Anda di halaman 1dari 136

Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | i

PANDUAN
SEMINAR NASIONAL
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN TAHUN 2014

“Pembangunan Berkelanjutan Dalam Perspektif


Ketahanan Energi, Pengelolaan Lingkungan Dan Bencana”

Himpunan Mahasiswa Magister & Doktor Ilmu Lingkungan Undip Program Studi
Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN
Populasi penduduk dunia diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 miliar pada
tahun 2025 sedangkan penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273 juta
jiwa pada tahun yang sama. Peningkatan jumlah penduduk dunia akan
mengakibatkan tekanan pada pemenuhan kebutuhan diantaranya bahan pangan,
ruang dan sumberdaya alam lainnya. Sebagai negara yang sedang berkembang,
Indonesiabanyak mengandalkan aset sumberdaya alam untuk memicu pertumbuhan
ekonomi sekaligus modal pembangunan.Eksplotasidan pemanfaatan sumberdaya
alam yang tidak bijak dengan mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan akan
menggiring Indonesia menghadapi tantangan permasalahan lingkungan yang serius
di tahun-tahun mendatang.
Teori sederhana yangmenyatakan bahwa seseorangyang memiliki sumber daya besar
akan memiliki tingkatkeberhasilan yang lebih besar jelastidak terbukti dalam konteks
NegaraIndonesia. Indonesia memilikisumber daya alam yang melimpahruah, dengan
potensi luar biasabesar untuk dapat dioptimalkanuntuk kemajuan bangsa.
Kenyataanini pastinya menyimpan sejutaharapan bagi rakyat Indonesia,
yangmenurut amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, “Bumi dan airdan
kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk
sebesar-besarkemakmuran rakyat”. Kemakmuranrakyat menjadi amanat
pemerintahdalam mengelola kekayaan alamtersebut.
Wujud implementasi terhadappasal 33 ayat 3 UUD 1945 diatas, segala sesuatu
mengenaisumber daya alam, termasuk didalamnya air beserta kekayaan alam
lainnya, yang berada dalamteritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola dan
didistribusikan oleh pemerintah melalui segenap lembaga pengelolaannya untuk
dipergunakan bagi kemakmuran rakyat seluruhnya. Kata kuncinya adalah
“pengelolaan”. Pengelolaan sumber daya alam menjadi kunci tercapainya cita-cita
Pasal 33 UUD 1945.
Sejauh ini pemerintah telah mengimplementasikan hal tersebut ke dalam tataran
praktis melalui pembentukan lembaga-lembaga dan Badan Usaha Milik Negara yang
ditugasi untuk mengurusi dan mengelola elemen-elemen alam milik bumi Indonesia.

Universitas Diponegoro
ii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Contohnya Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Air Minum (PAM),
Pertamina, Perusahaan Gas Negara (PGN), BPH Migas, SKK Migas, dan lain
sebagainya.
Namun fakta yang ada saat ini adalah, masih banyaknya rakyat yang merasa
dirugikan atau kurang diperlakukan dengan adil menyangkut kebutuhannya akan
kekayaan alam tersebut. Padahal seharusnya, sesuai amanat, setiap rakyat
memperoleh hak dalam hal ini kebutuhan akan air bersih, bahan bakar dan sumber
daya alam lainnya. Seharusnya rakyat tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh
hal-hal tadi dengan alasan: Negara ini sangat kaya akan unsur-unsur alam tersebut.
Lalu pertanyaan “bodoh”nya, kenapa harga bahan bakar terus naik? kenapa masih
banyak berita kelangkaan energi di beberapa tempat di Indonesia? Kenapa BBM
menjadi “Penyakit” dalam APBN sehingga membebani keuangan Negara? Kenapa?
Pembangunan seharusnya dilakukan dengan tidak mengabaikan lingkungan karena
sumber daya alam sudah seharusnya dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan
sehingga tidak menimbulkan umpan balik negatif terhadap lingkungan. Namun
dalam prakteknyaparadigma pembangunan ekonomi Indonesia masih berdasarkan
Gross Domestic Product (GDP), dimana pertumbuhan ekonomi dijadikan indikator
utama keberhasilan pembangunan. Selain gagal meningkatkan pemerataan
kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 6,3% pada tahun 2012 juga dianggap tidak mencerminkan angka
pertumbuhan sebenarnya, karena ada biaya pemulihan kerusakan lingkungan
(Environmental Cost)akibat ekploitasi sumberdaya alam yang tidak dihitung.
Kerusakan lingkungan yang berlebihan akibat pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan akan meningkatkan risiko bencana yang bersumber dari ulah manusia.
Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim, semakin berkurangnya
keanekaragaman hayati, limbah B3, kebakaran hutan, pencemaran air dan udara
akibat limbah industri, serta peningkatan intensitas bencana alam, mendorong
manusia untuk mengkaji ulang implementasi konsep pembangunan. Harus disadari
bahwa bumi dan variabel alam lainnya bukan hanya sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan hidup, akan tetapi bumi/alamadalah bagian dari tempat hidup. Karena
bumi memiliki keterbatasan berupa kemampuan untuk mendukung dan menopang
kehidupan diatasnya (carrying capacity), maka kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan terhadap alam pada hakekatnya adalah ancaman terhadap kehidupan
manusia itu sendiri.
Sudah saatnya Indonesia mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energinya. Sudah
saatnya pembangunan dilakukan dengan tidak mengabaikan lingkungan. Sudah
saatnya risiko bencana dikelola dengan baik untuk meminimalkan akibat negatifnya.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Semua ini agar kata-
kata “Indonesia Bisa” bukan lagi menjadi jargon semata tetapi bisa menjadi nyata.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | iii
B. Tujuan
1. Merumuskan langkah strategisPengelolaan Bencana, ketahanan energi, dan
pengelolaan lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan masyarakat yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan tentang pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan.
3. Menyediakan sarana publikasi hasil pemikiran, kajian, penelitian dan pengabdian
masyarakat terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan

C. Sub Tema
 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
 Pemberdayaan SDM dan Pendidikan Berbasis Lingkungan
 Pengelolaan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dan Green Building
 Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
 Mitigasi Bencanadan Adaptasi Perubahan Iklim
 Valuasi dan Ekonomi Lingkungan
 Ketahanan Energi
 Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan

D. Waktu dan Tempat


Hari/Tanggal : Kamis, 16 Oktober 2014
Waktu : 08.00 – 17.00 WIB
Tempat : Ruang Seminar Prof. Ir. Soemarman Gd. A
Pascasarjana Undip Lt. 6, Jl. Imam Bardjo, SH.
No. 3Semarang
E. Peserta
 Peneliti/Perekayasa
 Praktisi,Pemerhati Lingkungan dan Instansi Pemerintah
 Mahasiswa (S1, S2, S3)
 Masyarakat

Universitas Diponegoro
iv | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
F. Susunan Acara
Penanggung
Waktu Agenda
Jawab
07.00 – 08.00  Kedatangan Peserta dan Panitia
Registrasi
08.00 – 08.30  Pembukaan Panitia
 Lagu Indonesia Raya
 Do‟a
 Laporan Ketua Panitia Seminar
Nasional
 Sambutan dan Pembukaan Acara
08.30 – 10.00  Keynote Speaker1) Menteri PPN/
KepalaBappenas Panitia
 Keynote Speaker2) Kepala
BMKG
10.00 – 10.30  Diskusi (Moderator : Prof.
Sudharto P. Hadi, MES. P.hD)
10.30 – 10.40  Penyampaian cinderamata
dari:Panitia Seminar Nasional
kepada Menteri PPN, Kepala
BNPB &Kepala BMKG
10.40 – 10.55  Penjelasan Tentang Sidang Sie Acara
Komisi seminar dan pengaturan
peserta untuk sidang komisi
 Perjalanan Menuju Ruangan
10.55 – 11.10  Coffe Break Gd A Lt 6 Moderator
&Panitia
11.10 – 12.10 Sidang Komisi Sesi I (A&B) Panitia
12.10 – 13.10 Istirahat, Makan siang, Sholat (Gd Konsumsi
A dan B Lt. 4)
13.10 – 14.10 Sidang Komisi Sesi II (A&B) Panitia
14.10 – 14.25 Coffe Break Gd A Lt 6 Moderator
&Panitia
14.25 – 14.35  PersiapanPenutupan Panitia
14.35 – 14.50  Penutupan
Sambutan dan Penutupan Acara
oleh Kepala Program Doktor dan
Magister Ilmu Lingkungan Undip
(Prof. Dr. Purwanto, DEA)
14.50 – 15.20 PembagianSertifikat Panitia

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | v
Kelompok I
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Dr. Forita Dyah Arianti, M.Si Pengelolaan Lahan Sawah Berwawasan
Lingkungan Sebagai Agroekosistem Padi
2. M.Izhar Difinubun, Amd.,S.Pi Pengelolaan Sumberdaya Yang Berbasis
Lingkungan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan
3. Fatmasari Damayanti Pengelompokan Wilayah Menurut Capaian
Indikator Pembangunan Berkelanjutan Di
Indonesia Tahun 2012
4. Aditya Cahya Putra Strategi Pengembangan Ekowisata Melalui
Kajian Ekosistem Mangrove Di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu
5. Sanudin Factors That Influencing To
Implementation Of Forest Product
Administration In Private Forests In
Banyumas District
6. Abdul Fikri Faqih Green Budgeting Dalam Mewujudkan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
(Studi Kasus Di Jawa Tengah)
7. Ir. Musrowati Lasindrang, Mp Control Of Environmental Pollution And
Destruction In View Of Effectiveness
Aspect Of Environmental Quality Standard
Implementation
8. Mustafa Manssuor Mohammed Water Policy Makers‟, Water Managers‟,
Amir And Water Users‟ Perspectives To Water
Supply In Semarang City
9. Arif Budi W Status Keberlanjutan Pengembangan
Kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan
Budidaya Di Kecamatan Mungkid
Kabupaten Magelang
10. Riza Saadiah Analisis Kebijakan Pemanfaatan Biogas
Di TPA Supit Urang Kota Malang Menuju
Pengelolaan Sampah Yang Berkelanjutan
11. Florentina Mediana Dessy Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat Tentang
Bambang Soewardjo Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan
/Corporate Social Responsibility (CSR) PT

Universitas Diponegoro
vi | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014

Apac Inti Corpora(CSR Terkait Sumber


Daya Air Di Kelurahan Harjosari
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang)
12. Endah Setyowatie Peningkatan Kapasitas Pemkab Boyolali
Dalam Pengelolaan Ekosistem Pegunungan
Secara Berkelanjutan
13. Wahyu Yuwono Pelaksanaan Dokumen Pengelolaan
Lingkungan Hidup Oleh Pemrakarsa
Penambangan Minyak Bumi Pada Sumur
Tua Desa Bangoan Kecamatan Jiken
Kabupaten Blora
14. Tina Hesti Wahyuni Evaluasi Terhadap Faktor Yang
Mempengaruhi Implementasi Sistem
Sertifikasi Ekolabel Pada Perum Perhutani
(Studi Kasus Di KPH Cepu Dan Industri
Kayu I Sub Cepu)

Kelompok II
Pemberdayaan SDM dan Pendidikan Berbasis Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Aang Afandi Identifikasi Masalah Dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Pada Destinasi
Wisata Berbasis Komunitas
2. Rachmad K Dwi Susilo, MA Pemberdayaan Sdm Dalam Praktik Co-
Management Air Minum Yang
Berkelanjutan (Kasus Di Kota Batu, Jawa
Timur)
3. Dian Diniyati Pemberdayaan Perempuan Perdesaan
Melalui Pengayaan Tanaman Kapulaga Di
Hutan Rakyat
4. Choirul Amin, S.Si., M.M Pengelolaan Sumberdaya Air Sungai
Bawah Tanah Di Kawasan KarstUntuk
Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Di Desa
Pucung Kecamatan Eromoko Kabupaten
Wonogiri
5. Erik Aditia Ismaya Membangun Generasi Emas Indonesia
2045 Yang Cinta Dan Peduli Lingkungan
6. Endrat Mojo Peran Kearifan Lingkungan Sedulur Sikep
Dalam Konsrvasi Sumber Daya Alam Di

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | vii

Pegunungan Kendeng Utara Sukolilo


Kabupaten Pati
7. Dr. Hayati Sari Hasibuan, ST, Reorientasi Pemberdayaan Sumber Daya
MT Manusia Dan Pendidikan Berbasis
Lingkungan
8. Aan Sujatmiko Implementasi Program Adiwiyata Di Sma
N 1 Jetis Bantul Menuju Sekolah
Adiwiyata Mandiri Tahun 2012
9. Agus Eko Kurniawan Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan
Banjir Terpadu Melalui Pembuatan Sumur
Resapan Di Hulu DAS Kemoning
Kabupaten Sampang
10. Yuliana Dewi Rahmawati Pemberdayaan Masyarakatdenganmetode
Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam
Pengelolaan Lingkungan Di Desa
Cangkring B Kecamatan Karanganyar
Kabupaten Demak

Kelompok III
Pengelolaan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dan Green Building
No Nama Judul Makalah
1. Wiwik Handayani Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Publik Kota Pacitan

2. Amin Pujiati A Spatial Analysis Of Green City By


Using Geographic Information System

3. Muhammad Tatang Kajian Kualitas Perairan Dan Kesesuaian


Wisata Pantai Tanjung Kerasak Di
Kabupaten Bangka Selatan

4. Bambang Santoso Analisis Daya Dukung Lingkungan Wisata


di Camp. GranitTaman Nasional Bukit
Tigapuluh Propinsi Riau

Universitas Diponegoro
viii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok IV
Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Prof. Dr. Zulfan Saam, MS Tradition Of “Malope” And “Manguruang”
: As A Local Wisdom Of The Sustainable
Buffalo Livestocking At Kuantan Singingi
2. Agus Wuryanta Teknik Pengolahan Citra Landsat 8 Untuk
Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan
Das Citanduy
3. Subandriyo Pemanfaatan Buah Mangrove Menjad
Tepung Mangrove Untuk Substitusi Bahan
Pangan Sebagai Pendorong Bagi
Pelestarian Ekosistem Mangrove
4. Siswahyono Dinamika Budidaya Tanaman Oleh
Masyarakat Pada Lahan Kawasan Hutan
Lindung Di Wilayah Propinsi Bengkulu
Dalam Mendukung Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan Berbasis Agroforestri
Karet
5. Sanudin Pressure Of Socio - Economic Of
Communities Toward Citanduy Watershed,
West And Central Java
6. Maria Palmolina Pengelolaan Hutan Rakyat Di Perbukitan
Menoreh: Kasus Di Desa Hargorejo,
Kokap, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta
7. Burhanuddin Adman Pertumbuhan Permudaan Alami
Homalanthus Populneus Dan Trema Spp.
Di Areal Bekas Tambang Batubara Pt
Singlurus Pratama, Kalimantan Timur
8. Eko Hendarto Pengaruh Berbagai Tingkat Kombinasi
Urea Dan Kotoran Sapi Perah Pada Tinggi
Tanaman Dan Produksi Segar Berbagai
Tanaman Pakan Defoliasi Pertama
9. Nur Qudus Potensi Sistem Resapan Ramah
Lingkungan Sebagai Recharge Air Tanah
Wilayah Selatan Kota Semarang
10. Nanik Indah Setianingsih Potensi Beberapa Jenis Mangrove Di Jawa
Tengah Sebagai Bahan Baku Industri

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | ix

11. Ali Alamieri Mohammed Ali The Impact Of Fertilizers To Water


Quality In Rawa Pening Lake
12. Sudarmadji Masih Adakah Kearifan Lingkungan Yang
Tersisa Dalam Pengelolaan Alur Sungai?
13. Ariyanto Wibowo Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan
Daerah Tangkapan Air (DTA) Rawa
Jombor Pada Sub Daerah Aliran Sungai
(Sub DAS) Dengkeng, Das Bengawan Solo
14. Eko Setyawan Keanekaragaman Jenis Mangrove Dan
Burung Sebagai Potensi Pengembangan
Wisata Alam Di Kawasan Hutan
Mangrove Pasarbanggi Rembang
15. Sri Puatin Partisipasi Masyarakat Dalam Upaya
Konservasi Sumber Daya Air Melalui
Penghijauan Di Desa Regunung,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
16. Budi Setiono Persepsi Dan Aspirasi Wisatawan
Terhadap Pengelolaan Obyek Wisata Alam
Posong Di Temanggung
17. Johan Setiabudi Persepsi Petani Terhadap Burung Hantu
(Tyto Alba) Sebagai Pengendali Tikus
Sawah Di Kecamatan Banyubiru
Kabupaten Semarang

Kelompok V
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Soedarsono Pengaruh Jarak Distribusi Air Terhadap
Kandungan Sisa Chlor Pada Jaringan
Distribusi Air Minum Pdam Kota
Semarang
2. Sukarjo Quick Assessment Sebaran Logam Berat
Pada Tanah Sawah Di Kabupaten Gresik,
Kediri, Batu Dan Malang, Provinsi Jawa
Timur
3. Wahyu Purbalisa Sebaran Zn Dan Co Pada Sawah Irigasi Di
Kabupaten Jombang, Jawa Timur

Universitas Diponegoro
x | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014

4. Thamrin Kondisi Terumbu Karang Dan Karang


Ditinjau Dari Tutupan Karang Hidup Dan
Densitas Zooxanthellae Pada Karang
Acropora Sp Di Perairan Pulau Sikuai
Padang Sumatera Barat
5. Adi Mulyanto Desorpsi Termal Untuk Remediasi Tanah
Tercemar Minyak Bumi
6. Ratna Novita Sari Analisis Kualitas Air, Status Mutu Dan
Beban Pencemaran Di Sungai Progo Hulu
Kabupaten Temanggung
7. Cicik Oktasari Handayani Kandungan Logam Berat Kobalt (Co)
Total Dan Tembaga (Cu) Total Pada Tanah
Dan Beras
8. Delfi Fatina Soraya Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit
Sebagai Bioabsorben Dalam Penanganan
Pencemaran Minyak Mentah
9. Widya Kooskurniasari Pemanfaatan Serbuk Gergaji Kayu Sengon
Sebagai Oilsorbent Dengan Teknik
Aktivasi Kombinasi Fisik
10. Arie Herlambang Pemanfaatan Sabut Kelapa Sawit (Sks)
Sebagai Oilsorbent Dengan Variasi Suhu
Dan Waktu Pemanasan
11. Nilawati Pemanfaatan Bittern Sebagai Koagulan
Untuk Pengolahan Limbah Cair Industri
Pemindangan
12. A.Agus Tjahjono Strategi Pengendalian Bioinvasion Species
Pada Water Ballast Tank (Studi Kasus
Pada Pelabuhan Tanjung Emas Semarang)
13. Ummu Hanifah Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai
Adsorben Minyak Mentah (Crude Oil)
Dengan Aktivasi Kimia Menggunakan
Asam Sitrat
14. Wahyu Purbalisa Penurunan Residu Ddt Dengan Perlakuan
Urea Arang Aktif Yang Diperkaya
Mikroba Pada Lahan Sayuran
15. Aditya Marianti Identifikasi Faktor-Faktor Pencemar Udara
Di Lingkungan Pabrik Peleburan Kuningan
Di Juwana Kabupaten Pati Dan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xi

Pengelolaannya
16. Anik Hidayah Logam Berat Di Lahan Bekas Tambang
Timah Di Pulau Bangka
17. Iwan Gunawan Potensi Biochar (Arang Hayati) Berbahan
Baku Limbah Daun Kayu Putih Guna
Perbaikan Ekologi Tanah Dan Peningkatan
Produktivitas Tanaman Di Pabrik Minyak
Kayu Putih Perum Perhutani Kph Gundih
18. Hermin Poedjiastoeti Collaborative Approach In River Pollution
Control In The Downstream Of Garang
River
19. Poniman Residu Pestisida Organoklorin Di Sentra
Produksi Sayuran Kabupaten Brebes
20. Yulis Hindarwati Kandungan Logam Berat Pb Dan Cu Beras
Pada Beberapa Varietas Padi
21. Antun Puspanti A Chance Of Herbaceous Aquatic Plants
To Remediate Acid Mine Drainage In A
Post Coal Mining Area
22. Purwono Penggunaan Teknologi Reaktor Microbial
Fuel Cells (Mfcs) Dalam Pengolahan
Limbah Cair Industri Tahu Dengan Media
Terlekat Untuk Menurunan Kadar
Chemical Oxygen Demand (Cod) Dan
Menghasilkan Daya Listrik
23. Sri Sumiyati Karakteristik Biofilm Pada Pengolahan
Limbah Tahu Dengan Kerikil Vulkanik
Merapi
24. Oukhan Ibrahim Mohamed The Ability Of Aquatic Weed Water
Hyacinth And Water Lettuce To Reduce
Heavy Metal Iron (Fe), Manganese (Mn)
And Zinc (Zn)
25. Dian Chandra Ardhani Status Mutu Air Sungai Batanghari Cluster
Kabupaten Dharmasraya
Dengan Metode Indeks Pencemaran
26. Hana Fais P Identifikasi Peluang Penerapan Produksi
Bersih Di Industri Kecil Slondok Sebagai
Upaya Penanganan Dampak Lingkungan

Universitas Diponegoro
xii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014

27. Melia Ariyanti Upaya Pengelolaan Lingkungan


Agroindustri Nata De Coco Di CV. Bima
Agro Makmur Kabupaten Bantul
28. Sugeng Nuradji Interaksi Density Typha Angustifolia L
Dan Ketebalan Media Pasir Aliaran Up
Flow Terhadap Efisiensi Penurunan
Kandungan Bod, Cod, Pb

Kelompok VI
Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim
No Nama Judul Makalah
1. Nofrizal Dampak Perubahan Suhu Lingkungan
Perairan Terhadap Perubahan Kemampuan
Renang Ikan Jack Mackerel (trachurus
japonicus) Melalui Pendekatan Fisiologi

2. Budiman Achmad Pita Karbon : Cara Sederhana Untuk


Menduga Karbon Tersimpan Pada Hutan
Rakyat
3. Eni Yulianingsih Potensi Produksi Metana Pada Saluran
Drainase Lahan Gambut Di Jabiren
Kalimantan Tengah
4. Rossie Wiedya Nusantara Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan :
Perubahan Keseimbangan Karbon Akibat
Konversi Hutan Rawa Gambut Di
Kalimantan Barat
5. Nur Arti P Estimasi Stok Karbon Vegetasi
Di Hutan Kota Bandar Lampung Dengan
Menggunakan Teknologi Penginderaan
Jauh
6. Devy Priambodo Kuswantoro Pertumbuhan Ekonomi Dan Deforestasi
Hutan Tropis: Kajian The Environmental
Kuznets Curve Dan Implementasinya
Dalam Kebijakan Kehutanan Dan
Perubahan Iklim
7. Widhi Netraning Pertiwi Analisis Perubahan Iklim Terhadap
Produktivitas Tanaman Pangan Di
Kabupaten Kudus Jawa Tengah

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xiii

8. Nahyo Pengaruh Rendaman Menerus Air Rob


Terhadap Karakteristik Campuran Hot
Rolled Sheet-Wearing Course (HRS-WC)
9. Rahmiyatal Munaja Permukiman Tradisional Masyarakat Bajo
Di Teluk Bone Dalam Proses Adaptasi
Dampak Perubahan Iklim Studi Kasus :
Dusun Kambuno, Kabupaten Luwu
10. Muhammad Ahyar Ledi Sebagai Bentuk Adaptasi Dan
Mitigasi Terhadap Perubahan Iklim,
Konsep Hemat Energi Dan Peningkatkan
Kesejahteraan Petani (Studi Kasus Di
Kabupaten Bima – Provinsi Ntb)
11. Edy Suhartono Permodelan Intrusi Air Laut Dengan
Indikator Distribusi Klorida Pada Air Tanah
Di Akuifer Tertekan Di Semarang
12. Rusmadi Adaptasi Perubahan Iklim Dan
Keberlanjutan Penghidupan Masyarakat
Pesisir (Studi Kasus Di Kelurahan Tanjung
Mas Kota Semarang)
13. Ervina Dwi Indrawati Tingkat Kepedulian Masyarakat Terhadap
Fenomena Pemanasan Global Akibat
Aktifitas Rumah Tangga (Studi Kasus :
Kecamatan Kota Kendal Kabupaten
Kendal)
14. Tri Mulyaningsih Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial
Pengelolaan Lubang Resapan Biopori
(LRB) Di Kelurahan Langkapura
Kecamatan Langkapura Kota Bandar
Lampung

Universitas Diponegoro
xiv | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok VII
Valuasi dan Ekonomi Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Robby Irsan Perubahan Paradigma Lingkungan
Ekonomi Berdasar Perilaku Sosial
Masyarakat Perbatasan (Kasus Di
Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau
Propinsi Kalimantan Barat)
2. Sudalma Model Penyelesaian Perselisihan
Pencemaran Udara Dari Emisi Sumber
Tidak Bergerak
3. Erna Lestianingrum Kajian Lingkungan Dalampengelolaan
Sampah Pemukiman Dengan Konsep Zero
Waste Di UPS Bumdes Kabupaten Cirebon
4. Tri Sulistyati Widyaningsih Model Manajemen DAS Terpadu: Belajar
Dari Pengelolaan DAS Cidanau, Provinsi
Banten
5. Evi Irawan Analisis Ekonomi Lingkungan Penggunaan
Pestisida Di Kalangan Petani Kentang
Skala-Kecil Di Dataran Tinggi Dieng
6. Hadi Wahyono Model Rekayasa Sosial Berbasis Wisata
Budaya Menuju
Kawasan Perkotaan Baru Yang
Berkelanjutan
(Studi Kasus: Pengembangan Masyarakat
Desa Wisata Kandri
Sebagai Implikasi Pembangunan Waduk
Jatibarang Kota Semarang)

Kelompok VIII
Ketahanan Energi
No Nama Judul Makalah
1. Puji Harsono Keragaman Berbagai Varietas Sorgum
Pada Lingkungan Tanah Berbeda
2. Nida Sopiah Pengaruh Perlakuan Ultrasonik-Sokhlet
Dan Freezer-Sokhlet Terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Dari Mikroalga
Scenedesmus Sp.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xv
Kelompok IX
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Elanda Fikri Timbulan Sampah B3 Rt Berdasarkan
Strata Ekonomi Di Kota Semarang
2. Sidik Puryanto Sanitation And Environmnet In Sarang
District Rembang County(Behave Healty
Development And Friendly Environment In
The Seaside At Sarang District Rembang
County)
3. Novarina Irnaning Handayani Komparasi Pengujian Coliform Untuk
Pemantauan Kualitas Lingkungan Aspek
Mikrobiologi
4. Irwan Susianto Kajian Dampak Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) Terhadap Kualitas
Air Sumur Penduduk Dan Persepsi
Masyarakat Terhadap Keberadaan TPST Di
Kota Tegal
5. Abdulfatah Alfagi Almaghriby Waste Management In Fast Food
Restaurants In Semarang: Case Study Of
Kentucky Fried Chicken And Pizza Hut
6. Andrian Wisudawan Evaluasi Pelayanan Pengelolaan Sampah
Kawasan Permukiman Kecamatan
Pandeglang Dengan Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) Model MRF
7. Iswanjana Pengelolaan Sampah Mandiri Oleh Rukun
Warga Di Kota Yogyakarta
8. Yusa Eko Saputro Pengelolaan Bank Sampah Kelompok
Peduli Lingkungan Serasi Sidomulyo
Ungaran
9. Rini Budihastuti Dampak Penerapan Wanamina Dalam
Budidaya Terhadap Kesehatan Lingkungan
Perairan Dalam Tambak

Universitas Diponegoro
xvi | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok X
Pengendalian Resiko Bencana
No Nama Judul Makalah
1. Rosalina Kumalawati Pemetaan Tingkat Risiko Banjir Lahar
Di Sub Das Kali Putih Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah
2. Muhammad Hayat Strukturasi Shelters Bencana Gunung
Merapi
3. Sulastri Mikrozonasi Seismik Untuk Kota Cilacap
4. Etty E. Listiati Direction Movement Avalanches In The
Slope Area With A Case Study In
Semarang Trangkil Housing
5. Heri Tjahjono Aplikasi SIG Untuk Menentukan Variasi
Tingkat Bahaya Banjir Pada Lingkungan
Permukiman Di Kota Tegal
6. Pudjo Suharso Implementasi Pendidikan Transformatif
Dalam Pengelolaan Mitigasi Bencana
7. Wuri Handayani Pengendalian Erosi Dan Limpasan
Permukaan Dengan Model Hutan Rakyat
Agroforestry Manglid Dan Tanaman
Pangan
8. Aditya Pandu Wicaksono Study On Appropriateness Of The
Evacuation Route Plan And Disaster
Logistic Of Kerinci-Bungo, Jambi Province
9. Eko Teguh Paripurno Managing Karst Area In Disaster
Management Perspective
10. Eko Teguh Paripurno Praktik Pengurangan Risiko Bencana
Hidrometeorologis
Masyarakat Sikep Samin, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah
11. Oscar Mario Sura Analisis Risiko Bencana Longsor
Desa Tempur, Desa Damarwulan, Dan
Sekitarnya Kecamatan Keling, Kabupaten
Jepara, Provinsi Jawa Tengah
12. Endah Tri Sulistyorini Kerusakan Kawasan Bentang Alam Karst
Sukolilo Desa Terkesi Kecamatan Klambu
Kabupaten Grobogan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 1
PENGELOLAAN LAHAN SAWAH BERWAWASAN LINGKUNGAN
SEBAGAI AGROEKOSISTEM PADI
Forita Dyah Arianti

Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah


Email : dforita@yahoo.com

ABSTRAK

Pengelolaan sawah sebagai suatu egroekosistem dan lingkungan hidup menjadi hal
yang penting agar produksi padi dapat berkelanjutan. Konsep pertanian berkelanjutan
pada dasarnya adalah kemampuan lahan untuk tetap produktif sekaligus tetap
mempertahankan basis sumberdaya, atau dengan kata lain, pengelolaan sumberdaya
yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam. Makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai pertanian organik
sebagai wujud baru kapitalisme secara perspektif ekologi dan ekonomi.Data dan
informasi yang dikumpulkan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari beberapa literatur ilmiah.
Dalam hal peningkatan produksi lahan secara berkelanjutan, pemanfaatan dan
penerapan pola pemupukan terpadu, yaitu menggunakan pupuk organik dan an organik
menjadi hal yang penting. Dalam konteks ini, pemupukan berimbang mencakup hara
mikro, makro dan pupuk organik. Pemupukan yang seimbang pada tanaman padi tidak
akan tercapai dengan hanya memupuk tanaman dengan pupuk lengkap yang
mengandung N, P dan K. Pemupukan yang seimbang adalah aplikasi pupuk dan bahan
organik/ pembenah tanah lainnya sesuai dengan kebutuhan, untuk memenuhi seluruh
ketersediaan unsur hara dalam tanah pada tingkat yang optimum untuk mencapai
petumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. Pengelolaan sawah sebagai
agroekosistem menentukan kualitas dan kuantitas padi yang akan dihasilkan
(produktivitas lahan). Sebagai suatu ekosistem, maka sawah terdiri atas komponen-
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Cara budidaya tanaman dan
pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani menjadi komponen budaya (kultural)
yang mempengaruhi ekosistem sawah sebagai penghasil padi.Karena lahan pertanian
(sawah) adalah sumberdaya bagi sistem produksi padi, maka pengelolaan dan
konservasi lahan pertanian akan mendukung produksi padi secara berkelanjutan.

Kata Kunci : Pengelolaan, lahan sawah, lingkungan, agroekosistem.

Universitas Diponegoro
2 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN SUMBERDAYA YANG BERBASIS LINGKUNGAN
MENUJU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
M.Izhar Difinubun

S2 Manajemen Sumber Daya Pantai


Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

ABSTRACT

Development aims to stabbed level living and welfare of society, is indispensable in


the effort correct the standard of living, the environment must be maintained to profess
the ability to support life at a higher level and not be damaged. The method used in
this study with the advanced lifestyle simple and adaptive environmental management
and construction project management.Results obtained indicate that environmental
factors are necessary to support the sustainable development including the
maintenance of ecological processes involving energy security, the availability of
sufficient resources and management lingkunagan in various aspects of social,
cultural, economic accordingly. by why if there is damage to the environment,
improved quality of life it open, but the slump that occurred that impact on disaster
management. necessary environment very supportive of sustainable development, so
that environmental management can increase survival through a managed system
Effort to raise the system resource usage is not only important for non-renewable
resources, but also the updated resource. with an increase dierbaharui resource
exploitation intensity and heightens the risk of damage to the resource means that the
resource will be depleted faster. Use of resources in large numbers in general will
increase the pollution problem, with so pollution will reduce the ability of the
environment to support sustainable development.

