Anda di halaman 1dari 2

Sungaiku Tercemar E.

coli
Oleh Rusmiyati
MIM 3 Penatarsewu-2

“Ma, tolong! Perutku sakit sekali,” teriak Kiara dari dalam kamar. Terlihat wajahnya pucat.
Beberapa kali dia muntah, sakit perut, dan panas. Mama segera membawa Kiara ke rumah sakit diantar
oleh paman.
Di ruang praktik, Dokter memeriksa Kiara dengan seksama. “Semalam Kiara makan apa, Bu?”
selidik Dokter.
“Makan nasi, lauk ikan, Dok,” sahut Mama. “Semalam kami makan bersama di rumah.
Sebenarnya ada beberapa makanan yang saya hidangkan, tapi Kiara memilih lauk ikan karena itu
makanan kesukaannya.”
“Terima kasih atas informasinya, Bu. Kami harus melakukan uji lab agar dapat mengetahui
penyebab penyakit Kiara,” ujar Dokter.
“Baik, Dok,” jawab Mama khawatir.
Beberapa saat kemudian,
“Permisi Bu. Terkait kondisi Kiara sekarang telah membaik. Ibu boleh membawanya pulang.
Untuk hasil Lab, bisa ditunggu dalam waktu dua hari ini.” ujar Dokter.
“Terima kasih, Dok atas bantuannya.”
Mama segera bersiap untuk membawa Kiara pulang dari rumah sakit.
Dua hari kemudian Kiara dan Mama diantar Paman untuk mengambil hasil pemeriksaan
Laboratorium, “Menurut hasil lab Kiara, ada bakteri E-coli yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsinya. Bakteri tersebut biasanya terdapat pada ikan yang hidup di air tercemar. Berdasarkan
keterangan Ibu sebelumnya, Kiara makan ikan. Jadi kesimpulannya Kiara keracunan ikan yang
mengandung bakteri E. coli,” jelas Dokter.
Setelah mendapat penjelasan dari dokter, mereka segera pulang.
Dalam perjalanan, mobil yang ditumpangi Kiara melaju perlahan melewati pinggir sungai di
sekitar rumahnya. Airnya sangat keruh dan penuh sampah plastik. “Mungkinkah ikan yang aku makan
berasal dari sungai ini?” gumam Kiara.
Kemudian Kiara melihat Pak Seto sedang memancing di seberang sungai. Dia mendapat ikan
banyak, besar, dan segar. “Ma, waktu itu Mama beli ikan di mana?” Kiara menyelidik.
“Mama membeli ikan pada Pak Seto, tetangga kita. Kenapa, Nak?”
“Coba Mama lihat. Bukankah orang yang memancing itu Pak Seto?” Kiara menunjuk ke
seberang sungai.
Mama menoleh. “Astagfirullah. Iya, benar itu Pak Seto.”
Mama terkejut. “Ternyata ikan yang Mama beli adalah hasil memancing dari sungai yang
tercemar ini. Pantas saja kalau Kiara sakit perut,” Mama sangat menyesal. “Jika hasil tangkapan ikan
dari sungai ini dijual ke pasar, tentunya banyak pembeli yang keracunan. Bagaimana agar tidak ada
yang mengalami keracunan lagi.” Mama mulai berpikir.
“Kita datangi Pak Seto. Kita beritahu dia agar tidak memancing di sungai itu untuk sementara,”
sambil mengemudi Paman mulai angkat bicara.
“Kasihan, Paman, kalau Pak Seto harus berhenti memancing. Dia akan kehilangan pekerjaan,”
kata Mama.
“Hmm, sungainya dibersihkan saja, Ma,” usul Kiara.
“Usul yang bagus,” puji Paman.
“Baiklah. Nanti malam Paman akan ke rumah Pak RT agar mengajak warga untuk bergotong-
royong membersihkan sungai ini,” lanjut Paman.
Setelah salat maghrib, Paman segera berangkat ke rumah Pak RT dan menyampaikan peristiwa
yang telah dialami oleh Kiara. “Bagaimana kalau hari Minggu besok kita ajak warga untuk kerja bakti
membersihkan aliran sungai?” usul Paman kepada Pak RT.
“Itu usul yang sangat bagus. Saya sangat setuju, Pak,” tukas Pak RT. “Baiklah. Segera kita
laksanakan. Warga akan mendapat undangan kerja bakti membersihkan sungai.”

Hari Minggu, warga melaksanakan kerja bakti di sungai. Terlihat Paman, Pak RT, dan Pak Seto
bergabung dengan warga yang lain. Merekan bahu-membahu mengangkat sampah yang menumpuk di
sana. Berkarung-karung sampah diangkat dari sungai itu. Beberapa truk sampah sudah siap
mengangkut untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir. Sungai terlihat bersih dan airnya mengalir
dengan lancar. Kiara tersenyum senang, saat menyaksikan sungai menjadi bersih.

Anda mungkin juga menyukai