PANDUAN
SEMINAR NASIONAL
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN TAHUN 2014
Himpunan Mahasiswa Magister & Doktor Ilmu Lingkungan Undip Program Studi
Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
A. PENDAHULUAN
Populasi penduduk dunia diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 miliar pada
tahun 2025 sedangkan penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273 juta
jiwa pada tahun yang sama. Peningkatan jumlah penduduk dunia akan
mengakibatkan tekanan pada pemenuhan kebutuhan diantaranya bahan pangan,
ruang dan sumberdaya alam lainnya. Sebagai negara yang sedang berkembang,
Indonesiabanyak mengandalkan aset sumberdaya alam untuk memicu pertumbuhan
ekonomi sekaligus modal pembangunan.Eksplotasidan pemanfaatan sumberdaya
alam yang tidak bijak dengan mengabaikan prinsip-prinsip keberlanjutan akan
menggiring Indonesia menghadapi tantangan permasalahan lingkungan yang serius
di tahun-tahun mendatang.
Teori sederhana yangmenyatakan bahwa seseorangyang memiliki sumber daya besar
akan memiliki tingkatkeberhasilan yang lebih besar jelastidak terbukti dalam konteks
NegaraIndonesia. Indonesia memilikisumber daya alam yang melimpahruah, dengan
potensi luar biasabesar untuk dapat dioptimalkanuntuk kemajuan bangsa.
Kenyataanini pastinya menyimpan sejutaharapan bagi rakyat Indonesia,
yangmenurut amanat Undang-Undang Dasar Tahun 1945, “Bumi dan airdan
kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk
sebesar-besarkemakmuran rakyat”. Kemakmuranrakyat menjadi amanat
pemerintahdalam mengelola kekayaan alamtersebut.
Wujud implementasi terhadappasal 33 ayat 3 UUD 1945 diatas, segala sesuatu
mengenaisumber daya alam, termasuk didalamnya air beserta kekayaan alam
lainnya, yang berada dalamteritori NKRI berarti dikuasai, diatur, dikelola dan
didistribusikan oleh pemerintah melalui segenap lembaga pengelolaannya untuk
dipergunakan bagi kemakmuran rakyat seluruhnya. Kata kuncinya adalah
“pengelolaan”. Pengelolaan sumber daya alam menjadi kunci tercapainya cita-cita
Pasal 33 UUD 1945.
Sejauh ini pemerintah telah mengimplementasikan hal tersebut ke dalam tataran
praktis melalui pembentukan lembaga-lembaga dan Badan Usaha Milik Negara yang
ditugasi untuk mengurusi dan mengelola elemen-elemen alam milik bumi Indonesia.
Universitas Diponegoro
ii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Contohnya Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Air Minum (PAM),
Pertamina, Perusahaan Gas Negara (PGN), BPH Migas, SKK Migas, dan lain
sebagainya.
Namun fakta yang ada saat ini adalah, masih banyaknya rakyat yang merasa
dirugikan atau kurang diperlakukan dengan adil menyangkut kebutuhannya akan
kekayaan alam tersebut. Padahal seharusnya, sesuai amanat, setiap rakyat
memperoleh hak dalam hal ini kebutuhan akan air bersih, bahan bakar dan sumber
daya alam lainnya. Seharusnya rakyat tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh
hal-hal tadi dengan alasan: Negara ini sangat kaya akan unsur-unsur alam tersebut.
Lalu pertanyaan “bodoh”nya, kenapa harga bahan bakar terus naik? kenapa masih
banyak berita kelangkaan energi di beberapa tempat di Indonesia? Kenapa BBM
menjadi “Penyakit” dalam APBN sehingga membebani keuangan Negara? Kenapa?
Pembangunan seharusnya dilakukan dengan tidak mengabaikan lingkungan karena
sumber daya alam sudah seharusnya dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan
sehingga tidak menimbulkan umpan balik negatif terhadap lingkungan. Namun
dalam prakteknyaparadigma pembangunan ekonomi Indonesia masih berdasarkan
Gross Domestic Product (GDP), dimana pertumbuhan ekonomi dijadikan indikator
utama keberhasilan pembangunan. Selain gagal meningkatkan pemerataan
kesejahteraan dan kualitas hidup rakyat, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia
sebesar 6,3% pada tahun 2012 juga dianggap tidak mencerminkan angka
pertumbuhan sebenarnya, karena ada biaya pemulihan kerusakan lingkungan
(Environmental Cost)akibat ekploitasi sumberdaya alam yang tidak dihitung.
Kerusakan lingkungan yang berlebihan akibat pembangunan yang tidak berwawasan
lingkungan akan meningkatkan risiko bencana yang bersumber dari ulah manusia.
Terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim, semakin berkurangnya
keanekaragaman hayati, limbah B3, kebakaran hutan, pencemaran air dan udara
akibat limbah industri, serta peningkatan intensitas bencana alam, mendorong
manusia untuk mengkaji ulang implementasi konsep pembangunan. Harus disadari
bahwa bumi dan variabel alam lainnya bukan hanya sebagai tempat pemenuhan
kebutuhan hidup, akan tetapi bumi/alamadalah bagian dari tempat hidup. Karena
bumi memiliki keterbatasan berupa kemampuan untuk mendukung dan menopang
kehidupan diatasnya (carrying capacity), maka kerusakan lingkungan yang
ditimbulkan terhadap alam pada hakekatnya adalah ancaman terhadap kehidupan
manusia itu sendiri.
Sudah saatnya Indonesia mandiri dalam pemenuhan kebutuhan energinya. Sudah
saatnya pembangunan dilakukan dengan tidak mengabaikan lingkungan. Sudah
saatnya risiko bencana dikelola dengan baik untuk meminimalkan akibat negatifnya.
Kalau tidak sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Semua ini agar kata-
kata “Indonesia Bisa” bukan lagi menjadi jargon semata tetapi bisa menjadi nyata.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | iii
B. Tujuan
1. Merumuskan langkah strategisPengelolaan Bencana, ketahanan energi, dan
pengelolaan lingkungan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan masyarakat yang
berkaitan dengan implementasi kebijakan tentang pengelolaan sumberdaya alam
dan lingkungan.
3. Menyediakan sarana publikasi hasil pemikiran, kajian, penelitian dan pengabdian
masyarakat terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
C. Sub Tema
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pemberdayaan SDM dan Pendidikan Berbasis Lingkungan
Pengelolaan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dan Green Building
Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Mitigasi Bencanadan Adaptasi Perubahan Iklim
Valuasi dan Ekonomi Lingkungan
Ketahanan Energi
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
Universitas Diponegoro
iv | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
F. Susunan Acara
Penanggung
Waktu Agenda
Jawab
07.00 – 08.00 Kedatangan Peserta dan Panitia
Registrasi
08.00 – 08.30 Pembukaan Panitia
Lagu Indonesia Raya
Do‟a
Laporan Ketua Panitia Seminar
Nasional
Sambutan dan Pembukaan Acara
08.30 – 10.00 Keynote Speaker1) Menteri PPN/
KepalaBappenas Panitia
Keynote Speaker2) Kepala
BMKG
10.00 – 10.30 Diskusi (Moderator : Prof.
Sudharto P. Hadi, MES. P.hD)
10.30 – 10.40 Penyampaian cinderamata
dari:Panitia Seminar Nasional
kepada Menteri PPN, Kepala
BNPB &Kepala BMKG
10.40 – 10.55 Penjelasan Tentang Sidang Sie Acara
Komisi seminar dan pengaturan
peserta untuk sidang komisi
Perjalanan Menuju Ruangan
10.55 – 11.10 Coffe Break Gd A Lt 6 Moderator
&Panitia
11.10 – 12.10 Sidang Komisi Sesi I (A&B) Panitia
12.10 – 13.10 Istirahat, Makan siang, Sholat (Gd Konsumsi
A dan B Lt. 4)
13.10 – 14.10 Sidang Komisi Sesi II (A&B) Panitia
14.10 – 14.25 Coffe Break Gd A Lt 6 Moderator
&Panitia
14.25 – 14.35 PersiapanPenutupan Panitia
14.35 – 14.50 Penutupan
Sambutan dan Penutupan Acara
oleh Kepala Program Doktor dan
Magister Ilmu Lingkungan Undip
(Prof. Dr. Purwanto, DEA)
14.50 – 15.20 PembagianSertifikat Panitia
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | v
Kelompok I
Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Dr. Forita Dyah Arianti, M.Si Pengelolaan Lahan Sawah Berwawasan
Lingkungan Sebagai Agroekosistem Padi
2. M.Izhar Difinubun, Amd.,S.Pi Pengelolaan Sumberdaya Yang Berbasis
Lingkungan Menuju Pembangunan
Berkelanjutan
3. Fatmasari Damayanti Pengelompokan Wilayah Menurut Capaian
Indikator Pembangunan Berkelanjutan Di
Indonesia Tahun 2012
4. Aditya Cahya Putra Strategi Pengembangan Ekowisata Melalui
Kajian Ekosistem Mangrove Di Pulau
Pramuka, Kepulauan Seribu
5. Sanudin Factors That Influencing To
Implementation Of Forest Product
Administration In Private Forests In
Banyumas District
6. Abdul Fikri Faqih Green Budgeting Dalam Mewujudkan
Konsep Pembangunan Berkelanjutan
(Studi Kasus Di Jawa Tengah)
7. Ir. Musrowati Lasindrang, Mp Control Of Environmental Pollution And
Destruction In View Of Effectiveness
Aspect Of Environmental Quality Standard
Implementation
8. Mustafa Manssuor Mohammed Water Policy Makers‟, Water Managers‟,
Amir And Water Users‟ Perspectives To Water
Supply In Semarang City
9. Arif Budi W Status Keberlanjutan Pengembangan
Kawasan Minapolitan Berbasis Perikanan
Budidaya Di Kecamatan Mungkid
Kabupaten Magelang
10. Riza Saadiah Analisis Kebijakan Pemanfaatan Biogas
Di TPA Supit Urang Kota Malang Menuju
Pengelolaan Sampah Yang Berkelanjutan
11. Florentina Mediana Dessy Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat Tentang
Bambang Soewardjo Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan
/Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Universitas Diponegoro
vi | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok II
Pemberdayaan SDM dan Pendidikan Berbasis Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Aang Afandi Identifikasi Masalah Dan Upaya
Pengelolaan Lingkungan Pada Destinasi
Wisata Berbasis Komunitas
2. Rachmad K Dwi Susilo, MA Pemberdayaan Sdm Dalam Praktik Co-
Management Air Minum Yang
Berkelanjutan (Kasus Di Kota Batu, Jawa
Timur)
3. Dian Diniyati Pemberdayaan Perempuan Perdesaan
Melalui Pengayaan Tanaman Kapulaga Di
Hutan Rakyat
4. Choirul Amin, S.Si., M.M Pengelolaan Sumberdaya Air Sungai
Bawah Tanah Di Kawasan KarstUntuk
Memenuhi Kebutuhan Air Bersih Di Desa
Pucung Kecamatan Eromoko Kabupaten
Wonogiri
5. Erik Aditia Ismaya Membangun Generasi Emas Indonesia
2045 Yang Cinta Dan Peduli Lingkungan
6. Endrat Mojo Peran Kearifan Lingkungan Sedulur Sikep
Dalam Konsrvasi Sumber Daya Alam Di
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | vii
Kelompok III
Pengelolaan Tata Ruang Berwawasan Lingkungan dan Green Building
No Nama Judul Makalah
1. Wiwik Handayani Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau
Publik Kota Pacitan
Universitas Diponegoro
viii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok IV
Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Prof. Dr. Zulfan Saam, MS Tradition Of “Malope” And “Manguruang”
: As A Local Wisdom Of The Sustainable
Buffalo Livestocking At Kuantan Singingi
2. Agus Wuryanta Teknik Pengolahan Citra Landsat 8 Untuk
Klasifikasi Penutupan/Penggunaan Lahan
Das Citanduy
3. Subandriyo Pemanfaatan Buah Mangrove Menjad
Tepung Mangrove Untuk Substitusi Bahan
Pangan Sebagai Pendorong Bagi
Pelestarian Ekosistem Mangrove
4. Siswahyono Dinamika Budidaya Tanaman Oleh
Masyarakat Pada Lahan Kawasan Hutan
Lindung Di Wilayah Propinsi Bengkulu
Dalam Mendukung Pembangunan Hutan
Kemasyarakatan Berbasis Agroforestri
Karet
5. Sanudin Pressure Of Socio - Economic Of
Communities Toward Citanduy Watershed,
West And Central Java
6. Maria Palmolina Pengelolaan Hutan Rakyat Di Perbukitan
Menoreh: Kasus Di Desa Hargorejo,
Kokap, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta
7. Burhanuddin Adman Pertumbuhan Permudaan Alami
Homalanthus Populneus Dan Trema Spp.
Di Areal Bekas Tambang Batubara Pt
Singlurus Pratama, Kalimantan Timur
8. Eko Hendarto Pengaruh Berbagai Tingkat Kombinasi
Urea Dan Kotoran Sapi Perah Pada Tinggi
Tanaman Dan Produksi Segar Berbagai
Tanaman Pakan Defoliasi Pertama
9. Nur Qudus Potensi Sistem Resapan Ramah
Lingkungan Sebagai Recharge Air Tanah
Wilayah Selatan Kota Semarang
10. Nanik Indah Setianingsih Potensi Beberapa Jenis Mangrove Di Jawa
Tengah Sebagai Bahan Baku Industri
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | ix
Kelompok V
Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Soedarsono Pengaruh Jarak Distribusi Air Terhadap
Kandungan Sisa Chlor Pada Jaringan
Distribusi Air Minum Pdam Kota
Semarang
2. Sukarjo Quick Assessment Sebaran Logam Berat
Pada Tanah Sawah Di Kabupaten Gresik,
Kediri, Batu Dan Malang, Provinsi Jawa
Timur
3. Wahyu Purbalisa Sebaran Zn Dan Co Pada Sawah Irigasi Di
Kabupaten Jombang, Jawa Timur
Universitas Diponegoro
x | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xi
Pengelolaannya
16. Anik Hidayah Logam Berat Di Lahan Bekas Tambang
Timah Di Pulau Bangka
17. Iwan Gunawan Potensi Biochar (Arang Hayati) Berbahan
Baku Limbah Daun Kayu Putih Guna
Perbaikan Ekologi Tanah Dan Peningkatan
Produktivitas Tanaman Di Pabrik Minyak
Kayu Putih Perum Perhutani Kph Gundih
18. Hermin Poedjiastoeti Collaborative Approach In River Pollution
Control In The Downstream Of Garang
River
19. Poniman Residu Pestisida Organoklorin Di Sentra
Produksi Sayuran Kabupaten Brebes
20. Yulis Hindarwati Kandungan Logam Berat Pb Dan Cu Beras
Pada Beberapa Varietas Padi
21. Antun Puspanti A Chance Of Herbaceous Aquatic Plants
To Remediate Acid Mine Drainage In A
Post Coal Mining Area
22. Purwono Penggunaan Teknologi Reaktor Microbial
Fuel Cells (Mfcs) Dalam Pengolahan
Limbah Cair Industri Tahu Dengan Media
Terlekat Untuk Menurunan Kadar
Chemical Oxygen Demand (Cod) Dan
Menghasilkan Daya Listrik
23. Sri Sumiyati Karakteristik Biofilm Pada Pengolahan
Limbah Tahu Dengan Kerikil Vulkanik
Merapi
24. Oukhan Ibrahim Mohamed The Ability Of Aquatic Weed Water
Hyacinth And Water Lettuce To Reduce
Heavy Metal Iron (Fe), Manganese (Mn)
And Zinc (Zn)
25. Dian Chandra Ardhani Status Mutu Air Sungai Batanghari Cluster
Kabupaten Dharmasraya
Dengan Metode Indeks Pencemaran
26. Hana Fais P Identifikasi Peluang Penerapan Produksi
Bersih Di Industri Kecil Slondok Sebagai
Upaya Penanganan Dampak Lingkungan
Universitas Diponegoro
xii | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok VI
Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim
No Nama Judul Makalah
1. Nofrizal Dampak Perubahan Suhu Lingkungan
Perairan Terhadap Perubahan Kemampuan
Renang Ikan Jack Mackerel (trachurus
japonicus) Melalui Pendekatan Fisiologi
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xiii
Universitas Diponegoro
xiv | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok VII
Valuasi dan Ekonomi Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Robby Irsan Perubahan Paradigma Lingkungan
Ekonomi Berdasar Perilaku Sosial
Masyarakat Perbatasan (Kasus Di
Kecamatan Entikong Kabupaten Sanggau
Propinsi Kalimantan Barat)
2. Sudalma Model Penyelesaian Perselisihan
Pencemaran Udara Dari Emisi Sumber
Tidak Bergerak
3. Erna Lestianingrum Kajian Lingkungan Dalampengelolaan
Sampah Pemukiman Dengan Konsep Zero
Waste Di UPS Bumdes Kabupaten Cirebon
4. Tri Sulistyati Widyaningsih Model Manajemen DAS Terpadu: Belajar
Dari Pengelolaan DAS Cidanau, Provinsi
Banten
5. Evi Irawan Analisis Ekonomi Lingkungan Penggunaan
Pestisida Di Kalangan Petani Kentang
Skala-Kecil Di Dataran Tinggi Dieng
6. Hadi Wahyono Model Rekayasa Sosial Berbasis Wisata
Budaya Menuju
Kawasan Perkotaan Baru Yang
Berkelanjutan
(Studi Kasus: Pengembangan Masyarakat
Desa Wisata Kandri
Sebagai Implikasi Pembangunan Waduk
Jatibarang Kota Semarang)
Kelompok VIII
Ketahanan Energi
No Nama Judul Makalah
1. Puji Harsono Keragaman Berbagai Varietas Sorgum
Pada Lingkungan Tanah Berbeda
2. Nida Sopiah Pengaruh Perlakuan Ultrasonik-Sokhlet
Dan Freezer-Sokhlet Terhadap Hasil
Ekstraksi Minyak Dari Mikroalga
Scenedesmus Sp.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | xv
Kelompok IX
Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan
No Nama Judul Makalah
1. Elanda Fikri Timbulan Sampah B3 Rt Berdasarkan
Strata Ekonomi Di Kota Semarang
2. Sidik Puryanto Sanitation And Environmnet In Sarang
District Rembang County(Behave Healty
Development And Friendly Environment In
The Seaside At Sarang District Rembang
County)
3. Novarina Irnaning Handayani Komparasi Pengujian Coliform Untuk
Pemantauan Kualitas Lingkungan Aspek
Mikrobiologi
4. Irwan Susianto Kajian Dampak Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) Terhadap Kualitas
Air Sumur Penduduk Dan Persepsi
Masyarakat Terhadap Keberadaan TPST Di
Kota Tegal
5. Abdulfatah Alfagi Almaghriby Waste Management In Fast Food
Restaurants In Semarang: Case Study Of
Kentucky Fried Chicken And Pizza Hut
6. Andrian Wisudawan Evaluasi Pelayanan Pengelolaan Sampah
Kawasan Permukiman Kecamatan
Pandeglang Dengan Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) Model MRF
7. Iswanjana Pengelolaan Sampah Mandiri Oleh Rukun
Warga Di Kota Yogyakarta
8. Yusa Eko Saputro Pengelolaan Bank Sampah Kelompok
Peduli Lingkungan Serasi Sidomulyo
Ungaran
9. Rini Budihastuti Dampak Penerapan Wanamina Dalam
Budidaya Terhadap Kesehatan Lingkungan
Perairan Dalam Tambak
Universitas Diponegoro
xvi | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
Kelompok X
Pengendalian Resiko Bencana
No Nama Judul Makalah
1. Rosalina Kumalawati Pemetaan Tingkat Risiko Banjir Lahar
Di Sub Das Kali Putih Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah
2. Muhammad Hayat Strukturasi Shelters Bencana Gunung
Merapi
3. Sulastri Mikrozonasi Seismik Untuk Kota Cilacap
4. Etty E. Listiati Direction Movement Avalanches In The
Slope Area With A Case Study In
Semarang Trangkil Housing
5. Heri Tjahjono Aplikasi SIG Untuk Menentukan Variasi
Tingkat Bahaya Banjir Pada Lingkungan
Permukiman Di Kota Tegal
6. Pudjo Suharso Implementasi Pendidikan Transformatif
Dalam Pengelolaan Mitigasi Bencana
7. Wuri Handayani Pengendalian Erosi Dan Limpasan
Permukaan Dengan Model Hutan Rakyat
Agroforestry Manglid Dan Tanaman
Pangan
8. Aditya Pandu Wicaksono Study On Appropriateness Of The
Evacuation Route Plan And Disaster
Logistic Of Kerinci-Bungo, Jambi Province
9. Eko Teguh Paripurno Managing Karst Area In Disaster
Management Perspective
10. Eko Teguh Paripurno Praktik Pengurangan Risiko Bencana
Hidrometeorologis
Masyarakat Sikep Samin, Kabupaten Pati,
Jawa Tengah
11. Oscar Mario Sura Analisis Risiko Bencana Longsor
Desa Tempur, Desa Damarwulan, Dan
Sekitarnya Kecamatan Keling, Kabupaten
Jepara, Provinsi Jawa Tengah
12. Endah Tri Sulistyorini Kerusakan Kawasan Bentang Alam Karst
Sukolilo Desa Terkesi Kecamatan Klambu
Kabupaten Grobogan
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 1
PENGELOLAAN LAHAN SAWAH BERWAWASAN LINGKUNGAN
SEBAGAI AGROEKOSISTEM PADI
Forita Dyah Arianti
ABSTRAK
Pengelolaan sawah sebagai suatu egroekosistem dan lingkungan hidup menjadi hal
yang penting agar produksi padi dapat berkelanjutan. Konsep pertanian berkelanjutan
pada dasarnya adalah kemampuan lahan untuk tetap produktif sekaligus tetap
mempertahankan basis sumberdaya, atau dengan kata lain, pengelolaan sumberdaya
yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia sekaligus
mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan
sumberdaya alam. Makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai pertanian organik
sebagai wujud baru kapitalisme secara perspektif ekologi dan ekonomi.Data dan
informasi yang dikumpulkan dalam penulisan makalah ini adalah dengan
menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari beberapa literatur ilmiah.
Dalam hal peningkatan produksi lahan secara berkelanjutan, pemanfaatan dan
penerapan pola pemupukan terpadu, yaitu menggunakan pupuk organik dan an organik
menjadi hal yang penting. Dalam konteks ini, pemupukan berimbang mencakup hara
mikro, makro dan pupuk organik. Pemupukan yang seimbang pada tanaman padi tidak
akan tercapai dengan hanya memupuk tanaman dengan pupuk lengkap yang
mengandung N, P dan K. Pemupukan yang seimbang adalah aplikasi pupuk dan bahan
organik/ pembenah tanah lainnya sesuai dengan kebutuhan, untuk memenuhi seluruh
ketersediaan unsur hara dalam tanah pada tingkat yang optimum untuk mencapai
petumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. Pengelolaan sawah sebagai
agroekosistem menentukan kualitas dan kuantitas padi yang akan dihasilkan
(produktivitas lahan). Sebagai suatu ekosistem, maka sawah terdiri atas komponen-
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Cara budidaya tanaman dan
pengelolaan lahan yang dilakukan oleh petani menjadi komponen budaya (kultural)
yang mempengaruhi ekosistem sawah sebagai penghasil padi.Karena lahan pertanian
(sawah) adalah sumberdaya bagi sistem produksi padi, maka pengelolaan dan
konservasi lahan pertanian akan mendukung produksi padi secara berkelanjutan.
Universitas Diponegoro
2 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN SUMBERDAYA YANG BERBASIS LINGKUNGAN
MENUJU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
M.Izhar Difinubun
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 3
PENGELOMPOKAN WILAYAH MENURUT CAPAIAN INDIKATOR
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA TAHUN 2012
Fatmasari Damayanti1, Dr. Purhadi, M.Sc1
1
Jurusan Statistika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
4 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA MELALUI KAJIAN
EKOSISTEM MANGROVE DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU
Aditya Cahya Putra1*, Sutrisno Anggoro2, Kismartini2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan UNDIP
*Email : adityacahyaputra_10704@yahoo.com
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 5
FACTORS THAT INFLUENCING TO IMPLEMENTATION OF FOREST
PRODUCT ADMINISTRATION
IN PRIVATE FORESTSIN BANYUMAS DISTRICT
Eva Fauziyah1 and Sanudin2
1
Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis
2
Mahasiswa Program Doktoral Universitas Gadjah Mada
sanevafa2014@gmail.com
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
6 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
GREEN BUDGETING DALAM MEWUJUDKAN KONSEP PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
(STUDI KASUS DI JAWA TENGAH)
Abdul Fikri Faqih
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 7
CONTROL OF ENVIRONMENTAL POLLUTION AND DESTRUCTION IN
VIEW OF EFFECTIVENESS ASPECT OF ENVIRONMENTAL QUALITY
STANDARD IMPLEMENTATION
Ir. Musrowati Lasindrang, MP
ABSTRACT
Control of environmental pollution and destruction should obtain serious attention due
to danger threatening sustainable environment is environmental pollution and
destruction. Environmental pollution and destruction can disturb sustainable
ecosystem. Various environmental pollutions and destructions caused by
industrialization, population growth, transportation means, un-environmentally
friendly development can be controlled with UULH, particularly related to strict
implementation of wastewater quality standard so wastewater quality standard may be
as pollution control. Law or regulation may function well and effectively by
conducting 4 factors below. Factor of law that should be planned well according to
applicable principles that can regulate behavior and understandable, so obedience of
people and entrepreneur can be followed up easily; authoritative government can do
their job well; available facility can be sued to support application of the law; and
common people and entrepreneur are target. Obstacle in implementing environment
quality standard is people awareness to implement regulation, economic condition
affecting entrepreneur to wastewater treatment plant, social condition of people
concerning awareness of existing law and policy by local government in achieving
environment quality standard.
Universitas Diponegoro
8 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
WATER POLICY MAKERS’, WATER MANAGERS’, AND WATER USERS’
PERSPECTIVES TO WATER SUPPLY IN SEMARANG CITY
Mustafa Manssuor Mohammed Amir
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 9
STATUS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
KAWASAN MINAPOLITAN BERBASIS PERIKANAN BUDIDAYA
DI KECAMATAN MUNGKID KABUPATEN MAGELANG
Arif Budi Wibowo1, Sutrisno Anggoro2, Bambang Yulianto3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
2
Doktor Sumberdaya Pantai, Universitas Diponegoro
3
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipoengoro
ABSTRAK
Pembangunan berkelanjutan mensyaratkan pengkajian menyeluruh terhadap semua
dimensi pembangunan. Muara pembangunan berkelanjutan paling sedikit tercapainya
keseimbangan antara pembangunan ekologi, ekonomi, dan sosial. Dalam
pengembangan kawasan minapolitan selain keterpaduan ketiga dimensi tersebut,
dimensi infrastuktur dan dimensi hukum dan kelembagaan menjadi kunci terwujudnya
keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan. Tujuan penelitian kali ini adalah
untuk: 1) mengetahui status keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan di
Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, dan 2) mengetahui atribut yang sensitif
berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan. Penelitian ini mengambil lokasi di
Kecamatan Mungkid,Kabupaten Magelang. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai
pada bulan Mei sampai dengan September 2014. Responden yang dijadikan sebagai
sumber informasi terdiri dari pemerintah, pembudidaya dan akademisi dan dipilih
melalui teknik purposive sampling.Hasil olah software RAP – multidimensi diperoleh
indeks keberlanjutan dimensi ekologi sebesar 66,55, dimensi ekonomi sebesar 60,22,
dimensi sosial sebesar 48,72, dimensi infrastruktur sebesar 66,11, dan dimensi hukum
dan kelembagaan sebesar 48,59 Sedangkan secara multidimensi, indeks
keberlanjutannya sebesar 59,42.Hal ini berarti bahwa status keberlanjutan
pengembangan kawasan minapolitan Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang
berada pada tingkat cukup berkelanjutan. AnalisisLaverage dan Poreto mununjukkan
bahwa atribut yang sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi
ekologi adalah alih fungsi lahan, terjadinya kekeringan, daya dukung pakan,
pengolahan limbah, dan masuknya zat anorganik kelingkungan budidaya. Atribut yang
sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi sosial adalah akses
terhadap informasi perikanan, persepsi pembudidaya, serta frekuensi terjadinya konflik
sumberdaya air. Sebagai atribut yang sensitif berpengaruh terhadap indeks
keberlanjutan dimensi ekonomi adalah kelayakan usaha perikanan, kontribusi terhadap
PDRB, Pemasaran Benih, subsidi pemerintah, dan transfer keuntungan. Atribut yang
sensitif berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur terletak pada
sarana kesehatan, jaringan persampahan, jaringan jalan usaha, jaringan
telekomunikasi, jaringan listrik, dan jaringan air bersih. Untuk atribut yang sensitif
berpengaruh terhadap indeks keberlanjutan dimensi hukum dan kelembagaan terletak
pada atribut standarisasi mutu benih dan keberadaan peraturan daerah pengembangan
kawasan minapolitan.Secara umum semua responden meletakkan dimensi
ekologi/lingkungan sebagai faktor yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi dalam
menjamin keberlanjutan pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan
budidaya di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang.
Kata Kunci : RAP – Fish, Rap-Multidimensi, Minapolitan berkelanjutan, perikanan
budidaya.
Universitas Diponegoro
10 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS KEBIJAKAN PEMANFAATAN BIOGAS
DI TPA SUPIT URANG KOTA MALANG
MENUJU PENGELOLAAN SAMPAH YANG BERKELANJUTAN
ABSTRAK
Kata kunci: Analysis Hierachy Process, biogas, pengelolaan sampah, TPA Supit Urang
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 11
PERSEPSI DAN ASPIRASI MASYARAKAT TENTANG
TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN/
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT APAC INTI CORPORA
(CSR TERKAIT SUMBER DAYA AIR DI KELURAHAN HARJOSARI
KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG)
Florentina Mediana Dessy Bambang Soewardjo1*, Azis Nur Bambang2, Suherman3
1
Mahasiswi Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP
3
Dosen Fakultas Teknik Kimia UNDIP
*m_dessy07@yahoo.co.uk
ABSTRAK
Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan sebagai kontribusi dunia usaha
dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. CSR memiliki tujuan utama untuk
meminimasi dampak negatif dari kegiatan usaha dan memaksimasi dampak positif dari
kegiatan usaha, antara lain terkait masalah lingkungan. Termasuk PT Apac Inti
Corpora (Apacinti) yang menerapkan beberapa jenis program CSR, salah satunya
adalah Persediaan Air Bersih, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas air,
terutama di lingkungan (RW) di mana persediaan air sangat sedikit pada musim
kemarau, yaitu di RW 6 dan RW7 Kelurahan Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang. Pada RW tersebut air bersih, juga dialirkan pada tempat pelayanan publik
dan fasilitas publik seperti sekolah, mesjid, kantor kelurahan dan pada RW 7, ada
sekitar 4 titik di mana pasokan air didistribusikan.
Persepsi dan aspirasi masyarakat diperlukan untuk mengetahui bagaimana CSR
Apacinti dalam pandangan masyarakat dan perlu/tidaknya pengembangan program
CSR terutama CSR terhadap lingkungan.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif, didukung
dengan observasi, studi pustaka dan wawancara mendalam dengan para informan.
Metode Snowballing digunakan guna mengidentifikasi informan.Analisis data yang
digunakan Interactive Model.
Persepsi dan aspirasi masyarakat disimpulkan dari wawancara mendalam dengan
informan (wakil dari tokoh masyarakat, tokoh agama, guru, individu aktif dan
penerima manfaat).
Masyarakat memiliki beberapa persepsi yaitu program penyediaan air bersih Apacinti
menambah alternatif sumber daya air dan sudah membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan mereka akan pasokan air.
Aspirasi masyarakat menyebutkan bahwa Apacinti harus menyertakan masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaan program CSR yang memberikan manfaat
langsung bagi masyarakat dan perlu adanya pengembangan program CSR terkait
dengan lingkungan seperti melestarikan sumber mata air, meningkatkan kualitas serta
kuantitas pasokan air bersih bagi warga, melakukan penghijauan di sepanjang aliran
sungai dan melestarikan ekosistem sekitar sungai.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan aspirasi masyarakat seperti
keterlibatan dan kepedulian informan pada program CSR Apacinti dan dalam kegiatan
masyarakat, kebutuhan pada pasokan air, dan tempat tinggal informan.
Kata Kunci : CSR, Persepsi, Aspirasi, masyarakat, Kecamatan Bawen
Universitas Diponegoro
12 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENINGKATAN KAPASITAS PEMKAB BOYOLALI DALAM
PENGELOLAAN EKOSISTEM PEGUNUNGAN
SECARA BERKELANJUTAN
Endah Setyowatie, Purwanto, Dwi P.Sasongko
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 13
PELAKSANAAN DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
OLEH PEMRAKARSA PENAMBANGAN MINYAK BUMI PADA SUMUR
TUA DESA BANGOAN KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA
Wahyu Yuwono 1 , P. Purwanto 1,2 dan Dwi P Sasongko 2,3
1
Program Magister Ilmu Lingkungan Undip
2
Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan Undip
3
Fakultas Sains dan Matematika Undip
*E-mail: wahyuyuwono88@gmail.com
ABSTRAK
Kabupaten Blora memiliki potensi 595 sumur tua tersebar di 16 kecamatan, sesuai
dengan Permen ESDM Nomor 1 Tahun 2008, kegiatan pengusahaan dan produksi
sumur tua dapat dilaksanakan oleh KUD dan BUMD, dengan harapan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Pemerintah Kabupaten Blora
mendukung kegiatan tersebut dengan memberikan rekomendasi kepada KUD/BUMD
dalam upaya permohonan ijin kepada Menteri ESDM. Kegiatan penambangan minyak
bumi pada sumur tua tentu selain memiliki dampak positif bagi masyarakat juga
memberikan dampak terhadap kondisi lingkungan sekitar. Dalam mengurangi dampak
negatif dan mengoptimalkan dampak positif Pengelola Penambangan Minyak Sumur
Tua diwajibkan untuk menyusun Dokumen UKL UPL. KUD Wargo Tani Makmur
Jiken merupakan pemrakarsa Dokumen UKL UPL pada Kegiatan Pengusahaan Sumur
Tua di Lapangan Banyubang Desa Bangoan Kecamatan Jiken Kabupaten Blora.
Dalam halnya KUD WTM telah melakukan kegiatan sebelumnya maka KUD WTM
wajib memiliki Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup (DPLH). Penelitian ini
dilakukan untuk mengevaluasi Pelaksanaan DPLH yang telah dilakukan pemrakarsa
dan kendala yang dialami dalam melaksanakan DPLH. Penelitian ini dilakukan dengan
wawancara mendalam dan studi literatur.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa 1) Pemrakarsa tidak mengetahui secara
menyeluruh mengenai isi DPLH 2) Tidak adanya karyawan khusus menangani
pengelolaan dan pemantauan lingkungan. 3) Besarnya anggaran yang diperlukan untuk
pengelolaan lingkungan.
Universitas Diponegoro
14 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PHL DAN CoC : SISTEM SERTIFIKASI EKOLABEL YANG DITERAPKAN
PADA PERUM PERHUTANI
Tina Hesti Wahyuni 1*, Purwanto 2, Haryo Santoso 3
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Undip
2
Staff Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Undip
3
Staff Pengajar Teknik Industri Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
*
Email : tinahesti.w@gmail.com
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 15
IDENTIFIKASI MASALAH DAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PADA DESTINASI WISATA BERBASIS KOMUNITAS
(STUDI DI KOTA BATU, JAWA TIMUR)
Aang Afandi
ABSTRAK
Batu, salah satu destinasi wisata unggulan Jawa Timur dan telah berskala nasional.
Dengan daya tarik yang besar bagi wisatawan berkunjung ke Kota Batu. Untuk
singgah dalam beberapa jam atau bahkan stay dalam beberapa hari. Berbagai destinasi,
baik buatan maupun alami tersedia dengan baik, dengan berbagai variasinya. Namun,
sejarah destinasi wisata kota Batu sebenarnya berbasis pada wisata sumber daya alam.
Yang artinya ketergantungan sektor pariwisata tersebut sangat didukung oleh
keberadaan sumber daya alam dan lingkungan yang memadai dan harusnya terjaga
dengan baik. Disisi lain, keberadaan wisata buatan, jumlah kunjungan yang besar
berpeluang terjadinya kerusakan pada lingkungan yang ada.
Kajian ini memfokuskan pada identifikasi masalah yang muncul pada lingkungan,
utamanya pada dua destinasi wisata berbasis komunitas yakni di Songgoriti dan wisata
petik apel Tulungrejo. Metode yang digunakan pada analisis ini adalah pendekatan
deskriptif eksploratif untuk menemukan persoalan lingkungan yang muncul dan tahap
berikutnya menemukan kearifan lokal, yang telah dan sedang dilakukan masyarakat
mengatasi persoalan – persoalan lingkungan tersebut.
Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa terdapat beberapa persoalan yang muncul,
akibat perkembangannya sektor pariwisata, namun demikian masyarakat setempat,
baik secara perorangan, kelompok/paguyuban maupun dengan dukungan dengan
pemangku kepentingan lainnya berupaya secara berkesinambungan mengatasi
persoalan lingkungan tersebut, walaupun perlu adanya dukungan dari pemangku
kepentingan lainnya. Kearifan lokal dan pengembangan kelembagaan menjadi catatan
menarik sebagai bahan belajar dalam upaya pengelolaan lingkungan dan penciptaan
pembangunan pariwisata yang berkelanjutan.
Universitas Diponegoro
16 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN SDM DALAM PRAKTIK CO-MANAGEMENT
AIR MINUM YANG BERKELANJUTAN
(KASUS DI KOTA BATU, JAWA TIMUR)
Rachmad K Dwi Susilo, MA
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 17
Agar co-management memiliki watak berkelanjutan maka sumber daya manusia
(SDM) tidak boleh dikesampingkan. Pengalaman menunjukkan bahwa model
pengelolaan sumber daya alam yang secara konseptual baik, tetapi dilapangan kurang
efektif karena tidak didukung sumber daya manusia yang baik. Lemahnya kemampuan
personal maupun kemampuan sosial para aktor menyebabkan co-management jalan di
tempat dan tidak berkontribusi banyak untuk penciptaan pengelolaan sumber daya
alam yang berkelanjutan. Oleh karena itu untuk mencapai kualitas sumber daya
manusia seperti yang diharapkan mutlak dibutuhkan pemberdayaan (empowerment).
Dengan mengambil kasus di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, tulisan
ini akan menjelaskan co-management air minum sebagai model pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan yang mampu memberikan banyak keuntungan bagi semua
pihak. Model ini akan meminimalisir bentuk-bentuk resiko destruktif dan
kontraproduktif. Selain itu tulisan ini akan menjelaskan 1). Praktek co-management
dengan dukungan SDM yang kurang handal yang ditandai dengan co-management
berjalan lambat dan minim sentuhan kreativitas-kreativitas lokal. Sekalipun sudah ada
intervensi dari pemerintah dan kampus untuk mengajak kerja-kerja kolaboratif, tetapi
kontribusi nyata model pengelolaan bersama ini belum menunjukkan hasil maksimal.
2). Kritik dan evaluasi terhadap kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam co-
management air minum di Kota Batu. 3). Rekomendasi dan saran tentang model
pemberdayaan sumber daya manusia untuk mendukung praktik co-management yang
efektif sebagai implementasi dari mandat pembangunan berkelanjutan (sustainable
development)
Universitas Diponegoro
18 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PERDESAAN MELALUI PENGAYAAN
TANAMAN KAPULAGA DI HUTAN RAKYAT
Dian Diniyati
ABSTRACT
Women in villages need to be empowered in order to make them having the economic
ability to increase their family welfare. It could be achieved by supporting the farmers
to develop medicinal crop such as cardamom under agroforestry system in the farm
forest business. The purpose of the research is to identify the socio economic impact of
cardamom upon women empowerment in villages. The research was conducted at
Kalijaya village, Ciamis district, West Java. Respondents comprises of thirty farmers
who were selected by using a simple random sampling. Interview and direct field
observation methods were practiced to collect data. Collected data were tabulated
and classified based on each specific purpose and then analyzed by qualitative and
quantitative descriptives. The result showed that cardamom crops under agroforestry
system gave several benefits namely : 1) social benefit, i.e. absorbing labor force,
especially women, 2) cultural benefit, i.e. building the productive informal women
groups, and 3) economic benefit, i.e. giving the financial ability to women which
improve buying ability to fulfill their daily needs. Besides, cardamom can be assumed
as cash crops which give periodic incomes. In order to empower the village women,
such crops should be more developed in the farm forests.
Key words : empowerment, village women, farm forest, socio culture, economy
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 19
PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI
KAWASAN KARST UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR BERSIH DI
DESA PUCUNG KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI
Drs. Priyono, M.Si.*, Arif Jauhari, S.Si.**, Choirul Amin, S.Si., M.M.***,
dan Manzilina Nur Jannah****
ABSTRAK
Ketersediaan sumberdaya air di bumi tidak merata baik secara spasial maupun
temporal. Kawasan karst merupakan daerah yang memiliki sumberdaya air permukaan
sangat terbatas. Tanah kapur dan batuan karst membuat air langsung meresap ke dalam
tanah menjadi air bawah tanah. Oleh karena itu meski kering di permukaan, kawasan
karst memiliki potensi sumberdaya air yang terletak di bawah tanah berupa sungai
bawah tanah. Desa Pucung Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri terletak di
kawasan karst Gunung Sewuditinggali 544 kepala keluarga atau 2.350 jiwa selalu
mengalami kesulitan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Mereka harus berjalan
beberapa kilometer untuk mengambil air 10-20 liter air di telaga. Bahkan pada setiap
puncak musim kemarau mereka harus membeli air dari Yogyakarta, itupun harus antri
panjang dan berebutan untuk mendapatkannya.
Makalah ini mendiskripsikan penelusuran dan pengelolaan sumberdaya air sungai
bawah tanah di Desa Pucung untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat
sehingga kesulitan air bersih dapat teratasi. Proses tersebut melalui beberapa tahap
yang dilakukan sejak tahun 2001 hingga 2014, yaitu: (1) penelusuran potensi air
bawah tanah Desa Pucung, (2) kajian kualitas air dan debit air sungai bawah tanah, (3)
pengangkatan air sungai bawah tanah, dan (4) manajemen distribusi air kepada
masyarakat.
Hasil penelusuran goa di Desa Pucung yang dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa
Pecinta Alam (KMPA) “Giri Bahama” Fakultas Geografi UMS pada tahun 2001
mengetahui keberadaan sungai bawahtanah pada koridor Goa Suruh. Selanjutnya pada
tahun 2002 dilakukan kajian pendugaan sistem sungai bawah tanah, kualitas air dan
debit air sungai bawah tanah, serta pola konsumsi airmasyarakat Desa Pucung. Sungai
bawah tanah di Goa Suruh mempunyai debitminimal 2 liter/detik dengan aliran
cenderung konstan sepanjang tahun. Kualitas air masih tinggi kesadahannya namun
layak untuk dikonsumsi. Tahap selanjutnya adalah usaha pengangkatan air sungai
bawah tanah tersebut agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.Sejak tahun 2013 berkat
Universitas Diponegoro
20 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
kerjasama antara Dosen dan Mahasiswa KMPA Giri Bahama Fakultas Geografi UMS
bersama masyarakat Desa Pucung, Pemkab Wonogiri dan Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (DDII) Wilayah Jateng berhasil melakukan pengangkatan air sungai bawah
tanah dari Gua Suruh. Tahap terakhir adalah manajemen distribusi air agar air bersih
tersalurkan kepada masyarakat secara adil dan merata dengan pembentukan organisasi
berbasis masyarakat yang diberi nama “Tirta Goa Suruh”. Tim dari Fakultas Geografi
UMS melakukan pendampingan mulai dari musyawarah pembentukan organisasi,
pemilihan pengurus, pelatihan manajemen organisasi, hingga pelatihan ketrampilan
teknik pemasangan dan penggunaan alat pekerjaan vertikal serta perawatan peralatan.
Selain itu, dilakukan juga pelatihan bagi Karang Taruna Desa Pucung dalam
pengenalan peralatan pekerjaan vertikal, pemasangan dan penggunaannya sehingga
anggota mereka diharapkan dapat menjadi generasi penerus pengurus Tirta Goa Suruh
selanjutnya.
Kata Kunci : Sumberdaya Air, Sungai Bawah Tanah, Kebutuhan Air Bersih
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 21
MEMBANGUN GENERASI EMAS INDONESIA 2045
YANG CINTA DAN PEDULI LINGKUNGAN
Erik Aditia Ismaya
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
22 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PERAN KEARIFAN LINGKUNGAN SEDULUR SIKEP DALAM KONSRVASI
SUMBER DAYA ALAM DI PEGUNUNGAN KENDENG UTARA SUKOLILO
KABUPATEN PATI
Endrat Mojo
DIL UNDIP
ABSTRAK
Masyarakat Samin atau Sedulur Sikep adalah kelompok masyarakat yang berusaha
menjalankan kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran Samin. Kelompok masyarakat
Sedulur Sikep tersebar di beberapa desa di kawasan jawa tengah dan jawa timur.Nilai-
nilai yang masih dipertahankan kelompok Sedulur Sikep antara lain kejujuran,
kesederhanaan, gotong royong , serta kearifan lingkungan yang merupakan warisan
leluhur secara turun temurun. Kearifan lingkungan merupakan salah satu cara menjaga
hubungan harmoni antara manusia dengan lingkungan sekitar. Tujuan dari penelitian
ini antara lain: 1. Menganalisis arti penting Pegunungan Kendeng Utara Sukolilo Pati
2. Menganalisis beberapa daya tarik kawasan Pegunungan Kendeng Utara menjadi
kawasan industry, 3. Menganalisis beberapa usaha Sedulur Sikep dalam mencegah
kerusakan lingkungan termasuk menolak pendirian industri dikawasan Pegunungan
Kendeng Utara, 4. Arti penting kearifan lingkungan Sedulur Sikep dalam
melestarikan dan menjaga Pegunungan Kendeng Utara.
Metode Penelitian ini adalah diskriptif kualitatif, dengan lokasi penelitian khususnya
di sekitar kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara Sukolilo, Kabupaten Pati,
kawasan tersebut merupakan tempat berdiamnya masyarakat Sedulur Sikep.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Pegunungan Kendeng Utara tetap harus
dijaga dan dilestarikan sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan penyangga
kebutuhan air bagi masyarakat sekitar dan mencegah timbulnya bencana banjir . 2.
Arti penting nilai-nilai kearifan lingkungan masyarakat Sedulur Sikep dalam menjaga
kelestarian dan keutuhan kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara, Sukolilo
Kab.Pati. 3. Penolakan pendirian industri di kawasan Pegunungan Kendeng Utara
Sukolilo Kabupaten Pati oleh berbagai elemen masyarakat khususnya komunitas
Sedulur Sikep hendaknya menjadi wacana nasional akan arti pentingnya kelestarian
lingkungan untuk mencegah bencana lebih lanjut.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 23
REORIENTASI PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN
PENDIDIKAN BERBASIS LINGKUNGAN
Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, MSi
Dr. Hayati Sari Hasibuan, ST, MT
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
24 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IMPLEMENTASI PROGRAM ADIWIYATA DI SMA N 1 JETIS BANTUL
MENUJU SEKOLAH ADIWIYATA MANDIRI TAHUN 2012
Aan Sujatmiko, Hartuti Purnaweni,Tukiman Taruna
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 25
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN BANJIR TERPADU
MELALUI PEMBUATAN SUMUR RESAPAN DI HULU DAS KEMONING
KABUPATEN SAMPANG
Agus Eko Kurniawan1*, Hartuti Purnaweni2, Suripin3
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Diponegoro, Semarang,
2
Dosen Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang
3
Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Diponegoro, Semarang
*Email: paparaddin@yahoo.com
ABSTRAK
Air merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan kita sehari-hari, sementara
itu air juga bisa menjadi masalah bagi hidup kita. Menurut publikasi dari ISDR
(International Strategy for Disaster Reduction) salah satu kerusakan terbesar yang
berhubungan dengan air di dunia adalah banjir (ISDR, 2011). Di Indonesia, banjir juga
merupakan peristiwa bencana yang paling sering terjadi. Hingga pertengahan tahun
2013, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2013) mencatat terjadi bencana
sebanyak 632 kejadian.
Perubahan paradigma dari pengendalian banjir ke pengelolaan banjir terpadu sangat
dibutuhkan. Pengelolaan Banjir Terpadu (PBT) harus memperhatikan domain
pengairan, kehutanan, dan tata ruang provinsi dan kabupaten/kota dalam pengelolaan
tanah dan air juga partisipasi masyarakat. Pengelolaan banjir tidak dapat dilaksanakan
secara terpisah-pisah, tetapi harus dilaksanakan secara tersistem, menyeluruh dan
terpadu antara hulu dan hilir (Kodoatie, 2013).
Salah satu solusi alternatif untuk mengurangi aliran air di atas permukaan tanah (run
off) di daerah hulu DAS Kemoning yang mengalir ke sungai adalah pembuatan sumur
resapan. Pembuatan Sumur Resapan ini sangat bergantung pada masyarakat setempat.
Karena lokasinya berada di halaman rumah masyarakat dan tenaga kerja juga dari
masyarakat melalui kelompok tani.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sumur resapan di hulu DAS Kemoning tepatnya di Desa Gunung Kesan
Kecamatan Karang Penang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data didapatkan
melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung.
Berdasarkan hasil dari hasil dan pembahasan tentang pembuatan sumur resapan di
Hulu DAS Kemoning Desa Gunung Kesan diketahui bahwa partisipasi masyarakat
pada saat perencanaan berada pada tingkat konsultasi, dalam proses pelaksanaan pada
tingkat kemitraan, dalam pemanfaatan pada tingkat kontrol masyarakat, dalam
kegiatan monitoring dan evaluasi berada pada tingkat terapi.
Universitas Diponegoro
26 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMBERDAYAAN MASYARAKATDENGANMETODE PARTICIPATORY
RURAL APPRAISAL (PRA) DALAM PENGELOLAAN BANJIR DI DESA
CANGKRING B KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK
Yuliana Dewi Rahmawati, Hartuti Purnaweni,TukimanTaruna
ABSTRAK
Pada musim hujan, banjir menjadi peristiwa rutin di wilayah pantura Pulau Jawa. Desa
Cangkring B Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak merupakan salah satu
wilayah yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan
permasalahan lingkungan, baik ekologi, ekonomi maupun sosial masyarakat. Berbagai
sebab menjadi pemicu terjadinya banjir, antara lain kapasitas sistem jaringan drainase
yang menurun, debit aliran air yang meningkat, atau kombinasi kedua-duanya.
Menyadari keterbatasan kemampuan berbagai sektor yang terlibat dalam pengelolaan
banjir, dan adanya potensi masyarakat yang besar, maka pendekatan perberdayaan
masyarakat merupakan pilihan yang tepat. Mengingat pengelolaan banjir tidak hanya
dilaksanaan dan menjadi tanggung jawab pemerintah, namun harus melibatkan
masyarakat melalui pendekatan partisipatoris atau pemberdayaan masyarakat. Melalui
pemberdayaan masyarakat inilah justru upaya pengelolaan banjir akan menjadi lebih
efektif dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan menggunakan metode
Participatory Rural Appraisal (PRA)yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mengkaji permasalahan potensi serta peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa
keadaannya, baik potensi maupun permasalahannya untuk kemudian berupaya
mengatasi atau mengelolanya, dalam hal ini untuk mengelola permasalahan banjir.
Adapun teknis kegiatan dalam metode Participatory Rural Appraisal (PRA)meliputi;
penelusuran sejarah desa,pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan, penyusunan
kalender musim, tehnik jadwal sehari-hari, transek (penelusuran desa), pembuatan
gambar lingkungan, dibuat diagram kajian lembaga desa, pembuatan bagan alur,
mengkaji mata pencaharian masyarakat, matrik ranking, wawancara semi terstruktur.
Proses Pemberdayaan masyarakat dengan metode PRA di Desa Cangkring B
Kecamatan Karanganyar Kabupaten Demak dalam pengelolaan banjir ini,
dilaksanakan melalui fasilitasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Perdesaan. Metode PRA tersebut dilaksanakan dalam alur Tahapan PNPM
Mandiri Perdesaan pada tahapan; penggalian gagasan, (penentuan visi desa, peta sosial
desa, usulan desa),Musyawarah Khusus Perempuan dan Musyawarah Desa
Perencanaan. Proses ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran bagi masyarakat dalam
mengelola permasalahan lingkungannya.
Kata Kunci: Community Empowerment, PRA, Work Flow Stages of PNPM, Flood
Management.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 27
KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK KOTA
PACITAN
Wiwik Handayani
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
28 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
A SPATIAL ANALYSIS OF GREEN CITY BY USING GEOGRAPHIC
INFORMATION SYSTEM
Amin Pujiati
ABSTRACT
The growth of the city in Indonesia is currently seen to physically demonstrate a very
rapid development. This is shown by the appearance of the urban agglomeration area.
The growth process with regard to quality improvement in various aspects of both the
economic, social, demographic, policy and the environment. However, in reality the
environmental aspects in the development of the city often are not aware. It is
necessary to review the research that combines the city's growth and the quality of the
environment. This study aims to identify the Green city and non-green city in urban
agglomeration area of Semarang which consists of seven districts/cities. The data used
in this study secondary data obtained from the Central Bureau of Statistics and the city
government in 2000-2010. Analysis tools used in this study is the Geographic
Information System (GIS). The urban growth as measured by primacy index and
environmetal quality as measured by indicators of arable land, clean water/capita
and rainfall. The results showed that the city which is classified as green city in the
urban agglomeration of Semarang is Semarang Municapality, while Grobogan
Regency, Demak Regency, Semarang Regency, Temanggung Regency, Kendal
Regency, Salatiga Municapality as classified as non green city. Performance the green
city and non- green city views of the city growth is influenced by economic and social
facilities, while views of environmental quality is influenced by arable land,
water/capita and rainfall and is not influenced by the topography.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 29
DI KABUPATEN BANGKA SELATAN
Muhammad Tatang1*, Azis Nur Bambang2 dan Henna Rya Sunoko 3
1
Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP, Semarang, Indonesia
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNDIP, Semarang, Indonesia
3
Program Doktor Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana UNDIP, Semarang, Indonesia
*
Email: keano_432@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas perairandan kesesuaian wisata Pantai
Tanjung Kerasak di Kabupaten Bangka Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juli 2014. Stasiun penelitian dalam penelitian ini sebanyak 5 titik yang ditentukan
secara purpossive sampling dan diharapkan secara representatif menggambarkan
kawasan Pantai Tanjung Kerasak. Parameter kualitas perairan yang di ukur meliputi
pH, suhu, salinitas, kekeruhan, oksigen terlarut, kecerahan, BOD 5, TSS, E.Coli dan
Coliform, Bau, Lapisan Minyak dan Sampah, kemudian dianalisis dan dibandingkan
dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari. Hasil penelitian menunjukkan nilai pH
berkisar antar 7,0 – 7,25 ; suhu 29,4 – 30,350C ; salinitas 30,50/00 - 31,00/00 , kekeruhan
2,35 NTU – 2,45 NTU; oksigen terlarut 6,18 mg/l - 6,55 mg/l; kecerahan 1,65 m –
2,25 m dan BOD5 0,825 mg/l - 1,475 mg/l; kandungan E. Coli 125-145 MPN/100 ml
dan Coliform total sebesar 750 – 825 MPN/100 ml. Perairan Pantai Tanjung Kerasak
tidak berbau dan tidak dijumpai adanya lapisan minyak dan sampah yang terapung di
permukaan. Analisis kesesuaian wisata dilakukan dengan pengukuran komponen
parameter berdasarkan kategorinya. Penentuan kesesuaian wisata Pantai Tanjung
Kerasak dilakukan berdasarkan perolehan nilai total yang dibandingkan dengan indeks
kesesuaian wisata. Indeks kesesuaian wisata terbagi menjadi 3 kelas, yaitu Sangat
Sesuai, Sesuai dan Tidak Sesuai. Berdasarkan indeks kesesuaian wisata Pantai
Tanjung Kerasak sangat sesuai untuk kegiatan rekreasi dan berenang serta
pengembangan wisata kategori berperahu, banana boat dan jet ski.
Kata Kunci : Kualitas Perairan, Pantai Tanjung Kerasak, Indeks Kesesuaian Wisata
Universitas Diponegoro
30 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN WISATA DI CAMP. GRANIT
TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROPINSI RIAU
Bambang Santoso1, Azis Nur Bambang2 dan Kismartini3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro Semarang
2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang
Email :benqtnbt@gmail.com
ABSTRAK
Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) adalah salah satu kawasan konservasi yang
mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan dimanfaatkan sebagai kawasan
wisata alam.Kegiatan wisata alam di TNBT masih bersifat massal dan belum
mengoptimalkan prinsip ekowisata. Jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke
Camp Granit TNBT belum dikelola berdasarkan konsep daya dukung lingkungan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan wisata di
Camp Granit TNBT melalui pendekatan deskriptif kuantitatif dengan rumus daya
dukung lingkungan wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya dukung
lingkungan wisata sebesar 50 orang/hari. Jumlah kunjungan aktual saat ini sebesar 6
orang/hari, artinya belum melewati batas maksimaldaya dukung lingkungan wisata.
Upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan daya dukung lingkungan melalui
perbaikan jalan masuk ke lokasi dan fasilitas umum penunjang ekowisata.
Kata kunci: daya dukung, lingkungan, Wisata, Camp Granit, TNBT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 31
TRADITION OF “MALOPE” AND “MANGURUANG” : AS A LOCAL
WISDOM OF THE SUSTAINABLE BUFFALO LIVESTOCKING AT
KUANTAN SINGINGI
Prof. Dr. Zulfan Saam, MS
ABSTRAK
Kata kunci : tradisi malope dan manguruang, kearifan lokal, beternak kerbau
berkelanjutan
Universitas Diponegoro
32 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
TEKNIK PENGOLAHAN CITRA LANDSAT 8 UNTUK KLASIFIKASI
PENUTUPAN/PENGGUNAAN LAHAN DAS CITANDUY
Agus Wuryanta1 dan Nunung Puji Nugroho2
1,2
Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS,
JL.A.Yani, Pabelan PO.BOX 295 Kartasura-Surakarta Telp.(0271)716709, Fax.
(0271)716959
E_mail:agus_july1065@yahoo.com dan np_nugroho04@yahoo.com
ABSTRAK
Penutupan atau penggunaan lahan merupakan objek dinamis yang mengalami
perubahan dari waktu ke waktu, karena kebutuhan akan lahan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, pemantauan (monitoring)
penutupan atau penggunaan lahan perlu dilakukan secara periodik sehingga diperoleh
informasi yang terkini dan akurat. Teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu
alat yang sesuai untuk pemantauan penutupan atau penggunaan lahan pada suatu DAS.
Penelitian dilaksanakan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy yang merupakan
salah satu DAS kritis (yang perlu dipulihkan) di Indonesia terkait dengan kondisi
hidrologi dan tingkat erosi. Secara geografis, DAS Citanduy terletak antara 108o04‟ –
109o30‟ BT dan 7o03‟ – 7o52‟ LS. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan teknik
pengolahan citra satelit digital dalam rangka inventarisasi penutupan atau penggunaan
lahan yang memadukan antara informasi spektral dengan informasi spasial seperti
topografi, indek vegetasi dan kelerengan pada DAS Citanduy. Pemilihan teknik
klasifikasi citra dilakukan dengan membandingkan tingkat akurasi peta tutupan lahan
hasil dari tiga teknik klasifikasi, yaitu: (1) tak terbimbing, (2) terbimbing, dan (3)
decision tree atau rule-based. Hasil kajian menunjukkan bahwa citra satelit yang paling
sesuai untuk inventarisasi penutupan lahan di DAS Citanduy adalah Landsat 8 OLI
(Operational Land Imager). Teknik klasifikasi decision tree atau rule based yang
memanfaatkan berbagai sumber data, baik spektral maupun spasial/tematik,
menghasilkan tingkat akurasi tutupan lahan tertinggi, yaitu 83,2% (Kappa statistic:
0,78). Penutupan lahan dominan di DAS Citanduy adalah kebun campur (175.572 ha)
dan sawah (153.085 ha), dengan jumlah persentase sekitar 71%, sedangkan hutan
(hutan alam, hutan mangrove dan hutan tanaman) hanya menempati luasan 86.174 ha
(18,6%).
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 33
PEMANFAATAN BUAH MANGROVE MENJADI
TEPUNG MANGROVE UNTUK SUBSTITUSI BAHAN PANGAN SEBAGAI
PENDORONG BAGI PELESTARIAN EKOSISTEM MANGROVE
Subandriyo, Nanik Indah Setianingsih, Muryati
BBTPPI Semarang
Jalan Ki Mangunsarkoro No. 6
Bandriyo-kalongan@yahoo.co.id
ABSTRAK
Potensi buah mangrove cukup besar terutama jenis tancang, brayo dan pedada sebagai
bahan baku pangan, namun selama ini pemanfaatan buah mangrove baru dilakukan
secara konvensional untuk menghasilkan beberapa produk olahan seperti makanan dan
minuman langsung jadi. Buah mangrove mempunyai komposisi berbagai senyawa
bahan pangan seperti protein, karbohidrat, serat kasar, lemak dan sebagainya, namun
masih mengandung senyawa HCN dan tanin yang tidak boleh terdapat dalam bahan
pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu proses untuk mengurangi senyawa
tersebut sehingga layak sebagai bahan pangan.
Proses produksi buah mangrove menjadi tepung mangrove dilakukan melalui tahapan
pengumpulan, perajangan, ekstraksi untuk pengurangan tanin dan HCN, pengeringan,
penggilingan dan pengemasan tepung mangrove.
Pemanfaatan buah mangrove untuk produksi tepung mangrove sebagai substitusi
bahan pangan diharapkan dapat menjadi pendorong pelestarian ekosistem mangrove
melalui pengembangan bahan alternatif sebagai sumber pangan yang berbasis pada
sumber daya lokal.
Universitas Diponegoro
34 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
DINAMIKA BUDIDAYA TANAMAN OLEH MASYARAKAT PADA LAHAN
KAWASAN HUTAN LINDUNG
DI WILAYAH PROPINSI BENGKULU DALAM MENDUKUNG
PEMBANGUNAN HUTAN KEMASYARAKATAN BERBASIS
AGROFORESTRI KARET
Siswahyono1, Prasetyo2, E. Apriyanto3, A. Susatya4
1,3,4
Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Universitas Bengkulu
2
Staf Pengajar di Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Bengkulu
Korespondensi :wahyono91@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan Hutan Lindung Rindu Hati yang berdekatan
dengan Desa Tanjung Heran Kabupaten Bengkulu Tengah dan Hutan Produksi
Terbatas Bukit Badas (HPT Bukit Badas) yang berdekatan dengan Desa Talang
Empat Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Lokasi penelitian kedua kawasan hutan
tersebut telah diusulkan oleh pemerintah kabupaten masing-masing menjadi program
pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) ke Kementerian Kehutanan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya perambahan oleh masyarakat dan
mengetahui dinamika jenis-jenis tanaman yang dibudidayakan oleh perambah, yang
diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam kegiatan rehabilitasi hutan.
Metode Survei digunakan, dengan melakukan pengamatan lapang dan wawan cara
semi tersetruktur terhadap 50 responden yang dipilih secara acak. Responden
merupakan anggota masyarakat yang menggarap lahan kawasan hutan lindung yang
diusulkan menjadi HKm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilikan lahan milik
yang sempit (< 1 ha) dan produktivitasnya rendah, telah mendorong 60% responden
di Desa Tanjung Heran melakukan perambahan hutan lindung yang dipandang subur
sehingga tidak membutuhkan pupuk dalam budidaya tanamannya. Tanaman kopi
merupakan jenis tanaman utama yang dibudidayakan oleh responden pada awal
perambahannya. Terjadi penurunan produktivitas seiring bertambahnya umur tanaman
kopi dan menurunnya kesuburan alami lahan. Hasil uji laboratorium menunjukkan
terjadinya penurunan unsur makro tanah (N, P,K) pada umur tanaman kopi yang
berbeda. Kondisi ini menuntut peremajaan/penggantian jenis tanaman atau diberakan
(suksesi agar subur kembali). Lokasi permukiman (desa) yang dekat dan bisa
dijangkau setiap hari pergi-pulang oleh para responden menunjukkan tanaman karet
dari biji dipilih untuk mengantikan tanaman kopi. Dengan demikian, jenis tanaman
karet sebagai MPTS dapat dijadikan sebagai komponen utama dalam kegiatan
rehabilitasi hutan agar fungsi pohon penyusun hutan dapat diwujudkan dalam
mendukung upaya peningkatan kesejahteraan, konservasi dan kelestarian kawasan
hutan lindung.
Kata kunci : perambahan, penurunan produktivitas, rehabilitasi hutan
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 35
PRESSURE OF SOCIO - ECONOMIC OF COMMUNITIES TOWARD
CITANDUY WATERSHED, WESTAND CENTRAL JAVA
Sanudin1 and Eva Fauziyah2
ABSTRACT
It is estimated that 13% or 62 than 470 watersheds in Indonesia are in critical condition
(Kementerian Kehutanan, 2013). Citanduy is one of the critical watershed and it has
353.100 ha. It faces the problem of serious ecology crisis such as erosion,
sedimentation, and floods (Prasetyo, 2004). This study discusses the socio - economic
pressuretoward Citanduy Watershed, WestJava. This will include population density,
per capita income, and economic structure in regency/city around Citanduy Watershed,
which are: Majalengka Regency, Tasikmalaya Regency, City of Tasikmalaya, Ciamis
Regency, City of Banjar, Cilacap Regency, and Kuningan Regency. The type of study
is desk study with data collected from BPS-Statistics and The Regional Development
Planning Board of West and Central Java Province and observation. The data were
analyzed by table analysis and location quotient. The result showed population density
in Citanduy Watershed is 1.268,36 persons/km2. According to FAO (1985), this
density is considered as high category. Per capita income in Citanduy Watershed is Rp.
7.831.538,563/person/year lower than national per capita income that is Rp.
22.238.784,71/person/yearat year 2011. In this watershed, economic structure is
dominated by agriculture were found in Majalengka, Tasikmalaya, Ciamis, and
Kuningan Regency; industry were found in City of Tasikmalaya and Cilacap Regency;
and trading, hotel and restaurant were found in City of Banjar.
Keywords: Citanduy watershed, pressure, socio - economic of communities, location
quotient
Universitas Diponegoro
36 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DI PERBUKITAN MENOREH:
KASUS DI DESA HARGOREJO, KOKAP, KULONPROGO,
D.I. YOGYAKARTA
Maria Palmolina dan Tri Sulistyati Widyaningsih
ABSTRACT
Water catchment areas need to get soil conservation action to sustain the hydrological
functions, one of them is through the development of privately owned forests. This
study aims to know how the privately owned forest management in Hargorejo’s village,
Kokap sub district at catchment area in Menoreh hills at Kulon Progo, Yogyakarta.
Data were collected in January to June 2013 through interviews with 50 members of
farmer groups. The majority of respondents is male (98%) with age more than 50 years
old (68%), and elementary education (62%). Farmer doing land management with
timber plants in the 1980s with the economic motivation to get a profit from the sale of
timber and ecological motivation to get a cool climate and supplies of groundwater.
The dominant plants are: wood plants (teak, mahogany, acacia), fruit crops (banana,
jackfruit), food crops (cassava, corn, soybeans, peanuts), and herbs (ginger, turmeric).
The farmer doing the privately owned forest management such as land preparation,
planting, maintenance and harvesting by himself. The positive impact of privately
owned forest management in Hargorejo’s village are existence the green's
environmental, the increasing of water flow, and the cool air. The negative impact is
human intervention on land management decreasing thereby encourage the young
people to work outside the village and majority of privately owned forest's farmer were
elderly age so feared the human resources who manage of privately owned forest in the
future were decreased.
Key words: Water catchment areas, privately owned forest management, conservation,
Menoreh.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 37
PERTUMBUHAN PERMUDAAN ALAMI Homalanthus populneus DAN Trema
Spp. DI AREAL BEKAS TAMBANG BATUBARA PT SINGLURUS
PRATAMA, KALIMANTAN TIMUR
Burhanuddin Adman dan/and Ishak Yassir
ABSTRAK
Pemilihan jenis merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan rehabilitasi
lahan bekas tambang batubara. Saat ini, jenis-jenis yang dipilih umumnya jenis eksotik
dan jarang sekali mempergunakan jenis-jenis lokal. Kurangnya penggunaan jenis-
jenis lokal tersebut disebabkan masih terbatasnya informasi mengenai pertumbuhan
jenis-jenis lokal tersebut termasuk teknik silvikulturnya. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan informasi mengenai pertumbuhan permudaan alami Homalanthus
populneus dan Trema spp., pada lahan bekas tambang batubara di PT Singlurus
Pratama, Kalimantan Timur. Hasil penelitian menunjukkan permudaan alami
Homalanthus populneus dan Trema spp., memiliki persen hidup 100% selama satu
tahun pengamatan. Pertumbuhan tinggi dan diameter relatif dari permudaan alami
Homalanthus populneus dan Trema spp., juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih
baik daripada 5 jenis lokal yang ditanam (Vitex pinnata, Schima wallichii Syzygium
heteroclada, Syzygium polyanthum, Cleistanthus myrianthus dan).Hasil penelitian ini
mendukung pengembangan konsep bersinergi dengan alam untuk merehabilitasi lahan
bekas tambang batubara dimana perlunya memberikan tindakan silvikultur yang tidak
hanya terfokus kepada jenis-jenis yang ditanam saja, namun juga terhadap jenis-jenis
tumbuhan yang hadir secara alami melalui proses regenerasi alami.
Kata kunci: permudaan alami, rehabilitasi, lahan bekas tambang batubara
Universitas Diponegoro
38 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH BERBAGAI TINGKAT KOMBINASI UREA DAN KOTORAN
SAPI PERAH PADA TINGGI TANAMAN DAN PRODUKSI SEGAR
BERBAGAI TANAMAN PAKAN DEFOLIASI PERTAMA
Eko Hendarto, Suwarno dan Pramono Sudiarto
ABSTRAK
Pada tujuan penelitian mendapatkan formula penggunaan pupuk dari kotoran sapi
perah dan urea dalam upaya konservasi lahan pada kegiatan budidaya tanaman pakan
telah dilaksanakan pada budidaya defoliasi pertama. Percobaan faktorial 6 x 3 dengan
rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap, meliputi faktor kombinasi pupuk kotoran
sapi perah dengan urea dan tanaman sumber hijauan pakan. Kombinasi pupuk yang
dicobakan adalah level kotoran sapi perah 10 dan 20 (ton per hektar per defoliasi)
dengan level urea 50, 100 dan 150 (kg per hektar per defoliasi), sedangkan tanaman
yang ditanam adalah rumput setaria, rumput green panic dan rumput benggala.
Penelitian diulang 3 (tiga) kali, sehingga terdapat 54 petak penelitian. Peubah yang
diamati adalah ukuran tinggi tanaman dan produksi hijauan segar. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa kombinasi pemupukan antara kotoran sapi perah pada level 20
ton dan urea 150 kg per hektar per defoliasi menunjukkan ukuran tinggi tanaman
rumput dan produksi hijauan segar terbaik terutama pada defolisi pertama.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 39
POTENSI SISTEM RESAPAN RAMAH LINGKUNGAN SEBAGAI
RECHARGE AIR TANAH WILAYAH SELATAN KOTA SEMARANG
Nur Qudus, Sunjoto*, Luknanto*, Sudibyakto**
ABSTRACT
Groundwater is the best water resources for domestic water supplies. The demand of
groundwater increases according to population growth.The engineering of
environment-responsible infiltration system is aimed to reduce the flow of surface run-
off and to recharge the ground water. Various forms and dimensions of infiltration
systems can be utilized for various purposes about ground water availability and
environment conservation. Data used for analysis of the physical object was taken
from souths area of Semarang. Sample area of this research is within
Mijen,Gunungpati, Banyumanik, Tembalang sub-district of Semarang. Based on
several parameters such as the depth of ground water level > 3 m, the soil
permeability ≥ 2.0 cm/h, and the maximum slope of 30%, the type of infiltration system
used is the vertical infiltration system which are the infiltration wells. Areas qualified
to use the rainfall infiltration wells found in 28 locations within Mijen,Gunungpati,
Banyumanik, Tembalang sub-district of Semarang.
Universitas Diponegoro
40 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
POTENSI BEBERAPA JENIS MANGROVEDI JAWA TENGAH SEBAGAI
BAHAN BAKU INDUSTRI
Nanik Indah Setianingsih1 dan Subandriyo2
ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terbesar di
dunia. Bakau dikenal dengan fungsi utamanya adalah sebagai tanaman pelindung dari
abrasi air laut, namun fungsi ekonomi lainnya belum banyak diketahui masyarakat.
Beberapa jenis mangrove(tancang/lindur, brayo, pedada dan bakau) yang tumbuh
disepanjang pantai laut Jawa memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan
baku sumber pangan baru maupun untuk industri lainnya. Pemanfaatan buah mangrove
secara ekonomi diharapkan dapat menjadi pendorong bagi rehabilitasi dan pelestarian
ekosistem mangrove yang secara tidak langsung dapat mendukung fungsi ekologis
hutan mangrove sebagai tanaman pelindung. Tancang dan brayo berpotensi sebagai
sumber pangan baru dengan adanya kandungan karbohidrat yang cukup tinggi
disamping protein dan lemak, begitu juga dengan pedada yang mengandung vitamin C.
Sedangkan bakau memiliki potensi sebagai sumber senyawa tanin yang banyak
digunakan untuk berbagai jenis industri.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 41
THE IMPACT OF FERTILIZERS TO WATER QUALITY
IN RAWA PENING LAKE
Ali Alamieri Mohammed Ali
Environmental Studies Postgraduate Program Diponegoro University
Jalan Imam Bardjo, SH No.5 Semarang 50241.
r80ali@yahoo.com
ABSTRACT
Rawapening Lake is an important water body in the Semarang area which has been
utilized for many things from irrigation, tourism object and even hydropower
generation. The lake’s existence however, is under serious threat due to pollution in its
water. The study wanted discover some of the problems that affect the lake’s
environment, especially in connection with the agricultural activities around the lake
and usage of fertilizers. Water quality can decrease if organic material in the water
becoming excessive as a result of the entry of wastes of human activity (such as
organic waste from industry). The problem of this research is Residual of fertilizer has
had its impact on water quality in the water bodies around Rawa Pening Lake. It has
also promoted water hyacinth growth and accelerated eutrophication process in the
lake. The growth of water hyacinth in it was very fast, because the concentration of the
nitrogen (N), phosphorus (P), potassium (K), calcium (Ca), magnesium (Mg),and
sulfur (S) fertilizer in the lake water were high. The purpose of this research to know
the farmer's behavior in using fertilizers and their impacts on Rawapening lake, and
also to know the concentration of elements in water.
Universitas Diponegoro
42 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MASIH ADAKAH KEARIFAN LINGKUNGAN YANG TERSISA DALAM
PENGELOLAAN ALUR SUNGAI?
Sudarmadji** dan Darmakusuma Darmanto*
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 43
DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAERAH TANGKAPAN
AIR (DTA) RAWA JOMBOR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (SUB
DAS) DENGKENG, DAS BENGAWAN SOLO
Ariyanto Wibowo1, Tri Retnaningsih S.2,3, Sudarno 2,4
1. Program Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
2. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro, Semarang
3. Staf Pengajar Program Studi Magister Biologi dan Jurusan Biologi, Fakultas
Sains dan MIPA Universitas Diponegoro, Semarang
4. Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan , Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang
Email : anakrimbaindo@gmail.com
ABSTRAK
Terjadinya perubahan penutupan lahan akibat dari penggunaan lahan yang tidak
memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air menyebabkan terjadinya penurunan
nilai fungsi lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS). Penurunan fungsi lingkungan
DAS ini berdampak pada terjadinya erosi dan sedimentasi, peningkatan erosi tanah,
debit puncak aliran menurun, tingkatan resapan air tanah dan kualitas perairan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika perubahan tutupan lahan pada
DTA Rawa Jombor dan Sub DAS Dengkeng pada tiga titik tahun yaitu tahun 1994,
2004, 2014. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menggunakan bantuan alat analisis Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasilnya adalah
Sub DAS Dengkeng mempunyai luas 852,27 km2 dalam 6 (enam) wilayah
administratif yaitu Kab. Klaten, Kab. Boyolali, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri
(Provinsi Jawa Tengah) dan Kab. Sleman, Kab. Gunungkidul (Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta). Pada tahun 1994 luas hutan :5.826,63 Ha ,lahan terbuka :
331,33 Ha, Pemukiman : 23.920,18 Ha, Pertanian 54.572,62 Ha, Semak Belukar : 334,
86 Ha, Badan Air :241,99 Ha. Selama kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 1994-
2004 terjadi peningkatan penggunaan lahan pemukiman sebesar 1.903,93 Ha dan dari
tahun 2004-2014 sebesar 2.167, 03 Ha. Total peningkatan penggunaan lahan untuk
pemukiman selama dua puluh tahun dari 1994-2014 sebesar 4.070,96 Ha. DTA Rawa
Jombor berada di dalam wilayah Sub DAS Dengkeng dengan luas sebesar 1.293,54
Ha. Pada tahun 1994 DTA RAwa Jombor mempunyai luas hutan : 26,54 Ha ,lahan
terbuka : 2,68 Ha, Pemukiman : 498,77 Ha, Pertanian 725 Ha, Semak Belukar : 30,63
Ha, Badan Air :9,93 Ha. Pergeseran penggunaan lahan untuk lahan pemukiman berasal
dari hutan, lahan pertanian, lahan terbuka, dan semak belukar.
Kata kunci : Daerah Aliran Sungai, penggunaan lahan, Sistem Informasi Geografis
Universitas Diponegoro
44 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KEANEKARAGAMAN JENIS MANGROVE DAN BURUNG SEBAGAI
POTENSI PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN HUTAN
MANGROVE PASARBANGGI REMBANG
Eko Setyawan1*, Boedi Hendrarto2 dan Bambang Yulianto2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
2
Staf Pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia
*e-mail : eko.setyawan.08.es@gmail.com
ABSTRAK
Hutan mangrove di Desa Pasarbanggi merupakan salah satu kawasan strategis yang
sedang dikembangkan sebagai destinasi wisata alam dan wisata pendidikan di
Kabupaten Rembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keragaman jenis
mangrove dan jenis burung yang terdapat di hutan mangrove Desa Pasarbanggi
sebagai data dasar untuk pengembangan wisata alam. Pengumpulan data vegetasi
mangrove dilakukan dengan metode kuadran (PCQM/Point-centered Quarter Method)
dan pengamatan dengan metode jelajah sedangkan untuk data burung dilakukan
pengamatan dengan kombinasi antara metode titik hitung dan metode jalur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kawasan hutan mangrove Desa Pasarbanggi memiliki9
jenis mangrove yang terdiri atas 5 jenis mangrove sejati dan 4 jenis mangrove
asosiasi.Jenis mangrove yang dominan berdasarkan indeks nilai penting adalah
Rhizophora mucronata. Untuk keanekaragaman jenis burung ditemukan 22 jenis
burung dari 14 famili yang 7 diantaranya merupakan jenis dilindungi. Indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener menunjukkan bahwa burung di hutan mangrove Desa
Pasarbanggi termasuk kategori keanekaragaman rendah.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 45
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBER
DAYA AIR MELALUI PENGHIJAUAN DI DESA REGUNUNG,
KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG
Sri Puatin1, Munifatul Izzati2 dan Sudarno3
1
Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang
2
Fakultas Biologi Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
1
puatinsri@yahoo.com
ABSTRAK
Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang merupakan desa yang
terletak di discharge area CAT Salatiga. Desa Regunung merupakan wilayah dengan
lahan kritis terluas ketiga di Kecamatan Tengaran yang sering mengalami kekurangan
air bersih terutama pada musim kemarau panjang. Kegiatan penghijauan sebagai salah
satu upaya konservasi sumber daya air perlu dilakukan secara tepat. Upaya ini telah
dilakukan di Desa Regunung dan telah dua kali mendapat penghargaan tingkat
nasional. Keberhasilan sebuah kegiatan tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat.
Partisipasi masyarakat yang kurang aktif dapat mengakibatkan kurang berhasilnya
suatu kegiatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi
masyarakat dalam kegiatan penghijauan sebagai upaya konservasi sumberdaya air di
Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif kuantitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner
kepada 98 responden yang dipilih secara acak. Penyusunan instrumen kuesioner
mengacu pada partisipasi menurut Uphoff dan Cohen sedangkan analisa tingkat
partisipasi masyarakat berdasarkan tangga partisipasi Arnstein. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa secara keseluruhan tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan tangga
partisipasi Arsntein berada pada tingkat degrees of tokenism. Partisipasi masyarakat
pada tahap perencanaan berada pada tingkat consultation, tahap pelaksanaan berada
pada tingkat placation dan tahap monev berada pada tingkat placation. Tingkat
partisipasi masyarakat tersebut berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan dan
tingkat persepsi masyarakat.
Universitas Diponegoro
46 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PERSEPSI DAN ASPIRASI WISATAWAN
TERHADAP PENGELOLAAN OBYEK WISATA ALAM POSONG DI
TEMANGGUNG
Budi Setiyono , Aziz Nur Bambang2 , Kismartini3
1*
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 47
PERSEPSI PETANI TERHADAP BURUNG HANTU (Tyto alba) SEBAGAI
PENGENDALI TIKUS SAWAH DI KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG
Johan Setiabudi (1)*, Munifatul Izzati (2), Kismartini(3)
1) Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang,
Indonesia
2) Dosen Magister MIPA, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
3) Dosen Magister Administrasi Publik, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
*Email : johan_hut@yahoo.com
ABSTRAK
Padi sebagai penghasil beras merupakan bahan makanan pokok yang diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup penduduk di beberapa daerah di Indonesia sehingga harus
tetap dijaga persediaannya. Namun kenyataannya produksi padi saat ini cenderung
menurun akibat berbagai faktor. Salah satunya adalah adanya serangan hama tikus
sawah yang menyebabkan kerusakan padi hingga gagal panen. Dalam dua tahun
terakhir ini, Pemerintah Kabupaten Semarang mulai mengembangkan pengendalian
hama tikus dengan memanfaatkan burung hantu. Pengembangan dilakukan di beberapa
kecamatan salah satunya adalah Kecamatan Banyubiru yang memiliki kerusakan padi
akibat hama tikus sawah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
petani terhadap pemanfaatan burung hantu sebagai pengendali hama tikus sawah. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang
dilakukan meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisis data. Tahap
pelaksanaan dengan wawancara mendalam kepada informan sejumlah 15 orang.
Lokasi penelitian di Kecamatan Banyubiru dengan mengambil dua desa yaitu Desa
Banyubiru dan Desa Kebondowo sebagai desa yang memelopori pemanfaatan burung
hantu. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa persepsi petani terhadap burung
hantu cukup baik karena tingkat keberhasilan dalam mengendalikan hama tikus dirasa
efektif. Persepsi yang lain antara lain kemudahan dalam pengembangannya,
meminimalkan tenaga, biaya dan meniadakan dampak lingkungan dalam pengendalian
hama tikus sawah. Namun masih dijumpai sebagian petani menganggap penggunaan
burung hantu belum menunjukan hasil yang berarti. Hal ini dimaklumi karena populasi
tikus yang tinggi dan pengembangan burung hantu ini masih dalam tahap rintisan.
Persepsi petani sangat dipengaruhi oleh sosialiasi dari penyuluh dan tingkat
pengetahuan. Makin tinggi pengetahuan maka akan lebih mengerti manfaat burung
hantu dan lebih sadar bahwa proses ini memerlukan waktu yang tidak singkat.
Universitas Diponegoro
48 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH JARAK DISTRIBUSI AIR TERHADAP KANDUNGAN
SISA CHLOR PADA JARINGAN DISTRIBUSI
AIR MINUM PDAM KOTA SEMARANG
Soedarsono, Benny Syahputra
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 49
QUICK ASSESSMENT SEBARAN LOGAM BERAT PADA TANAH SAWAH
DI KABUPATEN GRESIK, KEDIRI, BATU DAN MALANG, PROVINSI
JAWA TIMUR
Sukarjo, Triyani Dewi dan Poniman
ABSTRAK
Kontaminasi logam berat di tanah sawah akan berdampak pada kualitas dan keamanan
beras yang dihasilkan. Logam berat sebagian besar akan diambil dari tanah dan
diteruskan ke bagian-bagian tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
asesmen secara cepat kontaminasi logam berat pada lahan sawah di kabupaten Gresik,
Kediri, Batu dan Malang Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari-Februari 2014 dengan melakukan pengambilan 3 sampel tanah sawah di
masing-masing kabupeten. Sampel tanah dianalisis kandungan Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Cu,
Mn, Zn dan Fe total dengan pelarut asam dan pengabuan basah. Setelah diencerkan,
sampel hasil ekstraksi diukur menggunakan atomic absorption spectrometry (AAS).
Konsentrasi logam Pb, Cd, Co, Cr, Ni, Cu, Mn, Zn dan Fe total dalam tanah sawah
masing-masing 0.55-2.45; 0.08-0.24; 5.30-17.29; 2.70-17.17;0.94-9.94; 8.38-
43.88;356.26-1376.08; 25.31-155.20 dan 4475.33-5130.08 ppm. Banyaknya
kandungan logam berat yang diukur menurun sebagai berikut:
Fe>Mn>Zn>Cu>Co>Cr>Ni>Pb>Cd. Hasil analisis parameter pencemaran
menggunakan Pollution Load Index (PLI) and Geoaccumulation Index (I-Geo)
diperoleh bahwa tanah sawah di kabupaten Gresik, Kediri, Batu dan Malang Provinsi
Jawa Timur masuk dalam kategori tidak terkontaminasi logam berat.
Universitas Diponegoro
50 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
SEBARAN Zn DAN Co PADA SAWAH IRIGASI
DI KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR
Wahyu Purbalisa, Mulyadi dan Asep Kurnia
ABSTRAK
Kabupaten Jombang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Timur yang
mendapat pengairan dari Sungai Brantas. Akibat kegiatan manusia, sungai tersebut
mulai mengalami pencemaran. Untuk itu perlu diketahui sebaran dan tingkat
pencemaran Zn dan Co pada lahan sawah irigasi di Kabupaten Jombang. Contoh
sampel yang diambil berupa tanah pada lahan sawah yang mendapat irigasi dari
Sungai Brantas. Contoh tanah diekstrak dengan metode pengabuan basah dan diukur
dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) untuk diketahui kadar logamnya.
Hasil penelitian menunjukkan Zn dan Co tersebar mengelompok. Zn masih dalam
batas normal, namun kadar Co sudah melebihi batas normal. Sumber Zn dan Co
tersebut berasal dari bahan induk pembentuk tanah.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 51
KONDISI TERUMBU KARANG DAN KARANG DITINJAU DARI TUTUPAN
KARANG HIDUP DAN DENSITAS Zooxanthellae PADA KARANG Acropora sp
DI PERAIRAN PULAU SIKUAI PADANG
SUMATERA BARAT
Thamrin , Yusni I. Siregar1,2, Sofyan H. Siregar1,2, Abdul Hayi1,1,2 dan
1,2
Christian M. Siregar3
1
Dosen PSIL PPs-UNRI dan Faperika Universitas Riau
2
Dosen Faperika Universitas Riau
3
Mahasiswa Faperika Universitas Riau
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
52 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MINYAK BUMI
Adi Mulyanto
ABSTRAK
Remediasi tanah tercemar minyak menjadi suatu keharusan untuk dilakukan seiring
dengan meningkatnya kesadaran terhadap kasus pencemaran, dan eksploitasi yang
berlebihan terhadap sumber daya alam. Pada saat ini muncul kesadaran tentang
pentingnya fungsi tanah sebagai komponen lingkungan, sehingga ada upaya untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan fungsi tanah. Kegiatan yang mempunyai
potensi sebagai sumber pencemaran antara lain adalah pengeboran minyak bumi dan
pengolahannya, stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), dan bengkel kendaraan
bermotor.Tujuan dan sasaran kegiatan adalah melakukan studi dan pengkajian
terhadap kemampuan, kecocokan dan efektifitas teknologi desorpsi termal terhadap
spesifik matriks limbah berminyak (limbah B3).Teknologi desorpsi termal merupakan
rangkaian unit peralatan yang terdiri dari desorber dan kondensor serta peralatan
penunjang yang meliputi scrubber atau kondensor dan unit pengolahan air limbah.
Parameter yang diukur untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum adalah TPH,
temperatur pemangganan, temperatur kondensasi, dan lama waktu pemanggangan.
Percobaan awal telah dilakukan terhadap contoh tanah tercemar minyak dari Riau.
Percobaan dilakukan dengan cara pemanggangan tanah tercemar minyak di dalam
tungku listrik pada suhu 600 oC. Konsentrasi Total Petroleum Hidrokarbon (TPH) awal
adalah 5,01% dan Total Oil & Grease (TOG) sebesar 7,40%. Setelah dilakukan
pemanggangan selama 10 menit pada suhu 600 oC diperoleh konsentrasi TPH dan
TOG masing-masing sebesar 0,06% dan 0,10%.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 53
ANALISIS KUALITAS AIR, STATUS MUTU DAN BEBAN PENCEMARAN DI
SUNGAI PROGO HULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Sudarno1, Titik Istirokhatun2, Ratna Novita Sari3, Monalisatika Winih4
1,2,3,4
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
Email : sudarno_utomo@yahoo.com
ABSTRAK
Sungai Progo Hulu merupakan sungai utama di DAS Progo Kabupaten Temanggung.
Kondisi sungai Progo Hulu saat ini diperkirakan telah mengalami penurunan kualitas
air disebabkan berbagai aktivitas manusia seperti permukiman, pertanian, dan industri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai dan faktor-faktor
penyebab perubahan konsentrasi, status mutu setiap segmen di sungai Progo Hulu, dan
daya tampung beban pencemaran untuk parameter Fecal Coliform. Kualitas air sungai
diukur dan diamati pada 5 segmen dengan 12 titik pengambilan sampel dan
dibandingkan dengan baku mutu kualitas air sungai menurut PP Nomor 82 Tahun
2001. Selanjutnya dilakukan penentuan status mutu air dengan menggunakan metode
STORET dan Indeks Pencemaran sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 dan analisis daya tamping beban
pencemaran menggunakan software QUAL2E. Hasil penelitian menunjukkan
parameter dominan yang menyebabkan pencemaran di sungai Progo Hulu untuk baku
mutu air kelas I adalah Fecal Coliform, sedangkan untuk baku mutu air kelas II,III,dan
IV adalah Amonia dan Fecal Coliform dengan sumber pencemar utama berasal dari
limbah domestik dan limbah peternakan. Status mutu air baik menunjukkan air sungai
Progo Hulu telah tercemar dengan kondisi cemar sedang untuk baku mutu air kelas I
dan cemar ringan-cemar sedang untuk baku mutu air kelas II,III, dan IV. Berdasarkan
hasil simulasi didapatkan bahwa di semua bagian Sungai progo Hulu beban
pencemaran untuk parameter fecal coliform sudah melebihi baku mutu air kelas I.
Universitas Diponegoro
54 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KANDUNGAN LOGAM BERAT KOBALT (Co) TOTAL DAN TEMBAGA (Cu)
TOTAL PADA TANAH DAN BERAS
Cicik Oktasari Handayani1), Sukarjo2)
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jln. Raya Jakenan-Jaken Km. 5 Kotak Pos 5
Jaken, Pati-Jawa Tengah
Email : cicik.oktasari@yahoo.com; 2) sukarjo@gmail.com
1)
ABSTRAK
Keberadaan logam berat Kobalt dan Tembaga dalam jumlah tertentu sangat
dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat
menimbulkan efek racun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
konsentrasi Co dan Cu dalam tanah dan beras. Penelitian dilakukan di Kecamatan
Banjar Kedungmulyo dan Wonosalam, Kabupaten Jombang dari bulan Januari -
Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survey pengambilan
sampel tanah pada 45 titik sampel dan sampel beras pada 12 titik sampel. Pengambilan
sampel tanah dilakukan dengan metode komposit pada kedalaman 0-20 cm. Sampel
tanah dan beras dianalisis logam Co dan Cu, pH, C-organik, Kapasitas Tukar Kation
(KTK) dan tekstur di Laboratorium Terpadu Balai Penelitian Lingkungan Pertanian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan Co total dan Cu total di dalam tanah
berkisar antara 1,99-37,66 ppm dan 19,37-62,43 ppm sedangkan di dalam beras
berkisar antara 0,23-0,86 ppm dan 1,28-5,16 ppm. Tidak terdapat korelasi antara
kandungan Co dan Cu total di dalam tanah dengan di dalam beras. Tidak terdapat
korelasi antara kandungan Co total dan Cu total di dalam tanah dan di dalam beras.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 55
PEMANFAATAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SEBAGAI
BIOABSORBEN DALAM PENANGANAN PENCEMARAN MINYAK
MENTAH
Delfi Fatina Soraya dan R. Nida Sopiah
ABSTRAK
Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu limbah padat terbesar yang
dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit, 23% dari total buah sawit segar, dan
pemanfaatannya saat ini digunakan sebagai bahan bakar boiler di pabrik pengolahan
kelapa sawit. Kadar air yang tinggi dalam tandan kosong kelapa sawit mengakibatkan
pemanfaatannya sebagai bahan bakar boiler kurang efektif. Penelitian ini dilakukan
untuk memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan bioabsorben untuk menangani pencemaran minyak mentah. Metode
pembuatan bioabsorben ini menggunakan tandan kosong kelapa sawit yang telah
dikeringkan kemudian dilakukan aktivasi secara kimia dengan menggunakan variasi
pelarut organik dan katalis H2SO4. Hasil bioabsorben ini kemudian diujicoba kapasitas
absorbsinya terhadap minyak mentah. Hasil penelitian menunjukkan biobsorbent yang
diaktivasi menggunakan pelarut Asam Oksalat memiliki kapasitas absorbsi yang
paling tinggi mencapai 7.5 kali g minyak/g absorben, dan 7.2 kali gr minyak/ gr
absorben dengan menggunakan pelarut Asam Askorbat.
Kata kunci : tandan kosong kelapa sawit, bioabsorben, absorbsi
Universitas Diponegoro
56 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI
OILSORBENT DENGAN TEKNIK AKTIVASI KOMBINASI FISIK
Widya Kooskurniasari1) danNida Sopiah2)
1)
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Jakarta
2)
BPPT Balai Teknologi Lingkungan, Puspiptek, Serpong, Banten
nidasusetyo@gmail.com
w_koos@yahoo.com
ABSTRAK
Salah satu cara untuk mengatasi tumpahan minyak mentah adalah dengan
menggunakan oil sorbent. Agar daya serap oil sorbent semaki nmeningkat maka
diperlukan suatu metode aktivasi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kondisi optimum dari oil sorbent dalam menyerap minyak mentah dan
pengaruh dari aktivasi fisik dengan proses pendinginan terhadap kapasitas adsorpsi
dari oil sorbent.Penelitian ini dilakukan dengan cara mengolah minyak mentah melalui
proses adsorpsi oleh oil sorbent yang diaktivasi dengan variasi suhu yaitu 200, 250 dan
300 oC, lama pemanasan yaitu 30 dan 60 menit, lama pendinginanyaitu 15, 30, 45 dan
60 menit dan jenis bahan pendingin yaitu es batu dan dry ice. Kemudian hasilnya
dianalisis untuk menghitung kemampuan menyerap dari oil sorbent. Hasil penelitian
menunjukkan adanya kenaikan kapasitas adsorpsi oil sorbent setelah dilakukan proses
aktivasi. Sehingga didapatkan suhu, lama pemanasan, lama pendinginan dan jenis
bahan pendingin optimal terhadap penyerapan crude oil yaitu 300 oC, 60 menit, 30
menit dan dry ice. Dan kapasitas adsorpsi oil sorbent yang diaktivasi dengan
pemanasan dan disertai proses pendinginan adalah 11,3442 g/g, lebih besar dari
kapasitas adsorpsi oil sorbent yang dipanaskan saja pada suhu yang sama dengan
kapasitas adsorpsinya adalah 9,1756 g/g.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 57
PEMANFAATAN SABUT KELAPA SAWIT (SKS) SEBAGAI OILSORBENT
DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU PEMANASAN
Dwi Septiani Putri1) dan Nida Sopiah2)
1)
Jurusan Kimia, Fakultas Sainsdan Teknologi, Universitas Islam Negeri Jakarta
2)
BPPT Balai Teknologi Lingkungan, Puspiptek, Serpong, Banten
nidasusetyo@gmail.com
putri_2992@yahoo.com
ABSTRAK
Sabut kelapa sawit (SKS) biasanya menjadi limbah yang tidak digunakan dibakar di
ladang pertanian setelah dipanen atau dihancurkan yang tentunya akan mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Selain itu, penanganan limbah sabut kelapa sawit (SKS)
tersebut masih kecil dibandingkan limbah yang terbentuk. Tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran limbah sabut kelapa sawit (SKS) yang
dapat dijadikan sebagai adsorben yang berasal dari bahan alami untuk mengadsorpsi
limbah minyak. Penggunaan bahan alami dari limbah pertanian atau buangan hasil
industri dapat digunakan sebagai alternatif adsorben dengan biaya yang relatif rendah.
Telah dilakukan penelitian terhadap kemampuan sabut kelapa sawit (SKS) sebagai
adsorben untuk mengadsorpsi limbah minyak dengan variasi suhu dan waktu
pemanasan. Variasi suhu pemanasan yang digunakan yaitu suhu 150 OC, 200OC, 250OC
dan 300OC dengan waktu pemanasan 30 Menit, 45 Menit dan 60 Menit. Selain itu
dilakukan pengujian pengaruh bahan aktivator berupa uap air (H 2O) terhadap kapasitas
adsorpsi sabut kelapa sawit (SKS). Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini bahwa
suhu optimum yang menghasilkan kapasitas adsorpsi limbah minyak yang
menggunakan uap dan tanpa uap air yaitu pada suhu 200 OC dengan kapasitas adsorpsi
sebesar 8.8810 g minyak/g adsorben untuk tanpa uap air dengan waktu pemanasan 30
menit. Sedangkan kapasitas adsorpsi dengan menggunakan uap air sebesar 8.5416 g
minyak/g adsorben dengan waktu pemanasan 60 menit.
Kata Kunci : Adsorben, Adsorpsi, Limbah Minyak, Sabut Kelapa Sawit (SKS)
Universitas Diponegoro
58 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN BITTERN SEBAGAI KOAGULAN UNTUK
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PEMINDANGAN IKAN
Nilawati dan Marihati
ABSTRAK
Industri pemindangan ikan merupakan industri kecil yang mengolah dan mengawetkan
ikan yang mampu meningkatkan masa simpan ikan segar. Dalam proses
pengolahannya menghasilkan limbah cair dari perebusan ikan sejumlah 600 liter per-
1 ton ikan per-hari untuk satu industri kecil. Limbah tersebut didiamkan satu malam
agar kondisinya dingin kemudian keesokan harinya langsung dibuang ke sungai tanpa
pengolahan terlebih dahulu, hal ini dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
terutama bau yang dikeluarkan akibat dari pembusukan bahan-bahan organik . Hasil
uji limbah cair air rebusan adalah TSS 57,99 mg/l, sulfida 1,589 mg/l, minyak lemak
90,0 mg/l , COD 9000 mg/l dan BOD 641,3 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan data penurunan bahan organik dengan menggunakan bitten sebagai
koagulan. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi bitten yang terdiri dari 50
ppm, 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm, sedangkan variabel kedua adalah volume
bitten yang terdiri dari 10, 15, 20 ,25 ml dalam 1 liter limbah pindang dengan kondisi
pH netral. Hasil koagulasi dengan bitten diperoleh rata-rata sludge volume 20-40
persen dengan pengendapan 15 menit. Paramater yang digunakan untuk mengetahui
penurunan bahan organik dengan parameter COD permanganat Penurunan yang
optimal adalah perlakuan 200 ppm dan 20 ml bitten per-1 liter dengan penurunan COD
permanganat sebesar 65,77 persen
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 59
STRATEGI PENGENDALIAN BIOINVASION SPECIES
PADA WATER BALLAST TANK
(STUDI KASUS PADA PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG)
A.Agus Tjahjono1, Azis Nur Bambang2, Ign. Boedi Hendrarto3, Sutrisno Anggoro4
ABSTRAK
Indonesia saat ini bersama-sama dengan negara anggota ASEAN lainnya yaitu
Philipina, Singapura, Kamboja, Vietnam dan Brunei Darussalam, belum masuk dalam
para pihak yang menandatangani Konvensi Ballast Water Management 2004.
Pemerintah Indonesia telah mengatur air ballast ini dalam PP RI Nomor 21 Tahun
2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim. Sanksi yang diberikan pada pemilik
atau operator kapal yang melakukan pencemaran minyak hanya diberikan sanksi
ringan administrasi. Pola kedatangan kapal dari luar negeri yang melakukan kegiatan
bongkar muat didominasi kapal niaga dari Singapura selanjutnya Malaysia, sedangkan
pelayaran dalam negeri, didominasi dari Kalimantan, Sumatera dan Papua. Pola
kedatangan ini dapat menjadi acuan prioritas pada penelitian selanjutnya pada dampak
bioinvansion species di pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
Kata Kunci : bioinvasions species, Konvensi Ballast Water Management 2004, pola
kedatangan kapal
Universitas Diponegoro
60 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI ADSORBEN MINYAK MENTAH
(CRUDE OIL) DENGAN AKTIVASI KIMIA MENGGUNAKAN ASAM
SITRAT
Arie Herlambang , Nida Sopiah 1) dan Ummu. Hanifah2)
1)
ABSTRAK
Pemanfaatan jerami padi di Indonesia saat ini belum dikelola secara maksimal bahkan
dianggap sebagai salah satu limbah pertanian yang dapat berkontribusi terhadap
peningkatan efek rumah kaca. Jerami padi terdapat selulosa yang mengandung gugus
hidroksil yang dapat diaktivasi secara kimia dengan senyawa hidrokarbon berantai
panjang sehingga akan meningkatkan kemampuan hidrofobik. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi jerami padi dalam mengadsorpsi
crude oil yang diaktivasi secara kimia menggunakan asam sitrat dengan variasi
konsentrasi: 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,25; 1,50; 1,75 dan 2,00 N. Aktivasi dilakukan
pada suhu 1200C selama 30 menit, kemudian dioven pada suhu 500C selama 24 jam,
dan selanjutnya dilakukan pengukuran kapasitas adsorpsi dan karakterisasi dengan
FTIR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi crude oil optimal pada
konsentrasi 1,75 N dengan kapasitas adsorpsi sebesar 11,18 g minyak/g adsorben.
Karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya penambahan gugus fungsi
karbonil (C=O) pada bilangan gelombang 1658 cm-1 , terjadinya penurunan serapan
gugus hidroksil (O-H) pada bilangan gelombang 3391 cm-1 sebesar 11 %. Sedangkan
gugus fungsi yang lainnya tetap ada yaitu gugus C-H pada bilangan gelombang 2936
cm-1, gugus CH2 pada bilangan gelombang 1465 cm-1, gugus CH pada bilangan
gelombang 1325 dan gugus C-O pada bilangan gelombang 1115 cm-1.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 61
PENURUNAN RESIDU DDT DENGAN PERLAKUAN UREA ARANG AKTIF
YANG DIPERKAYA MIKROBA PADA LAHAN SAYURAN
Wahyu Purbalisa dan Sri Wahyuni
ABSTRAK
Hama penyakit yang ada di tanaman sayuran umumnya lebih banyak dibandingkan di
tanaman padi, sehingga intensitas penggunaan pestisida pada sayuran lebih tinggi
dibandingkan tanaman padi. Residu senyawa DDT masih ditemukan di lahan sayuran,
padahal senyawa ini sudah tidak digunakan lagi oleh petani dan dilarang oleh
pemerintah. Residu ini dapat lama tinggal di dalam tanah dan sulit untuk terdegradasi.
Pengayaan mikroba diharapkan dapat mempercepat degradasi residu DDT. Penelitian
dilaksanakan di Kebun Percobaan Jakenan dari bulan Februari 2012 hingga September
2012. Mikroba konsorsia diperoleh dari hasil penelitian pendahuluan yaitu isolasi
tanah indegenus yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi LIPI Cibinong. Tanah
untuk media tanam berasal dari Desa Sukamakmur Kecamatan Kajoran Kabupaten
Magelang. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dan
6 perlakuan yaitu kontrol, urea prill, urea arang aktif tongkol jagung, urea arang aktif
tempurung kalapa, urea arang aktif tongkol jagung diperkaya mikroba, dan urea arang
aktif tempurung kelapa diperkaya mikroba. Tanaman yang digunakan adalah sawi
hijau. Analisa residu pestisida dilakukan di laboratorium Residu Bahan Agrokimia
Bogor menggunakan GC Varian 450 dengan detektor ECD. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui penurunan kontaminan DDT dengan urea arang aktif yang
diperkaya dengan mikroba. Hasil penelitian menunjukkan urea berlapis arang aktif dari
tongkol jagung yang diperkaya dengan mikroba pada lahan sayuran (sawi) dapat
menurunkan residu pestisida DDT sebesar 24,2 %. Hal ini disebabkan adanya peran
mikroorganisme dalam mendegradasi Residu DDT.
Kata Kunci: Urea arang aktif, mikroba, penurunan DDT, lahan sayuran
Universitas Diponegoro
62 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENCEMAR UDARA DI LINGKUNGAN
PABRIK PELEBURAN KUNINGAN DI JUWANA KABUPATEN PATI DAN
PENGELOLAANNYA
Aditya Marianti.
ABSTRAK
Kata kunci : kuningan, faktor fisika dan kimia, pencemaran udara di lingkungan kerja
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 63
LOGAM BERAT DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH
DI PULAU BANGKA
Anik Hidayah dan Mulyadi
ABSTRAK
Kata kunci: logam berat, tanah, air, bekas tambang timah, pulau Bangka
Universitas Diponegoro
64 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
POTENSI BIOCHAR (ARANG HAYATI) BERBAHAN BAKU LIMBAH DAUN
KAYU PUTIH GUNA PERBAIKAN EKOLOGI TANAH DAN PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS TANAMAN DI PABRIK MINYAK KAYU PUTIH PERUM
PERHUTANI KPH GUNDIH.
Iwan Gunawan *)
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 65
meningkatkan produktivitas terutama tanaman kayu putih sebagai pemasok pabrik
minyak kayu putih di KPH Gundih. Dengan dosis 5 ton perhektar maka biochar setiap
tahun dapat diberikan ke lahan tanaman kayu putih seluas 25,66 Ha. Untuk
mengetahui dampak pemberian biochar perlu dilakukan kajian pengaruh pemberian
biochar berbahan baku limbah daun kayu putih terhadap ekologi tanah secara fisik,
kimia dan biologi serta produktivitas tanaman kayu putih. Biochar hanya sebagai agen
pembangun dan penjaga kesuburan tanah, bukan pupuk dan tidak dapat menggantikan
pupuk sehingga pemupukan perlu dilakukan sesuai kebutuhan tanaman.
Universitas Diponegoro
66 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
COLLABORATIVE APPROACH IN RIVER POLLUTION CONTROL
IN THE DOWNSTREAM OF GARANG RIVER
Hermin Poedjiastoeti*, Henny Pratiwi Adi, Mila Karmilah
ABSTRACT
Efforts to control water pollution in the Garang River more top-down oriented
approach. Continuing water degradation of Garang River showed weakness of the
program target, participation of community is not fairly high and weak institutional
capacity. Collaborative approach is an alternative to fill weaknesses in a top down
approach and participative approach, that emphasizes equality, trust and division of
responsibilities between stakeholders. The aims of this study is to analyze the status of
water quality and to identify prospects of collaborative approaches to control river
pollution. Analysis of water quality status using Storet Value System. Likert scale
using to determine the prospects of a collaborative approach and controlling water
pollution was done by performing a SWOT analysis. The results showed that the water
quality status of Garang River Downstream in the three locations including Class D
(poor / heavily polluted) with a score of > -31. Several parameters have exceeded the
quality standards that required by Government Act No. 82 of 2001on Water Quality
Management and Water Pollution Control, are phosphate, BOD and COD. Source
pollutants come from untreated sewage plant, agricultural waste and domestic
activity. The prospect of collaborative approaches to pollution control in the
downstream Garang River including good categories. River water pollution control by
increasing the inventory and identification of sources of pollution, improve public
knowledge in the management of solid and liquid waste, domestic WWTP construction,
improve the water quality monitoring, improve supervision and monitoring of the
performance of wastewater treatment, implementation of cleaner production and law
enforcement.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 67
RESIDU PESTISIDA ORAGNOKLORIN DI SENTRA PRODUKSI SAYURAN
KABUPATEN BREBES
Poniman
BalaiPenelitianLingkunganPertanian
Jl. Raya Jakenan-Jaken Km.5 Pati 59182
Email: balingtan@yahoo.com ; poniman63_ir@yahoo.co.id
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
68 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KANDUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cu BERAS PADA
BEBERAPA VARIETAS PADI
HEAVY METAL CONTENT Pb AND Cu ON RICE SOME VARIETY
Yulis Hindarwati, Forita Dyah Arianti dan Joko Pramono
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 69
A CHANCE OF HERBACEOUS AQUATIC PLANTS TO REMEDIATE ACID
MINE DRAINAGE IN A POST COAL MINING AREA
Antun Puspanti
Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja, Badan Litbang
Kementerian Kehutanan
Jl. Soekarno Hatta Km 38 Samboja, Kalimantan Timur
ABSTRACT
Acid mine drainage (AMD) is one of the most important problem needed to be solved
in the mining industry. AMD is characterized by low pH water with elevated
concentrations of iron, sulphates, and heavy metal of varying composition dependent
upon the originating mineral deposit types. The conventional treatment technologies
used in the treatment of acid mine drainage are expensive both in terms of operating
and capital costs. In the past decades, therefore, research efforts has been directed
towards wetlands as an alternative low cost means of removing heavy metals from
AMD besides domestic, commercial and industrial waste water Both natural and
artificially constructed wetlands offer an efficient treatment technology with minimum
inputs, low investment costs, low operating costs and no external energy input. Thus,
the use of herbaceous aquatic plants played important role in constructed wetlands.
This study offered some review of the uses and properties of the herbaceous aquatic
plants in remediating AMD in a post coal mining area from some studies.
Universitas Diponegoro
70 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGGUNAAN TEKNOLOGI REAKTOR MICROBIAL FUEL CELLS (MFCs)
DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN
MEDIA TERLEKAT UNTUK MENURUNAN KADAR CHEMICAL OXYGEN
DEMAND (COD) DAN MENGHASILKAN DAYA LISTRIK
Purwono, Hermawan, Hadiyanto
Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Pascasarjana Universitas Diponegoro
Jl. H. Prof. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang
E-mail: pur_121@yahoo.com
ABSTRACT
Microbial Fuel Cells (MFCs) is a bioreactor that converts the chemical energy of the
organic compounds to electrical energy by the catalytic reaction of microorganisms
under anaerobic conditions. The purpose of this study is to analyze the effect of
variation in the attached growth media and the variation of the initial chemical oxygen
demand (COD) concentration on removal efficiency of COD concentration and the
electrical power produced. MFCs reactor designed in a dual-chamber is connected
using a salt bridge. Gravel and bioball used as a variety of attached growth media in
anode compartment and the initial effluent concentration was varied from 0%, 25%,
50%, and 100% of the effluent COD concentration of tofu wastewater industry by
dilution of the original. The results showed that the attached growth media onto the
gravel with a concentration of 50% produces an electric current highest average of
7.25 uA. Voltage and power at the two variations is increasingly declining. In a
variation of 100% produces an electric current is lower than 50%. The possibility of
this is due to the presence of sulfide compounds that act as electron acceptors.
Formation of sulfide compounds characterized by the formation of black color on
anode substrate. Coulombic efficiency (εC) due to inherent differences between
attached growth media and variations in the concentration is in the range of 0.001 to
0.035%. Low εC probably due to fermentation products and biofilm formation on the
anode electrode that inhibit the transfer of electrons to the anode electrode such as
biomass, dissolved organic matter, gases H2 and CH4.
Keywords: Microbial Fuel Cells (MFCs), attached growth media , tofu wastewater
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 71
KARAKTERISTIK BIOFILM PADA PENGOLAHAN LIMBAH TAHU
DENGAN KERIKIL VULKANIK MERAPI
Sri Sumiyati1
1
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro
1
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Tulisan ini membahas karakteristik biofilm yang terbentuk pada permukaan kerikil
vulkanik Merapi. Berdasarkan observasi, ada 3 tahap pembentukan biofilm, yaitu
tahap pelekatan, kolonisasi dan pertumbuhan. Setiap tahap dilakukan analisis. Pada
tahap pelekatan, biofilm sudah terbentuk. Secara fisik, kerikil vulkanik terlihat
mengkilap dan licin. Pada tahap kolonisasi, kerikil vulkanik Merapi diselimuti oleh
lapisan biofilm yang berwarna putih kekuningan, sesuai dengan warna limbah tahu.
Pada tahap pertumbuhan, sebagian besar permukaan kerikil tertutup oleh lapisan
biofilm. Pada batas waktu tertentu, semakin lama waktu tinggal limbah, lapisan
biofilm yang terbentuk pada permukaan kerikil vulkanik semakin tebal dan stabil.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi COD pada limbah tahu.
Penurunan konsentrasi COD mengindikasikan keberhasilan teknologi biofilm dalam
mengurangi kadar pencemar organik dalam air limbah.
Universitas Diponegoro
72 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
THE ABILITY OF AQUATIC WEED WATER HYACINTH AND WATER
LETTUCE TO REDUCE HEAVY METAL IRON (Fe), MANGANESE (Mn)
AND ZINC (Zn)
Oukhan Ibrahim Mohamed
ABSTRACT
Phytoremediation techniques for the treatment of different types of water have been
used by several researchers. These techniques are reported to be cost effective
compared to other methods. Various contaminants like total suspended solids,
dissolved solids, hardness, dissolved oxygen, heavy metals, and other contaminants
have been minimized using water hyacinth, water lettuce. In this research will use the
water hyacinth, water lettuce to reduce heavy metals and the ability of those plants
their efficiency in reduction of different water contaminants. The benefit of this
research is expected to give theoretical contribution for environmental study
especially in terms of heavy metal absorption using aquatic plants. And also this
research is expected to give contribution for practical aspect for problem solving to
reduce heavy metal contain in water. Has been sampling from Kaligarang river
because in this research will be to use water from the Kaligarang river as polluted
rivers in Semarang city was measured ratio of heavy metals. Fe=0,063 mg/l.
Mn=0,073mg/l. Zn=0,052mg/l. Cd=<0,001mg/l. Cr=<0,004mg/l. Cu=<0,005mg/l.
Pd=<0.008mg/l.
Keywords: water hyacinth, water lettuce, heavy metals
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 73
STATUS MUTU AIR SUNGAI BATANGHARI
CLUSTER KABUPATEN DHARMASRAYA
DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN
Dian Chandra Ardhani1*, Purwanto2*, Sudarno3*
1.
Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
2.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang
3.
Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang
arr_dhan@yahoo.co.id
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
74 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
IDENTIFIKASI PELUANG PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI INDUSTRI
KECIL SLONDOK SEBAGAI UPAYA PENANGANAN DAMPAK
LINGKUNGAN
Hana Fais Prabowo1, Purwanto2 dan Suherman2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
2
Pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang
Email: faisprabowo@yahoo.com
ABSTRAK
Kata Kunci: dampak lingkungan, timbulan limbah, produksi bersih, industri slondok
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 75
UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL NATA DE
COCO DI KABUPATEN BANTUL
Melia Ariyanti1, P. Purwanto1,2, S. Suherman1,2
1
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Universitas
Diponegoro
2
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang
Email : melia_ariyanti31@yahoo.co.id
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
76 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
INTERAKSI DENSITY TYPHA ANGUSTIFOLIA L DAN KETEBALAN
MEDIA PASIR ALIARAN UP FLOW TERHADAP EFISIESNI
PENURUNAN KANDUNGAN BOD, COD, Pb
LIMBAH LINDI PADA LAHAN BASAH BUATAN
Sugeng Nuradji1), Sutrisno Anggoro2), Henna Rya Sunoko3) Boedi Hendrarto4)
1)
Mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan (DIL) Undip Semarang
2)
Program Studi Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai (MSDP) Undip Semarang
3)
Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan (DIL) Undip Semarang.
4)
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip Semarang.
Jl. Imam Bardjo, SH No 5 Semarang 50241 Telp/Fax (024) 8453635, 8452770
Email : nur_adjie@yahoo.co.id
ABSTRAK
Salah satu upaya untuk mengurangi dampak limbah lindi landfill yang mengganggu
lingkungan dan kualitas air tanah menggunakan tanaman yang adaptif dengan limbah
pada lahan basah buatan, karena metode tersebut tidak memerlukan biaya tinggi dan
ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji interaksi kepadatan Typha
angustifolia L dan ketebalan media pasir aliaran up flow terhadap efisiensi penurunan
kandungan BOD, COD dan Pb limbah lindi pada lahan basah buatan. Metode
penelitian ini menggunakan split plot design skala laboratorium. Melibatkan
concomitan variable yaitu density tanaman awal, pengamatan bertahap dan berbeda
setiap perlakuan (split in time). Substrat yang digunakan adalah; ES 60/10= (0,008-
1,04) mm; gravel= (3,0-8) mm, UC = 3,13. Rhizoma tanaman Typha ukuran + 7 cm
dikondisikan dengan cara vegetasi pada media tanah di plastibox selama 3 bulan,
kemudian Typha muda dipindahkan ke lahan basah buatan berisi substrat yang dialiri
lindi secara batch reaktor. Uji statistik secara aditif linier analisis ragam untuk
racangan kelompok teracak dengan dua faktor dan satu peubah bebas (konkomitan)
dan menggunakan program SPSS khusus eksperimental design.Hasil penelitian
menunjukan kandungan limbah lindi berturut-turut; BOD (65,51-82,43) mg/L, COD
(479,50–605,34) mg/L, dan Pb (0,074–2,975 ) mg/L. Hasil uji statistik terdapat
interaksi antara density tanaman Typa angustifolia L dan ketebalan media pasir dalam
menurunkan BOD, COD dan Pb limbah lindi dengan probabilitas (p) interaksi
berturut-turut: 0,37; 0,650 dan 1,00 di atas (p) hipotesis 0,05. Typha angustifolia L
dan substrat pasir dapat menurunkan kandungan BOD, COD, Pb dengan efisiensi
penurunan beruturt-turut (90,07-99,34) %; (85,60-99,34) % dan rata (77,83-88,01) %.
Hasil uji kandungan BOD dan COD menggunakan density Typha sp: rendah, sedang
dan tinggi terjadi pada substrat 55 cm. Sedangkan penurunan kandungan Pb
menggunakan density; rendah, sedang dan tinggi terjadi pada substrat 50 cm.
Kata Kunci: lahan basah buatan, limbah lindi, media pasir lambat, dan Tyhpa
angustifolia L,
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 77
DAMPAK PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN PERAIRAN TERHADAP
PERUBAHAN KEMAMPUAN RENANG IKAN JACK MACKEREL
(Trachurus Japonicus) MELALUI PENDEKATAN FISIOLOGI
Nofrizal
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Ilmu Lingkungan, Pasca Sarjana
Universitas Riau
ABSTRAK
Pengaruh perubahan suhu lingkungan perairan (10⁰C pada musim dingin, 15⁰C pada
musim gugur dan semi, dan 22⁰C pada musim panas) terhadap kemampuan renang
ikan jack mackerel (Trachurus japonicus) (Fork Length (FL):14,48±0,77 cm) diamati
di dalam sebuah tangki berarus. Suhu air di dalam tangki aklimasi ikan selama
percobaan dan tangki berarus dikendalikan dengan menggunakan pengatur suhu
digital. Pada saat ikan berenang dengan variasi kecepatan yang berbeda dilakukan pula
pengukuran laju detak jantung dengan menghubungkan sepasang eletroda enamel
insulated tungsten pin yang ditanam pada bagian rongga pericardial ikan tersebut.
Sepasang elekroda tersebut dihubungkan ke Elektrokardiograf melalui sebuah kawat
tembaga halus dan bio-amplifier.Kemudian untuk menduga kecepatan renang
maksimum ikan pada kondisi suhu perairan yang berbeda (10, 15, dan 22⁰C)
diestimasi dengan menggunakan metode kontraksi otot minimum. Kontraksi otot
diukur dengan menggunakan strain gages yang diberikan ransangan listrik 7 volt.
Reaksi konstraksi otot terhadap ransangan listrik dapat di monitor pada layar electro-
myograf. Hasil pengamatan menunjukan daya tahan dan kecepatan renang ikan jack
mackerel menurun pada suhu lingkungan perairan yang lebih rendah (10⁰C) dari pada
suhu lingkungan yang lebih hangat (15 dan 22⁰C). Kisaran kecepatan renang sustained
swimming speed< 2,5FL/detik untuk suhu 10⁰C, < 3,4FL/detik untuk suhu 15⁰C, dan <
3,2FL/detik untuk suhu 22⁰C. Estimasi kecepatan renang maksimum berdasarkan
metode minimum muscle contraction time menunjukkan kecepatan renang lebih
lambat pada suhu 10⁰C, yaitu 10,1±2,2 FL/detik. Kecepatan renang maksimum
tersebut meningkat menjadi 13,9.±2,9 FL/detik pada suhu yang lebih hangat (15⁰C)
dan 13,9±3,2 FL/detik pada suhu 22⁰C. Aktivitas rata-rata laju detak jantung ikan juga
menurun (25,3±5,7 detak/menit) pada suhu rendah (10⁰C), meningkat 38,9±11,1
detak/menit pada suhu yang lebih hangat (15⁰C) dan meningkat lebih tinggi 67,2±13,2
detak/menit pada suhu 22⁰C. Lebih lanjut, hubungan antara suhu lingkungan perairan,
kemampuan renang ikan dan proses fisiologi T. japonicus didiskusikan secara
mendalam dalam makalah ini.
Kata kunci: fisiologi, jack mackerel (Trachurus japonicus), minimum muscle
contraction time, suhu lingkungan perairan, ,sustained swimming speed.
Universitas Diponegoro
78 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PITA KARBON : CARA SEDERHANA UNTUK MENDUGA KARBON
TERSIMPAN PADA HUTAN RAKYAT (CARBON TAPE : A SIMPLE WAY TO
ESTIMATE CARBON STOCK IN FARM FORESTS)
Budiman Achmad
ABSTRACT
Farm forests have an important role to control green house gasses in the atmosphere.
The role is shown by the ability of the trees to produce biomass through photosynthesis
process. Carbon trapped in the biomass is the main components of the green house
gasses. The role would be more significant if the forests are managed sustainably
whereas the environmental and economical benefits could be enjoyed by public and
farmers. Sengon (Paraserianthes falcataria) is a tree species which grows very fast,
and able to quickly sink carbon from the atmosphere. In the perspectives of global
climate control, the future of farm forest farmers should get more attention from the
government and related stakeholders. Carbon tape is a very simple tool and very easy
to operate by the farmers for carbon stock estimation purposes. The aim of the
research is to provide the simplest way for the farmers to estimate carbon stock in
Ciamis farm forests. The researchs were conducted at Kertamandala, Banjaranyar
and Kertaharja villages from July to October 2013. The samples were collected by
using destructive method. The data were fitted to a nonlinear regression, KB =
a*(dbh)b. The results showed that KB = 0.047235 x dbh2.314641,and R2 = 0.9798. This
model was used to generate carbon tape for sengon trees at farm forest in Ciamis
district.
Key words : farm forest, allometrics, carbon tape, farmers
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 79
POTENSI PRODUKSI METANA PADA SALURAN DRAINASE LAHAN
GAMBUT DI JABIREN KALIMANTAN TENGAH
Eni Yulianingsih, Terry Ayu Adriany, Anicetus Wihardjaka dan Prihasto Setyanto
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
80 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN : PERUBAHAN
KESEIMBANGAN KARBON AKIBAT KONVERSI HUTAN RAWA GAMBUT
DI KALIMANTAN BARAT
Rossie Wiedya Nusantara*
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 81
ESTIMASI STOK KARBON VEGETASI
DI HUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH
Nur Arti P.
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
82 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENDEKATAN KONSERVASI DAN EKONOMI DALAM PENGELOLAAN
LAHAN OLEH MASYARAKAT DESA MANDALAMEKAR, KECAMATAN
JATIWARAS, KABUPATEN TASIKMALAYA
Devy Priambodo Kuswantoro
ABSTRACT
This study aims to determine the land management by the community independently
with conservation and economic approaches. Data were collected by discussions with
stakeholders and interviews with members of farmer groups. Respondents in the
Mandalamekar village are average farmer who has long remained inactive in the
agriculture and forestry. Land management in the village Mandalamekar divided into
land management activities of cultivated forests belong to the people by the pattern of
agroforestry and rural land management for conservation of water sources and land
conservation. The community forest owned by farmers based on agroforestry pattern
with the types of trees and plants such as Sengon, Gmelina, African Mahogany,
Mahogany, Bayur, Teak, Aren, Durian, Petai, Avocado, Bamboo, Picung, etc..
Understory plants are cultivated like Cardamom, taro, pepper, etc.. Respondents saw
this as a community forest land for various kinds of income so they can get a result
from a variety of time, although not continuous. The use of land for economic
development community is also coupled with the implementation of conservation
activities in Protected Areas which also functions as a spring forest and habitat for
some wildlife. Forest conditions are not all still in good condition. There are some
forests in critical condition. The Motra Alam Munggaran group seeks re-greening of
protected forest along with the communities so that with the conservation of land will
have a positive effect on the cultivation of land owned by the community will be able to
boost the economy. Management approaches such as this may be an example of land
management by the community in natural resource conservation efforts towards
economic independence village.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 83
ANALISIS PERUBAHAN IKLIM TERHADAP
PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN
DI KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH
Ira Juliana Baulengi, S.Si 1)
Widhi Netraning Pertiwi, S.Pd 2)
ABSTRAK
Pemanasan global sebagai salah satu aspek perubahan iklim, berpotensi meningkatkan
proses transfer uap air ke atmosfir yang menyebabkan kelembaban atmosfir
meningkat. Konsekuensinya secara spasial akan terjadi peningkatan curah hujan di
beberapa wilayah dan pengurangan di beberapa wilayah lainnya. Demikian pula secara
temporal akan terjadi potensi peningkatan curah hujan pada musim hujan (MH) dan
penurunan jumlah curah hujan pada musim kemarau (MK). Ada kecenderungan bahwa
penurunan curah hujan di beberapa daerah di Indonesia, termasuk Jawa sekitar 246
mm/tahun. Pemanasan global (global warming) telah mengubah kondisi iklim global,
regional dan lokal. Perubahan iklim global antara lain disebabkan oleh peningkatan
emisi gas rumah kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan
suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama dalam sistem metabolisme dan
fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman, termasuk tanaman padi.
Produktifitas dan progresifitas sector pertanian dipengaruhi oleh banyak faktor,
terutama perubahan dan anomali iklim. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
banyak pihak menyatakan bahwa usaha di sector pertanian merupakan sektor usaha
yang berada pada posisi ketidakpastian (unpredictable). Berdasarkan uraian pada latar
belakang, maka dirumuskan permasalahan yaitu : (a) Bagaimana perkembangan
produktivitas tanaman pangan, terlebih padi di Kab Kudus, Jawa Tengah. (b) Apakah
ada hubungan antara perubahan iklim dengan produktivitas tanaman pangan, padi di
Kab Kudus, Jawa Tengah ?
Pada penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Dinas
Pertanian Kabupaten Kudus, periode 2011-2013 dan diolah menggunakan analisis
korelasi berganda. Berdasarkan analisis yang penulis lakukan, tredapat hubungan yang
signifikan dan positif antara curah hujan dengan produktivitas padi. Sedangkan
kelembaban udara dan penyinaran matahari tidak terdapat hubungan yang signifikan
terhadap produktivitas padi.
Universitas Diponegoro
84 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH RENDAMAN MENERUS AIR ROB TERHADAP
KARAKTERISTIK CAMPURAN
HOT ROLLED SHEET-WEARING COURSE (HRS-WC)
Nahyo
ABSTRAK
Fenomena pasang surut air laut yang sering terjadi di daerah pesisir pantai Indonesia
mengakibatkan banjir, yang disebut dengan banjir rob. Banjir rob merupakan
fenomena meluapnya air laut ke daratan. Fenomena banjir rob dipengaruhi oleh pasang
surut air laut. Kota Semarang adalah salah satu kota di Indonesia yang berada di
daerah pesisir pantai. Sebagai kota yang berada di daerah pesisir pantai, permasalahan
banjir rob sering sekali melanda kota Semarang. Dampak yang ditimbulkan oleh
fenomena alam tersebut antara lain kerusakan infrastruktur jalan. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan akibat genangan
atau rendaman air rob terhadap perkerasan aspal.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh rendaman
menerus air rob terhadap karakteristik campuran Hot Rolled Sheet-Wearing Course
(HRS-WC). Karakteristik yang diukur adalah stabilitas, kelelehan, marshall quotient
(MQ), void in mix (VIM), dan void in mineral aggregate (VMA) dengan
menggunakan alat uji Marshall. Penelitian dilakukan dengan metode perendaman
menerus (continous). Perendaman menerus yang dilakukan yaitu dengan merendam
benda uji dalam air rob dengan variasi waktu 6 jam; 12 jam; 24 jam; 48 jam; dan 72
jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh akibat perendaman menerus
dalam air rob. Secara keseluruhan, semakin lama campuran aspal terendam dalam air
rob, akan berpengaruh pada peningkatan nilai VIM, VMA dan kelelehan, sedangkan
pada stabilitas dan MQ akan mengalami penurunan. Akibatnya campuran aspal akan
mengalami kehilangan durabilitas atau keawetan dengan bertambahnya waktu
perendaman dalam air rob.
Kata kunci: air rob, perendaman, stabilitas, kelelehan, MQ, VIM, VMA.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 85
PERMUKIMAN TRADISIONAL MASYARAKAT BAJO DITELUK BONE
DALAM PROSES ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
STUDI KASUS:DUSUN KAMBUNO, KABUPATEN LUWU
Rahmiyatal Munaja1
1Alumni Magister Manajemen Bencana, Sekolah Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada
Email:rahmiyatalmunaja@ymail.com
ABSTRAK
Penanggulangan bencana dalam UU.No. 24Tahun 2007 bertujuan untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dari ancamanbencana serta menghargai budaya
lokal. Strategi adaptasi perubahan iklim pada permukiman tradisional seharusnya
juga termasuk dalam aspek penanggulangan bencana tersebut.Tujuan kajian ini
adalah memaparkan proses perubahan permukiman Masyarakat Bajodi Kabupaten
Luwu sebagai tinjauan kasus adaptasi permukiman tradisional Bajo di Teluk Bone
terhadap bencana sebagai dampak perubahan iklim, pandangan masyarakat terhadap
perubahan tersebut, serta peran pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan
kelestarian entitas permukiman tradisional Masyarakat Bajo sebagai salah satu
khasanah budaya nusantara. Melalui pendekatan naturalistik dengan metode
campuran sebagai pengembangan dari penelitian sebelumnya yang terkait, terutama
penelitian tesis Adaptasi Permukiman Masyarakat Bajo terhadap Dampak Perubahan
Iklim di Dusun Kambuno, Kabupaten Luwu,kajian ini menghasilkan penalaran fakta
mengenai krisis kelestarian permukiman tradisional Masyarakat Bajo dalam proses
adaptasinya terhadap perubahan iklim yang terjadi di Teluk Bone.
Kampung Bajo di Dusun Kambuno merupakan salah satu kelompok hunian
Masyarakat Bajo yang tersebar di beberapa wilayah di TelukBone. Indikasi kenaikan
muka air laut dan perubahan musim di Teluk Bone serta sedimentasi tidalinlet secara
khusus pada wilayah penelitian telah menyebabkan perubahan wujud permukiman
Masyarakat Bajo ditinjau dari lokasi, wujud hunian, serta sarana dan prasarana.
Proses perubahanyang terjadi merupakan hasil intervensi pemerintah, hasil integrasi
budaya dengan masyarakat Bugis dan Luwu serta terjadi atas dasar kesadaran
masyarakat sendiri akibat kebutuhan ekonomi dan perubahan lingkungan yang
merupakan upaya adaptasi dampak perubahan iklim secara langsung dan tidak
langsung. Perubahan wujud permukiman yang telah cukup jauh meninggalkan
entitasnya, meskipun sebagian kecil masih bertahan dengan kualitas rendah tidak
menjadi suatu kekhawatiran bagi masyarakat akan hilangnya identitas mereka
sebagai Masyarakat Bajo. Peran pemerintah dan masyarakat dalam aktivitas adaptasi
perubahan iklim juga belum terkemas dengan baik sebagai suatu strategi adaptasi
perubahan iklim dalam aspek penanggulangan bencana sesuai dengan amanat UU.no
24 Tahun 2007. Kajian ini diharapkan dapat menjadi awalan bagi pengembangan
konkrit strategi adaptasi perubahan iklim pada permukiman tradisional Masyarakat
Bajo di wilayah Teluk Bone secara umum dalam rencana dan aksi penanggulangan
bencana.
Universitas Diponegoro
86 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
LEDI SEBAGAI BENTUK ADAPTASI DAN MITIGASI TERHADAP
PERUBAHAN IKLIM, KONSEP HEMAT ENERGI DAN
PENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI
(Studi Kasus di Kabupaten Bima – Provinsi NTB)
Muhammad Ahyar
ABSTRACT
Ledi is a way of cultivation in paddy rice cultivation using draft animals. In contrast to
the plow, ledi does not use the plow, but the hiring of a mob of cattle being herded
around the rice field soil to make the texture becomes soft and can be planted with
paddy well.
The issue of Climate Change and Energy Crisis is one of important environmental
issue discussed today. Various forms of activity continues to be explored and
developed in order to deal with climate change and the energy crisis. Ledi is expected
as a form of land management in rice cultivation which is an activity that can support
adaptation and mitigation to climate change and the energy crisis.
This study aims to: 1) Describe the "Ledi" as a form of adaptation and mitigation to
climate change; 2) Describe the concept of energy saving and improving the welfare of
farmers through the "Ledi".
The study was conducted using descriptive study by qualitative approach. Research
results indicate that ledi activities can be developed as a form of adaptation and
mitigation to the climate change, the concept of energy saving and can improve the
welfare of farmers.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 87
PERMODELAN INTRUSI AIR LAUT DENGAN INDIKATOR DISTRIBUSI
KLORIDA DALAM AIR TANAH AKUIFER TERTEKAN PADA JALUR
BARAT DI KOTA SEMARANG
Edy Suhartono1); Purwanto2); Suripin3)
1)
Staf Pengajar Polines, Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia;
2)
Staf Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia;
3)
Staf Pengajar Program Doktor Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
email : edymaryamah@gmail.com
Abstrak
Kondisi Kota Semarang Sebagai Salah Satu Kota besar di Indonesia yang posisinya
pada lahan pesisir merupakan wilayah yang berpotensi mengalami intrusi air laut pada
air tanah dan menjadi penting untuk diketahui. Hal ini karena berhubungan secara
langsung terhadap ketersediaan air bersih bagi penduduk dan kegiatannya. Sebagai
cadangan air bersih, air tanah di Kota Semarang terutama yang bersumber dari akuifer
tertekan atau Sumur Bor Dalam perlu dilestarikan fungsinya sehingga dapat
mendukung program pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan air
tanah pada Sumur Bor Dalam di Kota Semarang perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian yang optimum. Fokus dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan
mendeskripsikan kondisi intrusi air laut akibat proses transportasi massa Klorida
sebagai zat pencemar yang terlarut dalam air tanah di Kota Semarang.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik kuantitatif, dengan populasi dan
sampel berupa konsentrasi Klorida pada air tanah yang diambil dari 33 Sumur Bor
Dalam yang berlokasi di Kecamatan Semarang Barat, Semarang Utara, Semarang
Tengah, Semarang Timur, Semarang Selatan, Gajah Mungkur, Genuk, Gayamsari dan
Pedurungan. Metode pengolahan data menggunakan pendekatan persamaan adveksi-
difusi satu dimensi yang diolah dengan metode beda hingga dan pemrograman matlab
dengan didukung program ArcGis untuk menggambarkan kondisi intrusi air laut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi sekitar 3 km dari garis pantai ke arah
daratan, air tanahnya berpotensi memiliki kandungan konsentrasi Klorida yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa intrusi air laut terhadap air tanah telah terjadi di kawasan
pesisir Kota Semarang dengan luasan lahan yang terintrusi semakin meningkat seiring
dengan bertambahnya waktu. Gambaran dari intrusi untuk Jalur Barat dimodelkan
C 2C C
dalam bentuk persamaan 20 0, 064 2 0, 04 , dan memiliki error sebesar 28%
t x x
dari data riil. Selanjutnya prediksi intrusi ait laut pada Jalur Barat diprediksi sampai
dengan Tahun 2025 menunjukkan bahwa pertambahan konsentrasi Klorida tidak
terlalu besar.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah kondisi intrusi air laut pada jalur barat yang
meliputi Kecamatan Semarang Barat berpengaruh pada jarak sampai dengan 1,5 km
dari garis pantai.
Universitas Diponegoro
88 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
DAN KEBERLANJUTAN PENGHIDUPAN MASYARAKAT
(Studi Kasus di Kelurahan Tanjung Mas Kota Semarang)1
Rusmadi, Safrinal Sofaniadi,dan Anissa Delima Sari2
ABSTRAK
Kata Kunci: adaptasi perubahan iklim, nilai asset, dan keberlanjutan penghidupan
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 89
TINGKAT KEPEDULIAN MASYARAKAT
TERHADAP FENOMENA PEMANASAN GLOBAL
AKIBAT AKTIFITAS RUMAH TANGGA
(STUDI KASUS : KECAMATAN KOTA KENDAL KABUPATEN KENDAL)
Ervina Dwi Indrawati1, Hermawan2, Haryono Setyo Huboyo2
1
MahasiswaProgram Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
2
Dosen Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro
Email :vinayu_18@yahoo.com
ABSTRAK
Fenomena pemanasan global yang terjadi saat ini disebabkan meningkatnya jumlah
gas rumah kaca di udara yang dihasilkan secara alami maupun antropogenik akibat
dari berbagai aktifitas manusia seperti industri, transportasi maupun rumah
tangga.Aktifitas rumah tangga yang dilakukan sehari-hari seperti memasak dan
penggunaan peralatan elektronik secara tidak langsung menghasilkan emisi gas CO2
dan berdampak meningkatnya jumlah gas rumah kaca dikarenakan gas CO2
merupakan salah satu gas rumah kaca terbesar kedua setelah uap air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepedulian masyarakat terhadap
fenomena pemanasan global akibat aktifitas rumah tangga dengan studi kasus di
wilayah Kecamatan Kota Kendal Kabupaten Kendal.Metode penelitian dilakukan
dengan melalui kuesioner terhadap responden dengan menganalisis 3 (tiga) variabel
yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skoring pengetahuan masyarakat
terhadap fenomena pemanasan global adalah sebesar 42,81 dari skor maksimal 50 atau
85,63%. Untuk rata-rata skoring sikap adalah 26,89 dari skor maksimal 30 atau
89,63% dan rata-rata skoring tindakan adalah 27,90 dari skor maksimal 40 atau
69,75%. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap fenomena pemanasan global dapat dikategorikan sangat tinggi
dan implementasi dalam tindakan untuk mencegah atau mengurangi pemanasan global
kategori tinggi.Sehingga dapat disimpulkan tingkat kepedulian masyarakat terhadap
fenomena pemanasan global yang tercermin dalam tindakan/perilaku sudah baik
karena masuk kategori tinggi. Meskipun rata-rata perilaku dari tindakan sudah baik
karena masuk kategori tinggi, gaya hidup yang dicerminkan dari tindakan sehari-hari
masih perlu ditingkatkan sehingga benar-benar menunjukkan kepedulian mereka
terhadap fenomena pemanasan global.
Universitas Diponegoro
90 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
INDEKS KEBERLANJUTAN DIMENSI SOSIAL
PENGELOLAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)
DI KELURAHAN LANGKAPURA KECAMATAN LANGKAPURA
KOTA BANDAR LAMPUNG
Tri Mulyaningsih 1 *, Dwi P. Sasongko 2 dan Purwanto 2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
2
Staf pengajar Program Studi Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro, Semarang, Indonesia
*E-mail: foresterforforest@yahoo.com
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 91
PERUBAHAN PARADIGMA LINGKUNGAN EKONOMI BERDASAR
PERILAKU SOSIAL MASYARAKAT PERBATASAN
(KASUS DI KECAMATAN ENTIKONG KABUPATEN SANGGAU PROPINSI
KALIMANTAN BARAT)
Robby Irsan
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
92 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL PENYELESAIAN PERSELISIHAN PENCEMARAN UDARA
DARI EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
S. Sudalma1,2, P. Purwanto1,3, Langgeng Wahyu Santoso4
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 93
KAJIAN LINGKUNGAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH PEMUKIMAN
DENGAN KONSEP ZERO WASTE DI UPS BUMDES KABUPATEN CIREBON
Erna Lestianingrum1, Imam Santosa2, dan Moh. Husein Sastranegara3
1)
Program Studi Ilmu Lingkungan Program PascasarjanaUnsoed
2)
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsoed
3)
Fakultas Biologi Unsoed
ABSTRAK
Sampah dihasilkan dari kegiatan manusia dan dipandang sebagai barang tidak berguna.
Melalui konsep zero waste, sampah pemukiman dirubah menjadi barang bermanfaat
dan bernilai ekonomi di Unit Pengolahan Sampah Badan Usaha Milik Desa (UPS
Bumdes) Kabupaten Cirebon. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk 1) mengetahui
persepsi masyarakat dalam pengelolaan sampah, 2) mengetahui potensi nilai ekonomi
sampah, 3) mengetahui kualitas produk olahan sampah, 4) menganalisis hubungan
antara persepsi masyarakat, potensi nilai ekonomi, dan kualitas produk olahannya.
Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling di 10 titik, metode
analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persepsi masyarakat dalam mengelola sampah terbaik di titik I (94%) dan diikuti
sampai titik X (57%). Potensi ekonomi untuk produk kompos (63,11%), Refuse
Derived Fuel (26,78%), bahan recycling (6,73%) dan disposal (3,39%) cukup
prospektif di titik I (kompos=70%, RDF=22%, recycling=5%, disposal=3%) dan
diikuti sampai titik X (kompos=67%, RDF=22%, recycling=7%, disposal=4%).
Kualitas produk olahan sampah yang dihasilkan sesuai standar SNI dan RDF memiliki
nilai kalor yang memenuhi standar bahan bakar alternatif industri, di titik I
(C=25,49%, GHV=3.936 kkal/kg) dan diikuti sampai titik X (C=27,04%, GHV=3.405
kkal/kg). Secara umum, pengelolaan sampah yang baik cenderung menghasilkan
produk yang bermanfaat, potensi ekonomi berkembang, dan persepsi masyarakat
semakin baik sebagaimana kecenderungan yang dimulai dari titik I.
Kata Kunci: Kajian lingkungan, persepsi masyarakat, nilai ekonomi, kualitas produk
olahan sampah
Universitas Diponegoro
94 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL MANAJEMEN DAS TERPADU:
BELAJAR DARI PENGELOLAAN DAS CIDANAU, PROVINSI BANTEN
(INTEGRATED WATERSHED MANAGEMENT MODEL:
LEARNING FROM CIDANAU WATERSHED MANAGEMENT, BANTEN
PROVINCE)
Tri Sulistyati Widyaningsih 1), Dian Diniyati 2), dan Eva Fauziyah 3)
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 95
ANALISIS EKONOMI LINGKUNGAN PENGGUNAAN PESTISIDA
DI KALANGAN PETANI KENTANG SKALA-KECIL DI DATARAN TINGGI
DIENG
Evi Irawan
ABSTRACT
Empirical studies of pesticide productivity have often concluded that the value of
marginal product of pesticide exceeds marginal factor costs despite the contribution of
damage control agents, such as pesticides, to production differs fundamentally from
that of standard inputs (lands, labor or capital). This article presents estimates of
pesticide productivity derived from a damage control production function. Four
production function specifications were developed generally comparing a conventional
approach with several damage control specifications, i.e. to compare the conventional
Cobb-Douglas with three alternative damage abatement functions, namely exponential,
logistic and Weibull. The primary data are collected from 60 potato farmers in Dieng
Plateau selected randomly in 2012. Production inputs and potato yields were collected
on a recall basis of the interviewee using the foregoing season as a reference point.
Results show that that for the abatement function, all specifications gave a satisfactory
fit with statistically significant coefficients. Results also showed a positive effect of
pesticides on yield. When comparing the conventional Cobb-Douglas with the damage
control approach, the Cobb-Douglas specification yields larger estimate of pesticide
productivity as compared to the damage control specification. Hence, results support
the hypothesis of pesticide overuse in potato cultivation. This analysis of pesticide
productivity in potato provides important information to policy makers who are
challenged to improve pesticides policy as a component of other agri-
environmental policies. Since the contribution of pesticides to productivity is
lower than previously assumed more emphasis can be given to public concerns of
chemical pesticide residues and ecological damage.
Universitas Diponegoro
96 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MODEL REKAYASA SOSIALBERBASIS WISATA BUDAYA MENUJU
KAWASAN PERKOTAAN BARU YANG BERKELANJUTAN
(Studi Kasus: Pengembangan MasyarakatDesa Wisata Kandri
Sebagai Implikasi Pembangunan Waduk Jatibarang KotaSemarang)
Hadi Wahyono, PM. Broto Sunaryo, dan Mardwi Rahdriawan
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 97
KERAGAMAN BERBAGAI VARIETAS SORGUM
PADA LINGKUNGAN TANAH BERBEDA
1
Puji Harsono dan 2Sri Sugiyarti
1
Dosen Program Pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,
Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, pharsono_skh@yahoo.com
2
Guru SMPN 4 Kabupaten Sukoharjo, srisugiyarti_62@yahoo.com
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
98 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGARUH PERLAKUAN ULTRASONIK-SOKHLET DAN FREEZER-
SOKHLET TERHADAP HASIL EKSTRAKSI MINYAK DARI MIKROALGA
SCENEDESMUS SP.
Nida Sopiah1), dan Febrizal Ahmad Syah2)
1)
Balai Teknologi Lingkungan BPPT
2) Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email : nidasofiah@gmail.com
ABSTRAK
Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang dapat menggantikan peran
minyak bumi. Saat ini Biodisel adalah salah satu energi alternatif yang sampai saat ini
masih dalam pengembangan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah
berasal dari bahan terbarukan, mudah terurai (biodegradable) dan ramah lingkungan.
Proses produksi biodiesel yang dikembangkan saat ini, umumnya dibuat dari minyak
nabati yaitu minyak kedelai, canola oil, rapessed oil, crude palm oil, jatropha dan
mikroalge.Mikroalgae di diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bahan baku
pembuatan biodisel karena memiliki laju pertumbuhan yang tinggi dan sebagian besar
mikroalgae mempunyai kandungan minyak nabati yang tinggi,. Pada penelitian ini
mikroalgae yang digunakan adalah Scenedesmus sp sebagai agensia biologi pada
proses pengolahan limbah emisi gas karbondioksida dari cerobong asap yang dialirkan
pada fotobioreaktor Ekstraksi minyak dari scenedesmus sp. dilakukan dengan
perlakuan menggunakan dua cara yaitu ekstraksi dengan Ultrasonik-Sokhlet dan
ekstraksi dengan Freezer-Sokhlet Perlakuan dengan metode ultrasonik- sokhletasi
didapatkan persentasi lemak kasar yaitu 5,49% dan sokhletasi-freezer sebesar 4,33 %
sedangkan ekstraksi hanya dengan sokhletasi (kontrol) sebesar 4,25%. Berdasarkan uji
GC-MS diperoleh senyawa yang dominan pada ekstrak minyak scenedesmus sp. yaitu
metil oleat, metil palmitat, metil linoleat dan metil stearat.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 99
TIMBULAN SAMPAH B3 RT BERDASARKAN STRATA EKONOMI
DI KOTA SEMARANG
Elanda Fikri , P.Purwanto1,3), Henna Rya Sunoko1,4)
1,2)
1
Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
2
RSUP Dr. Kariadi, Semarang-Indonesia
3
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang-
Indonesia
4
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia
Email: elandafikri@yahoo.com
ABSTRAK
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tidak hanya dihasilkan dari sektor industri. Tetapi
kenyataannya, aktifitas rumah tangga juga menjadi salah satu sumber penghasil
sampah B3. Sehingga diperlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan dampak
terhadap lingkungan. Salah satu aspek penting dalam strategi pengelolaannya adalah
dengan mengetahui timbulan sampah B3 RT tersebut.
Metode yang digunakan dalam menghitung timbulan sampah B3 RT adalah mengacu
pada SNI 19-3694-1994 yang dihitung berdasarkan berat dan volume. Sedangkan
pengambilan sampel dilakukan di 4 kecamatan Kota Semarang (Kec. Pedurungan,
Kec. Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara dan Kecamatan Banyumanik).
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 400 KK yang dihitung
berdasarkan proporsi dari formula Slovin. Analisis data menggunakan uji statistik
Analisis of Varians (ANOVA) dengan (α = 0,05)
Timbulan sampah B3 RT di Kota Semarang adalah 0,01 kg/orang/hari dan 0,06
l/orang/hari. Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan timbulan sampah B3
RT berdasarkan strata ekonomi (atas, menengah, bawah) di Kota Semarang dengan
nilai (p-value:0,001) dan (p-value:0,015). Tingkat pendapatan dan life style merupakan
faktor yang turut berpengaruh terhadap timbulan sampah B3 RT ditinjau berdasarkan
aspek strata ekonomi di Kota Semarang.
Universitas Diponegoro
100 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
SIDIK PURYANTO,2014. SANITATION AND ENVIRONMNET IN SARANG
DISTRICT REMBANG COUNTY (BEHAVE HEALTY DEVELOPMENT AND
FRIENDLY ENVIRONMENT IN THE SEASIDE AT SARANG DISTRICT
REMBANG COUNTY)
Sidik Puryanto
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 101
KOMPARASI PENGUJIAN COLIFORM
UNTUK PEMANTAUAN KUALITAS LINGKUNGAN ASPEK
MIKROBIOLOGI
Novarina Irnaning Handayani
ABSTRAK
Dalam pemantauan kualitas air limbah, air sumur, air sungai, dan air laut,
mensyaratkan aspek mikrobiologi melalui parameter total coliform sebagai indikator
pencemaran lingkungan. Satuan yang disyaratkan untuk parameter tersebut adalah
MPN/100 ml sehingga metode yang digunakan adalah metode semi kuantitatif Most
Probable Number (MPN) menggunakan 5 tabung menurut Standard Methode dengan
tahapan uji pendugaan dilanjutkan uji penegasan dengan memerlukan waktu analisis
minimal 4 hari. Pada saat ini terdapat media spesifik bersifat kuantitatif yang memiliki
waktu inkubasi hanya 24 jam, Salah satunya adalah petrifilm 3M. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tingkat kesamaan hasil analisis antara MPN 5 tabung dan
media spesifik Petrifilm 3M. Sampel yang diuji adalah air limbah, air sumur, air
sungai, dan air laut sesuai dengan persyaratan dalam tolok ukur/baku mutu. Hasil
analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara hasil analisa dengan
metode MPN 5 tabung dan media spesifik Petrifilm 3M. Pemakaian metode MPN
memiliki hasil yang lebih kecil dibanding Petrifilm 3M, kecuali untuk sampel yang
tidak mengandung coliform. Media spesifik cenderung lebih sensitif terhadap
kehadiran coliform dan memiliki waktu pengerjaan lebih cepat sehingga hasilnya lebih
cepat diketahui. Walaupun memiliki beberapa keunggulan, namun penggunaan media
spesifik tidak dapat dilakukan untuk analisa untuk baku mutu yang mensyaratkan
MPN/100 ml. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam penentuan
satuan dalam pembuatan baku mutu lingkungan.
Kata kunci : coliform, MPN, Petrifilm
Universitas Diponegoro
102 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KAJIAN DAMPAK TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST)
TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DAN PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN TPST DI KOTA TEGAL
Irwan Susianto1, Dr. Ir. H. Achmad Iqbal, M.Si2, Dr. Bambang Tri Harsanto, M.Si3
1
Mahasiswa Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana,
Universitas Jenderal Soedirman,
email: irwan_susianto@yahoo.com
2
Dosen Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
3
Dosen Administrasi Negara, Fisip, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Sampah merupakan bahan yang terbuang atau dibuang dari aktivitas manusia maupun
proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Timbulan sampah yang
semakin meningkat akan mengurangi ruang dan menggangu aktivitas manusia.
Keberadaan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) diharapkan dapat mengurangi
jumlah sampah yang akan dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Peran dan
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat diharapkan. Persepsi
masyarakat sangat berpengaruh terhadap keberadaan dan keberlanjutan TPST di
wilayah tempat tinggalnya. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan berat sampah
total dan berat sampah berdasarkan jenisnya (kg/hari) yang masuk ke TPST Melati
Jaya; mengetahui kualitas kompos yang dihasilkan TPST ditinjau dari parameter fisik
dan kimiawi; mengetahui kualitas air sumur gali penduduk di sekitar TPST ditinjau
dari parameter fisik, kimiawi, dan mikrobiologi; serta mengetahui persepsi masyarakat
terhadap keberadaan TPST di Kota Tegal. Penelitian menggunakan metode survei
(Februari-Juni 2013). Teknik pengambilan sampel sampah dan kompos adalah random
sampling, sampel air dan mikrobiologi pada lima stasiun adalah purposive sampling,
serta responden adalah proportional random sampling sejumlah 83 orang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa jenis sampah yang masuk ke TPST Melati Jaya yaitu
rumput, kertas, plastik, kayu, kaca, dan besi/seng. Kualitas kompos yang dihasilkan
TPST Melati Jaya belum memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun 2011. Keberadaan TPST
Melati Jaya berpengaruh terhadap kualitas air, terutama parameter TSS, BOD5, besi,
mangan, nitrit, Fecal Coliform, dan total Coliform. Masyarakat kota Tegal memiliki
persepsi yang cukup positif terhadap keberadaan TPST Melati Jaya, meskipun
sebagian masyarakat berpendapat bahwa keberadaan TPST tidak perlu dilanjutkan dan
harus dipindah ditempat yang jauh dari pemukiman.
Kata kunci: sampah, kompos, kualitas air, persepsi masyarakat, dan TPST di Kota
Tegal
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 103
WASTE MANAGEMENT IN FAST FOOD RESTAURANTS IN SEMARANG:
CASE STUDY OF KENTUCKY FRIED CHICKEN AND PIZZA HUT
Abdulfatah Alfagi Almaghriby
ABSTRACT
Humans have always produce waste and disposed it in some way, so waste
management is not a new issue. What has changed are the types and amounts of waste
produced, the methods of disposal, and the human values and perceptions of what
should be done with it. Over the past few decades, People have become increasingly
concerned about not only the management and disposal of waste but also the difficulty
of balancing the benefits of a healthy environment with the economic costs to
achieving those benefits.Conflict often arises over what disposal methods should be
used, whether costs of certain disposal methods outweigh benefits (or vice versa), and
who should bear the economic burden. The goal of the research is to clarify the
importance of waste management to keep our environment and also to improve human
behavior in dealing with waste generated by fast-food restaurants such as KFC and
Pizza Hut. This study was conducted in Semarang city- Indonesia (September 2014).
Samples were collected through guided interviews using the snowball method, and the
answers were vary from person to person according to their understanding.
Universitas Diponegoro
104 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
EVALUASI PELAYANAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN
PERMUKIMAN KECAMATAN PANDEGLANG DENGAN TEMPAT
PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU MODEL MRF
Andrian Wisudawan1, Syafrudin2,Hadiyanto3
1
Program Studi Ilmu Lingkungan Pascasarjana Universitas Diponegoro
2
Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
3
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
E-mail : wisudawan33@gmail.com
ABSTRAK
Sampah telah menjadi isu dalam rangka pembangunan khususnya di daerah, hal ini
karena sampah belum ditangani secara holistik. Saat ini sampah ditangani oleh
Pemerintah Daerah dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Sehingga
penangaanan sampah tidak dapat optimal dilakukan. apabila dibiarkan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan dimasa yang akan datang. Penduduk Kecamatan
Pandeglang berdasarkan data Badan Pusat Stastistik tahun (2012) berjumlah 41.565
jiwa menjadi salah satu kecamatan dengan penduduk yang terpadat di Kabupaten
Pandeglang. Kepadatan penduduk wilayah ini juga berdampak pada keberadaan
kawasan permukiman baik yang teratur maupun yang tidak teratur karena dengan
penambahan jumlah penduduk menimbulkan masalah dalam sanitasi dengan salah
satunya dalam pengelolaan sampah permukiman.
Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) merupakan salah satu
alternatif dalam peningkatan pengolahan sampah di permukiman dengan melibatkan
masyarakat sebagai pengelola TPST. Untuk tahap awal pembangunan TPST dapat
difokuskan di 4 kelurahan yang ada di ibukota kabupaten. Pembangunan TPST dengan
mempertimbangkan pertumbuhan permukiman yang semakin meningkat.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 105
PENGELOLAAN SAMPAH MANDIRI OLEH RUKUN WARGA
DI KOTA YOGYAKARTA
Iswanjana 1, Syafrudin 2,Tukiman Taruna 3
1
Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP,
2
Unicef Perwakilan Jawa Tengah,
3
Staf Edukatif Fakultas Teknik Lingkungan UNDIP
Irfan.iswan.73@gmail.com
ABSTRAK
Universitas Diponegoro
106 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGELOLAAN BANK SAMPAH
KELOMPOK PEDULI LINGKUNGAN (SERASI)
KELURAHAN SIDOMULYO, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG
Yusa Eko Saputro1, Kismartini2, Syafrudin2
1
Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan UNDIP
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang
3
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
yusaekos@yahoo.co.id
ABSTRAK
Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk
mengajak masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah akhirnya ditemukan
salah satu solusi inovatif untuk “memaksa” masyarakat untuk memilah sampah.
Dengan menyamakan sampah secara uang atau barang berharga yang dapat ditabung,
masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya
sehingga mereka mau memilah sampah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengelolaan Bank Sampah Kelompok Peduli Lingkungan Serasi (KPLS), Sidomulyo
Kabupaten Semarang. Bank Sampah KPLS sendiri telah berdiri dan beroperasi sejak
tahun 2012 berdasarkan Surat Keputusan Lurah Sidomulyo No.411.2/50/2012 tentang
Penetapan Susunan Pengurus Bank Sampah KPLS Kelurahan Sidomulyo Kabupaten
Semarang. Data dikumpulkan dengan cara observasi di lapangan, serta melakukan
wawancara dengan pengurus bank sampah, pemerintah setempat serta tokoh
masyarakat setempat. Analisis dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 107
DAMPAK PENERAPAN WANAMINA DALAM BUDIDAYA TERHADAP
KESEHATAN LINGKUNGAN PERAIRAN DALAM TAMBAK
Rini Budihastuti
ABSTRAK
Pengelolaan budidaya tambak wanamina membutuhkan informasi lebih lanjut
terkait dampaknya terhadap kesehatan perairan tambak. Oleh karena itu, diperlukan
kajian yang memberikan gambaran mengenai berbagai manfaat wanamina bagi
lingkungan, khususnya perairan tambak yang mengintegrasikan mangrove seperti
Avicennia marina dan Rhizophora mucronata. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
dampak dampak penerapan wanamina dalam budidaya terhadap kesehatan
lingkungan perairan dalam tambak. Penelitian ini dilaksanakan pada tambak
wanamina di wilayah pesisir Kecamatan Tugu, Kota Semarang. Pengambilan sampel
air dilakukan pada kolam tambak wanamina yang mengintegrasikan Avicennia marina
dan Rhizophora mucronata. Jumlah sampel yang diambil dari masing-masing kolam
sebanyak 6 titik untuk kemudian dianalisa di laboratorium untuk keperluan
identifikasi. Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa terdapat 10 jenis plankton
ditemukan pada tambak Avicennia marina dan 11 jenis plankton pada tambak
Rhizophora mucronata. Dari seluruh jenis plankton yang teridentifikasi, hanya
terdapat 2 jenis yang ditemukan pada kedua lokasi, yaitu Diatoma sp. dan Navicula
sp. Terdapat jenis plankton dominan yang ditemukan pada kedua lokasi, yaitu
zooplankton dari jenis Beroe fonaculii pada tambak Avicennia marina dan
fitoplankton jenis Oscilatoria sp. pada tambak Rhizophora mucronata. Analisis
terhadap keanekaragaman jenis menunjukkan indeks sebesar 1,559 dan 1,128 masing-
masing pada tambak Avicennia marina dan Rhizophora mucronata yang menunjukkan
bahwa keanekaragaman jenis plankton pada kedua kolam termasuk dalam kategori
sedang. Ini berarti bahwa kondisi perairan pada kedua kolam relatif baik. Sedangkan
analisis keseragaman jenis menunjukkan indeks sebesar 0,677 dan 0,470 pada
masing-masing kolam tambak yang menunjukkan bahwa keseragaman jenis plankton
pada kolam Avicennia marina tergolong tinggi, sedangkan pada kolam Rhizophora
mucronata tergolong sedang.
Universitas Diponegoro
108 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PEMETAAN TINGKAT RISIKO BANJIR LAHAR
DI SUB DAS KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH
Rosalina Kumalawati1, Junun Sartohadi2, Norma Yuni Kartika3, Seftiawan S Rijal4
1
Program Studi Pendidikan Geografi, FKIP Jurusan Pendidikan IPS, UNLAM
2
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
3
Kandidat Doktor Studi Kependudukan, Universitas Gadjah Mada
4
Kandidat Master Penginderaan Jauh Fakultas Geografi UGM Yogyakarta
Email: 1rosalinaunlam@gmail.com
ABSTRAK
Dampak Bencana Alam banjir lahar terhadap aspek fisik telah banyak di angkat,
dampak terhadap aspek sosial ekonomi belum banyak di teliti. Penelitian bertujuan
untuk menyusun kelas risiko lahar, mengetahui persepsi masyarakat terhadap risiko
lahar, dan melakukan valuasi ekonomi dampak kerusakan akibat lahar di daerah
penelitian.
Pemilihan daerah penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Unit analisis
seluruh desa di kecamatan sepanjang Kali Putih. Setiap desa di wakili 2-4 responden
untuk wawancara. Penentuan sampel responden dilakukan menggunakan teknik
random sampling dengan sistem undian. Teknik statistik korelasi di gunakan untuk
analisis hubungan persepsi masyarakat terhadap risiko lahar.
Hasil penelitian menunjukkan daerah penelitian mempunyai area yang tidak berisiko
sebesar 76.93%, risiko rendah 7.78 %, risiko sedang 8.38% dan risiko tinggi 6.91%
dari seluruh daerah penelitian. Jumoyo, Seloboro, Sirahan dan Blongkeng mempunyai
risiko tinggi. Persepsi masyarakat berpengaruh pada risiko lahar walaupun nilai “r”
kecil yaitu 0,557 (korelasi sedang). Hasil perhitungan ekonomi menunjukkan jumlah
kerugian karena lahar untuk rumah permanen bervariasi tergantung besar kecilnya
kerusakan. Prioritas penanganan untuk mengurangi risiko lahar lebih ditekankan pada
mitigasi dan adaptasi.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 109
STRUKTURASI SHELTERS BENCANA GUNUNG MERAPI
Muhammad Hayat
ABSTRAK
Letusan gunung merapi pada akhir Oktober tahun 2011 mengakibatkan ribuan orang
kehilangan tempat tinggalnya. Mereka mengungsi di banyak tempat yang tersebar di
beberapa kabupaten baik di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Propinsi
Jawa Tengah. Penelitian dilakukan di shelters yang dibangun oleh LSM ACT. Shelters
tersebut didirikan oleh LSM ACT dengan bantuan beberapa founding (penyandang
dana). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strukturasi yang terjadi di dalam
shelters. Strukturasi berkaitan dengan proses menjadi sebuah struktur baru yang
melibatkan aktor-aktor yang bergerak dinamis untuk melakukan siasat, tawar
menawar, menawarkan nilai mereka, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, ada ruang
atau arena berkontestasi yang terbuka lebar di dalam sebuah masyarakat yang belum
mempunyai struktur yang mapan.
Wawancara dengan penghuni shelters menjadi data primer bagi penelitian ini. Peneliti
mencoba masuk ke ruang penelitian dengan metode fenomenologi, sehingga
kemampuan membangun kedekatan dengan informan menjadi hal yang urgent
dilakukan oleh peneliti. Untuk keperluan penggalian data, tinggal bersama penghuni
shelters adalah tindakan yang harus dilakukan oleh peneliti sehingga narasi alamiah
kemungkinan bisa diperoleh. Cara tersebut juga memudahkan peneliti saat harus
wawancara yang sifatnya mendalam (depth interview). Selain itu pekerjaan observasi
menjadi lebih ringan, karena memungkinkan peneliti mendapatkan hal-hal yang
bersifat lebih detil. Kelengkapan interview guide juga menjadi alat yang harus peneliti
persiapkan. Data pendukung lain peneliti gali dari wawancara dengan pemerintah,
swasta maupun lembaga swadaya masyarakat.
Hasil penelitian menunjukkan, LSM ACT melalui aktor-aktornya mencoba
menawarkan nilai-nilai yang mereka kembangkan selama ini. LSM yang berafiliasi
dengan Partai Keadilan Sejahtera tersebut mencoba mendistribusikan pemahaman-
pemahaman ideologis yang selama ini menjadi magma tindakan mereka. Pengungsi
yang tinggal di shelters tersebut tidak sepenuhnya mengikuti pola yang ditawarkan
oleh LSM ACT. Ada ruang menafsir yang secara otonom dimiliki oleh pengungsi, hal
tersebut tidak bisa dilepaskan dari value (nilai) yang mereka miliki cukup berbeda.
Selain itu sporadisasi pengungsi yang dinamis, menjadikan shelters seringkali hanya
pahami sebagai tempat tinggal sementara. Pengungsi lebih banyak bergerak di luar
shelters. Dalam tafsir sosiologis, kondisi tersebut mengindikasikan jika masing-masing
altor adalah thing yang masih cukup otonom.
Universitas Diponegoro
110 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MIKROZONASI SEISMIK UNTUK KOTA CILACAP
Sulastri1, 2, Pupung Susilanto2, Bambang Sunardi2
1
Program Studi S2 Geografi, Fakultas Geografi, UGM
2
Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG
ABSTRAK
Kota Cilacap merupakan kota yang rawan terhadap ancaman berbagai macam bencana
alam, salah satunya adalah gempabumi. Telah dilakukan mikrozonasi seismik untuk
Kota Cilacap, sebagai salah satu upaya mitigasi terhadap bencana gempabumi.
Berdasarkan peta zonasi gempabumi Indonesia, percepatan tanah puncak pada batuan
dasar di Kota Cilacap adalah 0.5 g, untuk probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun.
Telah dilakukan pengukuran kecepatan gelombang geser pada kedalaman 30 meter
(Vs30) untuk kota Cilacap pada tahun 2012. Nilai dari Vs30 hasil pengukuran berkisar
153 – 355. Faktor amplifikasi dihitung berdasarkan kriteria ASCE 7-10. Faktor
amplifikasi untuk daerah ini didapatkan antara 0.9 dan 1.0. Percepatan tanah puncak di
permukaan tanah yang didapatkan berkisar 0.45 – 0.5 g, atau sekitar 441 – 490
cm/sec2. Berdasarkan skala intensitas gempabumi MSK-64, intensitas maksimum
untuk gempabumi yang kemungkinan bisa terjadi di Kota Cilacap adalah pada skala X.
Kemungkinan bencana yang bisa terjadi pada skala X ini adalah hancurnya sebagian
besar gedung, dan retakan di tanah sampai selebar 1 meter.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 111
DIRECTION MOVEMENTAVALANCHESIN THE SLOPE AREAWITH A
CASE STUDY IN SEMARANG TRANGKIL HOUSING
Etty E. Listiati
ABSTRACT
Semarang is a city that has a beautiful urban landscape, because it is divided into two
regions namely Semarang lower land and higher. Each of these areas has their own
problems. While in the rainy season, the higher land has landslides problem and the
lower land has flood problem.
The study of Direction Movement Avalanches In The Slope Area with a case
study in Semarang Trangkil Housing was introduced to see the direction of
movement of a landslide that occurred in the housing areas. Given at the time of heavy
rains, fairly severe landslides occurred in the housing and collapsing a lot of houses.
This research is a qualitative descriptive analysis. Data obtained by means of
measurements and observations and interviews with residents. The results were
analyzed descriptively.
The results showed that the direction of the movement of an avalanche heading
towards the river and a reduction of land that is not followed by a relatively long
bridge construction, so the water in quite heavy rain will flow from the top to the
bottom and permeated the clay to easily absorbs water. The water causes the load of
soil is too large enough so that the area become landslide.
Given this research, it is expected that the community have more understanding about
how to plan residential area appropriately, particularly in the slope area.
Universitas Diponegoro
112 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
APLIKASI SIG UNTUK MENENTUKAN VARIASI TINGKAT BAHAYA
BANJIR PADA LINGKUNGAN PERMUKIMAN DI KOTA TEGAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui tingkat bahaya banjir di Kota Tegal, (2)
Mengetahui sebaran lokasi permukiman penduduk yang terkena bahaya banjir di Kota
Tegal, (3) Mengetahui faktor pendorong penduduk tinggal di permukiman daerah
bahaya banjir. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi, wawancara
dan kuisioner. Metode analisis data menggunakan metode tumpang susun (overlay),
pengharkatan (scoring) dan deskriptif persentase. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diketahui tiga kelas tingkat bahaya banjir di Kota Tegal kelas bahaya
rendah memilki luas 397,709 Ha, bahaya sedang 3.162,017 Ha, bahaya tinggi 352,576
Ha, sedangkan permukiman penduduk daerah bahaya banjir sedang di Kota Tegal
seluas 1194,626 Ha atau 30,54% dari luas keseluruhan. Faktor yang sangat mendorong
penduduk tinggal di daerah bahaya banjir ialah faktor status tanah hak milik dan jenis
rumah permanen, sedangkan faktor yang kurang mendorong ialah tingkat kebersihan
lingkungan yang kurang bersih.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 113
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRANSFORMATIF
DALAM PENGELOLAAN MITIGASI BENCANA
Pudjo Suharso dan Sukidin
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bencana alam. Kekeringan, banjir, tanah
longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gunung meletus, tsunami,kebakaran hutan,
merupakan “kekayaan” bencana alam yang setiap kali dialami negeri yang indah ini.
Begitu banyak dan ragam bencana alam di Indonesia, sebagian ilmuwan mengatakan
bahwa Indonesia merupakan “laboratorium” bencana, sementara masyarakat lebih
suka menyebut “supermarket” bencana. Realitas bencana alam di negeri ini adalah
keniscayaan. Dalam paradigm lama penanganan bencana alam, kebijakan yang diambil
lebih focus pada rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Namun dalam paradigm
baru, penanganan bencana lebih difokuskan pada upaya preventif. Di sini pengelolaan
mitigasi bencana menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
praktik-praktik pengelolaan mitigasi bencana di berbagai daerah bencana yang
melibatkan partisipasi masyarakat dengan melaksanakan pendidikan transformative
yang dilakukan oleh berbagai pihak, baik itu masyarakat sendiri maupun pemerintah.
Selain itu juga untuk mengetahui dan mendeskripsikan perbedaan respon masyarakat
terhadap implementasi pendidikan transformative dalam pengelolaan mitigasi bencana
dan menghadapi bencana itu sendiri. Metode yang dipergunakan lebih menekankan
konstruktivistik dengan mengacu pada pendekatan kualitatif. Hasilnya tidak semua
masyarakat di daerah bencana mempunyai respon yang sama terhadap pendidikan
transformative dalam pengelolaan mitigasi bencana. Masyarakat mensikapi bencana
alam sebagai suatu “takdir” yang harus diterima dengan ikhlas. Implementasi
pendidikan transformative pengelolaan bencana alam masih kurang efektif karena
tidak berbasis pada struktur pembelajaran yang sistematis. Rekomendasi yang
diberikan adalah perlunya pembelajaran pengelolaan mitigasi bencana yang sistematis
sebagai upaya preventif secara dini melalui pendidikan transformative dengan
kurikulum kebencanaan yang memadai.
Universitas Diponegoro
114 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
PENGENDALIAN EROSI DAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN
MODEL HUTAN RAKYAT AGROFORESTRY MANGLID
DAN TANAMAN PANGAN
Wuri Handayani
BalaiPenelitianTeknologi Agroforestry
Jl. Raya CiamisBanjarKm4.,Ciamis.
Email: wurihandayani2004@yahoo.com
ABSTRACT
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 115
STUDY ON APPROPRIATENESS OF THE EVACUATION ROUTE PLAN
AND DISASTER LOGISTIC OF KERINCI-BUNGO, JAMBI PROVINCE
AdityaPandu Wicaksono12, Riswanda Daniswara2, Didik Raharyono3
1
Environmental Engineering Study Program of UPN Veteran Yogyakarta
2
Disaster Research and Management of UPN Veteran Yogyakarta
3
Java Carnivore Care Community
ABSTRACT
Jambi province is a prone area of volcanic, earthquake, floods, and tsunami disaster.
Therefore, a suitable and appropriate disaster management is important. Kerinci
regency is a prone area of earthquake and volcanic disaster. Its position which far from
Trans Sumatra Route makes Bungo regency, as the nearest area is an important area
for evacuation route and as logistic centre. The placement of it must be followed with
evacuation corridor of Kerinci-Bungo regency. This plan is expected to reduce the risk
of casualties when disaster is occurred. The assessment and study are needed because
it passes National Park of Kerinci. According to regulation of Ministry of Forestry:
number P.56 /Menhut II/ 2006 on National Park Zoning Guidelines, evacuation route
and logistic center are expected to be used as utilization zone in national park, which
of course harmless for its environment.
From the study, it was found that; (1) Bungo regency is a suitable place to be
developed as alternative of logistic centre by considering its position and its
environmental condition. (2) Based on the study, the most suitable evacuation route
will be located on Limbur Lubuk Mengkuang district in Bungo regency and will be
connected to Siluak Mukai districk in Kerinci regency, Jambi. (3) Land clearing for
evacuation route will not harm any flora and fauna because there is no endangered
species in that place. (4) Policy on developing alternative of logistic centre has great
impact on increasing the development in Bungo, although big investment is needed
there.
To make it successful, (1) A strict and firm rules and strategy for conserving the land
are needed, especially related to the violation around evacuation route, (2)
Development plan in Bungo and its surroundings must not separated from the nature
on order to maintain social economic resilience, therefore its expected to be a model
for the other area in context of sustainable development, (3) Further research related to
the evacuation route in Kerinci regency that connects planned evacuation route in
Bungo is needed, (4) New evacuation route must be followed by respective
development plan as a natural, educational, and diversity tourism and research as a
step to conserve the national park, (5) Disaster Management Plan in Bungo is needed,
hence the position of evacuation route and alternative of logistic centre for the
earthquake and volcanic disaster has clear status in its planning. Besides that, it is
expected that headquarters will cash the budget by establishing the development plan
as a strategic plan of BNPB (Local Agency for Disaster Management).
Universitas Diponegoro
116 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
MANAGING KARST AREA IN DISASTER MANAGEMENT PERSPECTIVE
ET Paripurno1, Sunu Widjanarko2, Petrasa Wacana2, Irfanianto2, Abe Rodhialfalah2,
Thomas Suryono2, Fredy Chandra2, Imron Fauzi3, Gunritno4, Ming-Ming Lukiarti4
ABSTRACT
Groundwater basin (CAT) of Watuputih which is the part of Kendeng KARST Area in
Rembang regency is 2555.1 acres water saving area. Nowadays, Groundwater basin
(CAT) of Watuputih is a place that has some many springs. The risks of vulnerable
and dangerous components can be learned through the development, mining, and
cement factory building in Tegaldowo, Rembang regency. Those activities will
contribute negatively to the cave, underground river, and springs which are spread in
the area of CAT Watuputih as perennial springs. CAT Watuputih is the stream of three
great rivers in Central Java, which are Solo river, Lusiriver, and Tuyuhan river.
Ecological damage will directly and indirectly risks those three watersheds.
The root of problem is the strategy and practice on management that is applied in
KARST area was not based on KARST and water conservation management.
Degradation level can be reduced if all parts do the strategic transformation and
practical management on it based on social, biotic, and physic aspects, in form of (1)
more sensitive planning on the water and KARST, (2) decreasing the level of regional
dependency on mining, (3) understanding the meaning of „‟unsustainable mining‟‟, (4)
Utilizing better spatial aspect.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 117
PRAKTIK PENGURANGAN RISIKO BENCANA HIDROMETEOROLOGIS
Masyarakat Sikep Samin, Kabupaten Pati, JawaTengah
EkoTeguh Paripurno12,Arif Rianto Budi Nugroho12,Aditya PanduWicaksono13
ABSTRAK
Komunitas Sikep Samin adalah masyarakat adat yang sehari-hari disebut masyarakat
Samin atau Masyarakat Sikep. Komunitas tersebut hanya melakukan kegiatan
pencukupak kehidupannya dengan berani dan berternak. Komunitas Samin konsisten
melakukan kegiatan pertanian tiga kali menanam padi dalam setahun, atau dua kali
dengan disisipi menanam palawija. Pola tanam mengikuti kebutuhan petani, atau
disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Namun demikian pada dasarnya pola ini sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air. Menanam dalam kondisi air sedikit sangat berbeda
dengan pada kondisi air berlimpah.
Kajian meninjukkan iklim regional menunjukkan musim kering (E). Kondisi ini sangat
diengeruhi oleh perubahan iklim yang akhirnya merubah tingkat produksi. Di sini
komunitas Sikep Samin terlihat mampu beradaptasi dengan petani pada umumnya.
Komunitas ini sangat konsisten melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim bila dibanding para petani pada umumnya.
Dalam mensikapi perubahan iklim, Komunitas Sikep peduli, menjaga dan
melestarikan keseimbangan alam secara sadar. Ini berarti komunitas memahami alam
hanya digunakan secara perlu digunakan secara hati-hati dan aman adalah kunci
kehidupan. Jika hal ini tidak dilakukan maka alam akan mengatur keseimbangan itu
sendiri, dengan adanya banjir dan tanah longsor. Saat ini Masyarakat Sikep Samin
sekarang berusaha untuk kembali ke pertanian organik, dengan berusaha tidak
menggunakan pupuk kimia dan pestisida .
Kata kunci: Bahaya meteorologis, Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Komunitas
Samin Sikep.
Universitas Diponegoro
118 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
ANALISIS RISIKO BENCANA LONGSOR
DESA TEMPUR, DESA DAMARWULAN, DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KELING, KABUPATEN JEPARA,
PROVINSI JAWA TENGAH
Oscar Mario Sura,Arif Rianto Budi Nugroho
ABSTRAK
Salah satu bencana yang paling banyak di Indonesia adalah bencana longsor.Perlu
adanya sebuah kajian mengenai risiko dari bahaya bencana longsor, sehingga dapat
meminimalisir kerugian atau dampak dari longsor. Hal ini dapat memberikan
informasi kepada warga faktor-faktor apa saja yang memicu terjadinya longsor dan
bagaimana mengantisipasi ketika terjadi longsor atau bahkan sebelum terjadinya
longsor. Daerah penelitian terletak di Desa Tempur, Desa Damarwulan, dan
sekitarnya, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui tingkat risiko bencana longsor berdasarkan komponen
dan parameter pengkajian risiko bencana.
Analisis risiko bencana di Desa Tempur dan Desa Damarwulan dibagi dua tingkatan
yaitu tingkat risiko tinggi yang meliputi seluruh dusun di Desa Tempur dan tingkat
risiko rendah yang meliputi seluruh dusun di Desa Damarwulan.
Universitas Diponegoro
Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014 | 119
KERUSAKAN KAWASAN BENTANG ALAM KARST SUKOLILO
DESA TERKESI KECAMATAN KLAMBU KABUPATEN GROBOGAN
ABSTRAK
Kawasan Bentang Alam Karst merupakan bentang alam yang terbentuk karena
pelarutan air pada batu gamping. Fungsi kawasan ini sebagai pengatur alami tata air.
Begitu pentingnya kawasan ini maka Pemerintah menetapkan kawasan karst menjadi
kawasan lindung geologi. Kerusakan yang terjadi di kawasan karst dapat menyebabkan
fungsi kawasan karst menjadi berkurang. Kerusakan ini disebabkan karena adanya
pemukiman dan penambangan batu gamping.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis peta hasil penginderaan
jarak jauh terhadap tutupan lahan. Peta yang digunakan adalah hasil interpretasi citra
Lansat OLI/TIRS hasil perekaman pada 6 Mei 2014 dan interpretasi citra Lansat ETM
+ SLC hasil perekaman pada 5 Agustus 2000.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan di kawasan karst berkurang 21,2 Ha, luas
pemukiman penduduk di kawasan karst pada tahun 2014 bertambah 7,2 % dibanding
tahun 2000. Penambangan batu gamping seluas 21,2 Ha. Akibat adanya pemukiman
dan penambangan batu gamping ini maka dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
diantaranya berkurangnya / hilangnya sumber mata air.
Universitas Diponegoro
120 | Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan 2014
KEBIJAKAN REKLAMASI DI TELUK JAKARTA
Hartuti Purnaweni1*
1
Jurusan Administrasi Publik, FISIP Universitas Diponegoro
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
*
hartutipurnaweni@gmail.com
ABSTRAK
Reklamasi kawasan pantai kini semakin banyak dilakukan di banyak tempat di dunia,
tak terkecuali juga di berbagai wilayah di Indonesia. Reklamasi menjadi pilihan
kebijakan karena adanya berbagai alasan, namun penyebab utama dilakukannya
reklamasi pantai adalah keterbatasan ketersediaan lahan yang tidak sebanding dengan
kebutuhan aktivitas manusia yang sangat beragam, sehingga kawasan pantai
kemudian diubah menjadi kawasan yang lebih bernilai secara ekonomis. Hal ini juga
diwacanakan terjadi di Jakarta. Penelitian ini tentang kebijakan reklamasi di Teluk
Jakarta, dan dampak sosial yang dapat ditimbulkan dari kebijakan tersebut. Metode
penelitian adalah observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya menunjukkan bahwa
kebijakan reklamasi terhadap Teluk Jakarta sudah dibuat sejak tahun 1995, yang
menimbulkan berbagai kontroversi hingga kini. Dampak sosial yang timbul bisa terdiri
dari dua macam, dan terkait dengan dampak fisik lingkungan. Dampak positif adalah
tersedianya lahan yang memungkinkan tumbuhnya kawasan baru untuk berbagai
aktivitas yang berfokus pada ekonomi, dan terutama potensial dimanfaatkan oleh
orang-orang kaya. Dampak negatifnya terutama diderita oleh para nelayan yang
tinggal di kawasan Teluk Jakarta, yang pasti harus beralih mata pencaharian karena
hilangnya fishing ground dan kawasan aktivitas ekonomi mereka, padahal sosialisasi
kebijakan yang dilakukan pemerintah dan pengembang minim. Rekomendasi yang
ditawarkan adalah bahwa Negara sebagai pembuat kebijakan seharusnya juga berperan
melindungi masyarakat nelayan yang tidak berdaya menghadapi kekuasaan para
pemilik modal melalui berbagai kebijakan yang memperhatikan tiga aspek
pembangunan berkelanjutan yaitu ekologis, ekonomi dan sosial. Pembangunan
berkelanjutan harus sangat diperhatikan, karena muara dampak reklamasi adalah pada
lingkungan sosial.
Universitas Diponegoro