Keywords: improvement of living standard, simplelifestyle, Sufficient resources,


environmental management, resource

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 3
PENGELOMPOKAN WILAYAH MENURUT CAPAIAN INDIKATOR
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA TAHUN 2012
Fatmasari Damayanti1, Dr. Purhadi, M.Sc1

1
Jurusan Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelompok wilayah berdasarkan capaian


indikator pembangunan berkelanjutan. Wilayah yang memiliki indikator pembangunan
berkelanjutan tidak seimbang dapat menjadi perhatian utama pemerintah agar
diarahkan untuk mulai melakukan pembangunan berdasarkan keseimbangan aspek
lingkungan sosial dan ekonomi. Sedangkan wilayah yang telah mewujudkan
pembangunan berkelanjutan hendaknya mempertahankan konsep pembangunannya
demi kelangsungan hidup generasi berikutnya. Metode pengelompokan yang
digunakan adalah Model based clustering normal multivariate dengan integrated
likelihood criterion.Model based clustering merupakan metode cluster yang digunakan
ketika data berasal dari mixture beberapa sub populasi yang masing-masing memiliki
komponen probabilitas tertentu yang dalam hal ini data diasumsikan berasal dari
distribusi normal multivariat. Metode ini lebih baik daripada metode cluster yang
menggunakan ukuran jarak sepeti jarak Euclidean dalam mengelompokkan objek,
karena menggunakan pendekatan model peluang untuk mengoptimalkan kemiripan
antar objek. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Publikasi Indikator
Pembangunan Berkelanjutan 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik.
Pemilihan model dan jumlah kelompok yang optimal diseleksi menggunkan Kriteria
IntegratedClassification Likelihood (ICL). Hasil yang diperoleh menunjukkan ada 2
kelompok wilayah menurut capaian Indikator Pembangunan Berkelanjutan.

Kata Kunci : Model Based Clustering, t-Multivariat, BIC, ICL, Pembangunan


Berkelanjutan

Universitas Diponegoro
4 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MELALUI KAJIAN
EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU
Aditya Cahya Putra1*, Sutrisno Anggoro2, Kismartini2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan UNDIP
*Email : adityacahyaputra_10704@yahoo.com

ABSTRAK

Tingginya tingkat abrasi dan gelombang berdampak pada penurunan kualitas


lingkungan ekosistem pesisir yang mengakibatkan sejumlah kawasan mangrove
semakin berkurang bahkan rusak, sehingga perlu upaya pengembangan ekowisata
mangrove melalui kegiatan ekowisata sebagai salah satu cara melestarikan ekosistem
pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan potensi lingkungan
mangrove di Pulau Pramuka; mengkaji kesesuaian dan daya dukung ekowisata di
kawasan mangrove di Pulau Pramuka; serta menyusun penetapan arahan strategi
pengembangan ekowisata mangrove. Metode penelitian merupakan penelitian studi
kasus menggunakan deskriptif analitik melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif
dengan analisis kualitas lingkungan mangrove, kualitas perairan dan sedimen magrove,
kesesuaian ekowisata, daya dukung ekowisata dan SWOT untuk memberikan
informasi tentang potensi dan strategi pengelolan hutan mangrove secara
berkelanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan Pulau Pramuka yang merupakan wilayah pesisir
memiliki hutan mangrove dengan jenis mangrove Rhizophora stylosa dengan kualitas
lingkungan yang sesuai untuk karakteristik pertumbuhan dan adaptasi mangrove.
Memiliki kesesuaian layak untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata mangrove
dengan NKE sebesar 279 dan daya dukung maksimal ekowisata sebanyak 114
orang/hari dengan alternatif kegiatan yang dapat dilakukan diataranya wisata alam dan
wisata bahari.
Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan 5 prioritas strategi untuk pengembangan
ekowisata mangrove di Pulau Pramuka diantaranya : a). adanya koordinasi antara
masyarakat sekitar dengan stakeholder dengan sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan
dan pemantauan konsep pengembangan ekowisata mangrove; b). penataan kembali
ruang untuk kegiatan ekowisata, perbaikan insfrastruktur, jaringan air bersih,
pembangunan MCK umum, sistem pengolahan dan pembuangan sampah, serta unit
usaha penunjang kebutuhan wisatawan; c). memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai pengelolaan dan pelatihan manajemen pemasaran ekowisata
mangrove yang efektif dan produktif; d). adanya studi mengenai analisis dampak
kegiatan wisata terhadap kondisi lingkungan dan pertumbuhan vegetasi mangrove
dengan pemantauan secara berkala dan berkelanjutan; dan e). menggali potensi atraksi
wisata alam dan bahari dengan pembinaan atraksi wisata kepada masyarakat dan
melengkapi pengadaan sarana atraksi wisata.

Kata kunci :Pulau Pramuka, Ekowisata, Ekosistem Mangrove, SWOT

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 5
FACTORS THAT INFLUENCING TO IMPLEMENTATION OF FOREST
PRODUCT ADMINISTRATION
IN PRIVATE FORESTSIN BANYUMAS DISTRICT
Eva Fauziyah1 and Sanudin2
1
Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis
2
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Gadjah Mada
sanevafa2014@gmail.com

ABSTRACT

In an effort to implementation of forestry minister regulation related to forest product


administration in private forests, the regional government (Pemda) of Banyumas
District issued Regent Regulation Number 74/2010 about Cutting Procedures
Recommendation on Private Forest and State Forest in Banyumas District. The aims
of this study was to know factor that influencing to Implementation of Forest Product
Administration in Private Forests in Banyumas District. This research was conducted
in April - August 2012 in Baseh Village, Kedungbanteng Sub-district and Kemawi
Village, Somagede Sub-district, Banyumas District. Sampling was done by purposive
random sampling. Respondents in this study were farmers, timber and non-timber
traders (collectors), suppliers of wood, sawmill, wood industry, village officials,
extension workers, and the others. Data were collected through indeepth interview
and used a questionnaire. Data was analyzed by descriptively. The result of study
showed that Regent Regulation Number 74/2010 face problem in its field
implementation. There are several factors affecting to implementation of pertaining
the wood administration system in private forestsnamely: inter - agency coordination
was bad running, farmer low knowledge of rules, different of implementator
understanding, problem of managerial skill, environmental conditions (communities
and marketing), resources (human resources and natural resources).

Keywords: private forest, forest product administration, implementation

Universitas Diponegoro
6 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
GREEN BUDGETING DALAM MEWUJUDKAN KONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
(STUDI KASUS DI JAWA TENGAH)
Abdul Fikri Faqih

(Peserta program Doktor Ilmu Lingkungan Angkatan 4 UNDIP Semarang)

ABSTRACT

The concept of Sustainable Development is an international agreement, that must be


applicated in every level of the government, as a solution of a dispute between
increasing economic growth on the one hand and the other side preserve the
environment for future generations backup source of life as stated in Law 32/2009 on
Protection and Environmental Managemen.The fact is Indonesia's environment,
specifically in Central Java,continuously deterirating. This is because the policy has
not been focused on sustainable development such proved in the inadequate Green
Budgeting (GB), which is only nationally 0.9 % of the state budget and only 0.34% in
the Central Java provincial budget. Meanwhile compared to other countries like the
United States that allocates 12 % of its state budget for the green program and Britain
which allocated 17 % more from the state budget. Other developing countriesof
Africa like Mali , Tanzania, Mozambique and Ghana allocate 1 to 2.5 % of their
budget for green budgeting . The level of commitment of GB is a representation of
stakeholders and policy makers performance on environmental issues. This paper is a
case study in Central Java Provincial Government, as a result of literature review that
will be continued in the research field.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 7
CONTROL OF ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DESTRUCTION IN
VIEW OF EFFECTIVENESS ASPECT OF ENVIRONMENTAL QUALITY
STANDARD IMPLEMENTATION
Ir. Musrowati Lasindrang, MP

Environmental Study, Graduate School, UGM

ABSTRACT

Control of environmental pollution and destruction should obtain serious attention due
to danger threatening sustainable environment is environmental pollution and
destruction. Environmental pollution and destruction can disturb sustainable
ecosystem. Various environmental pollutions and destructions caused by
industrialization, population growth, transportation means, un-environmentally
friendly development can be controlled with UULH, particularly related to strict
implementation of wastewater quality standard so wastewater quality standard may be
as pollution control. Law or regulation may function well and effectively by
conducting 4 factors below. Factor of law that should be planned well according to
applicable principles that can regulate behavior and understandable, so obedience of
people and entrepreneur can be followed up easily; authoritative government can do
their job well; available facility can be sued to support application of the law; and
common people and entrepreneur are target. Obstacle in implementing environment
quality standard is people awareness to implement regulation, economic condition
affecting entrepreneur to wastewater treatment plant, social condition of people
concerning awareness of existing law and policy by local government in achieving
environment quality standard.

Keywords: quality standard, UULH, effective, IPAL

Universitas Diponegoro
8 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
WATER POLICY MAKERS’, WATER MANAGERS’, AND WATER USERS’
PERSPECTIVES TO WATER SUPPLY IN SEMARANG CITY
Mustafa Manssuor Mohammed Amir

ABSTRACT

This research involves at discovering the policy of water management of the


government in Semarang City. The goal is to evaluate the responses of the residents in
Semarang by identifying the variables that contribute toward water management and
to be able to make recommendations, about the best ways to manage water. To do
this, the research explores various components of Semarang water supply and number
of concepts about water management which vary in the usage between families and
villages. The research also takes into account the environmental and socio economic
development pressures that affect water management. Obtaining in depth interview
responses from water policy makers, water managers and water users will be the basis
for obtaining data based on the criteria in the evaluative framework. As a result, the
research will then compare current water management behavior between its managers
and users based from the data collected into whether it follows sustainable water
management strategies and recommends the best ways to manage water in the city.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 9
STATUS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA
DI KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG
Arif Budi Wibowo1, Sutrisno Anggoro2, Bambang Yulianto3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
2
Doktor Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro
3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipoengoro
ABSTRAK
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan pengkajian menyeluruh terhadap semua
dimensi pembangunan. Muara pembangunan berkelanjutan paling sedikit tercapainya
keseimbangan antara pembangunan ekologi, ekonomi, dan sosial. Dalam
pengembangan kawasan minapolitan selain keterpaduan ketiga dimensi tersebut,
dimensi infrastuktur dan dimensi hukum dan kelembagaan menjadi kunci terwujudnya
keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan. Tujuan penelitian kali ini adalah
untuk: 1) mengetahui status keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan di
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, dan 2) mengetahui atribut yang sensitif
berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan. Penelitian ini mengambil lokasi di
Kecamatan Mungkid,Kabupaten Magelang. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai
pada bulan Mei sampai dengan September 2014. Responden yang dijadikan sebagai
sumber informasi terdiri dari pemerintah, pembudidaya dan akademisi dan dipilih
melalui teknik purposive sampling.Hasil olah software RAP – multidimensi diperoleh
indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 66,55, dimensi ekonomi sebesar 60,22,
dimensi sosial sebesar 48,72, dimensi infrastruktur sebesar 66,11, dan dimensi hukum
dan kelembagaan sebesar 48,59 Sedangkan secara multidimensi, indeks
keberlanjutannya sebesar 59,42.Hal ini berarti bahwa status keberlanjutan
pengembangan kawasan minapolitan Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang
berada pada tingkat cukup berkelanjutan. AnalisisLaverage dan Poreto mununjukkan
bahwa atribut yang sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi
ekologi adalah alih fungsi lahan, terjadinya kekeringan, daya dukung pakan,
pengolahan limbah, dan masuknya zat anorganik kelingkungan budidaya. Atribut yang
sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi sosial adalah akses
terhadap informasi perikanan, persepsi pembudidaya, serta frekuensi terjadinya konflik
sumberdaya air. Sebagai atribut yang sensitif berpengaruh terhadap indeks
keberlanjutan dimensi ekonomi adalah kelayakan usaha perikanan, kontribusi terhadap
PDRB, Pemasaran Benih, subsidi pemerintah, dan transfer keuntungan. Atribut yang
sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur terletak pada
sarana kesehatan, jaringan persampahan, jaringan jalan usaha, jaringan
telekomunikasi, jaringan listrik, dan jaringan air bersih. Untuk atribut yang sensitif
berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan terletak
pada atribut standarisasi mutu benih dan keberadaan peraturan daerah pengembangan
kawasan minapolitan.Secara umum semua responden meletakkan dimensi
ekologi/lingkungan sebagai faktor yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam
menjamin keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan
budidaya di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Kata Kunci : RAP – Fish, Rap-Multidimensi, Minapolitan berkelanjutan, perikanan
budidaya.

Universitas Diponegoro
10 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN BIOGAS
DI TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
MENUJU PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERKELANJUTAN

Riza Saadiah1, Hermawan2, dan Hadiyanto3


1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang
3
Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Semarang

ABSTRAK

Permasalahan persampahan yang cukup kompleks di Kota Malang mendorong


Pemerintah Kota Malang untuk mengeluarkan strategi kebijakan pengelolaan sampah.
Kebijakan-kebijakan pengelolaan sampah diantaranya Bank Sampah Malang,
pengomposan skala rumah tangga, budidaya cacing, lomba kampung bersih,
pembangunan Stasiun Peralihan Antara (SPA), pembangunan TPS 3R, pemanfaatan
biogas di TPA Supit Urang, pemberdayaan pemulung, dan Gerakan Malang Bersih
(GMB). Pemanfaatan biogas di TPA Supit Urang merupakan upaya nyata dalam
mendukung Protokol Kyoto dan Program Waste to Energy (WTE) untuk
menggalakkan penggunaan energi terbarukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis
untuk mengetahui alternatif kebijakan yang dipilih Pemerintah Kota Malang dalam
rangka mengoptimalkan pemanfaatan biogas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi eksisting pemanfaatan biogas
dan mengetahui prioritas kebijakan yang dipilih oleh Pemerintah Kota Malang untuk
mengoptimalkan pemanfaatan biogas sebagai upaya pengelolaan sampah berkelanjutan
di TPA Supit Urang Kota Malang.
Biogas dari sampah organik di TPA Supit Urang sudah dimanfaatkan oleh 408 rumah
penduduk yang berlokasi di sekitar TPA sebagai bahan bakar gas. Hasil analisis
pendapat para key persons dengan metode Analysis Hierachy Process (AHP) adalah
lebih memprioritaskan pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar gas daripada sebagai
energi listrik. Sedangkan aspek lingkungan menjadi prioritas utama dibandingkan
dengan aspek teknis, ekonomi, maupun sosial sebagai bahan pertimbangan untuk
penentuan kebijakan dalam mengoptimalkan pemanfaatan biogas tersebut.

Kata kunci: Analysis Hierachy Process, biogas, pengelolaan sampah, TPA Supit Urang

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 11
PERSEPSI DAN ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN/
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT APAC INTI CORPORA
(CSR TERKAIT SUMBER DAYA AIR DI KELURAHAN HARJOSARI
KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG)
Florentina Mediana Dessy Bambang Soewardjo1*, Azis Nur Bambang2, Suherman3
1
Mahasiswi Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP
3
Dosen Fakultas Teknik Kimia UNDIP
*m_dessy07@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan sebagai kontribusi dunia usaha
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. CSR memiliki tujuan utama untuk
meminimasi dampak negatif dari kegiatan usaha dan memaksimasi dampak positif dari
kegiatan usaha, antara lain terkait masalah lingkungan. Termasuk PT Apac Inti
Corpora (Apacinti) yang menerapkan beberapa jenis program CSR, salah satunya
adalah Persediaan Air Bersih, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas air,
terutama di lingkungan (RW) di mana persediaan air sangat sedikit pada musim
kemarau, yaitu di RW 6 dan RW7 Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang. Pada RW tersebut air bersih, juga dialirkan pada tempat pelayanan publik
dan fasilitas publik seperti sekolah, mesjid, kantor kelurahan dan pada RW 7, ada
sekitar 4 titik di mana pasokan air didistribusikan.
Persepsi dan aspirasi masyarakat diperlukan untuk mengetahui bagaimana CSR
Apacinti dalam pandangan masyarakat dan perlu/tidaknya pengembangan program
CSR terutama CSR terhadap lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif, didukung
dengan observasi, studi pustaka dan wawancara mendalam dengan para informan.
Metode Snowballing digunakan guna mengidentifikasi informan.Analisis data yang
digunakan Interactive Model.
Persepsi dan aspirasi masyarakat disimpulkan dari wawancara mendalam dengan
informan (wakil dari tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, individu aktif dan
penerima manfaat).
Masyarakat memiliki beberapa persepsi yaitu program penyediaan air bersih Apacinti
menambah alternatif sumber daya air dan sudah membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan mereka akan pasokan air.
Aspirasi masyarakat menyebutkan bahwa Apacinti harus menyertakan masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program CSR yang memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat dan perlu adanya pengembangan program CSR terkait
dengan lingkungan seperti melestarikan sumber mata air, meningkatkan kualitas serta
kuantitas pasokan air bersih bagi warga, melakukan penghijauan di sepanjang aliran
sungai dan melestarikan ekosistem sekitar sungai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan aspirasi masyarakat seperti
keterlibatan dan kepedulian informan pada program CSR Apacinti dan dalam kegiatan
masyarakat, kebutuhan pada pasokan air, dan tempat tinggal informan.
Kata Kunci : CSR, Persepsi, Aspirasi, masyarakat, Kecamatan Bawen

Universitas Diponegoro
12 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENINGKATAN KAPASITAS PEMKAB BOYOLALI DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM PEGUNUNGAN
SECARA BERKELANJUTAN
Endah Setyowatie, Purwanto, Dwi P.Sasongko

ABSTRAK

Pegunungan merupakan wilayah yang memiliki fungsi ekologis tinggi sehingga


Pemerintah daerah dituntut mampu melaksanakan pengelolaan secara optimal untuk
terciptanya keberlanjutan fungsi ekologis pegunungan. Penelitian ini bertujuan untuk
menilai dan merumuskan upaya peningkatan kapasitas Pemkab Boyolali dalam
pengelolaan ekosistem pegunungan khususnya kerusakan lahan. Penilaian kapasitas
dilakukan terhadap satuan kerja perangkat daerah yang memiliki tugas pokok dan
fungsi terkait dengan pengelolaan lahan di wilayah pegunungan Kabupaten Boyolali.
Metode yang digunakan adalah Analisis Kuadran, metode ini untuk mengetahui
persepsi responden terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerja variabel yang
ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang menjadi prioritas
utama untuk meningkatkan kapasitas Pemkab Boyolali dalam pengelolaan ekosistem
pegunungan yaitu : (i). etika kerja (inisiatif aparat dalam melaksanakan tugas), (ii).
kepemimpinan (kemampuan pimpinan mendorong bawahannya untuk menyelesaikan
permasalahan dengan cermat dan rasional., menstimulasi bawahan untuk selalu kreatif
dan inovatif, keterbukaan untuk menerima masukan dan saran guna perbaikan dalam
pelaksanaan dan pencapaian tujuan), (iii). struktur birokrasi (kecukupan jumlah
personel untuk melaksanakan tuposi dan koordinasi antar pimpinan unit kerja dalam
rangka pengelolaan ekosistem pegunungan), (iv). regulasi pengelolaan ekosistem
pegunungan, (v). kebijakan pengelolaan ekosistem pegunungan.

Kata Kunci : peningkatan kapasitas, Pemkab. Boyolali, ekosistem pegunungan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 13
PELAKSANAAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
OLEH PEMRAKARSA PENAMBANGAN MINYAK BUMI PADA SUMUR
TUA DESA BANGOAN KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA
Wahyu Yuwono 1 , P. Purwanto 1,2 dan Dwi P Sasongko 2,3

1
Program Magister Ilmu Lingkungan Undip
2
Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Undip
3
Fakultas Sains dan Matematika Undip
*E-mail: wahyuyuwono88@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Blora memiliki potensi 595 sumur tua tersebar di 16 kecamatan, sesuai
dengan Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2008, kegiatan pengusahaan dan produksi
sumur tua dapat dilaksanakan oleh KUD dan BUMD, dengan harapan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pemerintah Kabupaten Blora
mendukung kegiatan tersebut dengan memberikan rekomendasi kepada KUD/BUMD
dalam upaya permohonan ijin kepada Menteri ESDM. Kegiatan penambangan minyak
bumi pada sumur tua tentu selain memiliki dampak positif bagi masyarakat juga
memberikan dampak terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dalam mengurangi dampak
negatif dan mengoptimalkan dampak positif Pengelola Penambangan Minyak Sumur
Tua diwajibkan untuk menyusun Dokumen UKL UPL. KUD Wargo Tani Makmur
Jiken merupakan pemrakarsa Dokumen UKL UPL pada Kegiatan Pengusahaan Sumur
Tua di Lapangan Banyubang Desa Bangoan Kecamatan Jiken Kabupaten Blora.
Dalam halnya KUD WTM telah melakukan kegiatan sebelumnya maka KUD WTM
wajib memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH). Penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi Pelaksanaan DPLH yang telah dilakukan pemrakarsa
dan kendala yang dialami dalam melaksanakan DPLH. Penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam dan studi literatur.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemrakarsa tidak mengetahui secara
menyeluruh mengenai isi DPLH 2) Tidak adanya karyawan khusus menangani
pengelolaan dan pemantauan lingkungan. 3) Besarnya anggaran yang diperlukan untuk
pengelolaan lingkungan.

Kata Kunci: Evaluasi, Pelaksanaan DPLH, Sumur Tua

Universitas Diponegoro
14 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PHL DAN CoC : SISTEM SERTIFIKASI EKOLABEL YANG DITERAPKAN
PADA PERUM PERHUTANI
Tina Hesti Wahyuni 1*, Purwanto 2, Haryo Santoso 3
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Undip
2
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Undip
3
Staff Pengajar Teknik Industri Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
*
Email : tinahesti.w@gmail.com

Perum Perhutani merupakan satu-satunya badan hukum milik negara di Indonesia


yang mendapat mandat untuk mengelola sektor kehutanan mulai dari pengelolaan
hutan hingga pemasaran hasil hutan. Sebagai salah satu pemasok kayu selain dari
hutan alam, hutan tanaman dan hutan rakyat, Perum Perhutani baru dapat memasok
sekitar 900 m3 kayu untuk industri dari 49 juta m3 kebutuhan kayu nasional. Dengan
kontribusi yang masih relatif kecil tersebut Perum Perhutani berusaha untuk survive
meningkatkan produksi dengan menggunakan konsep baru berupa penerapan
sertifikasi ekolabel untuk tetap menjaga kelestarian hutan dan memanfaatkan hasilnya.
Konsep ekolabel yang digunakan untuk memenuhi keinginan pasar dunia dan
menunjukan kontribusi dalam hal perlindungan dan pengelolaan lingkungan,
mensyaratkan adanya kepedulian terhadap aspek lingkungan untuk mendapatkan profit
bidang ekonomi. Ekolabel yang diterapkan pada Perum Perhutani unit KPH Cepu
merupakan suatu sistem sertifikasi yang terdiri dari pengelolaan hutan secara lestari
dan sertifikasi hasil hutan berupa lacak balak kayu pada Industri Kayu I Sub Cepu.
Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi tentang kendala
yang dihadapi dalam penerapan sistem sertifikasi ekolabel pada Perum Perhutani yang
berupa sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan sertifikasi hasil hutan pada
industri kayu berupa sertifikat lacak balak (CoC). Pengumpulan data yang dilakukan
adalah dengan menggunakan studi dokumen dan juga wawancara kepada kelompok
kerja (POKJA) sertifikasi. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
tentang penerapan sertifikasi di lapangan serta mencocokkan dengan dokumen yang
ada dalam audit yang telah dilakukan, sehingga diketahui bahwa dalam penerapannya
ada yang telah memenuhi syarat dari sertifikasi atau belum memenuhi syarat dan harus
dilakukan perbaikan. Penelitian ini memberikan manfaat untuk dapat mengetahui
bagaiman penerapan sistem sertifikasi dan faktor apa yang mendorong dan
menghambat penerapan sistem sertifikasi yang ada di Perum Perhutani. Dari hasil
penelitian akan dapat digunakan sebagai masukan bagi Perum Perhutani untuk lebih
meningkatkan upaya penerapan sertifikasi ekolabel dan juga meningkatkan kesiapan
seluruh unit pada Perum Perhutani dalam upaya menjaga kelestarian hutan dan hasil
hutan melalui penerapan sertiifkasi ekolabel tersebut.

Kata Kunci : Perum Perhutani, Ekolabel, PHL, CoC,

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 15
IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PADA DESTINASI WISATA BERBASIS KOMUNITAS
(STUDI DI KOTA BATU, JAWA TIMUR)
Aang Afandi

Dosen Politeknik Negeri Malang


Email: aang_95@yahoo.co.id, HP: 081334773545

ABSTRAK

Batu, salah satu destinasi wisata unggulan Jawa Timur dan telah berskala nasional.
Dengan daya tarik yang besar bagi wisatawan berkunjung ke Kota Batu. Untuk
singgah dalam beberapa jam atau bahkan stay dalam beberapa hari. Berbagai destinasi,
baik buatan maupun alami tersedia dengan baik, dengan berbagai variasinya. Namun,
sejarah destinasi wisata kota Batu sebenarnya berbasis pada wisata sumber daya alam.
Yang artinya ketergantungan sektor pariwisata tersebut sangat didukung oleh
keberadaan sumber daya alam dan lingkungan yang memadai dan harusnya terjaga
dengan baik. Disisi lain, keberadaan wisata buatan, jumlah kunjungan yang besar
berpeluang terjadinya kerusakan pada lingkungan yang ada.
Kajian ini memfokuskan pada identifikasi masalah yang muncul pada lingkungan,
utamanya pada dua destinasi wisata berbasis komunitas yakni di Songgoriti dan wisata
petik apel Tulungrejo. Metode yang digunakan pada analisis ini adalah pendekatan
deskriptif eksploratif untuk menemukan persoalan lingkungan yang muncul dan tahap
berikutnya menemukan kearifan lokal, yang telah dan sedang dilakukan masyarakat
mengatasi persoalan – persoalan lingkungan tersebut.
Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa terdapat beberapa persoalan yang muncul,
akibat perkembangannya sektor pariwisata, namun demikian masyarakat setempat,
baik secara perorangan, kelompok/paguyuban maupun dengan dukungan dengan
pemangku kepentingan lainnya berupaya secara berkesinambungan mengatasi
persoalan lingkungan tersebut, walaupun perlu adanya dukungan dari pemangku
kepentingan lainnya. Kearifan lokal dan pengembangan kelembagaan menjadi catatan
menarik sebagai bahan belajar dalam upaya pengelolaan lingkungan dan penciptaan
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.

Kata Kunci: lingkungan, masalah lingkungan, wisata berbasis komunitas, kearifan


lokal.

Universitas Diponegoro
16 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN SDM DALAM PRAKTIK CO-MANAGEMENT
AIR MINUM YANG BERKELANJUTAN
(KASUS DI KOTA BATU, JAWA TIMUR)
Rachmad K Dwi Susilo, MA

ABSTRAK

Pengelolaan (management) sumber daya alam dan lingkungan menjadi kajian


multidisiplin ilmu pengetahuan akhir-akhir ini. Tidak lagi pengelolaan sumber daya
alam dikaitkan dengan lingkungan fisik (air, tanah, udara) saja, tetapi dikaitkan pula
dengan lingkungan biologis (binatang, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan sosial
(kelompok, norma sosial dan lembaga sosial). Pada dasarnya kepentingan pengelolaan
sumber daya alam adalah pemenuhan kebutuhan manusia (ekonomi dan sosial) tanpa
mengesampingkan keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian pemanfaatan sumber
daya alam harus memperhatikan keseimbangan antara kepentingan ekologi, ekonomi
dan sosial.
Dalam praktik kebijakan lingkungan, menyeimbangkan kepentingan ketiganya bisa
dilakukan dengan mengakomodasikan kepentingan stakeholders pengelolaan sumber
daya alam ini. Oleh karena itu, co-management merupakan pilihan model yang
strategis, sebab mampu mengakomodir semua pemangku kepentingan (stakeholders)
sumber daya alam tersebut. Selain itu, ia mampu menutupi kelemahan-kelemahan dari
model pengelolaan sumber daya alam berbasis komunitas (community based resource
management) maupun pengelolaan sumber daya alam berbasis negara (state based
resources management). Melalui kolaborasi antarstakeholders, co-management akan
berhasil mencapai pengelolaan lingkungan yang keberlanjutan baik dari keberlanjutan
lingkungan, teknis, financial, institusional dan sosial (Sunaryo, Tri M, 2007).
Dengan dukungan sumber 111 titik mata air, pengelolaan air minum di Kota Batu,
Jawa Timur menggambarkan pengelolaan sumber daya alam bercirikan co-
management di atas. Disatukan oleh kepentingan memanfaatkan sumber mata air, baik
pemerintah, pelaku bisnis maupun komunitas memanfaatkan air untuk beragam
kepentingan yang berbeda. Pemerintah berkepentingan dalam memberikan regulasi
pemanfaatan sumber air, baik untuk pelaku bisnis maupun komunitas. Sebagai Kota
Wisata, sumber daya air juga akan dimanfaatkan untuk mendukung infastruktur
pembangunan fasilitas pariwisata ini. Dengan demikian, dimata pemerintah, sumber
daya air dilihat dalam kaca mata binis maupun sosial. Sementara itu, pelaku bisnis
melihat sumber daya air untuk kepentingan pelipatgandaan keuntungan. Sedangkan,
komunitas melihat air dalam perspektif kebutuhan ekonomi-sosial. Selain digunakan
untuk kebutuhan pertanian-perkebunan, air juga digunakan untuk kebutuhan air
minum. Untuk menyatukan kepentingan yang didasari nilai-nilai tentang sumber daya
air yang berbeda tersebut, maka co-management air harus memiliki karakter
sustainable (keberlanjutan) .

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 17
Agar co-management memiliki watak berkelanjutan maka sumber daya manusia
(SDM) tidak boleh dikesampingkan. Pengalaman menunjukkan bahwa model
pengelolaan sumber daya alam yang secara konseptual baik, tetapi dilapangan kurang
efektif karena tidak didukung sumber daya manusia yang baik. Lemahnya kemampuan
personal maupun kemampuan sosial para aktor menyebabkan co-management jalan di
tempat dan tidak berkontribusi banyak untuk penciptaan pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan. Oleh karena itu untuk mencapai kualitas sumber daya
manusia seperti yang diharapkan mutlak dibutuhkan pemberdayaan (empowerment).
Dengan mengambil kasus di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, tulisan
ini akan menjelaskan co-management air minum sebagai model pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan yang mampu memberikan banyak keuntungan bagi semua
pihak. Model ini akan meminimalisir bentuk-bentuk resiko destruktif dan
kontraproduktif. Selain itu tulisan ini akan menjelaskan 1). Praktek co-management
dengan dukungan SDM yang kurang handal yang ditandai dengan co-management
berjalan lambat dan minim sentuhan kreativitas-kreativitas lokal. Sekalipun sudah ada
intervensi dari pemerintah dan kampus untuk mengajak kerja-kerja kolaboratif, tetapi
kontribusi nyata model pengelolaan bersama ini belum menunjukkan hasil maksimal.
2). Kritik dan evaluasi terhadap kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam co-
management air minum di Kota Batu. 3). Rekomendasi dan saran tentang model
pemberdayaan sumber daya manusia untuk mendukung praktik co-management yang
efektif sebagai implementasi dari mandat pembangunan berkelanjutan (sustainable
development)

Kata Kunci: pengelolaan sumber daya alam, co-management, sustainable


development, pemberdayaan, Sumber Daya manusia (SDM)

Universitas Diponegoro
18 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERDESAAN MELALUI PENGAYAAN
TANAMAN KAPULAGA DI HUTAN RAKYAT
Dian Diniyati

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866
e-mail: dian_diniyati@yahoo.com

ABSTRACT

Women in villages need to be empowered in order to make them having the economic
ability to increase their family welfare. It could be achieved by supporting the farmers
to develop medicinal crop such as cardamom under agroforestry system in the farm
forest business. The purpose of the research is to identify the socio economic impact of
cardamom upon women empowerment in villages. The research was conducted at
Kalijaya village, Ciamis district, West Java. Respondents comprises of thirty farmers
who were selected by using a simple random sampling. Interview and direct field
observation methods were practiced to collect data. Collected data were tabulated
and classified based on each specific purpose and then analyzed by qualitative and
quantitative descriptives. The result showed that cardamom crops under agroforestry
system gave several benefits namely : 1) social benefit, i.e. absorbing labor force,
especially women, 2) cultural benefit, i.e. building the productive informal women
groups, and 3) economic benefit, i.e. giving the financial ability to women which
improve buying ability to fulfill their daily needs. Besides, cardamom can be assumed
as cash crops which give periodic incomes. In order to empower the village women,
such crops should be more developed in the farm forests.

Key words : empowerment, village women, farm forest, socio culture, economy

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 19
PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI
KAWASAN KARST UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI
DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI
Drs. Priyono, M.Si.*, Arif Jauhari, S.Si.**, Choirul Amin, S.Si., M.M.***,
dan Manzilina Nur Jannah****

*Dosen Fakultas Geografi UMS, email: drspriyono@yahoo.com


**Anggota Tetap KMPA Giri Bahama Fakultas Geografi UMS
***Dosen Progdi Pendidikan Geografi FKIP UMS, email: kichoirul@gmail.com
****Mahasiswa Fakultas Geografi UMS, email: manzilinailin@gmail.com

ABSTRAK

Ketersediaan sumberdaya air di bumi tidak merata baik secara spasial maupun
temporal. Kawasan karst merupakan daerah yang memiliki sumberdaya air permukaan
sangat terbatas. Tanah kapur dan batuan karst membuat air langsung meresap ke dalam
tanah menjadi air bawah tanah. Oleh karena itu meski kering di permukaan, kawasan
karst memiliki potensi sumberdaya air yang terletak di bawah tanah berupa sungai
bawah tanah. Desa Pucung Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri terletak di
kawasan karst Gunung Sewuditinggali 544 kepala keluarga atau 2.350 jiwa selalu
mengalami kesulitan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Mereka harus berjalan
beberapa kilometer untuk mengambil air 10-20 liter air di telaga. Bahkan pada setiap
puncak musim kemarau mereka harus membeli air dari Yogyakarta, itupun harus antri
panjang dan berebutan untuk mendapatkannya.
Makalah ini mendiskripsikan penelusuran dan pengelolaan sumberdaya air sungai
bawah tanah di Desa Pucung untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
sehingga kesulitan air bersih dapat teratasi. Proses tersebut melalui beberapa tahap
yang dilakukan sejak tahun 2001 hingga 2014, yaitu: (1) penelusuran potensi air
bawah tanah Desa Pucung, (2) kajian kualitas air dan debit air sungai bawah tanah, (3)
pengangkatan air sungai bawah tanah, dan (4) manajemen distribusi air kepada
masyarakat.
Hasil penelusuran goa di Desa Pucung yang dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa
Pecinta Alam (KMPA) “Giri Bahama” Fakultas Geografi UMS pada tahun 2001
mengetahui keberadaan sungai bawahtanah pada koridor Goa Suruh. Selanjutnya pada
tahun 2002 dilakukan kajian pendugaan sistem sungai bawah tanah, kualitas air dan
debit air sungai bawah tanah, serta pola konsumsi airmasyarakat Desa Pucung. Sungai
bawah tanah di Goa Suruh mempunyai debitminimal 2 liter/detik dengan aliran
cenderung konstan sepanjang tahun. Kualitas air masih tinggi kesadahannya namun
layak untuk dikonsumsi. Tahap selanjutnya adalah usaha pengangkatan air sungai
bawah tanah tersebut agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.Sejak tahun 2013 berkat

Universitas Diponegoro
20 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
kerjasama antara Dosen dan Mahasiswa KMPA Giri Bahama Fakultas Geografi UMS
bersama masyarakat Desa Pucung, Pemkab Wonogiri dan Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (DDII) Wilayah Jateng berhasil melakukan pengangkatan air sungai bawah
tanah dari Gua Suruh. Tahap terakhir adalah manajemen distribusi air agar air bersih
tersalurkan kepada masyarakat secara adil dan merata dengan pembentukan organisasi
berbasis masyarakat yang diberi nama “Tirta Goa Suruh”. Tim dari Fakultas Geografi
UMS melakukan pendampingan mulai dari musyawarah pembentukan organisasi,
pemilihan pengurus, pelatihan manajemen organisasi, hingga pelatihan ketrampilan
teknik pemasangan dan penggunaan alat pekerjaan vertikal serta perawatan peralatan.
Selain itu, dilakukan juga pelatihan bagi Karang Taruna Desa Pucung dalam
pengenalan peralatan pekerjaan vertikal, pemasangan dan penggunaannya sehingga
anggota mereka diharapkan dapat menjadi generasi penerus pengurus Tirta Goa Suruh
selanjutnya.

Kata Kunci : Sumberdaya Air, Sungai Bawah Tanah, Kebutuhan Air Bersih

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 21
MEMBANGUN GENERASI EMAS INDONESIA 2045
YANG CINTA DAN PEDULI LINGKUNGAN
Erik Aditia Ismaya

Universitas Muria Kudus


erikaditiaismaya@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kerusakan lingkungan menjadi masalah serius di Indonesia dan mengancam


kelangsungan hidup manusia jika tidak segera ditangani. Hampir setiap hari kalau
membaca media massa, terpampang berbagai bukti kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggungjawab. Selain itu,
kerusakan lingkungan juga berkaitan dengan paradigma pembangunan yang bias
ekonomi dan mengabaikan lingkungan. Untuk dapat mengurangi atau jikalau
memungkinkan menghilangkan dampak kerusakan lingkungan, tidak saja diperlukan
peran pemerintah, tetapi juga peran masyarakat dan korporasi. Tulisan ini menjelaskan
peran masyarakat khususnya lembaga pendidikan sebagai agen sosialisasi. Sebagai
agen sosialisasi, sekolah dalam program Adiwiyata, melakukan berbagai kegiatan
yang pada intinya bertujuan untuk melestarikan lingkungan untuk kepentingan
pembangunan dan generasi mendatang. Melalui program Adiwiyata ini, diharapkan
sekolah dapat berperan untuk membentuk generasi yang cinta dan peduli lingkungan.
Metode yang dipergunakan dalam program Adiwiyata ini adalah partisipatif student
appraisal. Melalui serangkaian tindakan dan penguatan yang dilakukan oleh sekolah
dalam program Adiwiyata, sekolah akan mampu berperan dalam implementasi
kebijakan pembangunan berkelanjutan, yakni terbentuknya generasi emas 2045 yang
cinta dan peduli lingkungan.

Kata kunci: sekolah, lingkungan

Universitas Diponegoro
22 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PERAN KEARIFAN LINGKUNGAN SEDULUR SIKEP DALAM KONSRVASI
SUMBER DAYA ALAM DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA SUKOLILO
KABUPATEN PATI
Endrat Mojo

DIL UNDIP

ABSTRAK

Masyarakat Samin atau Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat yang berusaha
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Samin. Kelompok masyarakat
Sedulur Sikep tersebar di beberapa desa di kawasan jawa tengah dan jawa timur.Nilai-
nilai yang masih dipertahankan kelompok Sedulur Sikep antara lain kejujuran,
kesederhanaan, gotong royong , serta kearifan lingkungan yang merupakan warisan
leluhur secara turun temurun. Kearifan lingkungan merupakan salah satu cara menjaga
hubungan harmoni antara manusia dengan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian
ini antara lain: 1. Menganalisis arti penting Pegunungan Kendeng Utara Sukolilo Pati
2. Menganalisis beberapa daya tarik kawasan Pegunungan Kendeng Utara menjadi
kawasan industry, 3. Menganalisis beberapa usaha Sedulur Sikep dalam mencegah
kerusakan lingkungan termasuk menolak pendirian industri dikawasan Pegunungan
Kendeng Utara, 4. Arti penting kearifan lingkungan Sedulur Sikep dalam
melestarikan dan menjaga Pegunungan Kendeng Utara.
Metode Penelitian ini adalah diskriptif kualitatif, dengan lokasi penelitian khususnya
di sekitar kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara Sukolilo, Kabupaten Pati,
kawasan tersebut merupakan tempat berdiamnya masyarakat Sedulur Sikep.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Pegunungan Kendeng Utara tetap harus
dijaga dan dilestarikan sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan penyangga
kebutuhan air bagi masyarakat sekitar dan mencegah timbulnya bencana banjir . 2.
Arti penting nilai-nilai kearifan lingkungan masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga
kelestarian dan keutuhan kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara, Sukolilo
Kab.Pati. 3. Penolakan pendirian industri di kawasan Pegunungan Kendeng Utara
Sukolilo Kabupaten Pati oleh berbagai elemen masyarakat khususnya komunitas
Sedulur Sikep hendaknya menjadi wacana nasional akan arti pentingnya kelestarian
lingkungan untuk mencegah bencana lebih lanjut.

Kata kunci : Kearifan lingkungan, Sedulur Sikep, Kawasan Karst, Pegunungan


Kendeng Utara

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 23
REORIENTASI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
PENDIDIKAN BERBASIS LINGKUNGAN
Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, MSi
Dr. Hayati Sari Hasibuan, ST, MT

(Program Studi Ilmu Lingkungan PSIL, Universitas Indonesia)

ABSTRACT

Building capacity in mitigating and managing of natural catastrophes and disaster


through the environment education is a must for Indonesia, which is surrounded by the
natural disaster potential, such as volcanic eruption, tsunami, and earthquakes,
drought and famines, as well as the disaster by the human activity, such as flood,
landslides. Postgraduate of Environmental Science in University of Indonesia, as a
leading in postgraduate of Environmental studies, have been producing more than 800
magisters and 90 doctors in Environmental Science. Since than other universities also
conducting the postgraduate of Environmental Science. But the question raised is
whether those numbers are enough for this huge country of Indonesia? And whether
those environmental expertise qualified in facing the disaster management. This paper
aims to elaborate the urgency of reorientation of environment education in handling of
predisaster and postdisaster management, risk management and strengthening the
role of environmental expert in enhancing public awareness, drills and training,
foreceasting, even making a warning systems. This paper also suggest the method of
ecological system dynamics in disaster management and the application of GIS as a
usefull tools for the environmental education in disaster management. The goal of
Postgraduate of Environmental Science in University of Indonesia, is building
capacity in environmental management the environmental expert that could think in
an ecological dynamic system perspectives and aware to the priorities in handling the
disaster management.

Keywords: building capacity, environmental science, disaster management, system


dynamics, GIS

Universitas Diponegoro
24 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SMA N 1 JETIS BANTUL
MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA MANDIRI TAHUN 2012
Aan Sujatmiko, Hartuti Purnaweni,Tukiman Taruna

Program Magister Ilmu Lingkungan Undip


aan.sujatmiko@gmail.com

ABSTRAK

Dalam lingkup sekolah pencapaian tujuan dari konsep pembangunan berkelanjutan


dilaksanakan melalui Program Adiwiyata. Adiwiyata diartikan sebagai sebagai tempat
yg baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma
serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup
menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Adapun yang menjadi tujuan
dari Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah
yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal ini diimplementasikan
melalui penerapan prinsip dasar Adiwiyata, yaitu (1) Partisipatif, yaitu komunitas
sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; (2)
Berkelanjutan, yaitu bahwa seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan
terus-menerus secara komprehensif. Untuk mencapai tujuan Program Adiwiyata, telah
ditetapkan empat komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam
mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah (1) Kebijakan
berwawasan lingkungan, (2) Pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, (3) Kegiatan
lingkungan berbasis partisipatif, dan (4) Pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan.
Penelitian ini akan dilakukan terhadap sekolah yang berjenjang menengah atas (SMA)
yang telah menerima penghargaan tertinggi Program Adiwiyata, yaitu Adiwiyata
Mandiri, dan berfokus pada implementasi Program Adiwiyata. Lokasi penelitian
adalah SMA N 1 Jetis, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini akan
berusaha menggambarkan implementasi Program Adiwiyata di SMA N 1 Jetis Bantul,
sehingga mendapatkan penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri pada tahun
2012.

Kata Kunci: Adiwiyata Mandiri; Implementasi Program; Pembangunan Berkelanjutan;


Pendidikan Lingkungan; Program Adiwiyata;

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 25
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN BANJIR TERPADU
MELALUI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN DI HULU DAS KEMONING
KABUPATEN SAMPANG
Agus Eko Kurniawan1*, Hartuti Purnaweni2, Suripin3
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Diponegoro, Semarang,
2
Dosen Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang
3
Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang
*Email: paparaddin@yahoo.com

ABSTRAK

Air merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan kita sehari-hari, sementara
itu air juga bisa menjadi masalah bagi hidup kita. Menurut publikasi dari ISDR
(International Strategy for Disaster Reduction) salah satu kerusakan terbesar yang
berhubungan dengan air di dunia adalah banjir (ISDR, 2011). Di Indonesia, banjir juga
merupakan peristiwa bencana yang paling sering terjadi. Hingga pertengahan tahun
2013, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2013) mencatat terjadi bencana
sebanyak 632 kejadian.
Perubahan paradigma dari pengendalian banjir ke pengelolaan banjir terpadu sangat
dibutuhkan. Pengelolaan Banjir Terpadu (PBT) harus memperhatikan domain
pengairan, kehutanan, dan tata ruang provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan
tanah dan air juga partisipasi masyarakat. Pengelolaan banjir tidak dapat dilaksanakan
secara terpisah-pisah, tetapi harus dilaksanakan secara tersistem, menyeluruh dan
terpadu antara hulu dan hilir (Kodoatie, 2013).
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi aliran air di atas permukaan tanah (run
off) di daerah hulu DAS Kemoning yang mengalir ke sungai adalah pembuatan sumur
resapan. Pembuatan Sumur Resapan ini sangat bergantung pada masyarakat setempat.
Karena lokasinya berada di halaman rumah masyarakat dan tenaga kerja juga dari
masyarakat melalui kelompok tani.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sumur resapan di hulu DAS Kemoning tepatnya di Desa Gunung Kesan
Kecamatan Karang Penang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data didapatkan
melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung.
Berdasarkan hasil dari hasil dan pembahasan tentang pembuatan sumur resapan di
Hulu DAS Kemoning Desa Gunung Kesan diketahui bahwa partisipasi masyarakat
pada saat perencanaan berada pada tingkat konsultasi, dalam proses pelaksanaan pada
tingkat kemitraan, dalam pemanfaatan pada tingkat kontrol masyarakat, dalam
kegiatan monitoring dan evaluasi berada pada tingkat terapi.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, pengelolaan banjir terpadu, sumur resapan

Universitas Diponegoro
26 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN MASYARAKATDENGANMETODE PARTICIPATORY
RURAL APPRAISAL (PRA) DALAM PENGELOLAAN BANJIR DI DESA
CANGKRING B KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK
Yuliana Dewi Rahmawati, Hartuti Purnaweni,TukimanTaruna

Program Magister Ilmu Lingkungan Undip


ydewirahmwati@yahoo.com

ABSTRAK

Pada musim hujan, banjir menjadi peristiwa rutin di wilayah pantura Pulau Jawa. Desa
Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak merupakan salah satu
wilayah yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan
permasalahan lingkungan, baik ekologi, ekonomi maupun sosial masyarakat. Berbagai
sebab menjadi pemicu terjadinya banjir, antara lain kapasitas sistem jaringan drainase
yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi kedua-duanya.
Menyadari keterbatasan kemampuan berbagai sektor yang terlibat dalam pengelolaan
banjir, dan adanya potensi masyarakat yang besar, maka pendekatan perberdayaan
masyarakat merupakan pilihan yang tepat. Mengingat pengelolaan banjir tidak hanya
dilaksanaan dan menjadi tanggung jawab pemerintah, namun harus melibatkan
masyarakat melalui pendekatan partisipatoris atau pemberdayaan masyarakat. Melalui
pemberdayaan masyarakat inilah justru upaya pengelolaan banjir akan menjadi lebih
efektif dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan metode
Participatory Rural Appraisal (PRA)yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengkaji permasalahan potensi serta peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa
keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya untuk kemudian berupaya
mengatasi atau mengelolanya, dalam hal ini untuk mengelola permasalahan banjir.
Adapun teknis kegiatan dalam metode Participatory Rural Appraisal (PRA)meliputi;
penelusuran sejarah desa,pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan, penyusunan
kalender musim, tehnik jadwal sehari-hari, transek (penelusuran desa), pembuatan
gambar lingkungan, dibuat diagram kajian lembaga desa, pembuatan bagan alur,
mengkaji mata pencaharian masyarakat, matrik ranking, wawancara semi terstruktur.
Proses Pemberdayaan masyarakat dengan metode PRA di Desa Cangkring B
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam pengelolaan banjir ini,
dilaksanakan melalui fasilitasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan. Metode PRA tersebut dilaksanakan dalam alur Tahapan PNPM
Mandiri Perdesaan pada tahapan; penggalian gagasan, (penentuan visi desa, peta sosial
desa, usulan desa),Musyawarah Khusus Perempuan dan Musyawarah Desa
Perencanaan. Proses ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat dalam
mengelola permasalahan lingkungannya.

Kata Kunci: Community Empowerment, PRA, Work Flow Stages of PNPM, Flood
Management.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 27
KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA
PACITAN
Wiwik Handayani

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang


Jalan Imam Bardjo, SH No. 5 Semarang 65145
Email: handayani.wiwik2012@yahoo.com

ABSTRAK

Berdasarkan amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, didalam wilayah


kabupaten atau perkotaan harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang
terbuka hijau (RTH) sebesar 30% dari luas wilayah. RTH yang dimaksud adalah RTH
publik dan RTH privat dengan proporsi masing-masing 20% dan 10%. Baik RTH
publik maupun privat memiliki fungsi utama sebagai fungsi ekologis dan fungsi
tambahan diantaranya sosial, budaya, ekonomi, dan estetika atau arsitektural.Tujuan
pembangunan RTH publik sebagai infrastruktur hijau wilayah perkotaan adalah
meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, indah dan
bersih, sebagai sarana lingkungan alami dan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat, dan menciptakan kota yang sehat, layak huni, dan berkelanjutan. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengkaji kurangnya ketersediaan RTH dan faktor-faktor
penyebab kurangnya RTH publik kota Pacitan serta peran pemerintah terhadap
ketersediaan RTH publik tersebut. Penelitian ini dilakukan di kecamatan Pacitan yang
dijadikan sebagai pusat kota Pacitan. Tipe penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder. Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung
dilapangan, kepustakaan, foto, dan wawancara. Dari data yang ada kecamatan Pacitan
memiliki luas 7.848 Ha, namun daerah yang memungkinkan untuk dijadikan daerah
perkotaan hanya seluas 3.717 Ha. Eksisting RTH publik yang ada sebesar 2,94%
sehingga masih mengalami kekurangan sebesar 17,06%. Mengingat kondisi geografis
kota Pacitan maka penambahan kekurangan RTH publik dapat dilakukan dengan
optimalisasis RTH publik yang sudah ada dengan relokasi RTH yang alih fungsi,
intensifikasi yaitu mempertahankan dan mengelola RTH yang sudah ada serta
ektensifikasi yaitu menambah penanaman kembali pada daerah tertentu, yaitu jalur
hijau jalan, daerah sempadan sungai dan sempadan pantai.

Kata Kunci: RTH publik, ekologi, optimalisasi, berkelanjutan

Universitas Diponegoro
28 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
A SPATIAL ANALYSIS OF GREEN CITY BY USING GEOGRAPHIC
INFORMATION SYSTEM
Amin Pujiati

Universitas Negeri Semarang


amin.pujiati@gmail.com

ABSTRACT

The growth of the city in Indonesia is currently seen to physically demonstrate a very
rapid development. This is shown by the appearance of the urban agglomeration area.
The growth process with regard to quality improvement in various aspects of both the
economic, social, demographic, policy and the environment. However, in reality the
environmental aspects in the development of the city often are not aware. It is
necessary to review the research that combines the city's growth and the quality of the
environment. This study aims to identify the Green city and non-green city in urban
agglomeration area of Semarang which consists of seven districts/cities. The data used
in this study secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics and the city
government in 2000-2010. Analysis tools used in this study is the Geographic
Information System (GIS). The urban growth as measured by primacy index and
environmetal quality as measured by indicators of arable land, clean water/capita
and rainfall. The results showed that the city which is classified as green city in the
urban agglomeration of Semarang is Semarang Municapality, while Grobogan
Regency, Demak Regency, Semarang Regency, Temanggung Regency, Kendal
Regency, Salatiga Municapality as classified as non green city. Performance the green
city and non- green city views of the city growth is influenced by economic and social
facilities, while views of environmental quality is influenced by arable land,
water/capita and rainfall and is not influenced by the topography.

Key words: Spatial, agglomeration, urban, green, GIS

KAJIAN KUALITAS PERAIRAN DAN KESESUAIAN WISATA PANTAI


TANJUNG KERASAK

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 29
DI KABUPATEN BANGKA SELATAN
Muhammad Tatang1*, Azis Nur Bambang2 dan Henna Rya Sunoko 3
1
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP, Semarang, Indonesia
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP, Semarang, Indonesia
3
Program Doktor Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UNDIP, Semarang, Indonesia
*
Email: keano_432@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas perairandan kesesuaian wisata Pantai
Tanjung Kerasak di Kabupaten Bangka Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli 2014. Stasiun penelitian dalam penelitian ini sebanyak 5 titik yang ditentukan
secara purpossive sampling dan diharapkan secara representatif menggambarkan
kawasan Pantai Tanjung Kerasak. Parameter kualitas perairan yang di ukur meliputi
pH, suhu, salinitas, kekeruhan, oksigen terlarut, kecerahan, BOD 5, TSS, E.Coli dan
Coliform, Bau, Lapisan Minyak dan Sampah, kemudian dianalisis dan dibandingkan
dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan nilai pH
berkisar antar 7,0 – 7,25 ; suhu 29,4 – 30,350C ; salinitas 30,50/00 - 31,00/00 , kekeruhan
2,35 NTU – 2,45 NTU; oksigen terlarut 6,18 mg/l - 6,55 mg/l; kecerahan 1,65 m –
2,25 m dan BOD5 0,825 mg/l - 1,475 mg/l; kandungan E. Coli 125-145 MPN/100 ml
dan Coliform total sebesar 750 – 825 MPN/100 ml. Perairan Pantai Tanjung Kerasak
tidak berbau dan tidak dijumpai adanya lapisan minyak dan sampah yang terapung di
permukaan. Analisis kesesuaian wisata dilakukan dengan pengukuran komponen
parameter berdasarkan kategorinya. Penentuan kesesuaian wisata Pantai Tanjung
Kerasak dilakukan berdasarkan perolehan nilai total yang dibandingkan dengan indeks
kesesuaian wisata. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi 3 kelas, yaitu Sangat
Sesuai, Sesuai dan Tidak Sesuai. Berdasarkan indeks kesesuaian wisata Pantai
Tanjung Kerasak sangat sesuai untuk kegiatan rekreasi dan berenang serta
pengembangan wisata kategori berperahu, banana boat dan jet ski.

Kata Kunci : Kualitas Perairan, Pantai Tanjung Kerasak, Indeks Kesesuaian Wisata

Universitas Diponegoro
30 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN WISATA DI CAMP. GRANIT
TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROPINSI RIAU
Bambang Santoso1, Azis Nur Bambang2 dan Kismartini3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang
Email :benqtnbt@gmail.com

ABSTRAK

Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah salah satu kawasan konservasi yang
mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata alam.Kegiatan wisata alam di TNBT masih bersifat massal dan belum
mengoptimalkan prinsip ekowisata. Jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke
Camp Granit TNBT belum dikelola berdasarkan konsep daya dukung lingkungan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan wisata di
Camp Granit TNBT melalui pendekatan deskriptif kuantitatif dengan rumus daya
dukung lingkungan wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung
lingkungan wisata sebesar 50 orang/hari. Jumlah kunjungan aktual saat ini sebesar 6
orang/hari, artinya belum melewati batas maksimaldaya dukung lingkungan wisata.
Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan daya dukung lingkungan melalui
perbaikan jalan masuk ke lokasi dan fasilitas umum penunjang ekowisata.
Kata kunci: daya dukung, lingkungan, Wisata, Camp Granit, TNBT

Kata kunci: daya dukung, EEC, Camp. Granit, TNBT.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 31
TRADITION OF “MALOPE” AND “MANGURUANG” : AS A LOCAL
WISDOM OF THE SUSTAINABLE BUFFALO LIVESTOCKING AT
KUANTAN SINGINGI
Prof. Dr. Zulfan Saam, MS

Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Riau


Email : zulfansaam@yahoo.com

ABSTRAK

Malope artinya melepaskan ternak kerbau di padang penggembalaan kurang lebih


enam bulan setelah masa panen selesai. Ternak dilepas di areal sawah atau ladang
tanpa digembalakan. Tradisi manguruang artinya ternak dikurung atau diikat dan
digembalakan karena musim turun ke sawah atau ke ladang sudah mulai. Meskipun
demikian belum diketahui secara jelas bentuk-bentuk kearifan lokal yang merupakan
sistem beternak kerbau yang berkelanjutan.Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis bentuk-bentuk kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi malopedan
manguruangternak yang merupakan peternakan berkelanjutan. Jenis penelitian ini
adalah penelitian survei.Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi,
observasi dan depth interview. Hasil penelitian adalah bentuk-bentuk kearifan lokal
yang terkandung dalam budaya musim manguruangdan malopekerbau yaitu:(1)
menggunakan material kandang kerbau dan balai pertemuan dari material yang
terbarukan, (2)menggembalakan kerbau secara kolektif dengan berjalan kaki
merupakan efisiensi curahan waktu dan menghemat bahan bakar minyak, (3)
memelihara pohon pelindung untuk memproduksi oksigen dan menyerap karbon CO 2,
(4)mengolah limbah kotoran kerbau menjadi pupuk kandang organik,(5)
memanfaatkan limbah pertanian (jerami padi dan padi salibu) sebagai pakan kerbau,
memanfaatkan kerbau maroncadan “memupuk” pada musim malopeuntuk
menyuburkan tanah dan efisiensi tenaga kerja.memberi garam tuountuk menjinakkan
kerbau, memasang kaloan untuk mengendalikan kerbau, (6) memanfaatkan kerbau
“memotong” rumput secara self-service di padang penggembalaan sehingga tumbuh
rumput baru yang menghemat penggunaan mesin potong rumput.

Kata kunci : tradisi malope dan manguruang, kearifan lokal, beternak kerbau
berkelanjutan

Universitas Diponegoro
32 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
TEKNIK PENGOLAHAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK KLASIFIKASI
PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DAS CITANDUY
Agus Wuryanta1 dan Nunung Puji Nugroho2
1,2
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS,
JL.A.Yani, Pabelan PO.BOX 295 Kartasura-Surakarta Telp.(0271)716709, Fax.
(0271)716959
E_mail:agus_july1065@yahoo.com dan np_nugroho04@yahoo.com

ABSTRAK
Penutupan atau penggunaan lahan merupakan objek dinamis yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktu, karena kebutuhan akan lahan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, pemantauan (monitoring)
penutupan atau penggunaan lahan perlu dilakukan secara periodik sehingga diperoleh
informasi yang terkini dan akurat. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu
alat yang sesuai untuk pemantauan penutupan atau penggunaan lahan pada suatu DAS.
Penelitian dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy yang merupakan
salah satu DAS kritis (yang perlu dipulihkan) di Indonesia terkait dengan kondisi
hidrologi dan tingkat erosi. Secara geografis, DAS Citanduy terletak antara 108o04‟ –
109o30‟ BT dan 7o03‟ – 7o52‟ LS. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan teknik
pengolahan citra satelit digital dalam rangka inventarisasi penutupan atau penggunaan
lahan yang memadukan antara informasi spektral dengan informasi spasial seperti
topografi, indek vegetasi dan kelerengan pada DAS Citanduy. Pemilihan teknik
klasifikasi citra dilakukan dengan membandingkan tingkat akurasi peta tutupan lahan
hasil dari tiga teknik klasifikasi, yaitu: (1) tak terbimbing, (2) terbimbing, dan (3)
decision tree atau rule-based. Hasil kajian menunjukkan bahwa citra satelit yang paling
sesuai untuk inventarisasi penutupan lahan di DAS Citanduy adalah Landsat 8 OLI
(Operational Land Imager). Teknik klasifikasi decision tree atau rule based yang
memanfaatkan berbagai sumber data, baik spektral maupun spasial/tematik,
menghasilkan tingkat akurasi tutupan lahan tertinggi, yaitu 83,2% (Kappa statistic:
0,78). Penutupan lahan dominan di DAS Citanduy adalah kebun campur (175.572 ha)
dan sawah (153.085 ha), dengan jumlah persentase sekitar 71%, sedangkan hutan
(hutan alam, hutan mangrove dan hutan tanaman) hanya menempati luasan 86.174 ha
(18,6%).

Kata kunci : Penutupan atau penggunaan lahan, Daerah Aliran


Sungai (DAS), citra satelit, akurasi, Sistem Informasi
Geografis (SIG)

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 33
PEMANFAATAN BUAH MANGROVE MENJADI
TEPUNG MANGROVE UNTUK SUBSTITUSI BAHAN PANGAN SEBAGAI
PENDORONG BAGI PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE
Subandriyo, Nanik Indah Setianingsih, Muryati

BBTPPI Semarang
Jalan Ki Mangunsarkoro No. 6
Bandriyo-kalongan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Potensi buah mangrove cukup besar terutama jenis tancang, brayo dan pedada sebagai
bahan baku pangan, namun selama ini pemanfaatan buah mangrove baru dilakukan
secara konvensional untuk menghasilkan beberapa produk olahan seperti makanan dan
minuman langsung jadi. Buah mangrove mempunyai komposisi berbagai senyawa
bahan pangan seperti protein, karbohidrat, serat kasar, lemak dan sebagainya, namun
masih mengandung senyawa HCN dan tanin yang tidak boleh terdapat dalam bahan
pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu proses untuk mengurangi senyawa
tersebut sehingga layak sebagai bahan pangan.
Proses produksi buah mangrove menjadi tepung mangrove dilakukan melalui tahapan
pengumpulan, perajangan, ekstraksi untuk pengurangan tanin dan HCN, pengeringan,
penggilingan dan pengemasan tepung mangrove.
Pemanfaatan buah mangrove untuk produksi tepung mangrove sebagai substitusi
bahan pangan diharapkan dapat menjadi pendorong pelestarian ekosistem mangrove
melalui pengembangan bahan alternatif sebagai sumber pangan yang berbasis pada
sumber daya lokal.

Kata kunci : Buah mangrove, tepung mangrove, pelestarian ekosistem mangrove.

