Anda di halaman 1dari 12

SEMINAR NASIONAL X

SDM TEKNOLOGI NUKLIR


YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176
ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ASPEK
KELISTRIKAN PADA BENGKEL MEKANIK STTN BATAN
YOGYAKARTA

Zaenal Abidin, Rachmat Hidayat, Ign. Agus Purbhadi


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
Jalan Babarsari PO BOX 6101, Yogyakarta 55281 E-mail : Zaenala6@gmail.com

ABSTRAK

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ASPEK KELISTRIKAN BENGKEL


MEKANIK STTN BATAN YOGYAKARTA. Telah dilakukan penelitian tentang keselamatan dan kesehatan
kerja pada bengkel mekanik STTN BATAN meliputi pengamatan terhadap potensi bahaya dengan metode
PHA (Preliminary Hazard Analysis), pengukuran terhadap instalasi listrik yang sesuai dengan PUIL 2000
(Peraturan Umum Instalasi Listrik) dengan mematuhi aspek keselamatan yang ada. Bengkel mekanik
merupakan sarana kegiatan untuk perbaikan, perakitan, sampai pembuatan bahan yang di dalamnya
memiliki potensi bahaya yang menyangkut keselamatan manusia dan peralatan / mesin listrik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis bahaya adalah tangan terjepit, terkena sengatan listrik, tertimpa logam
berat, dan lain-lain. Tingkat risiko bahaya yang terdapat di bengkel mekanik memenuhi semua kategori yaitu
Negligible (dapat diabaikan), Catastrophic (kecil), Critical (keadaan kritis), dan Marginal (bencana besar).
Gambar instalasi listrik telah dibuat, hasil rugi-rugi tegangan < 5%, pentanahan PHB 20 Ohm.
Kata kunci: K3, Bengkel mekanik, bahaya, PHA, kelistrikan

ABSTRACT
ANALYSIS OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY ASPECTS OF ELECTRICAL MECHANICAL
WORKSHOP STTN BATAN YOGYAKARTA. Has done research on occupational health and safety
(OHS) at the mechanical workshop STTN BATAN include observations of the potential hazard to the
method of PHA (Preliminary Hazard Analysis), the measurement of electrical installations in accordance
with PUIL 2000 (General Electrical Installation Regulations) to comply with existing safety aspects.
Mechanical workshop activity is a means to repair, assembly, until the creation in which materials have
the potential hazards related to human safety and equipment / electric engine. The results showed that the
type of hazard is a hand pinch, electric shock, hit by heavy metals, and others. Hazard level contained in
the garage mechanic meets all categories: Negligible (negligible), Catastrophic (small), Critical (critical
condition), and the Marginal (catastrophic). Figure electrical installation has been made, the results of
voltage losses <5%, 20 Ohm grounding PHB.
Keywords: OHS, , mechanical workshop, danger, PHA, electricity

PENDAHULUAN prosedur peralatan mesin semakin menambah bahaya


Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN kecelakaan kerja.
Yogyakarta merupakan salah satu perguruan Mengingat begitu pentingnya fungsi
tinggi kedinasan di Indonesia yang mempunyai bengkel mekanik juga besarnya potensi bahaya
fasilitas berupa ruang kelas dan beberapa yang terdapat di dalamnya, peneliti akan mencoba
Laboratorium, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir untuk melakukan identifikasi bahaya, pengukuran
(STTN) terdiri dari 4 (Empat) lantai yaitu lantai aspek kelistrikan mengenai instalasi listrik, dan
I, II, III, dan IV salah satunya adalah Bengkel melengkapi tanda komunikasi Keselamatan dan
Mekanik yang berada di Lantai I. Mesin-mesin listrik Kesehatan Kerja (K3). Hal tersebut berdasar pada
yang terdapat pada bengkel mekanik memiliki potensi Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang K3 juga
bahaya, seperti terjepit, tertimpa, kebakaran, hingga peraturan perundang-undangan K3 serta standar-
tersengat listrik. Kurang lengkapnya tanda komunikasi standar K3 yang meliputi aspek K3 listrik yang
tentang keselamatan kerja di bengkel mekanik, serta didasarkan pada PUIL (Persyaratan Umum Instalasi
Listrik) sehingga dapat meminimalkan bahaya-
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

bahaya yang ada dan menjadikan tempat belajar - Sifat potensi bahaya dari bahan baku,
mengajar tersebut menjadi tempat belajar mengajar pertengahan proses, katalis, limbah dan produk
yang aman dan nyaman baik bagi Dosen/Karyawan akhir.
maupun Mahasiswa STTN-BATAN. - Peralatan/perlengkapan pabrik
- Lingkungan operasi
TEORI
- Prosedur operasi
Berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun - Denah instalasi
1970 Tempat kerja merupakan ruangan atau - Pelindung kebakaran dan perlengkapan
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, keamanan
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering
Klasifikasi potensi bahaya yang ada pada beberapa
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
kategori yaitu:
dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya.
- Kategori I : Negligible (dapat diabaikan)
Tujuan keselamatan kerja menurut
Permenkertrans, (1970) adalah untuk : - Kategori II : Marginal (kecil)
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. - Kategori III : Critical (keadaan kritis)
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan
- Kategori IV : Catastrophic (bencana besar)
kebakaran.
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. Instruksi kerja merupakan prosedur tertulis
4. Memberikan kesempatan atau jalan yang memuat alur proses mempunyai sifat lebih
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau rinci dan teknis. Kegunaan instruksi kerja adalah
kejadian-kejadian lain yang berbahaya. untuk mengarahkan pengguna bengkel yang bekerja
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan. agar tidak melakukan kesalahan operasional secara
6. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada teknis. Instruksi kerja bersifat informatif yang
pekerja. mudah dibaca dan dipahami. Bentuk instruksi kerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya dapat berupa gambar, bagan arus, atau perintah
penyakit akibat kerja baik fisik maupun fisis, singkat dengan menggunakan bahasa yang mudah
peracunan, infeksi dan penularan. dimengerti seperti contoh dengan menggunakan
8. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat poster (Rausand, M., 2005,)
kerja, lingkungan, cara dan proses kerja.
Keselamatan Listrik
PHA Sengatan listrik adalah hazard utama pada
Preliminary Hazard Analysis adalah teknik manusia. Sengatan listrik terjadi bila badan atau
awal dari sebuah analisis bahaya pada suatu tempat anggota badan bersentuhan dengan sumber arus
kerja. Bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya dan listrik. Arus ini akan mengalir di dalam tubuh
kontrol yang diperlukan untuk tindak lanjut. manusia dan terus ke bumi untuk dinetralkan.
Mengklasifikasikan peringkat peristiwa kecelakaan Dampak sengatan listrik ini berdampak serius dan
sesuai dengan tingkat bahayanya. dapat mengakibatkan kematian. Arus yang cukup
Di dalam PHA, ada elemen dasar dari menyebabkan fungsi anggota tubuh rusak seperti
sistem dan potensi-potensi bahaya yang menarik otot, gagal jantung dan melumpuhkan sistem
perhatian, yang mana dapat didefenisikan di tahap pernapasan (Braunschweger. dkk, 1978),
konsep desain. Daftar ini dapat termasuk:
Tabel 1. Batasan arus yang berpengaruh terhadap tubuh manusia
Kategori DC AC Pengaruh /Akibat
- Arus yang Lewat ini lemah sekali, sehingga
0.01 - 1 mA kita hanya merasakan seperti semut yang
berjalan diatas tubuh kita.
I 80 mA 5 15 mA - Arus ini dapat membuat otot kejang.kaku,
tapi syaraf masih bekerja baik

15 25 mA - Syaraf kita tidak dapat berfungsi dengan baik

Tekanan darah naik, denyut jantung tidak


II 80-300 mA 25-80 mA beraturan lagi, pingsan. Dan 50 mA dan
25 detik
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

300 mA 80 mA Pingsan dan denyut jantung bergetar cepat


III sekali, dan dalam waktu 0.3 detik tidak akan
3 8 A 3 8A dapat tertolong lagi
Tidak dapat tertolong lagi, denyut jantung
IV 3A 3A
berhenti, terbakar.
Untuk arus bolak-balik satu fase penampang
Pentanahan minimumnya
Menurut PUIL 2000 pasal 202 c.3 semua 2.L.I .
S=
bagian logam dari instalasi bagian tegangan rendah Vr
kesemua tempat, pada keadaan normal tidak boleh (2)
bertegangan sedapat mungkin harus dihubungkan Untuk arus bolak-balik tiga fase penampang
dengan tanah. Begitu pula untuk bagian-bagian minimumnya
logam yang berdekatan dengan instalasi atau
bagian-bagian yang bertegangan tinggi, sedapat 2 . L . I . . 3
S= (3)
mungkin harus dihubungkan dengan tanah secara Vr
langsung.(PUIL, 2000).
dengan:
Hubungan tanah berguna untuk menjaga
keselamatan terhadap jiwa manusia dari bahaya- S= Penampang kawat minimum agar rugi-rugi
bahaya tegangan singgung atau terkena stroom. Bila tegangan sesuai dengan peraturan (mm2)
ada kerusakan-kerusakan pada isolasi di instalasi Vr= Rugi-rugi tegangan yang diperkenankan antara
atau bagian yang bertegangan. Maka bagian-bagian kawat (volt)
logam yang berada didekatnya yang sebetulnya
L= Jarak dari sumber ke beban (m)
tidak boleh bertegangan menjadi bertegangan.
Maka apabila bagian yang bertegangan jika = Tahanan jenis dari penghantar (ohm mm2/
disentuh akan membahayakan jiwa manusia yang meter)
menyentuhnya. Untuk menghindari hal tersebut, I= Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)
maka bagian logam tersebut harus dihubungkan
dengan tanah. Karena dihubungkan dengan tanah,
Rugi-rugi tegangan
maka bagian logam tersebut apabila bersinggungan
dengan dengan bagian yang bertegangan, akan Dalam sistem tenaga listrik, besar
mengalir langsung ke tanah yang besar (Suwarno, tegangan yang diterima oleh suatu tempat dengan
2005) tempat lainnya akan berbeda dari satu sumber
tegangan yang sama, pasti tegangan yang diterima
Penentuan ukuran penghantar cabang
oleh tempat yang lebih jauh dari sumber tegangan
Hantaran cabang yang melayani satu motor akan lebih kecil dari pada tegangan yang diterima
saja ukurannya dipilih sedemikian rupa sehingga oleh tempat yang lebih dekat dengan sumber
kemampuan dalam mengalirkan arus minimum tegangan tersebut.
125% I pada beban penuh dari mesin atau motor Perhitungan rugi-rugi tegangan dapat dilihat pada
tersebut. rumus berikut (Noname, 2011)
Dan apabila yang dilayani lebih dari satu
motor, maka kemampuan dalam mengalirkan arus (4)
dipilih besarnya 125% In yang terbesar ditambah
dengan arus beban penuh dari motor atau mesin
yang lainnya.
Vd = I R (cos + j X sin )
Apabila hantarannya panjang maka harus
dicek apakah rugi rugi tegangannya tidak melebihi Vd = I R (cos + j 0 sin )
batas yang diperkenankan yaitu 5%. Adapun untuk Vd = I R (cos + 0)
mengecek ukuran penampang agar tidak melebihi Vd = I R cos
batas rugi-rugi tegangannya (Isnu, R., 1979)
adalah: Keterangan:
Untuk arus searah penampang minimumnya R = Hambatan kawat penghantar (Ohm)
2.L.I . = Hambatan jenis kawat penghantar (ohm
S= mm2/ m)
Vr
(1) i = Panjang kawat penghantar (m)
A = Luas kawat penghantar (mm2)
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

Vd = Drop tegangan (volt) Kategori 1 Kerusakan sistem yang kecil namun


tidak menyebabkan cedera/luka
terhadap pekerja, pelepasan bahan
kimia kepada lingkungan, atau
HASIL DAN PEMBAHASAN paparan terhadap sistem operasi.
Pengamatan untuk keselamatan dan Paparan dalam skala kecil terhadap
kesehatan kerja pertama kali dilakukan dengan Kategori II
manusia
metode PHA. Ada beberapa kategori bahaya ini
diadopsi dari teknik identifikasi bahaya PHA Menyebabkan luka kecil terhadap
(Preliminary Hazard Analysis). Setiap kategori manusia, terkena paparan bahan
bahaya secara umum didefenisikan sebagai bentuk kimia berbahaya atau terkena
Kategori III
tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu radiasi, atau kebakaran, atau
kecelakaan kerja. Pembagian kategori bahaya ini pelepasan bahan kimia kepada
berdasarkan tingkat kerugian yang dialami seperti lingkungan.
Tabel 2. Luka berat atau kematian bagi
Kategori IV
manusia.

Tabel 2. Kategori bahaya


Kategori
Kerugian
bahaya
Tabel 3. Data hasil identifikasi bahaya

Potensi Kategori
No Efek Utama Cara menanggulangi bahaya Keterangan
bahaya Bahaya
Terkena api Memakai APD Pada saat pengelasan
1 Fisik III
las Pakaian khusus Las
Terkena Memakai APD Pada saat pengelasan
2 Fisik III
logam panas Memakai sarung tangan las
Tersengat
Jangan menyalakan Pada saat pengelasan
Elektr listrik
3 IV peralatan listrik jika ada
ik tegangan
bagian kabel yang cacat
tinggi

Jangan menyalakan api las Pada saat pengelasan


4 Fisik Kebakaran III didekat bahan yang mudah
terbakar

Gangguan Memakai APD topeng las Pada saat pengelasan


5 Fisik II
penglihatan pada saat mengelas
- Memakai APD
Tangan dan - Memakai alat bantu Pada saat memindahkan benda
6 Fisik II
jari terjepit Untuk meletakkan benda yang berat
kerja
Telinga
terganggu Memakai APD Pada saat mengoperasikan
7 Fisik II
akibat suara Memakai Ear plug mesin gerindra
bising
8 Fisik Terkena batu II -Memakai APD Pada saat mengoperasikan
gerindra -Memasang pelindung mesin gerindra
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176
pada mesin
Terkena -Memakai APD
Pada saat pengoperasian mesin
9 Fisik serpihan I -Memakai kacamata bubut, frais
logam pelindung
- Memotong rambut yang
Rambut
panjang Pada saat pengoperasian mesin
10 Fisik terpelintir III
- Memakai penutup bor
mesin bor
Kepala
- Penempatan material
Tertimpa yang baik
11 Fisik I -
beban berat - Pemindahan material oleh
Beberapa orang
Jari -Perhatikan prosedur kerja Pada pengoperasian saat mesin
12 Fisik III
terpotong -Hati-hati gergaji

ASPEK INSTALASI LISTRIK


Gambar Instalasi
Gambar situasi dan pengawatan bengkel mekanik harus ditunjukkan dengan jelas tempat
dimana peralatan mesin listrik akan dipasang seperti ditunjukkan pada Gambar 1. dan Gambar 2. di
bawah ini;

Gambar 1. Denah situasi bengkel mekanik


Keterangan :
1 = mesin bubut besar

2 = mesin bubut kecil


SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

3 = mesin scrab

4 = mesin fraiz

5 = mesin bubut kecil (rusak)

6 = mesin gergaji (rusak)

7 = mesin las besar

8 = mesin gerindra1

Peta pengkabelan bengkel mekanik digambar sesuai dengan keadaan yang


Dengan peta pengkabelan sebenarnya atau jika ada mengacu peta
diperlihatkan hubungan antara bagian- perencanaan instalasi listrik yang lama.
bagian suatu instalasi listrik. Dalam Peta pengkabelan bengkel mekanik
menggambar saluran pengkabelan, ditunjukkan pada Gambar 2. di bawah
saluran tersebut sedapat mungkin ini.

Gambar 2. Peta pengkabelan bengkel mekanik

Pengukuran drop tegangan adalah multimeter. Hasil pengukuran seperti


Pengukuran tegangan sangat berguna yang ditunjukkan pada Tabel 4,5,6, dan 7 di
untuk mengetahui adanya drop tegangan atau bawah ini.
tidak pada suatu instalasi. Alat yang digunakan 1. Pengukuran tegangan pada PHB 1 bengkel
2. mekanik sebelah timur (volt)

Tabel 4. Pengukuran tegangan PHB 1


No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176
1 405 225 402 230 400 220
2 402 222 405 225 405 225
3 406 226 403 224 400 221
4 405 220 405 225 400 220
5 405 230 400 220 390 225
6 400 220 400 225 405 220

3. Pengukuran tegangan pada kontak tusuk sesuai PHB 1 bengkel mekanik sebelah timur (volt).
Tabel 5. Pengukuran tegangan tusuk kontak PHB 1
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 404 223 402 226 400 218
2 400 224 402 220 403 223
3 403 221 396 224 395 220
4 402 220 405 223 398 220
5 405 228 400 220 390 223
6 400 220 400 225 405 220

4. Pengukuran tegangan pada PHB 2 bengkel mekanik sebelah barat (volt)


Tabel 6. Pengukuran tegangan PHB 2
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 406 228 402 225 390 220
2 403 224 403 224 403 223
3 400 225 407 220 406 224
4 408 226 402 223 402 226
5 402 226 400 225 400 220
6 406 220 405 226 403 224

5. Pengukuran tegangan pada kontak tusuk sesuai PHB 2 bengkel mekanik sebelah barat (volt).
Tabel 7. Pengukuran tegangan tusuk kontak PHB lama
No R-S R-0 S-T S-0 T-R T-0
1 405 225 402 224 390 220
2 403 220 403 224 403 222
3 400 225 407 220 406 223
4 405 223 402 220 400 223
5 398 224 395 220 395 219
6 400 215 400 223 400 220

Dari hasil pengukuran di atas dapat diketahui bahwa terdapat hasil pengukuran sumber
tegangan pada PHB dibandingkan dengan hasil pengukuran tegangan pada tusuk kontak adalah
kurang dari 5%. Hasil didapatkan dari selisih antara pengukuran tegangan sumber dengan
pengukuran tegangan di kontak tusuk dibagi dengan pengukuran tegangan sumber. Adapun
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

pengukuran tersebut juga dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan. Hasil perhitungan
drop tegangan dapat dilihat pada Tabel 8. berikut:

1. Mencari besar tegangan yang sampai di titik A ()

a. Mencari besar hambatan di daerah O-A

R(OA) adalah simbol untuk besar hambatan di daerah O-A


R(OA) = (0,017241 x 2,8) / 6
R(OA) = 0,008
b. Mencari besar drop tegangan sebelum sampai ke titik A (Volt)

V(d-A) adalah simbol dari besar drop tegangan sebelum sampai ke titik A
I(OA) adalah besar arus beban yang ditanggung kawat
V(d-A) = I(OA) R(OA) Cos
V(d-A) = 1,9 0,008 0,8
V(d-A) = 0,0212 Volt

Tabel 8. Perhitungan rugi tegangan


No Perhitungan tiap titik Rugi tegangan
1 Titik A 0,0212 Volt
2 Titik B 0,0876 Volt
3 Titik C 0,6624 Volt
4 Titik D 0,0371 Volt
5 Titik E 0,4592 Volt
6 Titik F 0,9002 Volt

Salah satu persyaratan keandalan penyaluran tenaga listrik yang harus dipenuhi adalah
kualitas tegangan dan frekuensi yang baik dan stabil, karena meskipun kelangsungan catu daya dapat
diandalkan, namun belum mungkin untuk mempertahankan tegangan tetap pada distribusi karena
tegangan jatuh akan terjadi di semua bagian dan akan berubah dengan adanya perubahan beban.
Beban sebagian besar memiliki daya tertinggal, pada dasarnya saat puncak daya reaktif yang
dibutuhkan beban meningkat dan dapat lebih besar dari penurunan tegangan pada ujung
penerimaan. Apabila penurunan tegangan yang terjadi melebihi batas toleransi yang diijinkan, maka
secara teknis akan mengakibatkan terganggunya kinerja peralatan mesin listrik di bengkel mekanik.
Dari data pengukuran dan perhitungan, menunjukkan bahwa rugi-rugi tegangan masih di
bawah batas toleransi yang ditetapkan PUIL yaitu 5%. Hal tersebut masih cukup aman untuk
menjamin kinerja peralatan mesin listrik di bengkel mekanik.
Agar rugi-rugi tegangan sesuai dengan batas yang telah ditetapkan maka luas minimum
penghantar minimum juga harus diperhitungkan. Perhitungan luas penampang minimum penghantar
seperti ditunjukkan pada Tabel 11. Di bawah ini:
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176
1. Mesin bubut

2 . L . I . . 3
S=
Vr

10,31 . 3,7 .0.0175 . 1,73



20
= 0,0577 mm2

Tabel 9. Data perhitungan luas minimum penghantar

No Mesin Luas Minimum penghantar (mm2)


agar rugi-rugi tegangan 5%
2 Fraiz 0,0577
3 Bubut Besar 0,0805
4 Gerindra 0,245
5 Mesin Las kecil 0,3181
6 Mesin Las besar 0,5934

Untuk instalasi tenaga menurut PUIL bahwa luas minimum penghantar minimal adalah 2,5
mm2 sedangkan luas penghantar kawat di instalasi bengkel mekanik memakai kawat berluas
penampang 6 mm2. Hal tersebut menunjukkan bahwa luas penampang kawat memenuhi pada
standar yang disyaratkan.

Pentanahan
Semua peralatan listrik yang pembungkusnya memakai logam harus ditanahkan agar kalau
terjadi kegagalan isolasi tegangan logam tersebut dengan tanah menjadi nol
Khusus untuk panel hubung bagi (PHB) juga harus ditanahkan, dengan tahanan pentanahan
sekecil mungkin. Harga tahanan pentanahan tergantung dari kandungan tanah sekitarnya. Agar
didapat harga pentanahan yang sangat kecil maka elektroda harus ditanam sampai ke air tanah. Hasil
dari penguuran haraga pentanahan PHB bengkel mekanik adalah seperti ditunjukkan pada Tabel 12.
Di bawah ini:
Tabel 10. Pengukuran tahanan pentanahan
No Jarak Kabel (m) Tahanan pentanahan ()
1 6 20
2 7 20
3 8 20
4 9 20
5 10 20
Rata-rata 20

Dari hasil pengukuran Tabel 12. di atas menunjukkan bahwa pentanahan pada papan hubung
bagi bengkel mekanik STTN BATAN kurang baik hal ini disebabkan karena waktu pengukuran,
tanah dalam keadaan kering sehingga harga pentanahan besar. Berdasarkan PUIL 2000-3.19.1.4:
Apabila hasil pengukurannya belum mencapai 5 , Maka Ground rood ditambah, dengan jarak 2
panjangnya.
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176

Standar besar R-tanah untuk elektrode pentanahan 5 Ohm. apabila belum mencapai nilai 5
Ohm, maka elektrode bisa ditambah dan dipasang diparalel. Pentanahan yang baik apabila elektrode
bisa mencapai sumber air atau R-tanah.
Contoh: Pemasangan elektrode pertama (R1), setelah diukur = 20 selanjutnya di tanam lagi
elektrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 20 , Maka besar tahanan RI diperoleh dengan R2 = 10 ,
Karena belum mencapai 5 , maka ditanam lagi elektrode ke 3 (R3). Seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3. sebagai berikut:

Gambar 3. Metode perhitungan tahanan pentanahan


http://www.scribd.com/doc/52838965/pentanahan
Agar diperoleh tahanan pentanahan yang kecil, elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam
mungkin dalam tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data, maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarkan hasil identifikasi peneliti menunjukkan bahwa bengkel mekanik menunjukkan
banyak potensi bahaya yaitu terkena api las, kebakaran, tersengat listrik, tertimpa benda berat
dan lain-lain, adalah memenuhi 4 kriteria yaitu Negligible, Marginal, Critical, dan
Catastrophic.
2. Untuk tindakan pengendalian maka diperlukan pengendalian administratif seperti penerapan
instruksi kerja pada peralatan dan melalui pemasangan poster atau tanda keselamatan kerja.
3. Untuk pengukuran instalasi listrik dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu:
- Dari hasil pengukuran di atas menunjukkan bahwa pentanahan PHB bengkel mekanik
STTN BATAN kurang baik yaitu bernilai 20 ohm
- PHB yang terpasang bersumber 3 fase, sedang pengaman yang terpasang masih memakai
MCB 1 fase sebaiknya diganti dengan menggunakan MCB 3 fase
- Dari hasil pengukuran dan perhitungan luas minimum penghantar menunjukkan bahwa
rugi-rugi tegangan masih di bawah 5 %. Hal ini masih aman untuk menjamin kinerja
peralatan mesin listrik di bengkel mekanik.
- Rating pengaman untuk mesin listrik ada yang tidak sesuai dengan beban, hendaknya
diganti dengan pengaman yang nilainya sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Braunschweger. R, Soegiyanto, D, 1978, Keselamatan Kerja, Institut Teknologi Bandung.

Isnu, R., Soepartono., 1979, Instalasi Tenaga dan Tenaga, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta.

Noname, 2011 diakses dari http://sahabat-informasi.blogspot.com/2011/05/mencari-drop-


tegangan-di-suatu-titik.html http://www.scribd.com/doc/52838965/pentanahan
SEMINAR NASIONAL X
SDM TEKNOLOGI NUKLIR
YOGYAKARTA, 10 SEPTEMBER 2014
ISSN 1978-0176
Permenkertrans,1970, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
Jakarta

Peraturan Umum Instalasi Listrik, 2000, Tentang Syarat Tahanan Pentanahan. Jakarta

Rausand, M., 2005, Preliminary Hazard Analysis, Departement of Production and Quality
Engineering Norwegian University of Science and Technology.

Suwarno, 2005, Rekalkulasi Beban Instalasi Listrik Gedung PATN dan Auditorium.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai