Anda di halaman 1dari 286

ah

KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI KABUPATEN


GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BERBENTUK

sy
MODUL PADA SUBMATERI ARTHROPODA
UNTUK SMA KELAS X SEMESTER 2

SKRIPSI

an
Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Biologi

Irw
in

Oleh:
w

Edwin Irwansyah
NIM 07304244078
Ed

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
(c)
ah
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI KABUPATEN
GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BERBENTUK
MODUL PADA SUBMATERI ARTHROPODA

sy
UNTUK SMA KELAS X SEMESTER 2

SKRIPSI

an
Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Biologi
Irw
w in

Oleh:

Edwin Irwansyah
NIM 07304244078
Ed

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
(c)


 
ah
PERSETUJUAN

sy
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI KABUPATEN
GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BERBENTUK
MODUL PADA SUBMATERI ARTHROPODA UNTUK SMA KELAS X

an
SEMESTER 2

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas


Irw
Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Edwin Irwansyah
NIM. 07304244078
in

Menyetujui,
w

Yogyakarta, 15 November 2011


Pembimbing I Pembimbing II
Ed

Suhardi, M.Pd Triatmanto, M.Si


NIP. 19490920 197603 1 001 NIP. 19650129 199101 1 001
(c)

ii 
 
ah
PENGESAHAN

sy
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI KABUPATEN
GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BERBENTUK
MODUL PADA SUBMATERI ARTHROPODA UNTUK SMA KELAS X
SEMESTER 2

an
Oleh:
Edwin Irwansyah
07304244078

Telah diuji dan dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal 27 Desember 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Irw
DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal


Suhardi, M.Pd Ketua Penguji
NIP. 19490920 197603 1 001
....................... ...............
Triatmanto, M.Si Sekretaris Penguji
NIP. 19650129 199101 1 001
in

....................... ...............
Suratsih, M.Si Penguji Utama
NIP. 19591103 198601 1 001
........................ ...............
Satino, M.Si Penguji Pendamping
w

NIP. 19650831 199802 1 001


........................ ...............

Yogyakarta, Januari 2012


Ed

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Yogyakarta
Dekan,
(c)

Dr. Hartono
NIP. 19620329 198702 1 002

iii 
 
ah
SURAT PERNYATAAN

sy
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Edwin Irwansyah
NIM : 07304244078

an
Prodi/Jurdik : Pendidikan Biologi/Pendidikan Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Judul TAS : KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI
KABUPATEN GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF
BAHAN AJAR BERBENTUK MODUL PADA SUBMATERI
Irw
ARTHROPODA UNTUK SMA KELAS X SEMESTER 2

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara dan
etika penulisan karya ilmiah yang lazim.
in

Yogyakarta, 15 November 2011


w

Penulis,
Ed

Edwin Irwansyah
NIM. 07304244078
(c)

iv 
 
ah
MOTTO
O DAN PER
RSEMBAH
HAN

sy
Motto:
Kejarlah
h duniamu
u seakan‐
‐akan kit
ta akan 
hidup se
elamanya dan keja
arlah akh
hiratmu 

an
seakan‐a
akan kita
a akan ma
ati esok hari 
(Muhamma
ad SAW). 

Allah me
engazab ssiapa yanng dikehe
endaki‐
Nya  dan
n  memberi  rahmat
t  kepada  siapa 
yang  dikehendaki‐Nya,  dan  hanya 
kepada‐N
Nyalah kaamu akan dikembal
Irw likan 
(Q.S. Al
l ‘Ankabuuut_21).

Menjadi  miskin  adalah  perintah  untuk 


akan  diri  sendiri,  dan  menjadi 
mengkaya m
kaya ada
alah periintah unttuk mengkkayakan 
orang la
ain 
(Mario T
Teguh). 
 
 
 
 
in

Pe
ersembah
han: 
Ka
arya  sederhana  ini  khusus 
ku
upersembahkan  unt
tuk  bapak  dan  ibuku 
te
ercinta... 
w

Su
ungguh  besarnya 
b kasih  sayang  dan 
pe
engorbanan  kalian  takkan  pernah 
te
ergantikan... 
Bi
imbingan  dan  ir ringan  ddo’a  selalu 
Ed

an
nanda  har
rapkan  sebagai  ppelita  da
alam 
me
enapaki k
kehidupan dunia & akherat...
(c)


 
ah
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS DI KABUPATEN
GUNUNG KIDUL SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR BERBENTUK
MODUL PADA SUBMATERI ARTHROPODA

sy
UNTUK SMA KELAS X SEMESTER 2

Oleh:
Edwin Irwansyah
07304244078

an
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis


Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung Kidul, mengangkatnya menjadi
sumber belajar biologi, dan mengemasnya menjadi alternatif bahan ajar berbentuk
modul.
Irw
Penelitian ini terbagi dalam dua tahap, yakni penelitian eksploratif pada
tahap pertama, dan penelitian pengembangan (R&D) pada tahap kedua. Pada
penelitian tahap kedua, hasil penelitian tahap pertama diangkat menjadi sumber
belajar biologi melalui identifikasi proses dan produk penelitian, seleksi dan
modifikasi hasil penelitian, dan penerapan hasil penelitian ke dalam organisasi
instruksional berupa RKP dan RPP. Sumber belajar kemudian dikemas menjadi
bahan ajar berbentuk modul. Penilaian kualitas bahan ajar modul sebatas pada
tinjauan dan masukan ahli mencakup aspek materi, aspek penyajian/media, dan
aspek keterbacaan/bahasa.
in

Hasil penelitian eksploratif (penelitian tahap I) menunjukkan ditemukanya


22 jenis Arthropoda gua kars dari 5 kelas berbeda, mencakup 11 jenis hewan
troglofil dan 11 jenis hewan trogloxen. Proses pengangkatan hasil penelitian
eksploratif menjadi sumber belajar menunjukkan bahwa hasil penelitian
memenuhi syarat menjadi sumber belajar biologi. Pengemasan hasil penelitian
w

menjadi modul dilakukan secara prosedural. Berdasarkan tinjauan dan masukan


ahli, produk modul yang disusun secara umum baik, dengan sedikit perbaikan.
Kata Kunci: Arthropoda, Gua Kars, Sumber Belajar, Bahan Ajar, Modul.
Ed
(c)

vi 
 
ah
KATA PENGANTAR

sy
Alhamdulillahirabbil’alamin, ungkapan rasa syukur senantiasa penulis

haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat iman dan kesehatan sehingga

penulisan tugas akhir skripsi dengan judul “Keanekaragaman Arthropoda Gua

an
Kars di Kabupaten Gunung Kidul sebagai Alternatif Bahan Ajar Berbentuk Modul

Pada Submateri Arthropoda untuk SMA Kelas X Semester 2” dapat terselesaikan.

Shalawat dan salam semoga senatiasa selalu tercurah kepada junjungan kita
Irw
Rasulullah Muhammad SAW sang pembawa risalah kebenaran. Penulis sangat

menyadari terselesaikanya penyusunan skripsi ini tidak dapat terlepas dari

dukungan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada

kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT, atas hela nafas serta ribuan nikmat yang tak ternilai harganya
in

sehingga penulis diberikan kemudahan dalam setiap langkah kehidupan.

2. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu, dan adik-adikku) yang selalu mendukung

langkahku untuk menjadi lebih baik setiap waktunya, atas dukungan moril dan
w

spiritual yang tak tergantikan.

3. Bapak Dr. Hartono, Dekan FMIPA UNY atas segala pengayomannya.


Ed

4. Bapak Dr. Slamet Suyanto selaku Ketua Jurusan Pendidikan Biologi, Bapak

Suratsih, M.Si selaku Kaprodi Pendidikan Biologi, atas dukunganya dalam

penyelesaian tugas akhir ini.


(c)

vii 
 
ah
5. Ibu Siti Mariyam, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik, serta segenap

jajaran dosen dan karyawan, atas ilmu yang bermanfaat serta bimbingan

sy
selama penulis menjadi mahasiswa di kampus UNY tercinta.

6. Bapak Suhardi, M.Pd selaku pembimbing I atas pengayoman, bimbingan,

arahan, serta motivasi selama penulisan tugas akhir ini.

an
7. Bapak Triatmanto, M.Si selaku pembimbing II atas pengayoman, bimbingan,

arahan, serta motivasi selama penulisan tugas akhir ini.

8. Bapak Suratsih, M.Si dan Bapak Satino, M.Si selaku penguji utama dan
Irw
penguji pendamping skripsi.

9. Dek Nie yang selama ini selalu di sampingku, semoga impian dan cita-cita

kita di masa yang akan datang dapat terkabul.

10. Sahabat-sahabat seperjuanganku kelas pendidikan biologi swadana D, teman-

teman BSG UNY, dan teman-teman penulis yang lain, semoga tali silaturahmi
in

diantara kita selalu terjaga.

11. Semua pihak yang telah mendukung terselesaikanya karya ini, yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.


w

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
Ed

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulis di masa

mendatang. Semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, November 2011


Penulis
(c)

viii 
 
ah
DAFTAR ISI

sy
Halaman Judul..................................................................................................... i
Halaman Persetujuan........................................................................................... ii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii
Surat Pernyataan ................................................................................................. iv
Motto dan Persembahan ...................................................................................... v

an
Abstrak ................................................................................................................ vi
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar..................................................................................................... xii
Daftara Lampiran ................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
Irw
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 7
C. Batasan Masalah ........................................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
G. Batasan Operasional ................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA


in

A. Deskripsi Teori
1. Kajian Keilmuan
a. Kawasan Kars................................................................................. 13
b. Keanekaragaman Hayati ................................................................ 14
c. Fauna Kawasan Kars ...................................................................... 18
w

d. Filum Arthropoda ........................................................................... 19


2. Kajian Kependidikan
a. Hakekat Pembelajaran Biologi ....................................................... 22
b. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Biologi ................................ 24
Ed

c. Hakekat Sumber Belajar Biologi ................................................... 24


d. Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar Biologi .... 26
e. Penyusunan Bahan Ajar Dalam Bentuk Modul ............................. 29
B. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................................ 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 38
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 39
(c)

E. Instrumen Penelitian .................................................................................. 40

ix 
 
ah
F. Prosedur Penelitian .................................................................................... 43
G. Teknik Analisis Data .................................................................................. 54

sy
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Jenis Arthropoda .................................................................................. 55
2. Jumlah Jenis Secara Kualitatif ............................................................. 77
3. Data Parameter Lingkungan Abiotik ................................................... 79
B. Pembahasan

an
1. Jenis Arthropoda dan Karakteristik Habitatnya ................................... 79
2. Parameter Lingkungan Abiotik ............................................................ 100
3. Pengangkatan Sumber Belajar Biologi ................................................ 103
a. Identifikasi Proses dan Produk Penelitian ...................................... 111
b. Seleksi dan Modifikasi Hasil Penelitian ........................................ 117
c. Penerapan dan Pengembangan Hasil Penelitian ............................ 123
4. Penyusunan Modul ............................................................................... 130

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


Irw
A. Kesimpulan ............................................................................................... 139
B. Saran ......................................................................................................... 140

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 141


Lampiran
w in
Ed
(c)


 
ah
DAFTAR TABEL

sy
Tabel 4.1: Arthropoda 1 (Tettigidea lateralis) .................................................... 55
Tabel 4.2: Arthropoda 2 (Ceuthophilus maculatus)............................................ 56
Tabel 4.3: Arthropoda 3 (Apis sp.) ...................................................................... 57
Tabel 4.4: Arthropoda 4 (Leucophaea sp.) ......................................................... 58
Tabel 4.5: Arthropoda 5 (Eremmoblatta sp.) ...................................................... 59

an
Tabel 4.6: Arthropoda 6 (Gerris sp.) .................................................................. 60
Tabel 4.7: Arthropoda 7 (Ischnura cervula) ....................................................... 61
Tabel 4.8: Arthropoda 8 (Aeshna sp.) ................................................................. 62
Tabel 4.9: Arthropoda 9 (Thelida atricornis.) .................................................... 63
Tabel 4.10: Arthropoda 10 (Tomocerus elongatus) ............................................ 64
Tabel 4.11: Arthropoda 11 (Neobisium boui) ..................................................... 65
Tabel 4.12: Arthropoda 12 (Leptoneta infuscate) ............................................... 66
Irw
Tabel 4.13: Arthropoda 13 (Meta menardi) ........................................................ 67
Tabel 4.14: Arthropoda 14 (Pholcus phalangioides) .......................................... 68
Tabel 4.15: Arthropoda 15 (Charon grayi) ......................................................... 69
Tabel 4.16: Arthropoda 16 (Charon serophanis)................................................ 70
Tabel 4.17: Arthropoda 17 (Macrobrachium poeti) ........................................... 71
Tabel 4.18: Arthropoda 18 (Stygothelphusa sp.) ................................................ 72
Tabel 4.19: Arthropoda 19 (Narceus sp.)............................................................ 73
Tabel 4.20: Arthropoda 20 (Galliobates gracilis) .............................................. 74
Tabel 4.21: Arthropoda 21 (Scolopendra sp.)..................................................... 75
Tabel 4.22: Arthropoda 22 (Scutigera coleoptrata)............................................ 76
in

Tabel 4.23: Data jumlah jenis Arthropoda yang ditemukan pada masing-masing gua ........ 77
Tabel 4.24: Data parameter lingkungan abiotik .................................................. 79
Tabel 4.25: Pengorganisasian TP pada masing-masing KB ............................... 106
Tabel 4.26: Fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil eksplorasi gua .................. 116
Tabel 4.27: Kesesuaian konsep KTSP dan konsep hasil penelitian .................... 120
w

Tabel 4.28: Pengorganisaian materi dan kedudukan hasil penelitian pada KTSP ................ 122
Tabel 4.29: Masukan dosen ahli media ............................................................... 136
Tabel 4.30: Masukan dosen ahli materi .............................................................. 137
Tabel 4.31: Masukan dosen ahli bahasa .............................................................. 137
Ed
(c)

xi 
 
ah
DAFTAR GAMBAR

sy
Gambar 3.1: Bagan tahap-tahap penelitian ......................................................... 37
Gambar 3.2: Gua Lawa ....................................................................................... 45
Gambar 3.3: Gua Song Gilap .............................................................................. 46
Gambar 3.4: Gua Sodong Mudal ........................................................................ 47
Gambar 3.5: Gua Semuluh .................................................................................. 47

an
Gambar 3.6: Gua Seropan ................................................................................... 48

Irw
w in
Ed
(c)

xii 
 
ah
DAFTAR LAMPIRAN

sy
Lampiran 1 .......................................................................................................... 144
¾ Modul Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kab. Gunung
Kidul
Lampiran 2 .......................................................................................................... 145
¾ Data hasil eksplorasi keanekaragaman Arthropoda gua kars

an
kabupaten gunung kidul
¾ Pemetaan zonasi gua
Lampiran 3 .......................................................................................................... 146
¾ Kerangka modul
¾ Kisi-kisi soal modul
Lampiran 4 .......................................................................................................... 147
¾ Angket tinjauan dan masukan ahli
Irw
Lampiran 5 .......................................................................................................... 148
¾ Surat pernyataan ahli
w in
Ed
(c)

xiii 
 
1
 

ah
BAB I

PENDAHULUAN

sy
A. Latar Belakang Masalah

an
Upaya peningkatan kualitas dan pembaharuan pendidikan di Indonesia

telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah melalui Kementerian

Pendidikan Nasional maupun oleh lembaga-lembaga pendidikan swasta.

Usaha peningkatan dan pembaharuan ini bermacam-macam dan menjangkau


Irw
berbagai aspek pendukung pendidikan itu sendiri. Salah satu kebijakan

pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia adalah dengan

memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai diterapkan di

Indonesia sejak tahun 2006 untuk memperbaharui kurikulum sebelumnya,


in

yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan


w

di masing-masing satuan pendidikan (BSNP, 2006: 5). Kurikulum sendiri

merupakan kesatuan program pendidikan yang diberikan kepada peserta didik


Ed

dengan sistematis untuk pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum sangat

menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan satuan pendidikan bagi

peserta didiknya. Baik-buruknya kualitas pendidikan di suatu satuan

pendidikan berawal dari kualitas kurikulum itu sendiri. Menurut S. Nasution

(2003: 4) kurikulum adalah program belajar bagi peserta didik yang disusun
(c)

 
2
 

ah
secara sistematis dan logis dan diberikan oleh satuan pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan.

sy
Pemberlakuan KTSP membuka kesempatan bagi tiap satuan

pendidikan untuk mengembangkan kurikulumnya sesuai dengan kebutuhan.

BSNP (2006: 7) pada dasarnya telah menetapkan beberapa acuan

an
pengembangan kurikulum tersebut secara nasional. Salah satu acuan tersebut

adalah keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan. Jadi

setiap satuan pendidikan baik pada jenjang SD, SMP, maupun SMA harus
Irw
mempertimbangkan keragaman potensi dan karakteristik lingkungan dalam

pengembangannya, termasuk penerapannya dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan prinsip bahwa kurikulum adalah proses pembelajaran

yang direncanakan dan diprogramkan bagi peserta didik baik di dalam

maupun di luar kelas, maka pelaksanaan KTSP di setiap satuan pendidikan


in

seharusnya mempertimbangkan potensi daerah yang dapat mendukung proses

pembelajaran. Selain pembelajaran yang lebih efektif karena memanfaatkan

potensi yang sudah ada, dengan memanfaatkan potensi lokal diharapkan


w

dapat memberi kesempatan langsung bagi peserta didik untuk berinteraksi

dengan obyek belajarnya dan menumbuhkan semangat belajar peserta didik


Ed

sekaligus menyadarkannya untuk lebih menghargai dan menjaga kelestarian

lingkungan lokalnya.

Setiap wilayah dengan karakter berbeda berpotensi memiliki

perbedaan arah pengembangan kurikulum, termasuk Daerah Istimewa

Yogyakarta yang memiliki beraneka ragam karakteristik wilayah mulai dari


(c)

 
3
 

ah
pegunungan berapi, laut berpantai pasir, laut berpantai karang, hamparan

tanah kars, serta tak sedikit tempat-tempat wisata edukasi. Tidak dapat

sy
diabaikan bahwa keberadaan aset-aset daerah ini sangat berpotensi dalam

mendukung proses belajar peserta didik.

Berdasarkan pengalaman peneliti, selama ini pendidikan di Indonesia

an
lebih banyak melaksanakan pembelajaran dengan jangkauan global yang

justru tergolong asing bagi peserta didik, sementara potensi lokal suatu daerah

yang lebih dikenal peserta didik dalam kehidupan sehari-hari justru lebih
Irw
banyak dikesampingkan. Misalnya pada saat proses pembelajaran materi-

materi tertentu guru justru menjelaskan dengan memberi contoh suatu fakta

atau kasus yang terjadi di daerah lain, padahal kasus serupa juga dapat

dijumpai di daerah sekitar. Dengan KTSP diharapkan setiap satuan

pendidikan melalui para guru mampu memanfaatkan potensi lokalnya untuk


in

dikemas menjadi sumber serta bahan belajar bagi peserta didik di satuan

pendidikan bersangkutan dengan berbagai pertimbangan dan penyesuaian.

Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu wilayah dengan


w

topografi karsnya (termasuk dalam daerah Pegunungan Sewu) yang telah

mendunia. Bahkan pernah disebut-sebut sebagai salah satu warisan dunia


Ed

karena keunikannya. Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kars

Pegunungan Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah kars, yaitu

bentukan positif yang tumpul, dan tidak terjal. Kars Pegunungan Sewu juga

dicirikan dengan bentukan dolin yang setiap musim penghujan selalu terisi air

yang kemudian disebut telaga, yang jumlahnya ratusan. Luas kars Gunung
(c)

 
4
 

ah
Sewu mencapai 3300 km2 yang meliputi Propinsi DIY, Jawa Tengah, dan

Propinsi Jawa Timur (Langit Ardhy Susilo, 2008: 5).

sy
Daerah dengan topografi kars sangatlah unik. Dalam keunikan-

keunikan tersebut terdapat beberapa potensi yang sangat mungkin untuk

dimanfaatkan sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup manusia.

an
Setidaknya ada empat potensi yang mungkin dapat dimanfaatkan yaitu,

potensi mineral, potensi air, potensi organik, serta potensi wisata dan ilmu

pengetahuan. Daerah kars memiliki keunikan-keunikan tersendiri yang tidak


Irw
ada di daerah lain. Sebagai contoh di bawah permukaan kars, sering terdapat

gua-gua beserta ornamennya yang begitu eksotis. Gua di sini tidak hanya gua

horisontal, namun adapula gua vertikal yang dihuni oleh berbagai macam

organisme kars. Dalam gua ini juga sering dijumpai sungai-sungai bawah

tanah yang tidak terdapat di daerah lain.


in

Keunikan dan kekayaan kars belum banyak dimanfaatkan secara

maksimal oleh masyarakat khususnya di bidang pendidikan. Selama ini

kawasan kars lebih banyak dimanfaatkan sebagai tempat wisata yang


w

terkadang justru kurang mementingkan keselamatan ekosistem yang ada di

dalamnya. Hal ini layaknya mendapatkan perhatian khusus dari berbagai


Ed

pihak terkait. Sebuah penelitian (Suratsih, 2010) menghasilkan sebuah

analisis bahwa kawasan kars Kabupaten Gunung Kidul menyimpan suatu

potensi pengembangan sumber belajar berbasis potensi lokal. Selain itu,

analisis juga menunjukkan akan adanya kebutuhan guru biologi dan peserta
(c)

 
5
 

ah
didik di Kabupaten Gunung Kidul untuk dikembangkanya bahan ajar yang

dikemas dari sumber lokal.

sy
Filum Arthropoda merupakan salah satu dari beberapa organisme kars

yang dominan. Arthropoda yang menghuni daerah kars tentunya mempunyai

keunikan ciri yang membedakanya dengan Arthropoda sejenis di daerah lain.

an
Hal ini menyebabkan filum Arthropoda di kawasan kars sangat menarik

untuk dijadikan obyek pembelajaran biologi. Keanekaragaman hayati

ekosistem kars dan gua sangat spesifik dan terbatas. Spesies yang hidup di
Irw
kawasan kars telah beradaptasi pada lingkungan dengan kadar kalsium tinggi

dan tahan akan kekeringan selama beberapa bulan (Langit Ardhy Susilo,

2008: 2). Ada pula spesies yang hanya terdapat di beberapa gua saja, bahkan

ada beberapa spesies yang ditemukan hanya pada bukit-bukit tertentu atau

gua tertentu dari suatu kawasan kars yang luas. Beberapa jenis hewan
in

penghuni gua lainnya bahkan sudah beradaptasi total pada kegelapan abadi

interior gua. Binatang khas gua ini (tergolong troglobit atau troglobio)

memiliki nilai ilmiah tinggi karena merupakan obyek studi banding proses
w

evolusi binatang, khususnya dalam gua di daerah tropika yang pernah

dianggap tidak mungkin mengevolusi binatang-binatang khas gua ini (R.K.T.


Ed

Ko, 2000: 7).

Era pendidikan dengan KTSP saat ini tidak lagi memusatkan proses

pembelajaran pada guru, melainkan pada peserta didik. Guru hanya berfungsi

sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas kepada subyek belajar untuk

kepentingan belajarnya. Selain sebagai fasilitator guru juga berperan sebagai


(c)

 
6
 

ah
motivator, pembimbing, pengarah, serta pendorong dalam proses

pembelajaran, agar proses pembelajaran berlangsung efektif dan terpadu.

sy
Terkait dengan hal-hal di atas, peserta didik dituntut lebih aktif, kreatif, dan

mandiri dalam proses belajarnya. Peserta didik diharapkan akan lebih banyak

belajar sendiri atau dalam suatu kelompok belajar dengan sedikit mungkin

an
bantuan dari orang lain termasuk guru.

Kompetensi yang menuntut keaktifan peserta didik hendaknya

didukung dengan ketersediaan bahan ajar yang bervariasi. Salah satu bahan
Irw
ajar yang dapat disesuaikan dengan karakteristik potensi lokal dan kebutuhan

peserta didik untuk belajar mandiri adalah bahan ajar berbentuk modul.

Modul diharapkan akan membantu peserta didik dalam proses belajar untuk

lebih memahami dan mendalami materi, terutama pada kasus materi pelajaran

yang terlalu banyak sedangkan waktu belajar dalam kelas hanya sedikit dan
in

bahkan ada suatu kemungkinan materi yang disampaikan guru hanya

sebagian atau bahkan materi dilewati karena dianggap kurang begitu penting.

Modul sebagai alternatif bahan belajar bagi peserta didik dapat disesuaikan
w

dengan kebutuhan satuan pendidikan di masing-masing daerah, serta dapat

dipelajari peserta didik secara mandiri kapanpun ia mau tanpa dibatasi jam
Ed

pelajaran di kelas.

Dalam kurikulum saat ini (sesuai dengan standar isi), submateri

Arthropoda merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai

peserta didik di SMA kelas X semester 2. Pada pelaksanaanya dalam

kurikulum, submateri ini tercantum pada materi pokok filum dunia hewan,
(c)

 
7
 

ah
atau pada pengembangan materi Keanekaragaman Hayati. Materi tentang

keanekaragaman Arthropoda gua kars merupakan suatu bentuk

sy
pengembangan dari submateri Filum Arthropoda. Oleh karena itu, materi ini

akan optimal jika dikemas dalam bentuk modul pembelajaran yang dapat

dipelajari peserta didik secara mandiri di luar jam pelajaran yang terbatas.

an
B. Identifikasi Masalah

Dari rumusan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan

1.
Irw
permasalahan sebagai berikut:

Penerapan KTSP yang menuntut pembelajaran kontekstual dengan

karakteristik pengembangan potensi lokal serta pembelajaran yang

berpusat pada peserta didik selama ini belum optimal.

2. Keberadaan Arthropoda gua kars di wilayah Kabupaten Gunung Kidul


in

menyimpan potensi pembelajaran biologi yang selama ini masih sangat

sedikit dimanfaatkan.

3. Submateri Arthropoda dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas sering


w

mendapat porsi waktu yang sedikit dan peserta didik lebih dituntut untuk

mampu mendalami materi tersebut secara mandiri di luar jam pelajaran.


Ed

4. Guru-guru biologi belum banyak mengembangkan modul pembelajaran

biologi berbasis potensi lokal maupun berbasis karakteristik peserta didik

untuk mendukung keaktifan peserta didik, termasuk di dalamnya kajian

tentang submateri Arthropoda endemik kawasan kars.


(c)

 
8
 

ah
5. Minimnya variasi bahan ajar yang dapat digunakan sebagai buku

pendamping pada submateri Arthropoda untuk menunjang keaktifan

sy
peserta didik dalam belajar secara mandiri.

C. Batasan Masalah

an
Masalah yang muncul masih sangat luas, agar penelitian lebih terarah

dan terpusat, maka penelitian dibatasi pada hal-hal berikut :

1. Penelitian eksplorasi gua kars dibatasi untuk mengambil data dan


Irw
informasi tentang keanekaragaman jenis Arthropoda gua di beberapa gua

kars di Kabupaten Gunung Kidul (ditentukan dengan teknik sampling).

2. Identifikasi ciri morfologik Arthropoda gua kars Kabupaten Gunung Kidul

dibatasi untuk menemukan konsep keanekaragaman jenis Arthropoda gua.

3. Proses pengangkatan potensi keanekaragaman Athropoda gua kars


in

Kabupaten Gunung Kidul sebagai sumber belajar serta pengemasanya

menjadi bahan ajar modul dilakukan dengan batasan pada kompetensi

dasar submateri Filum Arthropoda untuk SMA kelas X semester 2 yang


w

disesuaikan dengan KTSP.


Ed

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah diatas, dapat

dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana keanekaragaman jenis Arthropoda Gua Kars di Kabupaten

Gunung Kidul?
(c)

 
9
 

ah
2. Bagaimana mengangkat keanekaragaman Arthropoda gua kars di

Kabupaten Gunung Kidul menjadi sumber belajar biologi?

sy
3. Bagaimana mengemas keanekaragaman Arthropoda gua kars di Kabupaten

Gunung Kidul menjadi alternatif bahan ajar berbentuk modul

(pengembangan) pada submateri Arthropoda?

an
E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di Kabupaten

Gunung Kidul.
Irw
2. Mengangkat keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di Kabupaten

Gunung Kidul menjadi sumber belajar biologi.

3. Mengemas keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di Kabupaten

Gunung Kidul menjadi alternatif bahan ajar berbentuk modul


in

(pengembangan) pada submateri Arthropoda.

F. Manfaat Penelitian
w

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan gambaran mengenai keanekaragaman


Ed

Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung Kidul yang ditemukan saat

penelitian. Penelitian ini juga dapat menambah kajian mengenai sumber

belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran beserta

penyusunannya dalam bentuk bahan ajar.


(c)

 
10
 

ah
2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru biologi

sy
Guru dapat mengetahui potensi lingkungan sekitar dan

memanfaatkanya sebagai bahan ajar yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran biologi untuk mendukung keberhasilan KTSP.

an
b. Manfaat bagi peserta didik

Dengan mengedepankan aspek potensi lokal diharapkan peserta didik

akan lebih termotifasi dalam belajar, lebih mudah dalam menangkap


Irw
materi pelajaran, dan dapat menggunakan modul pembelajaran

sebagai bahan atau acuan dalam belajar secara mandiri maupun

berkelompok sesuai kebutuhan dan waktu yang dimilikinya.

c. Manfaat bagi peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam mengembangkan suatu


in

sumber belajar menjadi bahan ajar yang berkualitas serta dapat

memberikan sumbangsih karyanya agar dapat bermanfaat bagi

kemajuan pendidikan.
w
Ed
(c)

 
11
 

ah
G. Batasan Operasional

Untuk menghindari adanya salah penafsiran, maka perlu adanya

sy
pembatasan istilah. Adapun maksud atau pengertian dari istilah-istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Keanekaragaman dalam hal ini adalah keanekaragaman jenis Arthropoda

an
yang ditemukan pada kegiatan eksplorasi gua kars di Kabupaten Gunung

Kidul yang kemudian dikelompokkan berdasarkan kelas-kelasnya dan

dianalisis dengan teknik-teknik identifikasi. Kelas yang dimaksud adalah


Irw
penggolongan tata nama ilmiah dari Arthropoda pada urutan klasifikasi

taksonomik.

2. Penyusunan dalam hal ini adalah kegiatan mengembangkan sebuah produk

penelitian biologi, merangkai, menyatukan, mengkompilasi, dan

memodifikasi komponen-komponen menjadi struktur atau bentuk tertentu.


in

3. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang penggunaannya secara

terprogram dengan sengaja dikembangkan oleh guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran (Surachman, 2001: 8). Alternatif bahan ajar yang


w

dimaksud dalam penelitian adalah ini bahan ajar yang dikemas dalam

bentuk modul pengembangan.


Ed

4. Modul semi self contained adalah satu unit bahan pelajaran yang

merupakan bentuk gabungan dari self contained dan non self contained,

artinya ada sebagian informasi yang termuat dalam modul, namun ada

sebagian yang mengharuskan siswa untuk mencari dan menggunakan

sumber informasi di luar modul (Yoyok Wardoyo, 2004: 17).


(c)

 
12
 

ah
5. Uji kualitas modul dalam hal ini dilakukan sebatas pada tinjauan dan

masukan dari dosen ahli. Peninjauan dan pemberian masukan mengenai

sy
kualitas modul mencakup aspek materi, media, dan bahasa yang digunakan

dalam modul. Produk akhir penelitian berupa prototype modul yang belum

diuji secara luas keterpakainya. Pengujian terhadap kualitas modul dalam

an
skala yang lebih luas dapat diteliti oleh peneliti lain.

Irw
w in
Ed
(c)

 
13
 

ah
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

sy
A. Deskripsi teori

an
1. Kajian Keilmuan

a. Kawasan Kars

Kars mengandung makna sebagai suatu bentang alam, yang secara

khusus berkembang pada batuan karbonat akibat proses karsifikasi


Irw
selama ruang dan waktu geologi tersedia (Hanang Samodra, 2000: 2).

Bentang alam tersebut dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan.

Proses pelarutan secara kimiawi karena air ini dipercepat oleh CO2

baik yang terdapat dipermukaan tanah maupun yang berada di bawah

permukaan tanah sebagai hasil pembusukan sisa-sisa tumbuhan atau


in

humus. IUCN (Hanang Samodra, 2001: 6) menyebutkan bahwa kadar

CO2 di permukaan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain


w

kegiatan penguapan akar tumbuhan, kegiatan mikroba, dan banyak

sedikitnya fauna invertebrata yang hidup di permukaan tanah.


Ed

Monroe (Hanang Samodra, 2001: 8) mengemukakan bahwa

kawasan batuan karbonat yang mengalami karsifikasi dicirikan dengan

bentukan-bentukan morfologi, baik yang ada di permukaan tanah

(eksokars) maupun di bawah permukaan tanah (endokars). Gejala

eksokars antara lain diwujudkan dalam bentuk bukit-bukit tunggal,


(c)

pematang bukit, ukiran dipermukaan batuan (struktur lapies dan

 
14
 

ah
karren), serta lekuk-lekuk lembah (dolina, polje, uvala). Sedangkan

sistem perguaan dan aliran sungai bawah tanah dikenal dengan

sy
fenomena endokars, yang awal mula terjadinya disebabkan oleh proses

pelarutan.

b. Keanekaragaman Hayati

an
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki

keanekaragaman hayati yang tinggi dengan keunikan tersendiri. Di

indonesia terdapat sekitar 28.000 spesies tumbuhan, 350.000 spesies


Irw
hewan, dan 10.000 spesies mikroba. Keanekaragaman makhluk hidup

meliputi variasi tingkat gen, spesies, dan ekosistem yang dapat dilihat

dari perbedaan bentuk, ukuran, struktur, warna, fungsi organ, jumlah

dan habitat. Untuk menyatakan keanekaragaman kehidupan di bumi

beserta pola-pola alamiah yang membentuknya, digunakan istilah


in

biodeversitas / keanekaragaman hayati (Saktiyono, 2008: 75).

Hamilton-Smith (Hanang Samodra, 2001: 3) menyebutkan

keanekaragaman hayati adalah ragam spesies, atau spesies yang


w

berhubungan dengan ekosistem yang terdapat di lingkungan daratan,

laut atau kondisi lainnya. Keanekaragaman hayati terbentuk karena


Ed

adanya keseragaman dan keberagaman sifat atau ciri makhluk hidup.

Di dalam satu jenis (spesies) makhluk hidup juga dijumpai adanya

perbedaan atau keberagaman. Perbedaan sifat dalam satu spesies

disebut variasi. Keanekaragaman hayati meliputi keanekaragaman

makhluk hidup pada semua tingkatan organisasi kehidupan. Jadi


(c)

 
15
 

ah
keanekaragaman hayati tidak hanya terjadi antar jenis, tetapi dalam

satu jenis pun terdapat keanekaragaman atau bervariasi. Variasi ini

sy
diakibatkan oleh keanekaragaman gen. Selain itu keanekaragaman

lingkungan menyebabkan jenis makhluk hidup yang ditemukan di

suatu ekosistem berbeda dengan jenis makhluk hidup di ekosistem

an
yang lain. Hal ini menyebabkan terjadinya keanekaragaman

ekosistem.

Keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :


Irw
1) Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Keanekaragaman hayati tingkat gen adalah

keanekaragaman gen dalam satu spesies. Gen merupakan pembawa

sifat suatu makhluk hidup, misalnya gen pada manusia menentukan

bentuk rambut, hidung, mata, kulit, postur tubuh, dan sebagainya.


in

Perubahan gen menyebabkan perubahan sifat sehingga perbedaan

gen menyebabkan terjadinya variasi dalam satu spesies. Gen

terletak pada ADN yang berada pada tempat-tempat tertentu di


w

dalam kromosom dan kromosom terletak di dalam sel. Makhluk

hidup dalam satu spesies mempunyai jumlah kromosom yang


Ed

sama. Meskipun perangkat dasarnya sama, tetapi susunan gen

dapat berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya.

Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu

individu dalam satu spesies. Selain faktor genetik (disebut

genotipe), ciri atau sifat yang muncul pada suatu makhluk hidup
(c)

 
16
 

ah
(disebut fenotipe) juga ditentukan oleh lingkungan. Jika salah satu

atau keduanya berubah, maka akan menimbulkan perubahan sifat.

sy
2) Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis

Keanekaragaman hayati tingkat jenis merupakan

keanekaragaman dalam suatu ekosistem yang ditunjukkan oleh

an
adanya macam-macam jenis makhluk hidup baik dari kelompok

hewan, tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme. Keanekaragaman

jenis merupakan seluruh variasi pada makhluk hidup yang berbeda


Irw
jenisnya dan dapat diamati dengan mudah. Untuk mengetahui

keanekaragaman hayati tingkat jenis, salah satu caranya adalah

dengan mengamati ciri-ciri fisiknya, misalnya bentuk dan ukuran

tubuh, warna, kebiasaan hidup, dan lain-lain.

3) Keanekaragaman Hayati Tingkat Ekosistem


in

Semua makhluk hidup berinteraksi atau berhubungan erat

dengan lingkungan tempat hidupnya. Setiap makhluk hidup

tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai, sehingga


w

pada lingkungan tertentu dapat dihuni berbagai macam makhluk

hidup. Perbedaan komponen abiotik menyebabkan perbedaan


Ed

makhluk hidup yang menghuninya. Karena ada banyak ekosistem

di bumi maka timbul keanekaragaman hayati tingkat ekosistem,

misalnya ekosistem padang rumput, hutan hujan tropis, pantai,

sungai, dan air laut.


(c)

 
17
 

ah
Lingkungan hidup terdiri dari komponen biotik dan

komponen abiotik. Komponen biotik meliputi berbagai jenis

sy
makhluk hidup. Komponen abiotik meliputi faktor fisik dan faktor

kimia. Faktor fisik misalnya iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan

kelembaban. Faktor kimia meliputi salinitas (kadar garam), tingkat

an
keasaman, dan kandungan mineral. Komponen biotik maupun

abiotik dalam suatu ekosistem sangat beragam, sehingga ekosistem

yang terbentuk akan bervariasi pula. Di dalam ekosistem, terjadi


Irw
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan

biotik maupun abiotik. Salah satu penyebab keanekaragaman

hayati tingkat ekosistem adalah perbedaan letak geografis.

Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim.

Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur,


in

curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran.

Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora

(tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah. Di


w

daerah dingin terdapat bioma tundra yang ditumbuhi sejenis lumut.

Hewan yang dapat hidup antara lain rusa kutub dan beruang kutub.
Ed

Di daerah beriklim sedang terdapat bioma taiga yang ditumbuhi

berbagai jenis tumbuhan konifer dan ditempati hewan seperti

anjing hutan dan rusa kutub. Pada iklim tropis terdapat hutan hujan

tropis yang memiliki flora dan fauna yang sangat beraneka ragam.
(c)

 
18
 

ah
c. Fauna Kawasan Kars

Lingkungan kars yang tandus dan gersang memiliki daya dukung

sy
yang relatif rendah terhadap kehidupan flora dan fauna di dalamnya.

Oleh sebab itu kars terciri mempunyai endemisme yang tinggi, dimana

beberapa jenis flora dan fauna mungkin hanya dapat dijumpai di

an
kawasan kars tertentu (Hanang Samodra, 2001: 118).

Fauna yang ada di kawasan kars tropis jenisnya sangat beragam.

Binatang tersebut dapat menyesuaikan hidupnya dengan lingkungan


Irw
yang panas, gersang, sedikit air dan hanya mempunyai lapisan tanah

yang relatif tipis. Beberapa jenis fauna yang terjebak dalam lingkungan

yang berbeda dengan aslinya, akan mengalami evolusi.

Perkembangannya dicirikan dengan perubahan morfologi tubuh,

dimana hanya anggota-anggota tubuh penting saja yang dipertahankan,


in

sisanya akan hilang, atau digantikan dengan anggota tubuh lain yang

lebih bermanfaat di lingkungan barunya. Secara umum, R.K.T. Ko

(2000) mengelompokkan fauna di kawasan kars menjadi :


w

1. Golongan Arthropoda : termasuk udang, kepiting, serangga dan

laba-laba.
Ed

2. Golongan Moluska, termasuk keong dan bekicot.

3. Golongan ikan (Pisces).

4. Golongan burung (Aves), termasuk walet.

5. Golongan Mamalia, termasuk kelelawar.

6. Golongan Reptil, termasuk ular (Hanang Samodra, 2001: 120).


(c)

 
19
 

ah
Lingkungan kars yang merupakan habitat biota endemik terbagi

menjadi beberapa daerah, salah satunya yang spesifik dan kompleks

sy
adalah gua kars. Hazelton dan Glennie (R.K.T. Ko, 2000: 10-11)

membagi hewan penghuni gua dalam tiga kelompok:

1. Troglobit

an
Hewan yang hidup secara permanen dalam gua. Sudah

menyesuaikan diri secara mutlak dengan lingkungan gua yang

gelap abadi tanpa fluktuasi suhu dalam gua. Beberapa spesies


Irw
bahkan tidak dapat hidup di luar habitat gua.

2. Troglofil

Hewan yang senang bermukim di lingkungan gelap abadi

gua, ada yang menjalani seluruh siklus hidupnya di dalam gua,

tetapi dapat pula hidup di lingkungan epigen (di luar gua) atau
in

tidak terbatas pada daerah gelap saja.

3. Trogloxen

Hewan yang ditemukan dalam gua, tetapi siklus hidupnya


w

tidak seluruhnya dijalani dalam gua.

d. Filum Arthropoda
Ed

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthros (sendi), dan

podos (kaki). Oleh karena itu cirri utama hewan yang termasuk dalam

filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies

anggota Arthropoda merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan


(c)

 
20
 

ah
filum lainya yaitu lebih dari 800.000 spesies yang tersebar di berbagai

wilayah yang berbeda (H. Yusuf Kastawi, dkk., 2003: 212).

sy
Arthropoda termasuk ke dalam kelompok hewan yang tidak

memiliki tulang belakang atau disebut golongan Avertebrata

(invertebrate). Beberapa filum hewan Avertebrata yang terkenal

an
diantaranya adalah Filum Protozoa, Filum Porifera, Filum

Coelenterata, Filum Platyhelminthes, Filum Nemathelminthes, Filum

Annelida, Filum Mollusca, Filum Echinodermata, dan Filum


Irw
Arthropoda (Suhardi, 2007: 1).

Menurut H. Yusuf Kastawi, dkk. (2003: 212), cirri umum yang

dimiliki anggota filum Arthropoda adalah sebagai berikut:

1. Tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling

berhubungan di bagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal


in

(germ layers) sehingga merupakan hewan triploblastik.

2. Tubuh memiliki kerangka luar dan dibedakan atas kepala, dada,

serta perut yang terpisah atau bergabung menjadi satu.


w

3. Setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak ada.

4. Respirasi dengan menggunakan paru-paru buku, trakhea, atau


Ed

insang. Pada spesies terrestrial bernafas menggunakan trakhea atau

pada Arachnida menggunakan paru-paru buku atau menggunakan

keduanya (paru-paru buku dan trakhea).

5. Ekskresi dengan menggunakan tubulus Malpighi atau kelenjar

koksal.
(c)

 
21
 

ah
6. Saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus, dan

anus.

sy
7. Sistem peredaran darah berupa sistem peredaran darah terbuka,

beredar berurutan melalui jantung, organ dan jaringan, hemocoel

(sinus), dan kembali ke jantung.

an
8. Saraf berupa sistem saraf tangga tali.

9. Berkelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara interna, dan bersifat

ovipar.
Irw
10. Perkembangan individu baru terjadi secara langsung atau melalui

stadium larva.