Universitas Diponegoro
34 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
DINAMIKA BUDIDAYA TANAMAN OLEH MASYARAKAT PADA LAHAN
KAWASAN HUTAN LINDUNG
DI WILAYAH PROPINSI BENGKULU DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN BERBASIS
AGROFORESTRI KARET
Siswahyono1, Prasetyo2, E. Apriyanto3, A. Susatya4
1,3,4
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu
2
Staf Pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Bengkulu
Korespondensi :wahyono91@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Lindung Rindu Hati yang berdekatan
dengan Desa Tanjung Heran Kabupaten Bengkulu Tengah dan Hutan Produksi
Terbatas Bukit Badas (HPT Bukit Badas) yang berdekatan dengan Desa Talang
Empat Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Lokasi penelitian kedua kawasan hutan
tersebut telah diusulkan oleh pemerintah kabupaten masing-masing menjadi program
pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) ke Kementerian Kehutanan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya perambahan oleh masyarakat dan
mengetahui dinamika jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan oleh perambah, yang
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan rehabilitasi hutan.
Metode Survei digunakan, dengan melakukan pengamatan lapang dan wawan cara
semi tersetruktur terhadap 50 responden yang dipilih secara acak. Responden
merupakan anggota masyarakat yang menggarap lahan kawasan hutan lindung yang
diusulkan menjadi HKm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilikan lahan milik
yang sempit (< 1 ha) dan produktivitasnya rendah, telah mendorong 60% responden
di Desa Tanjung Heran melakukan perambahan hutan lindung yang dipandang subur
sehingga tidak membutuhkan pupuk dalam budidaya tanamannya. Tanaman kopi
merupakan jenis tanaman utama yang dibudidayakan oleh responden pada awal
perambahannya. Terjadi penurunan produktivitas seiring bertambahnya umur tanaman
kopi dan menurunnya kesuburan alami lahan. Hasil uji laboratorium menunjukkan
terjadinya penurunan unsur makro tanah (N, P,K) pada umur tanaman kopi yang
berbeda. Kondisi ini menuntut peremajaan/penggantian jenis tanaman atau diberakan
(suksesi agar subur kembali). Lokasi permukiman (desa) yang dekat dan bisa
dijangkau setiap hari pergi-pulang oleh para responden menunjukkan tanaman karet
dari biji dipilih untuk mengantikan tanaman kopi. Dengan demikian, jenis tanaman
karet sebagai MPTS dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam kegiatan
rehabilitasi hutan agar fungsi pohon penyusun hutan dapat diwujudkan dalam
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan, konservasi dan kelestarian kawasan
hutan lindung.
Kata kunci : perambahan, penurunan produktivitas, rehabilitasi hutan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 35
PRESSURE OF SOCIO - ECONOMIC OF COMMUNITIES TOWARD
CITANDUY WATERSHED, WESTAND CENTRAL JAVA
Sanudin1 and Eva Fauziyah2

Mahasiswa Program Doktoral Universitas Gadjah Mada


2
Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis
sanevafa2014@gmail.com

ABSTRACT

It is estimated that 13% or 62 than 470 watersheds in Indonesia are in critical condition
(Kementerian Kehutanan, 2013). Citanduy is one of the critical watershed and it has
353.100 ha. It faces the problem of serious ecology crisis such as erosion,
sedimentation, and floods (Prasetyo, 2004). This study discusses the socio - economic
pressuretoward Citanduy Watershed, WestJava. This will include population density,
per capita income, and economic structure in regency/city around Citanduy Watershed,
which are: Majalengka Regency, Tasikmalaya Regency, City of Tasikmalaya, Ciamis
Regency, City of Banjar, Cilacap Regency, and Kuningan Regency. The type of study
is desk study with data collected from BPS-Statistics and The Regional Development
Planning Board of West and Central Java Province and observation. The data were
analyzed by table analysis and location quotient. The result showed population density
in Citanduy Watershed is 1.268,36 persons/km2. According to FAO (1985), this
density is considered as high category. Per capita income in Citanduy Watershed is Rp.
7.831.538,563/person/year lower than national per capita income that is Rp.
22.238.784,71/person/yearat year 2011. In this watershed, economic structure is
dominated by agriculture were found in Majalengka, Tasikmalaya, Ciamis, and
Kuningan Regency; industry were found in City of Tasikmalaya and Cilacap Regency;
and trading, hotel and restaurant were found in City of Banjar.
Keywords: Citanduy watershed, pressure, socio - economic of communities, location
quotient

Universitas Diponegoro
36 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DI PERBUKITAN MENOREH:
KASUS DI DESA HARGOREJO, KOKAP, KULONPROGO,
D.I. YOGYAKARTA
Maria Palmolina dan Tri Sulistyati Widyaningsih

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866
E-mail: rapraput@yahoo.co.id

ABSTRACT

Water catchment areas need to get soil conservation action to sustain the hydrological
functions, one of them is through the development of privately owned forests. This
study aims to know how the privately owned forest management in Hargorejo’s village,
Kokap sub district at catchment area in Menoreh hills at Kulon Progo, Yogyakarta.
Data were collected in January to June 2013 through interviews with 50 members of
farmer groups. The majority of respondents is male (98%) with age more than 50 years
old (68%), and elementary education (62%). Farmer doing land management with
timber plants in the 1980s with the economic motivation to get a profit from the sale of
timber and ecological motivation to get a cool climate and supplies of groundwater.
The dominant plants are: wood plants (teak, mahogany, acacia), fruit crops (banana,
jackfruit), food crops (cassava, corn, soybeans, peanuts), and herbs (ginger, turmeric).
The farmer doing the privately owned forest management such as land preparation,
planting, maintenance and harvesting by himself. The positive impact of privately
owned forest management in Hargorejo’s village are existence the green's
environmental, the increasing of water flow, and the cool air. The negative impact is
human intervention on land management decreasing thereby encourage the young
people to work outside the village and majority of privately owned forest's farmer were
elderly age so feared the human resources who manage of privately owned forest in the
future were decreased.
Key words: Water catchment areas, privately owned forest management, conservation,
Menoreh.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 37
PERTUMBUHAN PERMUDAAN ALAMI Homalanthus populneus DAN Trema
Spp. DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA PT SINGLURUS
PRATAMA, KALIMANTAN TIMUR
Burhanuddin Adman dan/and Ishak Yassir

Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam


Jl. Soekarno Hatta Km. 38 Samboja PO Box 578 Balikpapan76112;
Telp 0542-7217663
e-mail: burhanuddinadman@yahoo.co.id, ishak.yassir@gmail.com

ABSTRAK

Pemilihan jenis merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan rehabilitasi
lahan bekas tambang batubara. Saat ini, jenis-jenis yang dipilih umumnya jenis eksotik
dan jarang sekali mempergunakan jenis-jenis lokal. Kurangnya penggunaan jenis-
jenis lokal tersebut disebabkan masih terbatasnya informasi mengenai pertumbuhan
jenis-jenis lokal tersebut termasuk teknik silvikulturnya. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai pertumbuhan permudaan alami Homalanthus
populneus dan Trema spp., pada lahan bekas tambang batubara di PT Singlurus
Pratama, Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan permudaan alami
Homalanthus populneus dan Trema spp., memiliki persen hidup 100% selama satu
tahun pengamatan. Pertumbuhan tinggi dan diameter relatif dari permudaan alami
Homalanthus populneus dan Trema spp., juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik daripada 5 jenis lokal yang ditanam (Vitex pinnata, Schima wallichii Syzygium
heteroclada, Syzygium polyanthum, Cleistanthus myrianthus dan).Hasil penelitian ini
mendukung pengembangan konsep bersinergi dengan alam untuk merehabilitasi lahan
bekas tambang batubara dimana perlunya memberikan tindakan silvikultur yang tidak
hanya terfokus kepada jenis-jenis yang ditanam saja, namun juga terhadap jenis-jenis
tumbuhan yang hadir secara alami melalui proses regenerasi alami.
Kata kunci: permudaan alami, rehabilitasi, lahan bekas tambang batubara

Universitas Diponegoro
38 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH BERBAGAI TINGKAT KOMBINASI UREA DAN KOTORAN
SAPI PERAH PADA TINGGI TANAMAN DAN PRODUKSI SEGAR
BERBAGAI TANAMAN PAKAN DEFOLIASI PERTAMA
Eko Hendarto, Suwarno dan Pramono Sudiarto

(Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah)


E-mail : hendarto_e@yahoo.com

ABSTRAK

Pada tujuan penelitian mendapatkan formula penggunaan pupuk dari kotoran sapi
perah dan urea dalam upaya konservasi lahan pada kegiatan budidaya tanaman pakan
telah dilaksanakan pada budidaya defoliasi pertama. Percobaan faktorial 6 x 3 dengan
rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap, meliputi faktor kombinasi pupuk kotoran
sapi perah dengan urea dan tanaman sumber hijauan pakan. Kombinasi pupuk yang
dicobakan adalah level kotoran sapi perah 10 dan 20 (ton per hektar per defoliasi)
dengan level urea 50, 100 dan 150 (kg per hektar per defoliasi), sedangkan tanaman
yang ditanam adalah rumput setaria, rumput green panic dan rumput benggala.
Penelitian diulang 3 (tiga) kali, sehingga terdapat 54 petak penelitian. Peubah yang
diamati adalah ukuran tinggi tanaman dan produksi hijauan segar. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa kombinasi pemupukan antara kotoran sapi perah pada level 20
ton dan urea 150 kg per hektar per defoliasi menunjukkan ukuran tinggi tanaman
rumput dan produksi hijauan segar terbaik terutama pada defolisi pertama.

Kata kunci : Kotoran sapi perah, kombinasi pemupukan, defoliasi pertama.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 39
POTENSI SISTEM RESAPAN RAMAH LINGKUNGAN SEBAGAI
RECHARGE AIR TANAH WILAYAH SELATAN KOTA SEMARANG
Nur Qudus, Sunjoto*, Luknanto*, Sudibyakto**

Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan UGM Yogyakarta, Indonesia


e-mail : nqudus@yahoo.com
*)
Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil FT UGM Yogyakarta, Indonesia
**)
Staf pengajar Fakultas Geografi UGM Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Groundwater is the best water resources for domestic water supplies. The demand of
groundwater increases according to population growth.The engineering of
environment-responsible infiltration system is aimed to reduce the flow of surface run-
off and to recharge the ground water. Various forms and dimensions of infiltration
systems can be utilized for various purposes about ground water availability and
environment conservation. Data used for analysis of the physical object was taken
from souths area of Semarang. Sample area of this research is within
Mijen,Gunungpati, Banyumanik, Tembalang sub-district of Semarang. Based on
several parameters such as the depth of ground water level > 3 m, the soil
permeability ≥ 2.0 cm/h, and the maximum slope of 30%, the type of infiltration system
used is the vertical infiltration system which are the infiltration wells. Areas qualified
to use the rainfall infiltration wells found in 28 locations within Mijen,Gunungpati,
Banyumanik, Tembalang sub-district of Semarang.

Keywords: Environtment-Responsible Infiltration, Ground-Water Rechrage

Universitas Diponegoro
40 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
POTENSI BEBERAPA JENIS MANGROVEDI JAWA TENGAH SEBAGAI
BAHAN BAKU INDUSTRI
Nanik Indah Setianingsih1 dan Subandriyo2

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri


Jalan Ki Mangunsarkoro No. 6 Semarang
indahsnanik@yahoo.co.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terbesar di
dunia. Bakau dikenal dengan fungsi utamanya adalah sebagai tanaman pelindung dari
abrasi air laut, namun fungsi ekonomi lainnya belum banyak diketahui masyarakat.
Beberapa jenis mangrove(tancang/lindur, brayo, pedada dan bakau) yang tumbuh
disepanjang pantai laut Jawa memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan
baku sumber pangan baru maupun untuk industri lainnya. Pemanfaatan buah mangrove
secara ekonomi diharapkan dapat menjadi pendorong bagi rehabilitasi dan pelestarian
ekosistem mangrove yang secara tidak langsung dapat mendukung fungsi ekologis
hutan mangrove sebagai tanaman pelindung. Tancang dan brayo berpotensi sebagai
sumber pangan baru dengan adanya kandungan karbohidrat yang cukup tinggi
disamping protein dan lemak, begitu juga dengan pedada yang mengandung vitamin C.
Sedangkan bakau memiliki potensi sebagai sumber senyawa tanin yang banyak
digunakan untuk berbagai jenis industri.

Kata kunci : potensi, mangrove, tanin

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 41
THE IMPACT OF FERTILIZERS TO WATER QUALITY
IN RAWA PENING LAKE
Ali Alamieri Mohammed Ali
Environmental Studies Postgraduate Program Diponegoro University
Jalan Imam Bardjo, SH No.5 Semarang 50241.
r80ali@yahoo.com

ABSTRACT

Rawapening Lake is an important water body in the Semarang area which has been
utilized for many things from irrigation, tourism object and even hydropower
generation. The lake’s existence however, is under serious threat due to pollution in its
water. The study wanted discover some of the problems that affect the lake’s
environment, especially in connection with the agricultural activities around the lake
and usage of fertilizers. Water quality can decrease if organic material in the water
becoming excessive as a result of the entry of wastes of human activity (such as
organic waste from industry). The problem of this research is Residual of fertilizer has
had its impact on water quality in the water bodies around Rawa Pening Lake. It has
also promoted water hyacinth growth and accelerated eutrophication process in the
lake. The growth of water hyacinth in it was very fast, because the concentration of the
nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K), calcium (Ca), magnesium (Mg),and
sulfur (S) fertilizer in the lake water were high. The purpose of this research to know
the farmer's behavior in using fertilizers and their impacts on Rawapening lake, and
also to know the concentration of elements in water.

Keywords: Water quality, Heavy metals, Rawapenening ,Human behaviour

Universitas Diponegoro
42 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MASIH ADAKAH KEARIFAN LINGKUNGAN YANG TERSISA DALAM
PENGELOLAAN ALUR SUNGAI?
Sudarmadji** dan Darmakusuma Darmanto*

**Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi UGM


* Prodi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UGM

ABSTRAK

Pengelolaan sungai oleh masyarakat sudah dilakukan secara turun-temurun, dengan


mendasarkan kepada budaya masyarakat setempat. Akhir-akhir ini terjadi pemanfaatan
alur sungai yang cenderung untuk merusak alur sungai sehingga alur sungai tersebut
tidak berfungsi sebagaimana fungsinya. Kearifan lingkungan sudah sebagian
ditinggalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan alur sungai yang
dilakukan oleh masyarakat dari arah hulu sungai ke arah hilir di daerah lereng Selatan
Gunungapi Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain penelitian ini juga
dimaksudkan menganalisis pengelolaan alur sungai yang berdasarkan kepada kearifan
lingkungan oleh masayarakat setempat. Data dikumpulkan dengan cara observasi di
lapangan, serta melakukan wawancara dengan pengguna sungai serta tokoh
masyarakat setempat. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif. Secara
umum dapat diketahui bahwa pemanfaatan alur sungai bervariasi, dan ternyata bahwa
terjadi perubahan pemanfaatan alur sungai dari arah hulu ke arah hilir. Walaupun
terjadi perubahan pengelolaan alur sungai, tetapi di beberapa tempat dalam
memelihara alur sungai masih dilakukan oleh masyarakat setempat dengan cara yang
baik.

Kata kunci: Alur sungai, pemanfaatan, pemeliharaan, masyarakat, kearifan lokal.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 43
DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH TANGKAPAN
AIR (DTA) RAWA JOMBOR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (SUB
DAS) DENGKENG, DAS BENGAWAN SOLO
Ariyanto Wibowo1, Tri Retnaningsih S.2,3, Sudarno 2,4
1. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
2. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang
3. Staf Pengajar Program Studi Magister Biologi dan Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan MIPA Universitas Diponegoro, Semarang
4. Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan , Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang
Email : anakrimbaindo@gmail.com
ABSTRAK
Terjadinya perubahan penutupan lahan akibat dari penggunaan lahan yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan terjadinya penurunan
nilai fungsi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS). Penurunan fungsi lingkungan
DAS ini berdampak pada terjadinya erosi dan sedimentasi, peningkatan erosi tanah,
debit puncak aliran menurun, tingkatan resapan air tanah dan kualitas perairan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika perubahan tutupan lahan pada
DTA Rawa Jombor dan Sub DAS Dengkeng pada tiga titik tahun yaitu tahun 1994,
2004, 2014. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan bantuan alat analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasilnya adalah
Sub DAS Dengkeng mempunyai luas 852,27 km2 dalam 6 (enam) wilayah
administratif yaitu Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri
(Provinsi Jawa Tengah) dan Kab. Sleman, Kab. Gunungkidul (Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta). Pada tahun 1994 luas hutan :5.826,63 Ha ,lahan terbuka :
331,33 Ha, Pemukiman : 23.920,18 Ha, Pertanian 54.572,62 Ha, Semak Belukar : 334,
86 Ha, Badan Air :241,99 Ha. Selama kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 1994-
2004 terjadi peningkatan penggunaan lahan pemukiman sebesar 1.903,93 Ha dan dari
tahun 2004-2014 sebesar 2.167, 03 Ha. Total peningkatan penggunaan lahan untuk
pemukiman selama dua puluh tahun dari 1994-2014 sebesar 4.070,96 Ha. DTA Rawa
Jombor berada di dalam wilayah Sub DAS Dengkeng dengan luas sebesar 1.293,54
Ha. Pada tahun 1994 DTA RAwa Jombor mempunyai luas hutan : 26,54 Ha ,lahan
terbuka : 2,68 Ha, Pemukiman : 498,77 Ha, Pertanian 725 Ha, Semak Belukar : 30,63
Ha, Badan Air :9,93 Ha. Pergeseran penggunaan lahan untuk lahan pemukiman berasal
dari hutan, lahan pertanian, lahan terbuka, dan semak belukar.

Kata kunci : Daerah Aliran Sungai, penggunaan lahan, Sistem Informasi Geografis

Universitas Diponegoro
44 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE DAN BURUNG SEBAGAI
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN HUTAN
MANGROVE PASARBANGGI REMBANG
Eko Setyawan1*, Boedi Hendrarto2 dan Bambang Yulianto2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
2
Staf Pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia
*e-mail : eko.setyawan.08.es@gmail.com

ABSTRAK

Hutan mangrove di Desa Pasarbanggi merupakan salah satu kawasan strategis yang
sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata alam dan wisata pendidikan di
Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaman jenis
mangrove dan jenis burung yang terdapat di hutan mangrove Desa Pasarbanggi
sebagai data dasar untuk pengembangan wisata alam. Pengumpulan data vegetasi
mangrove dilakukan dengan metode kuadran (PCQM/Point-centered Quarter Method)
dan pengamatan dengan metode jelajah sedangkan untuk data burung dilakukan
pengamatan dengan kombinasi antara metode titik hitung dan metode jalur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kawasan hutan mangrove Desa Pasarbanggi memiliki9
jenis mangrove yang terdiri atas 5 jenis mangrove sejati dan 4 jenis mangrove
asosiasi.Jenis mangrove yang dominan berdasarkan indeks nilai penting adalah
Rhizophora mucronata. Untuk keanekaragaman jenis burung ditemukan 22 jenis
burung dari 14 famili yang 7 diantaranya merupakan jenis dilindungi. Indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener menunjukkan bahwa burung di hutan mangrove Desa
Pasarbanggi termasuk kategori keanekaragaman rendah.

Kata kunci : mangrove, pasarbanggi, keanekaragaman

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 45
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBER
DAYA AIR MELALUI PENGHIJAUAN DI DESA REGUNUNG,
KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG
Sri Puatin1, Munifatul Izzati2 dan Sudarno3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang
2
Fakultas Biologi Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
1
puatinsri@yahoo.com

ABSTRAK
Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang merupakan desa yang
terletak di discharge area CAT Salatiga. Desa Regunung merupakan wilayah dengan
lahan kritis terluas ketiga di Kecamatan Tengaran yang sering mengalami kekurangan
air bersih terutama pada musim kemarau panjang. Kegiatan penghijauan sebagai salah
satu upaya konservasi sumber daya air perlu dilakukan secara tepat. Upaya ini telah
dilakukan di Desa Regunung dan telah dua kali mendapat penghargaan tingkat
nasional. Keberhasilan sebuah kegiatan tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat.
Partisipasi masyarakat yang kurang aktif dapat mengakibatkan kurang berhasilnya
suatu kegiatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi
masyarakat dalam kegiatan penghijauan sebagai upaya konservasi sumberdaya air di
Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner
kepada 98 responden yang dipilih secara acak. Penyusunan instrumen kuesioner
mengacu pada partisipasi menurut Uphoff dan Cohen sedangkan analisa tingkat
partisipasi masyarakat berdasarkan tangga partisipasi Arnstein. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tangga
partisipasi Arsntein berada pada tingkat degrees of tokenism. Partisipasi masyarakat
pada tahap perencanaan berada pada tingkat consultation, tahap pelaksanaan berada
pada tingkat placation dan tahap monev berada pada tingkat placation. Tingkat
partisipasi masyarakat tersebut berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan dan
tingkat persepsi masyarakat.

Kata kunci : Konservasi Sumberdaya Air, Partisipasi Masyarakat, Penghijauan

Universitas Diponegoro
46 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PERSEPSI DAN ASPIRASI WISATAWAN
TERHADAP PENGELOLAAN OBYEK WISATA ALAM POSONG DI
TEMANGGUNG
Budi Setiyono , Aziz Nur Bambang2 , Kismartini3
1*

1Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan Undip


2Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip
3Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Undip
* budi_st75@yahoo.co.id

ABSTRAK

Obyek Wisata Alam Posong merupakan destinasi wisata baru di Kabupaten


Temanggung, yang terletak di kaki Gunung Sindoro pada ketinggian 1676 mdpl dan
merupakan wilayah administratif Desa Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung, dengan luas area ± 63 Ha terdiri dari lahan pertanian, hutan lindung dan
perkebunan kopi. Obyek Wisata Alam Posong awalnya merupakan lahan pertanian dan
hanya dikunjungi oleh beberapa pengunjung sekitar obyek, namun setelah adanya
pengembangan obyek yang diantaranya adalah pembangunan fasilitas pendukung
berupa gazebo, mushola, toilet, lahan parkir dan camping ground jumlah pengunjung
semakin meningkat. Pengelolaan Obyek Wisata Alam Posong dilakukan oleh
Perusahaan Desa Cita Citra Wisata dengan tujuan agar memberikan manfaat
sebagai tempat berwisata menikmati keindahan alam dan ekosistemnya tanpa
merusak kelestarian alam serta memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk
setempat. Dalam rangka mewujudkan pariwisata berkelanjutan perlu diketahui
persepsi dan aspirasi wisatawan terhadap pengelolaan Obyek Wisata Alam Posong.
Metode pengambilan data dilakukan melalui observasi, kuesioner dan studi
kepustakaan. Jumlah responden sebanyak 65 pengunjung dipilih secara acak. Hasil
penelitian, menunjukkan bahwa 98,46% pengunjung menyatakan puas setelah
berwisata di Obyek Wisata Alam Posong , 98,46% pengunjung akan mengulangi
kunjungannya, 73,85% pengunjung menempatkan obyek wisata ini sebagai tujuan
utama kunjungan. Daya tarik utama obyek wisata alam ini adalah pemandangan
bentang alam , kesejukan udara, panorama matahari terbit dan ketenangan berwisata.
Aktifitas utama yang dilakukan di obyek wisata alam ini menikmati pemandangan,
fotografi dan relaksasi.

Kata kunci : persepsi, aspirasi, wisata alam, Posong Temanggung

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 47
PERSEPSI PETANI TERHADAP BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI
PENGENDALI TIKUS SAWAH DI KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG
Johan Setiabudi (1)*, Munifatul Izzati (2), Kismartini(3)
1) Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia
2) Dosen Magister MIPA, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
3) Dosen Magister Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
*Email : johan_hut@yahoo.com

ABSTRAK

Padi sebagai penghasil beras merupakan bahan makanan pokok yang diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup penduduk di beberapa daerah di Indonesia sehingga harus
tetap dijaga persediaannya. Namun kenyataannya produksi padi saat ini cenderung
menurun akibat berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya serangan hama tikus
sawah yang menyebabkan kerusakan padi hingga gagal panen. Dalam dua tahun
terakhir ini, Pemerintah Kabupaten Semarang mulai mengembangkan pengendalian
hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu. Pengembangan dilakukan di beberapa
kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Banyubiru yang memiliki kerusakan padi
akibat hama tikus sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
petani terhadap pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sawah. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang
dilakukan meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisis data. Tahap
pelaksanaan dengan wawancara mendalam kepada informan sejumlah 15 orang.
Lokasi penelitian di Kecamatan Banyubiru dengan mengambil dua desa yaitu Desa
Banyubiru dan Desa Kebondowo sebagai desa yang memelopori pemanfaatan burung
hantu. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa persepsi petani terhadap burung
hantu cukup baik karena tingkat keberhasilan dalam mengendalikan hama tikus dirasa
efektif. Persepsi yang lain antara lain kemudahan dalam pengembangannya,
meminimalkan tenaga, biaya dan meniadakan dampak lingkungan dalam pengendalian
hama tikus sawah. Namun masih dijumpai sebagian petani menganggap penggunaan
burung hantu belum menunjukan hasil yang berarti. Hal ini dimaklumi karena populasi
tikus yang tinggi dan pengembangan burung hantu ini masih dalam tahap rintisan.
Persepsi petani sangat dipengaruhi oleh sosialiasi dari penyuluh dan tingkat
pengetahuan. Makin tinggi pengetahuan maka akan lebih mengerti manfaat burung
hantu dan lebih sadar bahwa proses ini memerlukan waktu yang tidak singkat.

Kata Kunci : Persepsi, burung hantu, petani

Universitas Diponegoro
48 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH JARAK DISTRIBUSI AIR TERHADAP KANDUNGAN
SISA CHLOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI
AIR MINUM PDAM KOTA SEMARANG
Soedarsono, Benny Syahputra

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UNISSULA


Jl. Raya Kaligawe Km.04 Semarang
E-mail : abu_fadiyah@yahoo.com

ABSTRACT

Concentration of residual chlorine in drinking water distribution networks of


Semarang Municipal Waterworks (MW) Semarang City Housing BSB Jatisari service
area do not meet quality standards. The purpose of this study is to determine the
concentration of residual chlorine in each node and to determine the effect of the
reservoir to the consumer's distance residual chlorine concentration. This study uses a
quantitative analysis with correlation and regression analysis, while the descriptive
analysis described through tables and graphs. The independent variables used are the
distance distribution (distance reservoir to the consumer), while the dependent
variable is the concentration of residual chlorine. The results also indicate the
concentration of residual chlorine at the node nearest the injection pump is 1.19 mg /
l, while the farthest node is 0.27 mg / l, the negative relationship between the distance
of the reservoir to the consumer to the concentration of residual chlorine, which is
increasing the distance reservoir consumers to the concentration of residual chlorine
will be reduced. This relationship does not have a strong correlation, meaning that
there are other factors that also influence. Such factors ie flow rate, flow velocity,
dimeter pipe and pipe wall roughness coefficient. Obtained from the calculation of
regression equation y = -0.002 +1.17, it means any reservoir distance of 1 meter to
the consumer increases the concentration of residual chlorine will be reduced by 0.002
mg / l. Thus, residual chlorine will be discharged at a distance of 585 meters from the
reservoir.

Keywords: chlorine, MW, distribution

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 49
QUICK ASSESSMENT SEBARAN LOGAM BERAT PADA TANAH SAWAH
DI KABUPATEN GRESIK, KEDIRI, BATU DAN MALANG, PROVINSI
JAWA TIMUR
Sukarjo, Triyani Dewi dan Poniman

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian


Jl. Jakenan Jaken 05, Pati-Jawa Tengah
Email: sukarjo@gmail.com

ABSTRAK

Kontaminasi logam berat di tanah sawah akan berdampak pada kualitas dan keamanan
beras yang dihasilkan. Logam berat sebagian besar akan diambil dari tanah dan
diteruskan ke bagian-bagian tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
asesmen secara cepat kontaminasi logam berat pada lahan sawah di kabupaten Gresik,
Kediri, Batu dan Malang Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari-Februari 2014 dengan melakukan pengambilan 3 sampel tanah sawah di
masing-masing kabupeten. Sampel tanah dianalisis kandungan Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Cu,
Mn, Zn dan Fe total dengan pelarut asam dan pengabuan basah. Setelah diencerkan,
sampel hasil ekstraksi diukur menggunakan atomic absorption spectrometry (AAS).
Konsentrasi logam Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Cu, Mn, Zn dan Fe total dalam tanah sawah
masing-masing 0.55-2.45; 0.08-0.24; 5.30-17.29; 2.70-17.17;0.94-9.94; 8.38-
43.88;356.26-1376.08; 25.31-155.20 dan 4475.33-5130.08 ppm. Banyaknya
kandungan logam berat yang diukur menurun sebagai berikut:
Fe>Mn>Zn>Cu>Co>Cr>Ni>Pb>Cd. Hasil analisis parameter pencemaran
menggunakan Pollution Load Index (PLI) and Geoaccumulation Index (I-Geo)
diperoleh bahwa tanah sawah di kabupaten Gresik, Kediri, Batu dan Malang Provinsi
Jawa Timur masuk dalam kategori tidak terkontaminasi logam berat.

Kata Kunci: kontaminasi, asesmen, batas kritis, tanah sawah

Universitas Diponegoro
50 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
SEBARAN Zn DAN Co PADA SAWAH IRIGASI
DI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
Wahyu Purbalisa, Mulyadi dan Asep Kurnia

Balai Penelitian Lingkungan pertanian


Jl. Raya Jaken-Jakenan KM 5 Juana-Pati, Jawa Tengah

ABSTRAK

Kabupaten Jombang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Timur yang
mendapat pengairan dari Sungai Brantas. Akibat kegiatan manusia, sungai tersebut
mulai mengalami pencemaran. Untuk itu perlu diketahui sebaran dan tingkat
pencemaran Zn dan Co pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Jombang. Contoh
sampel yang diambil berupa tanah pada lahan sawah yang mendapat irigasi dari
Sungai Brantas. Contoh tanah diekstrak dengan metode pengabuan basah dan diukur
dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) untuk diketahui kadar logamnya.
Hasil penelitian menunjukkan Zn dan Co tersebar mengelompok. Zn masih dalam
batas normal, namun kadar Co sudah melebihi batas normal. Sumber Zn dan Co
tersebut berasal dari bahan induk pembentuk tanah.

Kata kunci : Jombang, Sungai Brantas, Seng, Kobalt

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 51
KONDISI TERUMBU KARANG DAN KARANG DITINJAU DARI TUTUPAN
KARANG HIDUP DAN DENSITAS Zooxanthellae PADA KARANG Acropora sp
DI PERAIRAN PULAU SIKUAI PADANG
SUMATERA BARAT
Thamrin , Yusni I. Siregar1,2, Sofyan H. Siregar1,2, Abdul Hayi1,1,2 dan
1,2

Christian M. Siregar3
1
Dosen PSIL PPs-UNRI dan Faperika Universitas Riau
2
Dosen Faperika Universitas Riau
3
Mahasiswa Faperika Universitas Riau

ABSTRAK

Terumbu karang dibanyak tempat di dunia mengalami penurunan, termasuk di


Perairan Indonesia. Untuk mengetahui kondisi dan factor-faktor yang mempengaruhi
terumbu karang telah dilakukan pengamatan dengan cara survey tentang tutupan
karang hidup dan densitas zooxanthellae di dalam karang Acropora sp di Perairan
Pulau Sikuai, Padang Provinsi Sumatera Barat dari 28 Juni sampai 1 Juli 2012.
Kondisi terumbu karang dari porsentase tutupan karang hidup diketahui bahwa kondisi
terumbu karang di Perairan Pulau Sikuai sangat rendah, antara 3,6 % sampai 25 %.
Akan tetapi, densitas zooxanthellae pada karang (Acropora sp) ditemukan dalam
keadaan normal. Ketidak singronan hasila ntara tutupan karang dan densitas
zooxanthellae di dalam Acropora sp diperkirakan disebabkan tekanan manusia
beberapa decade yang lalu, seperti penangkapan ikan ilegal seperti menggunakan bom
dan potassium.

Kata Kunci: terumbu karang, karang, densitas dan zooxanthellae

DESORPSI TERMAL UNTUK REMEDIASI TANAH TERCEMAR

Universitas Diponegoro
52 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MINYAK BUMI
Adi Mulyanto

Balai Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi


Laboratorium Geostech, Gedung 820, Puspiptek Serpong, Tangerang
adimul2004@yahoo.com

ABSTRAK

Remediasi tanah tercemar minyak menjadi suatu keharusan untuk dilakukan seiring
dengan meningkatnya kesadaran terhadap kasus pencemaran, dan eksploitasi yang
berlebihan terhadap sumber daya alam. Pada saat ini muncul kesadaran tentang
pentingnya fungsi tanah sebagai komponen lingkungan, sehingga ada upaya untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi tanah. Kegiatan yang mempunyai
potensi sebagai sumber pencemaran antara lain adalah pengeboran minyak bumi dan
pengolahannya, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan bengkel kendaraan
bermotor.Tujuan dan sasaran kegiatan adalah melakukan studi dan pengkajian
terhadap kemampuan, kecocokan dan efektifitas teknologi desorpsi termal terhadap
spesifik matriks limbah berminyak (limbah B3).Teknologi desorpsi termal merupakan
rangkaian unit peralatan yang terdiri dari desorber dan kondensor serta peralatan
penunjang yang meliputi scrubber atau kondensor dan unit pengolahan air limbah.
Parameter yang diukur untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum adalah TPH,
temperatur pemangganan, temperatur kondensasi, dan lama waktu pemanggangan.
Percobaan awal telah dilakukan terhadap contoh tanah tercemar minyak dari Riau.
Percobaan dilakukan dengan cara pemanggangan tanah tercemar minyak di dalam
tungku listrik pada suhu 600 oC. Konsentrasi Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) awal
adalah 5,01% dan Total Oil & Grease (TOG) sebesar 7,40%. Setelah dilakukan
pemanggangan selama 10 menit pada suhu 600 oC diperoleh konsentrasi TPH dan
TOG masing-masing sebesar 0,06% dan 0,10%.

Kata kunci: Desorpsi termal, remediasi, tanah tercemar minyak.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 53
ANALISIS KUALITAS AIR, STATUS MUTU DAN BEBAN PENCEMARAN DI
SUNGAI PROGO HULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Sudarno1, Titik Istirokhatun2, Ratna Novita Sari3, Monalisatika Winih4
1,2,3,4
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
Email : sudarno_utomo@yahoo.com

ABSTRAK

Sungai Progo Hulu merupakan sungai utama di DAS Progo Kabupaten Temanggung.
Kondisi sungai Progo Hulu saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas
air disebabkan berbagai aktivitas manusia seperti permukiman, pertanian, dan industri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai dan faktor-faktor
penyebab perubahan konsentrasi, status mutu setiap segmen di sungai Progo Hulu, dan
daya tampung beban pencemaran untuk parameter Fecal Coliform. Kualitas air sungai
diukur dan diamati pada 5 segmen dengan 12 titik pengambilan sampel dan
dibandingkan dengan baku mutu kualitas air sungai menurut PP Nomor 82 Tahun
2001. Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air dengan menggunakan metode
STORET dan Indeks Pencemaran sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 dan analisis daya tamping beban
pencemaran menggunakan software QUAL2E. Hasil penelitian menunjukkan
parameter dominan yang menyebabkan pencemaran di sungai Progo Hulu untuk baku
mutu air kelas I adalah Fecal Coliform, sedangkan untuk baku mutu air kelas II,III,dan
IV adalah Amonia dan Fecal Coliform dengan sumber pencemar utama berasal dari
limbah domestik dan limbah peternakan. Status mutu air baik menunjukkan air sungai
Progo Hulu telah tercemar dengan kondisi cemar sedang untuk baku mutu air kelas I
dan cemar ringan-cemar sedang untuk baku mutu air kelas II,III, dan IV. Berdasarkan
hasil simulasi didapatkan bahwa di semua bagian Sungai progo Hulu beban
pencemaran untuk parameter fecal coliform sudah melebihi baku mutu air kelas I.

Kata Kunci : Indeks Pencemaran, STORET, Daya Tampung Beban Pencemaran,


Sungai Progo Hulu, Status Mutu Air

Universitas Diponegoro
54 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KANDUNGAN LOGAM BERAT KOBALT (Co) TOTAL DAN TEMBAGA (Cu)
TOTAL PADA TANAH DAN BERAS
Cicik Oktasari Handayani1), Sukarjo2)

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jln. Raya Jakenan-Jaken Km. 5 Kotak Pos 5
Jaken, Pati-Jawa Tengah
Email : cicik.oktasari@yahoo.com; 2) sukarjo@gmail.com
1)

ABSTRAK

Keberadaan logam berat Kobalt dan Tembaga dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
konsentrasi Co dan Cu dalam tanah dan beras. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Banjar Kedungmulyo dan Wonosalam, Kabupaten Jombang dari bulan Januari -
Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey pengambilan
sampel tanah pada 45 titik sampel dan sampel beras pada 12 titik sampel. Pengambilan
sampel tanah dilakukan dengan metode komposit pada kedalaman 0-20 cm. Sampel
tanah dan beras dianalisis logam Co dan Cu, pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation
(KTK) dan tekstur di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Co total dan Cu total di dalam tanah
berkisar antara 1,99-37,66 ppm dan 19,37-62,43 ppm sedangkan di dalam beras
berkisar antara 0,23-0,86 ppm dan 1,28-5,16 ppm. Tidak terdapat korelasi antara
kandungan Co dan Cu total di dalam tanah dengan di dalam beras. Tidak terdapat
korelasi antara kandungan Co total dan Cu total di dalam tanah dan di dalam beras.

Kata Kunci: Kobalt total, Tembaga total, Korelasi, Kabupaten Jombang

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 55
PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI
BIOABSORBEN DALAM PENANGANAN PENCEMARAN MINYAK
MENTAH
Delfi Fatina Soraya dan R. Nida Sopiah

Balai Teknologi Lingkungan, Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Gedung 820 (Gedung Geostech), Kawasan PUSPIPTEK, Serpong, Tangerang Selatan,
Banten
Email : delfi.fatina@bppt.go.id

ABSTRAK

Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu limbah padat terbesar yang
dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit, 23% dari total buah sawit segar, dan
pemanfaatannya saat ini digunakan sebagai bahan bakar boiler di pabrik pengolahan
kelapa sawit. Kadar air yang tinggi dalam tandan kosong kelapa sawit mengakibatkan
pemanfaatannya sebagai bahan bakar boiler kurang efektif. Penelitian ini dilakukan
untuk memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan bioabsorben untuk menangani pencemaran minyak mentah. Metode
pembuatan bioabsorben ini menggunakan tandan kosong kelapa sawit yang telah
dikeringkan kemudian dilakukan aktivasi secara kimia dengan menggunakan variasi
pelarut organik dan katalis H2SO4. Hasil bioabsorben ini kemudian diujicoba kapasitas
absorbsinya terhadap minyak mentah. Hasil penelitian menunjukkan biobsorbent yang
diaktivasi menggunakan pelarut Asam Oksalat memiliki kapasitas absorbsi yang
paling tinggi mencapai 7.5 kali g minyak/g absorben, dan 7.2 kali gr minyak/ gr
absorben dengan menggunakan pelarut Asam Askorbat.
Kata kunci : tandan kosong kelapa sawit, bioabsorben, absorbsi

Universitas Diponegoro
56 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI
OILSORBENT DENGAN TEKNIK AKTIVASI KOMBINASI FISIK
Widya Kooskurniasari1) danNida Sopiah2)
1)
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Jakarta
2)
BPPT Balai Teknologi Lingkungan, Puspiptek, Serpong, Banten
nidasusetyo@gmail.com
w_koos@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu cara untuk mengatasi tumpahan minyak mentah adalah dengan
menggunakan oil sorbent. Agar daya serap oil sorbent semaki nmeningkat maka
diperlukan suatu metode aktivasi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kondisi optimum dari oil sorbent dalam menyerap minyak mentah dan
pengaruh dari aktivasi fisik dengan proses pendinginan terhadap kapasitas adsorpsi
dari oil sorbent.Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah minyak mentah melalui
proses adsorpsi oleh oil sorbent yang diaktivasi dengan variasi suhu yaitu 200, 250 dan
300 oC, lama pemanasan yaitu 30 dan 60 menit, lama pendinginanyaitu 15, 30, 45 dan
60 menit dan jenis bahan pendingin yaitu es batu dan dry ice. Kemudian hasilnya
dianalisis untuk menghitung kemampuan menyerap dari oil sorbent. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kenaikan kapasitas adsorpsi oil sorbent setelah dilakukan proses
aktivasi. Sehingga didapatkan suhu, lama pemanasan, lama pendinginan dan jenis
bahan pendingin optimal terhadap penyerapan crude oil yaitu 300 oC, 60 menit, 30
menit dan dry ice. Dan kapasitas adsorpsi oil sorbent yang diaktivasi dengan
pemanasan dan disertai proses pendinginan adalah 11,3442 g/g, lebih besar dari
kapasitas adsorpsi oil sorbent yang dipanaskan saja pada suhu yang sama dengan
kapasitas adsorpsinya adalah 9,1756 g/g.

Kata kunci :Aktivasi,MinyakMentah, Oil Sorbent, Pendinginan, SerbukGergaji

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 57
PEMANFAATAN SABUT KELAPA SAWIT (SKS) SEBAGAI OILSORBENT
DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU PEMANASAN
Dwi Septiani Putri1) dan Nida Sopiah2)
1)
Jurusan Kimia, Fakultas Sainsdan Teknologi, Universitas Islam Negeri Jakarta
2)
BPPT Balai Teknologi Lingkungan, Puspiptek, Serpong, Banten
nidasusetyo@gmail.com
putri_2992@yahoo.com

ABSTRAK

Sabut kelapa sawit (SKS) biasanya menjadi limbah yang tidak digunakan dibakar di
ladang pertanian setelah dipanen atau dihancurkan yang tentunya akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Selain itu, penanganan limbah sabut kelapa sawit (SKS)
tersebut masih kecil dibandingkan limbah yang terbentuk. Tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran limbah sabut kelapa sawit (SKS) yang
dapat dijadikan sebagai adsorben yang berasal dari bahan alami untuk mengadsorpsi
limbah minyak. Penggunaan bahan alami dari limbah pertanian atau buangan hasil
industri dapat digunakan sebagai alternatif adsorben dengan biaya yang relatif rendah.
Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan sabut kelapa sawit (SKS) sebagai
adsorben untuk mengadsorpsi limbah minyak dengan variasi suhu dan waktu
pemanasan. Variasi suhu pemanasan yang digunakan yaitu suhu 150 OC, 200OC, 250OC
dan 300OC dengan waktu pemanasan 30 Menit, 45 Menit dan 60 Menit. Selain itu
dilakukan pengujian pengaruh bahan aktivator berupa uap air (H 2O) terhadap kapasitas
adsorpsi sabut kelapa sawit (SKS). Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa
suhu optimum yang menghasilkan kapasitas adsorpsi limbah minyak yang
menggunakan uap dan tanpa uap air yaitu pada suhu 200 OC dengan kapasitas adsorpsi
sebesar 8.8810 g minyak/g adsorben untuk tanpa uap air dengan waktu pemanasan 30
menit. Sedangkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan uap air sebesar 8.5416 g
minyak/g adsorben dengan waktu pemanasan 60 menit.

Kata Kunci : Adsorben, Adsorpsi, Limbah Minyak, Sabut Kelapa Sawit (SKS)

Universitas Diponegoro
58 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN BITTERN SEBAGAI KOAGULAN UNTUK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PEMINDANGAN IKAN
Nilawati dan Marihati

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri


Jln. Ki Mangun Sarkoro no 6 Semarang 50136
E-mail : nilawatibbtppi@yahoo.co.id

ABSTRAK

Industri pemindangan ikan merupakan industri kecil yang mengolah dan mengawetkan
ikan yang mampu meningkatkan masa simpan ikan segar. Dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah cair dari perebusan ikan sejumlah 600 liter per-
1 ton ikan per-hari untuk satu industri kecil. Limbah tersebut didiamkan satu malam
agar kondisinya dingin kemudian keesokan harinya langsung dibuang ke sungai tanpa
pengolahan terlebih dahulu, hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
terutama bau yang dikeluarkan akibat dari pembusukan bahan-bahan organik . Hasil
uji limbah cair air rebusan adalah TSS 57,99 mg/l, sulfida 1,589 mg/l, minyak lemak
90,0 mg/l , COD 9000 mg/l dan BOD 641,3 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data penurunan bahan organik dengan menggunakan bitten sebagai
koagulan. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi bitten yang terdiri dari 50
ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm, sedangkan variabel kedua adalah volume
bitten yang terdiri dari 10, 15, 20 ,25 ml dalam 1 liter limbah pindang dengan kondisi
pH netral. Hasil koagulasi dengan bitten diperoleh rata-rata sludge volume 20-40
persen dengan pengendapan 15 menit. Paramater yang digunakan untuk mengetahui
penurunan bahan organik dengan parameter COD permanganat Penurunan yang
optimal adalah perlakuan 200 ppm dan 20 ml bitten per-1 liter dengan penurunan COD
permanganat sebesar 65,77 persen

Kata kunci : bittern, koagulasi, limbah , rebusan pindang

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 59
STRATEGI PENGENDALIAN BIOINVASION SPECIES
PADA WATER BALLAST TANK
(STUDI KASUS PADA PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG)
A.Agus Tjahjono1, Azis Nur Bambang2, Ign. Boedi Hendrarto3, Sutrisno Anggoro4

1 Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro


Semarang
2,3,4 Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Semarang
e-mail : a_agus_tjahjono70@yahoo.co.id

ABSTRAK

Indonesia saat ini bersama-sama dengan negara anggota ASEAN lainnya yaitu
Philipina, Singapura, Kamboja, Vietnam dan Brunei Darussalam, belum masuk dalam
para pihak yang menandatangani Konvensi Ballast Water Management 2004.
Pemerintah Indonesia telah mengatur air ballast ini dalam PP RI Nomor 21 Tahun
2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim. Sanksi yang diberikan pada pemilik
atau operator kapal yang melakukan pencemaran minyak hanya diberikan sanksi
ringan administrasi. Pola kedatangan kapal dari luar negeri yang melakukan kegiatan
bongkar muat didominasi kapal niaga dari Singapura selanjutnya Malaysia, sedangkan
pelayaran dalam negeri, didominasi dari Kalimantan, Sumatera dan Papua. Pola
kedatangan ini dapat menjadi acuan prioritas pada penelitian selanjutnya pada dampak
bioinvansion species di pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Kata Kunci : bioinvasions species, Konvensi Ballast Water Management 2004, pola
kedatangan kapal

Universitas Diponegoro
60 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI ADSORBEN MINYAK MENTAH
(CRUDE OIL) DENGAN AKTIVASI KIMIA MENGGUNAKAN ASAM
SITRAT
Arie Herlambang , Nida Sopiah 1) dan Ummu. Hanifah2)
1)

1). Balai Teknologi Lingkungan – BPPT Puspiptek Serpong


2). Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : nidasofiah@yahoo.com

ABSTRAK

Pemanfaatan jerami padi di Indonesia saat ini belum dikelola secara maksimal bahkan
dianggap sebagai salah satu limbah pertanian yang dapat berkontribusi terhadap
peningkatan efek rumah kaca. Jerami padi terdapat selulosa yang mengandung gugus
hidroksil yang dapat diaktivasi secara kimia dengan senyawa hidrokarbon berantai
panjang sehingga akan meningkatkan kemampuan hidrofobik. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi jerami padi dalam mengadsorpsi
crude oil yang diaktivasi secara kimia menggunakan asam sitrat dengan variasi
konsentrasi: 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,25; 1,50; 1,75 dan 2,00 N. Aktivasi dilakukan
pada suhu 1200C selama 30 menit, kemudian dioven pada suhu 500C selama 24 jam,
dan selanjutnya dilakukan pengukuran kapasitas adsorpsi dan karakterisasi dengan
FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi crude oil optimal pada
konsentrasi 1,75 N dengan kapasitas adsorpsi sebesar 11,18 g minyak/g adsorben.
Karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya penambahan gugus fungsi
karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1658 cm-1 , terjadinya penurunan serapan
gugus hidroksil (O-H) pada bilangan gelombang 3391 cm-1 sebesar 11 %. Sedangkan
gugus fungsi yang lainnya tetap ada yaitu gugus C-H pada bilangan gelombang 2936
cm-1, gugus CH2 pada bilangan gelombang 1465 cm-1, gugus CH pada bilangan
gelombang 1325 dan gugus C-O pada bilangan gelombang 1115 cm-1.

Kata kunci: aktivasi kimia, minyak mentah, jerami padi

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 61
PENURUNAN RESIDU DDT DENGAN PERLAKUAN UREA ARANG AKTIF
YANG DIPERKAYA MIKROBA PADA LAHAN SAYURAN
Wahyu Purbalisa dan Sri Wahyuni

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian


Jln. Jaken-Jakenan Km 05, Pati 59182
E-mail: purbalisa@gmail.com

ABSTRAK

Hama penyakit yang ada di tanaman sayuran umumnya lebih banyak dibandingkan di
tanaman padi, sehingga intensitas penggunaan pestisida pada sayuran lebih tinggi
dibandingkan tanaman padi. Residu senyawa DDT masih ditemukan di lahan sayuran,
padahal senyawa ini sudah tidak digunakan lagi oleh petani dan dilarang oleh
pemerintah. Residu ini dapat lama tinggal di dalam tanah dan sulit untuk terdegradasi.
Pengayaan mikroba diharapkan dapat mempercepat degradasi residu DDT. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Jakenan dari bulan Februari 2012 hingga September
2012. Mikroba konsorsia diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan yaitu isolasi
tanah indegenus yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi LIPI Cibinong. Tanah
untuk media tanam berasal dari Desa Sukamakmur Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dan
6 perlakuan yaitu kontrol, urea prill, urea arang aktif tongkol jagung, urea arang aktif
tempurung kalapa, urea arang aktif tongkol jagung diperkaya mikroba, dan urea arang
aktif tempurung kelapa diperkaya mikroba. Tanaman yang digunakan adalah sawi
hijau. Analisa residu pestisida dilakukan di laboratorium Residu Bahan Agrokimia
Bogor menggunakan GC Varian 450 dengan detektor ECD. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui penurunan kontaminan DDT dengan urea arang aktif yang
diperkaya dengan mikroba. Hasil penelitian menunjukkan urea berlapis arang aktif dari
tongkol jagung yang diperkaya dengan mikroba pada lahan sayuran (sawi) dapat
menurunkan residu pestisida DDT sebesar 24,2 %. Hal ini disebabkan adanya peran
mikroorganisme dalam mendegradasi Residu DDT.

Kata Kunci: Urea arang aktif, mikroba, penurunan DDT, lahan sayuran

Universitas Diponegoro
62 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENCEMAR UDARA DI LINGKUNGAN
PABRIK PELEBURAN KUNINGAN DI JUWANA KABUPATEN PATI DAN
PENGELOLAANNYA
Aditya Marianti.

Universitas Negeri Semarang


.tya.unnes@yahoo.co.id

ABSTRAK

Lingkungan pabrik peleburan logam kuningan adalah lingkungan yang memiliki


prevalensi tinggi untuk terjadinya pencemaran udara. Hal ini disebabkan karena bahan
baku yang dilebur untuk memproduksi kuningan sebagian besar berasal dari bahan
rongsokan yang sebagian termasuk limbah B3.Oleh karena itu dilakukan penelitian ini
dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor fisika dan kimia penyebab
pencemaran udara di lingkungan pabrik peleburan kuningan di Juwana kabupaten
Pati. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan mengambil
sampel udara di tiga pabrik peleburan kuningan di Juwana kabupaten Pati. Sampel
udara yang diambil adalah udara di dalam ruangan pabrik sebanyak 1 kali selama 1
jam, kemudian dianalisis dengan berbagai metode. Sampel udara yang diukur meliputi
11 parameter fisika dan kimia, meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, kebisingan,
TSP (debu), kadar NO2, SO2, Pb, CO, H2S, dan NH3. Hasil pengukuran akan dijadikan
dasar untuk pengelolaannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam pabrik
peleburan logam kuningan yang diteliti telah terjadi kontaminasi berbagai bahan
pencemar udara, yaitu NO2, SO2, Pb, CO, H2S, dan NH3. Akan tetapi kadarnya masih
di bawah batas ambang yang ditetapkan oleh Permenakertrans RI Nomor
13/MEN/X/2011 tentang Nilai ambang batas faktor fisika dan kimia di tempat kerja,
kecuali untuk kadar CO, Pb dan tingkat kebisingan yang di beberapa pabrik
melampaui batas ambang yang ditetapkan. Simpulan dari penelitian ini adalah telah
terjadi kontaminasi bahan pencemar udara di dalam pabrik peleburan logam kuningan
di Juwana kabupaten Pati namun masih dalam batas ambang yang diperbolehkan.
Pengelolaan yang berkaitan dengan kondisi tersebut perlu dilakukan untuk
menghindarkan dampak negatif pada para pekerja peleburan logam dan lingkungan.

Kata kunci : kuningan, faktor fisika dan kimia, pencemaran udara di lingkungan kerja

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 63
LOGAM BERAT DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH
DI PULAU BANGKA
Anik Hidayah dan Mulyadi

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian


Jl. Jakenan-Jaken Km 5 Kotak Pos 5 - Pati 59182
Alamat korespondensi: anikhidayah2012@gmail.com

ABSTRAK

Kerusakan lingkungan akibat kegiatan penambangan harus mendapat perhatian serius


karena berdampak pada penurunan kualitas lingkungan sekaligus kontaminasi bahan
berbahaya seperti logam berat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui logam berat
di daerah bekas tambang timah di Pulau Bangka. Sampel tanah diambil di 56 lokasi
bekas tambang timah, sedangkan sampel air diambil di 12 kolong (danau bekas lubang
tambang) di lima kabupaten di Pulau Bangka. Analisis lima logam berat (Pb, Cd, Cr,
Mn, dan Zn) dilakukan dengan menggunakan spektrometri serapan atom (SSA).
Konsentrasi logam Mn pada sampel tanah terukur paling tinggi dengan kisaran 1,17-
560,66 mg kg-1, diikuti Zn 1,35-457,07 mg kg-1, Pb 1,08-76,05 mg kg-1, Cr 0,65-17,90
mg kg-1 dan yang terendah adalah Cd 0,67-12,36 mg kg-1. Konsentrasi logam Mn pada
sampel air kolong juga terukur paling tinggi yaitu 0,72 mg l -1, diikuti Zn 0,29 mg l-1,
Cd 0,07 mg l-1, Pb 0,06 mg l-1, dan terendah adalah Cr 0,03 mg l-1. Berdasarkan
konsentrasi maksimum yang diijinkan (Maximum Allowable Concentration, MAC),
konsentrasi logam Pb yang melebihi nilai MAC sebesar 54% sehingga perlu upaya
remediasi sebelum dilakukan reklamasi lahan pasca tambang timah untuk kemudian
dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Kata kunci: logam berat, tanah, air, bekas tambang timah, pulau Bangka

Universitas Diponegoro
64 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
POTENSI BIOCHAR (ARANG HAYATI) BERBAHAN BAKU LIMBAH DAUN
KAYU PUTIH GUNA PERBAIKAN EKOLOGI TANAH DAN PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS TANAMAN DI PABRIK MINYAK KAYU PUTIH PERUM
PERHUTANI KPH GUNDIH.
Iwan Gunawan *)

Program Studi Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Gundih memiliki Pabrik


Minyak Kayu Putih yang dapat menghasilkan limbah daun sebanyak 7.800 ton
pertahun. Sebagian limbah digunakan untuk bahan bakar tungku pemanas pabrik dan
sisanya sebanyak 3.900 ton pertahun menjadi limbah yang semakin menumpuk di
sekitar pabrik dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Sehubungan sifat limbah daun
kayu putih yang sulit hancur maka dekomposisi limbah tersebut secara alami
membutuhkan waktu lama (lebih dari 3 tahun). Biochar /arang hayati merupakan
butiran arang halus berpori ( porous) dari mahluk hidup terutama limbah tanaman
yang sulit lapuk seperti sekam padi, tongkol jagung, batok kelapa, tandan kosong
kelapa sawit, daun kayu putih dan lain sebagainya. Biochar berfungsi sebagai agen
pembenah tanah yang dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah
sehingga mampu memperbaiki dan menjaga kesuburan tanah bahkan mampu tinggal
dalam tanah selama ratusan tahun yang dapat mendukung konservasi karbon tanah
sebagai alternatif upaya menekan pemanasan global. Pembuatan biochar berbahan
baku limbah daun kayu putih merupakan alternatif upaya penanganan limbah yang
logis, murah dan cepat sekaligus upaya perbaikan ekologi tanah. Sampai saat ini
belum ada kajian pembuatan biochar berbahan baku limbah daun kayu putih di Perum
Perhutani KPH Gundih. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi dan nilai
efisiensi biochar yang dihasilkan dari limbah daun pabrik minyak kayu putih KPH
Gundih. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi informasi dan masukan kepada
Perum Perhutani dan semua pihak tentang manfaat dan potensi biochar yang dapat
dihasilkan dari limbah daun pabrik minyak kayu putih KPH Gundih. Sampel limbah
yang diamati sebanyak 10 sak, dari bulan Mei sampai dengan Juni 2014 bertempat di
Puslitbang Perum Perhutani Cepu. Kegiatannya meliputi pengumpulan limbah,
penimbangan, penjemuran, pembuatan arang dan penggilingan serta penimbangan
hasil. Analisis yang digunakan adalah deskripsi kuantitatif. Hasil pengamatan
penunjukkan bahwa dari bahan baku sebanyak 246,29 kg (10 sak) diperoleh nilai
rendemen proses penjemuran selama 2 (dua) hari sebesar 54,02%, arang 3,43%,
biochar 3,29%. Dengan demikian potensi biochar limbah daun dari pabrik minyak
kayu putih KPH Gundih sebesar 128,31 ton/pertahun. Biochar selanjutnya
diaplikasikan ke lahan tanaman guna memperbaiki dan menjaga ekologi tanah serta

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 65
meningkatkan produktivitas terutama tanaman kayu putih sebagai pemasok pabrik
minyak kayu putih di KPH Gundih. Dengan dosis 5 ton perhektar maka biochar setiap
tahun dapat diberikan ke lahan tanaman kayu putih seluas 25,66 Ha. Untuk
mengetahui dampak pemberian biochar perlu dilakukan kajian pengaruh pemberian
biochar berbahan baku limbah daun kayu putih terhadap ekologi tanah secara fisik,
kimia dan biologi serta produktivitas tanaman kayu putih. Biochar hanya sebagai agen
pembangun dan penjaga kesuburan tanah, bukan pupuk dan tidak dapat menggantikan
pupuk sehingga pemupukan perlu dilakukan sesuai kebutuhan tanaman.

Kata kunci: Biochar, limbah kayu putih, rendemen, tanaman

Universitas Diponegoro
66 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
COLLABORATIVE APPROACH IN RIVER POLLUTION CONTROL
IN THE DOWNSTREAM OF GARANG RIVER
Hermin Poedjiastoeti*, Henny Pratiwi Adi, Mila Karmilah

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Islam Sultan Agung


Semarang
Jl. Raya Kaligawe Km 04 Semarang
Email: hpoedjiastoeti@gmail.com

ABSTRACT

Efforts to control water pollution in the Garang River more top-down oriented
approach. Continuing water degradation of Garang River showed weakness of the
program target, participation of community is not fairly high and weak institutional
capacity. Collaborative approach is an alternative to fill weaknesses in a top down
approach and participative approach, that emphasizes equality, trust and division of
responsibilities between stakeholders. The aims of this study is to analyze the status of
water quality and to identify prospects of collaborative approaches to control river
pollution. Analysis of water quality status using Storet Value System. Likert scale
using to determine the prospects of a collaborative approach and controlling water
pollution was done by performing a SWOT analysis. The results showed that the water
quality status of Garang River Downstream in the three locations including Class D
(poor / heavily polluted) with a score of > -31. Several parameters have exceeded the
quality standards that required by Government Act No. 82 of 2001on Water Quality
Management and Water Pollution Control, are phosphate, BOD and COD. Source
pollutants come from untreated sewage plant, agricultural waste and domestic
activity. The prospect of collaborative approaches to pollution control in the
downstream Garang River including good categories. River water pollution control by
increasing the inventory and identification of sources of pollution, improve public
knowledge in the management of solid and liquid waste, domestic WWTP construction,
improve the water quality monitoring, improve supervision and monitoring of the
performance of wastewater treatment, implementation of cleaner production and law
enforcement.

Keywords : collaborative approach, water quality, pollution control

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 67
RESIDU PESTISIDA ORAGNOKLORIN DI SENTRA PRODUKSI SAYURAN
KABUPATEN BREBES
Poniman

BalaiPenelitianLingkunganPertanian
Jl. Raya Jakenan-Jaken Km.5 Pati 59182
Email: balingtan@yahoo.com ; poniman63_ir@yahoo.co.id

ABSTRAK

Upaya meningkatkan kualitas pangan dihadapkan pada permasalahan lingkungan


pertaanianseperti cemaran residu pestisida organoklorin akibat penggunaan di masa
lalu. Penggunaan pestisida organoklorin di awal tahun 1970-an melalui program
BIMAS / INMAS terbukti efektif mengendalikan OPT, tetapi berdampak pada
munculnya residu di lingkungan pertanian. Budi daya tanaman yang dilakukan pada
tanah tercemar residu pestisida, produk yang dihasilkan dapat mengandung residu
pestisida.Pestisida golongan organoklorin yang telah dilarang penggunaannya masih
ditemukan residunya di dalam tanah, air, dan produk pertanian. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui besarnya residu pestisida organoklorin di sentra produksi sayuran
dataran rendah kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari semua
lokasi yang diamati terdeteksi adanya residu organoklorin. Residu dieldrin pada contoh
tanah tertinggi berasal dari Kemukten Kersana sebesar 0,1288 ppm, dan residudi eldrin
pada contoh air sebesar 0,1288 ppm berasal dari Desa Kemukten Kersana. Sedangkan
residu heptaklor pada bawang merah asal Desa Siasem Wanasari sebesar 0,1524 ppm
(BMR 0,05 ppm) danaldrin pada cabe asal Desa Saireja Tanjung sebesar 0,2388 ppm
(BMR 0,1 ppm). Keduanya melebihi nilai batas maksimum residu (BMR) yang
diijinkan.

Kata Kunci: Residu organoklorin, sentra sayuran, Kabupaten Brebes

Universitas Diponegoro
68 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cu BERAS PADA
BEBERAPA VARIETAS PADI
HEAVY METAL CONTENT Pb AND Cu ON RICE SOME VARIETY
Yulis Hindarwati, Forita Dyah Arianti dan Joko Pramono

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah


Jl. BPTP No. 40 Bukit Tegalepek, Ungaran 50501
yulis_hindarwati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pencemaran lingkungan karena aktivitas manusia merupakan cermin kurangnya


kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Pencemaran lingkungan pertanian dapat
berdampak terhadap tercemarnya produk pertanian yang dapat membahayakan
kesehatan manusia. Logam berat seperti Pb dan Cu merupakan unsur yang banyak
mencemari produk pertanian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan logam
berat Pb dan Cu yang terdapat dalam beras dari praktek budidaya dengan perlakuan
pupuk organik pada beberapa varietas padi. Penelitian dilakukan bulan Juni sampai
September tahun 2014 di desa Bulugede kecamatan Patebon, kabupaten Kendal.
Rancangan yang digunakan Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan yaitu Faktor
I yaitu sumber pupuk organik terdiri dari Kompos jerami dan Pupuk kandang dan
factor II yaitu Varietas, terdiri dari: Ciherang, Inpari 20, dan Inpari 30 dengan empat
ulangan. Contoh gabah di ambil dari hasil ubinan masing-masing plot kemudian
dikomposit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb dan Cu
terdapat pada semua jenis pupuk organik dan semua varietas. Nilai kisaran kandungan
logam berat Pb pada beras untuk perlakuan kompos jerami dari berbagai varietas
(17,75 - 18,40 ppm) dan Cu (0,94 - 1,15 ppm). Sedangkan kandungan logam berat Pb
pada beras untuk perlakuan pupuk kandang dari berbagai varietas (17,31 - 17,75 ppm)
dan Cu (1,11 - 1,16 ppm). Kandungan logam berat Pb pada beras dari berbagai varietas
melebihi batas maksimum cemaran yang ditetapkan (0,25 mg/kg), sedangkan
kandungan logam berat Cu masih dibawah ambang batas yang ditetapkan (0,40 mg/kg)
(SNI 7387:2009).

Kata kunci : Logam berat Pb and Cu, Pupuk organik, Varietas.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 69
A CHANCE OF HERBACEOUS AQUATIC PLANTS TO REMEDIATE ACID
MINE DRAINAGE IN A POST COAL MINING AREA
Antun Puspanti

Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja, Badan Litbang
Kementerian Kehutanan
Jl. Soekarno Hatta Km 38 Samboja, Kalimantan Timur

ABSTRACT

Acid mine drainage (AMD) is one of the most important problem needed to be solved
in the mining industry. AMD is characterized by low pH water with elevated
concentrations of iron, sulphates, and heavy metal of varying composition dependent
upon the originating mineral deposit types. The conventional treatment technologies
used in the treatment of acid mine drainage are expensive both in terms of operating
and capital costs. In the past decades, therefore, research efforts has been directed
towards wetlands as an alternative low cost means of removing heavy metals from
AMD besides domestic, commercial and industrial waste water Both natural and
artificially constructed wetlands offer an efficient treatment technology with minimum
inputs, low investment costs, low operating costs and no external energy input. Thus,
the use of herbaceous aquatic plants played important role in constructed wetlands.
This study offered some review of the uses and properties of the herbaceous aquatic
plants in remediating AMD in a post coal mining area from some studies.

Keywords : acid mine drainage, wetlands, aquatic herbaceous plants, remediation

Universitas Diponegoro
70 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGGUNAAN TEKNOLOGI REAKTOR MICROBIAL FUEL CELLS (MFCs)
DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN
MEDIA TERLEKAT UNTUK MENURUNAN KADAR CHEMICAL OXYGEN
DEMAND (COD) DAN MENGHASILKAN DAYA LISTRIK
Purwono, Hermawan, Hadiyanto
Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Diponegoro
Jl. H. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang
E-mail: pur_121@yahoo.com

ABSTRACT

Microbial Fuel Cells (MFCs) is a bioreactor that converts the chemical energy of the
organic compounds to electrical energy by the catalytic reaction of microorganisms
under anaerobic conditions. The purpose of this study is to analyze the effect of
variation in the attached growth media and the variation of the initial chemical oxygen
demand (COD) concentration on removal efficiency of COD concentration and the
electrical power produced. MFCs reactor designed in a dual-chamber is connected
using a salt bridge. Gravel and bioball used as a variety of attached growth media in
anode compartment and the initial effluent concentration was varied from 0%, 25%,
50%, and 100% of the effluent COD concentration of tofu wastewater industry by
dilution of the original. The results showed that the attached growth media onto the
gravel with a concentration of 50% produces an electric current highest average of
7.25 uA. Voltage and power at the two variations is increasingly declining. In a
variation of 100% produces an electric current is lower than 50%. The possibility of
this is due to the presence of sulfide compounds that act as electron acceptors.
Formation of sulfide compounds characterized by the formation of black color on
anode substrate. Coulombic efficiency (εC) due to inherent differences between
attached growth media and variations in the concentration is in the range of 0.001 to
0.035%. Low εC probably due to fermentation products and biofilm formation on the
anode electrode that inhibit the transfer of electrons to the anode electrode such as
biomass, dissolved organic matter, gases H2 and CH4.

Keywords: Microbial Fuel Cells (MFCs), attached growth media , tofu wastewater

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 71
KARAKTERISTIK BIOFILM PADA PENGOLAHAN LIMBAH TAHU
DENGAN KERIKIL VULKANIK MERAPI
Sri Sumiyati1
1
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
1
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro

ABSTRAK

Tulisan ini membahas karakteristik biofilm yang terbentuk pada permukaan kerikil
vulkanik Merapi. Berdasarkan observasi, ada 3 tahap pembentukan biofilm, yaitu
tahap pelekatan, kolonisasi dan pertumbuhan. Setiap tahap dilakukan analisis. Pada
tahap pelekatan, biofilm sudah terbentuk. Secara fisik, kerikil vulkanik terlihat
mengkilap dan licin. Pada tahap kolonisasi, kerikil vulkanik Merapi diselimuti oleh
lapisan biofilm yang berwarna putih kekuningan, sesuai dengan warna limbah tahu.
Pada tahap pertumbuhan, sebagian besar permukaan kerikil tertutup oleh lapisan
biofilm. Pada batas waktu tertentu, semakin lama waktu tinggal limbah, lapisan
biofilm yang terbentuk pada permukaan kerikil vulkanik semakin tebal dan stabil.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi COD pada limbah tahu.
Penurunan konsentrasi COD mengindikasikan keberhasilan teknologi biofilm dalam
mengurangi kadar pencemar organik dalam air limbah.

Kata kunci: karakteristik biofilm, kerikil vulkanik Merapi, COD.

Universitas Diponegoro
72 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
THE ABILITY OF AQUATIC WEED WATER HYACINTH AND WATER
LETTUCE TO REDUCE HEAVY METAL IRON (Fe), MANGANESE (Mn)
AND ZINC (Zn)
Oukhan Ibrahim Mohamed

Environmental science study program diponegoro university Semarang


Jalan Imam Bardjo, SH No.5 Semarang 50241

ABSTRACT

Phytoremediation techniques for the treatment of different types of water have been
used by several researchers. These techniques are reported to be cost effective
compared to other methods. Various contaminants like total suspended solids,
dissolved solids, hardness, dissolved oxygen, heavy metals, and other contaminants
have been minimized using water hyacinth, water lettuce. In this research will use the
water hyacinth, water lettuce to reduce heavy metals and the ability of those plants
their efficiency in reduction of different water contaminants. The benefit of this
research is expected to give theoretical contribution for environmental study
especially in terms of heavy metal absorption using aquatic plants. And also this
research is expected to give contribution for practical aspect for problem solving to
reduce heavy metal contain in water. Has been sampling from Kaligarang river
because in this research will be to use water from the Kaligarang river as polluted
rivers in Semarang city was measured ratio of heavy metals. Fe=0,063 mg/l.
Mn=0,073mg/l. Zn=0,052mg/l. Cd=<0,001mg/l. Cr=<0,004mg/l. Cu=<0,005mg/l.
Pd=<0.008mg/l.
Keywords: water hyacinth, water lettuce, heavy metals

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 73
STATUS MUTU AIR SUNGAI BATANGHARI
CLUSTER KABUPATEN DHARMASRAYA
DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN
Dian Chandra Ardhani1*, Purwanto2*, Sudarno3*
1.
Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
2.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang
3.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
arr_dhan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Mengetahui status mutu air Sungai Batanghari dapat dilakukandengan menggunakan


metode indeks pencemaran sebagaimana yang ditentukan pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Pada penghitungan status mutu air ini dilakukan dengan membagi Sungai Batanghari
cluster Kabupaten Dharmasraya menjadi 4 segmen yang terdiri dari 5 lokasi titik
sampling. Adapun parameter kualitas air yang gunakan adalah 7 parameter kunci yang
dindikasikan dari sumber pencemar yang ada pada daerah tersebut. Parameter tersebut
antara lain pH, Dissolved Oxygen (DO), Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical
Oxygen Demand (COD), Total Dissolved Solid (TDS), Total Suspended Solid (TSS)
dan raksa (Hg). Hasil penelitian menunjukkan nilai jika dibandingkan dengan baku
mutu kelas I pada semua segmen berada pada status cemar ringan, jika dibandingkan
dengan baku mutu kelas II hanya segmen 4 berada pada status baik, jika dibandingkan
dengan baku mutu kelas III hanya segmen 1 yang berada pada status cemar ringan dan
jika dibandingkan dengan baku mutu kelas IV semua segmen berada pada status baik.
Parameter yang menyebabkan status cemar ringan pada baku mutu kelas I dan kelas II
adalah tingginya nilai COD, TSS dan Hg. Tingginya nilai COD disebabkan masuknya
pencemar organiknon-biodegradable yang berasal dari tumbuhan mati,tingginya nilai
TSS dan Hg disebabkan oleh aktifitas galian C dan PETI (penambangan emas tanpa
izin).
Kata Kunci : indeks pencemaran, status mutu air, Sungai Batanghari.

Universitas Diponegoro
74 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IDENTIFIKASI PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI
KECIL SLONDOK SEBAGAI UPAYA PENANGANAN DAMPAK
LINGKUNGAN
Hana Fais Prabowo1, Purwanto2 dan Suherman2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
2
Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Email: faisprabowo@yahoo.com

ABSTRAK

Kegiatan industri disamping berdampak positif juga memiliki dampak negatif


diantaranya berupa keluaran bukan produk berupa bahan, energi dan air yang ikut
digunakan kegiatan produksi namun tidak menjadi produk akhir dan juga dapat
merupakan pencemar yang merugikan lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.
Dampak negatif terhadap lingkungan dari kegiatan industri slondok dapat
diminimalkan dengan penerapan produksi bersih, yaitu upaya pengurangan timbulan
limbah langsung dari sumbernya dalam tiap tahapan proses produksi serta
meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya alam dan energi sehingga
memberikan keuntungan ekonomi sekaligus lingkungan. Melalui penelitian ini
dilakukan identifikasi timbulan limbah yang dihasilkan pada semua tahapan proses
produksi slondok serta mengembangkan ide-ide peluang produksi bersih yang dapat
diterapkan. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif
dengan cara menggali informasi sebanyak mungkin pada obyek penelitian melalui
observasi, wawancara dan brainstorming. Timbulan limbah yang dihasilkan pada
proses produksi slondok meliputi limbah padat berupa kulit dan kotoran, sontrot (serat
ubi kayu), kupasan tumpeng, dan abu sisa pembakaran. Limbah cair berupa air bekas
cucian ubi kayu, air hasil pres ubi kayu, dan air sisa proses pengukusan. Sedangkan
limbah yang berwujud gas berupa asap dan uap air pada proses pengukusan yang
menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Beberapa peluang perbaikan pengelolaan
lingkungan melalui penerapan produksi bersih yang dapat dilakukan adalah
pemanfaatan air limbah hasil pres ubi kayu sebagai bahan baku pembuatan nata de
cassava, penggunaan mesin blower dan cerobong yang lebih tinggi pada proses
pengukusan, pemanfaatan kembali air bekas cucian ubi kayu, serta standarisasi dan
pengecekan rutin terhadap alat pengupas kulit ubi kayu.

Kata Kunci: dampak lingkungan, timbulan limbah, produksi bersih, industri slondok

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 75
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL NATA DE
COCO DI KABUPATEN BANTUL
Melia Ariyanti1, P. Purwanto1,2, S. Suherman1,2
1
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro
2
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang
Email : melia_ariyanti31@yahoo.co.id
ABSTRAK

Aktifitas agroindustri nata de coco dapat berdampak negatif ke lingkungan apabila


adanya timbulan limbah padat, cair ataupun emisi tidak melalui upaya pengolahan
limbah dan langsung dibuang ke lingkungan. Risiko dampak lingkungan ini dapat
dikurangi dengan menerapkan produksi bersih dalam pengelolaan lingkungan industri
nata de coco yang bertujuan untuk meminimalkan penggunaan bahan, air serta energi
serta pengurangan timbulan Keluaran Bukan Produk (KBP) dari awal proses sampai
menjadi produk akhir. Metode yang digunakan berupa pengamatan proses produksi
dan pengujian kualitas limbah cair di laboratorium berdasarkan baku mutu yang
ditetapkan oleh Permen LH No 13 Tahun 2008. Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan pengolahan limbah cair yang berasal dari air bekas pencucian alat,
pencucian dan perendaman nata de coco serta air sisa proses fermentasi belum
sepenuhnya dilakukan karena industri belum mempunyai IPAL dan terbuang langsung
ke lingkungan. Sedangkan hasil uji kualitas limbah cair dengan parameter BOD, COD,
dan TSS menunjukan angka melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Upaya
pengelolaan lingkungan limbah cair dilakukan dengan pemanfaatan kembali air bekas
pencucian dan perendaman nata, serta air sisa pencucian alat. Sedangkan air sisa
fermentasi diproses ulang untuk dijadikan starter (bibit) pembuatan nata de coco.
Untuk pengelolaan limbah padat dilakukan dengan pembuatan pupuk kompos dari
kotoran hasil penyaringan, sisa kulit nata dan nata reject, penjualan koran bekas dan
sisa potongan nata ke pihak ketiga. Peluang penerapan produksi bersih pada
agroindustri nata de coco akan meningkatkan upaya pengelolaan lingkungan industri
menuju industri hijau berkelanjutan.

Kata kunci: industri, lingkungan, nata de coco, pengelolaan limbah

Universitas Diponegoro
76 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
INTERAKSI DENSITY TYPHA ANGUSTIFOLIA L DAN KETEBALAN
MEDIA PASIR ALIARAN UP FLOW TERHADAP EFISIESNI
PENURUNAN KANDUNGAN BOD, COD, Pb
LIMBAH LINDI PADA LAHAN BASAH BUATAN
Sugeng Nuradji1), Sutrisno Anggoro2), Henna Rya Sunoko3) Boedi Hendrarto4)
1)
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan (DIL) Undip Semarang
2)
Program Studi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (MSDP) Undip Semarang
3)
Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan (DIL) Undip Semarang.
4)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip Semarang.
Jl. Imam Bardjo, SH No 5 Semarang 50241 Telp/Fax (024) 8453635, 8452770
Email : nur_adjie@yahoo.co.id

ABSTRAK

Salah satu upaya untuk mengurangi dampak limbah lindi landfill yang mengganggu
lingkungan dan kualitas air tanah menggunakan tanaman yang adaptif dengan limbah
pada lahan basah buatan, karena metode tersebut tidak memerlukan biaya tinggi dan
ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi kepadatan Typha
angustifolia L dan ketebalan media pasir aliaran up flow terhadap efisiensi penurunan
kandungan BOD, COD dan Pb limbah lindi pada lahan basah buatan. Metode
penelitian ini menggunakan split plot design skala laboratorium. Melibatkan
concomitan variable yaitu density tanaman awal, pengamatan bertahap dan berbeda
setiap perlakuan (split in time). Substrat yang digunakan adalah; ES 60/10= (0,008-
1,04) mm; gravel= (3,0-8) mm, UC = 3,13. Rhizoma tanaman Typha ukuran + 7 cm
dikondisikan dengan cara vegetasi pada media tanah di plastibox selama 3 bulan,
kemudian Typha muda dipindahkan ke lahan basah buatan berisi substrat yang dialiri
lindi secara batch reaktor. Uji statistik secara aditif linier analisis ragam untuk
racangan kelompok teracak dengan dua faktor dan satu peubah bebas (konkomitan)
dan menggunakan program SPSS khusus eksperimental design.Hasil penelitian
menunjukan kandungan limbah lindi berturut-turut; BOD (65,51-82,43) mg/L, COD
(479,50–605,34) mg/L, dan Pb (0,074–2,975 ) mg/L. Hasil uji statistik terdapat
interaksi antara density tanaman Typa angustifolia L dan ketebalan media pasir dalam
menurunkan BOD, COD dan Pb limbah lindi dengan probabilitas (p) interaksi
berturut-turut: 0,37; 0,650 dan 1,00 di atas (p) hipotesis 0,05. Typha angustifolia L
dan substrat pasir dapat menurunkan kandungan BOD, COD, Pb dengan efisiensi
penurunan beruturt-turut (90,07-99,34) %; (85,60-99,34) % dan rata (77,83-88,01) %.
Hasil uji kandungan BOD dan COD menggunakan density Typha sp: rendah, sedang
dan tinggi terjadi pada substrat 55 cm. Sedangkan penurunan kandungan Pb
menggunakan density; rendah, sedang dan tinggi terjadi pada substrat 50 cm.

Kata Kunci: lahan basah buatan, limbah lindi, media pasir lambat, dan Tyhpa
angustifolia L,

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 77
DAMPAK PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP
PERUBAHAN KEMAMPUAN RENANG IKAN JACK MACKEREL
(Trachurus Japonicus) MELALUI PENDEKATAN FISIOLOGI
Nofrizal

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Ilmu Lingkungan, Pasca Sarjana
Universitas Riau

ABSTRAK

Pengaruh perubahan suhu lingkungan perairan (10⁰C pada musim dingin, 15⁰C pada
musim gugur dan semi, dan 22⁰C pada musim panas) terhadap kemampuan renang
ikan jack mackerel (Trachurus japonicus) (Fork Length (FL):14,48±0,77 cm) diamati
di dalam sebuah tangki berarus. Suhu air di dalam tangki aklimasi ikan selama
percobaan dan tangki berarus dikendalikan dengan menggunakan pengatur suhu
digital. Pada saat ikan berenang dengan variasi kecepatan yang berbeda dilakukan pula
pengukuran laju detak jantung dengan menghubungkan sepasang eletroda enamel
insulated tungsten pin yang ditanam pada bagian rongga pericardial ikan tersebut.
Sepasang elekroda tersebut dihubungkan ke Elektrokardiograf melalui sebuah kawat
tembaga halus dan bio-amplifier.Kemudian untuk menduga kecepatan renang
maksimum ikan pada kondisi suhu perairan yang berbeda (10, 15, dan 22⁰C)
diestimasi dengan menggunakan metode kontraksi otot minimum. Kontraksi otot
diukur dengan menggunakan strain gages yang diberikan ransangan listrik 7 volt.
Reaksi konstraksi otot terhadap ransangan listrik dapat di monitor pada layar electro-
myograf. Hasil pengamatan menunjukan daya tahan dan kecepatan renang ikan jack
mackerel menurun pada suhu lingkungan perairan yang lebih rendah (10⁰C) dari pada
suhu lingkungan yang lebih hangat (15 dan 22⁰C). Kisaran kecepatan renang sustained
swimming speed< 2,5FL/detik untuk suhu 10⁰C, < 3,4FL/detik untuk suhu 15⁰C, dan <
3,2FL/detik untuk suhu 22⁰C. Estimasi kecepatan renang maksimum berdasarkan
metode minimum muscle contraction time menunjukkan kecepatan renang lebih
lambat pada suhu 10⁰C, yaitu 10,1±2,2 FL/detik. Kecepatan renang maksimum
tersebut meningkat menjadi 13,9.±2,9 FL/detik pada suhu yang lebih hangat (15⁰C)
dan 13,9±3,2 FL/detik pada suhu 22⁰C. Aktivitas rata-rata laju detak jantung ikan juga
menurun (25,3±5,7 detak/menit) pada suhu rendah (10⁰C), meningkat 38,9±11,1
detak/menit pada suhu yang lebih hangat (15⁰C) dan meningkat lebih tinggi 67,2±13,2
detak/menit pada suhu 22⁰C. Lebih lanjut, hubungan antara suhu lingkungan perairan,
kemampuan renang ikan dan proses fisiologi T. japonicus didiskusikan secara
mendalam dalam makalah ini.
Kata kunci: fisiologi, jack mackerel (Trachurus japonicus), minimum muscle
contraction time, suhu lingkungan perairan, ,sustained swimming speed.

Universitas Diponegoro
78 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PITA KARBON : CARA SEDERHANA UNTUK MENDUGA KARBON
TERSIMPAN PADA HUTAN RAKYAT (CARBON TAPE : A SIMPLE WAY TO
ESTIMATE CARBON STOCK IN FARM FORESTS)
Budiman Achmad

Balai Penelitian Teknologi Agrforestry Ciamis


Jl Raya Ciamis Banjar Km 4, Pamalayan, Ciamis. email budah59@yahoo.com

ABSTRACT

Farm forests have an important role to control green house gasses in the atmosphere.
The role is shown by the ability of the trees to produce biomass through photosynthesis
process. Carbon trapped in the biomass is the main components of the green house
gasses. The role would be more significant if the forests are managed sustainably
whereas the environmental and economical benefits could be enjoyed by public and
farmers. Sengon (Paraserianthes falcataria) is a tree species which grows very fast,
and able to quickly sink carbon from the atmosphere. In the perspectives of global
climate control, the future of farm forest farmers should get more attention from the
government and related stakeholders. Carbon tape is a very simple tool and very easy
to operate by the farmers for carbon stock estimation purposes. The aim of the
research is to provide the simplest way for the farmers to estimate carbon stock in
Ciamis farm forests. The researchs were conducted at Kertamandala, Banjaranyar
and Kertaharja villages from July to October 2013. The samples were collected by
using destructive method. The data were fitted to a nonlinear regression, KB =
a*(dbh)b. The results showed that KB = 0.047235 x dbh2.314641,and R2 = 0.9798. This
model was used to generate carbon tape for sengon trees at farm forest in Ciamis
district.
Key words : farm forest, allometrics, carbon tape, farmers

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 79
POTENSI PRODUKSI METANA PADA SALURAN DRAINASE LAHAN
GAMBUT DI JABIREN KALIMANTAN TENGAH
Eni Yulianingsih, Terry Ayu Adriany, Anicetus Wihardjaka dan Prihasto Setyanto

Balai Penelitian Lingkungan Pertanian


Jl. Jakenan-Jaken Km. 5 Jakenan, Pati 59182 Jawa Tengah
Email : eniyulianingsih@gmail.com

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian menjadi kontroversi dalam


kontribusi peningkatan emisi gas rumah kaca. Salah satu sumber emisi GRK di lahan
gambut adalah pengelolaan saluran darinase yang akan mempengaruhi laju emisi
GRK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi produksi gas CH 4 pada
air dari saluran drainase lahan gambut di Jabiren Kalimantan Tengah. Penelitian
dilakukan ex situ di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Pati pada bulan Maret
2014dengan lokasi pengambilan sampel air dari areal percobaan Indonesia Climate
Change Trust Fund (ICCTF) dan perkebunan karet rakyat dan semak belukar Jabiren
Kalimantan Tengah. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan
metode inkubasi sampel air sebanyak 8 perlakuan dan 3 ulangan pada 5 kali
pengamatan. Perlakuan yang dicobakan yaitu sampel air dari lahan gambut yang
ditanami karet dan nanas (1) kontrol, dengan pemberian amelioran (2) pupuk gambut
(pugam), (3) tanah mineral, (4) pupuk kandang (pukan), sampel air dari lahan gambut
yang ditanami (5) karet rakyat, (6) ditanami semak belukar. Parameter yang diamati
adalah potensi produksi CH4 dan analisa kandungan sampel air. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lahan gambut yang ditanami karet dan nanas dengan pemberian
bahan amelioran dan vegetasi yang tumbuh di lahan gambut tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap potensi produksi CH4 pada sampel air yang dicobakan.
Potensi produksi CH4 tertinggi dan terendah yang dihasilkan dari inkubasi sampel air
yaitu pada lahan gambut yang ditanami karet dan nanas (kontrol) dan saluran dainase
utara yaitu sebesar 0,00022 mg CH4/ml air dan 0,00017 mg CH4/ml air.

Kata kunci : potensi, metana, gambut, drainase, kalteng

Universitas Diponegoro
80 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN : PERUBAHAN
KESEIMBANGAN KARBON AKIBAT KONVERSI HUTAN RAWA GAMBUT
DI KALIMANTAN BARAT
Rossie Wiedya Nusantara*

(*Mahasiswa Ilmu Lingkungan-Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada


Yogyakarta)
Email :rwiedyanusantara@gmail.com

ABSTRAK

Hutan rawa gambut tropika sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan pada


ekosistem alaminya seperti penebangan vegetasi hutan dan pembakaran, drainase dan
pengelolaan lahan. Hal ini disebabkan karena ekosistem gambutsangattergantung pada
bahan-bahanorganik pembentuk gambut yang dipengaruhi oleh ketersediaan air,
kanopi penutup dan masukan seresah. Alih fungsi hutan rawa gambut menyebabkan
perubahan ekosistem yang bersifat anaerobik menjadi aerobik sehingga mempercepat
proses dekomposisi atau penguraian bahan organik dan pencucian hara tanah
gambut.Kondisi tersebut berarti mempengaruhi keseimbangan karbon (C) global.
Perubahan keseimbangan C tersebut berarti telah terjadi perubahan fungsi lahan
gambut sebagai penyerap (sink) dan pemendam (sequestration) C menjadi pelepasan
(emission) CO2 ke atmosfer.Perubahan tersebut sebagai akibat dari perubahan
karakeristik fisik lahan gambut seperti penurunan jeluk muka air tanah (water-table
depth) yang dapat menyebabkan permukaan tanah gambut turun
(subsidence).Penurunan permukaan gambut tersebut sebagai akibat dari (i)
pengeringan, pengerutan/pemampatan dan penggabungan (consolidation); (ii)
dekomposisi bahan organik; (iii) kehilangan sebagian air gambut.Proses-proses
tersebut menyebabkan penurunan kandungan C dan hara (nutrient) tanah gambut dan
peningkatan emisi CO2 tanah.
Kegiatan reklamasi pada ekosistem gambut alami dihadapkan pada perbenturan antara
kepentingan pemanfaatan dan pelestariannya.Keseimbangan antara kedua kepentingan
tersebut dapat membentuk sebuah pengelolaan lahan gambut keberlanjutan
(sustanaible peatland management). Pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan
tersebut, antara lain: (i) pengelolaan air (water management); (ii) peningkatan C-
organik tanah, secara langsung dengan meningkatkan masukan sumber bahan organik
dan/atau penurunan kecepatan dekomposisi; (iii) model hidrologikal (hydrological
modelling) sebagai kunci untuk penggunaan lahan bijaksana (wise use); (iv) penguatan
peraturan perundang-undangan, pengawasan dan pengelolaan lahan gambut.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 81
ESTIMASI STOK KARBON VEGETASI
DI HUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
Nur Arti P.

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro


Jl. Imam Barjo, SH No. 5, Semarang
E-mail: nuri.permata@yahoo.com

ABSTRAK

Tanaman atau vegetasi dihutan memiliki fungsi sebagai tempatpenimbunan atau


pengendapan karbon melalui proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis dapat disimpan
dalam bentuk biomassa yang menjadikan vegetasi tumbuh. Keberadaan hutan kota di
Kota Bandar Lampung sebagai bagian dari Ruang Terbuka Hijau Kota amatlah penting
dalam menyerap hasil negatif dari berbagai macam aktifitas perkotaan. Tersedianya
hutan kota dapat menciptakan kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem
perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan nilai estimasi cadangan karbon Hutan Kota Bandar
Lampung. Penelitian ini menggunakan metode sampling di lapangan dengan
menetapkan plot-plot penelitian sebanyak 5 plot dengan ukuran plot masing-masing 20
m x 100 m. Estimasi stok karbon diperoleh dari data survey lapangan dan citra Landsat
sebagai data pendukung, serta menggunakan persamaan allometri.

Kata Kunci: Biomassa, Stok Karbon, Hutan Kota, Penginderaan Jauh

Universitas Diponegoro
82 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENDEKATAN KONSERVASI DAN EKONOMI DALAM PENGELOLAAN
LAHAN OLEH MASYARAKAT DESA MANDALAMEKAR, KECAMATAN
JATIWARAS, KABUPATEN TASIKMALAYA
Devy Priambodo Kuswantoro

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar km. 4 Pamalayan, Po. Box 5 Ciamis 46201

ABSTRACT

This study aims to determine the land management by the community independently
with conservation and economic approaches. Data were collected by discussions with
stakeholders and interviews with members of farmer groups. Respondents in the
Mandalamekar village are average farmer who has long remained inactive in the
agriculture and forestry. Land management in the village Mandalamekar divided into
land management activities of cultivated forests belong to the people by the pattern of
agroforestry and rural land management for conservation of water sources and land
conservation. The community forest owned by farmers based on agroforestry pattern
with the types of trees and plants such as Sengon, Gmelina, African Mahogany,
Mahogany, Bayur, Teak, Aren, Durian, Petai, Avocado, Bamboo, Picung, etc..
Understory plants are cultivated like Cardamom, taro, pepper, etc.. Respondents saw
this as a community forest land for various kinds of income so they can get a result
from a variety of time, although not continuous. The use of land for economic
development community is also coupled with the implementation of conservation
activities in Protected Areas which also functions as a spring forest and habitat for
some wildlife. Forest conditions are not all still in good condition. There are some
forests in critical condition. The Motra Alam Munggaran group seeks re-greening of
protected forest along with the communities so that with the conservation of land will
have a positive effect on the cultivation of land owned by the community will be able to
boost the economy. Management approaches such as this may be an example of land
management by the community in natural resource conservation efforts towards
economic independence village.

Keywords: land management, community forests, agroforestry, forest conservation

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 83
ANALISIS PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN
DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Ira Juliana Baulengi, S.Si 1)
Widhi Netraning Pertiwi, S.Pd 2)

ABSTRAK

Pemanasan global sebagai salah satu aspek perubahan iklim, berpotensi meningkatkan
proses transfer uap air ke atmosfir yang menyebabkan kelembaban atmosfir
meningkat. Konsekuensinya secara spasial akan terjadi peningkatan curah hujan di
beberapa wilayah dan pengurangan di beberapa wilayah lainnya. Demikian pula secara
temporal akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan (MH) dan
penurunan jumlah curah hujan pada musim kemarau (MK). Ada kecenderungan bahwa
penurunan curah hujan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jawa sekitar 246
mm/tahun. Pemanasan global (global warming) telah mengubah kondisi iklim global,
regional dan lokal. Perubahan iklim global antara lain disebabkan oleh peningkatan
emisi gas rumah kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan
suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan
fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman, termasuk tanaman padi.
Produktifitas dan progresifitas sector pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor,
terutama perubahan dan anomali iklim. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
banyak pihak menyatakan bahwa usaha di sector pertanian merupakan sektor usaha
yang berada pada posisi ketidakpastian (unpredictable). Berdasarkan uraian pada latar
belakang, maka dirumuskan permasalahan yaitu : (a) Bagaimana perkembangan
produktivitas tanaman pangan, terlebih padi di Kab Kudus, Jawa Tengah. (b) Apakah
ada hubungan antara perubahan iklim dengan produktivitas tanaman pangan, padi di
Kab Kudus, Jawa Tengah ?
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas
Pertanian Kabupaten Kudus, periode 2011-2013 dan diolah menggunakan analisis
korelasi berganda. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, tredapat hubungan yang
signifikan dan positif antara curah hujan dengan produktivitas padi. Sedangkan
kelembaban udara dan penyinaran matahari tidak terdapat hubungan yang signifikan
terhadap produktivitas padi.

Kata Kunci : Perubahan Iklim, Faktor Yang Mempengaruhi, Produktivitas Pangan

Universitas Diponegoro
84 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH RENDAMAN MENERUS AIR ROB TERHADAP
KARAKTERISTIK CAMPURAN
HOT ROLLED SHEET-WEARING COURSE (HRS-WC)
Nahyo

Magister Ilmu Lingkungan

ABSTRAK

Fenomena pasang surut air laut yang sering terjadi di daerah pesisir pantai Indonesia
mengakibatkan banjir, yang disebut dengan banjir rob. Banjir rob merupakan
fenomena meluapnya air laut ke daratan. Fenomena banjir rob dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Kota Semarang adalah salah satu kota di Indonesia yang berada di
daerah pesisir pantai. Sebagai kota yang berada di daerah pesisir pantai, permasalahan
banjir rob sering sekali melanda kota Semarang. Dampak yang ditimbulkan oleh
fenomena alam tersebut antara lain kerusakan infrastruktur jalan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat genangan
atau rendaman air rob terhadap perkerasan aspal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rendaman
menerus air rob terhadap karakteristik campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course
(HRS-WC). Karakteristik yang diukur adalah stabilitas, kelelehan, marshall quotient
(MQ), void in mix (VIM), dan void in mineral aggregate (VMA) dengan
menggunakan alat uji Marshall. Penelitian dilakukan dengan metode perendaman
menerus (continous). Perendaman menerus yang dilakukan yaitu dengan merendam
benda uji dalam air rob dengan variasi waktu 6 jam; 12 jam; 24 jam; 48 jam; dan 72
jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh akibat perendaman menerus
dalam air rob. Secara keseluruhan, semakin lama campuran aspal terendam dalam air
rob, akan berpengaruh pada peningkatan nilai VIM, VMA dan kelelehan, sedangkan
pada stabilitas dan MQ akan mengalami penurunan. Akibatnya campuran aspal akan
mengalami kehilangan durabilitas atau keawetan dengan bertambahnya waktu
perendaman dalam air rob.
Kata kunci: air rob, perendaman, stabilitas, kelelehan, MQ, VIM, VMA.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 85
PERMUKIMAN TRADISIONAL MASYARAKAT BAJO DITELUK BONE
DALAM PROSES ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
STUDI KASUS:DUSUN KAMBUNO, KABUPATEN LUWU
Rahmiyatal Munaja1
1Alumni Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
Email:rahmiyatalmunaja@ymail.com
ABSTRAK
Penanggulangan bencana dalam UU.No. 24Tahun 2007 bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancamanbencana serta menghargai budaya
lokal. Strategi adaptasi perubahan iklim pada permukiman tradisional seharusnya
juga termasuk dalam aspek penanggulangan bencana tersebut.Tujuan kajian ini
adalah memaparkan proses perubahan permukiman Masyarakat Bajodi Kabupaten
Luwu sebagai tinjauan kasus adaptasi permukiman tradisional Bajo di Teluk Bone
terhadap bencana sebagai dampak perubahan iklim, pandangan masyarakat terhadap
perubahan tersebut, serta peran pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan
kelestarian entitas permukiman tradisional Masyarakat Bajo sebagai salah satu
khasanah budaya nusantara. Melalui pendekatan naturalistik dengan metode
campuran sebagai pengembangan dari penelitian sebelumnya yang terkait, terutama
penelitian tesis Adaptasi Permukiman Masyarakat Bajo terhadap Dampak Perubahan
Iklim di Dusun Kambuno, Kabupaten Luwu,kajian ini menghasilkan penalaran fakta
mengenai krisis kelestarian permukiman tradisional Masyarakat Bajo dalam proses
adaptasinya terhadap perubahan iklim yang terjadi di Teluk Bone.
Kampung Bajo di Dusun Kambuno merupakan salah satu kelompok hunian
Masyarakat Bajo yang tersebar di beberapa wilayah di TelukBone. Indikasi kenaikan
muka air laut dan perubahan musim di Teluk Bone serta sedimentasi tidalinlet secara
khusus pada wilayah penelitian telah menyebabkan perubahan wujud permukiman
Masyarakat Bajo ditinjau dari lokasi, wujud hunian, serta sarana dan prasarana.
Proses perubahanyang terjadi merupakan hasil intervensi pemerintah, hasil integrasi
budaya dengan masyarakat Bugis dan Luwu serta terjadi atas dasar kesadaran
masyarakat sendiri akibat kebutuhan ekonomi dan perubahan lingkungan yang
merupakan upaya adaptasi dampak perubahan iklim secara langsung dan tidak
langsung. Perubahan wujud permukiman yang telah cukup jauh meninggalkan
entitasnya, meskipun sebagian kecil masih bertahan dengan kualitas rendah tidak
menjadi suatu kekhawatiran bagi masyarakat akan hilangnya identitas mereka
sebagai Masyarakat Bajo. Peran pemerintah dan masyarakat dalam aktivitas adaptasi
perubahan iklim juga belum terkemas dengan baik sebagai suatu strategi adaptasi
perubahan iklim dalam aspek penanggulangan bencana sesuai dengan amanat UU.no
24 Tahun 2007. Kajian ini diharapkan dapat menjadi awalan bagi pengembangan
konkrit strategi adaptasi perubahan iklim pada permukiman tradisional Masyarakat
Bajo di wilayah Teluk Bone secara umum dalam rencana dan aksi penanggulangan
bencana.

Kata kunci: Perubahan iklim, adaptasi, Masyarakat Bajo, Teluk Bone,


penanggulangan bencana

Universitas Diponegoro
86 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
LEDI SEBAGAI BENTUK ADAPTASI DAN MITIGASI TERHADAP
PERUBAHAN IKLIM, KONSEP HEMAT ENERGI DAN
PENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI
(Studi Kasus di Kabupaten Bima – Provinsi NTB)
Muhammad Ahyar

Staf Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bima


Staf Pengajar Pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Bima
Email :ahyarmil32@yahoo.com

ABSTRACT

Ledi is a way of cultivation in paddy rice cultivation using draft animals. In contrast to
the plow, ledi does not use the plow, but the hiring of a mob of cattle being herded
around the rice field soil to make the texture becomes soft and can be planted with
paddy well.
The issue of Climate Change and Energy Crisis is one of important environmental
issue discussed today. Various forms of activity continues to be explored and
developed in order to deal with climate change and the energy crisis. Ledi is expected
as a form of land management in rice cultivation which is an activity that can support
adaptation and mitigation to climate change and the energy crisis.
This study aims to: 1) Describe the "Ledi" as a form of adaptation and mitigation to
climate change; 2) Describe the concept of energy saving and improving the welfare of
farmers through the "Ledi".
The study was conducted using descriptive study by qualitative approach. Research
results indicate that ledi activities can be developed as a form of adaptation and
mitigation to the climate change, the concept of energy saving and can improve the
welfare of farmers.

Key Words :Ledi, Adaptation, Mitigation, Climate Change, Energy Saving.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 87
PERMODELAN INTRUSI AIR LAUT DENGAN INDIKATOR DISTRIBUSI
KLORIDA DALAM AIR TANAH AKUIFER TERTEKAN PADA JALUR
BARAT DI KOTA SEMARANG
Edy Suhartono1); Purwanto2); Suripin3)
1)
Staf Pengajar Polines, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia;
2)
Staf Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia;
3)
Staf Pengajar Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
email : edymaryamah@gmail.com
Abstrak
Kondisi Kota Semarang Sebagai Salah Satu Kota besar di Indonesia yang posisinya
pada lahan pesisir merupakan wilayah yang berpotensi mengalami intrusi air laut pada
air tanah dan menjadi penting untuk diketahui. Hal ini karena berhubungan secara
langsung terhadap ketersediaan air bersih bagi penduduk dan kegiatannya. Sebagai
cadangan air bersih, air tanah di Kota Semarang terutama yang bersumber dari akuifer
tertekan atau Sumur Bor Dalam perlu dilestarikan fungsinya sehingga dapat
mendukung program pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan air
tanah pada Sumur Bor Dalam di Kota Semarang perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian yang optimum. Fokus dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan
mendeskripsikan kondisi intrusi air laut akibat proses transportasi massa Klorida
sebagai zat pencemar yang terlarut dalam air tanah di Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kuantitatif, dengan populasi dan
sampel berupa konsentrasi Klorida pada air tanah yang diambil dari 33 Sumur Bor
Dalam yang berlokasi di Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang
Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajah Mungkur, Genuk, Gayamsari dan
Pedurungan. Metode pengolahan data menggunakan pendekatan persamaan adveksi-
difusi satu dimensi yang diolah dengan metode beda hingga dan pemrograman matlab
dengan didukung program ArcGis untuk menggambarkan kondisi intrusi air laut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi sekitar 3 km dari garis pantai ke arah
daratan, air tanahnya berpotensi memiliki kandungan konsentrasi Klorida yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa intrusi air laut terhadap air tanah telah terjadi di kawasan
pesisir Kota Semarang dengan luasan lahan yang terintrusi semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu. Gambaran dari intrusi untuk Jalur Barat dimodelkan
C  2C C
dalam bentuk persamaan 20  0, 064 2  0, 04 , dan memiliki error sebesar 28%
t x x
dari data riil. Selanjutnya prediksi intrusi ait laut pada Jalur Barat diprediksi sampai
dengan Tahun 2025 menunjukkan bahwa pertambahan konsentrasi Klorida tidak
terlalu besar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi intrusi air laut pada jalur barat yang
meliputi Kecamatan Semarang Barat berpengaruh pada jarak sampai dengan 1,5 km
dari garis pantai.

Keyword : intrusi air laut, distribusi Klorida (Cl), air tanah.

Universitas Diponegoro
88 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
DAN KEBERLANJUTAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT
(Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang)1
Rusmadi, Safrinal Sofaniadi,dan Anissa Delima Sari2

ABSTRAK

Dampak perubahan iklim, telah nyata-nyata dirasakan oleh banyak masyarakat di


kawasan pesisir. Kenaikan muka air laut di satu sisi, dan penurunan tanah di sisi yang
lain, menyebabkan semakin rentannya wilayah pesisir. Bagi masyarakat yang tinggal
di kawasan terpapar dampak, melakukan adaptasi, baik migrasi maupun akomodasi
(tetap tinggal) adalah salah stau dari upaya untuk mempertahankan kehidupannya.
Penelitian ini mencoba menemukan gambaran mengenai proses pengambilan
keputusan masyarakat di Tanjung Mas Kota Semarang yang pada umumnya lebih
banyak memilih tetap tinggal di lokasi terdampak meskipun harus menanggung resiko
biaya hidup yang lebih banyak untuk meninggikan rumah dan meninggikan jalan
akibat terpapar dampak perubahan iklim. Pemerintah kota telah menyediakan rumah
susun sewa yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, akan tetapi mereka tetap
memilih tinggal di lokasi terdampak. Dengan menganalisiskeberlanjutan penghidupan
masyarakat (sustainability livelihoods) atas strategi adaptasi yang dilakukannya,
terutama terhadap mereka yang memilih tetap tinggal (stay), penelitian ini menemukan
bahwa meskipun terdapat resiko biaya hidup yang lebih banyak, akan tetapi
masyarakat menganggap nilai asset mereka masih tinggi jika dibandingkan ketika
mereka pindah ke tempat lain.

Kata Kunci: adaptasi perubahan iklim, nilai asset, dan keberlanjutan penghidupan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 89
TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT
TERHADAP FENOMENA PEMANASAN GLOBAL
AKIBAT AKTIFITAS RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS : KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL)
Ervina Dwi Indrawati1, Hermawan2, Haryono Setyo Huboyo2
1
MahasiswaProgram Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
2
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
Email :vinayu_18@yahoo.com

ABSTRAK

Fenomena pemanasan global yang terjadi saat ini disebabkan meningkatnya jumlah
gas rumah kaca di udara yang dihasilkan secara alami maupun antropogenik akibat
dari berbagai aktifitas manusia seperti industri, transportasi maupun rumah
tangga.Aktifitas rumah tangga yang dilakukan sehari-hari seperti memasak dan
penggunaan peralatan elektronik secara tidak langsung menghasilkan emisi gas CO2
dan berdampak meningkatnya jumlah gas rumah kaca dikarenakan gas CO2
merupakan salah satu gas rumah kaca terbesar kedua setelah uap air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap
fenomena pemanasan global akibat aktifitas rumah tangga dengan studi kasus di
wilayah Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal.Metode penelitian dilakukan
dengan melalui kuesioner terhadap responden dengan menganalisis 3 (tiga) variabel
yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skoring pengetahuan masyarakat
terhadap fenomena pemanasan global adalah sebesar 42,81 dari skor maksimal 50 atau
85,63%. Untuk rata-rata skoring sikap adalah 26,89 dari skor maksimal 30 atau
89,63% dan rata-rata skoring tindakan adalah 27,90 dari skor maksimal 40 atau
69,75%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap fenomena pemanasan global dapat dikategorikan sangat tinggi
dan implementasi dalam tindakan untuk mencegah atau mengurangi pemanasan global
kategori tinggi.Sehingga dapat disimpulkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap
fenomena pemanasan global yang tercermin dalam tindakan/perilaku sudah baik
karena masuk kategori tinggi. Meskipun rata-rata perilaku dari tindakan sudah baik
karena masuk kategori tinggi, gaya hidup yang dicerminkan dari tindakan sehari-hari
masih perlu ditingkatkan sehingga benar-benar menunjukkan kepedulian mereka
terhadap fenomena pemanasan global.

Kata Kunci : kepedulian, pemanasan global, pengetahuan, sikap, tindakan

Universitas Diponegoro
90 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
INDEKS KEBERLANJUTAN DIMENSI SOSIAL
PENGELOLAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)
DI KELURAHAN LANGKAPURA KECAMATAN LANGKAPURA
KOTA BANDAR LAMPUNG
Tri Mulyaningsih 1 *, Dwi P. Sasongko 2 dan Purwanto 2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
2
Staf pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
*E-mail: foresterforforest@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Langkapura, Kecamatan Langkapura di Kota


Bandar Lampung pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2014. Responden dipilih
dengan metode Stratified Rasdom Sampling, responden terdiri dari: masyarakat yang
memiliki LRB dan lembaga/instansi yang terlibat dalam kegiatan, dengan total jumlah
adalah 90 responden. Tujuan penelitian adalah menganalisis indeks dan status
keberlanjutan dan menganalisis atribut yang sangat berpengaruh (sensitif) pada
dimensi sosial terhadap keberlanjutan pengelolaan LRB di Kelurahan Langkapura,
Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian adalah nilai indeks
keberlanjutan sebesar 50.28, maka status keberlanjutan pengelolaan LRB di Kelurahan
Langkapura Kecamatan Langkapura Kota Bandar Lampung adalah cukup berlanjutan.
Atribut yang sangat berpengaruh (sensitif) terhadap keberlanjutan pengelolaan LRB di
Kelurahan Langkapura, Kecamatan Langkapura, Kota Bandar Lampung adalah
pendidikan dan pengetahuan.

Kata Kunci : lubang resapan biopori, sosial, atribut sensitif,indeks keberlanjutan,


langkapura.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 91
PERUBAHAN PARADIGMA LINGKUNGAN EKONOMI BERDASAR
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PERBATASAN
(KASUS DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU PROPINSI
KALIMANTAN BARAT)
Robby Irsan

Mahasiswa S3 Program Studi Ilmu Lingkungan


Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta
beetree_cyber@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fenomena dan mengidentifikasi


permasalahan yang muncul dalam pembangunan ekonomi dengan meninjau kembali
paradigma yang selama ini terjadi di wilayah perbatasan Entikong dengan
mengetengahkan paradigma baru yang mengedepankan prinsip-prinsip ekonomi
rasional dan moralitas serta etika lingkungan. Bertitik tolak dari tujuan tersebut maka
diperlukan faktor-faktor (variabel) yang berpengaruh terhadap paradigma
pembangunan ekonomi tersebut. Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu
penelitian yang menekankan pada penafsiran pada fenomena yang muncul pada
masyarakat yang menjadi objek kemudian dianalisa dan diinterpretasikan.
Hasil dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran mengenai pertumbuhan
ekonomi perbatasan Entikong di dalam merumuskan peningkatan ekonomi lokal
melalui pendekatan lingkungan sosial dan menjadi bahan masukan dalam merevisi
regulasi Perjanjian Sosek Malindo karena terjadi perubahan paradigma lingkungan
ekonomi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Sanggau, dalam menyusun rencana pengelolaan daerah
perbatasan dan pengembangan wilayah perbatasan.

Kata kunci: paradigma pembangunan ekonomi, prinsip ekonomi rasional dan


moralitas, etika lingkungan

Universitas Diponegoro
92 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL PENYELESAIAN PERSELISIHAN PENCEMARAN UDARA
DARI EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
S. Sudalma1,2, P. Purwanto1,3, Langgeng Wahyu Santoso4

1. Program Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas


Diponegoro, Semarang
2. BPPKK dan Hiperkes Provinsi Jawa Tengah
3. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang
4. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: dalma.chem.gm88@gmail.com

ABSTRAK

Perkembangan Kota Semarang sebagai kota industri, perdagangan, jasa dan


pendidikan memicu pertumbuhan industri. Pertumbuhan industri bermanfaat sebagai
penggerak roda ekonomi namun juga berpotensi sebagai penyebab pencemaran
lingkungan. Pada tahun 2013, di Kota Semarang terjadi 25 kasus perselisihan
pencemaran udara. Penyelesaian perselisihan selama ini dengan cara melakukan
pengukuran parameter kualitas udara yang menjadi obyek perselisihan dan
dibandingkan dengan baku mutu untuk menjawab keadaan udara pada saat dikeluhkan.
Model penyelesaian tersebut tidak tepat, karena sebaran polutan dari sumber emisi
dipengaruhi oleh keadaan atmosfer, arah dan kecepatan angin. Perbedaan keadaan
atmosfer pada saat kejadian dengan waktu pengukuran menyebabkan perbedaan
konsentrasi polutan. Penelitian ini bertujuan untuk memberi alternatif cara
penyelesaian perselisihan pencemaran udara dari emisi sumber tidak bergerak dengan
menggunakan metoda sebaran Gaussian. Dengan mempertimbangkan konsentrasi
polutan pada sumber emisi dan keadaan atmosfer pada saat kejadian dan saat
pengukuran dapat ditentukan besarnya kontribusi sumber emisi terhadap konsentrasi
polutan pada saat keluhan terjadi.
Kata Kunci: perselisihan, pencemaran udara, Gaussian.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 93
KAJIAN LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PEMUKIMAN
DENGAN KONSEP ZERO WASTE DI UPS BUMDES KABUPATEN CIREBON
Erna Lestianingrum1, Imam Santosa2, dan Moh. Husein Sastranegara3
1)
Program Studi Ilmu Lingkungan Program PascasarjanaUnsoed
2)
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsoed
3)
Fakultas Biologi Unsoed

ABSTRAK

Sampah dihasilkan dari kegiatan manusia dan dipandang sebagai barang tidak berguna.
Melalui konsep zero waste, sampah pemukiman dirubah menjadi barang bermanfaat
dan bernilai ekonomi di Unit Pengolahan Sampah Badan Usaha Milik Desa (UPS
Bumdes) Kabupaten Cirebon. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk 1) mengetahui
persepsi masyarakat dalam pengelolaan sampah, 2) mengetahui potensi nilai ekonomi
sampah, 3) mengetahui kualitas produk olahan sampah, 4) menganalisis hubungan
antara persepsi masyarakat, potensi nilai ekonomi, dan kualitas produk olahannya.
Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling di 10 titik, metode
analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat dalam mengelola sampah terbaik di titik I (94%) dan diikuti
sampai titik X (57%). Potensi ekonomi untuk produk kompos (63,11%), Refuse
Derived Fuel (26,78%), bahan recycling (6,73%) dan disposal (3,39%) cukup
prospektif di titik I (kompos=70%, RDF=22%, recycling=5%, disposal=3%) dan
diikuti sampai titik X (kompos=67%, RDF=22%, recycling=7%, disposal=4%).
Kualitas produk olahan sampah yang dihasilkan sesuai standar SNI dan RDF memiliki
nilai kalor yang memenuhi standar bahan bakar alternatif industri, di titik I
(C=25,49%, GHV=3.936 kkal/kg) dan diikuti sampai titik X (C=27,04%, GHV=3.405
kkal/kg). Secara umum, pengelolaan sampah yang baik cenderung menghasilkan
produk yang bermanfaat, potensi ekonomi berkembang, dan persepsi masyarakat
semakin baik sebagaimana kecenderungan yang dimulai dari titik I.

Kata Kunci: Kajian lingkungan, persepsi masyarakat, nilai ekonomi, kualitas produk
olahan sampah

Universitas Diponegoro
94 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL MANAJEMEN DAS TERPADU:
BELAJAR DARI PENGELOLAAN DAS CIDANAU, PROVINSI BANTEN
(INTEGRATED WATERSHED MANAGEMENT MODEL:
LEARNING FROM CIDANAU WATERSHED MANAGEMENT, BANTEN
PROVINCE)
Tri Sulistyati Widyaningsih 1), Dian Diniyati 2), dan Eva Fauziyah 3)

Balai Penelitian Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. (0265) 771352, Fax. (0265) 775866
e-mail: 1)dlist23@yahoo.com; 2)dian_diniyati@yahoo.com3) fauziyah_eva@yahoo.com

ABSTRACT

Watershed (DAS) as an ecosystem should be managed in an integrated manner. This


has been done in Cidanau watershed management, Banten province since 1998
through the establishment of Cidanau Watershed Communication Forum (FKDC)
involving relevant stakeholders. FKDC to be facilitator of the transaction mechanisms
for environmental services of water between the service provider (upstream
communities) and users of environmental services (PT Krakatau Tirta Industri/PT KTI
in the downstream). The transaction in the form of the distribution of compensation to
the upstream community in Citaman and Cibojong sub district amount Rp 1,200,000 to
Rp 1,750,000/ha/year to plant timber plants in the upper Cidanau watershed area
spread of 50 hectares and not cut them down during the years 2010-2014. Total
compensation amount Rp 175,000,000 per year (in 2005-2006), increasing to Rp
200,000,000 per year (in 2007-2009) and Rp 250,000,000 per year (in 2010-2014)
provided by PT KTI as the main users of environmental services. Payment of
compensation were given gradually by the environmental service users to evaluate the
implementation of the program and also as an effort to expand the locations of
environmental services provider. This environmental services transaction model is able
to involve the various stakeholders to conduct forest resource conservation and
integrated watershed management, though takes the time and process more that ten
years. This process should be developed continually based on the concept one river,
one plan, and one management, so resulting in ecological, social, and economic
balance in a watershed area.
Key words: Integrated Watershed Management, Cidanau watersheds, environmental
services, Forum Komunikasi DAS Cidanau

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 95
ANALISIS EKONOMI LINGKUNGAN PENGGUNAAN PESTISIDA
DI KALANGAN PETANI KENTANG SKALA-KECIL DI DATARAN TINGGI
DIENG
Evi Irawan

Peneliti Ekonomi Lingkungan


Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Jl. A. Yani, Pabelan, P.O.Box 295, Surakarta 57102, Telp.: (0271)716709
email: evirawan17@gmail.com

ABSTRACT

Empirical studies of pesticide productivity have often concluded that the value of
marginal product of pesticide exceeds marginal factor costs despite the contribution of
damage control agents, such as pesticides, to production differs fundamentally from
that of standard inputs (lands, labor or capital). This article presents estimates of
pesticide productivity derived from a damage control production function. Four
production function specifications were developed generally comparing a conventional
approach with several damage control specifications, i.e. to compare the conventional
Cobb-Douglas with three alternative damage abatement functions, namely exponential,
logistic and Weibull. The primary data are collected from 60 potato farmers in Dieng
Plateau selected randomly in 2012. Production inputs and potato yields were collected
on a recall basis of the interviewee using the foregoing season as a reference point.
Results show that that for the abatement function, all specifications gave a satisfactory
fit with statistically significant coefficients. Results also showed a positive effect of
pesticides on yield. When comparing the conventional Cobb-Douglas with the damage
control approach, the Cobb-Douglas specification yields larger estimate of pesticide
productivity as compared to the damage control specification. Hence, results support
the hypothesis of pesticide overuse in potato cultivation. This analysis of pesticide
productivity in potato provides important information to policy makers who are
challenged to improve pesticides policy as a component of other agri-
environmental policies. Since the contribution of pesticides to productivity is
lower than previously assumed more emphasis can be given to public concerns of
chemical pesticide residues and ecological damage.

Keywords: pesticide, damage control function, pest management, potato, Dieng

Universitas Diponegoro
96 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL REKAYASA SOSIALBERBASIS WISATA BUDAYA MENUJU
KAWASAN PERKOTAAN BARU YANG BERKELANJUTAN
(Studi Kasus: Pengembangan MasyarakatDesa Wisata Kandri
Sebagai Implikasi Pembangunan Waduk Jatibarang KotaSemarang)
Hadi Wahyono, PM. Broto Sunaryo, dan Mardwi Rahdriawan

Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas


Diponegoro

ABSTRAK

Pembangunan proyek infrastruktur skala besar seringkali menimbulkan dampak luas


terhadap ekosistem lingkungan dan masyarakat. Salah satunya adalah pembangunan
waduk Jatibarang Semarang, yaitu proyek penanganan banjir yang didalamnya
terdapat pembangunan waduk, normalisasi Kali Garang untuk peningkatan sistem
drainase di Kota Semarang. Di bagian hulu terdapat kegiatan pembangunan waduk
yang sudah selesai pada awal tahun 2014, yang tentunya akan berdampak terhadap
perubahan sosial budaya dan ekonomi masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah membangun model rekayasa sosial pada masyarakat
sekitar yang mendapat pengaruh keberadaan waduk Jatibarang, terutama terkait
dengan pengembangan masyarakat dalam sektor wisata berbasis pada kemampuan dan
potensi lokal. Adapun fokus yang akan dikaji peneliti yaitu: pertama, aspek kultural
sebagai basis model pengembangan wisata, dalam upaya peningkatan ekonomi
masyarakat. Kedua, membangun model rantai ekonomi (economic chain) sehingga
dapat dicapai pengembangan masyarakat melalui rekayasa sosial yang lebih antisipatif
terhadap keberadaan Waduk Jatibarang yang saat ini menjadi tujuan wisata baru.
Dari hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa masyarakat masih menunggu (wait
and see participant) terhadap perkembangan lingkungannya. Padahal terdapat potensi
budaya turun temurun yang dimiliki masyarakat, berupa seni kerawitan dan tari
menjadi basis wisata budaya yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari
pengembangan desa wisata kawasan ini. Permasalahan yang dihadapi adalah tidak
semua masyarakat mau dan mampu mengahadapi arus perubahan kultur
lingkunggannya menjadi desa wisata yang diharapkan akan menjadi komunitas
berkelanjutan.

Kata kunci:rekayasa sosial, desa wisata, potensi ekonomi lokal, komunitas


berkelajutan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 97
KERAGAMAN BERBAGAI VARIETAS SORGUM
PADA LINGKUNGAN TANAH BERBEDA
1
Puji Harsono dan 2Sri Sugiyarti
1
Dosen Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, pharsono_skh@yahoo.com
2
Guru SMPN 4 Kabupaten Sukoharjo, srisugiyarti_62@yahoo.com

ABSTRAK

Sorgum merupakan komoditas biji-bijian (serealia) penting keempat dunia setelah


gandum, padi dan jagung yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan,
industri dan energi. Bahan energi terbarukan dari sorgum atau biofuel sorgum dapat
diperoleh dari ekstrak batang sorgum berupa nira yang kemudian difermentasi dan
didestilasi untuk dijadikan ethanol. Ethanol dapat digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor dengan campuran 20% ethanol : 80% bengsin tanpa merubah
sistem motor bakarnya. Sorgum dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah
sampai dengan ketinggian sekitar 700 m. dpl. Salah satu kelebihan sorgum dibanding
dengan tanaman serealia lainnya adalah tahan kekeringan dan mempunyai daya
adaptasi yang baik pada lahan sub optimal. Penelitian mengenai keragaan berbagai
varietas sorgum pada lingkungan jenis tanah berbeda bertujuan untuk baseline data
keragaan agronomis berbagai varietas sorgum pada lingkungan jenis tanah dan
kesuburan tanah yang berbeda. Penelitian dilakukan di lahan kering Kabupaten
Sukoharjo pada bulan Maret-Juni 2012 untuk menguji enam varietas sorgum pada
tanah Alluvial dan Vertisol adalah; Numbu, CTY 33, Kawali, B 100, dan Biot 01
menggunakan rancangan acak kelompok lengkap. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa sorgum varietas CTY 33 yang ditanam
pada tanah Alluvial memberikan pertumbuhan terbaik, sedangkan varietas B 100 pada
jeis tanah Vertisol.

Kata kunci: sorgum, alluvial, vertisol dan lahan kering

Universitas Diponegoro
98 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH PERLAKUAN ULTRASONIK-SOKHLET DAN FREEZER-
SOKHLET TERHADAP HASIL EKSTRAKSI MINYAK DARI MIKROALGA
SCENEDESMUS SP.
Nida Sopiah1), dan Febrizal Ahmad Syah2)
1)
Balai Teknologi Lingkungan BPPT
2) Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : nidasofiah@gmail.com

ABSTRAK

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan peran
minyak bumi. Saat ini Biodisel adalah salah satu energi alternatif yang sampai saat ini
masih dalam pengembangan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah
berasal dari bahan terbarukan, mudah terurai (biodegradable) dan ramah lingkungan.
Proses produksi biodiesel yang dikembangkan saat ini, umumnya dibuat dari minyak
nabati yaitu minyak kedelai, canola oil, rapessed oil, crude palm oil, jatropha dan
mikroalge.Mikroalgae di diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodisel karena memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dan sebagian besar
mikroalgae mempunyai kandungan minyak nabati yang tinggi,. Pada penelitian ini
mikroalgae yang digunakan adalah Scenedesmus sp sebagai agensia biologi pada
proses pengolahan limbah emisi gas karbondioksida dari cerobong asap yang dialirkan
pada fotobioreaktor Ekstraksi minyak dari scenedesmus sp. dilakukan dengan
perlakuan menggunakan dua cara yaitu ekstraksi dengan Ultrasonik-Sokhlet dan
ekstraksi dengan Freezer-Sokhlet Perlakuan dengan metode ultrasonik- sokhletasi
didapatkan persentasi lemak kasar yaitu 5,49% dan sokhletasi-freezer sebesar 4,33 %
sedangkan ekstraksi hanya dengan sokhletasi (kontrol) sebesar 4,25%. Berdasarkan uji
GC-MS diperoleh senyawa yang dominan pada ekstrak minyak scenedesmus sp. yaitu
metil oleat, metil palmitat, metil linoleat dan metil stearat.

Kata kunci: Biodiesel, Freezer, Scenedesmus sp., Ultrasonikasi , Sokhletasi,

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 99
TIMBULAN SAMPAH B3 RT BERDASARKAN STRATA EKONOMI
DI KOTA SEMARANG
Elanda Fikri , P.Purwanto1,3), Henna Rya Sunoko1,4)
1,2)

1
Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
2
RSUP Dr. Kariadi, Semarang-Indonesia
3
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang-
Indonesia
4
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
Email: elandafikri@yahoo.com

ABSTRAK

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak hanya dihasilkan dari sektor industri. Tetapi
kenyataannya, aktifitas rumah tangga juga menjadi salah satu sumber penghasil
sampah B3. Sehingga diperlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Salah satu aspek penting dalam strategi pengelolaannya adalah
dengan mengetahui timbulan sampah B3 RT tersebut.
Metode yang digunakan dalam menghitung timbulan sampah B3 RT adalah mengacu
pada SNI 19-3694-1994 yang dihitung berdasarkan berat dan volume. Sedangkan
pengambilan sampel dilakukan di 4 kecamatan Kota Semarang (Kec. Pedurungan,
Kec. Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Banyumanik).
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 KK yang dihitung
berdasarkan proporsi dari formula Slovin. Analisis data menggunakan uji statistik
Analisis of Varians (ANOVA) dengan (α = 0,05)
Timbulan sampah B3 RT di Kota Semarang adalah 0,01 kg/orang/hari dan 0,06
l/orang/hari. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan timbulan sampah B3
RT berdasarkan strata ekonomi (atas, menengah, bawah) di Kota Semarang dengan
nilai (p-value:0,001) dan (p-value:0,015). Tingkat pendapatan dan life style merupakan
faktor yang turut berpengaruh terhadap timbulan sampah B3 RT ditinjau berdasarkan
aspek strata ekonomi di Kota Semarang.

Kata kunci: B3 RT, Strata Ekonomi, Timbulan Sampah

Universitas Diponegoro
100 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
SIDIK PURYANTO,2014. SANITATION AND ENVIRONMNET IN SARANG
DISTRICT REMBANG COUNTY (BEHAVE HEALTY DEVELOPMENT AND
FRIENDLY ENVIRONMENT IN THE SEASIDE AT SARANG DISTRICT
REMBANG COUNTY)
Sidik Puryanto

ABSTRACT

In the livelihood of seaside communities, in an environmental sanitation and hygiene is


a complicated issue must be solved. Not only because of the condition of the natural
environment is dirty due to marine garbage that can not be adequately addressed, but
also because of the awareness and behavior of seaside communities around do not
support for seaside environmental hygiene. One of the less environmentally friendly
behavior is cultural defecation and throw away of garbage on the beach which made a
massive , carried by almost every member of the community living in the area along
the beach at the Sarang District in Rembang County. In addition to lack of awareness ,
it turns out the availability of sanitation ( toilets , clean water , grabage and the others )
became one of the factors that make people behave less healthy. The purpose of the
research is taking action to change behavior awareness and mobilize various sources of
funding for the construction of sanitation . The research method used was action
research . Treatment conducted by researchers is to conduct FGD ( Focus Group
Discussion ) and awareness training for behavior change . The results are that in order
to change behavior and awareness of seaside communities to do not defecation and
throw garbage at the Sarang District Rembang County is not easy to do. Although
already awakened toilets and other sanitation facilities , some people still do activities
defecation and throw the garbage on the seaside. The results also provide
recommendations to the local government in order to provide an adequate sanitation
development assistance.

Keyword : behaviour, sanitation, environmental damage

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 101
KOMPARASI PENGUJIAN COLIFORM
UNTUK PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN ASPEK
MIKROBIOLOGI
Novarina Irnaning Handayani

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri


nova.bbtppi@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam pemantauan kualitas air limbah, air sumur, air sungai, dan air laut,
mensyaratkan aspek mikrobiologi melalui parameter total coliform sebagai indikator
pencemaran lingkungan. Satuan yang disyaratkan untuk parameter tersebut adalah
MPN/100 ml sehingga metode yang digunakan adalah metode semi kuantitatif Most
Probable Number (MPN) menggunakan 5 tabung menurut Standard Methode dengan
tahapan uji pendugaan dilanjutkan uji penegasan dengan memerlukan waktu analisis
minimal 4 hari. Pada saat ini terdapat media spesifik bersifat kuantitatif yang memiliki
waktu inkubasi hanya 24 jam, Salah satunya adalah petrifilm 3M. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan hasil analisis antara MPN 5 tabung dan
media spesifik Petrifilm 3M. Sampel yang diuji adalah air limbah, air sumur, air
sungai, dan air laut sesuai dengan persyaratan dalam tolok ukur/baku mutu. Hasil
analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara hasil analisa dengan
metode MPN 5 tabung dan media spesifik Petrifilm 3M. Pemakaian metode MPN
memiliki hasil yang lebih kecil dibanding Petrifilm 3M, kecuali untuk sampel yang
tidak mengandung coliform. Media spesifik cenderung lebih sensitif terhadap
kehadiran coliform dan memiliki waktu pengerjaan lebih cepat sehingga hasilnya lebih
cepat diketahui. Walaupun memiliki beberapa keunggulan, namun penggunaan media
spesifik tidak dapat dilakukan untuk analisa untuk baku mutu yang mensyaratkan
MPN/100 ml. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam penentuan
satuan dalam pembuatan baku mutu lingkungan.
Kata kunci : coliform, MPN, Petrifilm

Universitas Diponegoro
102 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KAJIAN DAMPAK TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST)
TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN TPST DI KOTA TEGAL
Irwan Susianto1, Dr. Ir. H. Achmad Iqbal, M.Si2, Dr. Bambang Tri Harsanto, M.Si3
1
Mahasiswa Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana,
Universitas Jenderal Soedirman,
email: irwan_susianto@yahoo.com
2
Dosen Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
3
Dosen Administrasi Negara, Fisip, Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRAK

Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari aktivitas manusia maupun
proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Timbulan sampah yang
semakin meningkat akan mengurangi ruang dan menggangu aktivitas manusia.
Keberadaan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) diharapkan dapat mengurangi
jumlah sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Peran dan
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat diharapkan. Persepsi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan keberlanjutan TPST di
wilayah tempat tinggalnya. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan berat sampah
total dan berat sampah berdasarkan jenisnya (kg/hari) yang masuk ke TPST Melati
Jaya; mengetahui kualitas kompos yang dihasilkan TPST ditinjau dari parameter fisik
dan kimiawi; mengetahui kualitas air sumur gali penduduk di sekitar TPST ditinjau
dari parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi; serta mengetahui persepsi masyarakat
terhadap keberadaan TPST di Kota Tegal. Penelitian menggunakan metode survei
(Februari-Juni 2013). Teknik pengambilan sampel sampah dan kompos adalah random
sampling, sampel air dan mikrobiologi pada lima stasiun adalah purposive sampling,
serta responden adalah proportional random sampling sejumlah 83 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis sampah yang masuk ke TPST Melati Jaya yaitu
rumput, kertas, plastik, kayu, kaca, dan besi/seng. Kualitas kompos yang dihasilkan
TPST Melati Jaya belum memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun 2011. Keberadaan TPST
Melati Jaya berpengaruh terhadap kualitas air, terutama parameter TSS, BOD5, besi,
mangan, nitrit, Fecal Coliform, dan total Coliform. Masyarakat kota Tegal memiliki
persepsi yang cukup positif terhadap keberadaan TPST Melati Jaya, meskipun
sebagian masyarakat berpendapat bahwa keberadaan TPST tidak perlu dilanjutkan dan
harus dipindah ditempat yang jauh dari pemukiman.

Kata kunci: sampah, kompos, kualitas air, persepsi masyarakat, dan TPST di Kota
Tegal

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 103
WASTE MANAGEMENT IN FAST FOOD RESTAURANTS IN SEMARANG:
CASE STUDY OF KENTUCKY FRIED CHICKEN AND PIZZA HUT
Abdulfatah Alfagi Almaghriby

Environmental Studies Postgraduate Program Diponegoro University


Jalan Imam Bardjo, SH No.5 Semarang 50241. abdulfatah198792@yahoo.com

ABSTRACT

Humans have always produce waste and disposed it in some way, so waste
management is not a new issue. What has changed are the types and amounts of waste
produced, the methods of disposal, and the human values and perceptions of what
should be done with it. Over the past few decades, People have become increasingly
concerned about not only the management and disposal of waste but also the difficulty
of balancing the benefits of a healthy environment with the economic costs to
achieving those benefits.Conflict often arises over what disposal methods should be
used, whether costs of certain disposal methods outweigh benefits (or vice versa), and
who should bear the economic burden. The goal of the research is to clarify the
importance of waste management to keep our environment and also to improve human
behavior in dealing with waste generated by fast-food restaurants such as KFC and
Pizza Hut. This study was conducted in Semarang city- Indonesia (September 2014).
Samples were collected through guided interviews using the snowball method, and the
answers were vary from person to person according to their understanding.

Key words: Waste management, Fast-food restaurants, Policy, Human behaviour

Universitas Diponegoro
104 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
EVALUASI PELAYANAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN
PERMUKIMAN KECAMATAN PANDEGLANG DENGAN TEMPAT
PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU MODEL MRF
Andrian Wisudawan1, Syafrudin2,Hadiyanto3
1
Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Diponegoro
2
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
3
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
E-mail : wisudawan33@gmail.com

ABSTRAK

Sampah telah menjadi isu dalam rangka pembangunan khususnya di daerah, hal ini
karena sampah belum ditangani secara holistik. Saat ini sampah ditangani oleh
Pemerintah Daerah dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Sehingga
penangaanan sampah tidak dapat optimal dilakukan. apabila dibiarkan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dimasa yang akan datang. Penduduk Kecamatan
Pandeglang berdasarkan data Badan Pusat Stastistik tahun (2012) berjumlah 41.565
jiwa menjadi salah satu kecamatan dengan penduduk yang terpadat di Kabupaten
Pandeglang. Kepadatan penduduk wilayah ini juga berdampak pada keberadaan
kawasan permukiman baik yang teratur maupun yang tidak teratur karena dengan
penambahan jumlah penduduk menimbulkan masalah dalam sanitasi dengan salah
satunya dalam pengelolaan sampah permukiman.
Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) merupakan salah satu
alternatif dalam peningkatan pengolahan sampah di permukiman dengan melibatkan
masyarakat sebagai pengelola TPST. Untuk tahap awal pembangunan TPST dapat
difokuskan di 4 kelurahan yang ada di ibukota kabupaten. Pembangunan TPST dengan
mempertimbangkan pertumbuhan permukiman yang semakin meningkat.

Kata Kunci : Sampah, Peningkatan, Permukiman

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 105
PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA
DI KOTA YOGYAKARTA
Iswanjana 1, Syafrudin 2,Tukiman Taruna 3
1
Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,
2
Unicef Perwakilan Jawa Tengah,
3
Staf Edukatif Fakultas Teknik Lingkungan UNDIP
Irfan.iswan.73@gmail.com

ABSTRAK

Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan makin tingginya tingkat


konsumsi manusia akan mengakibatkan jumlah sampah yang dihasilkan semakin
banyak. Kebutuhan pengelolaan sampah bagi penduduk merupakan kebutuhan utama,
karena sempitnya lahan dan padatnya jumlah penduduk perkotaan. Permasalahan
pengelolaan sampah memerlukan keterlibatan semua pihak di samping pemerintah
juga dibutuhkan keterlibatan aktif masyarakat, salah satunya peran Rukun Warga
(RW). Rukun Warga (RW) berwenang mengajak masyarakatnya mengelola sampah
sejak dari sumbernya (Rumah Tangga) yang diharapkan akan mengurangi jumlah
timbulan sampah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keunggulan dan
kelemahan pengelolaan sampah mandiri berbasis Rukun Warga (RW) di RW 8
Kampung Suronatan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Jenis penelitian adalah
penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Hasil penelitian sebagai
berikut : untuk mengatasi masalah sampah akibat padatnya jumlah penduduk dan
sempitnya lahan dan menjaga kebersihan lingkungan warga RW 8 kampung Suronatan
mendirikan bank sampah dan pengelolaan sampah mandiri. Beberapa keunggulan
pengelolaan sampah mandiri antara lain mengurangi volume sampah, menambah
penghasilan (ekonomi), mempererat silaturahmi antar warga (sosial budaya) dan
memperindah lingkungan kampung (lingkungan), Sedang kelemahan pengelolaan
sampah mandiri ini antara lain masih belum semua sampah yang dipilah warga dapat
diterima oleh pengepul seperti plastik kresek hitam, ban bekas dan lain-lain. Di
samping masih engganya warga memilah sampah sesuai dengan jenisnya karena
alasan keterbatasan tempat. Di sarankan para pengurus Bank Sampah Surolaras
mencari pengepul sampah yang mampu menampung semua sampah yang dipilah
warga di samping menyediakan tas pilah sampah yang awet dan fleksibel sehingga
dapat mengatasi keterbatasan tempat memilah

Kata kunci: Rukun Warga , Pengelolaan Sampah Mandiri, Bank Sampah

Universitas Diponegoro
106 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN BANK SAMPAH
KELOMPOK PEDULI LINGKUNGAN (SERASI)
KELURAHAN SIDOMULYO, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG
Yusa Eko Saputro1, Kismartini2, Syafrudin2
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
yusaekos@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk
mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah akhirnya ditemukan
salah satu solusi inovatif untuk “memaksa” masyarakat untuk memilah sampah.
Dengan menyamakan sampah secara uang atau barang berharga yang dapat ditabung,
masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya
sehingga mereka mau memilah sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi (KPLS), Sidomulyo
Kabupaten Semarang. Bank Sampah KPLS sendiri telah berdiri dan beroperasi sejak
tahun 2012 berdasarkan Surat Keputusan Lurah Sidomulyo No.411.2/50/2012 tentang
Penetapan Susunan Pengurus Bank Sampah KPLS Kelurahan Sidomulyo Kabupaten
Semarang. Data dikumpulkan dengan cara observasi di lapangan, serta melakukan
wawancara dengan pengurus bank sampah, pemerintah setempat serta tokoh
masyarakat setempat. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif

Kata kunci: Pengelolaan, Sampah, Bank Sampah

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 107
DAMPAK PENERAPAN WANAMINA DALAM BUDIDAYA TERHADAP
KESEHATAN LINGKUNGAN PERAIRAN DALAM TAMBAK
Rini Budihastuti

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang


Email: rini_puryono@yahoo.com

ABSTRAK
Pengelolaan budidaya tambak wanamina membutuhkan informasi lebih lanjut
terkait dampaknya terhadap kesehatan perairan tambak. Oleh karena itu, diperlukan
kajian yang memberikan gambaran mengenai berbagai manfaat wanamina bagi
lingkungan, khususnya perairan tambak yang mengintegrasikan mangrove seperti
Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
dampak dampak penerapan wanamina dalam budidaya terhadap kesehatan
lingkungan perairan dalam tambak. Penelitian ini dilaksanakan pada tambak
wanamina di wilayah pesisir Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Pengambilan sampel
air dilakukan pada kolam tambak wanamina yang mengintegrasikan Avicennia marina
dan Rhizophora mucronata. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kolam
sebanyak 6 titik untuk kemudian dianalisa di laboratorium untuk keperluan
identifikasi. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis plankton
ditemukan pada tambak Avicennia marina dan 11 jenis plankton pada tambak
Rhizophora mucronata. Dari seluruh jenis plankton yang teridentifikasi, hanya
terdapat 2 jenis yang ditemukan pada kedua lokasi, yaitu Diatoma sp. dan Navicula
sp. Terdapat jenis plankton dominan yang ditemukan pada kedua lokasi, yaitu
zooplankton dari jenis Beroe fonaculii pada tambak Avicennia marina dan
fitoplankton jenis Oscilatoria sp. pada tambak Rhizophora mucronata. Analisis
terhadap keanekaragaman jenis menunjukkan indeks sebesar 1,559 dan 1,128 masing-
masing pada tambak Avicennia marina dan Rhizophora mucronata yang menunjukkan
bahwa keanekaragaman jenis plankton pada kedua kolam termasuk dalam kategori
sedang. Ini berarti bahwa kondisi perairan pada kedua kolam relatif baik. Sedangkan
analisis keseragaman jenis menunjukkan indeks sebesar 0,677 dan 0,470 pada
masing-masing kolam tambak yang menunjukkan bahwa keseragaman jenis plankton
pada kolam Avicennia marina tergolong tinggi, sedangkan pada kolam Rhizophora
mucronata tergolong sedang.

Kata-kata kunci: Avicennia marina, lingkungan perairan, plankton, Rhizophora


mucronata, wanamina

Universitas Diponegoro
108 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMETAAN TINGKAT RISIKO BANJIR LAHAR
DI SUB DAS KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
Rosalina Kumalawati1, Junun Sartohadi2, Norma Yuni Kartika3, Seftiawan S Rijal4
1
Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Jurusan Pendidikan IPS, UNLAM
2
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
3
Kandidat Doktor Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada
4
Kandidat Master Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM Yogyakarta
Email: 1rosalinaunlam@gmail.com

ABSTRAK

Dampak Bencana Alam banjir lahar terhadap aspek fisik telah banyak di angkat,
dampak terhadap aspek sosial ekonomi belum banyak di teliti. Penelitian bertujuan
untuk menyusun kelas risiko lahar, mengetahui persepsi masyarakat terhadap risiko
lahar, dan melakukan valuasi ekonomi dampak kerusakan akibat lahar di daerah
penelitian.
Pemilihan daerah penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Unit analisis
seluruh desa di kecamatan sepanjang Kali Putih. Setiap desa di wakili 2-4 responden
untuk wawancara. Penentuan sampel responden dilakukan menggunakan teknik
random sampling dengan sistem undian. Teknik statistik korelasi di gunakan untuk
analisis hubungan persepsi masyarakat terhadap risiko lahar.
Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai area yang tidak berisiko
sebesar 76.93%, risiko rendah 7.78 %, risiko sedang 8.38% dan risiko tinggi 6.91%
dari seluruh daerah penelitian. Jumoyo, Seloboro, Sirahan dan Blongkeng mempunyai
risiko tinggi. Persepsi masyarakat berpengaruh pada risiko lahar walaupun nilai “r”
kecil yaitu 0,557 (korelasi sedang). Hasil perhitungan ekonomi menunjukkan jumlah
kerugian karena lahar untuk rumah permanen bervariasi tergantung besar kecilnya
kerusakan. Prioritas penanganan untuk mengurangi risiko lahar lebih ditekankan pada
mitigasi dan adaptasi.

Kata Kunci : Pemetaan, Risiko Lahar, Persepsi Masyarakat, Valuasi Ekonomi

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 109
STRUKTURASI SHELTERS BENCANA GUNUNG MERAPI
Muhammad Hayat

Dosen Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang, Jatim


Email: Hayato.hayat@gmail.com

ABSTRAK

Letusan gunung merapi pada akhir Oktober tahun 2011 mengakibatkan ribuan orang
kehilangan tempat tinggalnya. Mereka mengungsi di banyak tempat yang tersebar di
beberapa kabupaten baik di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Propinsi
Jawa Tengah. Penelitian dilakukan di shelters yang dibangun oleh LSM ACT. Shelters
tersebut didirikan oleh LSM ACT dengan bantuan beberapa founding (penyandang
dana). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strukturasi yang terjadi di dalam
shelters. Strukturasi berkaitan dengan proses menjadi sebuah struktur baru yang
melibatkan aktor-aktor yang bergerak dinamis untuk melakukan siasat, tawar
menawar, menawarkan nilai mereka, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, ada ruang
atau arena berkontestasi yang terbuka lebar di dalam sebuah masyarakat yang belum
mempunyai struktur yang mapan.
Wawancara dengan penghuni shelters menjadi data primer bagi penelitian ini. Peneliti
mencoba masuk ke ruang penelitian dengan metode fenomenologi, sehingga
kemampuan membangun kedekatan dengan informan menjadi hal yang urgent
dilakukan oleh peneliti. Untuk keperluan penggalian data, tinggal bersama penghuni
shelters adalah tindakan yang harus dilakukan oleh peneliti sehingga narasi alamiah
kemungkinan bisa diperoleh. Cara tersebut juga memudahkan peneliti saat harus
wawancara yang sifatnya mendalam (depth interview). Selain itu pekerjaan observasi
menjadi lebih ringan, karena memungkinkan peneliti mendapatkan hal-hal yang
bersifat lebih detil. Kelengkapan interview guide juga menjadi alat yang harus peneliti
persiapkan. Data pendukung lain peneliti gali dari wawancara dengan pemerintah,
swasta maupun lembaga swadaya masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan, LSM ACT melalui aktor-aktornya mencoba
menawarkan nilai-nilai yang mereka kembangkan selama ini. LSM yang berafiliasi
dengan Partai Keadilan Sejahtera tersebut mencoba mendistribusikan pemahaman-
pemahaman ideologis yang selama ini menjadi magma tindakan mereka. Pengungsi
yang tinggal di shelters tersebut tidak sepenuhnya mengikuti pola yang ditawarkan
oleh LSM ACT. Ada ruang menafsir yang secara otonom dimiliki oleh pengungsi, hal
tersebut tidak bisa dilepaskan dari value (nilai) yang mereka miliki cukup berbeda.
Selain itu sporadisasi pengungsi yang dinamis, menjadikan shelters seringkali hanya
pahami sebagai tempat tinggal sementara. Pengungsi lebih banyak bergerak di luar
shelters. Dalam tafsir sosiologis, kondisi tersebut mengindikasikan jika masing-masing
altor adalah thing yang masih cukup otonom.

Universitas Diponegoro
110 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MIKROZONASI SEISMIK UNTUK KOTA CILACAP
Sulastri1, 2, Pupung Susilanto2, Bambang Sunardi2
1
Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG

ABSTRAK

Kota Cilacap merupakan kota yang rawan terhadap ancaman berbagai macam bencana
alam, salah satunya adalah gempabumi. Telah dilakukan mikrozonasi seismik untuk
Kota Cilacap, sebagai salah satu upaya mitigasi terhadap bencana gempabumi.
Berdasarkan peta zonasi gempabumi Indonesia, percepatan tanah puncak pada batuan
dasar di Kota Cilacap adalah 0.5 g, untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun.
Telah dilakukan pengukuran kecepatan gelombang geser pada kedalaman 30 meter
(Vs30) untuk kota Cilacap pada tahun 2012. Nilai dari Vs30 hasil pengukuran berkisar
153 – 355. Faktor amplifikasi dihitung berdasarkan kriteria ASCE 7-10. Faktor
amplifikasi untuk daerah ini didapatkan antara 0.9 dan 1.0. Percepatan tanah puncak di
permukaan tanah yang didapatkan berkisar 0.45 – 0.5 g, atau sekitar 441 – 490
cm/sec2. Berdasarkan skala intensitas gempabumi MSK-64, intensitas maksimum
untuk gempabumi yang kemungkinan bisa terjadi di Kota Cilacap adalah pada skala X.
Kemungkinan bencana yang bisa terjadi pada skala X ini adalah hancurnya sebagian
besar gedung, dan retakan di tanah sampai selebar 1 meter.

Kata Kunci: Cilacap, faktor amplifikasi, mikrozonasi seismik, PGA permukaan

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 111
DIRECTION MOVEMENTAVALANCHESIN THE SLOPE AREAWITH A
CASE STUDY IN SEMARANG TRANGKIL HOUSING
Etty E. Listiati

ABSTRACT

Semarang is a city that has a beautiful urban landscape, because it is divided into two
regions namely Semarang lower land and higher. Each of these areas has their own
problems. While in the rainy season, the higher land has landslides problem and the
lower land has flood problem.
The study of Direction Movement Avalanches In The Slope Area with a case
study in Semarang Trangkil Housing was introduced to see the direction of
movement of a landslide that occurred in the housing areas. Given at the time of heavy
rains, fairly severe landslides occurred in the housing and collapsing a lot of houses.
This research is a qualitative descriptive analysis. Data obtained by means of
measurements and observations and interviews with residents. The results were
analyzed descriptively.
The results showed that the direction of the movement of an avalanche heading
towards the river and a reduction of land that is not followed by a relatively long
bridge construction, so the water in quite heavy rain will flow from the top to the
bottom and permeated the clay to easily absorbs water. The water causes the load of
soil is too large enough so that the area become landslide.
Given this research, it is expected that the community have more understanding about
how to plan residential area appropriately, particularly in the slope area.

Keywords: slope, landslides, disaster

Universitas Diponegoro
112 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
APLIKASI SIG UNTUK MENENTUKAN VARIASI TINGKAT BAHAYA
BANJIR PADA LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KOTA TEGAL

Heri Tjahjono dan Ganta Muro Wijaya


Program Pascasarjana Doktor Ilmu Lingkungan Undip
heriridlo@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tingkat bahaya banjir di Kota Tegal, (2)
Mengetahui sebaran lokasi permukiman penduduk yang terkena bahaya banjir di Kota
Tegal, (3) Mengetahui faktor pendorong penduduk tinggal di permukiman daerah
bahaya banjir. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi, wawancara
dan kuisioner. Metode analisis data menggunakan metode tumpang susun (overlay),
pengharkatan (scoring) dan deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diketahui tiga kelas tingkat bahaya banjir di Kota Tegal kelas bahaya
rendah memilki luas 397,709 Ha, bahaya sedang 3.162,017 Ha, bahaya tinggi 352,576
Ha, sedangkan permukiman penduduk daerah bahaya banjir sedang di Kota Tegal
seluas 1194,626 Ha atau 30,54% dari luas keseluruhan. Faktor yang sangat mendorong
penduduk tinggal di daerah bahaya banjir ialah faktor status tanah hak milik dan jenis
rumah permanen, sedangkan faktor yang kurang mendorong ialah tingkat kebersihan
lingkungan yang kurang bersih.

Kata Kunci: Bahaya Banjir, Permukiman, Tegal.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 113
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRANSFORMATIF
DALAM PENGELOLAAN MITIGASI BENCANA
Pudjo Suharso dan Sukidin

Dosen Prodi PE Jurusan P.IPS FKIP Universitas Jember


Email:harsodit@yahoo.co.id

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara yang kaya akan bencana alam. Kekeringan, banjir, tanah
longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gunung meletus, tsunami,kebakaran hutan,
merupakan “kekayaan” bencana alam yang setiap kali dialami negeri yang indah ini.
Begitu banyak dan ragam bencana alam di Indonesia, sebagian ilmuwan mengatakan
bahwa Indonesia merupakan “laboratorium” bencana, sementara masyarakat lebih
suka menyebut “supermarket” bencana. Realitas bencana alam di negeri ini adalah
keniscayaan. Dalam paradigm lama penanganan bencana alam, kebijakan yang diambil
lebih focus pada rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Namun dalam paradigm
baru, penanganan bencana lebih difokuskan pada upaya preventif. Di sini pengelolaan
mitigasi bencana menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
praktik-praktik pengelolaan mitigasi bencana di berbagai daerah bencana yang
melibatkan partisipasi masyarakat dengan melaksanakan pendidikan transformative
yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik itu masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Selain itu juga untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan respon masyarakat
terhadap implementasi pendidikan transformative dalam pengelolaan mitigasi bencana
dan menghadapi bencana itu sendiri. Metode yang dipergunakan lebih menekankan
konstruktivistik dengan mengacu pada pendekatan kualitatif. Hasilnya tidak semua
masyarakat di daerah bencana mempunyai respon yang sama terhadap pendidikan
transformative dalam pengelolaan mitigasi bencana. Masyarakat mensikapi bencana
alam sebagai suatu “takdir” yang harus diterima dengan ikhlas. Implementasi
pendidikan transformative pengelolaan bencana alam masih kurang efektif karena
tidak berbasis pada struktur pembelajaran yang sistematis. Rekomendasi yang
diberikan adalah perlunya pembelajaran pengelolaan mitigasi bencana yang sistematis
sebagai upaya preventif secara dini melalui pendidikan transformative dengan
kurikulum kebencanaan yang memadai.

Kata kunci : pendidikan transformatif, mitigasi bencana, kurikulum kebencanaan.

Universitas Diponegoro
114 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGENDALIAN EROSI DAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN
MODEL HUTAN RAKYAT AGROFORESTRY MANGLID
DAN TANAMAN PANGAN
Wuri Handayani

BalaiPenelitianTeknologi Agroforestry
Jl. Raya CiamisBanjarKm4.,Ciamis.
Email: wurihandayani2004@yahoo.com

ABSTRACT

Citanduy watershed has been categorized as a critical watershed. The reduction or


changes of forest cover area into cultivation area, has increased the rate of erosion
and surface run-off, which in turn will come up the wider issues on watershed physical
condition. Soil and water conservation efforts with vegetative approach, is the method
that can be applied to control erosion and surface runoff. Agroforestry system that
combine forest tree and agricultural crops, produces the multi-layered canopy
structure, so that it can be applied potentially as the soil and water conservation. The
private forests have developed quite rapidly in West Java. Private forest with
agroforestry pattern can be found in there, beside monoculture and polyculture. Thus
private forest with agroforestry pattern can be applied as the soil and water
conservation model for Citanduy watershed management, particularly to improve
water yield of Citanduy watershed. This research aimed to determine the effect of
agroforestry patterns of manglid private forest and food crops to control erosion and
surface runoff. Observation were carried out on some plots ie the agroforestry patterns
of manglid+ganyong, manglid+suweg and manglid monoculture. At the downstream
of each plot was placed the erosion collector to intercept surface run-off and erosion
that washed away. The result of this research shows the agroforestry pattern of
manglid+ganyong has the lowest erosion yield and surface run-off. The total of erosion
yield and surface run-off from agroforestry manglid+ganyong, manglid+suweg, and
monoculture manglid, respectively are 2.5 tons/ha and 130.8 mm; 10.9 ton/ha and
307.4 mm; 5.6 tons/ha and 141,5mm. The agroforestry patterns of manglid+ganyong
can decrease erosion and surface run-off yield about twice lower than manglid
monoculture, while agroforestry pattern of manglid+suweg produces erosion yield and
surface run-off about twice higher.

Key Words:private forest, agroforestry, erosion, surface run-off, watershed


management

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 115
STUDY ON APPROPRIATENESS OF THE EVACUATION ROUTE PLAN
AND DISASTER LOGISTIC OF KERINCI-BUNGO, JAMBI PROVINCE
AdityaPandu Wicaksono12, Riswanda Daniswara2, Didik Raharyono3
1
Environmental Engineering Study Program of UPN Veteran Yogyakarta
2
Disaster Research and Management of UPN Veteran Yogyakarta
3
Java Carnivore Care Community

ABSTRACT
Jambi province is a prone area of volcanic, earthquake, floods, and tsunami disaster.
Therefore, a suitable and appropriate disaster management is important. Kerinci
regency is a prone area of earthquake and volcanic disaster. Its position which far from
Trans Sumatra Route makes Bungo regency, as the nearest area is an important area
for evacuation route and as logistic centre. The placement of it must be followed with
evacuation corridor of Kerinci-Bungo regency. This plan is expected to reduce the risk
of casualties when disaster is occurred. The assessment and study are needed because
it passes National Park of Kerinci. According to regulation of Ministry of Forestry:
number P.56 /Menhut II/ 2006 on National Park Zoning Guidelines, evacuation route
and logistic center are expected to be used as utilization zone in national park, which
of course harmless for its environment.
From the study, it was found that; (1) Bungo regency is a suitable place to be
developed as alternative of logistic centre by considering its position and its
environmental condition. (2) Based on the study, the most suitable evacuation route
will be located on Limbur Lubuk Mengkuang district in Bungo regency and will be
connected to Siluak Mukai districk in Kerinci regency, Jambi. (3) Land clearing for
evacuation route will not harm any flora and fauna because there is no endangered
species in that place. (4) Policy on developing alternative of logistic centre has great
impact on increasing the development in Bungo, although big investment is needed
there.
To make it successful, (1) A strict and firm rules and strategy for conserving the land
are needed, especially related to the violation around evacuation route, (2)
Development plan in Bungo and its surroundings must not separated from the nature
on order to maintain social economic resilience, therefore its expected to be a model
for the other area in context of sustainable development, (3) Further research related to
the evacuation route in Kerinci regency that connects planned evacuation route in
Bungo is needed, (4) New evacuation route must be followed by respective
development plan as a natural, educational, and diversity tourism and research as a
step to conserve the national park, (5) Disaster Management Plan in Bungo is needed,
hence the position of evacuation route and alternative of logistic centre for the
earthquake and volcanic disaster has clear status in its planning. Besides that, it is
expected that headquarters will cash the budget by establishing the development plan
as a strategic plan of BNPB (Local Agency for Disaster Management).

Universitas Diponegoro
116 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MANAGING KARST AREA IN DISASTER MANAGEMENT PERSPECTIVE
ET Paripurno1, Sunu Widjanarko2, Petrasa Wacana2, Irfanianto2, Abe Rodhialfalah2,
Thomas Suryono2, Fredy Chandra2, Imron Fauzi3, Gunritno4, Ming-Ming Lukiarti4

ABSTRACT
Groundwater basin (CAT) of Watuputih which is the part of Kendeng KARST Area in
Rembang regency is 2555.1 acres water saving area. Nowadays, Groundwater basin
(CAT) of Watuputih is a place that has some many springs. The risks of vulnerable
and dangerous components can be learned through the development, mining, and
cement factory building in Tegaldowo, Rembang regency. Those activities will
contribute negatively to the cave, underground river, and springs which are spread in
the area of CAT Watuputih as perennial springs. CAT Watuputih is the stream of three
great rivers in Central Java, which are Solo river, Lusiriver, and Tuyuhan river.
Ecological damage will directly and indirectly risks those three watersheds.
The root of problem is the strategy and practice on management that is applied in
KARST area was not based on KARST and water conservation management.
Degradation level can be reduced if all parts do the strategic transformation and
practical management on it based on social, biotic, and physic aspects, in form of (1)
more sensitive planning on the water and KARST, (2) decreasing the level of regional
dependency on mining, (3) understanding the meaning of „‟unsustainable mining‟‟, (4)
Utilizing better spatial aspect.

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 117
PRAKTIK PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGIS
Masyarakat Sikep Samin, Kabupaten Pati, JawaTengah
EkoTeguh Paripurno12,Arif Rianto Budi Nugroho12,Aditya PanduWicaksono13

1 Pusat Studi Manajemen Bencana UPNVeteranYogyakarta


2 Program StudiTeknik Geologi UPNVeteranYogyakarta
3 Program StudiTeknik Lingkungan UPNVeteranYogyakarta

ABSTRAK

Komunitas Sikep Samin adalah masyarakat adat yang sehari-hari disebut masyarakat
Samin atau Masyarakat Sikep. Komunitas tersebut hanya melakukan kegiatan
pencukupak kehidupannya dengan berani dan berternak. Komunitas Samin konsisten
melakukan kegiatan pertanian tiga kali menanam padi dalam setahun, atau dua kali
dengan disisipi menanam palawija. Pola tanam mengikuti kebutuhan petani, atau
disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Namun demikian pada dasarnya pola ini sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air. Menanam dalam kondisi air sedikit sangat berbeda
dengan pada kondisi air berlimpah.
Kajian meninjukkan iklim regional menunjukkan musim kering (E). Kondisi ini sangat
diengeruhi oleh perubahan iklim yang akhirnya merubah tingkat produksi. Di sini
komunitas Sikep Samin terlihat mampu beradaptasi dengan petani pada umumnya.
Komunitas ini sangat konsisten melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim bila dibanding para petani pada umumnya.
Dalam mensikapi perubahan iklim, Komunitas Sikep peduli, menjaga dan
melestarikan keseimbangan alam secara sadar. Ini berarti komunitas memahami alam
hanya digunakan secara perlu digunakan secara hati-hati dan aman adalah kunci
kehidupan. Jika hal ini tidak dilakukan maka alam akan mengatur keseimbangan itu
sendiri, dengan adanya banjir dan tanah longsor. Saat ini Masyarakat Sikep Samin
sekarang berusaha untuk kembali ke pertanian organik, dengan berusaha tidak
menggunakan pupuk kimia dan pestisida .
Kata kunci: Bahaya meteorologis, Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Komunitas
Samin Sikep.

Universitas Diponegoro
118 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS RISIKO BENCANA LONGSOR
DESA TEMPUR, DESA DAMARWULAN, DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KELING, KABUPATEN JEPARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
Oscar Mario Sura,Arif Rianto Budi Nugroho

Prodi Teknik Geologi, FTM UPN “Veteran” Yogyakarta

ABSTRAK

Salah satu bencana yang paling banyak di Indonesia adalah bencana longsor.Perlu
adanya sebuah kajian mengenai risiko dari bahaya bencana longsor, sehingga dapat
meminimalisir kerugian atau dampak dari longsor. Hal ini dapat memberikan
informasi kepada warga faktor-faktor apa saja yang memicu terjadinya longsor dan
bagaimana mengantisipasi ketika terjadi longsor atau bahkan sebelum terjadinya
longsor. Daerah penelitian terletak di Desa Tempur, Desa Damarwulan, dan
sekitarnya, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui tingkat risiko bencana longsor berdasarkan komponen
dan parameter pengkajian risiko bencana.
Analisis risiko bencana di Desa Tempur dan Desa Damarwulan dibagi dua tingkatan
yaitu tingkat risiko tinggi yang meliputi seluruh dusun di Desa Tempur dan tingkat
risiko rendah yang meliputi seluruh dusun di Desa Damarwulan.

Kata Kunci : Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Risiko Bencana, Longsor

Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 119
KERUSAKAN KAWASAN BENTANG ALAM KARST SUKOLILO
DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN

Endah Tri Sulistyorini1, Hartuti Purnaweni2, Dwi P Sasongko3


1
Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
2
JurusanAdministrasiPublik,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Dipongoro, Semarang
3
JurusanFisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Semarang
endahgema@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kawasan Bentang Alam Karst merupakan bentang alam yang terbentuk karena
pelarutan air pada batu gamping. Fungsi kawasan ini sebagai pengatur alami tata air.
Begitu pentingnya kawasan ini maka Pemerintah menetapkan kawasan karst menjadi
kawasan lindung geologi. Kerusakan yang terjadi di kawasan karst dapat menyebabkan
fungsi kawasan karst menjadi berkurang. Kerusakan ini disebabkan karena adanya
pemukiman dan penambangan batu gamping.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis peta hasil penginderaan
jarak jauh terhadap tutupan lahan. Peta yang digunakan adalah hasil interpretasi citra
Lansat OLI/TIRS hasil perekaman pada 6 Mei 2014 dan interpretasi citra Lansat ETM
+ SLC hasil perekaman pada 5 Agustus 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan di kawasan karst berkurang 21,2 Ha, luas
pemukiman penduduk di kawasan karst pada tahun 2014 bertambah 7,2 % dibanding
tahun 2000. Penambangan batu gamping seluas 21,2 Ha. Akibat adanya pemukiman
dan penambangan batu gamping ini maka dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
diantaranya berkurangnya / hilangnya sumber mata air.

Kata Kunci : Kawasan karst, kerusakan, penambangan batu gamping

Universitas Diponegoro
120 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KEBIJAKAN REKLAMASI DI TELUK JAKARTA

Hartuti Purnaweni1*
1
Jurusan Administrasi Publik, FISIP Universitas Diponegoro
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
*
hartutipurnaweni@gmail.com

ABSTRAK

Reklamasi kawasan pantai kini semakin banyak dilakukan di banyak tempat di dunia,
tak terkecuali juga di berbagai wilayah di Indonesia. Reklamasi menjadi pilihan
kebijakan karena adanya berbagai alasan, namun penyebab utama dilakukannya
reklamasi pantai adalah keterbatasan ketersediaan lahan yang tidak sebanding dengan
kebutuhan aktivitas manusia yang sangat beragam, sehingga kawasan pantai
kemudian diubah menjadi kawasan yang lebih bernilai secara ekonomis. Hal ini juga
diwacanakan terjadi di Jakarta. Penelitian ini tentang kebijakan reklamasi di Teluk
Jakarta, dan dampak sosial yang dapat ditimbulkan dari kebijakan tersebut. Metode
penelitian adalah observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya menunjukkan bahwa
kebijakan reklamasi terhadap Teluk Jakarta sudah dibuat sejak tahun 1995, yang
menimbulkan berbagai kontroversi hingga kini. Dampak sosial yang timbul bisa terdiri
dari dua macam, dan terkait dengan dampak fisik lingkungan. Dampak positif adalah
tersedianya lahan yang memungkinkan tumbuhnya kawasan baru untuk berbagai
aktivitas yang berfokus pada ekonomi, dan terutama potensial dimanfaatkan oleh
orang-orang kaya. Dampak negatifnya terutama diderita oleh para nelayan yang
tinggal di kawasan Teluk Jakarta, yang pasti harus beralih mata pencaharian karena
hilangnya fishing ground dan kawasan aktivitas ekonomi mereka, padahal sosialisasi
kebijakan yang dilakukan pemerintah dan pengembang minim. Rekomendasi yang
ditawarkan adalah bahwa Negara sebagai pembuat kebijakan seharusnya juga berperan
melindungi masyarakat nelayan yang tidak berdaya menghadapi kekuasaan para
pemilik modal melalui berbagai kebijakan yang memperhatikan tiga aspek
pembangunan berkelanjutan yaitu ekologis, ekonomi dan sosial. Pembangunan
berkelanjutan harus sangat diperhatikan, karena muara dampak reklamasi adalah pada
lingkungan sosial.

Kata kunci: Reklamasi, Teluk Jakarta, dampak, nelayan

Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai