Disusun oleh,
1402164248 RUDYTHIA DWITAMA
i
LEMBAR PENGESAHAN II
Universitas Telkom
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan
laporan aktivitas kegiatan magang tepat pada waktunya. Laporan aktivitas
kegiatan magang ini disusun setelah penulis mengikuti kegiatan magang di
KPPN Bandung II terhitung sejak tanggal 20 Juni 2019 sampai dengan 30 Juli
2019, sekaligus untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah magang yang
berjumlah 2 SKS di Universitas Telkom Bandung.
Dalam penyelesaian laporan aktivitas kegiatan magang ini, penulis
banyak mendapatkan bimbingan dan motivasi yang sangat besar dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua tercinta serta keluarga penulis atas segala kasih sayang, dukungan
dan doa yang tak akan pernah tergantikan oleh apapun.
2. Bapak Deannes Isynuwardhana, S.E., M.M., selaku Kepala Progam Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom.
3. Bapak Ardan Gani Asalam, S.E., M.Ak, selaku Dosen Wali AK-40-03
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom.
4. Kantor Pelayanan Perbendaharaan (KPPN) Bandung II yang telah
menerima dan memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan
aktivitas magang.
iii
Tentu banyak pihak-pihak yang berperan dan berjasa dalam pembuatan
laporan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun keterbatasan itu
tidak akan membuat penulis lupa untuk mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa laporan akivitas kegiatan magang ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas-tugas selanjutnya.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral Anggaran dan mulai beroperasi pada
tanggal 17 Mei 1984. Pada tahun 2001 Departemen Keuangan melakukan re-organisasi
yang berakibat pada penutupan KPPN Bandung II terhitung mulai tanggal 1 Januari 2002
214/KMK.01/2005 tanggal 02 Mei 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Negara, maka dibuka kembali KPPN Bandung II yang secara resmi mulai beroperasi pada
bulan Juli 2005. KPPN Bandung II merupakan KPPN tipe A1 berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
KPPN Bandung II merupakan salah satu dari 17 KPPN yang pertama kali
paradigma layanan sektor publik yaitu dengan memberikan layanan yang cepat, tepat,
1
KEPALA KANTOR
ZAMRUDDIN
196407191986011001
1. Koswara
2. Wahyudi
3. Aja
4.Relin Indrawati
5. Suparjo
6. Neneng Sulastri
7. Herbert
KEPALA SEKSI PD KEPALA SEKSI MSKI KEPALA SEKSI BANK KEPALA SEKSI VERA
Atep Hasan ZAENAL MUTAQIEN POPPY WIDIASTUTI CECEP ACHMADI
19740316 199602 1 003 197308051994021001 197311071999032001 196510241985091001
1. Dianawati
1. Widodo M. 1. Iwan Robial
2. Ratna
1. Herti Sugiharti 2. Tini Kartini 2. Fatun
3. Ruswan A
2. Desrtianti 3. Suwarto 3. Rita Restuti P
3. Dewi P
4. Ken Susinah
5. Siti Khayati
6. Yugi Samudra
7. Surohman
8. Anetha Hendjan
9. Nuri Hidajati
10. Popon Siti H
Organisasi dan Tata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi KPPN Bandung II didukung oleh struktur organisasi
yang terdiri dari : Kepala Kantor, 1 (satu) Subbag Umum, 4 seksi yaitu Seksi Pencairan
Dana, Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal (MSKI), Seksi Bank, dan Seksi
2
1.2 Visi dan Misi KPPN Bandung II
1. Visi
2. Misi
a. Menjamin Kelancaran Pencairan Dana APBN secara tepat sasaran, tepat waktu dan
tepat jumlah.
1.3 Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab Seksi Pencairan Dana KPPN
BandungII
dasar pembayaran.
• Menugaskan pelaksana untuk memantau revisi DIPA yang berasal dari DJA,
register ( NRS )
middle office;
• Menerima dan meneliti kelengkapan dokumen berupa konsep dan net SP2D ,
kartu pengawasan kredit , kartu pengaeasan kontrak dan SPM berikut data
• Meneliti kesesuaian antara SPM dengan konsep dan net SP2D ( meliputi jumlah
yang ditunjuk);
4
• Menugaskan pelaksana untuk menatausahakan SPM berikut data
SPM- LS dalam rangka pembayaran jaminan uang muka atas perjanjian /kontrak
asli surat jaminan uang muka,asli surat kuasa bermaterai cukup dari pejabat
pembuat komitmen kepada kepala KPPN untuk mencairkan uang muka dan asli
konfirmasi tertulis dari pompinan penerbit jaminan uang muka sesuai peraturan
• Menerima dan meneliti kelengkapan dokumen berupa konsep dan net SP2D
• Menguji ketersediaan antara SPM dengan konsep dan net SP2D (meliputi jumlah
bersih, nama penerima, nomor rekening penerima, kode bank operasional yang
di tunjuk);
5
• Menugaskan pelaksana untuk menatausahakan SPM berikut data
perbendaharaan negara;
e. Mengesahkan SKPP;
d. Kebenaran SP2D;
6
i. Kerahasiaan pelaksanaan tugas.
j. Kebenaran SKTL.
7
1.4.2 Lingkup Penugasan
Penulis ditempatkan pada seksi Pencairan Dana. Penempatan
bagian magang telah ditetapkan oleh sub bagian umum dan untuk
selanjutnya menyesuaikan dengan kebutuhan dari masing-masing sub
bagian. Secara keseluruhan tugas pada bagian pencairan dana ialah
melayani satauan kerja mulai dari proses pendaftaran tagihan sampai
dengan pembayaran yang meliputi: pengujian resume tagihan dan SPM,
penerbitan SPPT (Surat Persetujuan Pembayaran Tagihan), penerbitan
Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja (Badan Layanan Umum) BLU,
pengelolaan data kontrak, data suplier, dan belanja pegawai satuan kerja
(satker), serta monitoring dan evaluasi penyerapan anggaran satker. KPPN
Bandung II menerapkan layanan satu jam dalam penerbitan SP2D non
Belanja Pegawai dimana SPM yang diterima dapat diterbitkan SP2D nya
dalam waktu satu jam sejak diterima di front office dengan catatan SPM
yang diterbitkan telah benar dan disertai dengan data dukung/lampiran
sesuai peraturan yang ada. Untuk mendukung layanan ini, KPPN Bandung
I telah dilengkapi dengan layar monitor penyelesaian SPM/SP2D yang
akan menampilkan status dokumen yang diajukan, alur penyelesain SP2D
yang jelas, leatfet, brosur mekanisme pembayaran APBN dan kotak
pengaduan.
Disamping tugas penerbitan SP2D, tentunya masih terdapat tugas
pokok lain terkait kelancaran penyaluran dana APBN seperti Penerbitan
Surat Keterangan Penghentian Pembayaran (SKPP) dan Perencanaan
Penarikan Dana oleh satker.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
9
2. Belanja Negara
Belanja Negara adalah pengurangan nilai kekayaan bersih dari
suatu negara oleh pemerintahan dalam periode tertentu. Beberapa
belanja negara antara lain:
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang
c. Belanja Modal
d. Belanja Bunga dan Pinjaman
e. Subsidi (Energi dan Non Energi)
f. Belanja Hibah
g. Belanja Bantuan Sosial
h. Belanja Lain-lain
3. Keseimbangan Primer APBN
Keseimbangan Primer adlah Jumlah pendapatan Negara
dikurangi belanja negara diluar pembayaran bunga utang. Pemerintah
dianggap berhasil apabila jumlah pendapatan negara lebih besar
daripada belanja negara.
4. Surplus/Defisit Anggaran APBN
Surplus Anggaran adalah keadaan dimana pendapatan negara
lebih besar dari belanja negara. Sedangkan Defisit Anggaran adalah
keadaan dimana belanja negara lebih besar dari pendapatan negara.
5. Pembiayaan APBN
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayarkan
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan mupun pada tahun anggarang
berikutnya.
(Sumber: https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Struktur-
Fungi-Anggaran-Pendapatan-dan-Belanja-Negara-adalah.html diakses
pada tanggal 7 Juli 2019)
B. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
1. Fungsi APBN menurut kebijakan Fiskalnya :
10
a. Fungsi Alokasi
APBN berfungsi sebagai penerimaan pajak yang
dialokasikan untuk pengeluaran yang sifatnya demi kepentingan
umum. Beberapa pengalokasian dana tersebut antara lain seperti
pembangunan jalan, pembangunan jembatan, pembangunan
taman, dll.
b. Fungsi Distribusi
APBN juga berfungsi untuk didistribusikan kepada
masyarakat demi mewujudkan pemerataan pendapatan dan
mengurangi kesenjangan ekonomi antar kelas sosial. Subsidi,
beasisw dan dana pensiun merupakan beberapa perwujudan dari
fungsi distribusi APBN.
c. Fungsi Stablitas
APBN juga merupakan instrumen untuk mengendalikan
stabilitas ekonomi negara. Apabila terjadi permasalah ekonomi
ekstrim yang menciptakan ketidakseimbangan dalam
perekonomian negara, maka APBN dapat membantu untuk
mengatasi masalah tersebut.
2. Fungsi APBN Jika ditinjau dari Sisi Manajemen
a. Pedoman pemerintah untuk melakukan tugasnya pada periode
mendatang.
b. Sebagai alat kontrol masyarakat terhadap kinerja
pemerintahan.
c. Menjadi penilai seberapa baik pemerintahan menjalankan
negaranya berdasarkan kepijakan dan program-program yang
telah dilaksanakan.
(Sumber: https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Struktur-
Fungi-Anggaran-Pendapatan-dan-Belanja-Negara-adalah.html Diakses
pada tanggal 7 Juli 2019)
11
2.3. Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)
Menurut PMK No 154/PMK.05/2013 Per-16/PB/2014 pasal 1 Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disebut SPAN adalah
sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan APBN yang meliputi
modul penganggaran, modul komitmen, modul penerimaan, modul
pembayaran, modul kas, modul akuntansi dan pelaporan.
Selain itu, menurut www.djpbn.kemenkeu.go.id, SPAN menjadi
komponen terbesar modernisasi pengelolaan perbendaharaan negara dengan
memfasilitasi kebutuhan proses pelayanan mulai dari sisi hulu
(penganggaran) hingga hilir (penyusunan laporan keuangan pemerintah
pusat). SPAN adalah sistem aplikasi yang ada di lingkungan Kemenkeu dan
untuk mendukung otomatisasi sistem dari pengguna anggaran yang ada di
setiap Kementerian Negara/Lembaga. SPAN mengembangkan konsep
database yang terintegrasi dengan otomatisasi proses bisnis untuk
meminimalisir kesalahan input manual SPAN terbagi menjadi enam modul,
yaitu: Modul Manajemen DIPA (Spending Authority), Modul Manajemen
Komitmen (Budget Commitment), Modul Pembayaran (Payment), Modul
Penerimaan (Government Receipt), Modul Manajemen Kas (Cash
Management), dan Modul Akuntansi dan Pelaporan (General Ledger &
Accounting).
Ditjen Perbendaharaan, bersama dengan Ditjen Anggaran dan Pusat
Informasi dan Teknologi (Pusintek) Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan, mengembangkan SPAN dengan mengacu pada beberapa negara
maju yang telah berhasil menerapkan program sejenis, contoh: Australia,
Amerika, dan Kanada, namun tetap memperhatikan keunikan budaya dan
proses yang ada di Indonesia.
Pengembangan dan implementasi SPAN menjadi salah satu bagian
dari upaya pencapaian visi Ditjen Perbendaharaan untuk menjadi pengelola
Perbendaharaan Negara yang unggul di tingkat dunia. Bahkan, SPAN pernah
menjadi salah satu agenda pembahasan pada APEC (Asia-Pacific Economic
Cooperation) pada tahun 2013 dan menjadi salah satu acuan
12
berbagai Negara lain untuk dapat mengembangkan program sejenis pada
negaranya masing masing.
Mengingat luasnya cakupan wilayah operasional SPAN dan efisiensi
pelaksanaannya, Aplikasi SPAN setelah dilakukan User Acceptance Test
(UAT-uji coba oleh pengguna) selama dua bulan mulai 8 April 2013, di-
launching pada tanggal 19 Agustus 2013 di lingkungan Kemenkeu dan
perbankan nasional serta secara bertahap telah dilakukan
piloting/percontohan pada Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan dan KPPN
sejak 2 Januari 2014.
Saat ini, Ditjen Perbendaharaan terus membuat kebijakan arah
pengembangan transaksi di pemerintahan agar dilakukan dengan mengacu
pada prinsip e-government. Implementasinya telah dimulai dengan e-
procurement, e-filling dan e-reporting. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan
tersebut akan menunjang upaya penguatan konsep go green
office. Implementasi SPAN diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan
keuangan negara yang profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Program reformasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara
lain: (i) tersedianya sistem pengendalian alokasi dan pelaksanaan anggaran
yang efektif, (ii) tersedianya sistem pengelolaan kas yang terpercaya, (iii)
tersedianya sistem pelaporan manajerial tentang operasi keuangan
pemerintah yang komprehensif, dapat diandalkan, dan real time, (iv)
terwujudnya tahapan transisi penerapan sistem akuntansi dari berbasis kas ke
berbasis akrual, dan (v) terlaksananya pelayanan kepada publik yang lebih
efisien. Pembangunan SPAN mempunyai satu tujuan, yaitu menuju Indonesia
yang lebih baik, Salam Transformasi.
13
2.4. Prosedur
14
2. Langkah-Langkah Awal Pencairan Anggaran Negara (di KPPN):
a. KPA menyampaikan surat keputusan penetapan pejabat
perbendaharaan kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN beserta
spesimen tanda tangan dan cap/stempel Satker, apabila belum ada
penunjukkan dapat mempergunakan pejabat yang lama dengan
memberitahukan kepada KPPN; (PMK-190/PMK.05/2012)
b. KPA mengajukan permohonan persetujuan pembukaan rekening
pengeluaran sebagai penampungan dana DIPA kepada KPPN
sebagai Kuasa BUN (dalam hal satker yang baru membuka
rekening) sesuai PMK-252/PMK.05/2014
15
3) Satu lembar Meterai Rp.6.000,-
f. Melakukan pencairan dana dengan menggunakan aplikasi yang
disediakan, antara lain :
(Sumber: http://kppnmetro.org/syarat-awal-pencairan-dana/
diakses pada tanggal 12 Juli 2019)
B. Prosedur Pengajuan Surat Perintah Membayar (SPM)
Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang
diterbitkan oleh PA/KPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk
mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang
dipersamakan. Pada saat pengajuan SPM ke KPPN satker harus
melampirkan persyaratan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Menurut PP NO. 45 Tahun 2013, PMK-190/PMK.05/2012 dan
PMK-250/PMK.05/2010, persyaratan dalam pengajuan SPM adalah
sebagai berikut:
1. Jenis SPM UP, yaitu:
a. Hardcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Pernyataan UP sesuai format lampiran XIV PMK Nomor
190/PMK.05/2012
16
2. Jenis SPM GUP, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
3. Jenis SPM GUP Nihil, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
4. Jenis SPM TUP, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Persetujuan TUP
5. Jenis SPM PTUP, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
6. Jenis SPM LS Non Belanja, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
7. Jenis SPM LS Non Belanja Pegawai – Kontraktual (Dalam Hal
Pembayaran Uang Muka), yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
d. Asli Surat Jaminan Uang Muka
e. Asli Surat Kuasa Bermaterai dari PPK kepada KPPN untuk
mencairkan Jaminan Uang Muka
f. Asli konfirmasi tertulis dari Pimpinan Penerbit Jaminan Uang
Muka
Catatan:
1) Format fomulir pada huruf d, e, dan f berpedoman pada PER-
19/pb/2013 tentang Tata Cara Pembayaran dan
Pengembalian Uang Muka Atas Beban APBN.
17
2) ADK Kontrak beserta Hardcopy Resume Kontrak, Karwas dan
Realisasi Kontrak diajukan ke KPPN paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah kontrak ditandatangani.
8. Jenis SPM LS Non Belanja Pegawai – Non Kontraktual, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
d. Daftar Norminatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima
9. Jenis SPM LS Belanja Pegawai Gaji – Satker GPP, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
10. Jenis SPM LS Belanja Pegawai Gaji – Satker Non GPP, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
d. Daftar Gaji
e. Daftar Rekapitulasi Gaji
f. Halaman luar
g. SK, Kp4, SKPP, dan Dokumen lain yang sah dalam rangka
pembayaran dan atau perubahan gaji
11. Jenis SPM LS Belanja Pegawai Non Gaji (Uang Makan, Lembur dan
Vakansi), yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
d. Daftar Norminatif untuk yang lebih dari 1 (satu) penerima
12. Jenis SPM LS Tunjangan Profesi, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
c. Surat Setoran Pajak (SSP) dan atau bukti setor lainnya
18
d. Daftar Norminatif penerima Tunjangan Profesi Guru, Dosen,
Guru Besar/Profesor
Catatan: Berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
: PMK-174/PMK.05/2010 tentang Tunjangan Profesi Guru dan
Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen serta Tunjangan
Kehormatan Profesor
13. Jenis SP3B – BLU (Surat Perintah Pengesahan dan Belanja – Badan
Layanan Umum), yaitu:
a. Harcopy SP3B - BLU
b. ADK SP3B - BLU
c. SPTJ
Catatan: Format SP3B – BLU dan SPTJ sesuai Perdirjen
Perbendaharaan Nomor : PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme
Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satker BLU
14. Jenis SP2HL (Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung), yaitu:
a. Harcopy SP2HL
b. ADK SP2HL
c. Copy rekening koran terakhir atas rekening hibah
d. SPTMHL
e. SPTJM
f. Copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan
SP2HL pertama kali
Catatan: format SP2HL dan SPTJM sesuai dengan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor: PER-61/PB/2011 tentang Tata Cara
Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian
memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga
15. Jenis SP4HL (Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Pendapatan
Hibah Langsung)
a. Harcopy SP4HL
b. ADK SP4HL
19
c. Copy rekening koran terakhir atas rekening hibah
d. Bukti copy pengiriman transfer kepada pemberi hibah
e. SPTJM
Catatan: Format SP4HL dan SPTJM sesuai dengan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor: PER-81/PB/2011 tentang Tata Cara
Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang dan Penyampaian
Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga
16. Jenis MPHL - BJS (Memo Penyesuaian Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga), yaitu:
a. Harcopy MPHL - BJS
b. ADK MPHL – BJS
c. SPTMHL bentuk Barang/Jasa/Surat Berharga
d. SPJM
e. Surat Perintah Pengesahan Penerimaan Hibah Langsung Bentuk
Barang/Jasa/Surat Berharga (SP3HL – BJS) yang sudah disetujui
oleh DJPU lembar kedua
Catatan: Format butir a, c, d dan e sesuai dengan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor: PER-81/PB/2011 tentang Tata Cara
Pengesahan Hibah Langsung Bentuk Uang Dan Penyampaian
Memo Pencatatan Hibah Langsung Bentuk Barang/Jasa/Surat
Berharga
17. Jenis SPM – KP / SPM – PP / SPM – KBC / SPM – IB / SPM –
KBM / SPM – KBHTB / SPM – KPBB, yaitu:
a. Harcopy SPM
b. ADK SPM
(Sumber: data KPPN Bandung I pada Buku Saku Satker)
2.5. Pencairan dana langsung
Model pencairan dana bagi sebuah satker ada 2 jenis, yaitu melalui
model uang persediaan dan model langsung (LS) melalui KPPN. Melalui 2
model ini diharapkan pencairan dana menjadi lebih lancar, dan setiap Satker
20
diharapkan mengoptimalkan pengeluaran-pengeluaran yang akan dilakukan
dengan mengoptimalkan penggunaan uang persediaan dan LS.
Strategi perencanaan pengeluaran menjadi hal yang harus
diperhatikan mengingat hanya ada dua model pencairan dana. Pengeluaran-
pengeluaran sejak awal harus disusun dan direncanakan akan menggunakan
uang persediaan atau LS mengingat kedua model pencairan ini mempunyai
aturan-aturan tertentu yang bisa menjadi penentu kelancaran atau
malah sebaliknya ketika kita tidak memahami mekanisme pencairan kedua
model ini.
A. Mekanisme Pembayaran LS
Mekanisme pembayaran langsung (LS), yaitu mekanisme
pembayaran dari Bendahara Umum Negara (KPPN)/Negara kepada
rekanan atau pihak ketiga. Mekanisme pembayaran LS tidak hanya
untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan sistem kontrak
saja, tetapi dapat dikembangkan untuk pembayaran langsung kepada
pihak ketiga/rekanan tanpa melalui ikatan pekerjaan dengan sistem
kontrak, seperti pembayaran honor atau untuk pengadaan barang dan
jasa sampai dengan Rp 50 juta sesuai dengan keppres 80 tahun 2003
yang mengatur mekanisme tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah.
Proses Pencairan Dana yang dilakukan oleh KPPN kepada pihak
yang berhak atau rekanan berdasarkan SPM-LS yang diterbitkan oleh
PA/ kuasa PA atas nama yang berhak sesuai bukti Pengeluaran yang sah.
Mekanisme pembayaran LS merupakan mekanisme pembayaran yang
utama di mana dalam rangka pencairan APBN, seharusnya lebih
menekankan pada prinsip-prinsip pembayaran LS ketimbang
menggunakan mekanisme UP. Keuntungan yang dapat kita peroleh yaitu
terjaminnya dilakukan pembayaran dalam rangka APBN oleh Negara
kepada pihak ketiga/rekanan selaku penyedia barang/jasa pemerintah.
Dan optimalnya penggunaan uang Negara. karena dapat mengurangi idle
cash money pada bendahara pengeluaran, sehingga
21
dapat digunakan secara optimal oleh BUN dalam rangka manajemen
kas.
Terdapat dua mekanisme pembayaran atau pencairan langsung, yaitu:
1. Belanja Pegawai diantaranya adalah gaji dan tunjangan ,honor
,lembur.
2. Belanja Non Pegawai diantaranya adalah pengadaan barang dan jasa,
pembayaran biaya tagihan langganan daya dan jasa ( listrik ,
telepon,dan air).
B. Mekanisme pembayaran UP
Uang persediaan merupakan uang muka kerja dengan jumlah
tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada bendahara
pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-
hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.
Terminologi uang persediaan tersebut telah melewati beberapa kali
perubahan nama dan besaran jumlah. Sejak diperkenalkan pertama kali
dengan nama Uang Untuk DiPertanggungjawabkan (UUDP), kemudian
mengalami perubahan menjadi Uang Yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD) pada tahun 1990, dan terakhir pada
tahun 2005 menjadi Uang Persediaan (UP) yang dikenal sekarang ini.
C. Mekanisme TUP
Tambahan Uang Persediaan (TUP) adalah uang yang diberikan
kepada satker untuk kebutuhan yang sangat mendesak dalam satu bulan
melebihi pagu UP yang ditetapkan. Permohonan persetujuan TUP
diajukan kepada Kepala KPPN. Lampiran Surat Permohonan TUP:
1. Surat Permohonan Persetujuan TUP
2. Rincian Rencana Penggunaan TUP
3. Fotocopy rekening koran terbaru yang telah disahkan KPA
4. Surat Pernyataan atas nama KPA bahwa TUP akan
dipertanggungjawabkan dalam satu bulan
22
TUP harus dipertanggungjwabkan dalam waktu satu bulan,
namun demikian dapat dilakukan secara bertahap. Termasuk apabila
terdapat sisa dana TUP untuk segera disetorkan ke Kas Negara.
(Sumber: data KPPN Bandung II pada Buku Saku Satker)
Terdapat beberapa definisi dari istilah-istilah yang sering digunakan
di KPPN Bandung II menurut peraturan Direktur Perbendaharaan Nomor Per
287/PB/2015, diantaranya:
1. Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran adalah orang yang dituju untuk
menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan Belanja Negara dalam
rangka pelaksanaan APBN pada kantor satker Kementrian Negara
/lembaga.
2. Satuan Kerja
Satuan Kerja (satker) adalah instansi atau dinas / badan yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan kementerian Negara / lembaga
terkait.
3. Pengguna Anggaran
Pengguna Anggaran adalah menteri /pimpinan lembaga atau
kuasanya yang bertanggungjawab atas pengelolaan anggaran pada
kementerian Negara / lembaga yang bersangkutan.
4. Surat Perintah Membayar (SPM)
Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang
diterbitkan oleh Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran atau
pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari
DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.
5. Surat Permintaan Pembayaran (SPP)
Surat permintaan pembayaran (SPP) adalah suatu dokumen yang
dibuat/diterbitkan oleh pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiaatan dan disampaikan kepada Pengguna Anggaran
/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk selaku
23
pemberi kerja yang selanjutnya diteruskan kepada penerbit SPM
berkenaan.
6. DIPA
DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh
menteri /pimpinan lembaga atau satker serta disahkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau kepala kantor wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai
dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran dana
atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi
pemerintah.
7. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
Surat Perintah Pencairan Dana adalah surat perintah yang
diterbitkan oleh KPPN selaku kuasa bendahara umum negara untuk
melaksanakan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.
25
jumlah pengadaannya lebih dari Rp 50.000.000, maka itu merupakan belanja
negara kontraktual sehingga harus membuat terlebih dahulu perjanjian
terhadap rekanan atau penerima dana dalam bentuk kontrak.
2.7. Pengelolaan Data Kontrak Pada SPAN
Sistem SPAN mensyaratkan setiap penerima pembayaran harus
didaftarkan data suppliernya terlebih dahulu, sedangkan bagi pembayaran
yang bersifat kontraktual (SPM Kontraktual), selain data supplier atas
kontrak tersebut, data kontrak pun juga harus didaftarkan ke KPPN. Apabila
kedua data tersebut tidak ada, maka SPM tidak akan bisa diproses lebih lanjut.
Menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2013 tentang
Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak Dalam Sistem Perbendaharaan
Dan Anggaran Negara pasal 1, Kontrak adalah perjanjian tertulis antara PPK
dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola. Sedangkan data
kontrak adalah informasi terkait dengan perjanjian tertulis antara PPK dengan
penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola.
A. Jenis dan Elemen Data Kontrak
Jenis data kontrak yang dicatat dalam Aplikasi SPAN meliputi
Data Kontrak Tahun Tunggal dan Tahun Jamak yang memuat elemen
data, satu atau beberapa cara penarikan, rencana angsuran/pembayaran
atau satu atau beberapa BAS. Menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor
PER-58/PB/2013 tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak
Dalam Sistem Perbendaharaan Dan Anggaran Negara pasal 1, Kontrak
tahun tunggal adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya mengikat
dana anggaran selama masa 1 (satu) tahun anggaran. Sedangkan kontrak
tahun jamak adalah kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya untuk masa
lebih dari 1 (satu) tahun anggaran atas beban anggaran.
B. Tipe Supplier dalam SPAN
Menurut Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-58/PB/2013
tentang Pengelolaan Data Supplier dan Data Kontrak Dalam Sistem
26
Perbendaharaan Dan Anggaran Negara pasal 3 ayat (1), terdapat tujuh
tipe supplier, yakni:
1. Satker yaitu penerima pembayaran untuk transaksi yang dibayarkan
kepada bendahara pengeluaran Satker;
2. Penyedia barang dan jasa yaitu penerima pembayaran untuk
transaksi atas pekerjaan berdasarkan kontrak atau dokumen
perikatan lainnya yang dibayarkan kepada pihak ketiga;
3. Pegawai yaitu penerima pembayaran untuk transaksi belanja
pegawai yang dibayarkan kepada satu atau beberapa penerima;
4. Penerima BABUN yang kemudian disebut BABUN, yaitu penerima
pembayaran untuk transaksi terkait pengelolaan Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara;
5. Penerim transfer daerah yaitu yang kemudian disebut Transfer
Daerah adalah penerima pembayaran untuk transaksi belanja
transfer daerah yang dibayarkan kepada satu atau beberapa
penerima;
6. Penerima penerusan pinjaman yang kemudian disebut Penerusan
Pinjaman yaitu penerima pembayaran untuk transaksi terkait
penerusan pinjaman, pembayaran konsorsium dan bantuan sosial
yang dibayarkan kepada satu atau beberapa penerima; dan
7. Lain-lain yaitu penerima pembayaran untuk transaksi terkait
pengembalian belanja, pengembalian pendapatan dan tipe lainnya
yang tidak termasuk dalam tipe sebelumnya.
27
2. Karwas Kontrak (Dicetak dari Aplikasi SAS);
3. Karwas Realisasi Kontrak (Dicetak dari Aplikasi SAS);
4. Copy Rekening Koran Pihak Ketiga/Rekanan;
5. Copy NPWP Rekanan.
28
2. Pembatalan data kontrak
29
BAB III
30
2 21 Juni a. Memproses Surat a. Melakukan proses a. Memahami alur
2019 Keterangan Input data, proses SKKP
Penghentian perekaman surat,
Pembayaran mencetak surat
[SKPP] pengantar,
penonaktifan
status satker, dan
pengecapan SKPP.
31
4 25 Juni a. Memproses Surat a. Melakukan proses a. Memahami alur
2019 Keterangan Input data, proses pembuatan
Penghentian perekaman surat, SKKP
Pembayaran mencetak surat b. Memahami materi
[SKPP] pengantar, dan proses
b. Pengelolaan SPM penonaktifan pengelolaan SPM
status satker, dan
pengecapan
SKPP.
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
5 26 Juni a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019 Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami materi
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan
status satker, dan
pengecapan
SKPP.
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
32
6 27 Juni a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami materi
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP.
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
7 28 Juni a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami materi
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
8 1 Juli a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami materi
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP
b. Melakukan
33
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
pengawasan
34
pengawasan
35
13 8 Juli a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami mater
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
Pengawasan
36
15 10 Juli a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami mater
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP.
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
Pengawasan
37
17 12 Juli a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
b. Memahami mater
Pembayaran mencetak surat
dan proses
[SKPP] pengantar,
pengelolaan SPM
b. Pengelolaan SPM penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP.
b. Melakukan
approve SPM dan
pembuatan Kartu
Pengawasan
38
20 17 Juli a. Pengelolaan SPM a. Melakukan
a. Memahami mater
2019
b. Penonaktifan approve SPM dan
dan proses
Rekening Satker pembuatan Kartu
pengelolaan SPM
Pengawasan
b. Memahami proses
b. Melakukan
penonaktifan
Penonaktifan
rekening satker
Rekening dan
memperbarui
rekening
39
22 19 Juli a. Pengelolaan SPM a. Melakukan
a. Memahami materi
2019
approve SPM dan
dan proses
pembuatan Kartu
pengelolaan SPM
Pengawasan
40
satker, dan
pengecapan SKPP.
41
27 26 Juli a. Memproses Surat a. Melakukan proses
a. Memahami alur dan
2019
Keterangan Input data,
proses SKPP
Penghentian perekaman surat,
Pembayaran mencetak surat
[SKPP] pengantar,
penonaktifan status
satker, dan
pengecapan SKPP.
42
30 31 Juli a. Pengelolaan SPM a. Melakukan
a. Memahami mater
2019
b. Memproses Surat approve SPM dan
dan proses
Keterangan pembuatan Kartu
pengelolaan SPM
Penghentian Pengawasan
b. Memahami alur dan
Pembayaran b. Melakukan proses
proses SKPP
[SKPP] Input data,
perekaman surat,
mencetak surat
pengantar,
penonaktifan
status satker, dan
pengecapan
SKPP.
44
Gambar 5. Tahap 4, Cetak surat pengantar
46
2. Pengelolaan Surat Perintah Membayar
47
Gambar 6. Surat Perintah Membayar
48
3.2 Relevansi Teori dan Praktek
Selama melaksanakan aktivitas magang di KPPN Bandung II pada seksi
Pencairan Dana dalam jangka waktu 30 hari kerja, penulis melakukan relevansi
antara praktek dengan teori yang telah didapatkan di perkuliahan. Relevansi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Seperti yang sudah disebutkan dalam BAB II mengenai PP NO. 45 Tahun
2013, PMK-190/PMK.05/2012 dan PMK-250/PMK.05/2010 tentang
persyaratan dalam pengajuan berbagai jenis SPM telah sesuai dengan yang
dikerjakan oleh penulis pada saat memilah dokumen SPM di seksi
pencairan dana.
2. Seperti yang sudah disebutkan dalam BAB II mengenai Peraturan Menteri
Keuangan No. PMK-190/PMK.05/2012 tanggal 29 Nopember 2012
tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh satuan kerja setiap Awal Tahun Anggaran. Hal ini sesuai
dengan yang dijelaskan oleh pembimbing kepada penulis pada saat
aktivitas magang berlangsung.
3.3 Permasalahan
Permasalahan yang muncul terdapat kerurangan dari Prosedur Pencairan Dana
Langsung (LS) APBN yaitu penyelesaian suatu alur kerja biasanya dilakukan
melalui sistem. Bilamana terjadi gangguan pada sistem maupun jaringan
internet, maka hal itu dapat menghambat penyelesaian alur kerja Penerbitan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) tersebut.
50
BAB IV
REKOMENDASI
51
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Pasal 67. Pengadaan Barang dan
Jasa.
Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-16/PB/2014. Tata Cara Koreksi Data
52
Transaksi Keuangan pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara.
Undang Undang Dasar 1945 pasal 23. Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
53
LAMPIRAN
L-2
Lampiran 3. Lembar kegiatan harian di lapangan
L-3
L-4
Lampiran 4. Lembar Berita Acara Presentasi dan Penilaian Pembimbing
Perusahaan
L-5
Lampiran 5. Lembar Berita Acara Presentasi dan Penilaian Pembimbing
Akademik
L-6