Menurut Engemann dan Hegner (H. Yusuf Kastawi, dkk., 2003:

217) filum Arthropoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita

(sudah punah), Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Semua


in

anggota Trilobita sudah punah tetapi kemungkinan masih ada sifat

yang dapat dijumpai pada Arthropoda primitif. Mereka kehilangan


w

apendik daerah kepala. Chelicerata berbeda dari Mandibulata tentang

dua hal utama yaitu Chelicerata tidak memiliki antena dan mandibula.
Ed

Adapun semua anggota Mandibulata memiliki antena sebagai apendik

pertama yang terletak di ujung anterior dan memiliki mandibula.

Subfilum Chelicerata meliputi kelas Pycnogonidea, Merostomata

(habitat air laut), kelas Arachnidea (laba-laba, tungau), kelas

Tardigrada, dan kelas Pentastomoidea. Subfilum Onychophora hanya


(c)

terdiri atas satu kelas yaitu kelas Onychophora. Subfilum Mandibulata

 
22
 

ah
merupakan subfilum terbesar meliputi kelas Crustacea, Insekta,

Chilopoda, Diplopoda, Pauropoda, dan Symphyla. Subfilum

sy
Mandibulata ini didominasi oleh dua kelas yaitu Crustacea dan Insekta.

Anggota kelas Crustacea dapat dibedakan dari kelas Insekta dengan

dimilikinya dua pasang antena yang terletak di kepala, sedangkan

an
Insekta hanya memiliki satu pasang antena. Kelas Chilopoda dicirikan

dengan adanya satu pasang kaki di setiap segmen tubuhnya, sedangkan

kelas Diplopoda memiliki dua pasang kaki pada tiap segmen tubuhnya.
Irw
Kelas Pauropoda dan Symphyla merupakan Arthropoda terestrial yang

berukuran kecil dan kurang diketahui afinitasnya (H. Yusuf Kastawi,

dkk., 2003: 217-218).

2. Kajian Kependidikan
in

a. Hakekat Pembelajaran Biologi

Pembelajaran biologi mempunyai obyek dan permasalahan

berupa mahkluk hidup serta segala aspek yang terkait padanya.


w

Suhardi (2007: 4) mengungkapkan bahwa proses pembelajaran /

proses belajar mengajar biologi merupakan suatu sistem. Sistem


Ed

pembelajaran tersebut merupakan satu kesatuan utuh antar komponen-

komponen pembelajaran. Komponen pembelajaran tersebut berupa

raw input (peserta didik), Instrumental input (masukan instrumental),

lingkungan dan Output (hasil keluaran) dengan pusat sistem berupa

proses pembelajaran.
(c)

 
23
 

ah
Proses pembelajaran biologi diatur dan dikemas sedemikian

rupa dalam sebuah kurikulum untuk dapat mencapai tujuan

sy
pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran sebagai proses merupakan

suatu proses usaha untuk memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai

tujuan (Syamsu Mappa dan Anisah Basleman, 1994: 11).

an
Pembelajaran biologi menekankan adanya interaksi antara

peserta didik dengan obyek yang dipelajari. Dengan interaksi ini

memberi peluang kepada peserta didik untuk berlatih belajar dan


Irw
mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir,

keterampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan biologi

dan pengkajiannya (Djohar, 1974: 4).

Dalam pencapaianya, pembelajaran biologi sebagaimana

pembelajaran pada umumnya mengedepankan ranah-ranah pendidikan


in

sebagai target pencapaian yang harus dikuasai peserta didik. Ranah

tersebut menurut Wuryadi (1971: 88) dapat diuraikan menjadi tujuan


w

pendidikan biologi, yaitu:

1) Pengembangan sikap dan pengharagaan.

2) Pengembangan cara berfikir.


Ed

3) Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun

ketrampilan berfikir.

4) Pengembangan pengetahuan dan pengertian serta penggunaan

pengetahuan tersebut bagi kepentingan kehidupan manusia.


(c)

 
24
 

ah
b. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Biologi

Lingkungan merupakan laboratorium alami bagi pembelajaran

sy
biologi. Semakin banyak memanfaatkan lingkungan alami sebagai

sumber belajar biologi berarti semakin memberi kesempatan bagi

peserta didik untuk berinteraksi langsung dengan obyek belajarnya.

an
Menurut UNESCO (Mulyasa E, 2007: 182) lingkungan diartikan

sebagai faktor-faktor fisik, biologi, sosial-ekonomi, dan budaya yang

berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi


Irw
dengan kehidupan seseorang.

Batasan lingkungan dalam hal ini sangatlah luas dan

pemanfaatanya tidak terbatas pada lingkungan yang biasa digunakan

dalam proses belajar di satuan pendidikan saja, namun semua

lingkungan bahkan yang tidak pernah terfikirkan pun dapat


in

dimanfaatkan untuk sumber belajar asalkan disesuaikan dengan

kompetensi yang akan dicapai. Suhardi (2007: 7) menyebutkan

beberapa contoh lingkungan yang dapat digolongkan sebagai sumber


w

belajar biologi antara lain Kebun Raya Bogor, Suaka Marga Satwa,

Suaka Alam, Taman Laut asli dan buatan. Sumber belajar akan sangat
Ed

mendukung terjadinya proses interaksi peserta didik dengan objek

belajarnya baik secara langsung ataupun tidak langsung.

c. Hakekat Sumber Belajar Biologi

Menurut Nuryani Y. Rustaman (2005: 5) dalam proses

pembelajaran terkandung kegiatan interaksi antara guru dengan


(c)

 
25
 

ah
peserta didik dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi dan

sy
komunikasi timbal balik antara guru dan peserta didik merupakan ciri

dan syarat utama bagi berlangsungnya proses ini. Perlu dipahami

bahwa interaksi tersebut tidak hanya berupa penyampaian materi

an
pelajaran melainkan juga menanamkan sikap dan nilai pada diri

peserta didik yang sedang belajar, selain interaksi antara guru dan

peserta didik juga ada interaksi antara peserta didik dan obyek yang
Irw
dipelajarinya. Suhardi (2007: 4) menegaskan bahwa hakikat proses

belajar adalah interaksi antara peserta didik dengan obyek yang

dipelajarinya sehingga proses pembelajaran tidak tergantung sekali

kepada keberadaan guru sebagai pengelola pembelajaran. Lebih lanjut

dikatakan bahwa hal tersebut menjadi alasan untuk tidak


in

mengesampingkan peranan sumber dan media belajar dalam proses

pembelajaran.

Biologi adalah ilmu yang memiliki ciri menggunakan benda


w

hidup sebagai obyek studinya (IGP Suryadharma, dkk, 1997: 5),

dengan demikian sumber belajar biologi tentunya memiliki kekhasan


Ed

tersendiri dibandingkan sumber belajar lainnya. Suhardi (2007: 5)

menyatakan sumber belajar biologi adalah segala sesuatu, baik benda

maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh

pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu.


(c)

 
26
 

ah
Keberadaan sumber belajar dapat memungkinkan dan memudahkan

terjadinya proses belajar.

sy
Mulyasa E. (2007: 177) merumuskan sumber belajar sebagai

segala sesuatu yang dapat memberi kemudahan belajar, sehingga

diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan

an
keterampilan yang diperlukan. Sumber belajar juga diartikan sebagai

daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses

pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagian


Irw
atau secara keseluruhan.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007: 7) membedakan

sumber belajar menjadi 2 macam, yaitu:

1) Sumber belajar yang siap digunakan dalam proses pembelajaran

tanpa adanya penyederhanaan dan atau modifikasi (by utilization).


in

2) Sumber belajar yang disederhanakan dan atau dimodifikasi (by

design).

d. Pemanfaatan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar


w

Kaidah keilmuan adalah adanya obyek dan permasalahan.

Dalam sains, proses penyelesaian tiap-tiap masalah harus dilakukan


Ed

dengan metode ilmiah/ penelitian. Hasil penelitian ini kemudian dapat

dimanfaatkan kembali sebagai sumber belajar pengembangan bagi

ilmu itu sendiri. Menurut Suhardi (2007: 14-17) hasil penelitian dapat

digunakan sebagai sumber belajar melalui beberapa tahapan sebagai

berikut:
(c)

 
27
 

ah
1) Identifikasi proses dan produk penelitian

Sebelum melakukan pengkajian terhadap proses dan produk

sy
hasil penelitian terlebih dahulu dilakukan pengkajian berdasarkan

kurikulum pendidikan biologi yang berlaku. Berdasarkan

pengkajian tersebut akan dapat dilihat kejelasan potensi

an
ketersediaan obyek dan permasalahan yang diangkat, kesesuaian

dengan tujuan pembelajaran, sasaran materi dan peruntukannya,

informasi yang akan diungkap, pedoman eksplorasi dan perolehan


Irw
yang akan dicapai. Langkah berikutnya pengkajian dilakukan dari

segi proses, yang dijabarkan dalam langkah-langkah kerja ilmiah

sebagai berikut:

a) Identifikasi dan perumusan masalah

b) Perumusan tujuan penelitian


in

c) Perumusan hipotesis

d) Penyusunan prosedur penelitian

e) Pelaksanaan kegiatan
w

f) Pengumpulan dan analisis data

g) Pembahasan hasil penelitian


Ed

h) Penarikan kesimpulan

Pengkajian dari segi produk penelitian dilakukan dengan

menggeneralisasikan fakta hasil penelitian menjadi konsep dan

prinsip. Hasil identifikasi proses dan produk kemudian


(c)

 
28
 

ah
distrukturisasi dan diwujudkan dalam bentuk bagan untuk

diangkat sebagai sumber belajar.

sy
2) Seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi

Hasil penelitian yang telah memenuhi syarat kemudian

diseleksi dan dimodifikasi hasilnya dengan cara menyesuaikan

an
prosedur kegiatan dengan proses pembelajaran. Proses

pembelajaran tersebut adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh

peserta didik, misalnya penyediaan obyek atau media, dan


Irw
pelaksanaan penelitian bagi peserta didik, apakah dilaksanakan di

laboratorium atau di lapangan. Produk penelitian yang berupa

fakta, konsep, dan prinsip selanjutnya juga disesuaikan dengan

konsep atau sub konsep GBPP kurikulum biologi yang sedang

berlaku.
in

3) Penerapan hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi ke

dalam organisasi instruksional

Penerapan hasil penelitian diwujudkan dalam Rancangan


w

Kegiatan Pembelajaran (RKP) dengan komponen-komponen:

a) Konsep
Ed

b) Sub konsep

c) Standar kompetensi (SK)

d) Kompetensi Dasar (KD)

e) Tujuan Pembelajaran (TP)

f) Uraian Materi
(c)

 
29
 

ah
g) Sasaran

h) Jenis Kegiatan

sy
i) Waktu

j) Metode

k) Sarana dan Prasarana

an
l) Bentuk belajar

m) Sistem interaksi

n) Alat evaluasi
Irw
e. Penyusunan Bahan Ajar Dalam Bentuk Modul

Sumber belajar yang tersedia melimpah di sekitar kita, perlu

dikemas dalam bentuk bahan ajar agar optimal pemanfaatannya.

Bahan ajar merupakan sumber belajar yang secara sengaja

dikembangkan untuk tujuan pembelajaran. Bahan ajar umumnya


in

dikemas dalam bentuk bahan-bahan cetakan atau media lain yang

secara potensial mampu menumbuhkan dorongan pada diri peserta

didik untuk belajar (Surachman, 2001: 9).


w

Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang

disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Modul bisa


Ed

dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari

komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran,

metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem

evaluasinya (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 132).

Penggunaan modul bertujuan agar tujuan pendidikan bisa tercapai


(c)

 
30
 

ah
secara efektif dan efisien. Peserta didik dapat mengikuti program

pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih

sy
banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, dan

menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery

learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80 %.

an
Menurut Nasution (2000: 218) pembelajaran modul

mengharuskan peserta didik disiplin, sanggup mengatur waktu,

memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan-godaan untuk


Irw
bermain. Peserta didik yang terbiasa menerima pelajaran dari guru

melalui pendengaran akan cenderung pasif dan mengalami kesulitan

dalam pembelajaran menggunakan modul yang menuntut aktivitas

sebagai dasar utama dalam belajar.

Terdapat berbagai macam pendekatan mengenai cara


in

penyusunan bahan ajar berbentuk modul. Menurut S. Nasution (2000:

217-218) penyusunan atau pengembangan modul dapat dilakukan

menurut langkah-langkah sebagai berikut :


w

1) Merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam

bentuk kelakuan peserta didik yang dapat diamati dan diukur.


Ed

2) Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi peserta

didik. Peserta didik harus mengetahui manfaat yang dapat diambil

bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga peserta didik

dapat mempelajarinya secara optimal.


(c)

 
31
 

ah
3) Menentukan proses-proses belajar yang akan dilakukan peserta

didik untuk membantu dan membimbing peserta didik dalam

sy
mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan dalam

tujuan pembelajaran. Proses belajar dapat berupa mendengarkan

rekaman, melihat film, mengadakan percobaan dalam

an
laboratorium, membaca, mengerjakan soal dan sebagainya.

4) Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

5) Menyiapkan pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka


Irw
bagi peserta didik setiap waktu ia memerlukan.

Model lain yang dikembangkan Nana Sudjana dan Ahmad

Rivai (2003: 133-134), dalam menyusun modul dapat menempuh

langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menyusun kerangka modul : dengan cara menetapkan atau


in

merumuskan tujuan instruksional umum, merinci tujuan

instruksional khusus, menyusun butir-butir soal evaluasi guna

mengukur pencapaian tujuan khusus, menyusun pokok-pokok


w

materi dalam urutan yang logis, menyusun langkah-langkah

kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan, mengidentifikasi


Ed

alat-alat yang diperlukan dalam proses belajar dengan modul.

2) Menulis program secara rinci yang meliputi pembuatan petunjuk

guru, lembaran kegiatan peserta didik, lembaran kerja peserta

didik, lembaran jawaban, lembaran tes, dan lembaran jawaban tes.


(c)

 
32
 

ah
Lebih lanjut disimpulkan oleh Sungkono, dkk (2003: 11) cara

apapun yang digunakan oleh pengembang modul, secara garis besar,

sy
langkah-langkah pengembangan modul terdiri atas:

1) Persiapan

2) Pelaksanaan penulisan

an
3) Uji coba

4) Revisi

5) Produksi dan distribusi


Irw
Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

modul didefinisikan sebagai satu unit program pembelajaran terkecil

yang secara rinci menggariskan :

1) Tujuan instruksional yang akan dicapai.

2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar-mengajar.


in

3) Pokok-pokok materi yang dipelajari.

4) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih

luas.
w

5) Peranan guru dalam proses belajar-mengajar.

6) Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan.


Ed

7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati

peserta didik secara berurutan.

8) Lembaran kerja yang harus diisi oleh peserta didik.

9) Program evaluasi yang akan dilaksanakan.


(c)

 
33
 

ah
Modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, misalnya

berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian

sy
kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar

yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan peserta

didik belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual

an
serta perwujudan pengajaran individual.

Modul biologi, menurut (Yoyok Wardoyo, 2004: 25-26)

memiliki karakteristik sebagai berikut:


Irw
1) Judul modul merupakan rumusan topik-topik biologi yang

diseleksi dan disesuaikan dengan kurikulum.

2) Bentuk modul adalah bentuk gabungan dari self contained dan

non-self contained, artinya ada sebagian informasi yang termuat

dalam modul, namun ada sebagian yang mengharuskan peserta


in

didik untuk mencari dan menggunakan sumber informasi diluar

modul. Sumber informasi dapat berupa: pustaka, lapangan,

percobaan (kerja laboratorium), pakar bidang biologi, dan


w

sebagainya.

3) Modul tidak merupakan perangkat yang lengkap, tetapi yang


Ed

mutlak ada adalah lembar instruksional (yang dituangkan dalam

tugas-tugas pembelajaran pada setiap modul) yang merupakan

pengarah dan cara belajar peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran.
(c)

 
34
 

ah
4) Cara pembelajaran, yang tertuang dalam tugas-tugas, dengan

menggunakan modul ini sangat beragam yang meliputi proses-

sy
proses IPA, sehingga pendekatan pembelajarannya adalah

mengacu pada hakekat keilmuan biologi untuk mencapai

kompetensi yang diharapkan.

an
5) Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas, bantuan guru kepada

peserta didik sangat diperlukan. Bantuan yang dimaksudkan

adalah peran guru bukan hanya sekedar guru sebagai informator


Irw
dalam proses pembelajaran peserta didik, tetapi semua peran guru:

organisator, fasilitator, konduktor, inisiator, motivator, mediator,

evaluator, dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tentang modul, maka unsur-unsur yang

terdapat di dalamnya adalah sebagai berikut:


in

1) Rumusan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan belajar tersebut

dirumuskan dalam bentuk tingkah laku peserta didik.

2) Petunjuk belajar, memuat penjelasan tentang bagaimana


w

pembelajaran itu dapat diselenggarakan secara efisien.

3) Lembar Kerja Siswa (LKS), memuat materi pelajaran yang harus


Ed

dikuasai oleh peserta didik.

4) Lembar latihan dan tugas, memuat pertanyaan dan masalah-

masalah yang harus dijawab oleh peserta didik.

5) Kunci Jawaban latihan dan tugas, tujuannya adalah agar peserta

didik dapat mengevaluasi hasil pekerjaannya.


(c)

 
35
 

ah
6) Lembar Tes formatif, merupakan alat evaluasi untuk mengukur

keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah

sy
dirumuskan dalam modul.

7) Rangkuman, memuat ringkasan materi untuk memantapkan

pemahaman materi pelajaran.

an
8) Kunci Lembaran tes formatif, tujuannya adalah agar peserta didik

dapat mengevaluasi hasil pekerjaannya.

B. Kerangka Berpikir
Irw
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengisyaratkan bahwa

setiap satuan pendidikan bebas menyusun kurikulumnya sendiri dengan

dibatasi standar isi dari pemerintah. Salah satu karakteristik KTSP adalah

pengembangan kurikulum berbasis potensi lokal yang dikembangkan setiap


in

satuan pendidikan.

Bentang alam kars di Kabupaten Gunung Kidul memiliki potensi yang

besar bagi dunia pendidikan ke depan, terlebih saat ini pemanfaatanya masih
w

sangat kurang. Kawasan kars di Kabupaten Gunung Kidul menyimpan

kekayaan berupa gua-gua kars yang memiliki ekosistem yang menarik untuk
Ed

dipelajari dalam pembelajaran biologi. Pemanfaatan gua kars dapat mengatasi

permasalahan pembelajaran dalam hal keterbatasan interaksi antara peserta

didik dengan obyek yang dipelajarinya terutama di setiap satuan pendidikan

di Kabupaten Gunung Kidul sendiri.


(c)

 
36
 

ah
KTSP juga menuntut peserta didik untuk lebih aktif menggali informasi

belajarnya secara mandiri dengan sedikit bantuan dari guru. Proses

sy
pembelajaran di dalam kelas yang terbatas jam pelajaran juga sering menjadi

kendala efektifitas penyampaian materi oleh guru dan menyebabkan

kurangnya kedalaman materi. Termasuk submateri Arthropoda pada materi

an
Filum Dunia Hewan yang diajarkan pada SMA kelas X semester 2 dengan

jam pelajaran yang sedikit.

Penelitian pengembangan pendidikan yang didahului dengan penelitian


Irw
eksplorasi gua dapat dilakukan untuk memanfaatkan gua kars di Kabupaten

Gunung Kidul sebagai sumber belajar keanekaragaman Arthropoda gua kars.

Penelitian dilakukan dengan melakukan eksplorasi di gua kars Kabupaten

Gunung Kidul, mengangkatnya sebagai sumber belajar, dan mengemas

hasilnya menjadi sebuah produk alternatif bahan ajar berupa modul. Modul
in

yang telah melalui proses perbaikan berdasarkan masukan para ahli kemudian

dapat dimanfaatkan peserta didik khususnya di Kabupaten Gunung Kidul

untuk membantu mendalami materi Arthropoda gua dalam modul secara


w

mandiri.
Ed
(c)

 
37
 

ah
BAB III

METODE PENELITIAN

sy
A. Desain Penelitian

an
Penelitian ini termasuk Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development) sumber belajar biologi yang menghasilkan produk akhir berupa

prototype alternatif bahan ajar biologi berbentuk modul. Menurut Sugiyono

(2006: 411) dalam pengumpulan informasi untuk perencanaan produk


Irw
diperlukan metode penelitian tersendiri sesuai dengan permasalahan yang

akan dikaji. Dalam hal ini metode yang digunakan untuk mengetahui

keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars adalah dengan penelitian

eksploratif. Data yang diperoleh kemudian diangkat menjadi sumber belajar

biologi kemudian secara prosedural dikemas menjadi sebuah prototype


in

modul, dan dilakukan perbaikan kualitas modul berdasarkan tinjauan dan

masukan dari ahli. Tahapan penelitian lebih jelas ditunjukkan pada bagan di bawah ini:
w
Ed
(c)

Gambar 3.1 Bagan tahap-tahap penelitian.

 
38
 

ah
B. Tempat dan Waktu Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian Tahap I

sy
Penelitian tahap pertama dilaksanakan di lima gua kars Kabupaten

Gunung Kidul, yaitu di Gua Seropan, Gua Semuluh, Gua Lawa, Gua Song

Gilap, dan Gua Sodong Mudal. Selanjutnya proses identifikasi Arthropoda

an
yang ditemukan dilaksanakan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas

Negeri Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April - Mei

2011.
Irw
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tahap II

Penelitian tahap kedua (proses pengangkatan sumber belajar,

penyusunan modul, dan pengujian oleh ahli) dilaksanakan di FMIPA

Universitas Negeri Yogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Mei - Juli 2011.


in

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Penentuan populasi dan sampel penelitian digunakan pada penelitian


w

tahap pertama. Populasi dan sampel penelitian yang digunakan yaitu sebagai

berikut:
Ed

Populasi penelitian : Keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars

Kabupaten Gunung Kidul.

Sampel penelitian : Keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di 5

gua di Kab. Gunung Kidul yang ditentukan dengan

teknik purposive sampling.


(c)

 
39
 

ah
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data pada Penelitian Tahap I

sy
a) Data keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars diperoleh dengan cara

eksplorasi. Eksplorasi Arthropoda gua kars dilakukan dengan membagi

gua menjadi beberapa stasiun pengamatan berdasarkan zonasi gua,

an
yaitu zona terang, remang, dan gelap total yang keseluruhanya

mencakup daerah aquatik maupun terestrial berdasarkan karakteristik

masing-masing gua. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa


Irw
teknik sampling, yaitu:

1) Penangkapan langsung (take in).

2) Penangkapan dengan jaring atau jala, untuk menangkap

Arthropoda air maupun Arthropoda yang menempel pada

dinding dan langit-langit gua.


in

3) Pemasangan perangkap sumuran (pit-fall trap), untuk

menangkap Arthropoda yang aktif merayap di lantai gua

(terutama pada malam hari). Menurut Rosichon Ubaidillah dan


w

Pudji Aswari (2004: 78) perangkap sumuran digunakan untuk

menangkap hewan kecil yang aktif merayap di atas permukaan


Ed

tanah seperti semut, kumbang, dll. Biasanya digunakan gelas

plastik yang ditanam ke dalam tanah dengan permukaan rata

dengan tanah. Gelas diisi dengan bahan kimia pembunuh dan

pengawet (alkohol 70%).


(c)

 
40
 

ah
4) Pengayakan tanah atau ekstraksi substrat, untuk mengambil

Arthropoda kecil yang hidup di leburan tanah yang umumnya

sy
terbentuk dari kotoran kelelawar gua (guano).

b) Data mengenai parameter lingkungan yang meliputi suhu udara,

kelembaban udara, serta intensitas cahaya diperoleh melalui

an
pengukuran langsung di lokasi penelitian.

c) Studi pustaka, untuk mencari sumber-sumber terkait yang mendukung

data observasi terutama untuk identifikasi Arthropoda yang ditemukan.


Irw
d) Studi dokumentasi, untuk melengkapi data observasi dan studi pustaka,

diperoleh dengan mengabadikan gambar obyek dengan kamera.

2. Teknik Pengumpulan Data pada Penelitian Tahap II

a) Data mengenai prosedur pengangkatan hasil penelitian tahap pertama

menjadi sumber belajar diperoleh melalui analisis KTSP dan


in

modifikasi dengan berbagai sumber acuan terkait.

b) Data mengenai tinjauan dan masukan dari dosen ahli materi, media,

dan bahasa tentang kualitas draft modul yang telah disusun diperoleh
w

dari angket tinjauan dan masukan.


Ed

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Penelitian Tahap I

a) Pedoman dan lembar observasi, termasuk di dalamnya pedoman

penyusuran gua dan penggunaan perangkap Arthropoda.

b) Pedoman identifikasi Arthropoda.


(c)

 
41
 

ah
c) Peralatan standar penyusuran gua.

d) Perangkap sumuran.

sy
e) Botol koleksi.

f) Jaring Arthropoda air.

g) Lux meter.

an
h) Hygrometer.

i) Thermometer.

j) Ekstraktor tanah / ayakan.

k) Pinset.

l) Alat tulis.
Irw
m) Kamera / peralatan dokumentasi.

n) Bahan pembunuh dan pengawet koleksi Arthropoda.

2. Instrumen Penelitian Tahap II


in

a) Silabus KTSP SMA Kelas X (sesuai standar isi dari BSNP).

b) Pedoman pengangkatan hasil penelitian menjadi sumber belajar.

c) Pedoman penyusunan modul pembelajaran biologi.


w

d) Kerangka proses penyusunan modul.

e) Instrumen untuk ahli.


Ed

Instrumen berupa angket tinjauan dan masukan untuk menguji

kualitas draft modul yang telah disusun dilihat dari aspek materi,

penyajian, dan bahasanya. Instrumen ini disusun berdasarkan Standar

Penilaian Buku Pelajaran Sains yang dikeluarkan oleh Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003 yang telah


(c)

 
42
 

ah
dimodifikasi untuk penilaian modul. Adapun kategori kriteria modul

pembelajaran biologi berbasis potensi lokal yang baik dilihat dari

sy
aspek materi, penyajiannya, dan bahasa / keterbacaanya, yaitu:

1) Aspek Materi

a. Pengorganisasian materi mengikuti sistematika kailmuan.

an
b. Kegiatan pembelajaran mengembangkan keterampilan dan

kemampuan berpikir.

c. Penggunaan notasi, simbol dan satuan.


Irw
2) Aspek Penyajian

a. Organisasi penyajian umum.

b. Organisasi penyajian per-bab / kegiatan.

c. Materi disajikan dengan mempertimbangkan kebermaknaan

dan kebermanfaatan.
in

d. Melibatkan peserta didik secara aktif.

e. Tampilan umum menarik.

f. Variasi dalam cara penyampain informasi.


w

g. Anatomi buku pelajaran sains.

h. Memperlihatkan kode etik dan hak cipta.


Ed

3) Aspek Bahasa / Keterbacaan

a. Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. Peristilahan.

c. Kejelasan bahasa.

d. Kesesuaian bahasa.
(c)

 
43
 

ah
F. Prosedur Penelitian

1. Prosedur Penelitian Tahap I

sy
a) Penentuan lokasi

Lokasi penelitian mengambil lima gua di Kabupaten Gunung

Kidul yang ditentukan secara purposive. Menurut Melati Ferianita

an
Fachrul (2007: 13) purposive sampling merupakan teknik pengambilan

sampel yang digunakan apabila sampel yang akan diambil mempunyai

pertimbangan tertentu.
Irw
Pertimbangan pertama yang digunakan sebagai dasar penentuan

lokasi penelitian adalah karakteristik gua itu sendiri. Kawasan kars

Kabupaten Gunung Kidul (Pegunungan Sewu) memiliki banyak gua

dengan karakteristik yang berbeda, dan perbedaan karakteristik ini pula

yang kadang menyebabkan keragaman hewan yang berhabitat di


in

dalamnya juga berbeda. Berdasarkan observasi awal bahkan ditemukan

hewan yang hanya terdapat pada salah satu gua saja. Hal ini

membuktikan bahwa karakteristik suatu gua secara langsung


w

merupakan daya dukung bagi kehidupan organisme di dalamnya.

Tidak dapat dipungkiri, pembangunan gua sebagai areal wisata juga


Ed

akan membawa dampak langsung bagi ekosistem gua itu sendiri.

Pemasangan alat penerangan permanen, serta sarana-sarana pendukung

objek wisata lainya otomatis akan mengubah karakteristik gua. Oleh

karena itu, semua gua yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah gua

yang masih alami atau belum dikembangkan sebagai areal wisata.


(c)

 
44
 

ah
Dengan karakteristik masing-masing sampel gua yang telah ditentukan

diasumsikan akan dapat mewakili gua-gua kars di Kabupaten Gunung

sy
Kidul (Kars Pegunungan Sewu) lainya.

Selain faktor karakteristik gua, dalam penentuan lokasi penelitian

juga mempertimbangkan faktor keselamatan penelitian. Menurut

an
penuturan R.K.T. Ko (2000: 1) yang harus diperhatikan oleh seseorang

ketika akan melakukan penyusuran gua (caving) ada dua hal, yaitu

derajat kesulitan dan derajat keterampilan. Derajat kesulitan mencakup

(fragilitas).
Irw
derajat kesulitan penelusuran secara fisik, dan derajat kerapuhan gua

Kerapuhan gua menjadi faktor yang sangat

dipertimbangkan karena merupakan bagian gua yang labil dan

memungkinkan terjadinya perubahan kontur dengan tiba-tiba hingga

tertutupnya suatu bagian atau celah gua. Derajat keterampilan


in

ditentukan atas dasar tingkat kemahiran penelusur gua dalam

mengatasi kesulitan dan kerapuhan gua itu sendiri. Berhubung suatu

gua tidak selalu sederhana, tetapi bisa terdiri dari berbagai lorong,
w

percabangan, sumuran, bagian-bagian sempit, bagian terendam air

yang harus diarungi, direnangi, atau bahkan diselami, maka dalam


Ed

kedalaman penyusuranya juga harus disesuaikan dengan peralatan

yang dimiliki.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut ditentukan

lima lokasi penelitian yang diharapkan dapat mewakili keberadaan gua


(c)

 
45
 

ah
kars pegunungan sewu. Berikut adalah nama-nama gua lokasi

penelitian beserta deskripsi singkatnya:

sy
1. Gua Lawa

Gua Lawa terletak di Desa Umbulrejo, Kecamatan Ponjong.

Gua ini memiliki daerah dengan zona terang dan zona remang.

an
Karakteristik yang mendasar pada gua ini adalah bilik-bilik gua

yang besar dengan langit-langit gua yang tinggi. Terdapat sebuah

dolin (telaga yang terbentuk dari cekungan tanah kars yang terisi
Irw
air) di dalam gua dan di luar gua yang terletak tidak jauh dari

mulut Gua Lawa.


w in

Gambar 3.2 Gua Lawa (Sumber: Dokumen pribadi)

Gua Lawa dihuni oleh ribuan kelelawar dan burung walet.


Ed

Gua ini merupakan salah satu gua yang terancam keberadaanya

karena aktivitas penambangan phosfat di dalamnya. Penambangan

yang dilakukan penduduk setempat ini mampu mengubah-ubah

kondisi gua setiap harinya. Selain penambangan, aktivitas

perburuan kelelawar oleh penduduk setempat juga sering


(c)

dilakukan.

 
46
 

ah
2. Gua Song Gilap

Gua Song Gilap terletak di Dukuh Klumpit, Desa Keteng,

sy
Kecamatan Ponjong. Gua ini terdapat pada salah satu bukit kars

dan memiliki ornamen gua yang cukup banyak pada bagian langit-

langit gua.

an
Irw
Gambar 3.3 Gua Song Gilap (Sumber: Dokumen pribadi)

Gua Song Gilap merupakan gua yang panjang dengan celah-

celah yang sangat sempit dan memiliki daerah dengan zona terang,
in

remang, dan gelap total. Tidak terdapat aliran air yang besar di

dalamnya, namun terdapat daerah-daerah terjal di sepanjang gua.


w

3. Gua Sodong Mudal

Gua Sodong Mudal terletak di Dukuh Mudal, Desa


Ed

Gerboharjo, Kecamatan Pracimantoro. Karakteristik yang

mendasar pada gua ini adalah adanya aliran sungai yang masuk ke

dalamnya. Gua Sodong Mudal merupakan gua yang sangat panjang

dan belum diketahui secara pasti di mana ujungnya. Aliran sungai

ini membawa berbagai material organik ataupun anorganik yang


(c)

 
47
 

ah
langsung memasuki bagian dalam gua terutama saat debit air

meningkat karena hujan.

sy
an
Gambar 3.4 Gua Sodong Mudal (Sumber: Dokumen pribadi)
Irw
Di dalam gua terdapat banyak percabangan yang juga

merupakan sumber air tanah. Air tanah ini kemudian bercampur

dengan aliran sungai membentuk aliran sungai bawah tanah di

sepanjang gua. Gua ini memiliki daerah dengan zona terang,

remang, dan gelap total.


in

4. Gua Semuluh
w
Ed

Gambar 3.5 Gua Semuluh (Sumber: Dokumen pribadi)

Gua Semuluh terletak di Desa Ngeposari, Kecamatan

Semanu. Gua semuluh merupakan gua dengan celah yang sempit


(c)

 
48
 

ah
dengan langit-langit gua yang tinggi. Gua semuluh memiliki

daerah dengan zona terang, remang, dan gelap total. Sepanjang gua

sy
merupakan aliran air yang membawa seresah-serasah dari luar gua.

5. Gua Seropan

Gua Seropan terletak di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu.

an
Gua seropan memiliki daerah dengan zona terang, remang, dan

gelap total. Daerah gelap total merupakan daerah aquatik yang

merupakan aliran air tanah. Sumber air tanah muncul pada


Irw
percabangan gua menyebabkan gua ini terbagi menjadi dua daerah

yang berbeda, yaitu daratan dan perairan. Pada bagian perairan

merupakan aliran yang sangat deras dan panjang. Terdapat

beberapa air terjun yang curam di sepanjang gua ini.


w in
Ed

Gambar 3.6 Gua Seropan (Sumber: Dokumen pribadi)

Sumber air tanah yang terdapat di dalam gua telah

dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai sumber air bersih.

Terdapat pipa-pipa saluran air tanah menuju ke luar gua. Karena

fungsinya ini, Gua Seropan tertutup untuk umum, dan hanya


(c)

dimasuki pada keperluan-keperluan tertentu saja. Namun demikian,

 
49
 

ah
pembangunan saluran air tanah ini menyebabkan rusaknya

beberapa ornamen gua sebagai habitat hewan-hewan gua.

sy
Masing-masing gua yang telah ditentukan kemudian dibagi

menjadi tiga stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan ditentukan

berdasarkan pada zonasi gua, yaitu zona terang, zona remang, dan zona

an
gelap total mencakup kondisi aquatik maupun terestrial gua. Tidak

semua gua memiliki ketiga zonasi tersebut, oleh karenanya jumlah

stasiun pengamatan dapat berbeda-beda disesuaikan dengan


Irw
karakteristik masing-masing gua.

b) Pengambilan data

1) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati secara langsung,

mencatat, dan mendokumentasikan sampel Arthropoda pada


in

masing-masing stasiun pengamatan. Observasi juga digunakan

dalam mengukur parameter lingkungan masing-masing stasiun

pengamatan. Pengukran meliputi suhu udara, kelembaban udara,


w

dan intensitas cahaya pada ruang gua.

2) Koleksi
Ed

Koleksi spesimen dilakukan jika tidak memungkinkan

dilakukan identifikasi langsung di lapangan dan memerlukan

identifikasi lebih lanjut di laboratorium. Koleksi Arthropoda

dilakukan dengan mengawetkan menggunakan formalin 4% atau

alkohol 70%.
(c)

 
50
 

ah
Pengamatan dan pengambilan sampel Arthropoda gua

dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu:

sy
a. Eksplorasi untuk menghitung jumlah individu Arthropoda (bila

memungkinkan).

b. Sampling dengan menangkap langsung (take in) untuk

an
Arthropoda yang memungkinkan ditangkap secara langsung.

c. Sampling dengan jaring untuk Arthropoda yang aktif terbang

atau menempel pada dinding dan langit-langit gua.


Irw
d. Sampling dengan jala untuk Arthropoda air yang berhabitat

pada sungai-sungai dalam gua.

e. Sampling dengan perangkap sumuran (pit-fall trap) untuk

Arthropoda yang aktif merayap di lantai gua (terutama pada

malam hari).
in

f. Sampling dengan pengayakan atau pengekstrakan sampel tanah

/ guano yang memungkinkan dihuni Arthropoda.

3) Identifikasi
w

Identifikasi dan klasifikasi terhadap Arthropoda yang

ditemukan dilakukankan dengan studi literatur. Menurut Borrror


Ed

(1999: 128) kira-kira ada lima cara seorang mahasiswa dapat

mengidentifikasi serangga (Arthropoda) yang belum dikenal, yaitu:

a. Dilakukan identifikasi oleh ahli.

b. Membandingkan dengan spesimen yang telah berlabel pada

suatu koleksi.
(c)

 
51
 

ah
c. Membandingkan dengan gambar-gambar.

d. Membandingkan dengan uraian-uraian (pertelaan).

sy
e. Menggunakan kunci analitik, atau dengan mengkombinasikan

dua atau lebih prosedur-prosedur di atas.

an
2. Prosedur Penelitian Tahap II

a) Pengangkatan hasil penelitian menjadi sumber belajar biologi

Sebelum dilakukan pengangkatan sebagai sumber belajar biologi,


Irw
data hasil penelitian tahap I terlebih dahulu dikaji berdasarkan KTSP

untuk kemudian dapat dilihat beberapa pemenuhan terhadap

persyaratan berikut:

1) Kejelasan potensi ketersediaan obyek dan permasalahan yang diangkat.

2) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran.


in

3) Sasaran materi dan peruntukanya.

4) Informasi yang akan diungkap.

5) Pedoman eksplorasi.
w

6) Perolehan yang akan dicapai.

Setelah memenuhi persyaratan pengangkatan, selanjutnya hasil


Ed

penelitian harus melewati tahapan-tahapan pengangkatan sumber

belajar biologi sebagai berikut:

1) Identifikasi proses dan produk penelitian

Pada tahapan ini dilakukan pengkajian terhadap proses dan

produk penelitian yang relevan dengan permasalahan biologi di


(c)

 
52
 

ah
SMA. Hasil penelitian juga digeneralisasikan menjadi konsep dan

prinsip, kemudian dilanjutkan strukturisasi proses dan produk

sy
penelitian yang sudah memenuhi persyaratan untuk diangkat

menjadi sumber belajar (Suhardi, 2007: 14-15).

2) Seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar

an
biologi

Seleksi dan modifikasi hasil penelitian dilaksanakan dengan

penyesuaian terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dijalankan


Irw
peserta didik. Selain itu, produk penelitian yang berupa fakta,

konsep, dan prinsip disesuaikan dengan materi atau submateri

dalam KTSP biologi SMA kelas X semester 2 (sesuai dengan

standar isi dari BSNP).

3) Penerapan hasil penelitian sebagai sumber belajar ke dalam


in

organisasi instruksional.

b) Penyusunan prototype modul

Penyusunan prototype modul dilaksanakan secara prosedural


w

dengan mengacu pada tata cara pengemasan bahan ajar modul yang

dikembangkan oleh Sungkono (2003) dengan sedikit modifikasi


Ed

sehingga diperoleh tahapan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

a. Menyiapkan dan pengkajian kurikulum.

b. Menyiapkan dan penataan tenaga penulis.

c. Mengadakan bahan bacaan/referensi dan sarana lain yang diperlukan.


(c)

 
53
 

ah
2) Tahap pelaksanaan penulisan

a. Menentukan kriteria isi modul

sy
1) Menetukan urutan dan ruang lingkup materi.

2) Penyajian yang menarik.

3) Format penulisan.

an
b. Teknik penulisan

1) Merinci materi menjadi sub-submateri.

2) Membuat rancangan penulisan modul sesuai komponen modul.


Irw
c. Penulisan bahan/materi

1) Menguraikan materi/submateri secara sistematis.

2) Memperjelas uraian dengan ilustrasi atau contoh-contoh.

3) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan karakteristik/

kemampuan peserta belajar.


in

4) Memeriksa kembali uraian yang telah ditulis agar sesuai

dengan tujuan yang telah dirumuskan.

3) Tahap tinjauan ahli


w

a. Menjaring tinjauan dan masukan oleh ahli materi, ahli media,

ahli bahasa untuk perbaikan kualitas draft modul yang telah


Ed

disusun.

b. Menganalisis hasil tinjauan dan masukan.

4) Tahap revisi dan produksi

a. Mengevaluasi dan merevisi.

b. Mencetak modul.
(c)

 
54
 

ah
G. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap I

sy
Untuk mengetahui jenis Arthropoda gua yang ditemukan dilakukan

identifikasi dan dokumentasi.

2. Teknik Analisis Data Penelitian Tahap II

an
a) Analisis data dalam proses pengangkatan hasil penelitian tahap I

menjadi sumber belajar mencakup tahap identifikasi proses dan produk

penelitian, tahap seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai


Irw
sumber belajar biologi, dan tahap penerapa dan pengembangan hasil

penelitian sebagai sumber belajar biologi. Analisis dilaksanakan

berdasarkan KTSP (standar isi dari BSNP).

b) Data tinjauan dan masukan ahli dianalisis secara deskriptif untuk

menentukan tindak lanjut berupa revisi akhir draft modul.


w in
Ed
(c)

 
55

h
 

ya
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ns
A. Hasil Penelitian

1. Jenis Arthropoda

a) Arthropoda 1

a
Tabel 4.1 Arthropoda 1
Gambar: Ciri-ciri:

rw Kaki beruas-ruas.
Memiliki 3 pasang kaki. 
Memiliki dua pasang sayap lurus, sayap
depan lebih tebal.
Panjang tubuh ± 1,5 cm dengan bentuk
meruncing ke belakang.
nI
(Ukuran gambar ± 1 ½ kali ukuran sebenarnya)

Ditemukan di: Identifikasi:


1. Gua Lawa Berdasarkan kunci determinasi (2’-3-4),
- Zona terang uraian-uraian dan gambar yang
wi

dikemukakan oleh Donald J. Borror, dkk


(1992: 271), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Tettigidea
lateralis.
Ed

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Orthoptera
Famili : Tetrigidae
Genus : Tettigidea
Spesies : Tettigidea lateralis
(c)

 
56

h
 

ya
b) Arthropoda 2

Tabel 4.2 Arthropoda 2


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki (panjang).
Tidak bersayap.
Memiliki sepasang antena sangat panjang
(30 cm).
Tubuh sedikit terbungkuk dengan panjang
± 3 cm.

a
Warna coklat gelap.
Ditemukan di: Merayap pada lantai dan dinding gua.
1. Gua Lawa
- Zona terang
- Zona remang
2. Gua Song Gilap
- Zona terang
- Zona remang
rw (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
- Zona gelap dkk (1992: 281), Arthropoda dengan ciri
nI
3. Gua Sodong Mudal tersebut di atas adalah jenis Ceuthophilus
- Zona remang maculatus.
- Zona gelap
4. Gua Semuluh Taksonomi:
- Zona gelap Kingdom : Animalia
5. Gua Seropan Filum : Arhtropoda
wi

- Zona terang Kelas : Insekta


- Zona remang Ordo : Orthoptera
Famili : Raphidophoridae
Genus : Ceuthophilus
Spesies : Ceuthophilus maculatus
Ed
(c)

 
57

h
 

ya
c) Arthropoda 3

Tabel 4.3 Arthropoda 3


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki. 
Memiliki dua pasang sayap yang tipis
seperti selaput, sayap depan lebih besar dari
sayap belakang.
Memiliki alat sengat pada segmen terakhir
abdomen.

a
Panjang tubuh ± 1 cm.
Ditemukan di: Warna dominan kuning.
1. Gua Lawa Tubuh ditutupi rambut-rambut halus.
- Zona terang
rw (Ukuran gambar ± sama dengan ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
nI
dkk (1992: 907), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Apis sp.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
wi

Kelas : Insekta
Ordo : Hymenoptera
Famili : Apidae
Genus : Apis
Spesies : Apis sp.
Ed
(c)

 
58

h
 

ya
d) Arthropoda 4

Tabel 4.4 Arthropoda 4


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Terdapat sayap pada jantan.
Femorea depan terdapat 3 duri.
Panjang tubuh ± 3 cm.
Warna coklat mengkilap.

a
Ditemukan di: (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Seropan
- Zona gelap Identifikasi:

rw Berdasarkan uraian-uraian dan gambar


yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 293), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Leucophaea sp.

Taksonomi:
nI
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattaria
Famili : Blaberidae
Genus : Leucophaea
wi

Spesies : Leucophaea sp.


Ed
(c)

 
59

h
 

ya
e) Arthropoda 5

Tabel 4.5 Arthropoda 5


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Terdapat sayap pada jantan.
Panjang tubuh ± 1 cm.
Warna coklat gelap.
Habitat dalam tanah berdebu halus.

a
(Ukuran gambar ± 3 kali ukuran sebenarnya)
Ditemukan di:
1. Gua Lawa Identifikasi:
- Zona terang
rw Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 293), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Eremmoblatta
sp.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattaria
Famili : Polyphagidae
wi

Genus : Eremoblatta
Spesies : Eremmoblatta sp.
Ed
(c)

 
60

h
 

ya
f) Arthropoda 6

Tabel 4.6 Arthropoda 6


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Dua pasang pada kaki ke 2 dan ke 3 lebih
panjang, sepasang kaki pertama lebih
pendek untuk menangkap mangsa.
Masing-masing kaki terdiri 2 ruas.
Panjang tubuh ± 1 cm.

a
Mengapung pada air.
Tubuh berwarna coklat.

Ditemukan di:
1. Gua Sodong Mudal
- Zona terang
rw (Ukuran gambar ± 2 kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 369), Arthropoda dengan ciri
nI
tersebut di atas adalah jenis Gerris sp.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
wi

Ordo : Hemiptera
Famili : Gerridae
Genus : Gerris
Spesies : Gerris sp.
Ed
(c)

 
61

h
 

ya
g) Arthropoda 7

Tabel 4.7 Arthropoda 7


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Memiliki dua pasang sayap.
Tipe mulut pengunyah.
Bersifat karnivora.
Pada kepala terdapat sepasang mata
majemuk yang besar dan antena yang

a
Ditemukan di: pendek.
1. Gua Sodong Mudal Berwarna sangat menarik (pada jantan)
- Zona terang dengan corak merah muda dan kebiruan.
2. Gua Semuluh
- Zona terang rw Diameter tubuh kecil, panjang ± 4 cm.
Ketika hinggap sayap tertutup.
Ditemukan di sepanjang aliran-aliran air
yang jernih.

(Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)


nI
Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 255), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Ischnura
wi

cervula.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Ed

Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Coenagrionidae
Genus : Ischnura
Spesies : Ischnura cervula
(c)

 
62

h
 

ya
h) Arthropoda 8

Tabel 4.8 Arthropoda 8


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Terdapat sepasang mata faset.
Panjang tubuh ± 1 cm.
Warna tubuh kehijauan.
Hidup pada perairan.

a
Ditemukan di:
(Ukuran gambar ± 3 kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Semuluh
- Zona remang
Identifikasi:

rw Berdasarkan uraian-uraian dan gambar


yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 251), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah nimfa dari jenis
Aeshna sp.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Aeshnidae
wi

Genus : Aeschna
Spesies : Aeshna sp.
(Stadium nimfa)
Ed
(c)

 
63

h
 

ya
i) Arthropoda 9

Tabel 4.9 Arthropoda 9


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki. 
Memiliki dua pasang sayap.
Mata berwarna merah.
Ujung abdomen meruncing.
Tubuh berwarna coklat.
Tubuh sangat kecil ± 2 mm.

a
Mampu terbang dalam gelap.
Ditemukan di:
Umumnya ditemukan berkoloni.
1. Gua Lawa
- Zona remang

rw (Ukuran gambar ± 15 kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan
yang dikemukakan oleh Meigen
gambar
(Andre
Lopez dan  Francis Marcou, 2010),
nI
Arthropoda dengan ciri tersebut di atas
adalah jenis Thelida atricornis.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
wi

Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Heleomyzidae
Genus : Thelida
Spesies : Thelida atricornis
Ed
(c)

 
64

h
 

ya
j) Arthropoda 10

Tabel 4.10 Arthropoda 10


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 3 pasang kaki.
Tidak bersayap.
Ukuran tubuh sangat kecil, dengan panjang
± 1 mm.
Terdapat alat pelontar pada ujung abdomen.
Panjang antena hampir separuh panjang

a
Ditemukan di: tubuhya.
1. Gua Song Gilap Warna tubuh terang dan hampir tidak
- Zona gelap berpigmen.

rw (Ukuran gambar ± 1½ kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
nI
dkk (1992: 216), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Tomocerus
elongatus.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
wi

Filum : Arhtropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Collembola
Famili : Entomobryidae
Genus : Tomocerus
Ed

Spesies : Tomocerus elongatus


(c)

 
65

h
 

ya
k) Arthropoda 11

Tabel 4.11 Arthropoda 11


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 4 pasang kaki.
Capit cukup besar bila dibandingkan
ukuran tubuhnya.
Panjang tubuh ± 4 mm.
Warna coklat mengkilap dan tidak
memiliki cambuk / ekor.

a
Ditemukan di: (Ukuran gambar ± 4 kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Lawa
- Zona remang

rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan
yang dikemukakan oleh Heurtault
Lopez dan  Francis Marcou,
Arthropoda dengan ciri tersebut
gambar
(Andre
2010),
di atas
adalah jenis Neobisium boui.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Pseudoscorpiones
wi

Famili : Neobisiidae
Genus : Neobisium
Spesies : Neobisium boui
Ed
(c)

 
66

h
 

ya
l) Arthropoda 12

Tabel 4.12 Arthropoda 12


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 4 pasang kaki.
Tubuh kecil (± 2 mm) berbentuk membulat
(menyerupai ordo opiliones) namun masih
dapat dibedakan bagian abdomen dan
sefalotoraksnya.
Bagian abdomen tidak beruas.

a
Memiliki 3 pasang mata.
Ditemukan di: Tungkai kaki tipis dan sangat panjang.
1. Gua Lawa Bentuk jaring tidak beraturan pada dinding
- Zona terang
- Zona remang
2. Gua Song Gilap
- Zona terang
- Zona remang
rw gua.

(Ukuran gambar ± 1½ kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
- Zona gelap Berdasarkan uraian-uraian yang
nI
3. Gua Sodong Mudal dikemukakan oleh Donald J. Borror, dkk
- Zona remang (1992: 155), Arthropoda dengan ciri
- Zona gelap tersebut di atas adalah jenis Leptoneta
- Zona gelap infuscate.
4. Gua Semuluh
- Zona terang Taksonomi:
wi

- Zona remang Kingdom : Animalia


- Zona gelap Filum : Arhtropoda
5. Gua Seropan Kelas : Arachnida
- Zona remang Ordo : Araneae
- Zona gelap Famili : Leptonetidae
Ed

Genus : Leptoneta
Spesies : Leptoneta infuscate
(c)

 
67

h
 

ya
m) Arthropoda 13

Tabel 4.13 Arthropoda 13


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 4 pasang kaki.
Hampir seluruh tubuh ditutupi dengan
rambut-rambut halus.
Tidak membuat sarang, namun aktif
berburu dengan merayap pada lantai gua.
Panjang tubuh ± 2 cm dengan warna coklat

a
cerah bertotol hitam.
Ditemukan di:
1. Gua Lawa (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)
- Zona terang
- Zona remang
2. Gua Song Gilap
- Zona terang
- Zona remang
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian
dikemukakan oleh Donald J. Borror, dkk
(1992: 158), Arthropoda dengan ciri
yang

- Zona gelap tersebut di atas adalah jenis Meta menardi.


nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
wi

Famili : Metinae
Genus : Meta
Spesies : Meta menardi
Ed
(c)

 
68

h
 

ya
n) Arthropoda 14

Tabel 4.14 Arthropoda 14


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 4 pasang kaki.
Tungkai kaki kecil dan panjang.
Hampir mirip dengan Leptoneta infuscate
namun bentuk abdomenya memanjang.
Bentuk jaring tidak beraturan.
Panjang tubuh ± 2 - 3 mm.

a
Ditemukan di: (Ukuran gambar ± 1½ kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Semuluh
- Zona terang
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian yang
dikemukakan oleh Donald J. Borror, dkk
(1992: 156), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Pholcus
phalangioides.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
wi

Famili : Pholcidae
Genus : Pholcus
Spesies : Pholcus phalangioides
Ed
(c)

 
69

h
 

ya
o) Arthropoda 15

Tabel 4.15 Arthropoda 15


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 5 pasang kaki, sepasang kaki
pertama termodifikasi menjadi alat
pencapit, dan sepasang kaki kedua
termodifikasi menjadi antena.
Duri pada capit berjumlah 3 buah dengan
ukuran hampir sama.

a
Panjang tubuh ± 3 cm dengan warna gelap.
Ditemukan di:
1. Gua Lawa (Ukuran gambar ± 1/3 kali ukuran sebenarnya)
- Zona remang
2. Gua Song Gilap
- Zona remang
- Zona gelap
3. Gua Sodong Mudal
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Weyglodt (2000)
dan C. Rahmadi (2008), Arthropoda dengan
- Zona remang ciri tersebut di atas adalah jenis Charon
nI
- Zona gelap grayi.
4. Gua Semuluh
- Zona gelap Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Arachnida
wi

Ordo : Amblypygi
Famili : Charontidae
Genus : Charon
Spesies : Charon grayi
Ed
(c)

 
70

h
 

ya
p) Arthropoda 16

Tabel 4.16 Arthropoda 16


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Semua ciri-ciri sama dengan Charon grayi
namun ukuran lengan pedipalpi (capit)
lebih kecil dan panjang. Panjang ruas
lengan pedipalpi melebihi ruas kaki lainya.
Hanya ditemukan di Gua Seropan Kab.
Gunung Kidul.

a
Ditemukan di: (Ukuran gambar ± 1/3 kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Seropan
- Zona gelap
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Weyglodt (2000)
dan C. Rahmadi (2008), Arthropoda dengan
ciri tersebut di atas adalah jenis Charon
serophanis.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Amblypygi
wi

Famili : Charontidae
Genus : Charon
Spesies : Charon serophanis
Ed
(c)

 
71

h
 

ya
q) Arthropoda 17

Tabel 4.17 Arthropoda 17


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 5 pasang kaki.
Ukuran tubuh berfariasi sekitar 2-4 cm.
Warna pucat dan hampir tidak berpigmen.
Mata tereduksi menjadi sangat kecil.
Memiliki 2 pasang antena yang lebih
panjang dari udang pada umumnya.

a
Ditemukan di: (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)
1. Gua Semuluh
- Zona remang
- Zona gelap
2. Gua Seropan
- Zona gelap
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Holthuis (1984),
Arthropoda dengan ciri tersebut di atas
adalah jenis Macrobrachium poeti.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
wi

Famili : Palaemonidea
Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobrachium poeti
Ed
(c)

 
72

h
 

ya
r) Arthropoda 18

Tabel 4.18 Arthropoda 18


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 5 pasang kaki.
Sepasang kaki pertama termodifikasi
menjadi alat pencapit.
Tubuh berwarna coklat tua mengkilap dan
terdapat bintik-bintik gelap pada kaki-kaki
dan capitnya.

a
Ukuran panjang tubuh dewasa bervariasi
Ditemukan di: antara 3-5 cm.
1. Gua Sodong Mudal
- Zona remang
- Zona gelap
2. Gua Semuluh
- Zona gelap
rw (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Guinot dan Davie
(2008), Arthropoda dengan ciri tersebut di
nI
atas adalah jenis Stygothelphusa sp.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Crustacea
wi

Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Parathelphusidae
Genus : Stygothelphusa
Spesies : Stygothelphusa sp.
Ed
(c)

 
73

h
 

ya
s) Arthropoda 19

Tabel 4.19 Arthropoda 19


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 2 pasang kaki pada tiap segmen
tubuhnya, kecuali pada segmen pertama
dan kelima yang hanya memiliki 1 pasang
kaki.
Panjang tubuh hewan dewasa ± 20 cm.
Warna tubuh coklat mengkilap.

a
Ditemukan di:
1. Gua Song Gilap (Ukuran gambar ± ¼ kali ukuran sebenarnya)
- Zona terang
- Zona remang
2. Gua Semuluh
- Zona terang
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 180), Arthropoda dengan ciri
tersebut di atas adalah jenis Narceus sp.
nI
Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Diplopoda
Ordo : Spirobolida
Famili : Narceudae
wi

Genus : Narceus
Spesies : Narceus sp.
Ed
(c)

 
74

h
 

ya
t) Arthropoda 20

Tabel 4.20 Arthropoda 20


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Memiliki 2 pasang kaki pada tiap segmen
tubuh.
Diameter tubuh sangat kecil dengan
panjang ± 2 cm.
Tidak berpigmen dan memiliki antena yang
lebih panjang dibanding diplopoda lainya.

a
Ditemukan pada guano, dan umumnya
Ditemukan di:
bergerombol.
1. Gua Lawa
- Zona remang

rw (Ukuran gambar ± 5 kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian yang
dikemukakan oleh Donald J. Borror, dkk
(1992: 184), Arthropoda dengan ciri
nI
tersebut di atas adalah jenis Galliobates
gracilis.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
wi

Kelas : Diplopoda
Ordo : Julida
Famili : Galliobatidae
Genus : Galliobates
Spesies : Galliobates gracilis
Ed
(c)

 
75

h
 

ya
u) Arthropoda 21

Tabel 4.21 Arthropoda 21


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Mempunyai 1 pasang kaki pada tiap
segmen tubuh.
Tubuh pipih dengan panjang 20-25 cm.
Antena panjang dan tersusun atas
segmentasi yang nyata.
Warna tubuh terang kehijau-hijauan dengan

a
kepala dan kaki-kaki berwarna merah
Ditemukan di: menyala.
1. Gua Song Gilap
- Zona terang
rw (Ukuran gambar ± ¼ kali ukuran sebenarnya)

Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 184 - 186), Arthropoda dengan
nI
ciri tersebut di atas adalah jenis
Scolopendra sp.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
wi

Kelas : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Famili : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra sp.
Ed
(c)

 
76

h
 

ya
v) Arthropoda 22

Tabel 4.22 Arthropoda 22


Gambar: Ciri-ciri:
Kaki beruas-ruas.

ns
Mempunyai sepasang kaki pada tiap
segmen tubuhnya.
Ukuran tubuh pendek dan kecil.
kaki-kaki sangat panjang.
Panjang tubuh ± 2 cm.
Ditemukan merayap pada dinding-dinding

a
gua / batu.
Ditemukan di:
1. Gua Song Gilap (Ukuran gambar ± ½ kali ukuran sebenarnya)
- Zona terang
rw Identifikasi:
Berdasarkan uraian-uraian dan gambar
yang dikemukakan oleh Donald J. Borror,
dkk (1992: 184 - 186), Arthropoda dengan
ciri tersebut di atas adalah jenis Scutigera
nI
coleoptrata.

Taksonomi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arhtropoda
Kelas : Chilopoda
wi

Ordo : Scutigeromorpha
Famili : Scutigeridae
Genus : Scutigera
Spesies : Scutigera coleoptrata
Ed
(c)

 
77

h
 

ya
2. Jumlah jenis secara kualitatif

Jumlah jenis-jenis Arthropoda yang ditemukan di gua kars Kabupaten

Gunung Kidul tidak memungkinkan disajikan secara kuantitatif karena

ns
beberapa keterbatasan. Jumlah jenis Arthropoda secara kualitatif disajikan

pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Data jumlah jenis Arthropoda yang ditemukan pada masing-masing gua.

No Arthropoda yang Lokasi Stasiun Jumlah

a
Ditemukan (Zonasi) Jenis
1 Tettigidea lateralis Gua Lawa Terang +
2

rw
Ceuthophilus maculates Gua Lawa

Gua Song Gilap


Terang
Remang
Terang
Remang
Gelap
++++
++
+++
+++
++
Gua Sodong Mudal Remang ++
nI
Gelap ++
Gua Semuluh Gelap +
Gua Seropan Terang +
Remang +
3 Apis sp. Gua Lawa Terang +
wi

4 Leucophaea sp. Gua Seropan Gelap ++++


5 Eremmoblatta sp. Gua Lawa Terang +
6 Gerris sp. Gua Sodong Mudal Terang ++
7 Ischnura cervula Gua Sodong Mudal Terang ++
Gua Semuluh Terang +
Ed

8 Aeshna sp. (stad. nimfa) Gua Semuluh Remang ++


9 Thelida atricornis Gua Lawa Remang ++++
10 Tomocerus elongatus Gua Song Gilap Gelap +++
11 Neobisium boui Gua Lawa Remang ++
12 Leptoneta infuscata Gua Lawa Terang ++
Remang +++
Gua Song Gilap Terang ++
Remang ++
(c)

Gelap +

 
78

h
 

ya
Gua Sodong Mudal Terang ++
Remang +
Gelap +
Gua Semuluh Terang +
Remang +

ns
Gelap +
Gua Seropan Remang +
Gelap +
13 Meta menardi Gua Lawa Terang ++
Remang +++
Gua Song Gilap Terang +

a
Remang +
Gelap +
14
15
Pholcus phalangioides
Charon grayi
rw Gua Semuluh
Gua Lawa
Gua song Gilap

Gua Sodong Mudal


Terang
Remang
Remang
Gelap
Remang
+
+++
++
++
+
Gelap +
nI
Gua Semuluh Gelap +
16 Charon serophanis Gua Seropan Gelap ++
17 Macrobrachium poeti Gua Semuluh Remang +++
Gelap +++
Gua Seropan Gelap +++
18 Stygothelphusa sp. Gua Sodong Mudal Remang +++
wi

Gelap ++
Gua Semuluh Gelap ++
19 Narceus sp. Gua Song Gilap Terang +++
Remang ++
Gua Semuluh Terang +
Ed

20 Galliobates gracilis Gua Lawa Remang ++++


21 Scolopendra sp. Gua Song Gilap Terang +
22 Scutigera coleoptrata Gua Song Gilap Terang +
Keterangan:  
+ = sedikit (± 1 s/d 10 ekor).
++ = sedang (± 11 s/d 50 ekor).
+++ = banyak (± 51 s/d 100 ekor).
++++ = sangat banyak (± 101 ekor s/d tak terhingga).
Waktu Pengambilan sampel : April s/d Mei 2011
(c)

 
79

h
 

ya
3. Data parameter lingkungan abiotik

Berikut ini disajikan data parameter lingkungan abiotik pada masing-

masing gua yang merupakan hasil rata-rata dari beberapa pengulangan.

ns
Tabel 4.24 Data parameter lingkungan abiotik
Parameter Lingkungan
No Nama Suhu Udara Kelembaban Intensitas Cahaya
o
Gua ( C) Udara (%) (Lux)
ZT ZR ZG ZT ZR ZG ZT ZR ZG

a
1. Gua 26 29 - 76 80 - 2,7 0,1 -
Lawa
2. Gua Song 21 25 27 92 96 96 1,2 0,1 0

3.

4.
Gilap
Gua
Sodong
Mudal
Gua
26

28
27

26
28

28
rw 92

80
92

96
96

96
1,2

1,2
0,1

0,9
0

0
Semuluh
nI
5. Gua 28 26 28 76 80 96 1,2 0,1 0
Seropan
Keterangan: ZT : Zona terang
ZR : Zona remang
ZG : Zona gelap
Waktu Pengukuran : April s/d Mei 2011
wi

B. Pembahasan

1. Jenis Arthropoda dan karakteristik habitatnya


Ed

Gua kars merupakan habitat berbagai macam biota endemik, salah

satunya yang dominan menghuni gua adalah hewan Arthropoda. Gua kars

di daerah Pegunungan Sewu yang memiliki iklim tropis menyimpan

beranekaragam jenis Arthropoda. Keanekaragaman jenis sendiri

merupakan keanekaragaman dalam suatu ekosistem yang ditunjukkan oleh


(c)

adanya macam-macam jenis makhluk hidup baik dari kelompok hewan,

 
80

h
 

ya
tumbuhan, jamur, dan mikroorganisme. Keanekaragaman jenis adalah

seluruh variasi pada makhluk hidup yang berbeda jenisnya dan dapat

diamati dengan mudah. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat

ns
jenis, salah satu caranya adalah dengan mengamati ciri-ciri fisiknya,

misalnya bentuk dan ukuran tubuh atau bagian-bagianya, warna, kebiasaan

hidup, dan lain-lain.

a
Secara umum berdasarkan persebaranya hewan-hewan yang

berhabitat di dalam gua digolongkan menjadi beberapa kelompok.

rw
Terdapat hewan yang hidup secara permanen dalam gua dan sudah

menyesuaikan diri secara mutlak dengan lingkungan gua yang gelap abadi

dan tanpa fluktuasi suhu. Golongan hewan ini disebut sebagai hewan

troglobit. Spesies hewan ini bahkan tidak dapat hidup di luar habitat gua.
nI
Selain hewan troglobit, terdapat juga hewan troglofil, yaitu  hewan yang

senang tinggal di lingkungan gelap abadi gua, ada yang menjalani seluruh

siklus hidupnya di dalam gua, tetapi dapat pula hidup di lingkungan luar
wi

gua. Golongan terakhir adalah hewan trogloxen, yaitu hewan yang

ditemukan dalam gua, tetapi siklus hidupnya tidak seluruhnya dijalani

dalam gua.
Ed

Identifikasi hasil penelitian eksplorasi pada lima sampel gua

menunjukkan beragamnya jenis Arthropoda di gua kars Kabupaten

Gunung Kidul. Dari kegiatan penelitian eksplorasi Arthropoda gua kars di

lima gua Kabupaten Gunung Kidul, ditemukan 22 jenis Arthropoda dari

berbagai zonasi gua. Untuk mengetahui nama jenis dan urutan takson dari
(c)

 
81

h
 

ya
masing-masing Arthropoda tersebut dilakukan proses identifikasi

berdasarkan ciri morfologinya. Sedangkan pencatatan jumlah spesies

secara kualitatif dan parameter kondisi lingkungan abiotik habitatnya

ns
merupakan upaya untuk mendefinisikan Arthropoda berdasarkan karakter

habitat serta tingkat endemisnya.

Tabel 4.1 sampai Tabel 4.22 menunjukkan keragaman Arthropoda

a
gua kars Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh Kelas Insekta dengan

jumlah jenis yang ditemukan sebanyak 10 jenis, kemudian Kelas

rw
Arachnida sebanyak 6 jenis, dan Kelas Crustacea, Diplopoda, dan

Chilopoda masing-masing sitemukan 2 jenis. Berikut ini merupakan

pembahasan singkat dari ke-22 jenis Arthropoda yang ditemukan

berdasarkan ciri morfologi, jumlah jenis, serta parameter lingkungan


nI
tempat ditemukanya. Dalam penyajianya akan diurutkan berdasarkan

kelas-kelasnya.

a) Kelas Insekta
wi

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 3 pasang

kaki, dan pada umumnya dapat dibedakan dengan jelas antara bagian

kepala, dada, dan perutnya. Berikut ini merupakan Kelas Insekta yang
Ed

ditemukan dalam penelitian.

1) Tettigidea lateralis

Tettigidea lateralis merupakan jenis serangga kecil yang

berwarna coklat. Hewan ini digolongkan dalam Ordo Orthoptera

karena memiliki dua pasang sayap lurus, dengan sayap depan yang
(c)

 
82

h
 

ya
lebih tebal disebut perkamen yang mengandung zat tanduk, dan

sayap belakang berupa membran tipis seperti selaput. Salah satu

ciri khas Tettigidea lateralis adalah bentuk sayap depanya yang

ns
meruncing di bagian belakang. Hasil dokumentasi fisik hewan ini

dapat dilihat kembali pada Tabel 4.1.

Berdasarkan tempat ditemukanya serta merujuk ke beberapa

a
ciri fisiknya Tettigidea lateralis termasuk kelompok hewan

trogloxen, yaitu hewan yang ditemukan dalam gua namun siklus

rw
hidupnya tidak seluruhnya dijalani dalam gua. Tettigidea lateralis

ditemukan di Gua Lawa pada zona terang. Hewan ini menempel

pada dinding-dinding gua yang lembab dan hanya ditemukan

dalam jumlah yang sedikit. Kemungkinan besar hewan ini hanya


nI
datang ke gua pada saat-saat tertentu untuk mencari makan.

2) Ceuthophilus maculatus

Ceuthophilus maculatus merupakan serangga khas gua yang


wi

jumlah dan persebaranya sangat besar dan luas. Hewan ini sering

disebut sebagai jangkrik gua yang memiliki ciri khas berupa

sepasang antena yang sangat panjang yang bahkan mampu


Ed

mencapai sepuluh kali panjang tubuhnya. Ukuran antena ini

merupakan suatu bentuk penyesuaian terhadap kondisi gua yang

gelap, yang berfungsi sebagai alat peraba untuk menentukan lokasi

makanan ataupun keberadaan hewan lain menggantikan fungsi

mata. Selain antena, bentuk penyesuaian lainya adalah ukuran mata


(c)

 
83

h
 

ya
yang kecil, sayap yang tereduksi, serta kaki-kaki yang panjang dan

kuat untuk melompat pada lantai dan dinding gua. Beberapa organ

tubuh hewan gua memang sangat mungkin tereduksi menjadi

ns
ukuran yang kecil atau bahkan hilang sama sekali karena

cenderung tidak berfungsi pada lingkungan gua. Hasil dokumentasi

hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.2.

a
Ceuthophilus maculatus ditemukan hampir di seluruh gua yang

masih terjaga kelestarianya. Hasil penelitian menunjukkan hewan

rw
ini terdapat di semua gua dalam jumlah yang banyak dan tersebar

hampir pada semua zonasi dan mendominasi zona gelap dan

remang gua. Hewan ini termasuk dalam salah satu hewan troglofil

yang berhabitat di lingkungan gelap abadi gua dan menjalani


nI
seluruh siklus hidupnya di dalam gua, tetapi dapat pula hidup di

seluruh zonasi gua.

3) Apis sp.
wi

Apis sp. atau lebah madu merupakan serangga kecil yang hidup

secara berkoloni dengan tipe mulut penggigit dan pengisap. Lebah

memiliki dua pasang sayap yang tipis seperti selaput sehingga


Ed

lebah dikelompokkan dalam Ordo Hymenoptera. Ciri khas hewan

ini adalah adanya alat sengat pada bagian ujung abdomen yang

berfungsi sebagai alat pertahanan diri. Hasil dokumentasi hewan

ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.3.


(c)

 
84

h
 

ya
Lebah madu umumnya bukan termasuk hewan gua namun

berhabitat pada kanopi-kanopi hutan untuk membangun sarang.

Keberadaanya di gua hanya ditemukan dalam jumlah sedikit dan

ns
pada zona terang saja. Kemungkinan besar lebah mendatangi gua

hanya pada saat-saat tertentu saja untuk mengambil bahan-bahan

pembuat sarang seperti tanah liat yang banyak terdapat di mulut

a
gua. Lebah madu dengan keberadaanya di gua digolongkan dalam

kelompok hewan trogloxen.

4) Leucophaea sp.
rw
Leucophaea sp. atau kecoa merupakan serangga yang

persebaranya sangat luas dan ditemukan hampir di seluruh belahan

dunia. Dari hasil penelitian ternyata kecoa juga ditemukan di dalam


nI
zona gelap gua. Kecoa digolongkan menjadi beberapa famili, salah

satunya adalah Famili Blaberidae yang ditemukan pada penelitian

ini. Famili Blaberidae dicirikan dengan ukuran tubuhnya yang


wi

besar dibandingkan kecoa dari famili lain. Selain itu pada bagian

kaki (femore) terdapat 3 buah duri, dan umumnya hanya terdapat

sayap pada hewan jantan. Hasil dokumentasi hewan ini dapat


Ed

dilihat kembali pada Tabel 4.4.

Berdasarkan hasil penelitian Leucophaea sp. ditemukan dalam

jumlah banyak pada zona gelap Gua Seropan yang merupakan

daerah aliran air tanah yang deras. Hewan ini sering terlihat

bergerombol di tanah lembab di tepi aliran air. Karakteristik habitat


(c)

 
85

h
 

ya
yang gelap ini membuat beberapa ciri kecoa ini menjadi berbeda

dibandingkan kecoa pada umumnya. Warna tubuhnya lebih terang

dan memiliki sepasang antena yang yang relative lebih panjang.

ns
Kecoa pada dasarnya bukan merupakan hewan endemik gua,

kemungkinan besar kecoa masuk melalui aliran air dan terjebak

dalam gua, oleh sebab itu kecoa termasuk pada golongan hewan

a
troglofil.

5) Eremmoblatta sp.

rw
Eremmoblatta sp. atau yang dalam bahasa jawa disebut cere ini

merupakan hewan sejenis kecoa yang berukuran tubuh kecil dan

berwarna gelap. Habitat Eremmoblatta sp. adalah pada tanah-tanah

berdebu halus dan di bawah batu sebagai tempat untuk


nI
membenamkan diri. Hewan ini termasuk dalam Famili

Polyphagidae atau kecoa berukuran kecil. Heawan betina basanya

memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan tidak bersayap. Hasil
wi

dokumentasi hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.5.

Pada penelitian Eremmoblatta sp. ditemukan hanya pada zona

terang Gua Lawa saja dan dalam jumlah yang sedikit.


Ed

Kemungkinan besar hewan ini adalah hewan pendatang dan bukan

merupakan hewan asli gua. Hewan ini termasik dalam golongan

hewan trogloxen yaitu hewan yang ditemukan di dalam gua namun

siklus hidupnya tidak dijalani sepenuhnya di dalam gua dan masih

banyak hewan sejenis yang ditemukan pada berbagai habitat lain.


(c)

 
86

h
 

ya
6) Gerris sp.

Geris sp. merupakan serangga kecil yang termasuk dalam

Famili Gerridae. Hewan ini sering pula disebut dengan nama

ns
Anggang-anggang karena memiliki kemampuan untuk melompat

dan mengapung di atas permukaan air dengan arah gerakan maju-

mundur. Kemampuan mengapung berasal dari adanya rambut-

a
rambut sangat kecil (microsetae) tersusun dengan arah tertentu

dengan lekukan-lekukan dalam ukuran nanometer pada ujung

rw
tungkainya dan dilengkapi dengan lapisan malam (lilin) yang

hidrofobik. Gerris sp.  memiliki 3 pasang kaki dengan dua pasang

pada kaki ke 2 dan ke 3 lebih panjang, dan sepasang kaki pertama

lebih pendek berfungsi untuk menangkap mangsa. Masing-masing


nI
kaki terdiri dari dua ruas yang panjang. Hasil dokumentasi hewan

ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.6.

Pada penelitian Gerris sp ditemukan dalam jumlah sedang pada


wi

perairan gua yang jernih dan dengan arus yang tenang pada zona

terang. Hewan ini merupakan kelompok hewan trogloxen yang

keberadaanya di gua hanya pada saat tertentu saja dan bukan


Ed

merupakan hewan asli gua.

7) Ischnura cervula

Ischanura cervula atau capung jarum merupakan serangga

dengan warna yang menarik. Hewan ini merupakan anggota Famili

Coenagrionidae yang memiliki ciri-ciri diameter tubuh kecil,


(c)

 
87

h
 

ya
panjang ± 4 cm, pada kepala terdapat sepasang mata majemuk

yang besar dan antena yang pendek, memiliki dua pasang sayap

yang sama besar, dan bertipe mulut pengunyah. Ciri khas hewan

ns
ini adalah posisi sayapnya selalu tertutup ke atas pada saat

hinggap, berbeda dengan jenis capung lain yang pada saat hinggap

posisi sayapnya tetap dalam keadaan terbuka. Hasil dokumentasi

a
hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.7.

Dalam gua hewan ini ditemukan pada zona terang gua yang di

rw
aliri air. Hewan ini umumnya mencari makan dengan terbang di

atas permukaan air. Ischanura cervula bukan merupakan hewan

asli gua, dan keberadaanya pada gua dikelompokkan sebagai

hewan trogloxen.
nI
8) Aeshna sp. (stadium nimfa)

Aeshna sp. (stad. nimfa) merupakan hewan aquatik dengan

ukuran yang kecil yang bernafas menggunakan insang. Walaupun


wi

berhabitat pada dasar perairan, hewan ini memiliki ciri-ciri

serangga yang dapat diamati dengan jelas yaitu adanya segmen-

segmen tubuh yang jelas, memiliki 3 pasang kaki, dan memiliki


Ed

sepasang mata faset yang besar.

Aeshna sp. (stad. nimfa) ditemukan dalam perairan gua yang

memiliki banyak seresah di bagian dasarnya. Hewan ini termasuk

kelompok hewan trogloxen yang sebagian siklus hidupnya dialami


(c)

 
88

h
 

ya
di dalam gua, namun sebagian lagi tidak terbatas pada gua. Gambar

hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.8.

9) Thelida atricornis

ns
Thelida atricornis merupakan sejenis lalat yang berukuran

sangat kecil dan mampu terbang dalam gelap gua. Hewan ini

sekilas menyerupai Drosophila yang memiliki sayap tipis dengan

a
mata berwarna merah dengan ujung abdomen yang meruncing.

Hewan ini termasuk hewan trogloxen yang terdapat pada zona

rw
remang gua untuk mencari makan dari kotoran kelelawar (guano).

Thelida atricornis ditemukan dengan jumlah yang sangat banyak

dan umumnya ketika di dalam gua hewan ini dengan sendirinya

akan mendatangi cahaya lampu. Gambar hewan ini dapat dilihat


nI
kembali pada Tabel 4.9.

10) Tomocerus elongatus

Tomocerus elongatus merupakan seranggga dengan ukuran


wi

yang sangat kecil tidak bersayap yang termasuk dalam Ordo

Collembola atau serangga ekor pegas. Ciri utamanya adalah

terdapatnya alat pelontar pada bagian ujung abdomen yan


Ed

membuatnya mampu melompat hingga 100 kali tinggi tubuhnya.

Bentuk tubuhnya dibedakan menjadi bagian sefalotoraks dan

abdomen dengan sepasang antena yang panjang. Hewan ini

umumnya tidak berpigmen. Gambar hewan ini dapat dilihat

kembali pada Tabel 4.10.


(c)

 
89

h
 

ya
Pada penelitian hewan ini ditemukan berhabitat pada zona

gelap gua. Hewan ini sering menempel pada dinding-dinding gua

dan umumnya banyak terdapat pada guano pada dasar gua.

ns
Tomocerus elongatus merupakan hewan troglofil yang merupakan

salah satu hewan endemik gua. Hewan ini sering ditemukan pada

gua-gua yang dihuni berbagai jenis kelelawar. Kotoran kelelawar

a
merupakan sumber nutrisi bagi berbagai macam organisme gua.

b) Kelas Arachnida

rw
Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 4 pasang

kaki. Pada umumnya bagian kepala dan dada bergabung menjadi satu

disebut sefalotoraks. Berikut ini merupakan Kelas Arachnida yang

ditemukan dalam penelitian.


nI
1) Neobisium boui

Neobisium boui merupakan Arachnida yang berukuran sangat

kecil. Hewan ini termasuk dalam Ordo Pseudoscorpiones atau yang


wi

sering disebut dengan kalajengking palsu. Disebut demikian karena

Neobisium boui memiliki ciri-ciri yang mirip dengan kalajengking

namun tidak memiliki ekor sengat. Ciri khas hewan ini adalah
Ed

adanya sepasang capit yang besar yang merupakan modifikasi kaki

terdepan. Gambar hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.11.

Hewan ini merupakan salah satu hewan khas gua yang banyak

ditemukan merayap pada dinding dan lantai gua. pada penelitian


(c)

 
90

h
 

ya
hewan ini ditemukan pada zona remang dalam jumlah sedang.

Neobisium boui termasuk hewan troglofil.

2) Leptoneta infuscate

ns
Leptoneta infuscate merupakan laba-laba kecil bertungkai

panjang dan merupakan hewan khas gua. ukuran panjang tubuhnya

hanya berkisar ± 2 mm saja. Sekilas hewan ini serupa dengan Ordo

a
Opliliones namun masih dapat dibedakan antara sefalotoraks dan

abdomenya. Leptoneta infuscate memiliki 6 buah mata tunggal

pada Tabel 4.12. rw


pada kepalanya. Hasil dokumentasi hewan ini dapat dilihat kembali

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran hewan ini

sangat mendomonasi daerah gua mulai dari zona terang, remang,


nI
hingga gelap dengan jumlah yang semakin banyak ke arah zona

gelap. Laba-laba gua ini umumnya membuat sarang yang tidak

beraturan pada dinding-dinding gua dan termasuk pada kelompok


wi

hewan troglofil.

3) Meta menardi

Meta menardi merupakan laba-laba yang memiliki panjang


Ed

tubuh ± 2 cm dengan warna coklat cerah bertotol hitam. Hewan ini

memiliki 4 pasang kaki yang cukup panjang yang digunakan untuk

berjalan pada lantai gua. Hampir seluruh tubuh hewan ini ditutupi

rambut-rambut halus. Laba-laba ini termasuk jenis laba-laba yang

memburu mangsanya secara langsung dan tidak membuat sarang


(c)

 
91

h
 

ya
atau jaring. Ciri khas laba-laba jenis ini adalah adanya sepasang

alat seperti gigi taring yang besar pada bagian mulutnya. Tubuhnya

dapat dibedakan antara bagian sefalotoraks dan bagian abdomen.

ns
Pada bagian abdomen tidak terdapat segmentasi tubuh. Hasil

dokumentasi hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.13.

Meta menardi berhabitat hampir pada seluruh bagian gua,

a
namun ditemukan jauh lebih banyak pada bagian remang dan gelap

gua. Meta menardi merupakan hewan troglofil yang merupakan

rw
salah satu laba-laba khas gua.

4) Pholcus phalangioides

Pholcus phalangioides adalah laba-laba gua yang berukuran

sangat kecil dengan panjang tubuh sekitar 2 mm yang membangun


nI
sarang / jaring yang tak beraturan. Hewan ini memiliki 4 pasang

kaki dengan tungkai yang panjang dan ramping. Ciri khas hewan

ini hampir mirip dengan Leptoneta infuscate namun bentuk


wi

abdomenya bulat memanjang (oval). Hasil dokumentasi hewan ini

dapat dilihat kembali pada Tabel 4.14.

Pholcus phalagioides ditemukan membuat sarang pada langit-


Ed

langit gua dan dinding gua pada zona terang dan kadang sebagian

ditemukan pada zona remang. Hewan ini mempunyai kebiasaan

menggantung pada bagian bawah jaring-jaring sarangnya. Pholcus

phalangioides merupakan hewan troglofil yang merupakan salah

satu laba-laba khas gua.


(c)

 
92

h
 

ya
5) Charon grayi dan Charon serophanis

Hewan ini merupakan Arthropoda khas gua yang disebut juga

sebagi kalacemeti. Charon sp adalah Ararchnida dari Ordo

ns
Amblypygi yang banyak ditemukan pada gua-gua di Indonesia.

Amblypygi mempunyai bagian tubuh yang dibedakan menjadi dua

yaitu sefalotoraks (prosoma) dan abdomen (ophistoshoma).

a
Amblypygi berbentuk pipih dengan capit yang berduri dan kaki

depan yang termodifikasi menjadi indra perasa (antena) yang

rw
sangat panjang. Amblypygi mempunyai 3 pasang kaki yang

digunakan untuk berjalan.

Ciri utama dari genus Charon ditandai oleh adanya pulvilli atau

duri-duri halus pada kaki berjalan maupun pada lengan pedipalpi


nI
(capit). Pada bagian ujung capit terdapat 2 atau 3 duri panjang

dengan ukuran yang hampir sama dan dilanjutkan dengan duri-duri

pendek dengan ukuran yang semakin kecil kearah belakang.


wi

Pada penelitian ditemukan dua jenis Charon, yaitu Charon

grayi dan Charon serophanis. Charon grayi merupakan jenis yang

mendominasi dan hampir ditemukan pada semua gua khususnya


Ed

pada zona remang dan zona gelap. Sedangkan Charon serophanis

hanya ditemukan di Gua Seropan pada zona gelap dalam jumlah

yang tidak terlalu banyak. Charon serophanis memiliki semua ciri-

ciri dimiliki oleh Charon grayi, namun memiliki perbedaan pada

ukuran lengan pedipalpi (capit) yang lebih kecil dan panjang.


(c)

 
93

h
 

ya
Panjang ruas lengan pedipalpi ini melebihi panjang ruas kaki jalan.

Pedipalpi yang kecil dan panjang ini mirip dengan yang dimiliki

Genus Damon yang persebaranya bukan di Indonesia. Hasil

ns
dokumentasi Charon grayi dan Charon serophanis dapat dilihat

kembali pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16.

Berdasarkan ciri tubuh (masih memiliki organ mata) dan

a
habitatnya, Amblypygi merupakan hewan khas gua yang termasuk

dalam kelompok hewan troglofil. Hewan troglofil mampu hidup

rw
dalam kegelapan gua tetapi belum menunjukkan perubahan bentuk

tubuh yang ekstrem seperti mereduksinya organ mata. Selain itu

beberapa jenisnya juga masih ditemukan hidup pada zona remang

atau zona terang gua.


nI
c) Kelas Crustacea

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 5 pasang

kaki. Crustacea umumnya memiliki bagian tubuh yang dapat


wi

dibedakan menjadi bagian sefalotoraks dan bagian perut. Sebagian

besar anggota kela ini merupakan hewan aquatik. Berikut ini

merupakan Kelas Crustacea yang ditemukan dalam penelitian.


Ed

1) Macrobrachium poeti

Macrobium poeti adalah spesies udang yang berhabitat di

dalam gua. Secara umum Macrobium poeti memiliki bentuk dan

ciri yang sama dengan udang yang hidup di sungai, hanya saja

warna tubuhnya lebih pucat dan hampir tidak berpigmen. Selain itu
(c)

 
94

h
 

ya
ukuran mata juga tereduksi menjadi lebih kecil, sedangkan ukuran

antenanya lebih panjang. Hewan ini termasuk dalam Ordo

Decapoda karena memiliki 10 kaki yang digunakan untuk berjalan.

ns
Selain kaki jalan Macrobium poeti juga dilengkapi dengan kaki-

kaki renang yang terdapat pada tiap segmen perutnya. Hasil

dokumentasi hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.17.

a
Macrobium poeti merupakan salah satu hewan air troglofil

yang menghuni kegelapan gua. Kemungkinan asal mula

rw
keberadaan udang di dalam gua dikarenakan terbawa arus banjir

sungai dan kemudian terjebak di dalam gua. Udang ini kemudian

beradaptasi dengan kondisi gua dan mampu bereproduksi di habitat

gua. Pada penelitian Macrobium poeti ditemukan dalam jumlah


nI
banyak pada perairan gua baik pada zona remang maupun zona

gelap, terutama pada perairan yang menyimpan banyak seresah di

dasarnya.
wi

2) Stygothelphusa sp.

Secara umum ukuran dan ciri-ciri tubuh kepiting

Stygothelphusa sp tidak jauh berbeda dengan kepiting sungai.


Ed

Hewan berkaki sepuluh ini memiliki sepasang capit yang besar

yang merupakan modifikasi kaki pertamanya. Stygothelphusa sp

berbeda dengan kepiting sungai pada warna tubuhnya yang

berwarna coklat mengkilap dan terdapat bintik-bintik gelap pada

kaki-kaki dan capitnya. Warna ini relative lebih terang dibanding


(c)

 
95

h
 

ya
kepiting sungai yang berwarna kehitaman. Hasil dokumentasi

hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.18.

Stygothelphusa ditemukan di dalam perairan gua yang

ns
memiliki akses dari sungai di luar gua. Kemungkinan besar asal

mula hewan ini adalah dari sungai di luar gua yang terbawa masuk

oleh arus banjir. Stygothelphusa sp. kemudian melakukan beberapa

a
penyesuaian sehingga dapat bertahan hidup di lingkungan gelap

gua. Stygothelphusa sp. digolongkan dalam kelompok hewan

trogloxen.

d) Kelas Diplopoda rw
Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 2 pasang

kaki pada tiap segmen tubuhnya. Bentuk tubuhnya bulat dan


nI
memanjang yang dibedakan menjadi bagian kepala dan badan. Berikut

ini merupakan Kelas Diplopoda yang ditemukan dalam penelitian.

1) Narceus sp.
wi

Narceus sp merupakan spesies kaki seribu berukuran besar

yang banyak ditemukan pada tempat-tempat yang lembab. Hewan

ini termasuk dalam Ordo Spirobolida yang memiliki 2 pasang kaki


Ed

pada tiap segmen tubuhnya kecuali pada segmen pertama dan

kelima yang hanya memiliki 1 pasang kaki. Hewan ini berwarna

coklat mengkilap dengan panjang tubuh hewan dewasa dapat

mencapai ± 20 cm. Hasil dokumentasi hewan ini dapat dilihat

kembali pada Tabel 4.19.


(c)

 
96

h
 

ya
Narceus sp sebenarnya adalah bukan merupakan hewan asli

gua. Hewan ini hanya ditemukan pada zona terang dan sebagian

mencapai zona remang. Keberadaanya di gua lebih dikarenakan

ns
karena hewan ini menyukai habitat gua yang memiliki lantai yang

berupa tanah yang lembab untuk mencari makan dan bereproduksi.

Pada lantai-lantai gua yang lembab ini ditemukan banyak sekali

a
Narrceus sp muda yang masih berukuran kecil. Berdasarkan ciri

dan habitatnya hewan ini termasuk dalam kelompok hewan

trogloxen.
rw
2) Galliobates gracilis

Galliobates gracilis adalah diplopoda berukuran kecil yang

banyak terdapat di lantai gua yang berupa tanah yang lemab.


nI
Diameter tubuhnya hanya berukuran beberapa mili saja dengan

panjang sekitar 2 cm. Ciri khas hewan ini adalah warna tubuhnya

yang putih pucat (tidak berpigmen) dan memiliki antena yang lebih
wi

panjang dibanding diplopoda lainya. Hasil dokumentasi hewan ini

dapat dilihat kembali pada Tabel 4.20.

Pada penelitian hewan ini ditemukan pada zona remang Gua


Ed

Lawa dalam jumlah yang sangat banyak. Hewan ini bergerombol

pada tanah-tanah yang lembab yang terbentuk dari guano (tanah

yang berasal darikotoran kelelawar). Berdasarkan ciri dan

habitatnya hewan ini termasuk dalam kelompok hewan troglofil


(c)

 
97

h
 

ya
atau hewan yang berhabitat di dalam gua yang gelap namun ia

masih memungkinkan untuk dapat hidup di daerah lain.

e) Kelas Chilopoda

ns
Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 1 pasang

kaki pada tiap segmen tubuhnya. Bentuk tubuhnya pipih dan

memanjang yang dibedakan menjadi bagian kepala dan badan. Berikut

a
ini merupakan Kelas Chilopoda yang ditemukan dalam penelitian.

1) Scolopendra sp.

rw
Scolopendra sp. atau lipan merupakan hewan dari Kelas

Chilopoda yang berukuran paling besar. Panjang tubuhnya

mencapai ukuran 20-25 cm pada hewan dewasa. Chilopoda

dicirikan dengan tubuhnya yang pipih dan panjang yang tersusun


nI
atas segmen-segmen yang terlihat jelas. Pada tiap segmen tubuh ini

terdapat sepasang kaki yang digunakan untuk berjalan. Pada bagian

kepala terdapat sepasang antena panjang yang juga tersusun atas


wi

segmen-segmen. Sepasang kaki terdepan termodifikasi menjadi

alat yang disebut dengan cakar racun yang digunakan untuk

melumpuhkan musuh atau mangsanya. Hasil dokumentasi hewan


Ed

ini dapat dilihat kembali pada Tabel 4.21.

Scolopendra sp. yang ditemukan pada daerah gua memiliki

warna tubuh yang terang kehijau-hijauan dengan kepala dan kaki-

kaki berwarna merah menyala. Hewan ini ditemukan pada celah-

celah ornamen gua pada zona terang. Keberadaan hewan ini di gua
(c)

 
98

h
 

ya
tidak terlalu banyak karena hewan ini merupakan hewan trogloxen

yang hanya tinggal di kawasan gua namun siklus hidupnya dijalani

di luar gua atau di zona terang gua.

ns
2) Scutigera coleoptrata

Scutigera coleoptrata adalah chilopoda yang memiliki ciri khas

yang unik dan dengan cirinya itu membuatnya dapat dengan

a
mudah diidentifikasi. Hewan ini memiliki ukuran tubuh yang kecil

dan pendek yang terdiri sekitar 6 segmen saja. Pada tiap segmen

rw
tubuhnya terdapat sepasang kaki yang sangat panjang dan kecil

menyerupai rambut. Sepasang kaki yang paling belakang bahkan

berukuran sangat panjang yang menjuntai seperti ekor. Warna

tubuh hewan ini coklat tua kehitaman. Hewan ini termasuk dalam
nI
Ordo Scutigeromorpha yang umumnya tidak memiliki cakar racun.

Hasil dokumentasi hewan ini dapat dilihat kembali pada Tabel

4.22.
wi

Hewan ini termasuk dalam golongan hewan trogloxen yang

ditemukan pada zona terang gua. hewan ini biasanya berhabitat

pada dinding-dinding gua yang lembab dan berbatu.


Ed

Dari deskripsi masing-masing arthropoda yang ditemukan pada saat

penelitian di atas terlihat bahwa Arthropoda yang hidup di dalam gua kars

di Kabupaten Gunung Kidul sebagian besar adalah golongan hewan

trogloxen dan troglofil. Dalam penelitian tidak ditemukan spesies

Arthropoda yang merupakan hewan troglobit. Kondisi ini adalah hal yang
(c)

 
99

h
 

ya
wajar karena sangat sedikit gua yang dihuni oleh hewan troglobit yang

merupakan hewan endemik pada zona gelap saja.

Menurut R.K.T Ko (2000) untuk dapat dikatakan sebagai hewan

ns
troglobit, spesies hewan harus memiliki ciri-ciri khusus dengan habitat

yang khusus pula. Hewan troglobit adalah hewan yang telah beradaptasi

total dalam zona gelap gua dengan suhu yang konstan atau sama sekali

a
tidak memiliki fluktuasi suhu karena pengaruh suhu luar, tidak mengenal

siang dan malam, serta keterbatasan bahan makanan. Beberapa contoh

rw
hewan troglobit yang ditemukan di seluruh dunia memiliki ciri yang

sangat berbeda dengan hewan lain yaitu beberapa spesies merupakan

hewan buta yang tidak bermata serta tidak memiliki pigmen. Ciri tubuh ini

saja tidak cukup untuk menentukan sifat troglobiontisme spesies hewan.


nI
Hewan yang tidak bermata dan tidak berpigmen tidak dapat dikatakan

sebagai hewan troglobit selagi hewan sejenisnya masih ditemukan di

habitat lain selain pada zona gelap total gua. Menurut Jefferson (1970),
wi

hilangnya pigmen dan mundurnya alat penglihatan merupakan stadium

pre-adaptif, yaitu proses adaptasi yang paling awal, jadi belum dapat

digunakan untuk menetukan kriteria troglobiontisme spesies hewan. R.K.T


Ed

Ko menambahkan bahwa proses adaptasi hewan troglobit berlangsung

dalam waktu yang sangat lama dan disebabkan karena hewan tersebut

terjebak pada suatu tempat pada zona gelap total gua yang terisolir dan

tidak memiliki akses ke daerah lain. Oleh karena itu hewan yang dikatakan
(c)

 
100

h
 

ya
sebagai hewan troglobit tidak mungkin ditemukan di beberapa tempat

yang berbeda.

Lingkungan gua yang memiliki kelembaban yang sangat tinggi

ns
menjadikan hewan-hewan yang hidup di dalamnya tidak membutuhkan

proses fisiologis dan tingkah laku untuk melindungi diri dari desikasi

(pengeringan) dan beberapa mekanisme homeostatik yang rumit lainya

a
yang dibutuhkan oleh hewan yang hidup di permukaan bumi. Adaptasi

yang lebih dibutuhkan oleh hewan-hewan gua lebih pada adaptasi

rw
morfologis. Adaptasi morfologis ini berkenaan dengan alat-alat indra yang

dibutuhkan untuk hidup dalam gua. adaptasi hewan gua dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu adaptasi negatif dan adaptasi positif. Adaptasi negatif

contohnya adalah mereduksinya pigmen dan mata yang tidak dibutuhkan


nI
lagi, sedangkan adaptasi positif ditandai dengan munculnya alat-alat

mikroskopis maupun antena yang lebih panjang yang diperlukan untuk

mendeteksi vibrasi udara.


wi

2. Parameter lingkungan abiotik

Parameter yang sering digunakan untuk melihat kondisi lingkungan


Ed

abiotik gua umumnya hanya tiga macam, yaitu intensitas cahaya, suhu,

dan kelembaban udara. Hal ini terkait dengan terisolasinya lingkungan gua

itu sendiri dari lingkungan luar, sehingga hanya pada hal-hal tertentu saja

kondisi lingkungan dalam gua terpengaruh kondisi lingkungan luar. Selain


(c)

 
101

h
 

ya
itu, ketiga parameter tadi merupakan kondisi yang paling vital dalam

mendukung keberlangsungan ekosistem gua.

Kelembaban udara dan intensitas cahaya dalam gua merupakan suatu

ns
kondisi yang saling terkait satu sama lain. Semakin ke bagian dalam gua

intensitas cahaya akan sangat berkurang karena sinar matahari tidak

mampu menembus celah-celah gua. Kondisi ini mengakibatkan

a
kelembaban udara akan semakin meningkat karena rendahnya penguapan.

Tetesan air tanah yang membentuk ornamen gua membuat kondisi

rw
lingkungan di dalam gua semakin lembab dan kadang berair. Semakin

dalam lorong gua juga akan sebanding dengan penurunan kadar oksigen

hal ini yang kemudian juga akan mempengaruhi suhu udara menjadi lebih

tinggi.
nI
Dari data pada Tabel 4.24 dapat terlihat bahwa pada semua gua

memiliki parameter lingkungan abiotik yang tidak sama / sedikit berbeda.

Sedikit perbedaan pada kondisi lingkungan abiotik ini dipengaruhi oleh


wi

struktur dan karakter masing-masing gua itu sendiri. Lokasi mulut gua,

lebar celah-celah gua, tinggi atap gua, belokan-belokan pada gua, serta

keberadaan air di dalam gua merupakan faktor karakter gua terpenting


Ed

yang menjadikan kondisi lingkungan abiotik gua berbeda satu sama lain.

Walaupun masing-masing gua memiliki kondisi lingkungan abiotik

dengan angka yang sedikit berbeda, namun pada dasarnya besarnya

fluktuasi suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya pada

masing-masing gua adalah sama, artinya peningkatan dan penurunanya


(c)

 
102

h
 

ya
terpengaruh pada zonasi-zonasi gua. Semakin kebagian dalam gua kondisi

lingkungan abiotiknya akan naik atau turun secara bertahap. Kondisi

lingkungan abiotik ini yang kemudian berpengaruh pada keragaman

ns
organisme yang berhabitat di dalamnya.

Kondisi yang paling kontras terlihat penurunanya seiring dengan

semakin dalamnya liang gua adalah pada intensitas cahaya yang semakin

a
minim dan bahkan sama sekali tidak ada cahaya (0 Lux) pada zona gelap.

Kondisi lain yang menjadi ciri khas gua adalah kelembaban udaranya yang

rw
tinggi yaitu antara 76% hingga 92% pada zona terang, 80% hingga 96%

pada zona remang, dan 96% atau lebih pada zona gelap. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin ke bagian dalam gua, intensitas cahayanya

akan semakin menurun sedangkan kelembaban udara akan semakin


nI
meningkat. Intensitas cahaya yang kecil dan kelembaban udara yang tinggi

ini merupakan ciri khas gua yang menjadikanya ekosistem yang terbatas

karena memiliki daya dukung yang rendah. Dari Tabel 4.24 juga dapat
wi

dilihat bahwa suhu udara dalam gua dari zona terang, zona remang, hingga

zona gelap meningkat. Semakin ke bagian dalam gua, fluktuasi suhu udara

gua akan semakin konstan dan semakin tidak terpengaruh suhu lingkungan
Ed

luar. Kondisi-kondisi lingkungan inilah yang kemudian sangat

mempengaruhi kehidupan di dalamnya dan bahkan kondisi lingkungan gua

ini mampu mengevolusi hewan yang berhabitat di dalamnya.


(c)

 
103

h
 

ya
3. Pengangkatan sumber belajar biologi

Data penelitian biologi tentang keanekaragaman jenis Arthropoda

gua kars di Kabupaten Gunung Kidul dapat dimanfaatkan sebagai

ns
alternatif bahan ajar berbentuk modul pembelajaran biologi setelah melalui

proses pengangkatan sumber belajar biologi terlebih dahulu.

Suatu hasil penelitian harus memiliki kriteria-kriteria tertentu agar

a
dapat memenuhi syarat untuk diangkat menjadi sumber belajar biologi.

Syarat-syarat tersebut tentunya harus dikaji berdasarkan kurikulum biologi

rw
SMA yang berlaku. Menururt Suhardi (2007: 14) syarat-syarat yang harus

dipenuhi sebelum proses pengangkatan sumber belajar biologi adalah

sebagai berikut:

a) Kejelasan potensi ketersediaan obyek dan permasalahan


nI
Obyek dalam penelitian ini adalah potensi akademik gua kars

Kabupaten Gunung Kidul. Potensi akademik yang dimaksud berupa

potensi keanekaragaman jenis Arthropoda serta prmasalahan-


wi

permasalahan lain yang terdapat di dalamnya.

Gua kars di Kabupaten Gunung Kidul menyimpan potensi yang

besar dengan adanya kehidupan bermacam-macam jenis Arthropoda di


Ed

dalamnya. Dari sudut pandang keilmuan biologi, potensi ini sangat

perlu untuk dikembangkan, terlebih karena kehidupan di dalam gua

merupakan potensi endemik yang belum banyak diungkap secara

mendalam, terutama sebagai sumber belajar untuk peserta didik pada


(c)

jenjang SMA berbasis potensi lokal.

 
104

h
 

ya
Data tentang jenis-jenis Arthropoda yang ditemukan pada saat

penelitian menunjukkan bahwa terdapat perwakilan dari setiap kelas-

kelas Arthropoda di dalam gua. Hal ini dapat digunakan untuk

ns
mengangkat suatu konsep pengklasifikasian Arthropoda dalam kelas-

kelas pada tatanan taksonominya. Pada dasarnya konsep dasar

pengklasifikasian Arthropoda adalah dengan mengamati ciri

a
morfologisnya, dan ciri morfologi ini umumnya dapat terlihat jelas

secara langsung dengan mudah pada Arthropoda. Ciri morfologi

rw
khusus yang terdapat pada Arthropoda endemik gua kars sebenarnya

juga merupakan potensi yang dapat diangkat agar peserta didik mampu

membandingkanya dengan ciri Arthropoda yang terdapat di daerah

lain. Hal ini pula yang kemudian menunjukkan peran Arthropoda


nI
endemik gua bagi kehidupan manusia.

Data hasil penelitian tahap I menunjukkan bahwa melalui potensi

keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars dapat diperoleh beberapa


wi

fakta dan konsep yang mendukung submateri Filum Arthropoda. Pada

submateri ini, konsep minimal yang harus diperoleh adalah mengenai

ciri umum, pengklasifikasian, serta peranan Arthropoda bagi


Ed

kehidupan. Deskripsi di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian ini

memenuhi syarat kejelasan potensi karena obyek penelitian dapat

digunakan untuk mencapai konsep pembelajaran biologi.


(c)

 
105

h
 

ya
b) Kesesuaian dengan tujuan belajar

Kompetensi Dasar (KD) pada materi pokok Filum Dunia Hewan

sesuai dengan KTSP 2006 mempunyai tujuan utama agar peserta didik

ns
mampu mendeskripsikan ciri umum tiap-tiap filum dalam dunia

hewan, mengklasifikasikanya kedalam kelompok-kelompok yang lebih

kecil, sekaligus mendeskripsikan perananya bagi kehidupan.

a
Berdasarkan pemenuhan syarat kejelasan potensi diketahui bahwa

pemanfaatan hasil penelitian ini mengangkat permasalahan biologi

rw
mengenai konsep keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars dan

klasifikasinya. Oleh karena itu dalam pengembanganya sebagai

sumber belajar, hasil penelitian ini akan lebih mengkhususkan obyek


nI
kajian pada submateri Filum Arthropoda. Agar dapat memenuhi

kompetensi hasil belajar peserta didik maka KD tersebut dijabarkan ke

dalam beberapa Tujuan Pembelajaran (TP) sebagai berikut :


wi

1) Peserta didik mampu mendeskripsikan ciri umum Arthropoda


(TP1).

2) Peserta didik mampu mengklasifikasikan Arthropoda kedalam


kelompok-kelompok yang lebih kecil (TP2).
Ed

3) Peserta didik mampu mendeskripsikan ciri Arthropoda gua


berdasarkan pengamatan (TP3).

4) Peserta didik mampu membandingkan ciri-ciri umum Arthropoda


gua dengan Arthropoda lainya (TP4).
(c)

 
106

h
 

ya
5) Peserta didik mampu mengumpulkan informasi tentang peranan
Arthropoda gua kars bagi manusia (TP5).

6) Peserta didik mampu menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda


gua kars (TP6).

ns
Penjabaran di atas menunjukkan satu Submateri (Filum

Arthropoda) dijabarkan menjadi enam TP. Tahapan selanjutnya adalah

mengorganisasikan TP tersebut kedalam Kegiatan Belajar (KB) yang

a
akan digunakan agar mempermudah peserta didik untuk mencapai

tujuan tersebut. Pengorganisaian materi pada masing-masing KB untuk

rw
memenuhi setiap TP tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada

Tabel 4.25 berikut ini.


nI
Tabel 4.25 Pengorganisaian TP pada masing-masing KB.

Kegiatan Tujuan Pembelajaran (TP)


Belajar (KB) TP1 TP2 TP3 TP4 TP5 TP6
KB I √ √
KB II √ √
KB III √ √
wi

Keterangan
KB I : Ciri Umum Dan Klasifikasi Filum Arthropoda
KB II : Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars
KB III : Peran Arthropoda Gua dan Cara Pelestarianya
Ed

Hasil analisis terhadap tujuan pembelajaran di atas menunjukkan

bahwa konsep-konsep yang diperoleh dari hasil penelitian eksplorasi

gua kars dengan pengorganisasian yang terstruktur telah sesuai dan

dapat mendukung tujuan pembelajaran yang terdapat pada KTSP 2006

khususnya pada submateri Filum Arthropoda untuk peserta didik SMA


(c)

kelas X semester 2.

 
107

h
 

ya
c) Sasaran materi dan peruntukanya

Hasil penelitian tentang keanekaragaman jenis Arthropoda gua

kars di Kabupaten Gunung Kidul jika dianalisis berdasarkan kurikulum

ns
yang berlaku pada saat ini (KTSP 2006) dapat digunakan untuk

mendukung proses pembelajaran pada Submateri Filum Arthropoda.

Pada submateri ini dijabarkan ciri umum Arthropoda sebagai dasar

a
klasifikasi dan pengelompokanya.

Hasil penelitian ini akan lebih banyak mengangkat tentang jenis-

rw
jenis Arthropoda yang berhabitat di gua kars beserta permasalahan-

permasalahan yang terkait di dalamnya. Oleh karena itu sumber belajar

yang diangkat diperuntukkan sebagai materi pengayaan bagi peserta


nI
didik SMA kelas X semester 2. Pada jenjang ini, rata-rata peserta didik

berada pada kisaran usia 15 hingga 16 tahun. Menurut Peaget

(Sugihartono dkk, 2007: 109) pada usia ini perserta didik berada pada

tahap operasional formal. Pada tahap ini, mereka sudah dapat belajar
wi

materi-materi yang bersifat abstrak. Oleh karena itu keterbatasan

interaksi langsung antara subyek dan obyek belajar dapat teratasi

dengan berbantukan perantara bahan ajar.


Ed

Secara umum penelitian ini telah memenuhi persyaratan tentang

kejelasan materi dan peruntukanya. Penjabaran materi yang

mengangkat tentang ciri Arthropoda secara umum dapat ditambahkan

dari sumber lain agar lebih memenuhi standar kompetensi dan


(c)

kompetensi dasar secara umum dan menyeluruh.

 
108

h
 

ya
d) Informasi yang akan diungkap

Sesuai dengan tujuan utamanya, informasi yang terungkap dari

penelitian ini adalah tentang keanekaragam Arthropoda gua kars di

ns
Kabupaten Gunung Kidul, khususnya informasi tentang jenis hewan

Arthropoda apa saja yang berhabitat di gua, dan bagaimana

penggolongan ilmiahnya.

a
Penelitian ini apabila diperuntukkan bagi peserta didik SMA kelas

X semester 2, informasi berupa produk yang akan diperoleh adalah

rw
tentang gambaran keanekaragaman jenis Arthropoda itu sendiri serta

bagaimana cara mengklasifikasikanya pada kelompok-kelompok yang

lebih kecil berdasarkan pengamatan ciri morfologisnya. Sedangkan


nI
informasi berupa proses dapat mengangkat tentang proses identifikasi

berdasarkan pengamatan, baik secara langsung maupun dengan

berbantukan gambar obyek. Dari kegiatan tersebut akan dapat merujuk

pada konsep-konsep biologi yang diperoleh dari penelitian.


wi

Berdasarkan uraian tersebut, maka hasil penelitian ini memiliki

kejelasan informasi yang diungkap.


Ed

e) Pedoman eksplorasi dan perolehan yang akan dicapai

Kejelasan pedoman eksplorasi terkait dengan metodologi

penelitian. Metodologi penelitian ini meliputi penentuan lokasi

penelitian, waktu penelitian, obyek penelitian, alat dan bahan, prosedur

kerja, pengolahan data, hingga pada penarikan kesimpulan. Pada


(c)

penelitian ini pedoman eksplorasi dan perolehan yang akan dicapai

 
109

h
 

ya
dari kegiatan tersebut telah disajikan secara jelas pada BAB III tentang

metode penelitian.

Namun demikian, kiranya perlu ditambah sedikit pengkajian

ns
mengingat pada kasus penelitian ini, pedoman eksplorasi merupakan

hal yang sangat penting dan mendasar untuk dikaji karena kegiatan

penelusuran gua (caving) tergolong kegiatan yang cukup beresiko dan

a
membutuhkan pengalaman dan keahlian khusus. Resiko atau bahaya

dari kegiatan penelusuran gua itu sendiri telah tercatat oleh Himpunan

rw
Kegiatan Speleologi Indonesia (HIKESPI) yang menyebutkan bahwa

90% kecelakaan pada kegiatan penelusuran gua di Indonesia terjadi di

dalam gua, dan dari angka kecelakaan tersebut 99% nya disebabkan
nI
oleh faktor kelalaian penelusur gua (human error), sedangkan

penyebab lainya adalah karena faktor alam seperti gempa bumi yang

mengakibatkan runtuhnya bagian gua.


wi

Selain faktor keselamatan peneliti, kegiatan eksplorasi di gua juga

harus memperhatikan keselamatan ekosistem gua itu sendiri mengingat

ekosistem gua merupakan ekosistem yang rentan. Oleh karena itu,


Ed

seorang yang hendak melakukan penelusuran gua seharusnya terlebih

dulu telah mempelajari dan memahami kode-kode etik penelusuran

gua. Diantara kode etik tersebut salah satunya terdapat etika dalam

pengambilan sampel hewan gua karena besar kemungkinan hewan

tersebut merupakan spesies endemik yang langka dan perlu dilindungi


(c)

keberadaanya.

 
110

h
 

ya
Perolehan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah berupa

proses dan produk (seperti yang sudah diuraikan di atas pada syarat

informasi yang diungkap) yang mampu mengembangkan aspek

ns
kognitif, afektif, dan psikomotor pada peserta didik yang pada

dasarnya merupakan pencapaian dari tujuan pembelajaran. Perolehan

yang diharapkan dapat digambarkan dengan pengalaman belajar

a
peserta didik yang semakin meningkat setelah peserta didik melakukan

proses pembelajaran menggunakan sumber dan bahan ajar yang

rw
dikembangkan. Deskripsi di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian

ini telah memenuhi syarat kejelasan pedoman eksplorasi dan perolehan

yang akan dicapai untuk dapat diangkat sebagai sumber belajar biologi

SMA.
nI
Berdasarkan pembahasan pemenuhan syarat-syarat di atas,

menunjukkan bahwa potensi keanekaragaman Arthropoda gua kars di

Kabupaten Gunung Kidul telah memenuhi persyaratan untuk diangkat


wi

sebagai sumber belajar dengan dua potensi akademik yang dioptimalkan

yaitu keberadaan jenis-jenis Arthropoda gua dan cara indentifikasinya

untuk diklasifikasikan kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.


Ed

Tahapan selanjutnya adalah proses pengangkatan potensi

keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung Kidul

sebagai sumber belajar biologi. Proses pengangkatan suatu hasil penelitian

menjadi sumber belajar biologi dilakukan melalui tiga tahapan sebagai


(c)

berikut:

 
111

h
 

ya
a) Identifikasi proses dan produk penelitian

Hasil penelitian agar dapat digunakan sebagai sumber belajar

perlu mempertimbangkan makna penelitian itu sendiri sebagai sumber

ns
belajar. Makna penelitian tersebut dapat ditinjau dari proses penelitian

dan produk penelitian, yaitu dengan cara mengidentifikasi proses dan

produk penelitian yang relevan dengan permasalahan biologi di SMA.

a
Pengkajian ini meliputi dua tahapan, yaitu pengkajian proses dan

pengkajian produk penelitian. Proses penelitian berkaitan dengan

rw
pengembangan keterampilan proses, sedangkan produk penelitian

berupa fakta dan konsep. Berikut ini dijabarkan proses identifikasi

terhadap proses dan produk penelitian agar dapat digunakan sebagai

sumber belajar biologi di SMA.


nI
1) Hasil penelitian berupa proses

Hasil penelitian ini bermakna untuk mengembangkan

keterampilan belajar peserta didik apabila ditinjau dari prosesnya,


wi

karena dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah-langkah

dalam proses sains. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai

berkut:
Ed

a) Identifikasi masalah

Penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah sebagai

langkah awal dalam proses sains. Masalah yang teridentifikasi

pada penelitian ini adalah kurangnya pemanfaatan potensi lokal

sebagai sumber belajar bagi peserta didik sebagai salah satu cara
(c)

 
112

h
 

ya
untuk mendukung keberhasilan KTSP yang secara tidak

langsung juga mengakibatkan keterbatasan interaksi peserta

didik dengan obyek belajarnya. Keberadaan potensi daerah

ns
berupa gua-gua kars yang menyimpan beranekaragam

organisme di dalamnya khususnya di Kabupaten Gunung Kidul

berpeluang memberi kesempatan peserta didik berinteraksi

a
dengan obyek tersebut. Berdasarkan permasalahan biologi yang

relevan untuk SMA maka pada identifikasi masalah ini

rw
sebenarnya dapat mengangkat permasalahan keanekaragaman

jenis, binomial nomenclatur, dan klasifikasi keanekaragaman

Filum Arthropoda dengan mengambil contoh Arthropoda yang

khusus berhabitat di dalam gua kars di Kabupaten Gunung


nI
Kidul.

b) Rumusan masalah

Rumusan masalah disusun sebagai langkah penting dalam


wi

proses sains yang dikaitkan dengan kemampuan selama

melaksanakan penelitian. Rumusan masalah penelitian ini

adalah apa saja konsep-konsep biologi yang dapat dipelajari dari


Ed

potensi keragaman jenis Arthropoda gua, dan bagaimana

menggunakanya sebagai alternatif sumber belajar pada

submateri Filum Dunia Hewan. Berdasarkan rumusan tersebut

maka permasalahan biologi yang relevan untuk SMA adalah

apakah konsep keanekaragaman tingkat jenis yang dapat


(c)

 
113

h
 

ya
diambil, dan bagaimana pengklasifikasianya kedalam

kelompok-kelompok yang lebih kecil.

c) Perumusan tujuan

ns
Tujuan penelitian merupakan landasan dari kegiatan yang

dilakukan setelah mempunyai permasalahan. Tujuan penelitian

ini adalah mengetahui konsep-konsep yang tepat yang dipelajari

a
dari keanekaragaman jenis Arthropoda gua di Kabupaten

Gunung, proses identifikasi, dan pengklasifikasikanya. Tujuan-

rw
tujuan yang relevan secara lebih detail telah dijelaskan pada saat

pemenuhan syarat kesesuaian hasil penelitian dengan tujuan

pembelajaran.

d) Perencanaan dan pelaksanaan prosedur kerja


nI
Dalam perencanaan proses kerja perlu memperhatikan

parameter yang telah ditentukan dalam rumusan masalah dengan

mempertimbangkan aspek-aspek metodologis, teknis, dan


wi

keterbatasan yang ada tanpa mengurangi kebermaknaan

penelitian. Pelaksanaan kegiatan diusahakan agar tidak

menyimpang dari prosedur kerja yang telah ditetapkan agar


Ed

tujuan penelitian tercapai.

Penelitian ini bertujuan mengetahui konsep-konsep yang

tepat dipelajari dari potensi keragaman jenis Arthropoda gua,

cara-cara identifikasi, dan pengklasifikasikanya untuk

mendukung submateri Filum Dunia Hewan, oleh karena itu pada


(c)

 
114

h
 

ya
perencanaannya, penelitian ini terdiri dari dua tahapan

prosedural. Tahapan pertama adalah menggali potensi akademik

yang ada dan sesuai bagi pembelajaran di SMA terutama

ns
tentang keanekaragaman jenis Arthropoda gua yang kemudian

digunakan untuk menghasilkan data yang dapat dijadikan dasar

tahapan kedua, yaitu prosedur pengangkatan sumber belajar.

a
Berdasarkan kedua tahapan tersebut maka prosedur kerja

yang relevan untuk peserta didik SMA hanya pada tahap

rw
identifikasi dan klasifikasi dari hasil penggalian potensi

keanekaragaman Arthropoda gua. Dalam hal ini pemenuhan

tujuan pembelajaran bagi peserta didik tidak perlu dilakukan

dengan studi lapangan secara langsung namun dapat dialihkan


nI
pada bentuk pembelajaran mandiri dengan mengacu pada hasil

penelitian yang telah dikemas lebih lanjut kedalam bentuk

modul pembelajaran.
wi

e) Pembahasan hasil penelitian

Pembahasan dilakukan setelah data hasil pengamatan

diperoleh. Ketepatan dalam mengorganisasikan dan


Ed

menginterpretasikan data hasil penelitian merupakan langkah

penting sebelum dilakukan pembahasan, karena kegiatan

tersebut memberikan fakta-fakta penelitian. Pembahasan

dilakukan dengan mengkaitkan fakta yang diperoleh dengan

berlandaskan sumber pustaka. Peneliti mengorganisasikan data


(c)

 
115

h
 

ya
agar dapat diangkat sebagai sumber belajar, sedangkan

pembahasan yang relevan untuk SMA adalah penginterpretasian

data hasil pengamatan guna menyusun kesimpulan.

ns
f) Penarikan kesimpulan

Kesimpulan merupakan generalisasi hasil penelitian yang

dirumuskan berdasarkan fakta penelitian yang dihubungkan

a
dengan pembahasan dengan mengacu pada tujuan yang

ditetapkan. Pada penelitian mengenai pemanfaatan

rw
keanekaragaman Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung

Kidul sebagai alternatif sumber belajar melalui identifikasi

potensi akademik dapat disimpulkan bahwa potensi yang ada

memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai alternatif sumber


nI
belajar biologi di SMA untuk submateri Filum Dunia Hewan.

Berdasarkan hal tersebut maka peserta didik akan dapat

menyimpulkan mengenai konsep-konsep biologi yang terkait di


wi

dalamnya.

2) Hasil penelitian berupa produk

Produk penelitian merupakan hasil dari proses penelitian yang


Ed

berupa fakta-fakta penelitian. Fakta yang ditemukan pada penelitian ini

merupakan hasil identifikasi dari potensi akademik tentang

keanekaragaman jenis Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung

Kidul. Fakta-fakta hasil penelitian ini kemudaian digeneralisasikan

menjadi konsep atau subkonsep. Dari hasil kegiatan eksplorasi gua


(c)

 
116

h
 

ya
kars di Kabupaten Gunung Kidul dapat diperoleh beberapa konsep dari

fakta-fakta penelitian yang disajikan dalam Tabel 4.26 berikut ini.

Tabel 4.26 Fakta dan konsep yang diperoleh dari hasil eksplorasi gua

ns
No. Fakta Konsep
1. Semua Arthropoda yang • Ciri umum Arthropoda gua
ditemukan memiliki kaki
yang bersegmen-segmen.

a
2. Adanya perbedaan ciri • Keanekaragaman ciri dan
(bentuk, warna, ukuran, habitat
maupun zonasi ditemukanya) • Dasar Klasifikasi Arthropoda

3.
rw
pada setiap Arthropoda.
Ditemukan 22 macam
Arthropoda dari jenis yang
• Keanekaragaman tingkat
jenis
berbeda
nI
4. 22 jenis Arthropoda dari 5 • Pengklasifikasian kelas-kelas
kelas yang berbeda Arthropoda
5. Adanya persamaan ciri • Keseragaman
morfologis pada beberapa
jenis Arthropoda dalam satu
wi

kelas
6. Arthropoda gua sebagai • Peran Arthropoda
obyek penelitian
Ed

Hasil penelitian berupa produk secara lebih terperinci telah

disajikan dengan jelas pada hasil penelitian tahap I.


(c)

 
117

h
 

ya
b) Seleksi dan modifikasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi

Pada tahap ini proses dan produk penelitian yang telah memenuhi

persyaratan sebagai sumber belajar diseleksi kembali agar lebih sesuai

ns
dengan kurikulum biologi SMA. Agar lebih optimal maka proses

seleksi ini juga disertai dengan proses modifikasi sehingga sumber

belajar yang terangkat dari hasil penelitian benar-benar dapat

a
mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik di SMA.

Seleksi dan modifikasi proses penelitian disesuaikan dengan

rw
kegiatan pembelajaran, khususnya kegiatan belajar yang dilakukan

peserta didik. Sementara itu seleksi dan modifikasi pada produk

penelitian yang berupa fakta, konsep, dan prinsip disesuaikan dengan

konsep atau subkonsep pada kurukulum yang berlaku. Lebih jelasnya


nI
langkah seleksi dan modifikasi proses dan produk penelitian akan

dibahas satu per satu sebagai berikut:

1) Seleksi dan modifikasi prosedur kerja penelitian


wi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa prosedur kerja

pada penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi pada gua

kars alami yang cukup beresiko terlebih jika peneliti tidak


Ed

dibekali peralatan yang memadai, pengalaman dan pengetahuan

yang cukup, serta pendampingan ahli. Berdasarkan keadaan

tersebut, maka prosedur kerja pada penelitian ini dalam

penerapanya bagi peserta didik pada jenjang SMA kelas X perlu

dilakukan modifikasi, artinya peserta didik tidak perlu terjun


(c)

 
118

h
 

ya
secara langsung di lapangan dalam proses penyediaan obyek /

media maupun pelaksanaan penelitianya.

Suhardi (2007: 16) mengungkapkan bahwa prosedur kerja

ns
penelitian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran materi

Filum Dunia Hewan memiliki Kompetensi Dasar

a
mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan dan

peranannya bagi kehidupan yang dijabarkan menjadi beberapa

rw
materi dan submateri pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut

maka penelitian yang secara prosedural dilaksanakan dengan

penelitian eksplorasi di gua kars dalam penerapanya bagi peserta


nI
didik dimodifikasi menjadi kegiatan pengamatan tidak langsung

dengan obyek yang telah diorganisasikan menjadi sumber dan

bahan ajar. Dalam pengamatan obyek dapat digunakan obyek

Arthropoda lain yang lebih mudah didapatkan. Selain faktor


wi

keamanan kerja, hal ini juga ditentukan dengan pertimbangan

keterbatasan waktu mengingat waktu yang diperlukan untuk

kegiatan eksplorasi yang sesungguhnya di gua memerlukan


Ed

waktu yang lama bahkan tak terbatas.

2) Seleksi dan modifikasi produk penelitian

Terkait dengan seleksi dan modifikasi prosedur kerja

penelitian di atas, produk penelitian juga harus dimodifikasi agar


(c)

dapat mendukung proses pembelajaran bagi peserta didik.

 
119

h
 

ya
Karena dalam proses penelitian tidak memungkinkan untuk

membawa peserta didik langsung ke lapangan, maka fakta dan

konsep hasil penelitian kemudian digeneralisasikan dan

ns
diorganisasikan dalam bentuk gambar/foto, tabel, grafik, maupun

bentuk lainya.

Menurut Suhardi (2007: 6) besarnya potensi suatu hasil

a
penelitian untuk dapat diangkat sebagai sumber belajar terhadap

permasalahan biologi dapat dipersentasi berdasarkan konsep atau

rw
subkonsep yang tercapai dengan memperhatikan jumlah waktu

yang diperlukan. Potensi suatu hasil penelitian sendiri ditentukan

oleh ketersediaan obyek dan permasalahan yang dapat diungkap


nI
untuk menghasilkan fakta dan konsep. Berdasarkan kedua hal

tersebut maka persentasi potensi dapat diketahui dengan

membandingkan konsep-konsep dari hasil penelitian dengan

konsep-konsep yang harus dicapai dalam kurikulum. Dari hasil


wi

perbandingan tersebut akan dapat terlihat besarnya keluasan

konsep yang didapatkan dari hasil penelitian untuk mendukung

konsep-konsep yang terdapat dalam kurikulum. Hasil sebuah


Ed

penelitian sangat memungkinkan untuk tidak mendukung penuh

konsep-konsep dalam kurikulum, untuk itu diperlukan juga

modifikasi dengan menambah konsep-konsep tersebut dengan

sumber lain yang relevan agar pencapaian kompetensi yang


(c)

diharapkan dapat lebih optimal. Di bawah ini merupakan tabel

 
120

h
 

ya
kesesuaian konsep KTSP dan konsep hasil penelitian eksplorasi

gua kars pada penelitian tahap I.

Tabel 4.27 Kesesuaian konsep KTSP dan konsep hasil penelitian

ns
Konsep dalam kurikulum KTSP Konsep hasil penelitian
1. Filum Arthropoda 1. Arthropoda gua
a. Ciri umum Arthropoda a. Ciri umum Arthropoda gua
b. Keanekaragaman dan b. Keanekaragaman ciri dan

a
keseragaman ciri habitat
Arthropoda c. Dasar Klasifikasi Arthropoda
c. Dasar Klasifikasi d. Keanekaragaman tingkat jenis
Arthropoda
rw
d. Peran Arthropoda
e. Pengklasifikasian kelas-kelas
Arthropoda
f. Keseragaman
g. Peran Arthropoda
nI
Data pada Tabel 4.27 di atas menunjukkan bahwa melalui

penelitian eksplorasi gua dapat diperoleh konsep-konsep yang


wi

mendukung materi Filum Dunia Hewan khususnya pada

submateri Filum Arthropoda. Berdasarkan analisis pada tabel di

atas, maka hasil penelitian dapat mendukung hingga 90%


Ed

pencapaian konsep yang ada di KTSP. Selebihnya sebesar 10%

pencapaian yang dibebankan dalam KTSP dapat dipenuhi dengan

melakukan modifikasi dengan menambahkan konsep-konsep

yang belum terdapat dalam hasil penelitian dari sumber-sumber

lain yang relevan.


(c)

 
121

h
 

ya
Keseluruhan konsep yang merupakan produk penelitian

tersebut belum tentu semua dapat ditangkap peserta didik, karena

kepekaan individu satu dengan lainnya berbeda-beda. Maka dari

ns
itu keseluruhan konsep yang mendukung pembelajaran kemudian

dijadikan sebagai bahan materi dalam modul yang akan disusun

sebagai bahan ajar. Modul inilah yang diharapkan dapat

a
menjembatani interaksi antara peserta didik dengan obyek

biologi yang mengangkat potensi keanekaragaman Arthropoda

rw
gua kars di Kabupaten Gunung Kidul.

Berdasarkan hasil pengkajian awal didapatkan bahwa materi

biologi dalam silabus yang dapat memanfaatkan hasil penelitian


nI
secara optimal adalah pada submateri Filum Arthropoda untuk

peserta didik pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas

X semester 2. Kajian tentang Arthropoda gua kars sendiri secara

langsung tidak dijabarkan dalam KTSP, sehingga


wi

pengangkatanya menjadi sumber belajar akan lebih mengarah

pada materi pengembangan bagi peserta didik. Setelah dilakukan

beberapa penyesuaian dengan silabus KTSP, pengorganisaian


Ed

materi dan kedudukan hasil penelitian pada kurikulum yang

berlaku saat ini dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut ini.
(c)

 
122

h
 

ya
Mata pelajaran : Biologi
Kelas :X
Semester :2
Tabel 4.28 Pengorganisaian materi dan kedudukan hasil penelitian pada KTSP.

ns
Kelas : X
Semester : II
Standar : 3. Memahami manfaat keanekaragaman
Kompetensi hayati.

a
Kompetensi Dasar : 3.4 Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam
Dunia Hewan dan peranannya bagi
kehidupan.
Materi
Submateri
Kegiatan Belajar
rw: Filum Dunia Hewan.
: Filum Arthropoda.
: 1. Ciri umum
Arthropoda.
dan klasifikasi Filum
nI
2. Keanekaragaman Arthropoda gua kars (di
Kabupaten Gunung Kidul).
3. Peran Arthropoda Gua dan cara
pelestarianya.
Indikator :
wi

1) Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda


2) Mengklasifikasikan Arthropoda kedalam kelompok-
kelompok yang lebih kecil.
3) Mendeskripsikan ciri Arthropoda gua berdasarkan
Ed

pengamatan
4) Membandingkan ciri-ciri umum Arthropoda gua dengan
Arthropoda lainya
5) Mengumpulkan informasi tentang peranan Arthropoda
gua kars bagi manusia
6) Menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda gua kars
(c)

 
123

h
 

ya
c) Penerapan hasil penelitian sebagai sumber belajar ke dalam organisasi

instruksional

Tahapan terakhir dalam pengangkatan atau pemanfaatan hasil

ns
penelitian sebagai sumber belajar adalah penerapan hasil penelitian ke

dalam organisasi instruksional, meliputi penyusunan Rencana

Kegiatan Pembelajaran (RKP) dan Rencana Pelaksanaan

a
Pembelajaran (RPP).

RKP terdiri dari atas komponen-komponen sebagai berikut:

rw
1) Konsep dan Subkonsep

Konsep dan subkonsep telah disajikan pada pembahasan

sebelumnya.
nI
2) Standar Kompetensi

Standar kompetensi yang terkait dengan penelitian ini adalah

SK 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati.


wi

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar yang terkait dengan penelitian ini adalah

KD 3.4. Mendeskripsikan ciri-ciri filum dalam dunia hewan


Ed

dan peranannya bagi kehidupan.

4) Tujuan Pembelajaran

Setelah membaca dan mengerjakan modul dengan topik

keanekaragaman Arthropoda gua kars di Kabupaten Gunung

Kidul, peserta didik diharapkan mampu:


(c)

 
124

h
 

ya
a) Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda (TP1).

b) Mengklasifikasikan Arthropoda kedalam kelompok-


kelompok yang lebih kecil (TP2).

ns
c) Mendeskripsikan ciri Arthropoda gua berdasarkan
pengamatan (TP3).

d) Membandingkan ciri-ciri umum Arthropoda gua dengan


Arthropoda lainya (TP4).

a
e) Mengumpulkan informasi tentang peranan Arthropoda gua
kars bagi manusia (TP5).

(TP6).

5) Uraian Materi
rw
f) Menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda gua kars
nI
Materi tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut:

Materi pokok : Filum Dunia Hewan


Submateri : Filum Arthropoda
Sub-submateri :
wi

a) Ciri Umum Dan Klasifikasi Filum Arthropoda.

b) Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars (pengayaan).

c) Peran Arthropoda Gua dan Cara Pelestarianya (pengayaan).


Ed

6) Sasaran

Sasaran dari pengembangan hasil penelitian ini adalah untuk

peserta didik pada jenjang SMA kelas X semester 2.


(c)

 
125

h
 

ya
7) Jenis Kegiatan

a) Intrakulikuler

Kegiatan ini dilaksanakan pada jam tatap muka sesuai

ns
ketentuan dalam silabus, yaitu pada pembahasan ciri umum

dan klasifikasi Arthropoda (Modul Kegiatan I).

b) Kokurikuler

a
Kegiatan kokulikuler dilaksanakan di luar kegiatan

pembelajaran dalam kelas secara mandiri oleh peserta

rw
didik. Kegiatan ini bertujuan untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan kurikuler agar peserta didik lebih mendalami

materi yang dipelajarinya dan melatih peserta didik dapat

melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab.


nI
Kegiatan kokulikuler dilaksanakan pada pembahasan

tentang Arthropoda gua kars dan perananya bagi kehidupan

(Modul Kegiatan II dan III).


wi

8) Waktu

a) Intrakurikuler : 2 x 45 menit.

b) Kokurikuler : minimal 4 x 45 menit.


Ed

9) Metode

Metode untuk kegiatan pembelajaran ini disesuaiakan dengan

jenis kegiatannya yaitu:

a) Ceramah, yaitu dalam pengarahan kerja dan penguasaan


(c)

konsep.

 
126

h
 

ya
b) Observasi, yaitu untuk kegiatan pengamatan.

c) Diskusi, yaitu dalam tabulasi dan interpretasi data.

d) Penugasan, yaitu dalam kegiatan mandiri dan evaluasi.

ns
10) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran meliputi

alat tulis, bahan ajar modul, dan sarana-prasarana lainya.

a
11) Bentuk Belajar

Kegiatan yang direncanakan untuk menyajikan fakta

rw
pendukung meliputi kegiatan belajar klasikal, individu, dan

kelompok.

12) Sistem interaksi


nI
Sistem interaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut:

a) Guru - Peserta didik.

b) Peserta didik - Bahan ajar.


wi

c) Peserta didik - Peserta didik.

13) Alat Evaluasi

a) Evaluasi proses
Ed

Evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh mana peserta

didik dapat menguasai keterampilan kerja dalam

penelitian dan menerapkan sikap-sikap ilmiah selama

kegiatan berlangsung. Evaluasi proses ini dilakukan oleh

guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung


(c)

dengan cara melakukan pengamatan terhadap peserta

 
127

h
 

ya
didik, dengan berpedoman pada kriteria penilaian proses

yang telah ditetapkan. Dokumentasi kegiatan pengamatan

peserta didik juga dapat digunakan mengingat banyaknya

ns
jumlah peserta didik yang akan melakukan pengamatan

tidak sebanding dengan jumlah guru yang menilai, selain

itu dapat juga menggunakan penilaian antar teman.

a
b) Evaluasi produk

Evaluasi produk dilakukan untuk mengetahui penguasaan

rw
materi pelajaran yang telah diperoleh peserta didik, baik

melalui informasi dari guru, dari mengerjakan modul,

maupun hasil pengamatan. Evaluasi produk dilakukan

dengan jalan tes formatif.


nI
Seluruh rancangan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun

dan diuraikan di atas selanjutnya dapat dituangkan menjadi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang dibuat untuk


wi

memanfaatkan sumber belajar yang telah diorganisasikan menjadi

bahan ajar modul adalah sebagai berikut.


Ed
(c)

 
128

h
 

ya
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Mata Pelajaran : Biologi

ns
Kelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 2
Pertemuan : Menyesuaikan
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit tatap muka,
minimal 4 x 45 menit mandiri

a
Standar Kompetensi : 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati
Kompetensi Dasar : 3.4. Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam
Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan

I. Tujuan
rw
A. Tujuan umum pembelajaran
• Peserta didik mampu mendeskripsikan ciri umum Arthropoda.
nI
• Peserta didik mampu mengklasifikasikan Arthropoda kedalam
kelompok-kelompok yang lebih kecil.
B. Tujuan pembelajaran mandiri menggunakan modul
• Peserta didik mampu mendeskripsikan ciri Arthropoda gua
berdasarkan pengamatan.
• Peserta didik mampu membandingkan ciri-ciri umum Arthropoda
wi

gua dengan Arthropoda lainya.


• Peserta didik mampu mengumpulkan informasi tentang peranan
Arthropoda gua kars bagi manusia.
• Peserta didik mampu menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda
gua kars.
Ed

II. Materi Ajar


• Ciri umum dan klasifikasi filum Arthropoda.
• Keanekaragaman Arthropoda gua kars Kab. Gunung Kidul.
• Peran Arthropoda dan cara pelestarianya.

III. Metode Pembelajaran


• Diskusi – Tanya jawab
(c)

• Penugasan mandiri

 
129

h
 

ya
IV. Langkah Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan awal (10 menit)
• Guru menanyakan pengalaman sehari-hari peserta didik berkenaan
tentang Arthropoda.
• Guru meminta peserta didik mempersiapkan bahan ajar modul

ns
”Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kab. Gunung Kidul” dan
buku paket biologi lain yang relevan.
B. Kegiatan inti (75 menit)
• Guru dan peserta didik mendiskusikan ciri-ciri umum Filum
Arthropoda (Modul Kegiatan 1).
• Guru dan peserta didik mendiskusikan dasar-dasar pengelompokan

a
Arthropoda (Modul Kegiatan 1).
• Peserta didik mengelompokkan kelas-kelas Arthropoda

rw
berdasarkan cirinya.
C. Kegiatan akhir (5 menit)
• Guru membenarkan konsep-konsep yang kurang tepat tentang
Arthropoda dan sistem klasifikasinya.
• Guru menyimpulkan ciri umum dunia hewan.
• Guru meminta peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya
nI
secara mandiri menggunakan modul ”Keanekaragaman Arthropoda
Gua Kars Kab. Gunung Kidul” dan mengerjakan uji kompetensi di
dalamnya sebagai bahan evaluasi (Modul Kegiatan 2 dan 3).

V. Alat / Bahan
• Modul Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kab. Gunung Kidul.
wi

• Buku paket Biologi SMA Kelas X.


• Belalang, laba-laba, udang, luwing, lipan/kelabang, dll.

VI. Penilaian
• Kognitif: Uji kompetensi tertulis dalam modul.
Ed

• Afektif: Keseriusan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan


modul.
(c)

 
130

h
 

ya
4. Penyusunan modul

Hasil penelitian ini telah memenuhi syarat sebagai sumber belajar

biologi. Tahapan selanjutnya adalah mengemasnya menjadi bahan ajar.

ns
Menurut Suhardi (2007: 4) sumber belajar akan dapat lebih optimal

berinteraksi dengan peserta didik apabila dikemas dalam bentuk bahan

ajar, oleh karena itu tahapan ini sangat penting agar hasil penelitian yang

a
sudah menjadi sumber belajar dapat lebih fungsional.

Berdasarkan pengangkatan hasil penelitian sebagai sumber belajar di

rw
atas, hasil penelitian ini dapat diangkat dalam bentuk pembelajaran

klasikal yang dilanjutkan dengan pembelajaran mandiri. Untuk dapat lebih

memenuhi kompetensi yang diharapkan dalam KTSP, maka dalam pokok-

pokok bahasan tertentu ditambahkan beberapa kajian dari sumber terkait.


nI
Sedangkan hasil penelitian ini sendiri lebih ditekankan sebagai materi

pengembangan bagi peserta didik untuk menambah wawasan peserta didik

tentang hasil penelitian. Keanekaragaman jenis Arthropoda di gua kars


wi

Kabupaten Gunung Kidul merupakan obyek belajar bagi peserta didik.

Namun demikian, berdasarkan beberapa pertimbangan yang telah dibahas

sebelumnya, maka peserta didik sebagai subyek belajar tidak perlu terjun
Ed

secara langsung ke lapangan. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan

suatau bahan ajar yang dapat menjembatani peserta didik untuk dapat

mengoptimalkan pemanfaatan obyek belajar tersebut.

Bentuk bahan ajar yang sesuai untuk mengemas hasil penelitian ini

adalah modul. Modul merupakan perangkat bahan ajar yang optimal untuk
(c)

 
131

h
 

ya
mendukung kegiatan belajar mandiri peserta didik. Menurut Sungkono

(2003: 10) prinsip bahan ajar adalah disusun dengan menggunakan strategi

pembelajaran yang sama seperti yang digunakan pembelajaran dalam kelas

ns
biasa. Mengembangkan bahan ajar berarti mengajarkan suatu mata

pelajaran melalui tulisan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip yang digunakan

dalam mengembangkan bahan ajar sama dengan yang digunakan dalam

a
pembelajaran biasa. Bedanya adalah, bahasa yang digunakan setengah

formal dan setengah lisan, bukan bahasa buku teks yang bersifat sangat

tahapan sebagai berikut:

a) Tahap persiapan
rw
formal. Dalam penelitian ini, penyusunan modul dilaksanakan dengan

1) Penyiapan dan pengkajian kurikulum.


nI
Pengkajian kurikulum diperlukan sebagai dasar sebelum

langkah-langkah lain dijalankan. Tahap ini diperlukan agar modul

yang disusun dapat memenuhi kompetensi dalam kurikulum yang


wi

berlaku sesuai dengan peruntukanya.

2) Penyiapan dan penataan tenaga penulis.

Tenaga penulis dalam hal ini dilaksanakan secara perseorangan


Ed

oleh penyusun.

3) Pengadaan bahan bacaan/referensi dan sarana lain yang diperlukan.

Sumber-sumber bacaan atau referensi yang terkait banyak

dibutuhkan untuk melengkapi hasil penelitian yang akan dikemas

menjadi bahan ajar modul. Selain itu referensi juga berfungsi untuk
(c)

 
132

h
 

ya
membantu menemukan konsep-konsep biologi yang relevan untuk

diterapkan pada peserta didik di SMA sesuai dengan kurikulum

yang berlaku. Dengan demikian modul yang disusun akan dapat

ns
memenuhi kompetensi yang diharapkan.

b) Tahap pelaksanaan penulisan

1) Penentuan kriteria isi modul, antara lain meliputi:

a
a. Penentuan urutan dan ruang lingkup materi.

Langkah pertama dalam penulisan modul adalah dengan

rw
menyusun urutan materi modul yang ruang lingkupnya

disesuaikan dengan kurikulum. Urutan materi ini kemudian

dituangkan dalam bentuk kerangka modul. Kerangka modul

dibuat untuk mempermudah dalam penulisan modul itu sendiri.


nI
Dalam kerangka memuat komponen-komponen yang ada di

dalam modul, dengan demikian kerangka modul dapat

digunakan sebagai acuan dalam penulisan modul. Bentuk


wi

kerangka modul secara lengkap terlampir dalam halaman

lampiran.

b. Penyajian yang menarik.


Ed

Modul akan dapat mengundang minat belajar peserta didik

jika disajikan dengan semenarik mungkin. Dalam hal ini, agar

modul dapat menarik digunakan bahasa-bahasa apersepsi yang

memancing keingintahuan peserta didik (pembaca), serta

dengan pemberian desain tampilan berwarna.


(c)

 
133

h
 

ya
c. Format penulisan.

Kriterian format penulisan mencakup desain layout modul

serta jenis dan ukuran huruf yang digunakan. Hal-hal tersebut

ns
diperhatikan agar modul lebih mudah dibaca dan tidak

menimbulkan kejenuhan pembaca.

2) Teknik penulisan, yang meliputi:

a
a. Perincian materi menjadi sub-submateri.

Pengorganisasian materi dibuat dengan mengacu pada

rw
kerangka modul yang telah disusun. Pada tahapan ini

ditentukan pembagian sub-submateri yang diperlukan untuk

mendukung materi pokok modul. Sub-submateri disusun secara

sistematis agar mempermudah peserta didik dalam belajar


nI
menggunakan modul.

b. Perancangan isi modul sesuai komponen modul.

Modul yang disusun memiliki komponen-komponen standar


wi

yang dirancang berdasarkan kriteria anatomi modul yang baik.

Rancangan ini merupakan pengembangan dari kerangka modul

yang kemudian digunakan sebagai acuan dalam penulisan isi


Ed

modul. Komponen modul disusun dengan cara menetapkan atau

merumuskan tujuan instruksional umum, merinci tujuan

instruksional khusus, menyusun butir-butir soal evaluasi guna

mengukur pencapaian tujuan khusus, menyusun pokok-pokok

materi dalam urutan yang logis, menyusun langkah-langkah


(c)

 
134

h
 

ya
kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan,

mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam proses belajar

dengan modul, dan lain sebagainya.

ns
3) Penulisan bahan/materi, yang meliputi:

a. Penguraian materi/submateri secara sistematis.

Setelah rancangan modul disusun, langkah selanjutnya

a
adalah menulis isi modul yang merupakan penjabaran dari

rancangan tersebut. Penulisan isi modul dilakukan dengan

rw
memperhatikan rambu-rambu standar penyusunan modul,

dengan demikian diharapkan modul yang disusun akan

berkualitas baik.

b. Penjelasan uraian dengan ilustrasi atau contoh-contoh.


nI
Pada prinsipnya proses belajar oleh peserta didik akan

menjadi lebih mudah jika bahan ajar yang digunakan

menyajikan suatu bentuk visualisasi dari materi yang dibahas.


wi

Oleh karena itu dalam penyusunan modul yang baik perlu

ditambahkan gambar ilustrasi maupun contoh yang dapat

mendukung konsep materi.


Ed

c. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan karakteristik/

kemampuan peserta belajar.

Mengembangkan bahan ajar modul berarti mengajarkan

suatu mata pelajaran melalui tulisan, oleh karena itu bahasa

yang digunakan dalam modul harus komunikatif terhadap


(c)

 
135

h
 

ya
pembaca yang dalam hal ini adalah peserta didik. Peristilahan

yang digunakan juga disesuaikan dengan jenjang pendidikan

calon pembaca agar hasil belajar dapat maksimal. Penulisan isi

ns
modul yang mengharuskan penggunaan istilah serapan asing

atau istilah sulit lainya dapat dibantu dengan dicantumkanya

definisi peristilahan tersebut pada daftar istilah sulit yang

a
terlampir pada bagian belakang modul.

d. Pemeriksaan kembali uraian yang telah ditulis agar sesuai

rw
dengan tujuan yang telah dirumuskan.

Pemeriksaan kembali uraian yang telah ditulis dilakukan

dengan cara validasi. Validasi dilakukan oleh dosen

pembimbing sebagai pengontrol proses penyusunan modul itu


nI
sendiri. Kebenaran konsep, penyajian yang menarik, serta tata

bahasa dan penulisan menjadi hal-hal penting yang harus

divalidasi oleh dosen pembimbing sebelum modul diujikan


wi

kepada ahli.

c) Tahap tinjauan ahli

Tahap tinjauan oleh ahli dilaksanakan dengan tujuan agar modul


Ed

yang telah disusun menjadi lebih berkualitas. Tinjauan dan masukan

oleh ahli materi, ahli media, ahli bahasa dilaksanakan setelah modul

selesai disusun dan divalidasi oleh dosen pembimbing. Dengan

memperhatikan ketiga konsep penting yang dibutuhkan dalam

penyusunan bahan ajar modul tersebut, diharapkan tinjauan dan


(c)

 
136

h
 

ya
masukan ahli dapat digunakan sebagai bahan perbaikan/revisi modul

yang telah disusun. Tinjauan dan masukan oleh ahli sekaligus

berfungsi sebagai penyuntingan modul sebelum modul diterapkan,

ns
dengan demikian kualitas modul menjadi lebih baik. Data masukan

yang diberikan oleh ahli media, materi, dan bahasa antara lain sebagai

berikut.

a
1) Masukan dosen ahli media

Masukan dari dosen ahli media adalah sebagai berikut.

No.
1.
rw
Tabel 4.29 Masukan dosen ahli media.
Masukan/saran
Distribusi atau pembagian kisi-kisi soal kompetensi antara
ranah kognitif C1 hingga C6 dirancang sedemikian rupa agar
nI
dapat mengukur kompetensi.
2. Penyusunan LKS Zona Kreatif agar dibuat menjadi lebih
operasional dan membelajarkan.
3. LKS Zona Kreatif kegiatan 3 agar difokuskan pada peran
Arthropoda.
wi

4. Materi dibuat menjadi lebih sederhana dan komunikatif.


5. Kontras desain grafis serta gambar diperjelas.
6. Soal kompetensi yang menggunakan “kecuali” diberikan
tanda seperti dicetak miring agar lebih jelas dan tidak
Ed

menjerumuskan.
7. Pencantuman sumber asing pada gambar atau tabel cukup
ditulis nama belakang.
(c)

 
137

h
 

ya
2) Masukan dosen ahli materi

Masukan dari dosen ahli media berupa pembenaran dan penegasan

konsep-konsep yang digunakan dalam modul. Masukan dari dosen

ns
ahli materi adalah sebagai berikut.

Tabel 4.30 Masukan dosen ahli materi.


No. Pembenaran Konsep
1. Setiap segmen tubuh Arthropoda biasanya memiliki satu

a
atau dua pasang kaki.
2. Tidak semua Arthropoda dapat dibedakan antara bagian

3.
rw
kepala, dada, dan perut, melainkan ada Arthropoda yang
kepala dan dada menjadi satu disebut sefalotoraks.
Arthropoda memiliki mata majemuk (faset) dan mata
tunggal (ocelli).
4. Respirasi Arthropoda aquatik menggunakan insang trakhea.
nI
5. Berdasarkan ada dan tidaknya sayap serangga dibedakan
menjadi serangga Apterygota dan Pterygota.

3) Masukan dosen ahli bahasa


wi

Masukan dari dosen ahli bahasa adalah sebagai berikut.

Tabel 4.31 Masukan dosen ahli bahasa.


No. Masukan/saran
Ed

1. Penulisan kalimat perlu memperhatikan kaidah SPOK.


2. Bahasa apersepsi dibuat untuk berinteraksi dengan pembaca
dan mengajak berfikir pembaca.
3. Penggunaan bahasa yang terlalu panjang lebih
disederhanakan.
4. Bahasa dibuat menjadi lebih lugas agar lebih mudah
(c)

dipahami peserta didik.

 
138

h
 

ya
Semua masukan dari dosen ahli media/bahan ajar, ahli materi

materi, dan ahli bahasa di atas kemudian digunakan untuk

mengevaluasi dan merevisi modul sehingga diperoleh modul yang

ns
lebih berkualitas dari aspek penyajian/kegrafisan, materi, dan

bahasa/keterbacaan. Aspek penyajian, aspek materi, aspek bahasa, dan

aspek kegrafisan secara umum sudah sangat baik.

a
d) Tahap revisi dan produksi

1) Evaluasi dan revisi.

rw
Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk melihat kembali

kekurangan-kekurangan dalam modul untuk kemudian dilakukan

revisi berdasarkan masukan/saran ahli.

2) Pencetakan modul.
nI
Tahap pencetakan modul merupakan tahap terakhir yang

dilaksanakan setelah modul melalui proses revisi dan menjadi lebih

berkualitas untuk dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar


wi

bagi peserta didik SMA kelas X semester 2, khususnya dalam

submateri Filum Arthropoda.


Ed
(c)

 
139

h
 

ya
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

ns
A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap rumusan masalah dan tujuan

penelitian, dapat disimpulkan bahwa :

a
1. Keanekaragaman jenis Arthropoda Gua Kars di Kabupaten Gunung Kidul

menunjukkan adanya variasi ciri morfologik 22 jenis hewan Arthropoda.

rw
2. Produk hasil penelitian keanekaragaman Arthopoda gua kars Kabupaten

Gunung Kidul merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

belajar setelah melalui syarat pengkajian kejelasan potensi ketersediaan

obyek dan permasalahan yang diangkat, kesesuaian dengan tujuan


nI
pembelajaran, kesesuaian materi dengan peruntukanya, kejelasan informasi

yang diungkap, kejelasan pedoman eksplorasi, dan kejelasan perolehan

yang diharapkan.
wi

3. Hasil penelitian dikemas dalam bentuk modul secara prosedural dengan

judul “Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kabupaten Gunung Kidul”,

dengan submateri Filum Arthropoda. Tipe modul adalah semi-self


Ed

contained, dimana modul ini menuntut siswa untuk mencari informasi lain

di luar modul.
(c)

 
140

h
 

ya
B. SARAN

Saran yang dapat penulis berikan bagi peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian serupa adalah :

ns
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan modul

dengan uji coba secara luas untuk menerapkan dan melakukan evaluasi

pembelajaran kegiatan dalam modul ini terhadap peserta didik.

a
2. Dapat dilakukan penelitian potensi lain yang ada di gua kars Kabupaten

Gunung Kidul, seperti penelitian tentang ekosistem gua.

rw
3. Dalam menyusun modul, aspek kegrafisan dan penyajian yaitu berupa

kejelasan gambar dan dan tata letak, terutama desain cover perlu lebih

diperhatikan karena minat membaca peserta didik pertama kali muncul

adalah dari tampilan cover atau sampul buku serta judul dan tata tulisnya
nI
yang terlihat bagus dan menarik.
wi
Ed
(c)

 
141

h
 

ya
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

ns
Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22, 23 dan 24 tentang Standar Isi, Kompetensi Lulusan, dan
Pelaksanaannya. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.
Arif Priadi. 2010. Biologi 1. Jakarta: Yudhistira.

Borror, D. J., Triplehorn, C. A., and Johnson, N. A. 1992. Pengenalan Pelajaran

a
Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

rw
Jenjang Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Campbell, N.A, Reece, Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Chomsin S.Widodo dan Jumadi. 2008. Bahan Ajar Berbaris Kompetensi. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo.
Depdiknas. 2003. Standar Penilaian Buku Pelajaran Sains. Jakarta: Pusat
nI
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Dewi Padmo, Tian Belawati, Purwanto, dan Ida Melati Sadjati.2004. Peningkatan
Kualitas Belajar Melalui Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Pusat
Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan
Djohar. 1980. Strategi Mengajar IPA. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
wi

______. 1987. Peningkatan Proses Belajar Sains Melalui Pemanfaatan Sumber


Belajar. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta
Hanang Samodra. 2001. Nilai Strategis Kawasan Kars di Indonesia. Jakarta:
Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral
I. G. P. Suryadharma, dkk. 1997. Biologi Umum. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Ed

Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.


Ko, R.K.T. 2000. Keanekaragaman Hayati Kawasan Karst. Simposium Nasional
Lingkungan Karst. Jakarta. Tidak dipublikasikan
Langit Ardhy Susilo. 2008. Karst Gunung Kidul, Potensi Pemanfaatan, dan
Dampak Bagi Lingkungan. Jurnal Penelitian. Tidak dipublikasikan.
(c)

 
142

h
 

ya
Lopez, Andre and Francis Marcou. 2010. Faune souterraine des grottes de la
Garrigue Languedocienne : Minervois, Saint-Chinianais, Avant-Monts.
Diakses dari http://www.entoflorachne.com/garrigue/cavernicole.html,
pada tanggal 26 Mei 2011 Pukul 22.27 WIB
Melati Ferianita Fachrul. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi

ns
Aksara.
Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
_______. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung: ROSDA.

a
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2007. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru Al gessindo.

rw
Nurdin Muhammad Suin. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nuryani Rustamam. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Pusat Penelitian Biologi. 2004. Pedoman Pengumpulan Data Keanekaragaman
Fauna. Bogor: LIPI.
Rosichon Ubaidillah dan Pudji Aswari. 2004. Pengumpulan Data Lapangan
nI
Serangga. Bogor: LIPI.
S. Nasution. 2003. Berbagai Proses Pendekatan Dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
wi

Suhardi. 2007. Diktat: Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta:


Jurdik Biologi FMIPA UNY.
_______. 2007. Media Pendidikan Biologi Avertebrata. Jakarta: PT. Widya Duta
Grafika.
Ed

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara.
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sungkono. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY
Surachman. 2001. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FMIPA UNY
Weyglodt, Peterr. 2000. Whip Spiders (Chelicerata: Amblypygi) Their Biology,
(c)

Morphology, and Systematics. Denmark: Apollo books

 
143

h
 

ya
Wuryadi. 1977. Metodologi Pendidikan Dalam Rangka Pelaksanaan Teratment
150-160 Kredit, Kertas Kerja. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Yayuk R. Suhardjono.___. Fauna Avertebrata Gua. Bogor: Museum Zoologi
PUSLITBANG Biologi.

ns
Yusuf Kastawi. 2003. Common Textbook Zoologi Avertebrata (Edisi Revisi).
Malang: UM Press.

a
rw
nI
wi
Ed
(c)

 
ah
sy
an
Lampiran 1
Irw
Modul Keanekaragaman Arthropoda
Gua Kars Kabupaten Gunung Kidul.
w in
Ed
(c)

144
 
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
ii

ah
KATA PENGANTAR

sy
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena hanya dengan rahmat dan ijin-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan modul
biologi “Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kabupaten Gunung Kidul” ini tepat pada

an
waktunya. Modul pembelajaran ini membahas tentang Filum Arthropoda gua kars khususnya di
Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikemas dari hasil
penelitian penulis dalam rangka pemanfaatan potensi lokal daerah dalam bidang pendidikan
biologi.

Sejak diberlakukanya KTSP di Indonesia pada tahun 2006, setiap satuan pendidikan
rw
diarahkan untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri dengan mengacu pada potensi lokal
masing-masing daerah. Selain itu, peserta didik juga dituntut untuk lebih aktif dalam kegiatan
pembelajaran, baik di dalam kelas maupun secara mandiri di luar kelas dengan sedikit bantuan
dari orang lain termasuk guru. Modul ini diharapkan dapat menjadi alternatif bahan ajar biologi,
khususnya pada pengayaan submateri Arthropoda materi pokok Filum Dunia Hewan untuk
SMA / MA kelas X semester 2 yang dapat mendukung belajar peserta didik secara mandiri
nI
yang mengacu pada kekayaan potensi lokal.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penelitian di lapangan hingga proses penyusunan modul ini. Kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga
wi

karya sederhana ini dapat memberikan andil / manfaat yang besar bagi dunia pendidikan
Indonesia, khususnya pada bidang pendidikan biologi.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.


Ed

Penulis
(c)
iii

ah
DAFTAR ISI

sy
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
TINJAUAN MATA PELAJARAN ......................................................................................... v
PENDAHULUAN ................................................................................................................. vi

an
A. Kompetensi ............................................................................................................ vii
B. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. viii

KEGIATAN 1
rw
CIRI UMUM DAN KLASIFIKASI FILUM ARTHROPODA ...................................................
A. Peta Konsep ...........................................................................................................
B. Ciri Umum Filum Arthropoda .................................................................................
C. Klasifikasi Filum Arthropoda ..................................................................................
1
2
3
6
D. Zona Kreatif ............................................................................................................ 20
E. Rangkuman ............................................................................................................ 22
nI
F. Uji Kompetensi 1 .................................................................................................... 23
G. Umpan Balik ........................................................................................................... 26

KEGIATAN 2
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS ........................................................... 27
wi

A. Peta Konsep ........................................................................................................... 28


B. Gua Kars Sebagai Habitat Organisme................................................................... 29
C. Keanekaragaman Jenis Arthropoda Gua............................................................... 32
D. Zona Kreatif ............................................................................................................ 45
Ed

E. Rangkuman ............................................................................................................ 48
F. Uji Kompetensi 2 .................................................................................................... 49
G. Umpan Balik ........................................................................................................... 52

KEGIATAN 3
PERAN ARTHROPODA GUA DAN UPAYA PELESTARIANYA ........................................ 53
A. Peta Konsep ........................................................................................................... 54
(c)

B. Peran Arthropoda ................................................................................................... 55


C. Upaya Konservasi Arthropoda Gua ....................................................................... 57
iv

ah
D. Zona Kreatif ............................................................................................................ 59
E. Rangkuman ............................................................................................................ 60
F. Uji Kompetensi 3 .................................................................................................... 61
G. Umpan Balik ........................................................................................................... 62

sy
UJI KOMPETENSI AKHIR
A. Soal Tes ................................................................................................................. 63
B. Umpan Balik ........................................................................................................... 67

an
KUNCI JAWABAN ............................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 71
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................................... 72

rw
nI
wi
Ed
(c)
v

ah
TINJAUAN MATA PELAJARAN

sy
Salah satu materi pokok mata pelajaran biologi untuk kelas X SMA/MA semester 2
adalah tentang Filum Dunia Hewan. Di dalam materi pokok tersebut membahas filum-filum
dalam kingdom animalia, yang salah satunya adalah tentang Filum Arthropoda. Oleh karena itu,
pembelajaran dalam modul ini sangat penting bagi kalian sebagai peserta didik kelas X
SMA/MA untuk mendukung kompetensi kalian tentang ciri umum dan klasifikasi Filum

an
Arthropoda serta pengembanganya yaitu untuk lebih mengenal keanekaragaman jenis
Arthropoda gua kars.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan kalian akan mampu:
1. Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda
2. Menjelaskan dasar klasifikasi Arthropoda
rw
3. Mendeskripsikan ciri Arthropoda gua berdasarkan pengamatan
4. Membandingkan ciri-ciri umum Arthropoda gua dengan Arthropoda lainnya
5. Mengumpulkan informasi tentang peranan Arthropoda gua kars bagi manusia
6. Menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda

Dalam mempelajari modul ini, disarankan bagi kalian untuk melengkapinya dengan
nI
buku-buku teks pembelajaran biologi / pustaka lain yang relevan sebagai pendukung. Agar
kalian berhasil dalam belajar menggunakan modul ini, ikuti petunjuk umum berikut:
1. Baca dengan cermat setiap bagian modul
2. Pahami materi dalam modul
3. Kerjakan soal-soal uji kompetensi dalam modul
wi

4. Diskusikan materi yang kurang kalian kuasai dengan teman atau guru
Ed
(c)
vi

ah
PENDAHULUAN

sy
Ketika kita mendengar istilah kawasan kars, apakah yang kita pikirkan? Kawasan yang
tandus, berbatu (kapur), gersang, panas, dan sulit dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia.
Mungkin hal tersebut yang pertama kali terbesit dalam benak kita. Benarkah demikian? Tentu
perlu pengkajian yang lebih mendalam untuk menjawabnya. Apakah benar demikian, atau
sebenarnya kita saja yang belum mampu memanfaatkan kawasan kars secara tepat guna.

an
Kawasan kars tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu areal kawasan
kars yang terluas adalah di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kawasan kars Gunung Kidul termasuk dalam deretan pegunungan sewu yang bentangnya
2
mencapai 3300 km meliputi Propinsi DIY, Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Timur.

rw
Jika kita mau menilik lebih dalam lagi, kawasan kars Kabupaten Gunung Kidul
sebenarnya memiliki ciri khas yang unik, dan bahkan disebut sebagai salah satu wilayah
dengan topografi karsnya yang telah mendunia. Kars Pegunungan Sewu dicirikan dengan
berkembangnya kubah kars, yaitu bentukan positif yang tumpul, dan tidak terjal. Kars
Pegunungan Sewu juga dicirikan dengan bentukan dolin, yang setiap musim penghujan selalu
nI
terisi air dan kemudian disebut telaga.

Dalam keunikan-keunikan tersebut sebenarnya terselip beberapa potensi yang sangat


mungkin untuk dimanfaatkan sebagai usaha untuk meningkatkan taraf hidup manusia.
Setidaknya ada empat potensi yang mungkin dapat dimanfaatkan yaitu: potensi mineral,
potensi air, potensi organik, dan potensi wisata. Daerah kars memiliki keunikan-keunikan
wi

tersendiri yang tidak ada di daerah lain. Sebagai contoh di bawah permukaan kars, sering
terdapat gua-gua beserta ornamennya yang begitu eksotis. Dalam gua ini juga sering dijumpai
sungai-sungai bawah tanah yang tidak terdapat di daerah lain.

Akhir-akhir ini di beberapa wilayah di Kabupaten Gunung Kidul sudah mulai


Ed

dikembangkan sebagai areal wisata yang menarik banyak pengunjung dari berbagai daerah.
Gua-gua kars dengan aliran sungai di dalamnya yang menawan mempunyai daya pikat
tersendiri bagi seseorang untuk mendatanginya. Pembangunan tempat-tempat wisata memang
akan sangat cepat dalam mendatangkan penghasilan bagi penduduk sekitar. Namun demikian,
pernahkah kita menyadari bahwa dalam setiap kegiatan wisata sering membawa dampak
negatif bagi lingkungan? Permasalahan ini memang begitu rumit dan panjang untuk dikaji. Kita
sering mengesampingkan keunikan kawasan kars yang lain, yang sebenarnya setiap detiknya
(c)

selalu terancam dengan datangnya ribuan manusia tanpa dibekali wawasan tentang kearifan
lokal.
vii

ah
Dari kaca mata biologi, kita dapat memperoleh cara pandang yang lain dari potensi
kawasan kars Kabupaten Gunung Kidul. Disamping keunikan-keunikannya, kawasan kars
sebenarnya merupakan suatu ekosistem besar yang memiliki tingkat endemisme yang tinggi.
Keanekaragaman hayati ekosistem kars dan gua sangat spesifik dan terbatas. Spesies yang
hidup di kawasan kars telah beradaptasi pada lingkungan dengan kadar kalsium tinggi dan

sy
tahan akan kekeringan selama beberapa bulan. Bahkan ada beberapa spesies yang ditemukan
hanya pada bukit-bukit tertentu atau gua tertentu dari suatu kawasan kars yang luas. Beberapa
jenis hewan penghuni gua lainnya bahkan sudah beradaptasi total pada kegelapan abadi
interior gua. Keberadaan spesies-spesies khas ini sangat rentan jika tidak dilakukan upaya
pelestarian.

an
Sampai di sini, kita telah dapat menemukan potensi kawasan kars yang lain, yaitu di
bidang ilmu pengetahuan yang sebenarnya lebih dibutuhkan demi kelestarian kawasan kars itu
sendiri. Modul ini mencoba mengajak peserta didik untuk belajar sekaligus mengenal lebih
dekat dan mencintai lingkungan lokal sejak dini melalui pendekatan di bidang pendidikan.
Dalam modul ini dibahas sebatas pada hewan Arthropoda gua yang meliputi ciri umum,
rw
keanekaragaman Arthropoda gua itu sendiri, hingga beberapa peranannya bagi kehidupan
manusia yang kemudian dilanjutkan dengan beberapa upaya untuk pelestarianya.
Pengetahuan akan hal-hal tersebut sangat penting bagi peserta didik kelas X SMA/MA. Setelah
mempelajari modul ini, kalian diharapkan akan lebih memiliki pengetahuan yang luas daripada
sebelumnya. Untuk membantu kalian menguasai materi dalam modul, berikut ini adalah
nI
kompetensi dan petunjuk penggunaan modul ini.

A. KOMPETENSI

Modul pembelajaran ini merupakan modul yang disusun sebagai bahan ajar dalam
submateri Arthropoda. Modul pembelajaran ini digunakan untuk:
wi

Kelas : X
Semester : II
Standar Kompetensi : Memahami manfaat keanekaragaman hayati
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan
peranannya bagi kehidupan
Ed

Submateri : Filum Arthropoda


Kegiatan Belajar (KB) :
1) KB 1 : Ciri Umum dan Klasifikasi Filum Arthropoda
2) KB 2 : Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars
3) KB 3 : Peran Arthropoda Gua dan Upaya Pelestariannya
(c)
viii

ah
B. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1) Keberhasilan belajar dengan modul tergantung dari kedisiplinan dan ketekunan kalian
dalam memahami dan mematuhi langkah-langkah belajarnya.

sy
2) Belajar dengan modul ini dilakukan secara mandiri atau kelompok, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.
3) Baca dan pahami benar-benar kompetensi dan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam
modul ini.
4) Cermati dan pahami uraian materi yang terdapat dalam modul beserta tes uji

an
kompetensinya.
5) Bila dalam mempelajari modul tersebut mengalami kesulitan, diskusikan dengan teman-
teman yang lain, dan apabila belum terpecahkan sebaiknya tanyakan pada guru.
6) Setelah kalian paham dengan materi tersebut, kerjakan latihan-latihan yang tercantum
dalam modul, dalam lembar jawab terpisah.
rw
7) Periksa hasil penyelesaian latihan tersebut melalui kunci jawaban yang tersedia di bagian
belakang modul, dan bila ada jawaban yang belum tepat pelajarilah kembali materi yang
bersangkutan.
8) Bila dalam mengerjakan uji kompetensi pencapaian kalian dapat mencapai 80% maka
kalian dapat memulai mempelajari kegiatan belajar berikutnya. Namun apabila
nI
pencapaian masih di bawah 80%, sebaiknya kalian pelajari kembali materi pada kegiatan
belajar tersebut.
9) Disarankan untuk belajar dengan modul ini sesui dengan urutan yang benar, agar
pembelajaran lebih terstruktur dan kalian lebih cepat berhasil mempelajari modul.
wi
Ed
(c)
(c)
Ed
wi


nI
rw
an
sy
1

ah
(c)
Ed
wi


nI
rw
an
sy
2

ah
3

ah
S ebelum kita belajar lebih jauh tentang filum Arthropoda yang berhabitat di gua kars, terlebih
dahulu kita akan mempelajari bagaimana ciri umum anggota filum ini, serta bagaimana
pengklasifikasianya kedalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Ciri umum Arthropoda sangat
penting kita pelajari, karena pengklasifikasian anggota filum ini didasarkan pada penampakan ciri
morfologinya. Karena itu jika kita membicarakan pengklasifikasian mahkluk hidup, maka tidak akan

sy
terlepas dari ciri-ciri umumnya.

1. Ciri Umum Filum Arthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthros

an
yang berarti sendi atau ruas, dan podos yang berarti kaki. Oleh
Hewan yang memili-
karena itu, ciri utama hewan yang menjadi anggota filum ini ki struktur kaki yang
adalah kakinya beruas-ruas (terdiri atas segmen-segmen). Filum beruas-ruas atau
bersegmen-segmen
Arthropoda merupakan filum terbesar di dalam kingdom Animalia.
merupakan anggota
Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, jangkrik,
filum Arthropoda.
laba-laba, kalajengking, kelabang, kaki seribu, dan lain-lain.
rw
Selain jumlahnya yang besar, persebaran Arthropoda
juga yang paling luas. Habitat Arthropoda air bahkan mencapai
kedalaman lebih dari 6.000 meter, sedangkan Arthropoda darat
mencapai ketinggian lebih dari 7.000 meter di atas permukaan
nI
laut.

Secara umum, ciri-ciri filum Arthropoda adalah sebagai


berikut:
Gambar 1.1 Arthropoda,
a. Tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang begitu dekat dengan
kehidupan kita.
wi

saling terhubung di bagaian luar.


b. Setiap segmen tubuhnya biasanya memiliki satu atau dua
pasang kaki.
c. Tubuh memiliki kerangka luar (eksoskeleton), dan dapat
dibedakan antara bagian-bagian kepala (caput), dada
Ed

(toraks), dan perut (abdomen). Beberapa diantaranya bagian


kepala dan dada tergabung menjadi satu (sefalototaks).
Rangka luar terbuat dari bahan kitin, dan dapat mengalami
pergantian kulit (moulting) pada masa pertumbuhan.
d. Memiliki mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Gambar 1.2 Pada umumnya
e. Tubuhnya tersusun atas tiga lapisan germinal (triploblastik), tubuh Arthropoda dapat
dibedakan antara bagian
dan rongga tubuhnya terisi oleh darah (hemocoel). Oleh kepala (caput), dada (toraks),
karena itu Arthropoda disebut sebagai hewan triploblastik dan perut (abdomen).
(c)

selomata.


4

ah
f. Sistem peredaran darah berupa peredaran darah terbuka.
Darah beredar melalui jantung → organ dan jaringan →
hemocoel → kembali ke jantung.
g. Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea, atau insang
trakea (pada spesies aquatik). Spesies terrestrial bernafas

sy
Antena merupakan or-
menggunakan trakea, pada Arachnida menggunakan paru- gan vital bagi Arthro-
poda yang berfungsi
paru buku atau keduanya (paru-paru buku dan trakea).
sebagai alat peraba
h. Saluran pencernaan lengkap, terdiri atas mulut, usus, dan untuk membantu dalam
menentukan arah atau-
anus. pun mendeteksi ke-
beradaan mangsa /
i. Ekskresi menggunakan tubulus Malpighi atau kelenjar koksal.

an
musuh.
j. Sistem saraf tangga tali.
k. Berkelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal (di
dalam individu betina), dan bersifat ovipar. Perkembangan
individu baru terjadi secara langsung dan melewati stadium
larva.
l. rw
Biasanya hidup bebas di tanah atau air, atau sebagai
ektoparasit pada hewan atau tumbuhan.
nI
wi

Gambar 1.3 (a) Lebah


dan (b) Semut merupakan
Arthropoda yang hidup
berkoloni.
Ed

Gambar 1.4 Pada Laba-laba bagian kepala dan dada bergabung


menjadi satu disebut sefalotoraks.

Untuk mengidentifikasi mahkluk hidup, umumnya dapat dilihat dari adanya


persamaan dan perbedaan ciri morfologi maupun anatominya. Begitu pula dengan
hewan Arthropoda, kedua ciri ini menjadi faktor utama yang dijadikan sebagai acuan
dalam proses identifikasi dan klasifikasi. Di bawah ini kita akan mencoba mengenal lebih
dalam lagi ciri morfologi dan anatomi penting dari hewan Arthropoda.
(c)


5

ah
Tabel 1.1 Ciri morfologi dan anatomi Arthropoda.

Pada Crustacea, Chilopoda, Diplopoda, dan Hexapoda (insekta) tubuh

sy
dibedakan menjadi 3 daerah yang jelas yaitu kepala, dada, dan perut.
Pembagian Tubuh
Pada Arachnida terbagi menjadi kepala dan dada yang menjadi satu
kesatuan (sefalotoraks) dan perut. Ukuran dan jumlah segmen
pembagian tubuh tersebut berbeda-beda pada setiap kelompok dan
berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitasnya.

an
Saluran pencernaan terdiri atas 3 daerah, yaitu usus depan (stomodeum)
dan usus belakang (proctodeum) yang dilapisi kitin, serta usus tengah
Saluran
yang tidak dilapisi kitin. Panjang, diameter, dan pembagian saluran
Pencernaan
pencernaan menjadi beberap bagian berhubungan erat dengan
kebiasaan makan tiap spesies dan berbeda tiap kelompok.

Rongga Tubuh
rw
Rongga tubuh Arthropoda bukan coelom sebenarnya, tetapi berupa
rongga yang terisi oleh darah sehingga dikenal sebagai hemocoel.
Rongga tubuh yang sebenarnya hanya ada pada masa embrio yaitu
rongga yang terletak pada segmen mesodermal. Pada saat dewasa
rongga tubuh terbatas pada organ-organ reproduksi dan ekskresi
nI
tertentu.

Sistem Saraf Sistem saraf berupa saraf tangga tali. Arthropoda memiliki sebuah otak
dan rangkaian saraf yang pendek. Otak ini terbagi menjadi otak depan,
tengah, dan belakang yang terdiri atas beberapa pasang ganglion.
wi

Eksoskeleton merupakan lapisan keras dan kaku yang melindungi tubuh


Arthropoda. Eksoskeleton ini berupa lapisan kutikula yang tersusun atas
Eksoskeleton
kitin dan protein yang disekresikan oleh sel-sel epidermis kulit. Sifatnya
yang kaku dan keras dapat menghalangi proses pertumbuhan. Oleh
Ed

karena itu beberapa Arthropoda mengganti kulit luarnya (moulting) saat


tumbuh. Eksoskeleton ini pula yang menentukan warna kulit Arthropoda.

Otot terletak pada permukaan dalam eksoskeleton akibat adanya sel-sel


epidermis yang khusus. Peregangan dan pengkerutan segmen-segmen
Otot
tubuh diakibatkan kontraksi otot dimana otot dan kutikula bekerja
bersama-sama sebagai suatu sistem.
(c)


6

ah
2. Klasifikasi Filum Arthropoda

Hampir 75% spesies hewan yang hidup di muka bumi ini


adalah Arthropoda. Hal ini pula yang menyebabkan klasifikasi
Arthropoda menjadi cukup rumit terutama untuk jenis-jenis

sy
Arthropoda purba yang telah punah. Terdapat banyak versi
dalam pengklasifikasian filum Arthropoda.

Menurut Engemann dan Hegner (H. Yusuf Kastawi, dkk.,


2003: 217) filum Arthropoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu

an
Trilobita (sudah punah), Chelicerata, Onychophora, dan
Mandibulata. Semua anggota Trilobita sudah punah tetapi Gambar 1.5 Tingkatan
takson, semakin keatas
kemungkinan masih ada sifat yang dapat dijumpai pada anggota semakin banyak,
Arthropoda primitif. Mereka kehilangan apendik daerah kepala. persamaan ciri semakin
sedikit.
Chelicerata berbeda dari Mandibulata tentang dua hal utama,
yaitu Chelicerata tidak memiliki antena dan mandibula. Adapun
rw
semua anggota Mandibulata memiliki antena sebagai apendik
pertama yang terletak di ujung anterior dan memiliki mandibula.

Subfilum Chelicerata meliputi kelas Pycnogonidea,


Merostomata (habitat air laut, contoh: Mimi-mintuno), kelas
nI
Arachnidea (laba-laba, tungau), kelas Tardigrada, dan kelas
Pentastomoidea. Subfilum Onychophora hanya terdiri atas satu
kelas yaitu kelas Onychophora. Subfilum Mandibulata merupakan
subfilum terbesar meliputi kelas Crustacea, Insekta, Chilopoda,
Diplopoda, Pauropoda, dan Symphyla. Subfilum Mandibulata ini
didominasi oleh dua kelas yaitu Crustacea dan Insekta. Anggota
wi

kelas Crustacea dapat dibedakan dari kelas Insekta dengan


dimilikinya dua pasang antena yang terletak di kepala,
sedangkan Insekta hanya memiliki satu pasang antena. Kelas
Chilopoda dicirikan dengan adanya satu pasang kaki di setiap
segmen tubuhnya, sedangkan kelas Diplopoda memiliki dua
Ed

pasang kaki pada tiap segmen tubuhnya. Kelas Pauropoda dan


Symphyla merupakan Arthropoda terestrial yang berukuran kecil
dan kurang diketahui afinitasnya.

Seperti dijelaskan sebelumnya, terdapat banyak versi


dalam pengklasifikasian Arthropoda. Dalam modul pembelajaran
ini, kita akan memfokuskan pada klasifikasi / pengelompokkan
(c)

filum Arthropoda secara umum saja. Berdasarkan keberadaanya


Gambar 1.6 Macam-
yang masih survive hingga sekarang, filum Arthropoda
macam kelas Arthropoda.
dikelompokkan menjadi lima kelas utama, yaitu Crustacea


7

ah
(Udang-udangan), Chilopoda (Kelabang), Diplopoda (Kaki
seribu), Hexapoda / Insekta (Serangga), dan Arachnida (Laba-
laba). Kelas-kelas tersebut merupakan anggota filum Arthropoda
terbesar yang sering kita jumpai dalam keseharian kita. Pembeda
Pengelompokan
dari masing-masing kelas dapat kita amati secara jelas dari ciri- kelas-kelas pada

sy
Arthropoda didasar-
ciri tubuhnya. Perhatikan dasar pengelompokan kelas-kelas kan pada ciri morfo-
dalam filum Arthropoda pada Tabel 1.2 berikut. logi tubuhnya, ter-
utama pada pemba-
gian segmen tubuh
serta letak dan jum-
lah kaki.

an
Tabel 1.2 Pengelompokan Kelas-kelas Arthropoda.

Ciri Kelas

Crustacea Chilopoda Diplopoda Insekta Arachnida

Tubuh
Memiliki rangka
yang keras,
rw Kepala
badan
dan
pipih
(dorsoventral)
Kepala dan
badan silindris
Terdiri atas
bagian kepala,
dada, dan perut
Terdiri atas
bagian kepala-
dada, dan perut
Terdiri atas
bagian kepala-
dada, dan perut
nI
1 pasang pada 1 pasang pada 2 pasang pada 3 pasang pada 4 pasang pada
tiap segmen tiap segmen tiap segmen dada kepala-dada
Kaki tubuh, 5 tubuh
pasang pada
dada
wi

Sayap Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 pasang atau Tidak ada
tidak ada

Antena 2 pasang 1 pasang dan 1 pasang 1 pasang Tidak ada


panjang pendek
Ed

Organ Insang atau Trakea Trakea Trakea Paru-paru buku


pernapasan seluruh
permukaan
tubuh

Tempat hidup Darat, air Darat Darat Darat Darat


tawar, atau air
(c)

laut


8

ah
a. Kelas Crustacea

Crustacea berasal dari kata crusta yang


berarti berkulit keras. Tubuhnya terdiri atas 2
bagian, yaitu sefalotoraks (kepala-dada) dan

sy
abdomen (perut). Tubuh dilindungi oleh
eksoskeleton (karapaks) yang tersusun dari zat
kitin. Crustacea disebut juga kelompok udang-
udangan. Hewan ini pada umumnya hidup di
perairan baik danau, laut, maupun sungai. Ada

an
pula beberapa jenis kepiting yang hidup di darat Gambar 1.7 Struktur morfologi udang.
pada tempat-tempat yang lembab.

rw
nI
wi
Ed

Gambar 1.8 Macam-macam Crustacea.

Pada udang dan kepiting terdapat 5 pasang kaki jalan. Udang memiliki 5
pasang kaki pada sefalotoraks dan 5 pasang kaki pada tiap segmen perutnya.
Sepasang kaki pertama termodifikasi menjadi capit, disebut keliped yang
(c)

digunakan untuk pertahanan diri dan menangkap mangsa. Empat pasang kaki
berikutnya adalah kaki yang digunakan untuk berjalan, disebut pereipoda, lima


9

ah
pasang kaki yang terletak di bagian perut merupakan kaki tambahan yang
digunakan untuk berenang disebut pleopoda.

Crustacea merupakan hewan omnivora yang


memakan tumbuhan ataupun hewan-hewan kecil di

sy
lingkungan perairan. Pada bagian kepala terdapat dua
pasang antena. Sepasang antena pendek dilengkapi
dengan stigma atau mata yang berfungsi untuk
membedakan antara gelap dan terang, serta sepasang
Chitoson yang terdapat pada
antena panjang sebagai indera peraba yang dilengkapi
kepala udang dapat

an
dengan statolit yang berfungsi untuk keseimbangan dimanfaatkan dalam industri
kain, karena bersifat tahan
tubuh saat berada di perairan. Sistem peredaran darah api dan dapat menambah
Crustacea merupakan sistem peredaran darah terbuka, kekuatan zat pewarna
dengan sifatnya yang tidak
jadi darah yang beredar dalam tubuhnya tidak melalui mudah larut air.

pembuluh darah melainkan langsung beredar pada


rongga-rongga tubuhnya. Darah tidak berwarna karena
rw
tidak mengandung hemoglobin, melainkan hemosianin.

Alat pencernaan Crustacea terdiri dari mulut yang terletak


pada bagian anterior, esophagus, lambung, dan anus yang terletak
pada bagian posterior. Sistem saraf berupa saraf tangga tali.
nI
Ganglion otak berhubungan langsung dengan alat-alat indera.
Crustacea umumnya bernafas menggunakan insang, kecuali
Crustacea tingkat rendah yang bernafas menggunakan seluruh
permukaan tubuhnya untuk pertukaran gas. Reproduksi terjadi
secara seksual dengan alat kelamin yang umumnya terpisah. Alat
kelamin hewan betina terdapat pada pasangan kaki ketiga,
wi

sedangkan alat kelamin hewan jantan terdapat pada


pasangan kaki kelima.

Crustacea mampu melakukan autotomi yaitu


dengan memutuskan bagian kakinya untuk
Ed

mengelabuhi musuhnya. Kaki yang terputus ini


kemudian dapat tumbuh kembali pada saat moulting /
pergantian kulit luar. Pergantian kulit ini sendiri dapat
terjadi berkali-kali pada saat pertumbuhan mulai dari
larva sampai hewan dewasa. Crustacea
dikelompokkan menjadi dua subkelas yaitu
Gambar 1.9 Struktur anatomi udang.
Entomostraca dan Malacostraca.
(c)


10

ah
1) Subkelas Entomostraca
Entomostraca merupakan kelompok Crustacea
tingkat rendah yang biasanya menyusun
zooplankton di perairan.
a) Ordo Branchiopoda. Tubuh Branchiopoda

sy
transparan dan sering disebut kutu air. Contoh:
Daphnia pulex, Notostraca sp., dan Asellus
aquaticus.
b) Ordo Ostracoda. Ostracoda hidup di air tawar
dan laut sebagai plankton, tubuh kecil dan dapat

an
bergerak dengan antena. Contoh: Penella sp.
dan Candona suburdana.
Gambar 1.10 Daphnia pulex, jenis
c) Ordo Copepoda. Copepoda hidup di air laut dan Entomostraca yang menyusun
zooplankton.
air tawar, merupakan plankton dan parasit,
memiliki segmentasi tubuh yang jelas. Contoh:

d) Ordo Cirripedia.
rw
Argulus indicus dan Cyclops sp.
Tubuh Cirripedia
kerang, kepala dan dada ditutupi karapaks
seperti

berbentuk cakram, hidup di laut melekat pada


substrat, ada yang hidup bebas dan adapula
yang bersifat parasit. Contoh: Bernakel sp. dan
nI
Sacculina sp.
2) Subkelas Malacostraca
Malacostraca meliputi Crustacea tingkat tinggi yang
hidup di laut, air tawar, dan darat.
a) Ordo Isopoda. Tubuh Isopoda pipih
wi

dorsoventral, memiliki kaki yang berukuran


sama, hidup di darat, air tawar, dan air laut.
Contoh: Oniscus asellus dan Limnoria lignorum.
b) Ordo Stomatopoda. Bentuk tubuh Stomatopoda
seperti belalang sembah berwarna mencolok,
Ed

hidup di laut. Bagian kepala dilindungi karapaks


yang dilengkapi dengan alat gerak, mata, dan
antena. Contoh: Squilla empusa (udang
belalang). Gambar 1.11 (a) Kepiting, dan (b)
c) Ordo Decapoda. Decapoda meliputi kelompok Udang termasuk dalam subkelas
Malacostraca.
Crustacea berkaki sepuluh yaitu udang dan
ketam / kepiting. Contoh: Cambarus virilis
(c)

(udang air tawar) dan Portunus sexdentatus


(kepiting).


11

ah
b. Kelas Chilopoda

Kelas Chilopoda disebut juga hewan berkaki


seratus (sentipeda). Hewan yang termasuk dalam kelas
ini memiliki tubuh pipih dan terdiri atas 6 sampai 173

sy
segmen. Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang
kaki kecuali pada segmen terakhir dan satu segmen
tepat di belakang kepala yang terdapat sepasang cakar
racun (maksilapoda) untuk melumpuhkan mangsa
ataupun musuhnya. Di daerah kepala terdapat sepasang

an
antena panjang dengan sedikitnya tersusun atas 12
Gambar 1.12 Scolopendra sp.
segmen, mata, dan mulut dengan rahang yang kuat
merupakan anggota Chilopoda karena
untuk mengunyah mangsanya yang berupa hewan- memiliki sepasang kaki pada tiap
hewan kecil. segmen tubuhnya.

Chilopoda memiliki alat pencernaan makanan yang


rw
lengkap dari mulut sampai anus. Alat ekskresi berupa dua buah
saluran malpigi. Alat respirasi berupa trakea yang bercabang-
cabang keseluruh bagian tubuh dengan lubang trakea pada
setiap ruas tubuh. Reproduksi terjadi secara seksual dengan
pembuahan internal dan menghasilkan telur. Telur dihasilkan
nI
oleh hewan betina dan biasanya diletakkan di tanah atau di
bawah batu-batuan. Contoh hewan ini adalah Scolopendra sp.
(lipan) dan Lithobius sp. (kelabang kecil).

c. Kelas Diplopoda
wi

Diplopoda sering disebut juga dengan kaki


seribu (milipeda). Tubuhnya berbentuk subsilindrik /
bulat memanjang dan beruas-ruas (25 – 100 segmen),
terdiri atas kepala dan badan. Pada setiap segmen
tubuh terdapat dua pasang kaki yang kemungkinan
Ed

berasal dari fusi dua segmen. Diplopoda tidak dilengkapi


dengan cakar racun seperti pada Chilopoda
membuatnya tidak berbahaya dan bahkan gerakanya Gambar 1.13 Narceus sp.
merupakan anggota Diplopoda karena
sangat lambat. Jika terancam bahaya, ia hanya akan
memiliki dua pasang kaki pada tiap
mempertahankan diri dengan cara menggulungkan segmen tubuhnya.
badanya.

Pada bagian kepala Diplopoda terdapat mulut, sepasang antena yang pendek,
(c)

dan sepasang mata yang sederhana. Pada hewan jantan, dua buah kaki pada ruas ke
tujuh mengalami modifikasi sebagai alat kopulasi. Alat pernapasan berupa trakea yang


12

ah
tidak bercabang-cabang, sedangkan alat peredaran darah berupa suatu jantung
pembuluh. Alat ekskresinya berupa dua buah saluran malpigi. Reproduksi terjadi secara
seksual dan alat kelamin terpisah pada hewan jantan dan betina. Hewan betina
menghasilkan telur setelah dewasa.

sy
Diplopoda umumnya hidup pada tempat-tempat yang lembab yang banyak
mengandung materi organik seperti hasil pembusukan daun sebagai makanannya.
Contoh anggota Diplopoda adalah Narceus sp. (kaki seribu).

d. Kelas Insekta

an
rw
nI
Gambar 1.14 Struktur tubuh Insekta.

Insekta atau serangga disebut juga dengan heksapoda


yang berarti berkaki enam. Serangga merupakan kelas terbesar
wi

dalam filum Arthropoda, diperkirakan lebih dari 900.000 jenis


yang terbagi dalam 25 ordo. Setiap tahun para ahli
mendeskripsikan ratusan spesies serangga baru. Habitatnya pun
tersebar hampir di seluruh daratan dan perairan tawar.
Ed

Tubuh serangga dapat dibedakan dengan jelas antara


kepala, dada, dan perut. Pada kepala terdapat sepasang mata
faset / majemuk, sepasang antena sebagai alat peraba, dan
mulut. Mulut serangga berkembang menjadi beberpa tipe sesuai
dengan cara makannya, yaitu tipe mulut pengunyah / penggigit,
Gambar 1.15 Berbagai tipe mulut
tipe pengisap, tipe pengisap dan penjilat, dan tipe pengisap dan
serangga: (a) pengunyah, (b)
penusuk. Pada mulut terdapat rahang belakang (mandibula), pengisap dan penjilat, (c) pengisap
(c)

rahang depan (maksila), bibir atas (labrum), dan bibir bawah dan penusuk, dan (d) pengisap.

(labium).


13

ah
Bagian dada serangga terdiri atas tiga ruas yaitu
protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada setiap ruas dada
terdapat sepasang kaki yang beruas pula. Umumnya memiliki
sayap yang terdapat pada segmen dada kedua (mesotoraks)
dan ketiga (metatoraks). Perut terdiri dari sekitar 11 segmen,
Serangga dengan ukuran

sy
segmen terakhir pada hewan betina termodifikasi menjadi tubuhnya yang kecil mempu-
nyai strategi khusus agar
ovipositor yang berguna untuk metelakkan telur. Pada segmen dapat hidup survive di alam,
pertama terdapat membran pendengaran yang disebut salah satunya adalah dengan
mengembangkan sistem re-
membrane timfani. produksi yang menghasilkan
banyak anak. Seekor induk
betina serangga dapat meng-

an
Serangga memiliki alat pencernaan yang sempurna. hasilkan ratusan bahkan
ribuan telur dalam sekali
Alat pencernaan serangga terdiri atas mulut, kerongkongan,
masa reproduksi.
tembolok, lambung, usus, dan anus. Sistem saraf berupa saraf
tangga tali yang terdiri atas ganglion-ganglion di setiap segmen.
Alat pernapasan berupa trakea yang bercabang-cabang ke
seluruh bagian tubuh. Sistem peredaran darah terbuka, jantung
rw
memiliki aorta tetapi tidak memiliki pembuluh kapiler dan vena.
Reproduksi secara seksual, alat kelamin terpisah, dan
pembuahan terjadi secara internal. Selama pertumbuhanya
umumnya serangga mengalami metamorfosis / perubahan
bentuk. Serangga yang tidak mengalami metamorfosis disebut
nI
ametabola misalnya kutu buku. Serangga yang mengalami
metamorfosis tidak sempurna (telur – nimfa – imago) disebut Gambar 1.16 Ulat bulu
hemimetabola. Sedangkan serangga yang mengalami merupakan bentuk larva dari
serangga.
metamorfosis sempurna (telur – larva – pupa – imago) disebut
holometabola misalnya kupu-kupu.
wi
Ed
(c)

Gambar 1.17 (a) Proses metamorfosis tidak sempurna, dan


(b) proses metamorfosis sempurna.


14

ah
Berdasarkan ada dan tidaknya sayap, serangga
dibedakan menjadi dua subkelas yaitu Apterygota (serangga tak
bersayap) dan Pterygota (serangga bersayap). Adapun
pembagian ordo-ordo dalam serangga secara umum didasarkan
pada tipe sayap, tipe mulut, dan tipe metamorfosisnya.

sy
Beberapa ilmuwan di seluruh dunia membagi ordo-ordo
serangga ke dalam banyak versi berbeda. Hal ini terjadi karena
jumlah dan persebaran serangga yang sangat luas dan besar di
berbagai belahan dunia. Beberapa ordo dalam kelas Insekta
adalah sebagai berikut:

an
1) Ordo Archyptera atau Isoptera
Isoptera memiliki sepasang sayap tipis yang hampir sama
bentuknya. Bertipe metamorfosis tidak sempurna. Mulut
bertipe pengunyah. Contohnya adalah Helanithermis sp.
(rayap). Pada rayap terjadi polimorfisme yaitu dalam suatu
rw
koloni terdapat bermacam-macam bentuk sesuai tugas
masing-masing, yitu rayap ratu (betina fertil), raja (jantan
fertil), prajurit (penjaga sarang dan koloni), dan pekerja.
Rayap prajurit dan pekerja bersifat steril.
2) Ordo Orthoptera
nI
Orthoptera memiliki dua pasang sayap lurus, sayap depan Gambar 1.18 Macam-
macam Insekta.
lebih tebal disebut perkamen yang mengandung zat tanduk,
sedangkan sayap belakang berupa membran tipis seperti
selaput. Tipe mulutnya pengunyah. Hewan jantan dapat
menghasilkan bunyi dengan menggesekkan tungkai
wi

belakang dengan ujung sayap depan untuk menarik


perhatian betina atau mengusir musuh. Hewan betina
memiliki ovipositor untuk meletakkan telurnya. Contohnya
adalah Locusta migrato (belalang kayu), Stagmomantis sp.
(belalang sembah), Gryllotalpa Africana (gangsir), Gryllus
Ed

bimaculatus (jangkrik), dan Periplaneta sp. (kecoa).


3) Ordo Odonata Gambar 1.19 Contoh hewan
Odonata memiliki dua pasang sayap, tipe mulut pengunyah, Odonata (capung).
bersifat karnivora, metamorfosis tidak sempurna, pada
kepala terdapat sepasang mata majemuk yang besar dan
antena yang pendek. Pada waktu masih berbentuk larva
hidup di air dan bernafas menggunakan insang. Contohnya
adalah Aeshna sp. (capung) dan Epiophlebia sp. (capung
(c)

besar).


15

ah
4) Ordo Hemiptera
Hemiptera memiliki dua pasang sayap, sayap depan tebal
mengandung zat tanduk, sedangkan sayap belakang berupa
selaput tipis terlipat di bawah sayap depan. Tipe mulut
penusuk dan pengisap, metamorfosisnya tidak sempurna.

sy
Contohnya adalah Leptocorixa acuta (walang sangit),
Podops vermiculata (kepinding tanah), Cimex lectularius
(kutu busuk), dan Lethoverus sp. (kepinding air).
Gambar 1.20 Contoh hewan
5) Ordo Homoptera Hemiptera (kutu busuk).
Homoptera memiliki dua pasang sayap yang sama

an
bentuknya, tipe mulut penusuk dan pengisap, metamorfosis
tidak sempurna. Kebanyakan hidup sebagai hama tanaman.
Contohnya adalah Nephotetix apicalis (wereng hijau),
Nilaparvata lugens (wereng coklat), Dundubia manifera
(tonggeret), Aphid sp. (kutu daun).
6) Ordo Neuroptera rw
Neuroptera memiliki dua pasang sayap tipis yang urat-
uratnya berbentuk seperti jala. Tipe mulutnya merupakan
tipe pengunyah. Contohnya adalah Myrmeleon frontalis Gambar 1.21 Contoh hewan
Homoptera (kutu daun).
(undur-undur) dan Chysopa sp.
7) Ordo Lepidoptera
nI
Lepidoptera memiliki dua pasang sayap yang dilapisis sisik
halus, metamorfosis sempurna, terdapat dua macam pupa
yaitu pupa mumi (pupa terlihat dari luar) dan pupa kokon
(pupa terbungkus kokon). Tipe mulut pengisap dengan alat
berbentuk belalai yang dapat dijulurkan. Ordo Lepidoptera
wi

dibagi menjadi dua subordo yaitu Rhapalocera dan


Heterocera.
Gambar 1.22 Contoh hewan
 Subordo Rhapalocera, meliputi berbagai jenis kupu-
Lepidoptera (kupu-kupu).
kupu, ketika hinggap pasangan sayap tertutup ke atas.
Contoh: Attacus atlas (kupu-kupu gajah).
Ed

 Subordo Heterocera, meliputi berbagai jenis ngengat


yang aktif pada malam hari. Contoh: Bombyc mori (ulat
sutera).
8) Ordo Diptera
Diptera memiliki dua pasang sayap, sepasang sayap depan
berfungsi untuk terbang dan sepasang sayap belakang
berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter.
Gambar 1.23 Contoh hewan
(c)

Anggota Diptera mengalami metamorfosis sempurna. Tipe Diptera (lalat).


mulut ada penjilat atau penusuk dan pengisap, pada


16

ah
beberapa jenis mulut berbentuk seperti belalai disebut
probosis. Diptera meliputi berbagai jenis lalat dan nyamuk,
contohnya adalah Drossophyla melanogaster (lalat buah),
Musca domestica (lalat rumah), nyamuk Culex natigans,
nyamuk Anopheles sp., dan nyamuk Aedes aegypti.

sy
9) Ordo Coleoptera
Coleoptera memiliki dua pasang sayap, sayap depan tebal
dan keras karena mengandung zat tanduk yang disebut
dengan elitra, sayap belakang tipis seperti selaput,
Gambar 1.24 Contoh hewan
mengalami metamorfosis sempurna, dan memiliki tipe mulut
Coeloptera (kumbang).

an
pengunyah. Meliputi berbagai jenis kumbang, contohnya
adalah Oryctes rhinoceros (kumbang kelapa), Lampyris sp.
(kunang-kunang), Calandra oryzae (kumbang beras), dan
Calasoma sp. (kumbang air buas).
10) Ordo Siphonoptera.
rw
Siphonoptera tidak memiliki sayap, tubuhnya pipih, kaki
sangat kuat yang berguna untuk meloncat, tipe mulut
penusuk dan pengisap, metamorfosis sempurna, dan
segmentasi tubuh tidak jelas (batas antara kepala, dada,
dan perut tidak jelas). Meliputi berbagai jenis pinjal,
contohnya adalah Pubex irritans (pinjal manusia),
nI
Ctenocephalus canis (pinjal anjing), dan Xenopsylla cheopis Gambar 1.25 Contoh hewan
(pinjal pada tikus, dapat menularkan penyakit pes). Siphonoptera (kutu pinjal).

11) Ordo Hymenoptera


Hymenoptera memiliki dua pasang sayap yang tipis seperti
selaput, sayap depan lebih besar dari sayap belakang, tipe
wi

mulut penggigit dan pengisap atau pengunyah, tubuh


bersegmen dan umumnya segmen terakhir mengalami
modifikasi menjadi alat penyengat. Meliputi berbagai jenis
semut dan lebah, contohnya adalah Apis indica, Apis
mellifera (lebah madu), Monomorium sp. (semut hitam),
Ed

Xylocopa nobilis (kumbang pengisap madu yang sering


melubangi kayu bangunan rumah sebagai sarang).

Gambar 1.26 Contoh hewan


Hymenoptera (lebah).
(c)


17

ah
Lebih jelas pembagian ciri tipe sayap, tipe mulut, dan metamorfosis pada ordo-ordo
serangga dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut.
Tabel 1.3 Ciri pada ordo-ordo Insekta.

Ordo-ordo pada Ciri

sy
Insekta
Tipe sayap Tipe mulut Metamorfosis

Isoptera 1 pasang sayap tipis, hampir sama Pengunyah Tidak sempurna

bentuknya

an
Orthoptera 2 pasang sayap lurus, sayap depan Pengunyah Tidak sempurna
tebal, sayap belakang berupa
membran tipis seperti selaput

Odonata 2 pasang sayap tipis, hampir sama Pengunyah Tidak sempurna


bentuk dan ukuranya

Hemiptera
rw
2 pasang sayap, sayap depan tebal,
sayap belakang berupa selaput tipis
terlipat di bawah sayap depan
Penusuk
pengisap
dan Tidak sempurna

Homoptera 2 pasang sayap tebal dan sama Penusuk dan Tidak sempurna, Tidak
nI
bentuknya pengisap bermetamorfosis

Neuroptera 2 pasang sayap tipis, urat-uratnya Pengunyah Sempurna


berbentuk seperti jala

Lepidoptera 2 pasang sayap yang dilapisis sisik Pengisap Sempurna


halus
wi

Diptera 2 pasang sayap, sayap depan untuk Penjilat, Sempurna


terbang, sayap belakang sebagai alat penusuk dan
keseimbangan pengisap
Ed

Coleoptera 2 pasang sayap, sayap depan tebal, pengunyah Sempurna


sayap belakang berupa membran
tipis seperti selaput

Siphonoptera Tidak bersayap Penusuk dan Sempurna


pengisap

Hymenoptera 2 pasang sayap tipis, sayap depan Penggigit dan Sempurna


lebih besar dari sayap belakang pengisap,
(c)

pengunyah


18

ah
e. Kelas Arachnida

Arachnida berasal dari kata arachne, yang berarti laba-


laba). Meliputi kalajengking, laba-laba, dan tungau atau caplak.
Tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks) dan perut

sy
(abdomen). Pada bagian kepala-dada terdapat empat pasang
kaki. Pada kepala terdapat beberapa pasang mata tunggal dan
dua pasang mulut yaitu kelisera dan pedipalpus.

Alat pernapasan Arachnida berupa

an
trakea dan paru-paru buku. Alat pencernaan
lengkap dari mulut hingga anus. Alat
ekskresi berupa saluran malpigi. Sistem
saraf berupa tangga tali dengan ganglion
otak dan saraf ventral membentuk pasangan
ganglia yang menjulur ke seluruh tubuh.
rw
Reproduksi secara seksual, alat kelamin
jantan dan betina terpisah dan pembuahan
secara internal. Arachnida dikelompokkan
Gambar 1.27 Struktur tubuh Arachnida
(Laba-laba).

menjadi tiga ordo yaitu Scorpionida,


Araneae, dan Acarina.
nI
1) Ordo Scorpionida.
Scorpionida meliputi berbagai jenis kala, memiliki perut
beruas-ruas dan ruas terakhir berubah menjadi alat pembela
diri (alat penyengat), capit (pedipalpus) berukuran besar
seperti catut dan kelisera berukuran kecil. Contohnya Buthus
wi

sp. (ketunggeng) dan Centrurus sp. (kalajengking).


Gambar 1.28 Contoh hewan
Scorpionida (ketunggeng).
2) Ordo Araneae.
Aranae meliputi berbagai macam laba-laba, umumnya perut
tidak beruas-ruas. Di dekat anus terdapat spinneret yaitu
Ed

alat untuk mengeluarkan benang yang digunakan untuk


membuat jaring atau sarang dan kokon. Contohnya antara
lain Rhechostica hentz (tarantula), Nephila maculata (laba-
laba), Latrodectes natans, dan Laxosceles reclusa (laba-
laba beracun).

Gambar 1.29 Contoh hewan


(c)

Araneae (laba-laba pelompat).


19

ah
3) Ordo Acarina.
Acarina meliputi berbagai jenis tungau dan caplak yang
umumnya bersifat parasit. Tubuh berukuran kecil dan tidak
beruas, abdomen bersatu dengan sefalotoraks, dan tidak
memiliki alat pernapasan khusus. Contohnya antara lain

sy
Ododectes cynotis (tungau kudis telinga pada kucing dan
anjing), Sarcoptes scabies (caplak kudis), Dermacentor sp.
(caplak mamalia), Boophilus annulatus (caplak sapi), dan
Tarsomenus sp. (hama tanaman Solanaceae).

an
Gambar 1.30 Contoh hewan
Araneae (caplak).

rw
nI
wi
Ed
(c)


20

ah
sy
Mengamati Perbedaan Ciri-ciri Hewan Artropoda

 Tujuan:
Mengetahui perbedaan ciri dari berbagai hewan Arthropoda.

 Alat dan Bahan:

an
1) Kaca pembesar
2) Gunting
3) Eter / Kloroform
4) Pinset
5) Papan bedah (bak paraffin)
6) Toples kaca
7) Kapas

 Cara Kerja:
rw
8) Hewan Arthropoda, seperti udang, belalang, laba-laba, lipan, dan luwing.

1) Bentuklah kelompok kerja dengan jumlah anggota sesuai dengan


kebutuhan.
2) Ambillah sampel-sampel Arthropoda yang kalian siapkan, kemudian
lakukanlah pembiusan dengan memasukkanya ke dalam toples berisi kapas
nI
yang telah dibasahi eter / kloroform.
3) Lakukan secara hati-hati, terutama terhadap hewan yang beracun /
berbahaya.
4) Amati di atas papan bedah. Temukan bagian kepala, dada, dan ekor. Catat,
gambar, dan berilah keterangan.
5) Masukkan hasil pengamatan kalian dalam tabel di bawah ini, tarik sebuah
kesimpulan, dan komunikasikan hasil kerja kalian.
wi

Ciri-ciri Nama Hewan


Udang Belalang Laba- Lipan Luwing dst.
laba
1. Tubuh bersegmen
Ed

2. Tubuh dapat dibedakan


antara kepala, dada, dan
perut

3. Tubuh terdiri dari kepala-


dada dan perut

4. Pada kepalanya terdapat:


a. antena
b. mata majemuk
(c)

c. mata tunggal
d. gigi / cakar racun


21

ah
5. Alat gerak berupa:
a. kaki
b. sayap

6. Letak kaki

sy
7. Jumlah kaki:
- 2 pasang
- 3 pasang
- 4 pasang
- 5 pasang
- 8 pasang

an
- 10 pasang / lebih

8. Letak sayap

9. Jumlah sayap
- 1 pasang
- 2 pasang

dst …
rw
nI

Capit Khusus untuk Kawin


wi

Seekor nyamuk jantan yang telah cukup dewasa untuk kawin


akan menggunakan antenanya (organ pendengar) untuk menemukan
nyamuk betina. Fungsi antena nyamuk jantan berbeda dengan antena
nyamuk betina. Bulu tipis di ujung antenanya sangat peka terhadap
suara yang dipancarkan nyamuk betina.
Ed

Tepat di sebelah organ seksual nyamuk jantan terdapat anggota tubuh yang
membantunya mencengkeram nyamuk betina ketika mereka melakukan perkawinan di
udara. Nyamuk jantan terbang berkelompok sehingga terlihat seperti awan ketika seekor
betina akan melakukan perkawinan dengannya selama penerbangan. Perkawinan tidak
berlangsung lama dan nyamuk jantan akan kembali ke kelompoknya setelah perkawinan.
Sejak saat itu, nyamuk betina memerlukan darah untuk perkembangan telurnya.
(c)

Sumber: Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Harun Yahya


22

ah
sy
1. Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthros yang berarti sendi atau ruas,
dan podos yang berarti kaki. Oleh karena itu, ciri utama hewan yang menjadi
anggota filum ini adalah tubuh atau kakinya beruas-ruas (terdiri atas segmen-

an
segmen).
2. Secara umum filum Arthropoda dikelompokkan menjadi lima kelas utama, yaitu
Crustacea (Udang-udangan), Chilopoda (Kelabang), Diplopoda (Kaki seribu),
Hexapoda / Insekta (Serangga), dan Arachnida (Laba-laba).
3. Kelas Crustacea berasal dari kata crusta yang berarti berkulit keras. Tubuhnya
rw
terdiri atas 2 bagian, yaitu sefalotorakss (kepala-dada) dan abdomen (perut).
Tubuh dilindungi oleh eksoskeleton (karapaks) yang tersusun dari zat kitin.
Crustacea umumnya hidup di perairan.
4. Kelas Chilopoda disebut juga hewan berkaki seratus (sentipeda). Hewan yang
termasuk dalam kelas ini memiliki tubuh pipih dan terdiri atas 6 sampai 173
nI
segmen. Pada setiap segmen tubuh terdapat sepasang kaki kecuali pada
segmen terakhir dan satu segmen tepat di belakang kepala yang terdapat
sepasang cakar racun (maksilapoda).
5. Kelas Diplopoda sering disebut juga dengan kaki seribu (milipeda). Tubuhnya
berbentuk subsilindrik / bulat memanjang dan beruas-ruas (25 – 100 segmen),
terdiri atas kepala dan badan. Pada setiap segmen tubuh terdapat dua pasang
wi

kaki.
6. Kelas Insekta (Hexapoda) merupakan Arthropoda yang memiliki enam kaki yang
melekat pada dada. Tubuhnya terdiri atas kepala, dada,dan perut yang dilengkapi
dengan antena, kaki, mulut, dan sayap. Insekta pada umumnya mengalami
metamorfosis.
Ed

7. Kelas Arachnida merupakan Arthropoda yang tubuhnya terdiri atas sefalotorakss


dan perut. Arachnida memiliki empat pasang kaki.
(c)


23

ah
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban

sy
yang kamu anggap paling benar !

1. Berikut ini merupakan ciri umum Filum Arthropoda, kecuali ….


a. Tubuh simetri radial d. Triploblastik selomata

an
b. Tubuh beruas-ruas e. Sistem syaraf tangga tali
c. Memiliki rangka luar

2. Anggota dari Filum Arthropoda yang memiliki 2 pasang kaki pada tiap segmen tubuhnya yaitu
kelas ….
a. Crustacea d. Insekta
b. Chilopoda
c. Diplopoda
rw e. Arachnida

3. Perhatikan gambar lebah madu berikut ini !


nI

Kaki dan sayap lebah madu tersebut terdapat pada bagian tubuh ….
wi

a. Toraks d. Kepala
b. Kepala dan perut e. Sefalotoraks
c. Abdomen
Ed

4. Perhatikan bagian tubuh Crustacea berikut ini !

Berturut-turut alat tubuh yang berfungsi sebagai penerima sensor dan alat untuk berenang
(c)

adalah ….


24

ah
a. 2 dan 4 d. 1 dan 3
b. 2 dan 3 e. 1 dan 4
c. 3 dan 4

5. Pasangan yang benar antara kelas dan cirinya adalah ….

sy
Kelas Ciri
a. Crustacea Memiliki 1 pasang antena.
b. Chilopoda Memiliki 2 pasang kaki pada tiap segmen tubuh.
c. Diplopoda Sayap terdapat pada bagian dada.
d. Insekta Memiliki 3 pasang kaki pada bagian dada.

an
e. Arachnida Memiliki 2 pasang antena.

6. Diantara hewan-hewan di bawah ini yang memiliki bintik mata (mata tunggal) adalah ….

rw
d.
a.
nI

e.
wi

b.
Ed

c.
(c)


25

ah
7. Berikut ini pasangan yang benar antara ordo dan contoh spesiesnya, kecuali ….
Ordo Contoh
a. Isoptera Rayap
b. Orthoptera Jangkrik
c. Odonata Capung

sy
d. Hemiptera Walang sangit
e. Homoptera Kutu busuk

8. Seekor serangga memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


1) Memiliki 2 pasang sayap, sepasang untuk terbang, sepasang sebagai keseimbangan.

an
2) Tipe mulut penusuk dan pengisap.
3) Mengalami metamorfosis sempurna.
4) Anggota Subkelas Pterygota.

Serangga tersebut termasuk dalam ordo ….


a. Neuroptera rw d. Coleoptera
b. Lepidoptera e. Siphonoptera
c. Diptera

9. Berikut ini ciri-ciri hewan:


1) Memiliki mata majemuk. 4) Memiliki 4 pasang kaki.
nI
2) Tubuh terbagi atas sefalotoraks 5) Tiap segmen tubuh terdapat 2
dan abdomen. pasang kaki.
3) Memiliki 2 pasang antena.
Yang merupakan ciri Kelas Arachnida adalah ….
a. 1 dan 4 d. 2 dan 5
wi

b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 2 dan 4

10. Perhatikan gambar hewan berikut ini !


Ed

Berdasarkan ciri-ciri yang dapat teramati, hewan ini termasuk dalam kelas ….
a. Crustacea d. Insekta
(c)

b. Chilopoda e. Arachnida
c. Diplopoda


26

ah
sy
Cocokkanlah hasil jawaban kalian dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
Hitunglah jumlah jawaban benar dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan kalian terhadap materi pada kegiatan belajar ini.

an
Rumus:

Contoh apabila jawaban kalian benar 8 dari 10 soal, diperoleh


rw
Kriteria Pencapaian:

91 % - 100 % = Baik Sekali


nI
81 % - 90 % = Baik
70 % - 80 % = Cukup
≤ 69 % = Kurang

Jika tingkat penguasaan kalian mencapai ≥ 80 %, berarti kalian telah


menguasai materi pada kegiatan belajar ini dan kalian dapat melanjutkan pada
wi

kegiatan belajar selanjutnya. Good job !!! Namun jika tingkat penguasaan < 80%,
maka kalian harus mendalami kembali bagian-bagian yang belum kalian kuasai
pada kegiatan belajar ini.

*** Good luck ***


Ed
(c)


(c)
Ed
wi
nI


rw
an
sy
27

ah
(c)
Ed
wi
nI


rw
an
sy
28

ah
29

ah
P ada kegiatan sebelumnya kita telah belajar untuk memahami ciri umum Filum Arthropoda,
serta bagaimana pengklasifikasianya ke dalam beberapa kelas secara umum. Pemahaman
kalian tersebut akan menjadi dasar dalam kegiatan belajar kita kali ini. Dalam kegiatan dua ini kita
akan belajar untuk lebih mengenal jenis-jenis Arthropoda yang berhabitat di gua kars. Beberapa jenis
Arthropoda gua yang khas mungkin akan sedikit berbeda dalam hal ciri-ciri serta pengklasifikasianya

sy
dari pada ciri-ciri serta pengklasifikasian Arthropoda secara umum yang telah kita pelajari dalam
kegiatan satu. Untuk lebih jelasnya mari kita cermati dengan sungguh-sungguh materi berikut.

1. Gua Kars Sebagai Habitat Organisme

an
Indonesia merupakan negara dengan topografi kars yang cukup luas dan tersebar hampir di
berbagai wilayah kepulauanya. Di pulau Jawa sendiri, hampir setiap provinsi memiliki kawasan kars
dengan ciri yang berbeda-beda. Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
masih termasuk dalam kawasan kars Pegunungan Sewu merupakan salah satu yang terbesar di
pulau Jawa. Kars Pegunungan Sewu dicirikan dengan berkembangnya kubah kars, yaitu bentukan
positif yang tumpul, dan tidak terjal, yang jumlahnya ratusan. Kars Pegunungan Sewu juga dicirikan
rw
dengan bentukan dolin yang setiap musim penghujan selalu terisi air yang kemudian disebut telaga.
nI
wi
Ed

Gambar 2.1 Bentukan Kubah kars dan dolin di kawasan kars Kab. Gunung Kidul.

Kars sendiri merupakan istilah dari bahasa Slovenia yang berarti lahan gersang dan berbatu.
Salah satu hasil dari proses mekanis dan kimiawi yang terjadi di kawasan kars adalah terbentuknya
gua.Gua merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari kawasan kars. Gua kars merupakan celah
atau rekahan di bawah permukaan tanah kars (endokars) yang terbentuk dari hasil karstifikasi
(pelarutan) batuan karbonat. Gua kars dibedakan menjadi tiga, yaitu gua mikro (diameter kurang dari
(c)

0,1 cm), gua meso (diameter 0,1 – 20 cm), dan gua makro (diameter lebih dari 20 cm). Di dalam gua-
gua ini sering pula terdapat sungai-sungai bawah tanah.


30

ah
Di beberapa wilayah di Indonesia telah banyak dikembangakan obyek wisata alam berupa
gua kars yang eksotik dan menyuguhkan kita pemandangang alam berupa ornamen-ornamen gua
bentukan alam seperti stalaktit, stalakmit, ataupun aliran sungai bawah tanah. Hal pertama yang
terlintas dalam benak kita ketika menyaksikan fenomena seperti ini pasti adalah rasa kagum dan
penasaran terhadap ornamen-ornamen gua tersebut. Namun pernahkah muncul pertanyaan dalam

sy
diri kita, adakah mahkluk hidup yang tinggal dan menggantungkan hidupnya dari kondisi dalam gua
tersebut? Sebagian kecil pengunjung gua mungkin telah berfikir ke arah sana.

an
rw
nI
wi

Gambar 2.2 Gua kars dan beberapa jenis hewan


Arthropoda yang tinggal di dalamnya.

Perlu kita ketahui bahwa gua sebenarnya adalah suatu ekosistem tersendiri
yang unik dan terbatas. Dalam celah gua yang gelap dan lembab ternyata terdapat
Ed

beberapa jenis mahkluk hidup yang saling berinteraksi satu sama lain menyusun suatu
ekosistem gua. Hewan-hewan yang hidup dalam gua telah beradaptasi dengan kondisi
lingkungan gua dan menjadikan beberapa diantaranya memiliki ciri yang unik, khas,
dan berbeda dengan hewan sejenis yang hidup di luar gua.

Suatu cabang keilmuan yang mempelajari tentang mahkluk hidup (organisme)


yang berhabitat dalam gua beserta seluk beluk kehidupanya ini adalah Biospeleologi.
Dewasa ini di Indonesia telah banyak dikembangkan penelitian-penelitian untuk
(c)

mengungkap tentang kehidupan organisme gua.


31

ah
Seperti telah kita bayangkan
sebelumnya, bahwa sinar matahari
sebagai sumber energi terbesar
sangat minim terdapat di dalam gua,
bahkan ada bagian gua yang sama

sy
sekali tidak tertembus sinar matahari.
Hal inilah yang nantinya juga akan
berpengaruh terhadap keragaman
organisme penghuni gua. Para
peneliti umumnya membagi

an
lingkungan tempat hidup organisme
gua ini menjadi tiga zonasi
Gambar 2.3 Tim peneliti Biospeleologi tengah
berdasarkan ketersediaan sinar melakukan penelitian di dalam gua.
matahari yang diterima lingkungan
gua, yaitu:
rw
a. Zona terang (entrance zone), biasanya di mulut gua, pada
daerah ini cahaya matahari masih sangat berlimpah, suhu
udara masih sangat dipengaruhi lingkungan luar.
b. Zona remang (twilight zone), pada lingkungan ini sinar
matahari terdapat dalam jumlah yang sangat terbatas dan
nI
hanya berupa pantulan saja (tidak langsung), suhu udara
belum konstan (masih terdapat fluktuasi) karena masih
sedikit terpengaruh lingkungan luar. Tidak ada tumbuhan
hijau yang mampu hi-
c. Zona gelap (dark zone), merupakan bagian gua yang sama
dup pada zona gelap
sekali tidak terdapat cahaya matahari (gelap total), memiliki gua, hal ini dikare-
nakan cahaya matahari
wi

iklim yang konstan karena umumnya terisolasi dari yang diperlukan tum-
buhan untuk berfoto-
lingkungan luar.
sintesis sama sekali
tidak tersedia.

Pada ketiga zonasi gua tersebut, terdapat suatu


Ed

keanekaragaman hayati yang unik dan khas. Beberapa jenis


hewan mampu bertahan hidup pada setiap zonasi gua, akan
tetapi beberapa lagi hanya mampu hidup pada salah satu zona
tertentu saja. Seorang pemerhati lingkungan kars dan gua yang
terkenal dalam bidang biospeleologi, R.K.T. Ko (2000: 10-11)
membagi hewan penghuni gua dalam tiga kelompok, yaitu
hewan Troglobit, hewan Troglofil, dan hewan Trogloxen.
(c)


32

ah
a. Hewan Troglobit
Hewan yang hidup secara permanen dalam gua. Sudah
menyesuaikan diri secara mutlak dengan lingkungan
gua yang gelap abadi tanpa fluktuasi suhu dalam gua.
Spesies hewan ini bahkan tidak dapat hidup di luar

sy
habitat gua. Proses adaptasi hewan troglobit
berlangsung dalam waktu yang sangat lama dan
disebabkan karena hewan tersebut terjebak pada suatu
tempat pada zona gelap total gua yang terisolir dan tidak
memiliki akses ke daerah lain. Oleh karena itu hewan

an
yang dikatakan sebagai hewan troglobit tidak mungkin
ditemukan di beberapa tempat yang berbeda. Contoh:
Ikan buta, salamander buta, dll.
b. Hewan Troglofil
Hewan yang senang bermukim di lingkungan gelap
rw
abadi gua, ada yang menjalani seluruh siklus hidupnya
di dalam gua, tetapi dapat pula hidup di lingkungan
epigen (di luar gua) atau tidak terbatas pada daerah
gelap saja. Contoh: Amblyphigy, Laba-laba gua,
Jangkrik gua, dll.
c. Hewan Trogloxen
nI
Hewan yang ditemukan dalam gua, tetapi siklus
Gambar 2.4 (a) Hewan
hidupnya tidak seluruhnya dijalani dalam gua. Contoh:
Troglobit, (b) Hewan Troglofil,
Kelelawar, Walet, Lipan, Kaki seribu, dll. (c) Hewan Trogloxen.

2. Keanekaragaman Jenis Arthropoda Gua


wi

Indonesia merupakan negara tropis yang sangat kaya akan


keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversity)
adalah keseluruhan variasi, baik bentuk, penampilan, jumlah, dan
sifat, yang dapat ditemukan pada tingkat gen, jenis (spesies), dan
Ed

ekosistem (Arif Priadi, 2010). Dengan demikian, perbedaan antara


Keanekaragaman
berbagai organisme dan ekosistem disebabkan oleh adanya variasi
hayati tingkat jenis
yang dimiliki oleh masing-masing organisme dan ekosistem. adalah keanekara-
gaman yang dapat
ditemukan di antara
Pada kegiatan pembelajaran kali ini kalian akan diajak organisme yang ter-
golong dalam spe-
untuk lebih memahami tentang konsep keanekaragaman hayati
sies berbeda.
tingkat jenis (spesies) yang dicontohkan dengan jenis-jenis hewan
Arthropoda yang berhabitat di gua. Sebelumnya, mari kita buka
(c)

ingatan kita kembali, “apakah keanekaragaman hayati tingkat jenis


itu ?” Silakan kalian cari jawabanya terlebih dahulu !


33

ah
Berikut ini akan kita bahas mengenai jenis-jenis Arthropoda gua yang merupakan hasil
eksplorasi penulis pada beberapa gua kars di Kabupaten Gunung Kidul, antara lain Gua Song
Gilap, Gua Sodong Mudal, Gua Lawa, Gua Semuluh, dan Gua Seropan. Dalam penyajianya
akan diurutkan berdasarkan kelas-kelasnya. Silakan kalian cermati ciri-ciri morfologis yang
disajikan, sehingga diharapkan kalian akan dapat menarik konsep keanekaragaman hayati

sy
tingkat jenis dari dalamnya.

a. Kelas Insekta (serangga)

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 3 pasang kaki, dan pada umumnya

an
dapat dibedakan dengan jelas antara bagian kepala, dada, dan perutnya. Berikut ini merupakan
Insekta yang ditemukan di dalam gua.

1) Tettigidea lateralis
Tettigidea lateralis merupakan jenis belalang kecil yang
berwarna coklat. Hewan ini digolongkan dalam Ordo
rw
Orthoptera karena memiliki dua pasang sayap lurus, dengan
sayap depan yang lebih tebal disebut perkamen yang
mengandung zat tanduk, dan sayap belakang berupa
membran tipis seperti selaput. Salah satu ciri khas Tettigidea
lateralis adalah bentuk sayap depanya yang meruncing di Gambar 2.5 Tettigidea lateralis
bagian belakang.
nI
Berdasarkan tempat ditemukanya serta merujuk ke
beberapa ciri fisiknya, Tettigidea lateralis termasuk Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
kelompok hewan trogloxen, yaitu hewan yang ditemukan Filum : Arthropoda
dalam gua namun siklus hidupnya tidak seluruhnya dijalani Kelas : Insekta
Ordo : Orthoptera
dalam gua. Tettigidea lateralis ditemukan di Gua Lawa pada
Famili : Tetrigidae
wi

zona terang. Hewan ini menempel pada dinding-dinding gua Genus : Tettigidea
Spesies : Tettigidea lateralis
yang lembab dan hanya ditemukan dalam jumlah yang
sedikit. Kemungkinan besar hewan ini hanya datang ke gua Borror (1992)
pada saat-saat tertentu untuk mencari makan.
Ed

2) Ceuthophilus maculatus
Ceuthophilus maculatus merupakan serangga khas
gua yang jumlah dan persebaranya sangat besar dan luas.
Hewan ini sering disebut sebagai jangkrik gua yang
memiliki ciri khas berupa sepasang antena yang sangat
panjang yang bahkan mampu mencapai sepuluh kali
panjang tubuhnya. Ukuran antena ini merupakan suatu
(c)

bentuk penyesuaian terhadap kondisi gua yang gelap,


Gambar 2.6 Ceuthophilus maculatus
yang berfungsi sebagai alat peraba untuk menentukan
lokasi makanan ataupun keberadaan hewan lain


34

ah
menggantikan fungsi mata. Selain antena, bentuk
Klasifikasi Taksonomik
penyesuaian lainnya adalah ukuran mata yang kecil, Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
sayap yang tereduksi, serta kaki-kaki yang panjang dan
Kelas : Insekta
kuat untuk melompat pada lantai dan dinding gua. Ordo : Orthoptera
Beberapa organ tubuh hewan gua memang sangat Famili : Raphidophoridae

sy
Genus : Ceuthophilus
mungkin tereduksi menjadi ukuran yang kecil atau bahkan Spesies : Ceuthophilus maculatus
hilang sama sekali karena cenderung tidak berfungsi pada
Borror (1992)
lingkungan gua.
Ceuthophilus maculatus ditemu-
kan hampir di seluruh gua yang

an
masih terjaga kelestarianya. Hasil
penelitian menunjukkan hewan ini
terdapat di semua gua dalam jumlah
yang banyak dan tersebar hampir
pada semua zonasi dan men-
dominasi zona gelap dan remang
gua. Hewan ini termasuk dalam
rw
salah satu hewan troglofil yang berhabitat di Gambar 2.7 (a) Hewan jantan, (b) Hewan betina
(terdapat alat untuk membantu meletakkan telur).
lingkungan gelap abadi gua dan menjalani seluruh
siklus hidupnya di dalam gua, tetapi dimungkinkan
masih dapat bertahan hidup di luar habitat gua.
nI
3) Apis sp.
Apis sp. atau lebah madu merupakan serangga kecil
yang hidup secara berkoloni dengan tipe mulut penggigit
dan pengisap. Lebah memiliki dua pasang sayap yang tipis
wi

seperti selaput sehingga lebah dikelompokkan dalam Ordo


Hymenoptera. Ciri khas hewan ini adalah adanya alat sengat
pada bagian ujung abdomen yang berfungsi sebagai alat
pertahanan diri. Gambar 2.8 Apis sp.
Lebah madu sejatinya bukanlah termasuk hewan gua,
Ed

lebah berhabitat pada kanopi-kanopi hutan untuk Klasifikasi Taksonomik


membangun sarang. Keberadaanya di gua hanya ditemukan Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
dalam jumlah sedikit dan pada zona terang saja. Kelas : Insekta
Kemungkinan besar lebah mendatangi gua hanya pada Ordo : Hymenoptera
Famili : Apidae
saat-saat tertentu saja untuk mengambil bahan-bahan Genus : Apis
pembuat sarang seperti tanah liat yang lembab yang banyak Spesies : Apis sp.
terdapat di mulut gua. Lebah madu dengan keberadaanya di
Borror (1992)
gua digolongkan dalam kelompok hewan trogloxen.
(c)


35

ah
4) Leucophaea sp.
Leucophaea sp. atau kecoa merupakan serangga yang
persebaranya sangat luas dan ditemukan hampir di seluruh
belahan dunia. Dari hasil penelitian ternyata kecoa juga
ditemukan di dalam zona gelap gua. Kecoa digolongkan

sy
menjadi beberapa famili, salah satunya adalah Famili
Blaberidae yang ditemukan pada penelitian ini. Famili
Blaberidae dicirikan dengan ukuran tubuhnya yang besar Gambar 2.9 Leucophaea sp.
dibandingkan kecoa dari famili lain. Selain itu pada bagian
kaki (femore) terdapat 3 buah duri, dan umumnya hanya

an
terdapat sayap pada hewan jantan.
Klasifikasi Taksonomik
Berdasarkan hasil penelitian Leucophaea sp. ditemukan
Kingdom : Animalia
dalam jumlah banyak pada zona gelap Gua Seropan yang Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
merupakan daerah aliran air tanah yang deras. Hewan ini
Ordo : Blattaria
sering terlihat bergerombol di tanah lembab di tepi aliran air. Famili : Blaberidae
rw Genus : Leucophaea
Karakteristik habitat yang gelap ini membuat beberapa ciri
Spesies : Leucophaea sp.
kecoa ini menjadi berbeda dibandingkan kecoa pada
umumnya. Warna tubuhnya lebih terang dan memiliki Borror (1992)

sepasang antena yang yang relatif lebih panjang. Kecoa


pada dasarnya bukan merupakan hewan endemik gua,
kemungkinan besar kecoa masuk gua karena terbawa aliran
nI
air dan kemudian terjebak di dalamnya, oleh sebab itu kecoa
termasuk pada golongan hewan troglofil.

5) Eremmoblatta sp.
Eremmoblatta sp. atau yang dalam bahasa jawa disebut
wi

cere ini merupakan hewan sejenis kecoa yang berukuran


tubuh kecil dan berwarna gelap. Habitat Eremmoblatta sp.
adalah pada tanah-tanah berdebu halus dan di bawah batu Gambar 2.10 Eremmoblatta sp.
dengan cara membenamkan diri. Hewan ini termasuk dalam
Famili Polyphagidae atau kecoa berukuran kecil. Hewan
Ed

betina basanya memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan


tidak bersayap. Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
Pada penelitian Eremmoblatta sp. ditemukan hanya Filum : Arthropoda
pada zona terang Gua Lawa saja dan dalam jumlah yang Kelas : Insekta
Ordo : Blattaria
sedikit. Kemungkinan besar hewan ini adalah hewan Famili : Polyphagidae
pendatang dan bukan merupakan hewan asli gua. Hewan ini Genus : Eremoblatta
Spesies : Eremmoblatta sp.
termasuk dalam golongan hewan trogloxen yaitu hewan
yang ditemukan di dalam gua namun siklus hidupnya tidak Borror (1992)
(c)

dijalani sepenuhnya di dalam gua dan masih banyak hewan


sejenis yang ditemukan pada berbagai habitat lain.


36

ah
6) Gerris sp.
Geris sp. merupakan serangga kecil yang termasuk
dalam Famili Gerridae. Hewan ini sering pula disebut
dengan nama Anggang-anggang karena memiliki
kemampuan untuk melompat dan mengapung di atas

sy
permukaan air dengan arah gerakan maju-mundur.
Kemampuan mengapung berasal dari adanya rambut-
rambut sangat kecil (microsetae) tersusun dengan arah
tertentu dengan lekukan-lekukan dalam ukuran nanometer
pada ujung tungkainya dan dilengkapi dengan lapisan

an
Gambar 2.11 Gerris sp.
malam (lilin) yang hidrofobik. Gerris sp. memiliki 3 pasang
kaki dengan dua pasang (kaki ke 2 dan ke 3) lebih panjang,
dan sepasang (kaki pertama) lebih pendek yang berfungsi
untuk menangkap mangsa. Masing-masing kaki terdiri dari
Klasifikasi Taksonomik
dua ruas yang panjang. Kingdom : Animalia
rw Filum : Arthropoda
Pada penelitian Gerris sp. ditemukan dalam jumlah yang
Kelas : Insekta
cukup banyak pada perairan gua yang jernih dan dengan Ordo : Hemiptera
arus yang tenang pada zona terang. Hewan ini merupakan Famili : Gerridae
Genus : Gerris
kelompok hewan trogloxen yang keberadaanya di gua hanya Spesies : Gerris sp.
pada saat tertentu saja dan bukan merupakan hewan asli
Borror (1992)
nI
gua.

7) Ischnura cervula
Ischanura cervula atau capung jarum merupakan
serangga dengan warna yang menarik. Hewan ini
merupakan anggota Famili Coenagrionidae yang memiliki
wi

ciri-ciri diameter tubuh kecil, panjang ± 4 cm, pada kepala


terdapat sepasang mata majemuk yang besar dan antena
yang pendek, memiliki dua pasang sayap yang sama besar,
dan bertipe mulut pengunyah. Ciri khas hewan ini adalah
Gambar 2.12 Ischnura cervula
posisi sayapnya selalu tertutup ke atas pada saat hinggap,
Ed

berbeda dengan jenis capung lain yang pada saat hinggap


posisi sayapnya tetap dalam keadaan terbuka.
Dalam gua hewan ini ditemukan pada zona terang gua Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
yang dialiri air. Hewan ini umumnya mencari makan dengan
Filum : Arthropoda
terbang di atas permukaan air. Ischanura cervula bukan Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
merupakan hewan asli gua, dan keberadaanya pada gua
Famili : Coenagrionidae
dikelompokkan sebagai hewan trogloxen. Genus : Ischnura
Spesies : Ischnura cervula
(c)

Borror (1992)


37

ah
8) Aeshna sp. (stadium nimfa)
Hewan ini merupakan nimfa capung jarum dengan
ukuran tubuh yang kecil dan bernafas menggunakan insang.
Walaupun berhabitat pada dasar perairan, hewan ini
memiliki ciri-ciri serangga yang dapat diamati dengan jelas

sy
yaitu adanya segmen-segmen tubuh yang jelas, memiliki 3
Gambar 2.13 Aeshna sp.
pasang kaki, dan memiliki sepasang mata faset yang besar.
(stadium nimfa)
Aeshna sp. (stadium nimfa) ditemukan dalam perairan
gua yang memiliki banyak seresah di bagian dasarnya.
Hewan ini termasuk kelompok hewan trogloxen yang Klasifikasi Taksonomik

an
Kingdom : Animalia
sebagian siklus hidupnya dialami di dalam gua, namun Filum : Arthropoda
sebagian lagi tidak terbatas pada gua. Kelas : Insekta
Ordo : Odonata
Famili : Aeshnidae
9) Thelida atricornis Genus : Aeschna
Thelida atricornis merupakan sejenis lalat yang Spesies : Aeshna sp.
(Stadium nimfa)
berukuran sangat kecil dan mampu terbang dalam gelap
rw
gua. Hewan ini sekilas menyerupai Drosophila sp. (lalat Borror (1992)
buah) yang memiliki sayap tipis dengan mata berwarna
merah dengan ujung abdomen yang meruncing.
Hewan ini termasuk hewan trogloxen yang terdapat
pada zona remang gua untuk mencari makan dari kotoran
nI
kelelawar (guano). Thelida atricornis ditemukan dengan
jumlah yang sangat banyak dan umumnya ketika di dalam
gua hewan ini dengan sendirinya akan mendatangi cahaya
lampu.
Gambar 2.14 Thelida atricornis
10) Tomocerus elongatus
wi

Tomocerus elongatus merupakan seranggga dengan


ukuran yang sangat kecil tidak bersayap yang termasuk
Klasifikasi Taksonomik
dalam Ordo Collembola atau serangga ekor pegas. Ciri Kingdom : Animalia
utamanya adalah terdapatnya alat pelontar pada bagian Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ed

ujung abdomen yan membuatnya mampu melompat hingga Ordo : Diptera


100 kali tinggi tubuhnya. Bentuk tubuhnya dibedakan Famili : Heleomyzidae
Genus : Thelida
menjadi bagian sefalotoraks dan abdomen dengan
Spesies : Thelida atricornis
sepasang antena yang panjang. Hewan ini umumnya tidak
Lopez and Marcou (2010)
berpigmen.
Pada penelitian hewan ini ditemukan berhabitat pada zona gelap gua. Hewan ini
sering menempel pada dinding-dinding gua dan umumnya banyak terdapat pada
guano di dasar gua. Tomocerus elongatus merupakan hewan troglofil yang
(c)

merupakan salah satu hewan endemik gua. Hewan ini sering ditemukan pada gua-


38

ah
gua yang dihuni berbagai jenis kelelawar. Kotoran kelelawar merupakan sumber
nutrisi bagi berbagai macam organisme gua.

Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda

sy
Kelas : Insekta
Ordo : Collembola
Famili : Entomobryidae
Genus : Tomocerus
Spesies : Tomocerus elongatus

Borror (1992)

an
Gambar 2.15 Tomocerus elongatus

b. Kelas Arachnida

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 4 pasang kaki. Pada umumnya bagian
kepala dan dada bergabung menjadi satu disebut sefalotoraks. Berikut ini merupakan Arachnida yang
ditemukan di dalam gua.

1) Neobisium boui
rw
Neobisium boui merupakan Arachnida yang berukuran
sangat kecil. Hewan ini termasuk dalam Ordo
Pseudoscorpiones atau yang sering disebut dengan
nI
kalajengking palsu. Disebut demikian karena Neobisium boui
memiliki ciri-ciri yang mirip dengan kalajengking namun tidak Gambar 2.16 Neobisium boui
memiliki ekor sengat. Ciri khas hewan ini adalah adanya
sepasang capit yang besar yang merupakan modifikasi kaki Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
terdepan. Filum : Arthropoda
wi

Hewan ini merupakan salah satu hewan khas gua yang Kelas : Arachnida
Ordo : Pseudoscorpiones
ditemukan merayap pada dinding dan lantai gua. pada Famili : Neobisiidae
penelitian hewan ini ditemukan pada zona remang dalam Genus : Neobisium
Spesies : Neobisium boui
jumlah sedang. Neobisium boui termasuk hewan troglofil.
Lopez and Marcou (2010)
Ed

2) Leptoneta infuscate
Leptoneta infuscate merupakan laba-laba kecil
bertungkai panjang dan merupakan hewan khas gua.
Ukuran panjang tubuhnya hanya berkisar ± 2 mm saja.
Sekilas hewan ini serupa dengan Ordo Opliliones namun
masih dapat dibedakan antara bagian sefalotoraks dan
abdomen. Leptoneta infuscate memiliki 6 buah mata
(c)

tunggal pada kepalanya.


Gambar 2.17 Leptoneta infuscate


39

ah
Klasifikasi Taksonomik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran hewan
Kingdom : Animalia
ini sangat mendomonasi daerah gua mulai dari zona terang, Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
remang, hingga gelap dengan jumlah yang semakin banyak
Ordo : Araneae
ke arah zona gelap. Laba-laba gua ini umumnya membuat Famili : Leptonetidae
sarang yang tidak beraturan pada dinding-dinding gua dan Genus : Leptoneta

sy
Spesies : Leptoneta infuscate
termasuk pada kelompok hewan troglofil.
Borror (1992)
3) Meta menardi
Meta menardi merupakan laba-laba yang memiliki
panjang tubuh ± 2 cm dengan warna coklat cerah bertotol

an
hitam. Hewan ini memiliki 4 pasang kaki yang cukup panjang
yang digunakan untuk berjalan pada lantai gua. Hampir
seluruh tubuh hewan ini ditutupi rambut-rambut halus. Laba-
laba ini termasuk jenis laba-laba yang memburu mangsanya
secara langsung / tidak membuat sarang atau jaring sebagai
jebakan. Ciri khas laba-laba jenis ini adalah adanya
rw
sepasang alat seperti gigi taring yang besar pada bagian
mulutnya. Tubuhnya dapat dibedakan antara bagian Gambar 2.18 Meta menardi
sefalotoraks dan bagian abdomen. Pada bagian abdomen
tidak terdapat segmentasi tubuh.
Meta menardi berhabitat hampir pada seluruh bagian
nI
gua, namun ditemukan jauh lebih banyak pada bagian
Klasifikasi Taksonomik
remang dan gelap gua. Meta menardi merupakan hewan Kingdom : Animalia
troglofil yang merupakan salah satu laba-laba khas gua. Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
Ordo : Araneae
4) Pholcus phalangioides Famili : Metinae
Genus : Meta
wi

Spesies : Meta menardi

Borror (1992)
Ed

Gambar 2.19 Pholcus phalangioides

Pholcus phalangioides adalah laba-laba gua yang


berukuran sangat kecil dengan panjang tubuh sekitar 2 mm
yang membangun sarang / jaring yang tak beraturan. Hewan
ini memiliki 4 pasang kaki dengan tungkai yang panjang dan
(c)

ramping. Ciri khas hewan ini sekilas hampir mirip dengan


40

ah
Klasifikasi Taksonomik
Leptoneta infuscate namun bentuk abdomen bulat Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
memanjang (oval).
Kelas : Arachnida
Pholcus phalagioides ditemukan membuat sarang pada Ordo : Araneae
langit-langit gua dan dinding gua pada zona terang dan Famili : Pholcidae
Genus : Pholcus
kadang sebagian ditemukan pada zona remang. Hewan ini Spesies : Pholcus phalangioides

sy
mempunyai kebiasaan menggantung pada bagian bawah
Borror (1992)
jaring-jaring sarangnya. Pholcus phalangioides merupakan
hewan troglofil yang merupakan salah satu laba-laba khas
gua.

an
5) Charon grayi dan Charon serophanis
Hewan ini merupakan Arthropoda khas gua yang disebut
juga sebagi kalacemeti (laba-laba gua). Charon sp. adalah
Arachnida dari Ordo Amblypygi yang banyak ditemukan
pada gua-gua di Indonesia. Amblypygi mempunyai bagian
tubuh yang dibedakan menjadi dua yaitu sefalotoraks
(prosoma) dan abdomen
rw (ophistoshoma). Amblypygi
berbentuk pipih dengan capit yang berduri dan kaki depan
yang termodifikasi menjadi alat peraba (antena) yang sangat
Gambar 2.20 Charon grayi

panjang. Amblypygi mempunyai 3 pasang kaki yang


digunakan untuk berjalan.
nI
Klasifikasi Taksonomik
Ciri utama dari genus Charon ditandai oleh adanya Kingdom : Animalia
pulvilli atau duri-duri halus pada kaki berjalan maupun pada Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnida
lengan pedipalpi (capit). Pada bagian ujung capit terdapat 2
Ordo : Amblypygi
atau 3 duri panjang dengan ukuran yang hampir sama dan Famili : Charontidae
Genus : Charon
dilanjutkan dengan duri-duri pendek dengan ukuran yang
Spesies : Charon sp.
wi

semakin kecil kearah belakang.


Pada penelitian ditemukan dua jenis Charon, yaitu Weyglodt (2000) dan
Cahyo Rahmadi (2008)
Charon grayi dan Charon serophanis. Charon grayi
merupakan jenis yang mendominasi dan hampir ditemukan
pada semua gua khususnya pada zona remang dan zona
Ed

gelap. Sedangkan Charon serophanis hanya ditemukan di


Gua Seropan pada zona gelap dalam jumlah yang tidak
terlalu banyak. Charon serophanis memiliki semua ciri-ciri
dimiliki oleh Charon grayi, namun memiliki perbedaan pada
ukuran lengan pedipalpi (capit) yang lebih kecil dan panjang.
Panjang ruas lengan pedipalpi ini melebihi panjang ruas kaki
jalan. Pedipalpi yang kecil dan panjang ini mirip dengan
Gambar 2.21 Charon serophanis
yang dimiliki Genus Damon yang persebaranya meliputi
(c)

daerah Afrika.


41

ah
sy
Gambar 2.22 Perbedaan
Pedipalpi; (a) Charon grayi, (b)
Charon serophanis

an
Berdasarkan ciri tubuh dan habitatnya, Amblypygi merupakan hewan khas gua yang termasuk
dalam kelompok hewan troglofil. Hewan troglofil mampu hidup dalam kegelapan gua tetapi belum
menunjukkan perubahan bentuk tubuh yang ekstrem seperti mereduksinya organ mata maupun
hilangnya pigmentasi tubuh. Selain itu beberapa jenisnya juga masih ditemukan hidup pada zona
remang atau zona terang gua.

c. Kelas Crustacea
rw
Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 5 pasang kaki. Crustacea umumnya
memiliki bagian tubuh yang dapat dibedakan menjadi bagian sefalotoraks dan bagian perut. Sebagian
besar anggota kela ini merupakan hewan aquatik. Berikut ini merupakan Crustacea yang ditemukan di
nI
dalam gua.

1) Macrobrachium poeti
Macrobium poeti adalah spesies udang yang berhabitat
di dalam gua. Secara umum Macrobium poeti memiliki
bentuk dan ciri yang sama dengan udang yang hidup di
wi

sungai, hanya saja warna tubuhnya lebih pucat dan hampir


tidak berpigmen. Selain itu ukuran mata juga tereduksi
menjadi lebih kecil, sedangkan ukuran antenanya lebih Gambar 2.23 Macrobrachium poeti
panjang. Hewan ini termasuk dalam Ordo Decapoda karena
memiliki 10 kaki yang digunakan untuk berjalan. Selain kaki
Ed

jalan, Macrobium poeti juga dilengkapi dengan kaki-kaki


renang yang terdapat pada tiap segmen perutnya. Klasifikasi Taksonomik
Macrobium poeti merupakan salah satu hewan air Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
troglofil yang menghuni kegelapan gua. Kemungkinan asal Kelas : Crustacea
mula keberadaan udang di dalam gua dikarenakan terbawa Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
arus banjir sungai dan kemudian terjebak di dalam gua. Famili : Palaemonidea
Udang ini kemudian beradaptasi dengan kondisi gua dan Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobrachium poeti
(c)

mampu bereproduksi di habitat gua. Pada penelitian


Macrobium poeti ditemukan dalam jumlah banyak pada Holthuis (1984)
perairan gua baik pada zona remang maupun zona gelap,


42

ah
terutama pada perairan yang menyimpan banyak seresah di
dasarnya.

2) Stygothelphusa sp.
Secara umum ukuran dan ciri-ciri tubuh kepiting

sy
Stygothelphusa sp. tidak jauh berbeda dengan kepiting
sungai. Hewan berkaki sepuluh ini memiliki sepasang capit
yang besar yang merupakan modifikasi kaki pertamanya.
Stygothelphusa sp. berbeda dengan kepiting sungai pada Gambar 2.24 Stygothelphusa sp.

warna tubuhnya yang berwarna coklat mengkilap dan

an
terdapat bintik-bintik gelap pada kaki-kaki dan capitnya.
Warna ini relatif lebih terang dibanding kepiting sungai yang
berwarna kehitaman. Klasifikasi Taksonomik
Stygothelphusa sp. ditemukan di dalam perairan gua Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
yang memiliki akses dari sungai di luar gua. Kemungkinan Kelas : Crustacea
besar asal mula hewan ini adalah dari sungai di luar gua Subkelas : Malacostraca

dapat bertahan hidup


rw
yang terbawa masuk oleh arus banjir. Stygothelphusa sp.
kemudian melakukan beberapa penyesuaian sehingga
di lingkungan gelap gua.
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Decapoda
: Parathelphusidae
: Stygothelphusa
: Stygothelphusa sp.

Stygothelphusa sp. digolongkan dalam kelompok hewan Guinot and Davie (2008)
trogloxen.
nI
d. Kelas Diplopoda

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 2


pasang kaki pada tiap segmen tubuhnya. Bentuk tubuhnya bulat
dan memanjang yang dibedakan menjadi bagian kepala dan
wi

badan. Berikut ini merupakan Diplopoda yang ditemukan di


dalam gua.

1) Narceus sp.
Narceus sp. merupakan spesies kaki seribu berukuran Gambar 2.25 Narceus sp.
Ed

besar yang banyak ditemukan pada tempat-tempat yang


lembab. Hewan ini termasuk dalam Ordo Spirobolida yang
memiliki 2 pasang kaki pada tiap segmen tubuhnya kecuali Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
pada segmen pertama dan kelima yang hanya memiliki 1
Filum : Arthropoda
pasang kaki. Hewan ini berwarna coklat mengkilap dengan Kelas : Diplopoda
panjang tubuh hewan dewasa dapat mencapai ± 20 cm. Ordo : Spirobolida
Famili : Narceudae
Narceus sp. sebenarnya bukan merupakan hewan asli Genus : Narceus
Spesies : Narceus sp.
(c)

gua. Hewan ini hanya ditemukan pada zona terang dan


sebagian mencapai zona remang. Keberadaanya di gua Borror (1992)
lebih dikarenakan karena hewan ini menyukai habitat gua


43

ah
yang memiliki lantai yang berupa tanah yang lembab untuk
mencari makan dan bereproduksi. Pada lantai-lantai gua
yang lembab ini ditemukan banyak sekali Narrceus sp. muda
yang masih berukuran sangat kecil. Berdasarkan ciri dan
habitatnya hewan ini termasuk dalam kelompok hewan

sy
trogloxen.

2) Galliobates gracilis
Galliobates gracilis adalah diplopoda berukuran kecil
Gambar 2.26 Galliobates gracilis
yang banyak terdapat di lantai gua yang berupa tanah yang

an
lembab. Diameter tubuhnya hanya berukuran beberapa
milimeter saja dengan panjang sekitar 2 cm. Ciri khas hewan
ini adalah warna tubuhnya yang putih pucat (tidak
berpigmen) dan memiliki antena yang lebih panjang Klasifikasi Taksonomik
Kingdom : Animalia
dibanding diplopoda lainya. Filum : Arthropoda
Pada penelitian hewan ini ditemukan pada zona remang Kelas : Diplopoda
rw
Gua Lawa dalam jumlah yang sangat banyak. Hewan ini
bergerombol pada tanah-tanah yang lembab yang terbentuk
dari guano (tanah yang berasal darikotoran kelelawar).
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Julida
: Galliobatidae
: Galliobates
: Galliobates gracilis

Berdasarkan ciri dan habitatnya hewan ini termasuk dalam Borror (1992)
kelompok hewan troglofil atau hewan yang berhabitat di
nI
dalam gua yang gelap namun ia masih memungkinkan untuk
dapat hidup di daerah lain.

e. Kelas Chilopoda

Ciri utama kelas ini adalah Arthropoda yang memiliki 1 pasang kaki pada tiap segmen
wi

tubuhnya. Bentuk tubuhnya pipih dan memanjang yang dibedakan menjadi bagian kepala dan badan.
Berikut ini merupakan Chilopoda yang ditemukan di dalam gua.

1) Scolopendra sp.
Scolopendra sp. atau lipan merupakan hewan dari Kelas
Ed

Chilopoda yang berukuran paling besar. Panjang tubuhnya


mencapai ukuran 20-25 cm pada hewan dewasa. Chilopoda
dicirikan dengan tubuhnya yang pipih dan panjang yang
tersusun atas segmen-segmen yang terlihat jelas. Pada tiap
segmen tubuh ini terdapat sepasang kaki yang digunakan
untuk berjalan. Pada bagian kepala terdapat sepasang
antena panjang yang juga tersusun atas segmen-segmen. Gambar 2.27 Scolopendra sp.
(c)

Sepasang kaki terdepan termodifikasi menjadi alat yang


disebut dengan cakar racun yang digunakan untuk
melumpuhkan musuh atau mangsanya.


44

ah
Scolopendra sp. yang ditemukan pada daerah gua
memiliki warna tubuh yang terang kehijau-hijauan dengan
Klasifikasi Taksonomik
kepala dan kaki-kaki berwarna merah menyala. Hewan ini Kingdom : Animalia
ditemukan pada celah-celah ornamen gua pada zona Filum : Arthropoda
Kelas : Chilopoda
terang. Keberadaan hewan ini di gua tidak terlalu banyak
Ordo : Scolopendromorpha

sy
karena hewan ini merupakan hewan trogloxen yang hanya Famili : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
tinggal di kawasan gua namun siklus hidupnya dijalani di
Spesies : Scolopendra sp.
luar gua atau di zona terang gua.
Borror (1992)
2) Scutigera coleoptrata

an
rw
Gambar 2.28 Scutigera coleoptrata

Scutigera coleoptrata adalah chilopoda yang memiliki ciri


nI
khas yang unik dan dengan cirinya itu membuatnya dapat
dengan mudah diidentifikasi. Hewan ini memiliki ukuran
Klasifikasi Taksonomik
tubuh yang kecil dan pendek yang terdiri sekitar 6 segmen Kingdom : Animalia
saja. Pada tiap segmen tubuhnya terdapat sepasang kaki Filum : Arthropoda
Kelas : Chilopoda
yang sangat panjang dan kecil menyerupai rambut. Ordo : Scutigeromorpha
Sepasang kaki yang paling belakang bahkan berukuran Famili : Scutigeridae
wi

Genus : Scutigera
sangat panjang yang menjuntai seperti ekor. Warna tubuh Spesies : Scutigera coleoptrata
hewan ini coklat tua kehitaman. Hewan ini termasuk dalam
Borror (1992)
Ordo Scutigeromorpha yang umumnya tidak memiliki cakar
racun.
Hewan ini termasuk dalam golongan hewan trogloxen
Ed

yang ditemukan pada zona terang gua. hewan ini biasanya


berhabitat pada dinding-dinding gua yang lembab dan
berbatu.
(c)


45

ah
sy
Mengamati Ciri-ciri Arthropoda Gua

 Tujuan:
Mengamati ciri khas Arthropoda gua.

an
 Bahan Pengamatan:
1) Laba-laba gua

rw
nI
wi
Ed
(c)


46

ah
2) Jangkrik gua

sy
an
rw
nI
wi

 Cara Kerja:
Ed

1) Lakukanlah pengamatan terhadap objek foto Arthropoda gua di atas (objek


amatan tidak menggunakan spesimen langsung, agar tidak merusak
ekosistem gua).
2) Tuliskan ciri-ciri yang dapat kalian amati sebanyak-banyaknya pada
selembar kertas.
3) Diskusikan dengan sesama teman, dan cobalah untuk mengklasifikasikan
Arthropoda tersebut berdasarkan hasil pengamatan kalian.
4) Bandingkan dengan Arthropoda lain yang hidup di luar habitat gua yang
masih memiliki hubungan kekerabatan yang dekat (minimal 10 jenis).
5) Tuliskan ciri-ciri yang membedakanya dan buat sebuah kunci dikotomi.
(c)

6) Tariklah sebuah kesimpulan yang menjawab tujuan kegiatan.


47

ah
sy
Tak Bermata dan Tak Berwarna

Hewan-hewan yang hidup dalam


kegelapan abadi gua telah beradaptasi

an
dengan kondisi lingkungan ekstrem gua
(tanpa sinar matahari, lembab, dan suhu
konstant yang sama sekali tidak
terpengaruh lingkungan luar). Salah satu
bentuk penyesuaianya adalah mata buta
dan tubuh mengalami depigmenisasi.

rw Sumber gambar:
Subterranean_Wildlife, Dante Fenolio
nI
wi
Ed
(c)


48

ah
sy
1. Berdasarkan parameter lingkungan di dalam gua, lorong gua dapat dibedakan
menjadi zona terang, zona remang, dan zona gelap / gelap total.
a) Zona terang (entrance zone), biasanya di mulut gua, pada daerah ini cahaya

an
matahari masih sangat berlimpah, suhu udara masih sangat dipengaruhi
lingkungan luar.
b) Zona remang (twilight zone), pada lingkungan ini sinar matahari terdapat
dalam jumlah yang sangat terbatas dan hanya berupa pantulan saja (tidak
langsung), suhu udara belum konstan (masih terdapat fluktuasi) karena
rw
masih sedikit terpengaruh lingkungan luar.
c) Zona gelap (dark zone), merupakan bagian gua yang sama sekali tidak
terdapat cahaya matahari (gelap total), memiliki iklim yang konstan karena
umumnya terisolasi dari lingkungan luar.
2. Berdasarkan proses adaptasinya, hewan gua dikelompokkan menjadi hewan
nI
troglobit, troglofil, dan trogloxen.
a) Hewan Troglobit adalah hewan yang hidup secara permanen dalam gua.
Sudah menyesuaikan diri secara mutlak dengan lingkungan gua yang gelap
abadi tanpa fluktuasi suhu dalam gua. Spesies hewan ini bahkan tidak dapat
hidup di luar habitat gua.
b) Hewan Troglofil adalah hewan yang senang bermukim di lingkungan gelap
wi

abadi gua, ada yang menjalani seluruh siklus hidupnya di dalam gua, tetapi
dapat pula hidup di lingkungan epigen (di luar gua) atau tidak terbatas pada
daerah gelap saja.
c) Hewan Trogloxen adalah hewan yang ditemukan dalam gua, tetapi siklus
hidupnya tidak seluruhnya dijalani dalam gua.
Ed

3. Ciri khas Arthropoda gua yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan
gelap abadi gua antara lain adalah:
a) Berkembangnya organ peraba (antena) menjadi sangat panjang.
b) Berkembangnya kaki-kaki yang kuat dan mereduksinya organ sayap.
c) Mata tereduksi menjadi sangat kecil atau bahkan tidak bermata sama sekali.
d) Beberapa spesies mengalami depigmenisasi / tubuh tidak berpigmen dan
berwarna transparan.
(c)


49

ah
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban

sy
yang kamu anggap paling benar !

