radio siap membantu kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Setiap tahun tim Amatir
Radio selalu terlibat dalam dukungan komunikasi angkutan dan pengamanan pada Hari
Raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. ORARI juga selalu siap membantu berbagai
kegiatan/even nasional, misalnya pada penyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional, Sea
Games, dan lain-lain.
JOTA (Jamboree On The Air) merupakan komitmen amatir radio terhadap gerakan
pramuka. Setiap tahun Amatir Radio membantu pelaksanaan jamboree Pramuka tingkat
nasional dan internasional, melalui komunikasi Radio Amatir.
12
KODE ETIK AMATIR RADIO
KODE ETIK
AMATIR RADIO INDONESIA
Naskah asli "The Amateurs Code" disusun oleh Paul M. Segal - W9EEA pada tahun
1928
13
Naskah "Code Etika ORARI" disahkan pada Kongres I ORARI, 9 Juli 1968, di
Jakarta
Kode Etik Amatir Radio Indonesia yang berlaku sekarang merupakan hasil
perumusan ulang
pada Kongres II ORARI, 8 - 9 Juli 1975, di Jakarta
14
LISENSI AMATIR RADIO
- TINGKAT SIAGA
Ujian tingkat Siaga meliputi Pengetahuan Pancasila, Elektronika Radio Dasar, dan
Peraturan Perundang-undangan Keradioamatiran. Amatir Siaga diperkenankan bekerja di
band HF (80m, 40m, 15m, 10m), VHF (2m) dan UHF (70cm). Khusus band 15m dan 10m
hanya mode CW dan digital. Daya pancar yang diperkenankan maksimal 100 watt pada
band HF dan 75 watt di band VHF/UHF. Callsign tingkat Siaga ditandai dengan prefix : YD
atau YG. Lisensi tingkat Siaga berlaku selama 3 tahun.
- TINGKAT PENGGALANG
Amatir radio tingkat siaga yang telah memegang lisensinya sekurang-kurangnya 6 bulan
dapat mengikuti ke-naikan tingkat ke Penggalang. Materi ujian sama dengan tingkat siaga
yang diberi bobot lebih, dan ditambah uji bahasa Inggris dan kode morse 5 WPM (word per
minute).
Amatir Penggalang diperkenankan bekerja pada seluruh band radio amatir, kecuali band
30m, 20m, 17m dan 12m. Daya pancar maksimal 500 watt (HF) dan 200 watt (VHF/UHF).
Callsign Amatir Radio tingkat Penggalang ditandai dengan prefix : YC atau YF. Lisensi
tingkat Penggalang berlaku selama 5 tahun.
- TINGKAT PENEGAK
Amatir tingkat Penggalang yang telah memegang lisensi sekurang-kurangnya 1 tahun dapat
mengikuti kenaikan tingkat ke Penegak. Materi ujian sama dengan tingkat Penggalang
dengan bobot tingkat lanjut (advanced), dan uji kode morse 8 WPM.
Amatir Radio tingkat Penegak memiliki hak-hak penuh sebagai amatir radio, dan dibenarkan
bekerja di seluruh band amatir radio dengan seluruh moda komunikasi yang tersedia. Daya
pancar maksimal 1000 watt (HF) dan 500 watt (VHF/UHF). Callsign untuk tingkat Penegak
ditandai dengan prefix : YB atau YE. Lisensi tingkat penegak berlaku untuk 5 tahun.
15
UJIAN AMATIR RADIO
Menjadi amatir radio tidaklah sulit, semua tergantung pada kemauan dan tekad anda sendiri.
Untuk menjadi amatir radio, anda wajib mengikuti Uji Kecakapan Amatir Radio yang
diselenggarakan oleh Pemerintah.
Materi ujian Amatir Radio tingkat Pemula dan Siaga terdiri dari :
- Pengetahuan Pancasila
- Teknik Elektronika Dasar
- Peraturan Perudang-undangan mengenai Keamatirradion
Sedangkan untuk ujian kenaikan tingkat, materi sama dengan diatas dan ditambah :
- Kode Morse
- Bahasa Inggris
- Teknik Elektronika tingkat Lanjut.
16
PANDUAN MATERI UJIAN AMATIR RADIO
Tingkat Penggalang:
- Peraturan Radio dan Organisasi: download
- Teknik Radio : download
Tingkat Penegak:
- Peraturan Radio dan Organisasi: download
- Teknik Radio : download
Silahkan dicoba:
SIMULASI ONLINE UJIAN AMATIR RADIO
17
ORGANISASI AMATIR RADIO
ORARI
ORGANISASI AMATIR RADIO INDONESIA
Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1967 tentang
Amatirisme Radio, telah mengizinkan radio amatir menjadi kegiatan yang legal di Indonesia.
ORARI dibentuk pada 9 Juli 1968 sebagai wadah tunggalnya amatir radio Indonesia yang
bersifat mandiri dan non politik. ORARI berfungsi sebagai : sarana pembinaan amatir radio,
memelihara kemurnian dan citra amatir radio, sarana untuk memperjuangkan hak-hak
amatir radio, dan mitra pemerintah dalam pengawasan penggunaan gelombang radio.
Sesuai Peraturan Menteri Kominfo No. 33/2009 tentang Penyelenggaraan Amatir Radio,
setiap Amatir Radio di Indonesia harus tergabung dalam wadah ORARI (Organisasi Amatir
Radio Indonesia).
Bila anda memerlukan informasi lebih lanjut menenai kegiatan amatir radio atau bagaimana
menjadi amatir radio, silahkan menghubungi ORARI Daerah/Lokal terdekat - Alamat ORARI
Daerah di Indonesia (http://www.orari.or.id/orda.php).
18
HYMNE DAN MARS ORARI
Lagu Hymne dan Mars ORARI diciptakan oleh Jimmy Hartayo - YD2UIJ seorang guru
musik yang juga amatir radio, pada tanggal 21 Februari 1985 dan 3 Maret 1985. Hymne
ORARI diselesaikan tanggal 21 Pebruari 1985 sedangkan Mars ORARI diselesaikannya
pada tanggal 28 April 1985.
Mars dan Hymne ORARI untuk pertama kalinya diperkenalkan secara resmi di depan
peserta Rakerda II ORDA DI Yogyakarta pada tanggal 19 Mei 1985. Dan kemudian
ditetapkan resmi sebagai Hymne dan Mars ORARI pada Munas V ORARI di Jakarta tanggal
12 Mei 1991. Beliau telah silent-key pada 21 April 2009 di Bogor, dengan callsign terakhir
YB2UIJ.
MARS ORARI
mp3 : http://www.mediafire.com/?mzvbd74835b4s4z
mid : http://www.mediafire.com/?c4cyurn85z8gxe2
19
MAKNA LAMBANG/LOGO ORARI
1. Belah Ketupat
Bentuk ini sudah menjadi Tradisi bagi seluruh Amatir Radio sedunia, Radio Amatir memang
merupakan merupakan suatu hobby yang sifatnya Internasional, dan satusatunya yang
diatur melalui perjanjian antar - negara, dengan diretifikasi oleh tiap-tiap Pemerintah negara-
negara yang bersangkutan. Menyadari bahwa ORARI sebagai wadah Amatir Radio di
Indonesia mempunyai ikatan dengan organisasi - organisasi Radio Amatir di seluruh dunia,
maka diputuskan bahwa lambang / Logo ORARI harus memiliki bentuk Belah Ketupat
2. Lambang Radio
Lambang radio yang terlukis pada lambang/logo ORARI, memberikan gambaran yang lebih
spesifik tentang hobby Radio Amatir, Empat komponen yang berupa Antena, Kumparan,
Kapasitor Variabel, dan Bumi, merupakan unsur-unsur yang selalu hadir pada setiap stasiun
Radio Amatir.
3. Tulisan ORARI
Walau hobby Amatir Radio bersifat Internasional, organisasi yang menjadi wadah Amatir
Radio disetiap negara selalu bersifat nasional, Di Indonesia wadah ini adalah ORARI, yang
merupakan organisasi tunggal pembina segenap amatir radio dan kegiatannya di seluruh
negara Republik Indonesia, baik Warga negara Indonesia maupun asing.
4. Landasan Pancasila
Sebagai suatu organisasi amatir radio nasional, ORARI harus dilandasi oleh, dan berpegang
teguh pada Pancasila sebagai Idiologie Bangsa dan Dasar Negara Indonesia, Lima sila dari
Panca sila dilukiskan pada Bumi yang terdiri dari lima bagian.
5. Kode Etik Amatir Radio
Suatu hobby yang mempunyai effek lingkungan serta jangkauan yang luas seperti Radio
Amatir, dapat membawa akibat-akibat yang negatif , apabila anggota-anggotanya tidak
dituntun oleh suatu kode etik yang luhur. Kode Etik Amatir Radio yang berisi enam pasal,
dilukiskan pada lambang/logo ORARI.
20
PENDAHULU YANG BERJASA
Guglielmo Marconi
Sejarah menyebutkan bahwa pemancar radio merupakan rangkaian penemuan dari
banyak ilmuwan, diantaranya Hertz, Maxwell dan Faraday. Namun disepakati
bahwa GUGLIELMO MARCONI yang berhasil mewujudkannya. Marconi mulai
melakukan ekperimen tahun 1890, menggunakan pemancar spark-gap yang
ternyata bisa menghasilkan gelombang elektromagnetik.
Pemancar spark-gap
Pemancar pertamanya terdiri dari kumparan induksi yang dihubungkan pada baterai
dan kawat antena, dengan celah percikan di atasnya.
Pada tahun 1895 pemancar Marconi berhasil melakukan transmisi hingga jarak satu-
seperempat mil.
21
Marconi dengan Stasiun Radionya
Marconi menerima lisensi pertamanya dari pemerintah Inggris dengan callsign 1MT,
dan mendirikan stasiun radio experimental di Writtle, Essex, Inggris.
Atas penemuan hebatnya itu Marconi menerima penghargaan Nobel tahun 1909.
KODE MORSE
22
Bagi Amatir Radio, komunikasi telegrafi menggunakan kode morse merupakan cara
yang paling efisien. Secara teknis dengan daya yang sangat kecil, telegrafi morse
mampu mencapai jarak komunikasi yang lebih jauh. Dalam kondisi operasi radio
yang paling buruk sekalipun dimana komunikasi telefoni dan digital sulit dilakukan,
seringkali morse mampu menembusnya.
Sandi-sandi dalam kode morse merupakan bahasa dunia sehingga komunikasi antar
bangsapun lebih mudah dilakukan. Sandi yang sangat berguna dalam penyelamatan
jiwa manusia adalah "SOS", singkatan dari save our soul.
23
Stasiun Radio Malabar
Bandung Selatan merupakan tonggak sejarah radio di Indonesia. Pada 5 Mei 1923
dirintis oleh Dr. Ir. G.J. de Groot dibangunlah stasiun pemancar radio tepatnya di
kawasan Gunung Puntang yang yang terletak di kaki Pegunungan Malabar.
Pemancar ini menggunakan teknologi arc (poulsen type) transmitter, yaitu busur
listrik untuk membangkitkan arus searah listrik menjadi frekuensi radio alternating
current. Cara ini mampu menghasilkan gelombang pembawa yang terkendali, dan
inilah teknologi radio pertama yang bisa digunakan untuk mengirimkan suara
(modulasi amplitudo).
24
Unit pemancar stasiun radio Malabar
berg-antenna
Radio Malabar merupakan stasiun pemancar radio berdaya terbesar yang pernah
ada di muka bumi, dengan “berg antenna” sepanjang 2 kilometer terbentang
diantara gunung Malabar dan gunung Halimun, membuatnya sangat fenomenal dan
legendaris.
25
Radio Dorf (kampung radio)
Di kawasan ini dahulunya juga terdapat Kampung radio (radio dorf) yang dihuni
oleh awak stasiun radio dengan fasilitas yang cukup lengkap seperti lapangan tenis,
kolam renang, pertokoan dan bioskop.
Adapun para pejabat yang menempati rumah dinas saat itu diantaranya Mr.Han Moo
Key, Mr.Nelan, Mr.Vallaken, Mr.Bickman, Mr.Hodskey, Ir. Ong Keh Kong dan tiga
orang putra bangsa yaitu Djukanda, Sudjono dan Sopandi.
26
NIVIRA organisasi amatir radio zaman Hindia Belanda
Walaupun stasiun radio Malabar bukanlah stasiun radio amatir, tetapi harus diakui
bahwa Dr. Ir. de Groot yang memperkenalkan kegiatan Radio Amatir di Hindia
Belanda. De Groot yang pada saat itu menjadi Kepala Dinas PTT di Bandung, pada
tahun 1925 sudah melakukan komunikasi radio amatir dengan Prof. Dr. Ir. Komans
di Netherland (Negeri Belanda) menggunakan gelombang pendek. Diketahui pula
bahwa de Groot sudah menyenangi radio dan menjadi Amatir Radio sejak berusia
15 tahun.
27
Karena de Groot lah, banyak pegawai Dinas PTT kemudian menjadi Amatir Radio.
Diantaranya Ir. Ong Keh Kong, PK1OG, salah seorang pejabat di Stasiun Radio
Malabar.
KISAH-KISAH MENARIK
18 April setiap tahunnya diperingati sebagai "Hari Amatir Radio Sedunia". Pada tanggal 18
April 1925 berlangsung Kongres Amatir Radio sedunia di Paris. Kongres yang dihadiri oleh
250 peserta dari 23 negara telah bersepakat mendirikan IARU (International Amateur Radio
Union).
Hiram Percy Maxim - W1AW, perwakilan dari ARRL terpilih menjadi presiden IARU yang
pertama.
28
PENAMAAN SPEKTRUM BAND FREKUENSI RADIO
Sejak Marconi menciptakan radio (1894-1899), dan uji translatik pertama (1901). Dengan
teknologi yang ada pada saat itu sd. 1914 dunia radio masih terpaku bekerja pada band-
band di gelombang 200 meter ke atas (frekuensi sd. 1,5MHz). Penamaan Spektrum Band
Frekuensi pada saat itu adalah:
- Long Wave (LW) - untuk gelombang diatas 600 meter
- Medium Wave (MW) - gelombang 600 sd. 200 meter
- Short Wave (SW) - gelombang 200 meter kebawah.
Tragedi Titanic 1912 menjadi titik awal dilakukannya penataan band frekuensi pada
International Radiotelegraph Convention (IRC) 1912 di London. Terbitlah Radio Act 1912,
spektrum radio yang sempit membuat amatir radio nyaris tidak kebagian alokasi pada band
LW dan MW. Tetapi justru disinilah saat-saat dimana amatir radio mulai merambah ke
gelombang pendek (SW).
Pada periode 1914-1917 hampir seluruh band SW (Short Wave), yaitu band-band frekuensi
diatas 1,5 MHz mulai dikuasai amatir radio. Hingga akhirnya menjelang Perang Dunia I,
dunia radio mulai menyadari justru pada SW-lah (sekarang bernama band HF) terdapat
band-band emas, yang memungkinkan komunikasi jarak jauh dengan daya relatif kecil.
Pada tahun 1925 amatir radio dari 23 negara berkumpul di Paris, dan membentuk IARU.
Selanjutnya penataan ulang band frekuensi dilakukan pada IRC 1927 di Washington,
melalui Radio Act 1927 dimana amatir radio dialokasikan menempati band 160m, 80m, 40m,
20m dan 10m.
Pada ITC Kairo 1938, Amatir Radio menerima tambahan porsi di HF band 15 meter dan
VHF band 112 MHz dan 224 MHz. Hingga pada ITC Alantic City 1947, amatir radio
menempati alokasi barunya di band 144 MHz dan 430 MHz.
29
OSCAR 1 - SATELIT RADIO AMATIR PERTAMA
OSCAR 1 (Orbiting Carrying Amatir Radio) merupakan Satelit Radio Amatir yang pertama.
Satelit dengan bobot 4,5 kg ini dirancang oleh Lance Ginner K6GSJ dan dibangun oleh
sekelompok amatir radio di California. Berisikan pemancar berdaya 140 miliwatt bertenaga
baterai dan menggunakan antenna monopole 1/4 lambda, dimasukkan dalam kotak besi
berukuran 30 x 30 cm.
OSCAR 1 berhasil mencapai orbitnya pada 12 Desember 1961, setelah diluncurkan dari
California menggunakan Roket Agena B sebagai muatan kedua menumpang pada
peluncuran Satelit Militer Amerika Discoverer 36.
OSCAR 1 bekerja pada frekuensi 144.983 MHz dengan memancarkan kode morse “HI”
setiap 6 detik. Kecepatan kode morse dikendalikan oleh sensor suhu pada satelit. Hingga 1
Januari 1962 sebanyak 570 amatir radio dari 28 negara melaporkan telah menerima
pancaran tsb. Setiap laporan memberikan informasi penting bagi pengamatan propagasi
radio menembus lapisan ionosfer.
OSCAR 1 berada pada orbitnya selama 22 hari dan mengitari bumi sebanyak 312 kali.
Akhirnya pada 31 Januari 1962, satelit kembali memasuki atmosfir bumi dan hancur
terbakar di angkasa.
30
RAJA HUSSEIN DARI YORDANIA
Amatir Radio di seluruh dunia berkabung pada 8 Februari 1999 atas meninggalnya Raja
Hussein dari Yordania pada usia 63 tahun. Raja Hussein adalah amatir radio yang sangat
aktif dengan callsign JY1 (tanpa suffix), callsign yang hanya mungkin diperoleh karena
beliau adalah seorang raja. Ia menjadi Raja Yordania selama 47 tahun dan dinobatkan pada
usia yang sangat belia. Saat ini putranya, Raja Abdullah menjadi penerusnya memimpin
Yordania.
Bagi banyak amatir radio bisa berkomunikasi dengan JY1 merupakan suatu kehormatan dan
kebanggaan, terlebih dengan QSL Cardnya yang begitu elegan amatlah dihargai. Bruce
Paige - KK5DO, yang telah berQSO dengan JY1 mengatakan "Saya sudah berQSO dengan
astronot pesawat ulang-alik, kosmonot kapal Mir, stasiun DX di pulau-pulau langka, tetapi
tidak ada yag membuat saya terburu-buru ingin berbicara dengan raja, dan setelah berhasil
melakukannya itulah saat yang sangat menyenangkan bagi saya.."
Raja Hussein adalah anggota seumur hidup dari Eksekutif ARRL. Presiden ARRL David
Sumner - K1ZZ, menyebutnya "seorang antusias amatir radio yang dukungannya sangat
berharga bagi kita dalam mendapatkan band-band amatir baru pada Wold Administrative
Radio Conference (WARC) 1979". Bahkan pada bulan Mei 1979 Presiden IARU, Noel Eaton
- VE3CJ sampai diundang ke Amman bertemu dengan Raja Hussein, untuk membicarakan
itu.
Dukungan Yordania bagi Dinas Amatir itu terbukti pada saat konferensi WARC-79 dan
menjadi elemen penting dalam keberhasilan Amatir Radio memperoleh band baru di 30, 17,
dan 12-meter, yang kemudian dikenal sebagai "New WARC Band".
Selain sang Raja -JY1, juga permasurinya Ratu Noor - JY1NH dan saudaranya Pangeran
Hassan -JY2HT adalah amatir radio.
31
PERANGKO AMATIR RADIO
Perum Pos Indonesia pernah menerbitkan Perangko Amatir Radio bernominal Rp. 300,-
yaitu saat penyelenggaraan IARU Region III Conference - tahun 1991 di Bandung.
Perangko beserta sampul hari pertamanya (first day cover) direlease pada 8 Oktober 1991,
bertepatan dengan dibukanya Konperensi IARU tsb. oleh Menteri Perhubungan RI Ir. Azwar
Anas.
Besarnya minat filatelis amatir radio di seluruh dunia untuk memilikinya, membuat perangko
yang dicetak sebanyak 2 juta lembar ini habis terjual dalam waktu singkat.
32
Pada tahun 1976, dr. Jos Soejoso - 4U/YB2SV bertugas sebagai Pasukan Garuda VIII
Indonesia, bergabung dengan Pasukan Perdamaian PBB (UNEF) di Gurun Sinai. Dalam
tugas tersebut pak Jos tetap menjalankan hobi Radio Amatirnya.
Prefix 4U adalah milik PBB (UN) karena saat itu OM Jos bertugas di zona perdamaian PBB,
menengahi perang berkepanjangan antara Mesir dan Israel. 4U/YB2SV beroperasi
menggunakan radio Yaesu FT-101B, kebanyakan operate diatas jeep utility UNEF dengan
antenna dipole. Contact station di tanah air antara lain YB0CJ, YB0RS, YB0NZ, YB1HR,
YB2AU, YB2AG, YB2CR ,YB2CU, YB2MW dan YB2VE, dimana stasiun2 tersebut
mendapat "izin khusus" dari Hankam dan Detelri untuk hubungan "3rd party traffic". Dengan
demikian setiap personil Pasukan Garuda yang bertugas dapat berkomunikasi dengan
keluarganya, mirip-mirip MARS (Military Auxiliary Radio System) di Amerika Serikat.
Yang membanggakan pada saat itu OM Jos berkesempatan QSO dengan JY1 (Raja
Hussein dari Yordania), bahkan kemudian diundang eyeball QSO dengan sang Raja.
Waktu itu Pasukan Garuda dari Indonesia dianggap sukses dan berhasil, sehingga pada
1977 pimpinannya Bp. Letjen Rais Abin diangkat menjadi Komandan UNEF, memimpin
pasukan dari berbagai negara. Inilah jabatan tertinggi yang pernah diterima prajurit TNI di
kancah internasional, sebagai Komandan Pasukan PBB.
33
Tetapi saat ini AMSAT OSCAR 7 hanya bisa digunakan pada mode A, sedangkan pada
mode B bermasalah karena adanya perubahan peraturan internasional terhadap bandplan,
dimana frekuensi 432,1 MHz tidak lagi dialokasikan sebagai uplink satelit.
AMSAT memperkirakan sirkuit listrik yang korsleting menyebabkan kerusakan pada baterai
lalu mati, dan tiba-tiba menjadi unkorslet membuat satelit dapat hidup kembali. Saat ini
satelit bertahan hidup hanya dari panel tenaga surya saja, karenanya hanya dapat
beroperasi ketika menerima sinar matahari. Atas peristiwa ini AMSAT telah mendaftar
OSCAR 7 sebagai “semi-operasional”. Hebatnya , hingga sekarang satelit yang telah
mengangkasa selama 38 tahun ini tetap bisa digunakan, menjadikannya sebagai satelit
radio amatir tertua yang masih hidup hingga saat ini.
FAQ
Pada dasarnya setiap stasiun radio yang memancarkan frekuensi radio wajib memiliki izin.
Hal ini diatur baik oleh peraturan internasional (Radio Regulation) maupun Undang-undang
RI No. 36/1999 tentang Telekomunikasi. Frekuensi Radio merupakan sumber daya alam
yang sangat terbatas dan tidak dapat diperbarui, padahal setiap pihak di semua negara
berkepentingan menggunakannya. Karena itulah penggunaan fekuensi radio harus diatur
dengan sebaik-baiknya, baik secara nasional maupun internasional. Setiap pelanggaran
penggunaan frekuensi radio merupakan tindak pidana yang diancam sanksi pidana, dengan
ancaman penjara 4 tahun dan atau denda Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)
34
kemasyarakatan serta kemanusiaan; jangkauan komunikasi dibatasi hanya dalam
negeri; antena yang boleh digunakan hanya jenis omnidirectional dan berpolarisasi vertikal;
jumlah frekuensinyapun dibatasi dalam sejumlah kanal. Untuk kegiatan KRAP, pemerintah
telah memberikan porsi pada band 27 MHz (11 meter) dan 142 MHz (2 meter).
ORARI (Organisasi Amatir Radio Indonesia) adalah wadahnya Amatir Radio di Indonesia.
Untuk menjadi Amatir Radio harus mengikuti uji kecakapan amatir radio. Sebagai operator
radio yang bersertifikat kecakapan, tentu saja Amatir Radio memperoleh hak-hak yang lebih
banyak, diantaranya : band frekuensi yang lebih banyak (tersedia di sepanjang spektrum
frekuensi radio); jangkauan komunikasi internasional; diizinkan menggunakan seluruh moda
komunikasi yang tersedia (telegrafi, telefoni, digital, image hingga terrestrial); dan boleh
menggunakan semua jenis antena yang ada.
Bagi anggota RAPI yang berminat lebih lanjut mengembangkan diri dibidang komunikasi
radio, sangat disarankan untuk meningkatkan dirinya menjadi amatir radio.
Izin penyelenggaraan telekomunikasi khusus untuk keperluan sendiri oleh badan hukum
yang menggunakan sistem komunikasi radio lingkup terbatas dan sistem komunikasi radio
dari titik ke titik, hanya boleh menggunakan perangkat radio yang ditujukan untuk itu dan
tidak dibenarkan menggunakan perangkat radio amatir.
35
Antena Dipole dan Monopole
Salah satu bagian penting dari suatu stasiun radio adalah antena, ia adalah sebatang logam
yang berfungsi menerima getaran listrik dari transmitter dan memancarkannya sebagai
gelombang radio. Ia berfungsi pula sebaliknya ialah menampung gelombang radio dan
meneruskan gelombang listrik ke receiver.
Kuat tidaknya pancaran kita yang sampai di pesawat lawan bicara, sebaliknya baik buruknya
penerimaan kita tergantung dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah kondisi propagasi,
faktor kedua adalah posisi stasiun (posisi antena) beserta lingkungannya, faktor ketiga adalah
kesempurnaan antena. Untuk pancaran ada faktor ke-empat ialah kelebaran bandwidth
pancaran kita dan faktor kelima adalah power.
Seringkali agar pancaran kita cukup besar diterima setasiun lawan bicara, kita berusaha
menaikkan power dengan tanpa memperhatikan faktor-faktor lain tersebut di atas. Memang
usaha memperbesar power secara teknis merupakan usaha yang paling mudah, akan tetapi
rasanya ini adalah usaha yang kurang efektif dan cenderung merupakan suatu pemborosan.
Mengenai propagasi dan posisi stasiun, kita cenderung tidak dapat berbuat banyak. Faktor
bandwidth pancaran dapat dikatakan bahwa makin sempit bandwidth makin kuatlah pancaran
kita, ini ada batasnya mengingat faktor readibility.
Sebatang logam yang panjangnya 1⁄4 Lambda (λ) akan beresonansi dengan baik bila ada
gelombang radio yang menyentuh permukaannya. Jadi bila pada ujung coax bagian inner kita
sambung dengan logam sepanjang 1⁄4 λ dan outer-nya di ground, ia akan menjadi antena.
Antena semacam ini hanya mempunyai satu pole dan disebut monopole (mono artinya satu).
Apabila outer dari coax tidak di-ground dan disambung dengan seutas logam sepanjang 1⁄4 λ
lagi, menjadi antena dengan dua pole dan disebut dipole 1⁄2 λ (di artinya dua).
Antena dipole bisa terdiri hanya satu kawat saja disebut single wire dipole, bisa juga dengan
dua kawat yang ujung-ujungnya dihubungkan dinamakan two wire folded dipole, bisa juga
terdiri atas 3 kawat yang ujung-ujungnya disambung dinamakan three wire folded dipole.
36
Antena lain yang juga mempunyai dua pole adalah antena delta loop rhombic, quad dan
cubical quad. Dalam tulisan ini hanya dibicarakan single wire dipole.
Cepat rambat gelombang sama dengan cahaya ialah 300.000.000 meter/detik, sedangkan
gelombang tersebut bergetar sejumlah f cycle/detik (f = frekuensi). Misalnya frekuensinya 6
MHz (mega artinya juta), maka setiap detik ia bergetar 6.000.000 kali. Kita tahu bahwa satu
Lambda (λ) adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang selama satu kali getar.
300.000.000 m/detik
λ = _______________________________
f cycle/detik
300
___________
λ=
............................. rumus 1)
f
37
[edit] Lambda Antena
Rumus 1) di atas adalah panjang gelombang di udara. Cepat rambat gelombang listrik pada
logam itu lebih kecil, ialah 0.95 kali gelombang radio di udara. Jadi untuk menghitung
Lambda antena, rumus 1) tersebut menjadi:
300
λ = ___________ x 0.95
f
75
1⁄4 λ = ___________ x 0.95 ............................. rumus 2)
f
Antena dipole untuk frekuensi 7.050 MHz, dengan rumus di atas akan didapatkan panjang
setiap sayapnya 9.99 meter atau dibulatkan 10 meter, panjang 10 meter ini dinamakan
panjang theoritis. Panjang theoritis tersebut belum dapat langsung kita gunakan karena faktor
pengaruh lingkungan belum diperhitungkan, kita tahu bahwa pengaruh lingkungan di setiap
lokasi itu berbeda. Perhitungan theoritis ini mutlak diperlukan agar kita bisa memulai
percobaan, tanpa perhitungan theoritis kita tidak akan bisa mengetahui dari mana kita akan
memulai percobaan.
Kita ketahui bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap panjang theoritis, terutama
apabila antena itu dipasang rendah. Untuk itu, maka dalam praktek panjang theoritis tersebut
harus diberikan koreksi yang dinamakan koreksi lingkungan. Penyesuaian dengan lingkungan
itu dilakukan dengan metoda trial and error. Metoda trial and error adalah suatu metoda
ilmiah yang digunakan apabila ada dua variabel yang saling tergantung atau bila ada
beberapa variabel yang tidak dapat diukur besarnya.
[edit] Polarisasi
Gelombang elektromagnet yang melaju di udara atau di angkasa luar terdiri atas komponen
gaya listrik dan komponen gaya magnet yang tegak lurus satu sama lain. Gelombang radio
yang memancar dikatakan terpolarisasi sesuai arah komponen gaya listriknya. Untuk antena
dipole maka polarisasinya searah dengan panjang bentangannya, bila antena tersebut
dipasang horizontal, maka polarisasinya horizontal pula.
Agar dapat menerima gelombang radio secara baik, maka antena harus mempunyai polarisasi
yang sama dengan polarisasi gelombang radio yang datang. Arah polarisasi ini akan tetap
sepanjang lintasan gelombang radio kecuali bila gelombang tersebut sudah dipantulkan oleh
ionosphere, maka polarisasinya bisa berubah. Untuk itu, maka antena untuk keperluan
komunikasi jarak jauh pada HF atau MF dapat dibuat vertikal atau horizontal.
38
Pada band MF dan HF, biasanya kita gunakan polarisasi horizontal sedangkan untuk VHF
(pada radio 2 meteran) biasa digunakan polarisasi vertikal. Kita tahu bahwa pancaran VHF
tidak menggunakan pantulan ionosphere sehingga polarisasinya sampai ke antena pesawat
lawan bicara masih tetap vertikal. Sedangkan pesawat 2 meteran banyak dipasang pada mobil
dan antena mobil hanya bisa vertikal saja.
Kecuali sifat tersebut di atas, sifat lain dari antena adalah bahwa kekuatan pancaran ke
berbagai arah cenderung tidak sama. Pancaran gelombang radio oleh antena vertikal
mempunyai kekuatan yang sama ke segala arah mata angin, pancaran semacam ini
dinamakan omni-directional. Pada antena dipole, pancaran ke arah tegak lurus bentangannya
besar sedang pancaran ke samping kecil, pancaran semacam ini disebut bi-directional.
Dalam teknik radio kekuatan pancaran ke segala arah digambarkan sebagai pola pancaran
(radiation pattern) seperti terlihat pada gambar berikut ini. Pola 1 adalah pola pancaran antena
dipole (antena 1), apabila ada antena lain (antena 2) yang mempunyai pola radiasi seperti
pada pola 2, maka titik A akan menerima signal lebih kuat daripada pancaran antena 1,
dikatakan bahwa antena 2 mempunyai GAIN. Gain dinyatakan dengan dB, sebagai
pembanding untuk menentukan besarnya gain adalah dipole.
39
[edit] Konfigurasi Antena Dipole
Berbagai macam cara untuk memasang antena tergantung dari tersedianya space yang dapat
diguakan untuk memasangnya. Antena single wire dipole dapat dipasang horizontal (sayap
kiri dan kanan sejajar dengan tanah), dapat pula dipasang dengan konfigurasi inverted V
(seperti huruf V terbalik), dengan konfigurasi V (seperti huruf V), konfigurasi lazy V (ialah
berentuk huruf V yang tidur) atau dapat juga konfigurasi sloper (miring).
Antena dipole dapat dipasang tanpa menggunakan balun akan tetapi bila feeder line
menggunakan coaxial cable sebaiknya dipasang balun 1:1 karena coaxial cable itu unbalance,
sedangkan antenanya balance, agar diperoleh pola radiasi yang baik.
Pertama-tama pasanglah antena dengan konfigurasi yang dikehendaki. Pasanglah SWR meter
diantara transceiver dengan transmission line (coaxial cable).. Selanjutnya atur transceiver
pada power yang paling rendah, sekitar 5-10 Watt dengan mode AM atau CW. Tentukan
frekeuensi kerja yang dikehendaki, misalnya 3.850 MHz.
Coba transmit sambil mengamati SWR meter, putarlah tombol pengatur frekuensi sedemikian
sehingga didapatkan Standing Wave Ratio (SWR) yang paling rendah. Bila frekuensi tersebut
lebih rendah dari 3.850 MHz berarti sayap-sayap dipole terlalu panjang, jadi harus
diperpendek. Bila frekuensi terlalu tinggi berarti sayap-sayap dipole-nya terlalu pendek.
Untuk memperpanjang haruslah disambung, ini kurang menyenangkan. Jadi pemotongan
awal antena harus dilebihi dari panjang theoritis, dan pada waktu dipasang dilipat balik
sehingga panjangnya sama dengan panjang theoritis.
Bila frekuensi match terlalu rendah, perpendek antena 10 CM setiap sayapnya. Bila masih
terlalu rendah diperpendek lagi. Begitu seterusnya sehingga diperoleh SWR yang rendah
ialah kurang dari 1:1.5.
40
Cara memendekkan tidak dengan dipotong tetapi dilipat balik dan menumpuk rapat, lipatan
yang mencuat akan membentuk capasitance head dan mempengaruhi SWR
Antena dipole dapat dioperasikan secara harmonic, ialah dipekerjakan pada frekuensi
kelipatan ganjil dari frekuensi kerja aslinya.
Misalnya antena untuk 7 MHz dapat pula digunakan untuk bekerja pada 21 MHz (kelipatan
3). Tentu saja SWR-nya akan lebih tinggi daripada bila digunakan pada frekuensi aslinya.
Penempatan antena disarankan agak jauh dari kawat telepon dan kawat listrik untuk
menghindari timbulnya telephone interference dan television interference. Bentangan antena
yang sejajar dengan kawat telepon atau kawat listrik dengan jarak kurang dari lima meter
akan dapat menimbulkan gangguan pada pesawat telepon, televisi dan perangkat audio
lainnya.
Makin rendah letak antena, sayap-sayapnya cenderung makin pendek. Untuk itu dalam
pekerjaan matching, antena diletakkan pada ketinggian yang sebenarnya. Begitu pula
diameter kawat akan berpengaruh terhadap panjangnya, makin besar diameter makin pendek
antenanya, Hal ini disebabkan karena kapasitansi antena terhadap bumi. Matching antena
pada saat tanah basah, misalnya sehabis turun hujan, sayap dipole menjadi lebih pendek.
Kecuali itu dalam pemasangan antena perlu memperhatikan lingkungan yang mungkin
mengganggu antena itu sendiri. Misalnya adanya atap dari bahan seng atau atap rumah yang
dilapisi dengan aluminium foil cenderung akan menyulitkan matching antena.
41
Panjang sayap bagian dalam a sekitar 10 meter dan panjang sayap bagian ujung b sekitar 1.5
sampai 2 meter. Panjang bagian-bagian tersebut sangat tergantung pada lingkungan, sehingga
harus dicoba-coba, sedang ukuran trap adalah 80 μH.
Setelah antena dipasang penuh, matching pertama dilakukan pada band 40 meter, segmen
sayap a diatur panjangnya sehingga match pada frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada
7.050 MHz.
Bila antena sudah match pada ferkuensi tersebut, pekerjaan dilanjutkan pada band 80 meter.
Dengan mengatur sayap-sayap bagian ujung (segmen b) antena diusahakan match pada
frekuensi yang dikehendaki, misalnya pada frekuensi 3.850MHz.
Setelah itu, kembali check lagi pada band 40 meter, bila keadaan tetap seperti semula maka
pekerjaan matching selesai. Pengaturan panjang segmen sayap bagian ujung (bagian a)
dilakukan sedikit-sedikit karena bagian ini lebih peka daripada segmen bagian a.
Untuk band 15 meter tidak perlu dilakukan matching karena band 15 meter menggunakan
harmonik.
Apabila ruangan masih juga belum cukup untuk membentangkan trap dipole ini, maka dapat
ditempuh jalan dengan memasang satu sayap saja dari antena trap dipole. Antena
disambungkan pada inner dari ciaxial cable, sedangkan outer dari coaxial cable di-ground.
Antena ni dinamakan monopole, istilah lengkapnya multiband trap monopole.
Antena dipole dapat pula dibuat dari pipa aluminium, antena semacam ini bisa diputar- putar
sehingga dinamakan rotary dipole. Untuk band-band 10 meter sampai dengan 40 meter,
masih dapat dibuat dengan panjang 1⁄2 lambda penuh.
42
Akan tetapi untuk band 80 meter akan sulit konstruksinya karena terlalu panjang sehingga
ujung-ujungnya akan melengkung dan tidak kuat. Dengan menggunakan cara seperti pada
trap dipole, maka rotary dipole dapat dibuat untuk band 80 meter.
Dengan mengubah-ubah jumlah gulungan pada trap dan mengubah-ubah letak trap, antena
trap dipole dapat diatur panjangnya sesuai kebutuhan, dengan konsekuensi tidak dapat
digunakan untuk 3 bander oleh rekan-rekan amatir radio. Untuk mengubah-ubah jumlah
gulungan dan mengubah-ubah letak trap tidak dibahas disini dan rekan-rekan amatir radio
dipersilahkan untuk bereksperimen sendiri.
Antena vertikal semacam ini agar bisa bekerja dengan baik diperlukan sejumlah ground plane
yang dipasang pada pangkal antena dan dihubungkan dengan outer dari coaxial cable.
Ground plane dibuat untuk masing-masing band, dihubungkan dengan outer coaxial cable
dan dipasang horizontal. Ground plane dibuat juga dengan trap, akan tetapi lilitan trap dibuat
lebih banyak sedemikian sehingga ground plane bisa pendek.
[edit] Balun
Balun adalah alat yang digunakan untuk menyesuaikan impedansi antara antena dengan
coaxial cable ia digunakan juga untuk menghubungkan antara feeder line yang unbalance
misalnya coaxial cable dengan antena yang balance misalnya antena dipole.
Balun dapat dipandang sebagai suatu transformator untuk link kopling antara feeder line
dengan antena. Ia terdiri atas gulungan kawat diatas ferrite ( batangan atau toroidal) atau
dapat juga inti udara. Balun dengan inti ferrite, harus diperhatikan pemilihan jenis ferritenya.
Di pasaran terdapat berbagai jenis toroid, jenis-jenis tersebut mempunyai sifat yang berbeda
ialah response-nya terhadap frekuensi. Ada toroid untuk frekuensi audio dan toroid untuk
flter AC (frekuensi rendah), ini tidak cocok untuk balun. Ferrite batangan digunakan untuk
antena radio MW (frekuensi tinggi) bisa digunakan.
43
[edit] Feeder Line
Feeder line atau transmission line adalah penghubung antara antena dan transceiver, ia
berfungsi untuk meneruskan getaran listrik dari transceiver ke antena dan sebaliknya.
Berbagai macam feeder line yang dapat digunakan oleh rekan-rekan amatir radio.
Coaxial cable banyak dipakai oleh rekan-rekan karena mudah didapatkan di pasaran serta
mudah handlingnya, misalnya coaxial cable nomor RG-8/U atau RG-58/U mempunyai
impedansi 50 OHM.
Twin lead agak sulit ditemukan di pasaran, jenis ini terkenal dengan nama feeder TV,
umumnya mempunyai impedansi 300 OHM. Sedangkan open wire feeder atau terkenal
dengan julukan tangga monyet dapat dibuat sendiri, impedansinya dapat diatur sesuai
kebutuhan, umumnya sampai 600 OHM.
Characteristic impedance dari open wire feeder ( Ζo) adalah fungsi dari diameter kawat (d)
dan jarak antara kedua kawat (D), dapat diperhitungkan dengan rumus berikut.
Suatu kecenderungan menunjukkan bahwa makin tinggi impedansi feeder line makin kecil
losses-nya. Kecenderungan lain mengenai losses pada transmission line ialah bahwa makin
tinggi frekuensi, losses cenderung makin besar. Untuk itu, maka pada band-band VHF ke
atas, diusahakan agar transmission line sependek mungkin.
44
[edit] Antenna VHF Sederhana
Ditempat-tempat terpencil atau dalam keadaan darurat sering diperlukan daya improvisasi
untuk membuat antena dari bahan-bahan yang terdapat disekeliling kita. Antena sederhana ini
dapat dibuat dari bahan sembarang logam yang bisa didapatkan misalnya sepotong kawat
jemuran atau sepotong pipa kecil bekas rak piring atau sebatang ruji sepeda. Untuk antena
VHF 2 meteran, konfigurasi antena yang digunakan adalah vertikal, untuk memperoleh
polarisasi vertikal.
Batang logam yang didapat tersebut dipotong sepanjang 1⁄4 Lambda dan disambung dengan
inner dari coaxial cable. Antena semacam ini sudah dapat digunakan dengan cukup bagus.
Untuk lebih sempurna dapat ditambahkan ground plane yang dihubungkan dengan outer dari
coaxial cable 3 atau 4 biji dipasang horizontal. Panjang masing-masing ground plane 1⁄4
lambda, antena semacam ini disebut antena ground plane.
Kecuali antena ground plane, antena VHF sederhana yang lain adalah antena dipole yang
dipasang vertikal. Pada antena ini harus diperhatikan tarikan coaxial cable ialah harus tegak
lurus arah dipole atau coax jangan sampai sejajar dengan dipole.
Antena isotropic ini berbeda dengan antena omni directional, antena omni directional
mempunyai kuat pancar yang sama ke segala penjuru mata angin akan tetapi ke atas dan ke
bawah tidak sama. Antena vertikal 1⁄4 Lambda mempunyai sifat ini.
Untuk keperluan terutama komunikasi jarak jauh dan tidak diperlukan QSO dengan stasiun-
stasiun yang berada di berbagai jurusan, maka sering diperlukan antena pengarah agar
pancaran pada arah yang dikehendaki menjadi lebih besar. Tentu saja mengandung
konsekuensi bahwa pancaran ke arah yang lain menjadi relatif mengecil.
45
Kita perhatikan gambar, pola 1 adalah pola pancaran antena dipole. Bila pada antena dipole
diberikan sebuah reflektor dan director, maka akan kita peroleh pola pancaran seperti
tergambar pada sebagai pola 2. Pancaran ke satu arah akan menjadi lebih jauh sedangkan
pancaran ke jurusan lainnya akan menjadi jauh lebih kecil.
Antena pengarah dikatakan mempunyai gain, yang dinyatakan dalam dB. Gain adalah
perbandingan logarithmik antara power antena dibandingkan dengan dipole 1⁄2 Lambda.
Apabila sebagai pembanding digunakan antena isotropic, maka gain dinyatakan dalam dBi.
Misalnya antena dipole 1⁄2 Lambda mempunyai gain sebesar +2.1 dBi terhadap isotropic.
Akan tetapi pada umumnya gain suatu antena yang digunakan pembanding adalah dipole 1⁄2
Lambda.
Misalnya power suatu antena pada titik A (periksa gambar 1) adalah Pa sedangkan power
dipole 1⁄2 Lambda di tempat itu sebesar Pd, maka gain antena :
Mengukur gain suatu antena praktis tidak pernah dilakukan karena untuk pekerjaan ini
diperlukan suatu sangkar Farraday yang cukup besar. Misalnya untuk penelitian gain antena
35 CM perlu sangkar Farraday sebesar 6 x 6 x 6 meter. Makin rendah frekuensi makin besar
ukuran sangkar Farraday, hal ini tentu memakan biaya yang sangat besar.
Perbandingan kuat pancaran ke arah depan dengan arah belakang disebut front to back ratio.
Sedangkan perbandingan kuat pancaran ke depan dengan kuat pancaran ke arah samping
disebut front to side ratio. Untuk mengetahui keberhasilan kita membuat antena pengarah,
secara praktis dapat kita amati dari front to back rationya. Makin besar front to back ratio
menandakan makin baiknya pengarahan antena tersebut dan umumnya front to side rationya
juga menjadi makin kecil. Dalam praktek kita tidak pernah mengukur besarnya gain antena.
46
[edit] Standing Wave Ratio (SWR)
Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan menconba memberiak gambaran mengenai standing
wave ratio. SWR ini harus diamati ada waktu kita memasang antena untuk mendapatkan hasil
yang baik dan menjaga awetnya perangkat transceiver.
Apabila sepanjang feeder line ada gelombang listrik yang mengalir dari transceiver ke antena
dan tidak ada aliran balik dari antena ke transceiver, maka gelombang listrik tersebut, baik
voltagenya maupun arusnya akan tetap besarnya. Akan tetapi apabila ada arus balik yang,
maka arus balik ini akan mengadakan interferensi dengan arus yang pergi ke antena.
Sehingga arus yang mengalir sepanjang feeder line tadi pada suatu saat tertentu menjadi
membesar dan pada suatu saat berikutnya menjadi mengecil.
Perbandingan antara arus maksimum dengan arus minimum atau perbandingan antara voltage
maksimum dengan voltage minimum in disebut Standing Wave Ratio (SWR).
Standing Wave Ratio ini besarnya tergantung dari besarnya arus balik, makin besar arus balik
maka SWR menjadi makin besar pula. Adanya standing wave pada feeder line ini tidak
dikehendaki karena hal ini memberikan indikasi adanya mismatch.
Arus balik ini akan masuk ke final dan ditransformasikan menjadi panas, dimana panas ini
bila cukup tinggi akan dapat merusak final amplifer pemancar.
Untuk mengukur besarnya SWR suatu transmission line yang menghubungkan transceiver
dan antena digunakan SWR METER yang berisi swr bridge. Contoh suatu SWR meter
terdapat pada gambar, biasanya alat semacam ini dilengkapi dengan power meter dan field
strength meter.
Field strength meter digunakan untuk mengukur kuat pancar transceiver dengan antena
tertentu suatu antena. Kuat pancar diukur pada suatu jarak tertentu dan arah tertentu,
selanjutnya dibandingkan dengan kuat pancar pada arah lain. Ini dapat digunakan untuk
mengukur besarnya front to back ratio.
47
[edit] Dummy Load
Untuk melakukan penguran SWR pada suatu feeder line, maka pada ujung feeder line
diberikan suatu dummy load sebagai pengganti antena. Dummy load ini berfungsi menyerap
RF yang masuk kepadanya sehingga tidak terjadi RF balik dari luar feeder line (coaxial
cable), dengan demikian SWR feeder line dapat diukur secara murni.
Apabila kita ingin melihat suatu gambaran menganai arus dan tegangan pada suatu antena
dipole, maka distribusi tegangan dan distribusi arus sepanjang antena dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Untuk band-band 10 -30 meter, bahan elemen dapat dari tubing aluminium sehingga
memungkinkan untuk diputar-putar arahnya.
48
Akan tetapi untuk band 160 meter atau 80 meter, tubing aluminium menjadi tidak praktis
karena terlalu panjang sehingga kurang kuat, lebih praktis digunakan kawat dengan
konsekuensi tidak dapat diputar arah.
Panjang elemen Yagi dipengaruhi oleh diameter elemen dan adanya sambungan-sambungan.
Baik diameter elemen maupun banyaknya sambungan akan memberikan pengaruh terhadap
kapasitansi antar elemen, seperti kita ketahui bahwa dua logam yang terletak sejajar tersebut
akan merupakan suatu kapasitor.
Rumus perkiraan untuk menghitung panjang elemen dan spacing antena Yagi dua elemen
adalah sebagai berikut:
Elemen antena Yagi untuk band 20, 17, 15, 12 dan 10 meter lebih praktis dibuat dari bahan
tubing aluminium, sehingga dapat diputar-putar dengan menggunakan rotator yang
digerakkan dengan listrik atau rotator yang digerakkan dengan tangan.
Tubing yang diperlukan untuk membuat antena ini adalah tubing aluminium yang tebal yang
disusun secara teleskopik, ialah ditengah diameter besar makin ke ujung diameter makin
mengecil, agar antena tersebut tidak menjadi terlalu melengkung ke bawah pada ujung-
ujungnya. Untuk antena 10 meter, elemen dapat dibuat dari tubing diameter 1⁄2 inch dan 3⁄4
inch, untuk 20 meter dengan diameter 1⁄4, 1⁄2 h, 3⁄4 dan 1 inch.
Mengenai diameter tubing dapat dicoba-coba sendiri oleh rekan-rekan amatir sehingga
didapatkan performance yang cukup baik, mengingat tersedianya tubing aluminium di
pasaran pada masing-masing tempat.
49
Antena untuk band band 20 sampai 10 meter dapat dibuat dengan 3 elemen, yaitu driven
elemen, satu reflektor dan satu director. Power gain antena tergantung pada spacing antar
elemen, dengan spacing 0.15 λ antena ini diharapkan akan memberikan gain sebesar sekitar 8
dB dengan front to back ratio antara 10 sampai 25 dB.
Panjang elemen dan spacing antar elemen dapat diperhitungkan dengan rumus sebagai
berikut ini:
Elemen antena Yagi di atas masih dapat ditambah lagi menjadi 4 elemen dengan
menambahkan satu director akan tetapi panjang elemennya perlu diubah.
Seperti telah diutarakan di atas, power gain antena tergantung pada spacing antar elemen atau
dapat dikatakan panjang boomnya. Dengan panjang boom 0.45 λ antena 4 elemen Yagi
diharapkan akan memeberikan gain sebesar sekitar 9.5 dB sampaiu 10 dB dengan front to
back ratio antara 15 sampai 25 dB.
Apabila kita perhatikan antara penambahan jumlah elemen dan tambahan power gainnya,
maka terlihat bahwa antena dengan 3 elemen dapat dipandang merupakan jumlah elemen
yang paling optimal. Tambahan jumlah elemen berikutnya makin tidak memberikan angka
yang berarti.
Untuk antena Yagi empat elemen, perhitungan panjang elemen serta spacingnya dapat
menggunakan tabel sebagai berikut:
Perlu diperhatikan sekali lagi bahwa diameter tubing, panjang masing bagian elemen, serta
ketinggian antena akan sangat berpengaruh terhadap kepanjangan elemen Yagi. Rumus
tersebut di atas akan memberikan panjang theoritis yang masih perlu koreksi lingkungan.
50
[edit] Gamma Match
Untuk driven elemen, disamping menggunakan dipole seperti yang diuraikan di atas, dapat
pula menggunakan driven elemen dengan Gamma Match. Pada elemen dengan gamma match
ini elemen tidak dibagi dua akan tetapi utuh dan pada feed point diberikan suatu matching
device tersebut. Pada prinsipnya gamma match merupakan L-C circuit.
Peralatan yang merupakan bagian-bagian untuk membuat gamma matching device bisa
didapatkan di pasaan. Panjang a sekitar 50 CM dan panjang c sekitar 10 CM sedangkan
panjang b dicari pada saat kita melakukan matching ( antara 100-120 CM) sehingga
didapatkan SWR yang baik. Ukuran gamma matching device tersebut di atas dapat
dipergunakan pada driven element untuk band dari 10 sampai 20 meter.
Seperti halnya dengan antena Yagi untuk HF, maka driven element dapat berupa dipole, akan
tetapi kebanyakan menggunakan gamma matching device. Untuk band 2 meteran, dimensi
gamma matching device dibuat lebih kecil, seperti terlihat pada gambar 5. Sedangkan bahan
untuk elemen dapat digunakan tubing aluminium dari 1⁄4 inch dan tidak perlu dibuat
teleskopik.
51
Pada gambar di perlihatkan contoh antena Yagi untuk VHF 2 meter dengan 7 elemen, terdiri
atas driven element, reflektor dan 5 buah director.
Selanjutnya rekan-rekan amatir bisa mengadakan modifikasi mengenai spacing dari masing-
masing elemen serta panjang masing-masing directornya untuk memperoleh performance
yang paling bagus. Disarankan bahwa setiap kita mengadakan modifikasi, maka spasifikasi
yang lama janganlah dibuang tetapi dicatat, sehingga misalnya hasil modifikasinya kurang
memuaskan, kita masih dapat kembali pada spesifikasi terdahulu.
Apabila kita perhatikan antena-antena buatan pabrik maka panjang serta spacing elemen-
elemen beragam. Dengan mempelajari antena-antena buatan pabrik tersebut rekan-rekan
amatir radio bisa mendapatkan inspirasi untuk membuat modifikasi sehingga dicapai
performance yang lebih baik.
Untuk pembuatan matching device, berikut ini diberikan contoh pembuatan gamma match
untuk VHF 2M yang cocok digunakan pada antena seperti terdapat pada contoh pada gambar.
Gambar tersebut hanyalah sekedar memberikan contoh salah satu cara membuat gamma
matching device, rekan-rekan amatir radio diharapkan dapat mengadakan modifikasi
sehingga dapat ditemukan device yang lebih bagus lagi.
52
Matching dilakukan dengan mengatur gamma rod dan bracket sehingga didapatkan SWR
yang baik. Menggerakkan bracket berarti mengatur induktansi dan menggerakkan rod berarti
mengatur kapasitansi. Antara gamma rod dan inner coaxial membentuk suatu kondensator,
nilai kapasitansinya ditentukan oleh panjang coaxial cable dalam gamma rod.
Selain antena Yagi yang telah banyak dibahas disini, beberapa jenis antena pengarah yang
lain banyak juga digemari, misalnya antena Quad Beam, Log Periodic dan sebagainya.
53
Merancang Antenna Amatir Radio dengan
MMANA
Pada bagian ini akan diterangkan proses merancang antenna amatir radio menggunakan
software MMANA. MMANA adalah software untuk mensimulasi antenna yang dibuat oleh
JE3HHT - Makoto Mori, DL1PBD - Alex Schewelew & DL2KQ - Igor Gontcharenko.
Menggunakan software MMANA kita dapat menghitung secara tepat berapa ukuran antenna
yang harus kita bangun untuk bekerja pada frekuensi tertentu yang match dan baik.
Contents
[hide]
http://mmhamsoft.amateur-radio.ca/files/programs/MMANA-GAL-1.2.0.20.exe
http://125.160.17.21/speedyorari/index.php?dir=orari-
diklat/teknik/antenna/software/MMANA
54
Instalasi di PC Windows relatif sederhana, seperti instalasi software lainnya, kita cukup
meng-klik pada file .exe dari MMANA maka MMANA akan secara automatis terinstalasi di
PC yang kita gunakan.
Dan masih banyak lagi. Jika kita tidak perlu men-tune antenna ke frekuensi yang lain, maka
sebenernya proses simulasi sangat sederhana sekali.
1. Load file antenna yang di inginkan, melalui menu MMANA File --> Open --> Folder yang
diinginkan -> File yang di inginkan.
2. Setelah file antenna di load, anda akan di suguhi dimensi / geometri antenna yang akan di
simulasikan, beserta berbagai informasi lainnya, seperti posisi source dan load (coil) yang di
pasang di antenna.
55
3. Klik Menu Calculate untuk siap men-simulasi antenna. Jika anda ingin mengubah
frekuensi simulasi, anda dapat melakukannya sekarang dengan mengubah frekuensi pada
Kotak Frekuensi.
4. Tekan tombol start untuk mensimulasi antena, informasi yang akan di keluarkan antara lain
adalah SWR, Gain, sudut elevasi pancaran.
5. Langkah selanjutnya yang sering dilakukan adalah melihat performance (SWR, Gain dan
pola radiasi antenna) dalam rentang frekuensi tertentu. Hal ini dilakukan menggunakan menu
Plot yang ada di bagian bawah dalam menu Calculate. Kita biasanya perlu menekan tombol
"Detailed" untuk memperoleh semua kalkulasi pada berbagai frekuensi.
56
Kita selanjutnya dapat melihat Impedansi (Z) vs frekuensi
SWR vs Frekuensi
Gain vs Frekuensi
Polaradiasi vs Frekuensi
57
6. Jika kita cukup puas dengan hasil simulasi, bisanya kita ingin mengetahui dimensi /
geometri antenna. Hal ini dapat dilakukan dengan menekan menu View, dimensi kabel
terdapat di samping kanan. Untuk mengetahui berbagai dimensi kabel yang ada kita perlu
menggunakan menu Selected Wire yang ada di kanan bawah.
Pada menu optimization, kita dapat menset kriteria sukses yang kita inginkan, apakah itu,
Gain
F/B
Elev - sudut elevasi radiasi antenna
jX - komponen reactive dari antenna
SWR
Match
Current - arus di maksimalkan di titik coax
58
Selanjutnya kita harus memilih elemen mana yang akan di optimisasi. Saya biasanya
mengklik All element, Memang ini kadang-kadang akan membuat susah, tapi untuk pemula
mungkin lebih mudah untuk memilih All element.
Sampai tahapan ini, kita sudah dapat langsung mengoptimisasi antenna dengan cara menekan
tombol "Start".
Bagi anda yang ingin mengoptimisasi ke impedansi tertentu, kita perlu mengubah-nya pada
menu Advanced.
Bagi anda yang ingin mengoptimisasi ke frekuensi tertentu, bisa beberapa frekuensi sekaligus
kalau antenna yang di rancang adalah multiband, maka dapat masuk ke menu Band Settings.
59
Dalam contoh gambar, antenna di optimasi untuk bekerja sekaligus pada tiga (3) frekuensi
center, yaitu, 10.12MHz, 7.035MHz, dan 3.8MHz.
Tekan tombol "Start" jika semua goal yang kita inginkan telah dimasukan. MMANA akan
berusaha mengoptimasi disain antenna sesuai dengan goal yang kita inginkan.
60
Organisasi Amatir Radio Indonesia
61
62
13 lilit
63
64
65
Balun Buatan Sendiri 1:1
Sumber: http://195.84.101.101/~goranl/building/aircore_balun/index.html
- 1:1 HomeBrew AirCore Balun - 2007.05.20 Made this 'AirCore' balun for use with a singe
band portable 80M dipole. The manufacturing is quite simple and the result is a nice and very
'Heavy Duty' baluna.
66
This type of balun is normally used with broad-band or multi-band wire antennas,- where
gamma-match or other narrow-band matching is not suitable. The baluna is also suitable for
use with logo-periodic or multi-band directional Yagi antennas.
- Technical data -
SPECIFICATIONS
[edit] ============================
Frequency responce ... 3-30 MHz Maximun Input Power .. At least 1 KW Input Impedance
...... 50ohm unbalanced Impedance ratio ...... 1:1 (In/Out) Dimensions ........... Weight
...............
Principle - The coils on an air balun is not different from an Ferrite-balun, in the layout above
you see the principle. Two coils (Yellow & red) is used as straight thru-feed, one for center
conductor an the other for the shield conductor, they are connected directly to each dipole
half, The blue coil is used for reversed 'pick-up' and balances the dipole connections.
67
The Air-balun is made on a plastic 'Nonconducting' core,- Use a pice of plastic tubing about
25mm in diameter and about 66mm long. Drill tree 2mm holes,- slightly in diagonal in one
end, whith about 5mm distance. drill tree 2mm holes in the same manner in the other end of
the tube,- distance between the two hole-rows is 49mm.
(On the images below i use 2mm Cu wire, the measurements given in this text is calculated
using 1,5mm cu-wire)
Hint! It is best to make one coil at the time, dont trye to put al tree on the core at once.
- Testing the balun - To this moment my only test is the frequency respons shown here. I also
need to make som loss/return loss measurements.
Test setup
68
Frequency response using mini-vna
69
Internal assembly for the antenna Wire attachment and hanger pulley
- 1:1 HomeBrew AirCore Balun - 2007.05.20 Made this 'AirCore' balun for use with a singe
band portable 80M dipole. The manufacturing is quite simple and the result is a nice and very
'Heavy Duty' baluna.
This type of balun is normally used with broad-band or multi-band wire antennas,- where
gamma-match or other narrow-band matching is not suitable. The baluna is also suitable for
use with logo-periodic or multi-band directional Yagi antennas.
70
- Technical data -
SPECIFICATIONS
[edit] ============================
Frequency responce ... 3-30 MHz Maximun Input Power .. At least 1 KW Input Impedance
...... 50ohm unbalanced Impedance ratio ...... 1:1 (In/Out) Dimensions ........... Weight
...............
Principle - The coils on an air balun is not different from an Ferrite-balun, in the layout above
you see the principle. Two coils (Yellow & red) is used as straight thru-feed, one for center
conductor an the other for the shield conductor, they are connected directly to each dipole
half, The blue coil is used for reversed 'pick-up' and balances the dipole connections.
The Air-balun is made on a plastic 'Nonconducting' core,- Use a pice of plastic tubing about
25mm in diameter and about 66mm long. Drill tree 2mm holes,- slightly in diagonal in one
71
end, whith about 5mm distance. drill tree 2mm holes in the same manner in the other end of
the tube,- distance between the two hole-rows is 49mm.
(On the images below i use 2mm Cu wire, the measurements given in this text is calculated
using 1,5mm cu-wire)
Hint! It is best to make one coil at the time, dont trye to put al tree on the core at once.
- Testing the balun - To this moment my only test is the frequency respons shown here. I also
need to make som loss/return loss measurements.
Test setup
72
Parts before final assembly
73
Internal assembly for the antenna Wire attachment and hanger pulley
Antenna Vertical di HF
74
Organisasi Amatir Radio Indonesia
Buat teman teman yang berminat dengan antenna vertikal di HF saya share sedikit
pengalaman dengan Ground Plane Vertikal di 40 meter monoband berikut konstruksinya.
Vertikal antenna merupakan solusi bagi short dan long distance communication. Antenna ini
effektif, mudah dibuat dan punya karakteristik sebagai radiator berelevasi rendah yang sangat
penting untuk long haul DX. Pengalaman saya dengan vertikal antenna di 40 meter
menunjukkan bahwa kinerja antenna ini lebih baik daripada antenna horizontal pada
ketinggian feed point yang sama, terutama pada komunikasi jarak jauh di HF. Cuma satu
kekurangannya bahwa vertikal sedikit lebih brisik ketimbang horizontal. Antenna vertikal di
HF masih bisa dibuat secara mudah dan murah di pada 40/20/15/10 meter. Kalo untuk 80/160
meter sudah sulit mengingat panjang gelombangnya.
Kunci dari vertikal antenna yang baik adalah ketinggian mounting-nya dibandingkan panjang
gelombang. Pasanglah antenna vertikal dengan ketinggian feed point minimal seperempat
panjang gelombang. Dan buatlah radial sebanyak mungkin, minimal radial sebanyak 3 buah.
Pada Hi-Band radial bisa dibuat dengan mudah dengan menggunakan alumunium tubing
(pipa aluminium) atau wire yang bisa dibuat horizontal atau slooping 45 derajat.
Whip bisa dibuat dari berbagai macam bahan, tapi yang paling memudahkan konstruksi
buatlah whip dari alumunium tubing. Panjang whip bisa berbagai macam, bila lebih pendek
dari seperempat lambda bisa diberi pembebanan coil, tapi perlu dipikirkan kontruksi coil
yang kuat, karena antenna dipasang di tempat tinggi sehingga harus kuat menahan angin
kencang dan perubahan cuaca Panjang whip yang ideal adalah 5/8 lambda dengan
pembebanan coil. Whip sepanjang 5/8 lambda sangat effektif untuk DX. Tapi bilamana tidak
memungkinkan panjang whip 0.1 - 0.2 lambda juga cukup.
Pembuatan coil harus dengan metode experiment. Antenna yang kurang dari 0.25 Lambda
dibuat resonant dengan pembebanan coil ke seperempat lambda. Antenna 5/8 lamda dibuat
resonant dengan pembebanan coil ke tiga perempat lambda.
75
Perlu dibuat coil dengan inti udara yang bisa dipindahkan tap-nya. Seperti kita ketahui
kepanjangan kelipatan ganjil dari seperempat lambda bisa di feed dengan coaxial.
Untuk whip yang panjang (lebih dari 5 meter) perlu dipikirkan supaya whip tidak
melengkung dan patah ditiup angin. Pakailah tubing (pipa) alumunium yang berdiameter
besar (1.5 inchi) dan buat guy wire penyangga yang terbuat bahan non konduktor sehingga
bila ditiup angin kencang whip tidak melengkung terlalu jauh (vertikal antenna di stasiun
saya panjang whip-nya sepuluh meter, pada seksi tengah 5 meter, saya pasang penyangga
dari tali tambang, terbukti sanggup menahan tiupan angin kencang di bogor).
Bila anda memikirkan antenna yang murah, mudah dibuat dan ruang yang terbatas, tapi
effektif untuk komunikasi jarak jauh DX di HF, pikirkanlah antenna vertikal.
Regards,
Firson - YC0LZH
NRI : 85099744
76
Organisasi Amatir Radio Indonesia
Sebuah study literature dari berbagai sumber diantaranya adalah The ARRL Handbook 2008
77
for Radio Communication, edisi ke 85.
vertical antenna
78
Salah satu antena paling terkenal adalah vertikal, yaitu terdiri dari sebuah radiator vertikal
dengan ditambahkan radial ground dibawahnya, terbuat dari kawat konduktor maupun tubing
aluminium.
Sebuah antena dengan radiator vertikal single memiliki pola radiasi sama dan tidak ada yang
null kesegala arah (omnidirectional), berbeda dengan kebanyakan antena horisontal, sehingga
secara natural antena ini akan lebih noisy (mengintriduce QRM lebih tinggi) relatif
dibandingkan dengan antena horisontal, kecuali beberapa radiator vertikal digunakan
sehingga pola radiasinya tidak lagi dari berbagai arah, maka QRM akan dapat ditekan lebih
rendah.
Selain hal tersebut diatas, dibandingkan dengan antena horisontal, antena vertikal memiliki
masalah berupa ground return loss, ada 2 (dua) macam, yaitu: near field dan far-field ground
lossess. Secara sederhana ground return loss bisa dijelaskan sebagai berikut, yaitu arus yang
hilang pada ground sistem antena vertikal, arus dari radiator memiliki lintasan berputar,
sebagian putaran terjadi pada udara, dan sisanya menembus ground sistem dari antena
tersebut, saat melintasi udara tidak banyak arus yang hilang, sementara saat melintasi groung
terdapat banyak hambatan sehingga arusnya akan berkurang banyak, lebih jelasnya lihat
gambar dibawah.
ground loss
Loss pada near field ground lossess dapat dikurangi dengan menambahkan jumlah ground
radial pada antena, namun far-field ground lossess merupakan gejala alamiah yang tidak
dapat dikurangi oleh manusia, kecuali kita berpindah QTH di sebuah pulau kecil dengan
dikelilingi air laut.
Efek dari ground lossess ini adalah berubahnya pola radiasi terutama pada sudut kecil (low
elevation angle – biasanya untuk keperluan DX) dan yang paling merugikan adalah
berkurangnya gain antenna dibandingkan dengan kondisi idealnya. Sebagai gambaran,
berdasarkan ilustrasi dibawah, dibandingkan dengan kondisi idealnya, pada sudut elevasi 10
derajat terjadi pengurangan gain sebesar hampir 6dB, sementara pada sudut elevasi 60 derajat
pengurangan sekitar 2dB.
Setelah melihat kekurangan antena vertikal diatas, rasanya tidak fair jika saya tidak
menyampaikan kelebihan dari antena vertikal ini, diantaranya adalah:
79
radiation pattern
Low angle radiation atau sudut radiasi/ elevasi yang kecil, yang cocok digunakan untuk
komunikasi jarak jauh atau DX. Seperti yang kita ketahui, komunikasi dengan gelombang HF
(1.8 – 30 MHz) sangat dipengaruhi oleh lapisan ionosfir diatas bumi yang berfungsi layaknya
sebuah cermin, dimana gelombang berjalan akibat pantulan dari sumber pemancar ke lapisan
ionosfir dan kembali lagi kebumi, demikian seterusnya, sampai dengan sinyal tersebut lenyap
akibat redaman yang dialaminya selama perjalanan bolak-balik bumi ke angkasa. Skip
distance satu hop (dari bumi ke ionosfir kembali lagi ke bumi) antena dengan angle radiation
besar lebih pendek (jarak A – B) dibandingkan dengan antena dengan angle radiation kecil
(jarak A – C).
Skip Distance on HF
Antena vertikal biasanya lebih mudah untuk dibuat dan didirikan dibandingkan dengan
antena horisontal, dengan demikian antena vertikal memiliki cost versus performance yang
lebih baik dibandingkan dengan antena horisontal.
Bila anda akan membuat antena vertikal dilengkapi dengan ground radial, maka berlaku
aturan “ground radial pendek namun berjumlah banyak, adalah lebih baik dibandingkan
dengan ground radial panjang namun jumlahnya sedikit”.
Seperti yang diketahui, ground radial adalah upaya manusia untuk menduplikat lempengan
konduktor yang diletakkan tepat dibawah radiator antena vertikal, dengan demikian makin
rapat dan makin luas ground radial dibuat, maka makin mendekati sifatnya dengan
80
lempengan konduktor. Ground radial bisa dibuat dari berbagai jenis konduktor, mulai dari
kawat email sampai dengan tubing aluminium. Bila antena diletakkan tepat diatas permukaan
tanah, maka ground radial bisa digelar diatas permukaan tanah, atau dikubur beberapa cm
dibawah permukaan tanah. Bila lahan dirumah anda sempit, maka ground radial bisa ditekuk
menyesuaikan dengan ukuran lahan.
Tabel diatas memperlihatkan hubungan dari panjang dan jumlah radial ground pada sebuah
antena vertikal ¼ lambda, relatif terhadap ground radial sempurna (teoritis). Terlihat bahwa
makin banyak dan besar ukuran ground radial, maka makin kecil juga loss yang dialaminya
pada sudut elevasi kecil.
Sekarang mari kita pelajari hubungan panjang radiator antena vertikal dengan karakteristik
yang dipengaruhinya. Gambar dibawah memperlihatkan hubungan dari panjang radiator
vertikal terhadap impedansi antena riil R maupun imajiner X. Impedansi antena riil atau
disebut dengan radiation resistance R ditunjukkan pada garis solid, sementara reaktansi
antena X ditunjukkan dengan garis bertitik-titik.
Pada panjang radiator antara 0.1 s/d 0.25 kemudian berulang di 0.45 s/d 0.6 lambda antena
bersifat kapasitif, ditunjukkan dengan nilai negatif pada reaktansinya. Sebaliknya pada
panjang antara 0.25 s/d 0.45 lambda antena bersifat induktif. Pengetahuan mengenai sifat
antena ini sangat diperlukan dalam mendesain trap loading maupun matching impedansi,
untuk diarahkan sesuai dengan impedansi saluran coax 50 ohm riil. Bila antena bersifat
kapasitif, maka trap loading atau matching impedansi yang cocok harus menggunakan
rangkaian induktif, yaitu menggunakan lilitan, sebaliknya bila antena bersifat induktif, maka
trap loading atau matching impedansi yang cocok adalah menggunakan kapasitor.
radiator length
Well, mari kita lihat pada panjang radiator ¼ lambda, ia memiliki radiation resistance sekitar
45 Ohm dan reaktansi sebesar +j45 Ohm, dengan demikian impedansi antenna ini adalag
81
sebesar SQRT(45^2 + 45^2) = 45 Ohm, hampir mendekati dengan impedansi saluran coaxial
50 Ohm, maka kita bisa memprediksi SWR-nya akan mendekati 1 (matched).
Untuk frekuensi rendah (misal 1.8 s/d 3.8 MHz), untuk membuat antena vertikal dengan
ukuran mendekati panjang gelombangnya (full size) bisa dikatakan hampir tidak mungkin,
sehingga cenderung kita akan membonsai antenna sekecil mungkin yang biasanya
panjangnya < 0.25 lambda, akibatnya antenna tersebut akan memiliki radiation resistance
kecil dan bersifat kapasitif. Dengan perbedaan nilai resistif dan kapasitif yang sangat besar ini
juga akan mempengaruhi efisiensi dari antena, yang juga memperkecil bandwidth dari antena
dimaksud.
Mari kita ambil contoh, untuk antena vertikal 80M dengan panjang radiator sebesar 0.1
lambda atau sekitar 8 meter, antena ini memiliki radiation resistance hanya sebesar 5 Ohm
dan reaktansi sebesar –J200 Ohm, maka hanya memiliki efisiensi sebesar 5/SQRT(5^2 +
200^2) = 2.5%, bandingkan dengan efisiensi antena yang sama dengan panjang radiator ¼
lambda = 70.7%, dengan kata lain antena tersebut sangat tidak efisien. Makin kecil efisiensi
sebuah antena, maka makin kecil pula gain (dBi) dan Bandwidthnya yang dimilikinya. Untuk
menaikkan efisiensi dari antenna pendek tersebut biasanya kita berusaha untuk menaikkan
nilai resistansi dan menurunkan nilai reaktansi, caranya dengan menambahkan trap loading
induktor, namun perlu dicatat, penambahan trap loading induktor berarti juga akan ada power
loss pada induktor tersebut. Kompromi merupakan kata kunci dalam desain antena vertikal
pendek. Setelah mengetahui karakteristik dasar dari antena vertikal pendek (< 0.25 lambda),
mari kita lihat kemungkinan desain untuk antena ini.
Bila dilihat dari rangking efisiensi, maka antena A paling efisien dan C paling tidak efisien,
karena pada desain C maksima arus justru paling banyak diserap oleh trap loading coil.
Maksima arus terjadi pada feedpoint dan semakin mengecil sampai ujung radiator. Design A,
loss arus pada loading coil paling kecil, karena arus maksima yang berada didekat feedpoint
masih dipertahankan. Berikut adalah penjelasan lebih jauh tentang loss daya akibat loading
coil.
82
Antena akan melihat trap loading coil mirip seperti radiator dengan suatu panjang tertentu,
dengan demikian secara fisik distribusi arus diujung panas (ujung coil terdekat dengan
feedpoint) tiba-tiba akan turun diujung dingin (ujung coil terjauh dengan feedpoint antenna)
trap loading coil, dengan kata lain perbedaan arus tersebut diserap oleh coil, sehingga kita
kehilangan banyak daya pada coil tersebut. Lebih jelasnya lihat gambar.
Untuk desain A dan B untuk mengatrol efisiensi antena dilakukan dengan cara
mengkombinasikan trap loading coil yang bersifat induktif dengan capacitance hat yang
bersifat induktif, perpaduan antara keduanya akan menambahkan nilai resistance kepada
antena, sementara itu nilai reaktansi antena diminimisasi. Seperti diketahui trap loading coil
memiliki impedansi RL + jXL, sementara capacitance hat memiliki impedansi Rc – jXc,
dengan men-seri-kan kedua loading tersebut diharapkan diperoleh Zloading = (RL+Rc) +
j(XL-Xc) = Rloading + jXloading, sehingga bila digabungkan dengan impedansi raditor
antena akan diperoleh resultan Zantena = (Rrad+Rloading) + j(Xloading-Xrad) = Rantena +
jXantena. Nah tujuan akhirnya adalah jXantena sekecil mungkin, sementara Rantena
mendekati 50 Ohm, sehingga diperoleh peningkatan efisiensi dan kondisi matched pada
frekuensi tengahnya.
Oh yaa, satu lagi dalam rangka menaikkan bandwidth dari sebuah antenna bisa dilakukan
dengan memperbesar diameter radiator atau membuatnya berbentuk corong, sisi lancip pada
feedpoint.
Demikian sekelumit teori tentang antena vertikal pendek dari berbagai sumber, semoga
bermanfaat bagi Rekan AR yang space limitted seperti saya, untuk memberikan masukan
dalam perjalanannya mencari antena paling cocok bagi QTH dengan keterbatasan lahan,
namun dengan efisiensi antena yang masih acceptable.
83
Slooper Long GP dengan Serial C
Slooper Long GP
7.025 14.267 70
7.07 14.178 70
7.11 14.279 65
84
Frekuensi Panjang L (m) Coil (uH) Capasitor (pF)
Bagi mereka yang ingin menderita kenikmatan dengan sedikit uang dengan konstruksi
sederhana tanpa perlu mentune antenna, barangkali antenna ini untuk anda.
1. Mempunyai gain & perbandingan Front-to-Back (F/B ratio) yang cukup besar.
2. Tidak perlu di tune & cukup broadband.
3. Konstruksinya sederhana.
4. Kalau dapat semurah mungkin.
Setelah melakukan beberapa studi di Web ARRL di bagian Technical Informasi Services
(TIS), melakukan berbagai perhitungan dibantu software MMANA. Maka sampai pada
sebuah kesimpulan:
1. Antenna beam / yagi dengan dua (2) elemen mempunyai gain lumayan, tidak terlalu jelek di
bandingkan dengan tiga (3) elemen atau lebih.
85
2. Boom menggunakan bahan yang tidak menghantarkan listrik, dalam hal ini saya memilih
menggunakan kayu karena kebetulan di rumah waktu itu ada banyak tukang yang
membangun kamar.
3. Berdasarkan perhitungan MMANA, sebuah antenna beam dapat di optimisasi agar dapat
match di 50 ohm dengan SWR 1:1.1 sekitar 200-300KHz cukup broadband.
1. Match di 50 ohm pada frekuensi 21.030MHz, kebetulan saya menggunakan CW & PSK321,
tidak pernah menggunakan voice / SSB.
2. Di maksimumkan agar perbandingan front-to-back (F/B ratio) maksimum, bukan
memaksimumkan gain. Biasanya memaksimumkan gain akan menyulitkan untuk di match di
50 ohm.
1. match di 50ohm tidak perlu matching di 21.030MHz +/- 100KHz SWR (1:1.1)
2. F/B maksimum 11.57dB
3. Forward Gain sekitar 11.26dBi
4. SWR 1:1.03 pada 21.030MHz.
86
Design konstruksinya adalah sebagai berikut:
Modal saya waktu membuat antenna ini rasanya sekitar Rp. 150.000-an, yang mahal ya pipa
aluminiumnya beli 3 batang. Lupa harga tepatnya aluminium yang saya beli di poncol sana.
Hanya toko di poncol itu yang menjual aluminium berbentuk pipa, kebanyakan toko menjual
aluminium berbentuk kotak atau plat untuk membuat etalase dagangan.
Karena panjang sebuah pipa aluminium hanya 6m, kita perlu menyambungkan /
menambahkan dengan pipa lain. Cara yang paling sederhana adalah menggunakan dua pipa
dengan ukuran yang berbeda. Ternyata pipa 7/8 inci dapat masuk dengan mudah dan cukup
rapat ke pipa 1 inci.
Minta toko untuk memotong pipa tersebut, karena mereka umumnya mempunyai alat potong
besi yang bagus, jadi hasilnya tidak bengkok-bengkok. Untuk disain saya, pipa dipotong
agar:
87
Supaya sambungan antar pipa cukup rapat, sebaiknya diselipkan lempengan aluminium
diantara pipa 1 inci & 7/8 inci. Cara membuat lempengan aluminium yang mudah, palu saja
aluminium menggunakan palu sampai gepeng :)
Gunakan clamp untuk menempelkan director dan reflector ke boom yang terbuat dari kayu.
Coax RG-8 50ohm langsung di sekrup ke masing-masing sayap director tanpa di match sama
sekali.
Selesai sudah konstruksi antenna beam 15m homebrew, jangan lupa berdoa agar aluminium
tidak bengkok pada saat di naikan ke tower.
88
Beberapa catatan hasil QSO saya yang menggunakan daya rendah QRP (antara 5-10Watt)
menggunakan antenna homebrew ini antara lain adalah:
semua menggunakan mode CW yang tidak terlalu cepat hanya sekitar 8-10WPM saja.
Sekian dulu, pada kesempatan lain akan di sambung dengan teknik mengoptimasi antenna
menggunakan software MMANA. Semoga menambah menderita kenikmatan.
73 de YC0MLC/QRP
89
Antenna 4 elemen Yagi Dual Band 15 &
20m tanpa trap
[edit] Penampakan
90
91
Rancangan Antenna Yagi 13ele di 2m
Kebetulan saya memperoleh e-mail dari Sdr. Pipit Wenthe YD7OPR di Palangka Raya untuk
merancang Antenna Yagi 13 elemen di frekuensi 144.2MHz menggunakan MMANA-GAL.
Hasil rancangan yangdiperoleh dari MMANA-GAL adalah sebagai berikut
Frekuensi 144.2MHz
Ketinggian 36m
SWR < 1.1
Elemen 13
Panjang Boom 6 m
Bahan Kawat Aluminium 5 mm
Boom tidak di definisikan, sebaiknya bahan isolator.
Di bawah ini adalah input file antenna Yagi 13 elemen. JIka dimasukan ke MMANA, kita
dapat melihat ukuran & dimensi elemen & antenna yang akan dibuat.
92
0.185, 0.0, -0.4705, 0.185, 0.0, 0.4705, 0.0025, -1
0.672, 0.0, -0.4615, 0.672, 0.0, 0.4615, 0.0025, -1
1.374, 0.0, -0.4635, 1.374, 0.0, 0.4635, 0.0025, -1
1.987, 0.0, -0.454, 1.987, 0.0, 0.454, 0.0025, -1
2.606, 0.0, -0.4065, 2.606, 0.0, 0.4065, 0.0025, -1
3.233, 0.0, -0.4325, 3.233, 0.0, 0.4325, 0.0025, -1
3.816, 0.0, -0.4395, 3.816, 0.0, 0.4395, 0.0025, -1
4.344, 0.0, -0.4135, 4.344, 0.0, 0.4135, 0.0025, -1
4.902, 0.0, -0.388, 4.902, 0.0, 0.388, 0.0025, -1
5.281, 0.0, -0.4105, 5.281, 0.0, 0.4105, 0.0025, -1
5.795, 0.0, -0.4145, 5.795, 0.0, 0.4145, 0.0025, -1
***Source***
1, 1
w1c, 0.0, 1.0
***Load***
0, 1
***Segmentation***
400, 40, 2.0, 1
***G/H/M/R/AzEl/X***
2, 36.0, 3, 50.0, 120, 60, 0.0
###Comment###
Mod by Onno W. Purbo, YC0MLC 3/18/2008 6:34:18 AM
93
Performance hasil simulasi MMANA-GAL
94
[edit] Keterangan
Karena pesanan YE1GD dkk dari Bandung ini hasil perhitungan MMANA utk horizontal
loop 40m band
Panjang kawat di satu sisi 7.6 meter dibuat loop (panjang total 7.6m x 4)
di salah satu sisi tengahnya di pakai utk masuk coax 50 ohm di sisi seberangnya di beri
loading coil 30uH SWR hasil perhitungan 1.15 di frekuensi 7.07MHz
Loading coil 30uH bisa dibuat dengan koker / diameter coil 5cm banyak lilitan 33 lilit utk
diameter kawat 1mm rapat panjang coil total sekitar 6.55cm
73 YC0MLC
95
Rancangan Antenna Horizontal Loop 40m
Loading 25uH di siku
[edit] MMANA File
40 Horizontal Loop YC0MLC
*
0.0
***Wires***
4
-3.92, -3.92, 0.0, -3.92, 3.92, 0.0, 8.000e-04, -1
-3.92, -3.92, 0.0, 3.92, -3.92, 0.0, 8.000e-04, -1
3.92, -3.92, 0.0, 3.92, 3.92, 0.0, 8.000e-04, -1
3.92, 3.92, 0.0, -3.92, 3.92, 0.0, 8.000e-04, -1
***Source***
1, 0
w4e, 0.0, 1.0
***Load***
1, 1
w2e, 0, 25.0, 0.0, 0.0
***Segmentation***
800, 80, 2.0, 2
***G/H/M/R/AzEl/X***
2, 10.0, 1, 50.0, 120, 60, 0.0
[edit] Konstruksi
Panjang kawat tiap sisi 7.84m Loading coil 25uH di siku seberang coax SWR 1.02
[edit] Loading
Loading 25uH Koker 2 inch (5.08cm) Lilitan kawat 1mm sebanyak 27.7 lilit
96
Antenna Dipole Sederhana untuk HF
97
Antenna No Tune untuk 80 - 40 - 20m
Antenna yang sangat menarik untuk di implementasikan di Amatir Radio tanpa perlu di
tuning dapat digunakan di 80 - 40 - 20m band.
Referensi
http://rogertango.com/articleread.aspx?idnumber=64229534
http://rogertango.com/articleread.aspx?idnumber=34232411
98
A Homebrew Poor Man All-Band Windom
Antenna
Windom Antenna
Untuk menyediakan 1 buah antenna khusus (monoband) untuk semua band amatir adalah
tidak mungkin, terlebih bagi Poor Man Homebrewer & AR seperti saya, karena harga kabel
RG-8 yang biasa saja di Pasar Cikapundung semeter sudah seharga 13ribu rupiah, tinggal
dikalikan saja per-antenna 20 meter, anggap saja ada 4 band, maka 80 meter RG8 harus
ditebus dengan sepuluh-an buah lembaran warna merah pink … belum kalau antenna-nya
built-up alias bukan buatan sendiri … mungkin jadi lebih mahal dibanding harga sebuah RIG
99
kuno semisal FT-80C atau TS-430S seperti yang ada di meja saya … ihik-ihik ironi banget
yaa …
[[
Sebuah antenna All-Band dari kawat sangat mudah dan membutuhkan waktu dan biaya yang
sangat sedikit, dari kacamata saya, sangatlah sayang bila kita harus membelinya dalam
kondisi jadi dengan harga yang tidaklah murah. Banyak sekali all-band atau multiband
antenna dari kawat yang bisa kita jumpai dan memungkinkan untuk dibuat, diantaranya yang
cukup termashyur adalah Windom Antenna (OCF Dipole = Offset Centre Feed Dipole),
G5RV, G7FEK, Loaded Dipole, dll. Namun disini saya akhirnya mempersunting Windom
Antenna dengan transmition line menggunakan COAX 50 Ohm bukannya menggunakan
Twin-Lead 300 atau 400 Ohm, karena setelah saya cari di Pasar Cikapundung keberadaan
Twin-Lead 300 Ohm sangatlah jarang, kalaupun ada merupakan barang sisa perang dan
kualitasnya sangat jelek dimana serabut kawatnya sangat sedikit dan ringkih, dan satu lagi
harganya juga lebih mahal dibandingkan dengan seutas kabel coax RG-58A/U per-meternya,
mungkin barang langka jadi yaa harus mahal kali … hihihi. Kedua, kenapa Windom, karena
panjang overall QTH saya cuman 20 meter terus di belakang QTH ada balong atau tanah
kosong yang belum digarap dan jarang disambangi pemilikinya, jadi Windom Antenna cocok
sekali, karena radiator pendeknya yang membutuhkan panjang kurang dari 15-an meter udah
bisa masuk ke lahan saya plus feedpoint-nya tepat di atas meja kerja saya.
Contents
[hide]
100
7 Pranala Menarik
How It is worked?
Terus terang saya salut dengan ide OM. Loren Windom (W8GZ) dalam penemuannya pada
Windom Antenna, yaitu beberapa sinyal sinusoida beberapa band amatir pada phase sekitar
60-an derajat (atau sekitar 30-an% dari total panjnag 1/2 lambda, dimana dalam 1/2 lambda
perjalanan phase terbesar adalah 180 derajat), nilai absolute amplitudonya bertemu pada satu
titik yang sama, dimana kalau diukur pada titik tersebut impedansi (Z) antenna memiliki nilai
yang hampir sama yaitu sekitar 200-300 Ohm (tergantung dengan ketinggian feedpoint).
Maka bila kita meletakkan titik pencatuan (feeding point) disitu, maka akan diperoleh
impedansinya yang hampir sama, dengan kata lain SWR-nya akan tetap, dan selanjutnya
kalau saluran transmisi yang digunakan adalah twin-lead 300 Ohm, berarti pada titik itu
SWR-nya akan mendekati 1 atau matched.
Nah lalu dimana tepatnya posisi common point tersebut berada, setelah melalui eksperimen
yang sangat melelahkan ia menurunkan persamaan bahwa ia berada pada 36% dari panjang
1/2 lambda frekuensi terendah pada band yang dipekerjakan. Pada titik itulah beberapa band
akan menghasilkan impedansi yang hampir sama antara 200-300 Ohm.
101
4:1 Balun
Pada awalnya Windom Antenna didesain dengan menggunakan twinlead sebagai saluran
transmisinya, sebab saat itu untuk mendapatkan twin-lead lebih mudah dan murah
dibandingkan coax, namun saat ini keadaan menjadi terbalik, untuk memperoleh coax jauh
lebih mudah dan sangat umum.
Para AR saat ini kemudian memutar otak untuk mengakali antenna ini, dan fortunately
saluran transmisi twin lead pada desian aslinya bukan merupakan bagian dari antenna,
sehingga selanjutnya saluran transmisi ini bisa diganti dengan coax 50 ohm, namun harus
ditambahkan balun 4:1, 5:1 atau 6:1 sesuai dengan ketinggiannya. Salah seorang AR yang
mengamati gejala ini adalah OM. G.E. Buck Roger Sr. (4KABT), ia mengatakan bahwa pada
ketinggian feedpoint antara 6-12meter impedansi antenna sekitar 200 Ohm balun yang cocok
adalah 4:1, ketinggian 12-16meter impedansinya 250 Ohm balun yang cocok adalah 5:1, dan
ketinggian 16-21meter impedansinya 300 Ohm balun yang cocok adalah 6:1.
Balun ini memiliki 2 fungsi sekaligus, yaitu sebagai penyesuai impedansi dan sekaligus untuk
menghindari terjadinya kebocoran (leak) arus pada outer konektor coaxial, yang akibatnya
adalah berubahnya/ rusaknya pola radiasi antenna.
My Instalation
Saya tidak berpatokan dengan ukuran asli Windom Antenna, rumus pada gambar adalah
rumus favorit saya dan seharusnya Windom tidak mengunakan rumusan tersebut. Dalam
102
eksperimen ini saya hanya berpatokan pada statement “buat bentangan kawat dengan panjang
1/2 lambda dari band terendah yang akan dipekerjakan” … nah akhirnya saya menggunakan
band 80M sebagai band terbawah antenna ini. Yaitu dengan panjang total radiator L(meter) =
0.95 * 300 / f(MHz)/ 2, dimana 300 cepat rambat gelombang radio pada free-space,
kemudian 0.95 adalah faktor koreksi cepat rambat gelombang radio diseutas kawat (lebih
lambat), dan f adalah frekuensi kerja terbawah, dalam hal ini saya mengambil angka 3.5MHz
(band 80M).
Selanjutnya radiator pendek adalah sepanjang 36%*L dan radiator panjang adalah 64%*L,
pada pertemuan keduanya ditempatkan sebuah balun 4:1 sebagai feed-point. Antenna saya
bentangkan sesuai kontur yang ada pada ketinggian feed-point hanya 6 meter (karena nggak
punya tower), dan masing-masing end radiator ketinggian sekitar 2.5-3 meter. Kedua radiator
saya buat dari bahan berbeda, seadanya, makanya antenna ini disebut sebagai “A Poor Man”
hehehe … yaitu radiator pendek dari seutas kabel NYA sekitar 1.2mm sisa instalasi listrik
yang karena panjangnya nggak nyape, saya sambung dengan kawat email 1mm sampai
panjang terpenuhi. Sementara itu radiator panjang lebih menyedihkan, sekitar 10meter
pertama dari feed-point terbuat dari email bekas 1.5mm, lalu sisanya disambung dengan
email bekas juga dengan diameter 1mm. Masing-masing end point saya talikan dengan tali
rafia plastik diameter 3mm, saya sangkutkan pada car-port dan pagar perumahan … hehehe.
Balun Measurement
Kembali ke 4:1 balun, saya buat dari 2 utas email diameter 1.5mm yang saya lilit bersama
(berdampingan) pada sebuah batang ferit bekas antenna radio MW sebanyak 10 lilit. Hot End
dan Cold End kedua dipertemukan untuk disambungkan ke ground coax, sementara ujung
yang lain bertemu dengan inner coax dan radiator antenna, silakan lihat ilustrasi gambar.
Oh yaa … untuk memastikan bandwidth balun kita bisa mencover seluruh band HF dan tetap
memberikan penyesuai impedansi di 4:1 saya menggunakan teknik sederhana untuk
mengujinya. Lihat gambar cara pengujian 4:1 Balun, dimana dengan menggunakan power
kecil (QRP) kita sampling beberapa titik yang mewakili seluruh band HF dari 3-30MHz, lalu
dengan dummy load 200 Ohm ukur SWR-nya. Pada seluruh frekuensi sampling, SWR harus
sama dengan 1 (matched), bila tidak maka balun tersebut berarti hanya memiliki bandwidth
sempit, pastikan bahwa balun yang kita buat bisa mengcover seluruh band HF.
103
[edit] PERFORMANSI ANTENNA
Performance
Dalam menggunakan antenna ini saya memakai Homebrew Z Matcher untuk memastikan
seluruh band tercover dengan SWR seminim mungkin, selain itu juga saya percaya
penggunaan ATU yang merupakan filter terakhir sebelum ke antenna akan mengurangi QRM
dan TVI disekitar kita. Bila diibaratkan berkendara, safety riding gitu lho … atau dalam dunia
peramatiran radio mungkin disebut safety on air … kali yaa … hehehe.
Beberapa AR ada yang sangat anti menggunakan ATU dengan alasan akan terjadi loss pada
ATU yang akhirnya mengurangi disipasi power di antenna. Memang betul statement tersebut,
ATU adalah perangkat pasif, pasti akan terjadi loss disini. Nah tinggal bagaimana kita
menyikapinya.
Sesuai dengan tulisan dari salah satu eksperimenter Windom antenna yaitu OM. G.E. Buck
Roger Sr. (4KABT), bahwa dengan penalaan yang tepat antenna Windom dapat matched di
beberapa band amatir sekaligus dan dapat digunakan langsung tanpa ATU. Kuncinya adalah
kata “Penalaan Yang Tepat”. Karena saya mendirikan antenna ini sendirian, harmonik saya
masih kecil-kecil jadi belum bisa membantu, dan untuk naik turun ke lantai 2 cukup berat,
sebab bila anda melihat foto saya, anda pasti bisa memperkirakan berat bandan saya …
hihihi, maka saya tidak menala antenna ini, langsung instant sekali pasang, biarlah Z Matcher
yang bekerja untuk ini.
Testing LogBook
Penunjukan SWR di semua frekuensi HF (3.5 s/d 30MHz) dapat disesuaikan dengan
impedansi transmisi 50 Ohm alias matched, nyaris menunjukkan SWR=1 semuanya. Lebih
lengkapnya lihat tabel pada gambar. Pengetesan ini juga sekaligus dilakukan untuk melihat
kinerja Homebrew Z-Matcher saya.
Beberapa pengetesan ON-AIR yang sempat saya lakukan adalah (detail lihat gambar):
Tanggal 17 Okt 2009 : pada frekuensi 3.815MHz dengan YC0HQL di Jakarta dengan
report 5/9+30dB, YC1DNR di Bekasi dengan report 5/9+20dB, YF1EPH di Bandung
104
dengan report 5/9+30dB, YC1OJI di Subang dengan report 5/9+20dB dan YC1PBY
di Cirebon dengan report 5/9+20dB.
Tanggal 18 Okt 2009: pada frekuensi 3.865MHz dengan YB3Z.. (stasiun pengendali
oleh OM. Lilik di Blitar) pada checking Nusantara Jawa Timur dengan report 5/7.
Pada frekuensi 3.830MHz dengan YC2NKY di Cilacap dengan report 5/9+. Dengan
YC3MFA di Ponorogo dengan report 5/9+10dB, namun tidak tercatat di logbook
karena Beliau keburu clear-off karena ada kepentingan.
Tanggal 19 Oktober 2009: pada frekuensi 7.060MHz dengan YC3DRG/2 di Rembang
dengan report 5/9+20dB, pada frekuensi 7.1MHz dengan YC7UU di Samarinda
dengan report 5/9+10dB, pada frekuensi 7.15MHz dengan YB6BS di Aceh
Darussalam dengan report 5/9+5dB, dengan YB7FT di Pontianak dengan report
5/9+5dB, dengan YC7DYY di Pontianak dengan report 5/9+.
Tanggal 20 Oktober 2009: morning ragchewing pada frekuensi 3.830MHz dengan
YC0LVD di Jakarta dengan report 5/9+30dB, YC1OTA di Bandung dengan report
5/9++, YD1LWB di Cicalengka Bandung Selatan dengan report 5/9+30dB.
Sebelum tanggal tersebut saya sempat QSO dengan Rekan di KTI namun tidak
terecord di logbook karena belum sempat tukar-menukar report dan data teknis, yaitu
dengan YC8NAK di Palu dengan report dapat diterima dengan baik.
Oh yaa, saya tambahi juga DX experience dengan menggunakan antenna ini pada
mode PSK-31 dan RTTY, berikut beberapa kutipan dari logbook saya : 10-Nov-09
dengan VK6JJJ (Perth- Aussie) mode RTTY, 13-Nov-09 dengan UA0FO (Yuzhno
Sakhalinsk - Russia) mode PSK-31, 14-Nov-09 dengan E21YDP (Bangkok –
Thailand) mode RTTY di 40M, 20-Nov-09 dengan VR2XLN (Hongkong – PR.
China) mode PSK-31 di 40M, 21-Nov-09 dengan JA1PRV (Tokyo – Japan) mode
RTTY di 15M.
Saya tambahi lagi record QSO saya pada acara Kebayoran Marathon Contest 2009
tanggal 26-27 Desember 2009 yang lalu, dengan antenna yang sama saya
mengumpulkan 117 QSO dengan rincian sesuai pada gambar dibawah.
Thanks untuk semua OMs diatas yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk mereport
eksperimen saya. Detail logbook silakan lihat dan click pada gambar.
105
Saya belum tahu persis bagaimana efisiensi dari Balun yang saya pergunakan, di dalam Balun
ini pasti terjadi loss daya karena ia adalah rangkaian pasif. Untuk mengurangi loss ini, kita
bisa antenna langsung dengan kabel twin-lead, kemudian biarkan Z-Matcher yang
menyesuaikan ke 50 Ohm. Dengan demikian loss yang terjadi hanya pada Z-Matcher saja.
Dalam konfigurasi eksperimen antenna saya terjadi 2 titik loss, yaitu di Z-Matcher dan 4:1
Balun.
Akhir kata, walaupun sistem antenna ini masih jauh dari sempurna dan efisien, namun saya
pribadi sudah cukup puas, minimum saya QRV untuk bekerja disemua band sesuai
previledge yang saya miliki saat ini.
106
Panjang Total Antenna (m) = 140.21 / frekuensi (MHz)
Panjang Total coax (m) = 99.06 / frekuensi (MHz)
Panjang Twinlead satu sisi = (Total Antenna - Coax) / 2
Frekuensi Total Antenna Panjang Coax Twinlead / Min. Tinggi dr Min. Tinggi ujung dr
(Mhz) (meter) (meter) sayap (meter) tanah (meter) tanah (meter)
Bagi yang kesulitan mencari kabel 300 ohm, dapat membuat sendiri Ladder Line 300 ohm
melalui rumus
d = 1.5 mm
S = 22.2 mm
d = 2.5 mm
S = 37.07 mm
107
Antenna Folded Dipole
108
7.05 20.502 0.408 237.5
04 November 2013
Ringkasan Survai Top Band (160m) di Indonesia (s/d Desember 1999)
110
Dari Buletin ORARI diperoleh keterangan bahwa
mendiang Adrian, YB0JH adalah operator WNI pertama
yang berhasil claim 100 DXCC Countries pada 160m.
From: Michael Bazley, VK6HD bazley@fullcomp.com.au; Date: Sun, 26 Jul 1998 10:09:45
+0800
Hi Jo, I have not been QRV on topband as 10 weeks ago I moved to a new QTH. Hope to
have the antennas up soon. From my computer records I have worked the following YB
stations and perhaps this may be of use to you.
YB7AAU 28 JAN 78 YB7AAA 29 JAN 78 YB9ADE 19 SEPT 81 YB5AES 4 DEC 82
YB5ASO 9 NOV 83 YB0ARA 4 FEB 84 YB2ARH 10 FEB 84 YB0JH 12 JULY 86
YB0TK 31 JULY 86 YB8AX 24 SEPT 88 YE8IT 24 SEPT 88 YB8AX/0 26 NOV 88
YE0AX 25 NOV 89 YB6AVE 8 NOV 92 YB1AQS 13 JULY 96 YF1OO 17 JAN 97
YC0LOW 19 JAN 97 YB0ARA/9 6 DEC 97 73 es dx de Mike VK6HD
*****
From: W7TSQ@aol.com; Date: Sun, 26 Jul 1998 13:21:59 EDT
Well Jo, I did some little 160 work back in about 1987-90 using a quarter wave sloper from
my 20 meter tower in Surabaya. Not very successful due to a noisy band I managed to work
9M2, VS6 and YB0. On one ocassion, I tried for VK8 and I was heard there 59 + but I could
not even hear the VK8 - we checked on 75. Bob, W7TSQ (ex-YB3ASQ)
*****
From: "Valeri Stefanov" lz2cjvis@mbox.digsys.bg; Date: Sun, 26 Jul 1998 20:06:47 +0300
Dear Jo ,I am sorry for giving you a wrong info. The callsign of the station worked was
YB5ASO and operator was John Sharpe. He now lives in Houston ,TX , USA. His former
address was c/o AMOSEAS ( DELTA RUMBAI) ,Killney Rd. P.O.Box 237 ,Singapore 9123.
QSL was received from W4BBP , equipment was an IC-720 A and PA - FL-2100.Ant -
Colinear. John's USA call is W5AB. He has been also holding the call:YB5AES. Hope I have
been helpful Jo.73's & DX. Wally LZ2CJ.
*****
From: "Anton Iriawan" ; Date: Wed, 22 Jul 1998 18:32:03 +0700
Hi OM Jo, Pada tahun 1982 s/d 1986 John Sharpe menggunakan YB5AES, Tahun 1986 s/d
1990 callsignnya diganti menjadi YB5ASO, jadi orangnya sama. home callnya kalau tdk
salah W5AU, John kembali ke America pd tahun 1990 dan terakhir saya ketemu John di 40M
CW QTH di San Fransisco, CA, namun terakhir saya dengar sdh pindah lagi, namun saya
akan coba minta informasi kalau bisa dapat alamatnya.John ini Amatir maniak, sejak umur
20 tahun dia sdh jadi HAM, dan terakhir dia pindah umurnya sdh 61 tahun, dan hobbynya di
CW saja dan DXCC 160m di Rumbai , Pekanbaru, sekitar 150 countries lebih. Just fer ur
referenc. 73 de Anton YB5QZ
*****
From: eldridge@direct.ca (Bob Eldridge); Date: Fri, 24 Jul 1998 11:35:36 -0700
Jo, in 1986 Yuswirman YD8QYM was interested in 160. At that time he was in North
Sulawesi. He would have some local information on activity around that time. Except for
YB0ARA, there is a remarkable absence of Indonesia 'spots' before you became active. I don't
know how long Lance (Low Band Monitor) keeps his 160 'spots' on file, but if he does keep
them he could maybe do a quick search. I started checking through 1996 manually but gave
up after not finding one! Good luck with your project. Bob VE7BS
*****
From: eldridge@direct.ca (Bob Eldridge); Date: Sat, 25 Jul 1998 05:37:10 -0700
Jo: I had some correspondence with Yuswirman, and know about the YD8 regulations. I
forgot to mention YB8AX. I have his card from 1988. John was QRV on Bunaken Island and
often had a good signal with 100W. 73, Bob VE7BS
*****
112
Date: Sat, 25 Jul 1998 05:49:29 -0700; From: lance
You and YB0ARA/9 have basically been the key players in the recent past. I do not recall
hearing anyone from INDONESIA except you two fellows. My friend W0YG runs a Packet
node and when we ran a search for YB and YC a few months ago YC0LOW and YB0ARA/9
were the only calls heard for five years on top band from Colorado. You are RARE in
Colorado. If I come up with any additional call data I will contact you. 73, Lance, K0CS
*****
Date: Mon, 27 Jul 1998 17:17:26 -0700; From: Dave Mueller n2nl@netpci.com
Jo , I'm sure you probably know him, but YB9ARA/0 was very active last winter on 160. Hope
I'll see you this winter on 160! 73, Dave, N2NL/KH2
*****
Date: Tue, 28 Jul 1998 23:19:13 -0400; From: Art & Linda Hubert n2au@lightlink.com
Hi Jo: I checked QRZ-DX for 1994 and 1995 and DX=MB (German DX Bulletin) for 1994
and 1995, there was no listing for an active YB stations on topband. When I get a chance,
will check other bulletins and old CQ magazines listing 160 meter DX contest. Looks like YB
was very rare on 160 meters. Art, N2AU
*****
Diposting oleh Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band di Senin,
November 04, 2013
Reaksi:
4 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
31 Agustus 2013
Antena-antena untuk DXpedisi Tim Orari pada LOW Bands
114
1. Korosi akibat kadar garam yang tinggi
2. Dampak de-tuning karena kondisi pasang-surut
Klik
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2013/08/catatan-
tentang-antena-vertikal-multi.html
115
propagasi greyline yang bisa dilakukan rutin harian, di waktu
setempat/lokal, sebagai berikut:
Diposting oleh Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band di Sabtu,
Agustus 31, 2013
116
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
28 Agustus 2013
Catatan tentang Antena Vertikal Multi-band dari George AA7JV
VERTIKAL
Desain yang paling sederhana adalah menggunakan kumparan
(coil) yang low-loss (sekitar 60 uH) di titik tengah kawat
antena untuk meresonansi antena TX pada 1,9 MHz. Gunakan
kawat tembaga yang berinsulasi, diameter 1,6 mm, untuk
radiator antena. Tekuk 30cm di ujung atasnya untuk
menciptakan diameter loop (1 feet) yang akan berfungsi untuk
kurangi tegangan (voltage) pada ujung kawat tsb dan untuk
tambahkan efek top-loading. Tambahkan induktor senilai
sekitar 8 uH di bagian bawah antena - antara dasar (base)
antena dan koneksi GND. Anda akan temukan titik ‘tap’ 50
Ohm pada induktor di sekitar tengah-tengahnya.
Untuk induktor tsb, gunakan ¼ inci pipa tembaga (atau pipa
AC mobil) atau kawat/pipa tembaga berdiameter besar. Untuk
band 80m gunakan relay untuk switch L-matching network
yang sesuai.
117
INVERTED-L
Pilihan alternatif adalah desain konfigurasi jenis inverted-L.
Pilih kawat tembaga enamelled yang tipis (kira-kira diameter
0,5mm) untuk bagian horisontal kawat antena transmisi ini
agar berat beban pada tiang vertikal SpiderPole - yang sangat
luwes - berkurang. Mungkin, Anda akan peroleh nilai SWR
yang baik dengan menghubungkan langsung coax 50 Ohm ke
feed-point tapi itu merupakan indikasi bahwa sistem ground-
nya berimpedansi tinggi dan itu mengakibatkan kerugian
(=loss) yang besar.
118
Untuk detil dan deskripsi antenna TX yang bisa mencakup
semua band seperti yang digunakan oleh VK9GMW, silakan
lihat
http://vk9gmw.com/documents/VK9GMW_ANTENNA.pdf
Antena tsb bekerja baik karena ada air laut di bawahnya,
namun dengan jumlah radials yang cukup, Anda akan
dapatkan kinerja yang juga baik di atas tanah.
Klik juga
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2009/03/vk9gmw-
mellish-reef-tabah-sampai-akhir.html
Diposting oleh Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band di Rabu,
Agustus 28, 2013
Reaksi:
1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
22 Agustus 2013
Saran Pembelian Modul-modul Transceiver Elecraft K3
119
uang sebanyak-banyaknya. Tapi, itu bisa jadi sesuatu yang
mubazir. Apalagi, biaya tersebut masih belum termasuk
ongkos kirim dan pajak-pajak masuk/impor ke tanah air. Juga,
pada saat menulis ini, kurs 1 dollar AS = Rp 11.282.-
KRX3 (kit)-> OK
KTCX03-1 TCXO-> buat apa?
120
2.1K (untuk optimum SSB, dan gunakanlah WIDTH control
untuk CW)
KFL3A-6K (ESSB) -> Apakah mau main dengan moda
AM?
KFL3A-2.8_2.7sw-> Standard/default basic K3 adalah 2.7
kHz
KFLMATCH-> kalau beli ini, pilih filters Anda yang 5-pole
(kaki)
Dari butir #1 dan #4, bisa dihemat $340. Dana tsb bisa dipakai
untuk beli asesories lain.
5. Saya tidak beli ATU sepanjang antena TX baik kondisi
SWR-nya. Saya gunakan linear amplifier Acom 1000 yang
punya fitur True Resistance Indicator (TRI) pada plate load-
nya
6. VFO A/B nya cukup adekuat utk operasi split, CW.
Namun bila Anda bermaksud memakai fitur diversity rx,
maka modul 2nd RX harus dibeli.
7. Saya senang gunakan diversity rx pada K3. Hasil
penerimaan sinyal menjadi stereo karena dua receiver yang
identik bila dilengkapi dengan opsi KRX3. Misal, antena
Beverage utk Main RX dan antena 4-square pada Sub
RX. Amat berguna utk copy sinyal lemah dari arah yang
122
sama, atau pada saat kontes - Anda bisa copy sinyal dari dua
jenis antena dan dua arah yang berbeda (audio output dikirim
ke speaker headphone kiri dan kanan/L-R) secara simultan.
Berdasarkan bunyi -mana yang terdengar lebih jelas - pada
speaker, dengan cepat Anda bisa mengidentifikasi sinyal yang
berasal dari arah VK atau yang dari arah VQ9.
8. Saya tidak beli filter SSB. Namun, saran saya, belilah
filter 1,8k bila Anda penyuka kontes/moda SSB. Width
control pada K3 sudah bisa mereduksi SSB RX audio dgn
baik. Filters lainnya, menurut saya, tidak perlu.
9. Mikrofon Kenwood MC-60 bisa dicolok langsung. K3
punya fitur TX EQ untuk atur respon frekuensinya.
10. Saran, belilah KXV3A (rx ant module). Penting untuk
160m, CW.
11. Saran saya: "keep it simple". Opsi-opsi untuk fitur yang
terlalu banyak akan membuat banyak muatan pada kotak K3
yang kecil menjadi penuh. Itu bisa membuat “bola liar”
Lagi, preferensi Anda pasti tidak sama dengan saya. Semoga
bermanfaat.
Lihat juga
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2011/03/transcei
ver-baru-di-cinere-maret-2011.html
Diposting oleh Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band di Kamis,
Agustus 22, 2013
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
09 Agustus 2013
123
Tambahan Informasi untuk Operasi YB9Y pada Top Band (160m)
Gbr. 1. Wisnu YB0AZ, Jo, YC0LOW, Dervin PD9DX dan Heri YB1KAR (kiri - kanan) di
PIM, Jakarta, Oktober 2013
124
Beruntung ada internet! Selain mengamati hasil tim survei
pendahuluan pada Mei 2013, saya juga lebih mudah
memperoleh referensi berupa catatan-catatan dari tim-tim lain
yang pernah ber-DXpedisi di Palau, sebuah republik kecil di
samudera Pasifik yang berdekatan dengan pulau Brasi di
Mapia. Menurut situs web YB9Y, lokasinya kelak hanya
berjarak sekitar 627 kilo meter dari Palau - atau Belau, ini
sedikit lebih jauh dari pada jarak antara Jakarta ke Magelang,
Jawa Tengah.
Setidaknya ada tiga stasiun DXpedisi ke T88 (sekarang T8)
yang patut dicatat dalam kaitannya dengan operasi pada top
band (160m), yaitu T88II (1998), T88AA (2009) dan T8CW
(2011).
126
dia dan kawan-kawan di antara pukul 08:40 dan 12:00Z.
Pada akhir Desember 2011, ada stasiun T8CW op. Ryosei
JH0IXE. Namun, hanya sedikit data tentang aktivitas stasiun
ini pada top band kecuali kabar bahwa dia mengalami
blackout karena listrik padam di Palau.
127
Saya kutip pendapat Thor, TF4M tentang band ini: 160 meters
is a serious band, it should be treated with respect;
Terjemahan bebasnya: 160 meter adalah band serius,
sebaiknya itu [band ini] diperlakukan dengan
respek/penghargaan.
Kalau Anda setuju, klik:
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2011/12/korespond
ensi-dengan-thor-tf4m.html
Diposting oleh Jo, YC0LOW, pemegang award DXCC dari ARRL pada 5 band di Jumat,
Agustus 09, 2013
Reaksi:
Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
03 Agustus 2013
Konsep Dasar tentang Antena-antena (TX & RX) pada LOW Bands untuk
YB9Y
128
Walau Bras ada di atas garis katulistiwa, secara teoretis, letak
pulau berpenduduk itu masih tidak jauh dari kawasan ekuator
sehingga tim YB9Y belum boleh berharap untuk bisa
terhindar dari derau (noise) atau thunderstorms (static
crashes) pada top band (160m). Lihat: titik lokasi OC-276
pada peta azimuth di bawah ini.
130
Jumlah QSO pada tiga LOW bands di statistik di atas,
diperoleh dengan antena dipole dan didominasi oleh moda
CW.
Lihat
juga http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2013/08/tamb
ahan-saran-saran-untuk-operasi-yb9y.html
Inilah bukti bahwa sebuah antena TX - dalam hal ini sebuah
dipole - yang pembuatannya memenuhi syarat-syarat desain
dan teknis, apalagi bila digunakan di dekat pantai/air laut,
akan berhasil memuaskan – walaupun ketinggian feedpoint-
nya relatif rendah.
1a. Mengingat bahwa YB9Y akan dioperasikan dari provinsi
Papua, dan juga merupakan aktivasi perdana IOTA (OC-276),
maka saya sarankan kepada timnya agar mencoba antena TX
jenis vertikal untuk band 160m. Tujuannya tetap: memberi
peluang sebesar-besarnya kepada tiap stasiun (DXer, IOTA
chasers, QRP-er dll) untuk ber-QSO dengan stasiun langka
dari Indonesia.
Di Indonesia, popularitas antena vertikal untuk TX pada LOW
band DXing sangatlah rendah. "Tak kenal maka tak sayang,"
131
kata pepatah. Terlalu sedikit yang kita ketahui tentangnya.
Pemahaman hanya terbatas pada kesimpulan “tidak punya
gain” atau “penerimaannya yang jauh lebih buruk ketimbang
dipole”.
Namun, bila dipertimbangkan beberapa hal yang ditulis di
atas, utamanya keuntungan berlokasi di pinggir pulau di
kawasan dekat laut Pasifik, maka antena TX vertikal patut
dicoba oleh tim YB9Y. Antena vertikal akan memberikan
take-off angle yang rendah untuk long-haul DX - terutama
pada band 160m.
Dengan begitu, bertambahlah pengalaman baru untuk lebih
mengenal karakter antena TX.
1b. Sebagai referensi, jarak QTH saya di Cinere (grid loc:
OI33jp) ke Bras, PJ70dv, adalah 3.160 km. Tampaknya,
peluang bagi YB9Y di Bras untuk ber-QSO dengan top
banders (W/VE) di benua Amerika Utara di pantai barat dan
pantai timur dan di JA-land, akan paling terbuka lebar karena
jarak yang lebih dekat ke Amerika Serikat dan Kanada bila
dibandingkan dengan lokasi YC0LOW di Cinere dan/atau
YC0LOW/1 di Radioland, Subang, Jawa Barat, atau bila
dibandingkan oleh stasiun YB/YC manapun yang beroperasi
pada topband dari Jawa.
Pemilihan masa operasi YB9Y pada Oktober 2013 adalah
tepat karena musim low band sudah dimulai. Semua
penggilanya sudah siap bertempur sejak September.
Di musim gugur tsb, perambatan sinyal secara long path dari
YB-land ke pantai timur Amerika dan Kanada adalah proses
alamiah yang terpanjang yang mungkin terjadi karena
bertambahnya waktu gelap (common darkness). Selain
kondisi propagasi, greyline dan musim, masih diperlukan
banyak faktor lain untuk mewujudkannya. Bagi saya
132
kesempatan ini amat sexy dan menantang!
Bagaimana peluang bagi stasiun-stasiun dari kawasan
Amerika Selatan (SA)?
Setelah mengulas pemilihan musim dan lokasi pengoperasian,
kampanye YB9Y yang lebih dini dan lebih gencar di
internet membuat saya yakin bahwa akan terjadi lebih
banyak top band QSO dengan mereka - setidaknya dengan
stasiun-stasiun dari PY-land yang populasinya lebih banyak
bermukim di kawasan pantai timur Brasil.
Operator top band pada YB9Y harus seorang yang jeli dan
berwatak tenang. Dia fokus dalam tugas mencetak sejarah.
Pemahamannya tentang mekanisme propagasi dan waktu sun-
rise dan sun-set di Bras dengan kawasan sasaran dari YB9Y
akan berpotensi besar untuk merealisasikan peluang langka
seperti ini pada LOW bands. Sesekali, dia harus cek kondisi
band pada 80m juga.
133
Untuk itu, jangan buru-buru tutup warung pada top band bila
waktu sun-rise sudah lewat di Bras. Cobalah dari sekarang
membuat peta propagasi greyline dari Bras ke beberapa lokasi
di planet ini.
1c. Dari Bras, qso 2-arah antara YB9Y dengan stasiun-stasiun
di Eropa – terutama di kawasan bagian barat- bukanlah
mudah
Kawasan Pasifik adalah dead-spot (titik mati) bagi operator-
operator di EU, jaraknya yang jauh membuat sulit tapi
sekaligus most wanted. Dugaan saya, sinyal YB9Y akan baik
ke sana namun justru di kawasan EU akan terjadi anarki
karena operator saling berebut. YB9Y akan sangat diminati
oleh DXer pemburu negara DXCC dan -sekaligus- IOTA
baru. Pasti ramai!
134
Tim YB9Y di Cengkareng, Banten, 20 Oktober 2013
Operator 160m pada YB9Y dipastikan akan terjebak di
tengah 'EU-zoo', sebuah istilah yang menggambarkan kondisi
yang tak terkendali dalam heavy pile-up. Karenanya, beberapa
jenis antena penerima, misal: coax-loop atau DHDL,
sebaiknya juga disiapkan agar bisa atasi kondisi penerimaan
(RX) yang sulit.
Selain antena RX sebagai tambahan perangkat keras
(hardware), untuk mengatasi potensi 'kegilaan' seperti itu,
YB9Y bisa menggunakan brainware.
Operator 160m di YB9Y harus berwibawa dan taat asas untuk
memanggil kawasan tertentu secara spesifik dengan mengirim
tanda 'EU', 'JA' atau -bahkan- 'SA' dalam panggilannya (misal:
CQ CQ EU EU DE YB9Y K. Bila kondisi propagasi tidak baik
ke EU melainkan kinclong ke JA, maka operator YB9Y bisa
beralih, memanggil dan melayani stasiun JA. Lid atau
alligator harus dihukum secara tegas! Dalam pile-up yang
tebal, jangan melayani panggilan bergaya tail ending karena
kita bisa rempong sendiri...
Operasi QSX UP-2 atau bahkan free-split adalah baik untuk
mencairkan kentalnya antrian stasiun yang chaos. Pokoknya,
jaga ritme dan kendali QSO harus ada di operator YB9Y -
bukan lainnya!
135
2. Antena untuk RX:
Apa tujuan penggunaannya? Secara garis besar, antara lain:
Dapatkan signal-to-ratio (S/N) terbaik.
Antena yang memiliki sudut penerimaan (RX) yang sempit
pada main-lobe-nya ke arah yang diinginkan akan
mengeliminasi derau alam berupa static yang tidak
diinginkan (unwanted noise). Antena RX seperti itu, pada
gilirannya, akan memperbaiki S/N ratio terutama pada LOW
bands (40m, 80m dan 160m)
Reduksi QRM (man-made noise)
Antisipasinya adalah heavy pile-up pada LOW bands. Karena
geografi lokasinya maka –setidaknya- perlu 2 (dua) buah
antena RX yang diarahkan ke:
a. Timur Laut= 40° ( ke arah Amerika Utara-W/VE)
b. Barat Laut= 310° (ke arah Eropa Barat)
Dari besaran derajat sudutnya, sudah terbayang arah yang
dituju.
Diasumsikan penerimaan YB9Y ke arah Jepang akan baik
karena lokasinya relatif dekat dan terbuka. Dalam pile-up,
disiplin para operator dari JA selalu mengagumkan saya.
Dapat pula dicoba antenna RX loop ala N6RK yang diarahkan
khusus ke JA. Antena ini akan menjadi 'senjata' yang ampuh
untuk menjaring stasiun-stasiun dari negeri matahari terbit itu
- tanpa terganggu dengan sinyal-sinyal penelisik yang berasal
dari "kebun binatang" di EU
Untuk moda phone/SSB, saya berharap operator–operator
136
YB9Y pada 160m, 80m dan 75m (SSB) dapat menggunakan
antena RX yang khusus.
Kami tidak menyarankan pemakaian antena RX yang khusus
untuk 40m karena pada band tsb tingkat derau/static yang
lebih rendah, level sinyal yang lebih kuat (dari pada 80/75m,
160m). Ingat: bagi seorang top band DXer, band 40m
adalah seperti band 15m-nya hi-band DXer. Amat mudah.
Optimalisasi/maksimalisasi Konstruksi dan SDM
Membaca bahwa masa operasi YB9Y amat singkat (20-28
Oktober 2013) yaitu hanya mengudara selama delapan
hari (lihat jadwalnya di http://yb9y.com/) maka ini bisa
menjadi kendala tersendiri. Diperlukan optimalisasi dan
maksimalisasi.
Untuk menghindari intereferensi silang, disarankan agar
stasiun 80m CW dan 75m SSB beroperasi dari dua tempat
yang cukup jauh terpisah. Namun, belum tentu cukup waktu
untuk mewujudkannya. Sehingga, sangat mungkin, tim YB9Y
hanya berpeluang untuk mendirikan satu stasiun yang akan
bekerja pada band yang sama namun mode yang beda.
Diperlukan transmatch.
Saran saya:
Solusi untuk RX:
a. Bawa kawat antena dan transformator 9:1z untuk antena
Beverage atau reversible Beverage (tergantung kebutuhan,
sambil mencoba apakah benar Beverage tidak bekerja baik di
kawasan pantai *).
Dengan sistem reversible Beverage untuk RX maka YB9Y
bisa memperoleh penerimaan dari dua arah melalui satu
137
bentangan kawat twin-wire WD-1A. Walau perlu sebuah
switch yang noiseless, operator YB9Y bisa memilih dua
output pada hamshack misal sinyal-sinyal dari arah 310° dan
sekaligus dari arah 45°
* menurut Eric Scace K3NA (k3na@arrl.net), Manajer
Teknik VP6DX: "produk antena Beverage (RX) yang dibuat
dengan benar akan bekerja baik di atas tanah kering, berbatu
bahkan di pinggir pantai. Hanya saja hasilnya tidak baik bila
dipasang di atas bebatuan yang dikelilingi oleh air laut. Itu
terbukti pada Mellish Reef VK9ML (2002), Rodrigues Island
3B9C (2004) dan St Brandon’s Île du Sud 3B7C (2007)"
“It proved that Beverage antennas work as designed when mounted over dry, stony earth –
even when adjacent to salt water. Beverage antennas work poorly when installed over stony
earth impregnated with salt water, as was the case at Mellish Reef” katanya (huruf
tebal/bold dari saya – Jo).
138
04 November 2013
Ringkasan Survai Top Band (160m) di Indonesia (s/d Desember 1999)
139
Dari 13 kuesioner yang saya kirimkan ke operator
YB/YC, saya hanya menerima balasan dari Anton,
YB5QZ di Pekanbaru. Terima kasih.
Sejak 1981, hanya tercatat 19 stasiun YB yang pernah
ada pada 160m DX
Hanya ada 7 operator Warga Negara Indonesia (s/d Des
98). 12 lainnya adalah WNA (11 Amerika, 1 Jerman:
YB1AQS, Bandung).
Stasiun pertama yang dicatat oleh Mike, VK6HD,
adalah: YB7AAU 28 JAN 1978
Stasiun WNI pertama yang tercatat adalah YB0JH op.
Adrian (12 Juli 1986).
Sejak 1981, call area di Indonesia yang tak pernah
tercatat muncul pada 160m adalah: 4 (Lampung, SumSel,
Jambi).
Yuswirman, YD8QYM, di Manado menyatakan
minatnya bekerja DX 160m kepada Bob, VE7BS,
melalui korespondensi surat (1986). Tak ada kabar
lanjutan.
Dari Buletin ORARI diperoleh keterangan bahwa
mendiang Adrian, YB0JH adalah operator WNI pertama
yang berhasil claim 100 DXCC Countries pada 160m.
141
Antena TX Dipole 80m Baru dengan Ladder-line 450 Ohm
142
Gbr.1. Diagram sistem antena, tuner dan transceiver. Klik untuk memperbesar
Gbr. 3 Di sisi kiri gambar terlihat alas dan kaki menara triangle setinggi 30m (atas)
143
Gbr. 4. Satu rol ladder line 450 Ohm
Gbr. 7. Feedpoint dan kawat radiator antena TX dikerek pada tiang triangle
145
Lagi pula, antena klasik ini sudah punya hubungan asmara
yang setia dan bergairah dengan para ham sejak puluhan
tahun lalu!
Gbr. 1. Isi perut MFJ 989Cadalah T-Network. Kiri atas (dilingkari) adalah sebuah balun 1:1
147
2011/10/6 bam yb0ko/1 menulis di OrariNews
OM Daryono,
Di primbon/khazanah per-antena-an, antena yg dipake di
YC0LOW ini disebut the Classical Multiband DOUBLET (jadi
bukan Dipole), yg dengan flat-top sepanjang 135 ft disebut-
sebut bisa bekerja 160-10m
OM Jo,
Di e-QSP edisi-2 (insyaAllah bisa dilauns week end ini) sy hi-
lite Carolina Windom Compact 80, yg bentangannya cuma 20
mtr, yg kaya’nya bakal lbh “pas” utk rekans berlahan cekak yg
pingin ikutan main di low-band …
73,
[bam]
149
2011/10/7 Jo YCØLOW membalas di milis yang sama
Bedanya ada yang built-in dan ada pula yang optional (seperti
Palstar AT2K). Klik:
http://topbanddxdiindonesia.blogspot.com/2011/09/palstar-tuner-di-yc0low-agustus-2011.html
150