1. Bagian gua dimana keadaan suhu lingkunganya selalu konstant / tidak terdapat fluktuasi suhu
adalah ….
a. Zona terang d. Entrance zone

an
b. Zona remang e. Twilight zone
c. Zona gelap total

2. Hewan yang hidup menetap dalam kegelapan gua dan terisolasi dari lingkungan luar gua
termasuk dalam kelompok hewan ….
a. Troglobit
b. Troglofil
c. Trogloxen
rw d. Troglosit
e. Nokturnal

3. Perhatikan gambar Arthropoda di bawah ini !


nI
wi

Hewan tersebut ditemukan pada dinding-dinding gua pada zona terang, hewan tersebut juga
sering dijumpai pada tempat lain yang lembab selain gua. Berdasarkan ciri di atas, hewan ini
termasuk dalam kelompok hewan ….
a. Troglobit d. Troglosit
Ed

b. Troglofil e. Nokturnal
c. Trogloxen

4. Hewan berikut ini adalah anggota dari Kelas Chilopoda yang sering ditemukan dalam gua ….
a. Ischnura cervula d. Macrobrachium poeti
b. Leptoneta infuscate e. Scolopendra sp.
c. Charon grayi
(c)


50

ah
5. Perhatikan ciri-ciri hewan di bawah ini !

sy
Berdasarkan ciri morfologisnya, hewan tersebut merupakan Arthropoda dari kelas ….
a. Insekta d. Diplopoda

an
b. Arachnida e. Chilopoda
c. Crustacea

6. Perhatikan ciri-ciri hewan di bawah ini !

rw
nI
Berdasarkan ciri morfologisnya, hewan tersebut merupakan Arthropoda dari kelas ….
a. Insekta d. Diplopoda
b. Arachnida e. Chilopoda
c. Crustacea
wi

7. Perhatikan gambar Arthropoda khas gua di bawah ini !


Ed

Salah satu ciri morfologi yang merupakan bentuk adaptasi terhadap kegelapan gua nampak
pada ….
a. Jumlah kaki d. Warna tubuh
b. Jumlah mata e. Panjang antena
(c)

c. Postur tubuh


51

ah
8. Arthropoda gua di bawah ini merupakan anggota dari Kelas Insekta, kecuali ….
a. Thelida atricornis d. Geris sp.
b. Neobisium boui e. Leuchophaea sp.
c. Tomocerus elongates

sy
9. Perhatikan gambar Arthropoda gua di bawah ini !

an
1)
3)

2)
rw
4)
Dari ciri morfologis beberapa jenis Arthropoda gua di atas, yang merupakan anggota Kelas
Diplopoda adalah ….
nI
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 3 dan 4
c. 2 dan 3

10. Pada spesies udang yang berhabitat dalam kegelapan gua, memiliki ciri khas yang
wi

membedakanya dengan udang yang ada di luar gua, antara lain ….


a. Tidak mempunyai kaki renang
b. Mata membesar
c. Berenang lebih cepat
d. Warna tubuh pucat / depigmenisasi
Ed

e. Bernafas dengan paru-paru


(c)


52

ah
sy
Cocokkanlah hasil jawaban kalian dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
Hitunglah jumlah jawaban benar dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan kalian terhadap materi pada kegiatan belajar ini.
Rumus:

an
Contoh apabila jawaban kalian benar 8 dari 10 soal, diperoleh

Kriteria Pencapaian:
91 % - 100 %
rw = Baik Sekali
81 % - 90 % = Baik
70 % - 80 % = Cukup
≤ 69 % = Kurang

Jika tingkat penguasaan kalian mencapai ≥ 80 %, berarti kalian telah


nI
menguasai materi pada kegiatan belajar ini dan kalian dapat melanjutkan pada
kegiatan belajar selanjutnya. Good job !!! Namun jika tingkat penguasaan < 80%,
maka kalian harus mendalami kembali bagian-bagian yang belum kalian kuasai
pada kegiatan belajar ini.
*** Good luck ***
wi
Ed
(c)


(c)
Ed
wi


nI
rw
an
sy
53

ah
(c)
Ed
wi


nI
rw
an
sy
54

ah
55

ah
K ita telah mengenal tentang gua kars dan beberapa jenis Arthropoda yang berhabitat di
dalamnya. Pada kegiatan yang ketiga ini kita akan lanjutkan dengan pembahasan mengenai
peran Arthropoda gua kars khususnya bagi kehidupan manusia, dengan demikian kita akan belajar
untuk lebih menghargai keberadaanya sekaligus ikut berupaya dalam menjaga kelestarianya.

sy
1. Peranan Arthropoda

Arthropoda adalah kelompok hewan yang sebagian


besar memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, akan tetapi
pernahkah kita menyadari bahwa sesungguhnya dengan

an
ukuranya yang kecil ini, Arthropoda memegang fungsi penting
bagi perjalanan dunia ini? Sebagai salah satu komponen
penyusun ekosistem, tentunya Arthropoda memegang salah
satu mata rantai yang ikut andil dalam menentukan
Gambar 3.1 Arthropoda, salah
keseimbangan ekosistem yang komplek. satu komponen penyusun
ekosistem gua kars endemik
rw
Demikian pula Arthropoda gua, sebagai hewan yang
mendominasi kehidupan di dalam lorong gua tentunya akan
sangat menentukan perjalanan berbagai macam kehidupan
Indonesia.

dalam ekosistem gua itu sendiri. Peranan ini secara tidak


langsung kemudian juga akan dirasakan kebermanfaatanya bagi
nI
kehidupan manusia.

a. Peran Arthropoda gua bagi keberlangsungan ekosistem gua


Ekosistem terjadi akibat adanya interaksi yang komplek
antara komponen biotik dan abiotik. Interaksi biotik terjadi
antara mahkluk hidup yang satu dengan yang lain baik
wi

sesama jenis ataupun jenis yang berbeda. Sedangkan


interaksi biotik dan abiotik terjadi antara mahkluk hidup Sekecil apapun
komponen suatu
dengan lingkungan fisik dan kimiawi di sekitarnya. ekosistem mempu-
Arthropoda gua memegang peran yang sangat vital pada nyai peran yang
sangat penting bagi
jaring-jaring makanan yang terjadi dalam suatu ekosistem berlangsungnya si-
Ed

klus energi di
gua. sebagaimana kita ketahui, bahwa dari jaring-jaring
dalamnya.
makanan inilah nantinya akan dapat berjalan suatu siklus
energi. Bisa kita bayangkan jika pada suatu ekosistem gua
Arthropodanya punah, maka dapat dipastikan semua
kehidupan di dalam gua lambat laun akan ikut punah dan
hanya menyisakan batuan-batuan gua saja seperti yang
banyak kita saksikan pada gua-gua yang telah beralih fungsi
(c)

menjadi objek wisata.


56

ah
b. Peran Arthropoda gua bagi manusia
Tak kenal maka tak sayang, pepatah ini sering kali kita
dengar pada setiap kesempatan dalam kehidupan kita.
Begitu pula dengan cara pandang kita terhadap keberadaan
Arthropoda gua kars ini. Keberadaanya sering kali kita

sy
pandang sebelah mata karena mungkin tidak menghasilkan
Sebuah penelitian yang
secara sesaat, padahal jika kita mau memahami lebih dalam dilakukan oleh Institute of
Research and Deve-
lagi, kita akan banyak menemukan manfaatnya. Diantara lopment (IDR) Perancis di
manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut: sungai bawah tanah
suatu gua di pedalaman
1) Sebagai objek penelitian dan pendidikan hutan Lenguru, Papua

an
berhasil mengidentifikasi
Indonesia sebagai megabiodiversity country merupakan seekor ikan buta albino
lahan subur bagi dunia penelitian. Demikian pula endemik Indonesia.

kehidupan-kehidupan misterius yang terdapat pada


lorong-lorong gelap gua. Gua dan kawasan kars secara
umum merupakan laboratorium alam yang mendukung
rw
berbagai macam disiplin ilmu. Inilah fakta tentang
kekayaan alam Indonesia yang tak dapat dipungkiri
telah menarik ribuan peneliti di seluruh dunia.
2) Sebagai potensi wisata minat khusus
Keberadaan Arthropoda gua yang terdapat di kawasan
kars dapat dijadikan objek wisata minat khusus yang
nI
tentu akan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan
bagi masyarakat di sekitar kawasan kars. Tentunya jika
pengelolaanya tetap memperhatikan nilai-nilai
konservasi.
Gambar 3.2 Gua kars sebagai
3) Sumber nutrisi Laboratorium alam.
wi

Beberapa jenis Arthropoda dapat dimanfaatkan sebagai


bahan pangan yang bernilai gizi tinggi.
4) Pertanian dan perkebunan
Kehidupan di dalam gua sebenarnya sangat bermanfaat
bagi pertanian dan perkebunan di sekitarnya. Materi-
Ed

materi organik yang dihasilkan organisme gua


merupakan pupuk yang sangat subur bagi lahan
pertanian. Selain itu beberapa spesies Arthropoda juga
turut berperan dalam membantu penyerbukan tanaman.
5) Peran merugikan
Beberapa jenis Arthropoda merupakan hewan yang Gambar 3.3 Areal pertanian
kawasan kars Kab. Gunung
berbahaya karena mengandung racun ataupun dapat
Kidul, DIY.
(c)

menyebabkan penyakit pada manusia.


57

ah
Sebenarnya masih banyak potensi lain dari kawasan kars yang dapat dikembangkan lebih
lanjut. Keberadaan kawasan kars terkadang menimbulkan polemik kepentingan dalam
pemanfaatannya, sehingga diperlukan aturan yang jelas, strategi yang komprehensif dan selalu
memperhatikan nilai-nilai ilmiah kawasan kars dalam setiap pemanfaatannya. Semua itu dilakukan
untuk mengurangi kerusakan yang dialami kawasan yang merupakan salah satu warisan dunia ini.

sy
2. Upaya Konservasi Arthropoda Gua

Keadaan lingkungan gua yang gelap, lembab, dan

an
dengan suhu yang konstan menjadikan ekosistem gua sebagai
ekosistem yang unik sekaligus sangat rawan akan kerusakan
(kepunahan). Mahkluk hidup yang berhabitat dalam gua telah
beradaptasi total untuk dapat bertahan hidup pada lingkungan
yang ekstrem dan mempunyai daya dukung lingkungan yang
rendah ini. Hal inilah yang kemudian menjadikanya sangat
rw
lemah terhadap tekanan dari luar. Pembangunan gua sebagai
obyek wisata dengan dilengkapi jalur-jalur penyusuran dan
penerangan lampu memang sangat membantu wisatawan
Gambar 3.4 Dibalik ke-
indahannya, ekosistem gua
merupakan ekosistem yang
sangat rentan .
dalam menikmati pemandangan gua, namun secara tidak
langsung hal ini justru menggangu dan mengusik organisme
nI
yang berhabitat di dalamnya.

Gua kars yang menyediakan phosfat dari guano


(kotoran kelelawar) yang melimpah sebagai pupuk pertanian
juga sering mengundang polemik yang berkepanjangan.
Potensi besar ini kadang dipandang sebelah mata dalam
wi

pemanfaatannya yang kemudian menjadikan kawasan gua


sebagai penghasil bahan tambang golongan C saja tanpa
memperhatikan kerusakan ekosistem yang diakibatkannya.
Gambar 3.5 kegiatan pe-
nambangan phosfat di Gua
Kars merupakan warisan dunia dan kita bangsa Lawa, Ponjong, Gunung Kidul.
Ed

Indonesia beruntung memilikinya. Kondisinya yang gersang dan


tandus dipercaya telah banyak mengevolusi hewan-hewan yang
ada di dalamnya. Oleh karena itu pula kawasan kars terbentuk
sebagai ekosistem endemik yang dihuni organisme-organisme
khas yang unik. Beberapa jenis organisme endemik ini bahkan
hanya tersisa beberapa saja di seluruh dunia. Sebagai generasi
penerus bangsa sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk turut
(c)

serta menjaga kelestarianya. Adapun upaya-upaya konservasi


yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut:


58

ah
a. Memperbanyak penelitian-penelitian keguaan

Penelitian-penelitian mengenai ekosistem gua dan


organisme yang menghuninya harus lebih ditingkatkan,
mengingat kawasan kars semakin tergerus oleh kegiatan
pertambangan. Hasil penelitian diharapkan tidak hanya

sy
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan semata, akan
tetapi juga dilakukan untuk kemaslahatan bagi masyarakat
dalam memecahkan permasalahan yang ada. Gambar 3.6 Phosfat, hasil
tambang yang berasal dari
kotoran biota gua.
b. Memanfaatkan kawasan kars dengan cara-cara yang ramah

an
lingkungan

Sangat disayangkan jika kawasan kars sebagai warisan


dunia hanya dimanfaatkan sebagai bahan tambang
golongan C saja. Atas dasar kekayaan hayati dan nirhayati
yang dimiliki kawasan kars, maka kegiatan pengelolaan dan
pemanfaatannya
mempertimbangkan
harus
rw
dilakukan secara
nilai-nilai ilmiah,
kemanusiaan yang dimiliki oleh kawasan tersebut.
holistik
ekonomi,
dan
dan

Gambar 3.7 Sampah plastik


c. Menumbuhkan budaya masyarakat yang konservatif dan yang terbawa masuk ke gua
menjunjung tinggi kearifan lokal berpotensi merusak ekosistem
nI
gua.
Pendekatan terhadap masyarakat sangat penting
dilakukan dalam upaya konservasi. Masyarakat di sekitar
kawasan kars memegang peranan penting dalam
kelangsungan kegiatan konservasi. Banyak masyarakat
Indonesia yang masih memiliki penghasilan di bawah rata-
wi

rata, hal ini jika diikuti dengan pengetahuan masyarakat


yang kurang akan potensi kawasan kars, maka akan dapat
mengakibatkan kerusakan yang semakin luas bagi
ekosistem kars itu sendiri.
Ed

d. Menanamkan nilai-nilai konservasi mulai pada pendidikan


usia dini

Pendidikan adalah dasar dari kebudayaan dan


peradaban manusia. Dengan pendidikan manusia mampu
menata kehidupanya dengan sebaik dan sebijak-bijaknya. Gambar 3.8 Musium Kars
Pendidikan juga membuat manusia lebihmenghargai dan Indonesia, dapat dimanfaatkan
sebagai sarana menumbuhkan
mencintai mahkluk lain. Dengan pendidikan sejak dini,
pendidikan konservasi sejak
(c)

diharapkan akan tumbuh generasi-generasi penerus yang dini.


sadar lingkungan.


59

ah
e. Mengadakan program / kegiatan konservasi massal

Kegiatan konservasi yang dikampanyekan secara


besar-besaran diharapkan akan dapat berdampak merubah
cara pandang masyarakat untuk lebih konservatif terhadap
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

sy
an
Peran Arthropoda Bagi Kehidupan


Tujuan: rw
Mencari informasi tentang peran positif dan peran negatif Arthropoda.

Alat dan Bahan:


1) Kertas
2) Penggaris
3) Pena
nI
 Cara Kerja:
1) Bentuklah kelompok kerja dengan jumlah anggota sesuai dengan
kebutuhan.
2) Amatilah keberadaan hewan Arthropoda di sekitar lingkungan tempat
tinggal kalian (minimal 10 jenis, lebih banyak lebih baik, usahakan mewakili
masing-masing kelas Arthropoda).
wi

3) Catatlah semua aktivitasnya yang berpotensi merugikan manusia (seperti


menimbulkan penyakit, hama tanaman pertanian, dll).
4) Catat pula aktivitas Arthropoda yang dapat bermanfaat positif bagi
kehidupan manusia.
5) Sumber informasi dapat diperoleh secara langsung (dengan observasi)
ataupun dengan melakukan wawancara singkat dengan masyarakat.
Ed

6) Analisis dan diskusikan hasil kerja kalian, tentukan nilai rata-ratanya, dan
bandingkan antara peran positif dan negatif yang ditimbulkan.
7) Tarik sebuah kesimpulan, bagaimana gambaran peranan Arthropoda bagi
kehidupan manusia, dan tuliskan tindak lanjut yang perlu dilakukan di
waktu yang akan datang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai konservasi.
(c)


60

ah
sy
Asal Mula Terbentuknya Gua

Gua merupakan suatu fenomena


endokars yang terbentuk melalui proses
mekanis-kimiawi yang berlangsung terus
menerus dalam waktu yang lama.

an
Rekahan-rekahan pada batuan karbonat
yang terkikis oleh air lama-kelamaan
membentuk lorong-lorong yang semakin
besar dan berornamen dan biasa kita kenal
dengan gua.

rw Sumber: R.K.T. Ko (1997)


nI

1. Sebagai salah satu komponen penyusun ekosistem gua yang dominan, Arthropoda
wi

memegang peranan penting bagi keberlangsungan ekosistem itu sendiri.


2. Salah satu peran penting Arthropoda gua kars bagi kehidupan manusia adalah
sebagai objek penelitian yang dapat dikembangkan untuk kemajuan ilmu
pengetahuan serta bagi kemaslahatan masyarakat.
3. Arthropoda gua merupakan salah satu plasma nutfah kawasan kars yang perlu
Ed

dijaga kelestarianya, adapun cara-cara konservasinya antara lain:


a) Memperbanyak penelitian-penelitian keguaan
b) Memanfaatkan kawasan kars dengan cara-cara yang ramah lingkungan
c) Menumbuhkan budaya masyarakat yang konservatif dan menjunjung tinggi
kearifan lokal
d) Menanamkan nilai-nilai konservasi mulai pada pendidikan usia dini
e) Mengadakan program / kegiatan konservasi massal
(c)

f) dll


61

ah
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif jawaban

sy
yang kamu anggap paling benar !

1. Berikut ini adalah contoh peran positif Arthropoda bagi kehidupan manusia, kecuali ….
a. Plasma nutfah alam Indonesia d. Membantu penyerbukan pada

an
b. Objek penelitian dan pendidikan tanaman pertanian
c. Sumber nutrisi e. Komponen ekosistem yang vital
2. Salah satu cara untuk menggalakkan program konservasi adalah dengan menanamkan nilai-
nilai konservatif sejak pada pendidikan usia dini, salah satu keuntunganya adalah, kecuali ….
a. Usia anak-anak lebih mudah menyerap pengetahuan
b. Anak-anak cenderung lebih penurut
c.
rw
Anak-anak merupakan calon generasi penerus
d. Memupuk mental dan karakter masyarakat sejak dini
e. Pendidikan pada usia tua membutuhkan waktu yang lebih banyak
3. Ketika kita melakukan penyusuran gua alami yang masih memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi, hal-hal yang sebaiknya kita lakukan adalah ….
nI
a. Mengajak orang lain untuk berbondong-bondong ke gua
b. Menangkap hewan khas gua untuk koleksi pribadi
c. Mendokumentasikan hewan-hewan gua dengan foto untuk dipelajari di rumah
d. Membuat tulisan-tulisan pada dinding gua sebagai kenang-kenangan
e. Meninggalkan sampah pembungkus makanan/minuman begitu saja di dalam gua
4. Diantara cara-cara konservasi kawasan kars berikut yang dilakukan dengan pendekatan
wi

IPTEK adalah ….
a. Memperbanyak penelitian
b. Pemanafaatan kawasan kars dengan ramah lingkungan
c. Menumbuhkan budaya sadar lingkungan pada masyarakat
Ed

d. Mendidik anak sebagai calon generasi penerus


e. Menggalakkan program-program konservasi massal
5. Konservasi ekosistem gua kars merupakan tanggung jawab ….
a. Pemerintah pusat d. Seluruh lapisan masyarakat
b. Pemerintah daerah e. TNI / POLRI
c. Kepala desa
(c)


62

ah
sy
Cocokkanlah hasil jawaban kalian dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
Hitunglah jumlah jawaban benar dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan kalian terhadap materi pada kegiatan belajar ini.

an
Rumus:

Contoh apabila jawaban kalian benar 4 dari 5 soal, diperoleh


rw
Kriteria Pencapaian:

91 % - 100 % = Baik Sekali


nI
81 % - 90 % = Baik
70 % - 80 % = Cukup
≤ 69 % = Kurang

Jika tingkat penguasaan kalian mencapai ≥ 80 %, berarti kalian telah


menguasai materi pada kegiatan belajar ini dan kalian dapat melanjutkan pada uji
wi

kompetensi akhir. Namun jika tingkat penguasaan < 80%, maka kalian harus
mendalami kembali bagian-bagian yang belum kalian kuasai pada kegiatan belajar
ini.

*** Good luck ***


Ed
(c)


63

ah
sy
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang (X) pada alternatif
jawaban yang kamu anggap paling benar !

1. Berikut ini merupakan beberapa pernyataan:


1) Pada umumnya tubuh dapat dibedakan antara bagian kepala, dada, dan perut.

an
2) Semuanya memiliki mata tunggal.
3) Sistem peredaran darah terbuka.
4) Berkelamin ganda.
5) Saluran pencernaan terdiri atas mulut, usus, dan anus.
Dari pernyataan-pernyataan di atas yang merupakan ciri-ciri umum Arthropoda adalah,
kecuali …. rw
a. 1 dan 2 d. 2 dan 4
b. 1 dan 3 e. 2 dan 5
c. 2 dan 3

2. Seekor hewan Arthropoda memiliki 3 pasang kaki yang terletak pada bagian dada,
nI
Arthropoda tersebut termasuk dalam kelas ….
a. Crustacea d. Insekta
b. Chilopoda e. Arachnida
c. Diplopoda
wi

3. Kaki seribu merupakan contoh hewan Arthropoda yang termasuk dalam kelas ….
a. Crustacea d. Insekta
b. Chilopoda e. Arachnida
c. Diplopoda
Ed

4. Kelas Arachnida merupakan Arthropoda yang mempunyai ciri morfologis sebagai berikut,
kecuali …..
a. Tubuh terbagi atas sefalotoraks – abdomen
b. Memiliki 4 pasang kaki
c. Memiliki 1 pasang antena
d. Pada beberapa spesies memiliki alat sengat pada ujung abdomen
e. Alat pernafasan berupa trakhea dan paru-paru buku
(c)
64

ah
5. Arachnida di bawah ini merupakan contoh dari Ordo Scorpionida ….
a. Buthus sp. dan Centrutus sp.
b. Rhechostica hentz dan Nephila maculata
c. Dermacentor sp. dan Tarsomenus sp.
d. Buthus sp. dan Nephila maculate

sy
e. Rhechostica hentz dan Tarsomenus sp.

6. Perhatikan Crustacea di bawah ini !

an
Hewan tersebut termasuk dalam ordo ….
a. Copepoda rw d. Stomatopoda
b. Cirripedia e. Decapoda
c. Isopoda

7. Perhatikan serangga di bawah ini !


nI
wi

Hewan tersebut termasuk dalam ordo ….


a. Neuroptera d. Coeloptera
b. Lepidoptera e. Hymenoptera
c. Diptera
Ed

8. Bagian gua yang masih sangat terpengaruh oleh kondisi lingkungan luar adalah pada ….
a. Zona terang d. Zona aquatik
b. Zona remang e. Zona terrestrial
c. Zona gelap

9. Berikut ini merupakan ciri-ciri yang sering kita jumpai pada Arthropoda khas gua, kecuali ….
a. Umumnya mata tereduksi menjadi lebih kecil / tidak bermata
(c)

b. Mengalami depigmenisasi
c. Antena berkembang menjadi sangat panjang
65

ah
d. Terdapat modifikasi bagian-bagia tubuh sebagai alat peraba
e. Sayap berkembang menjadi lebih panjang dan lebar

10. Berikut ini ciri morfologis jangkrik yang hidup di dalam gua yang membedakanya dengan
jangkrik yang hidup di luar gua, kecuali ….

sy
a. Antena lebih panjang d. Kaki lebih panjang
b. Warna tubuh lebih gelap e. Ukuran tubuh lebih besar
c. Tidak bersayap

11. Perhatikan gambar Arthropoda di bawah ini !

an
1) 4)

2)
rw 5)

3)
Yang termasuk golongan hewan trgloxen adalah ….
nI
a. 1 d. 4
b. 2 e. 5
c. 3

12. Sebagai Arthropoda khas gua, Amblypygi memiliki ciri morfologi khusus yang merupakan
wi

bentuk adaptasi terhadap keadaan gelap gua berupa ….


a. Sepasang kaki depan d. Warna tubuh pucat /
termodifikasi menjadi antena depigmenisasi
b. Mata membesar e. Bernafas dengan paru-paru
c. Berjalan lebih cepat
Ed

13. Seekor hewan gua ditemukan pada zona gelap gua dalam jumlah yang sangat banyak, hewan
sejenis juga ditemukan pada zona remang dan zona terang dalam jumlah yang lebih sedikit.
Berdasarkan tempat ditemukanya tersebut hewan ini termasuk dalam kelompok hewan ….
a. Troglobit d. Troglosit
b. Troglofil e. Nokturnal
c. Trogloxen
(c)
66

ah
14. Berikut ini adalah contoh peran positif Arthropoda dalam bidang pertanian ….
a. Plasma nutfah alam Indonesia d. Membantu penyerbukan tanaman
b. Objek penelitian dan pendidikan e. Komponen ekosistem yang vital
c. Sumber nutrisi

sy
15. Berikut ini adalah alasan mengapa perlu dilakukan konservasi terhadap Arthopoda gua,
kecuali ….
a. Arthropoda gua merupakan hewan endemik yang khas
b. Arthropoda gua sangat rentan punah
c. Arthropoda gua tersedia dalam jumlah yang sedikit

an
d. Arthropoda gua merupakan hewan kecil
e. Arthropoda gua memiliki peran penting bagi keseimbangan ekosistem gua

rw
B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !

1. Sebutkan 5 ciri umum Filum Arthropoda !


2. Sebutkan 3 ciri morfologis yang membedakan antara Kelas Insekta dan Kelas Arachnida !
3. Perhatikan definisi hewan gua dibawah ini:
a) Hidup secara permanen dalam gua. Sudah menyesuaikan diri secara mutlak dengan
nI
lingkungan gua yang gelap abadi tanpa fluktuasi suhu dalam gua. Spesies hewan ini
bahkan tidak dapat hidup di luar habitat gua.
b) Ditemukan di lingkungan gelap abadi gua, ada yang menjalani seluruh siklus hidupnya di
dalam gua, tetapi dapat pula hidup di lingkungan epigen (di luar gua).
c) Hewan yang ditemukan dalam gua, tetapi siklus hidupnya tidak seluruhnya dijalani dalam
wi

gua.
Dari definisi di atas, termasuk golongan hewan gua apakah (a), (b), dan (c) ? berikan
masing-masing 1 contoh hewan yang termasuk kedalamnya !
4. Sebutkan 3 ciri morfologis khas Arthropoda gua yang membedakanya dengan Arthropoda di
luar gua !
Ed

5. Sebagai seorang akademisi hendaknya kita selalu bersikap konservatif pada alam sekitar.
Sebutkan 3 cara yang dapat dilakukan sebagai tindakan konservatif pada kawasan kars dan
gua !
(c)
67

ah
sy
Cocokkanlah hasil jawaban kalian dengan kunci jawaban yang telah tersedia.
Hitunglah jumlah jawaban benar dan gunakan rumus berikut untuk mengetahui
tingkat penguasaan kalian terhadap materi pada kegiatan belajar ini.

an
Rumus:

Contoh apabila jawaban kalian benar 4 dari 5 soal, diperoleh


rw
Kriteria Pencapaian:

91 % - 100 % = Baik Sekali


nI
81 % - 90 % = Baik
70 % - 80 % = Cukup
≤ 69 % = Kurang

Jika tingkat penguasaan kalian mencapai ≥ 80 %, berarti kalian telah


wi

menguasai materi pada modul ini. Namun jika tingkat penguasaan < 80%, maka
kalian harus mendalami kembali bagian-bagian yang belum kalian kuasai pada
modul ini.

*** Good luck ***


Ed
(c)
68

ah
UJI KOMPETENSI 1

sy
1. a 6. b
2. c 7. e
3. a 8. c
4. e 9. c

an
5. d 10. b

UJI KOMPETENSI 2

1. c 6. c
2. a 7. e
3. c 8. b
4. e
5. b

UJI KOMPETENSI 3
rw 9. b
10. d

1. e 4. a
nI
2. b 5. d
3. c
UJI KOMPETENSI AKHIR

A) PILIHAN GANDA
1. d 6. e 11. c
wi

2. d 7. b 12. a
3. c 8. a 13. b
4. c 9. e 14. d
5. a 10. b 15. d
Ed

B) ESAY
1. Ciri umum Arthropoda:
a. Tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling terhubung di bagaian
luar.
b. Setiap segmen tubuhnya biasanya memiliki sepasang kaki.
c. Tubuh memiliki kerangka luar (eksoskeleton), dan dapat dibedakan antara bagian-bagian
kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Rangka luar terbuat dari bahan kitin,
(c)

dan dapat mengalami pergantian kulit (moulting) pada masa pertumbuhan.


d. Memiliki mata majemuk (faset) kecuali pada kelas Arachnida (Laba-laba).
69

ah
e. Tubuhnya tersusun atas tiga lapisan germinal (triploblastik), dan rongga tubuhnya terisi
oleh darah (hemocoel). Oleh karena itu Arthropoda disebut sebagai hewan Triploblastik
selomata.

f. Sistem peredaran darah berupa peredaran darah terbuka, beredar melalui jantung →

sy
organ dan jaringan → hemocoel → kembali ke jantung.
g. Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea, atau dengan insang. Pada spesies
terrestrial bernafas menggunakan trakea, pada Arachnida menggunakan paru-paru buku
atau keduanya (paru-paru buku dan trakea).
h. Saluran pencernaan lengkap, terdiri atas mulut, usus, dan anus.

an
i. Ekskresi menggunakan tubulus Malpighi atau kelenjar koksal.
j. Sistem saraf tangga tali.
k. Berkelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal (di dalam individu betina), dan
bersifat ovipar. Perkembangan individu baru terjadi secara langsung dan melewati
stadium larva.
l. rw
Biasanya hidup bebas di tanah atau air, atau sebagai parasit pada hewan atau
tumbuhan.

2. Ciri morfologis yang membedakan Kelas Insekta dan Kelas Arachnida:


a. Insekta tubuh terbagi atas kepala (caput), dada (toraks), dan perut (abdomen). Arachnida
tubuh terbagi atas kepala-dada (sefalotoraks), dan perut (abdomen).
nI
b. Insekta memiliki 3 pasang kaki. Arachnida memiliki 4 pasang kaki.
c. Insekta memiliki 1 pasang antena. Arachnida tidak memiliki antena.
d. Insekta mata majemuk. Arachnida mata tunggal.
e. dll.
wi

3. Hewan troglobit, troglofil,dan trogloxen.


a. Hewan Troglobit
Hewan yang hidup secara permanen dalam gua. Sudah menyesuaikan diri secara
mutlak dengan lingkungan gua yang gelap abadi tanpa fluktuasi suhu dalam gua.
Spesies hewan ini bahkan tidak dapat hidup di luar habitat gua. Proses adaptasi hewan
Ed

troglobit berlangsung dalam waktu yang sangat lama dan disebabkan karena hewan
tersebut terjebak pada suatu tempat pada zona gelap total gua yang terisolir dan tidak
memiliki akses ke daerah lain. Oleh karena itu hewan yang dikatakan sebagai hewan
troglobit tidak mungkin ditemukan di beberapa tempat yang berbeda. Contoh: Ikan buta,
salamander buta, dll.
b. Hewan Troglofil
Hewan yang senang bermukim di lingkungan gelap abadi gua, ada yang menjalani
(c)

seluruh siklus hidupnya di dalam gua, tetapi dapat pula hidup di lingkungan epigen (di
luar gua) atau tidak terbatas pada daerah gelap saja. Contoh: Amblyphigy, Laba-laba
gua, Jangkrik gua, dll.
70

ah
c. Hewan Trogloxen
Hewan yang ditemukan dalam gua, tetapi siklus hidupnya tidak seluruhnya dijalani
dalam gua. Contoh: Kelelawar, Walet, Lipan, Kaki seribu, dll.

4. Ciri morfologi khas Arthropoda gua:

sy
a. Umumnya terdapat modifikasi antena yang panjang atau organ lain yang berfungsi
sebagai antena.
b. Mata cenderung menjadi lebih kecil / bahkan hilang.
c. Kaki-kai panjang dan kuat.
d. Mengalami depigmenisasi sehingga warna lebih pucat.

an
e. Sayap pada umumnya mereduksi.
f. dll.

5. Cara-cara yang dapat dilakukan sebagai tindakan konservatif pada kawasan kars dan gua:
a. Memperanyak penelitian keguaan.

c.
rw
b. Memanfaatkan kawasan kars dengan cara yang ramah lingkungan.
Menumbuhkan budaya masyarakat yang konservatif dan menjunjung tinggi kearifan
lokal.
d. Menanamkan nilai-nilai konservasi mulai pada pendidikan usia dini.
e. Mengadakan program / kegiatan konservasi massal.
f. dll.
nI
wi
Ed
(c)
71

ah
sy
Borror, D. J., Triplehorn, C. A., and Johnson, N. A. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Campbell, N.A, Reece, Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Herni budiati. 2009. Biologi SMA/MA Kelas X (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

an
Pendidikan Nasional

Ko, R.K.T. 2000. Keanekaragaman Hayati Kawasan Karst. Simposium Nasional Lingkungan Karst.
Jakarta. Tidak dipublikasikan

Lopez, Andre and Francis Marcou. 2010. Faune souterraine des grottes de la Garrigue
Languedocienne : rw
Minervois, Saint-Chinianais, Avant-Monts. Diakses
http://www.entoflorachne.com/garrigue/cavernicole.html, pada tanggal 26 Mei 2011 Pukul
22.27 WIB
dari

Weyglodt, Peterr. 2000. Whip Spiders (Chelicerata: Amblypygi) Their Biology, Morphology, and
Systematics. Denmark: Apollo books
nI
Yusuf Kastawi. 2003. Common Textbook Zoologi Avertebrata (Edisi Revisi). Malang: UM Press
wi
Ed
(c)
72

ah
sy
A
Abiotik : Berkaitan dengan kondisi lingkungan atau faktor klimatik

Anatomi : Ciri-ciri tubuh pada tingkatan sel dan jaringan, umumnya tidak dapat

an
teramati langsung

Anterior : Istilah yang digunakan untuk menyebut bagian depan tubuh

Aquatik : Wilayah perairan

B
Biotik
rw
: Berkaitan dengan organisme hidup di dalam suatu lingkungan

C
nI
Coelom : Rongga / lubang di dalam tubuh

D
wi

Dolin : Permukaan batuan kars yang cekung ke dalam dan terisi air

E
Ekskresi : Pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh
Ed

Eksoskeleton : Sistem kerangka luar / cangkang

Endemik : Khas pada suatu daerah / kawasan tertentu

Esophagus : Suatu organ pencernakan pada bagian kerongkongan

Evolusi : Semua perubahan yang telah mentransformasi kehidupan di muka Bumi


(c)

dari awal permulaanya sampai ke keragaman yang menandainya


73

ah
F
Fertilisasi : Penyatuan gamet haploid (1n) untuk menghasilkan suatu zigot diploid (2n)

sy
Hemocoel : Rongga tubuh / celah tubuh yang terisi darah

Hidrofobik : Suatu keadaan yang tidak suka air / suatu bagian yang anti air

an
I
Interaksi : suatu hubungan antara 2 organisme / lebih / dengan lingkungan

Isolir : Terpencil / terkurung / tertutup akses ke daerah lain

K
rw
Karapaks : Eksoskeleton / rangka luar pelindung tubuh pada Crustacea

Komplek : Suatu keadaan yang saling terkait antara berbagai hal yang rumit
nI
Kopulasi : Suatu proses perkawinan antara individu jantan dan betina

M
wi

Maksila : Rahang atas / depan

Mandibula : Rahang bawah / belakang

Mesodermal : Lapisan kulit bagian tengah


Ed

Morfologi : Ciri-ciri tubuh pada tingkatan organ, umumnya dapat teramati langsung

P
Pigmen : Zat pewarna yang memberi warna pada tubuh / organ

Pulvili : Duri-duri halus


(c)
74

ah
R
Respirasi : Proses bernafas, memasukkan O2 dan mengeluarkan CO2

sy
Sefalotoraks : Kepala dan dada yang tergabung menjadi satu / tidak dapat dibedakan
pembagianya

Segmen : Ruas / pembatas ruang

an
Seresah : Kumpulan sampah-sampah organik yang berukuran kecil

Stalakmit : Ornamen pada lantai gua yang terbentuk oleh tetesan air yang mengendap

Stalaktit : Ornamen pada atap gua yang terbentuk oleh tetesan air yang mengendap

Substrat
rw
: Dasar perairan

T
nI
Terrestrial : Wilayah daratan

Tungkai : Kaki / lengan

V
wi

Variasi : Keanekaragaman genetik yang tidak berkaitan dengan proses seleksi

Vital : Suatu hal yang sangat penting dan mendesak

Z
Ed

Zonasi : Pembagian daerah atau wilayah berdasarkan kriteria tertentu

Zooplankton : Plankton (mahkluk hidup kecil) dari golongan hewan


(c)
ah
sy
an
rw
nI
wi

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


Ed
(c)
ah
sy
an
Lampiran 2
Irw
Data Hasil Eksplorasi Keaneka-
ragaman Arthropoda Gua Kars
Kabupaten Gunung Kidul.
Pemetaan Zonasi Gua.
w in
Ed
(c)

145
 
ah
 

DATA HASIL EKSPLORASI


KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS KABUPATEN GUNUNG KIDUL

sy
Waktu Pengambilan sampel : April s/d Mei 2011

Parameter Lingkungan

an
No Arthropoda yang Lokasi Stasiun Suhu Kelemba- Intensitas Jumlah / Klasifikasi Ciri-ciri
Ditemukan (Zonasi) Udara ban Udara Cahaya Kelimpa- Penting
o
( C) (%) (LUX) han
1 Gua Terang 26 76 2,7 + Kingdom: Panjang tubuh 2-
Lawa Remang 29 80 0,1 ++++ Animalia 3 cm, dengan

rw
Gua Terang 21 92 1,2 ++ Filum: tubuh yang
Song Remang 25 96 0,1 +++ Arthropoda sedikit
Gilap Gelap 27 96 0 +++ Kelas: Insekta terbungkuk,
Gua Remang 27 92 0,1 ++ Ordo: Orthoptera warna umumnya

nI
Sodong Famili: gelap dengan
Ceuthophilus maculates Gelap 28 96 0 ++ Raphidophoridae kaki-kaki yang
Mudal
(Jangkrik gua) Gua Gelap 25 96 0 ++ Genus: panjang.
Semuluh wi Ceuthophilus Sepasang antena
Spesies: sangat panjang,
Ceuthophilus dapat mencapai
Gua Terang 28 76 1,2 +
maculates 10X panjang
Seropan
tubuh. Merayap
Ed
Remang 26 80 0,1 +
pada lantai dan
dinding gua.
(c)

 
ah
 

2 Kingdom: Tubuh kecil


Animalia dengan panjang

sy
Filum: tubuh sekitar 1-2
Arthropoda cm dengan
Gua Terang 26 76 2,7 + Kelas: Insekta bentuk
Lawa Ordo: Orthoptera meruncing ke

an
Famili: Tetrigidae belakang. Warna
Genus: Tettigidea coklat
Tettigidea lateralis Spesies: menyerupai batu
(Belalang batu) Tettigidea / tanah. Hinggap

rw
lateralis pada dinding-
dinding gua.

nI
3 Kingdom: Seperti lebah
Animalia madu pada
Filum: umumnya, hanya
Gua Terang 26 76 2,7 + Arthropoda saja warna lebih
Lawa wi Kelas: Insekta cerah dan tubuh
Ordo: ditutupi oleh
Hymenoptera rambut-rambut
Apis sp. Famili: Apidae halus. Hinggap
Ed
(Lebah madu) Genus: Apis pada lantai gua
Spesies: Apis sp. kemungkinan
untuk
mengambil tanah
sebagai bahan
pembuat sarang.
(c)

 
ah
 

4 Kingdom: Seperti kecoa


Animalia rumah pada

sy
Filum: umumnya,
Gua Gelap 25 96 0 ++++ Arthropoda namun warna
Seropan Kelas: Insekta lebih mencolok
Subkelas: dan antena lebih

an
Pterygota halus dan
Ordo: Blattaria panjang.
Blatta sp.
Famili: Blattidae
(Kecoa)
Genus:

rw
Leucophaea
Spesies:
Leucophaea sp.

nI
5 Kingdom: Mirip kecoa,
Animalia ukuran tubuh
Filum: kecil sekitar 1
Gua Terang 26 76 2,7 + Arthropoda cm saja. Warna
Lawa wi Kelas: Insekta gelap dan hidup
Subkelas: membenamkan
Pterygota diri pada tanah
Blatella sp. Ordo: Blattaria berdebu halus.
Ed
(Cere) Famili: Hewan yang
Polyphagidae mempunyai
Genus: sayap adalah
Eremoblatta jantan.
Spesies:
Eremmoblatta sp.
(c)

 
ah
 

6 Kingdom: Ukuran tubuh


Animalia kecil sekitar 1

sy
Filum: cm dengan kaki
Arthropoda ke 2 dan ke 3
Gua Kelas: Insekta yang panjang.
Sodong Terang 26 92 1,2 ++ Ordo: Hemiptera Mengapung pada

an
Mudal Famili: Gerridae permukaan air
Genus: Gerris yang mengalir.
Spesies:
Gerris sp.

rw
Gerris sp.
(Anggang-anggang)

nI
7 Gua Kingdom: Capung dengan
Sodong Terang 26 92 1,2 ++ Animalia ukuran tubuh
Mudal Filum: yang kecil,
Arthropoda warnanya sangat
wi Kelas: Insekta menarik. Ketika
Ordo: Odonata hinggap sayap
Ischnura cervula Famili: dalam keadaan
(Capung jarum) Coenagrionidae tertutup dan
Gua Terang 28 80 1,2 +
Ed
Genus: Ischnura umumnya
Semuluh Spesies: mencari makan
Ischnura cervula di aliran-aliran
air yang jernih.
(c)

 
ah
 

8 Kingdom: Hidup di air,


Animalia warna kehijauan.

sy
Gua Remang 26 96 0,9 ++ Filum: Mata telah
Semuluh Arthropoda menunjukkan
Kelas: Insekta mata faset
Ordo: Odonata layaknya

an
Aeshna sp. Famili: serangga.
(Nimva capung) Aeshnidae
Genus: Aeschna
Spesies:

rw
Aeshna sp.
(Stadium nimfa)

nI
9 Kingdom: Ukuran tubuh
Animalia sangat kecil
Filum: sekitar 2 mm.
Gua Remang
wi 29 80 0,1 ++++ Arthropoda menyerupai
Lawa Kelas: Insekta Drosophila sp.
Ordo: Diptera dengan mata
Famili: merah namun
Thelida atricornis
Ed
Heleomyzidae bentuk tubuhnya
Genus: Thelida lebih lancip.
Spesies:
Thelida atricornis
(c)

 
ah
 

10 Kingdom: Bentuk tubuh


Animalia oval dengan

sy
Gua Filum: ukuran sangat
Song Gelap 27 96 0 +++ Arthropoda kecil dan tidak
Gilap Kelas: Insekta berpigmen
Ordo: Collembola (pucat). Hidup

an
Tomocerus elongatus Famili: berkoloni pada
Entomobryidae guano.
Genus:
Tomocerus

rw
Spesies:
Tomocerus
elongates

nI
11 Kingdom: Capit cukup
Animalia besar bila
Filum: dibandingkan
Gua Remang 29 80 0,1 ++ Arthropoda ukuran tubuhnya
Lawa wi Kelas: Insekta yang hanya
Ordo: sekitar 4 mm.
Pseudoscorpiones Warna coklat
Neobisium boui Famili: mengkilap dan
Ed
Neobisiidae tidak memiliki
Genus: cambuk / ekor
Neobisium layaknya
Spesies: kalajengking.
Neobisium boui
(c)

 
ah
 

12 Gua Terang 26 76 2,7 ++ Kingdom: Tubuh kecil (2


Lawa Remang 29 80 0,1 +++ Animalia mm) bulat

sy
Gua Terang 21 92 1,2 ++ Filum: menyerupai ordo
Song Remang 25 96 0,1 ++ Arthropoda opiliones namun
Gilap Gelap 27 96 0 + Kelas: Arachnida masih dapat
Gua Terang 26 92 1,2 ++ Ordo: Araneae dibedakan perut

an
Sodong Remang 27 92 0,1 + Famili: dan
Leptoneta infuscata Mudal Gelap 28 96 0 + Leptonetidae sefalotoraksnya.
Genus: Leptoneta Tungkai kaki
Gua Terang 28 80 1,2 +
Spesies: tipis dan sangat
Semuluh Remang 26 96 0,9 +

rw
Leptoneta panjang.
Gelap 25 96 0 + infuscate Membangun
jaring tak
Gua Remang 26 80 0,1 +
Seropan beraturan pada
Gelap 25 96 0 + dinding gua.

nI
13 Terang 26 76 2,7 ++ Kingdom: Panjang tubuh
Gua Animalia sekitar 2 cm
Lawa Filum: dengan warna
Remang 29 80 0,1 +++ coklat bertotol
wi Arthropoda
hitam. Terdapat
Kelas: Arachnida taring yang besar
Ordo: Araneae pada bagian
Gua Terang 21 92 1,2 + Famili: Metidae kepala. Hampir
Ed
Meta menardi Song Genus: Meta seluruh tubuh
Gilap Spesies: ditutupi dengan
Remang 25 96 0,1 + Meta menardi rambut-rambut
halus. Tidak
Gelap 27 96 0 + membuat sarang,
namun aktif
berburu.
(c)

 
ah
 

14 Kingdom: Hampir mirip


Animalia dengan

sy
Filum: Leptoneta
Gua Terang + Arthropoda infuscate namun
28 80 1,2
Semuluh Kelas: Arachnida bentuk
Ordo: Araneae abdomenya

an
Famili: Pholcidae memanjang
Pholcus phalangioides Genus: Pholcus seperti kapsul.
Spesies:
Pholcus

rw
phalangioides

nI
15 Gua Remang 29 80 0,1 +++ Kingdom: Panjang tubuh
Lawa Animalia sekitar 2,5 cm
Gua Remang 25 96 0,1 ++ Filum: dengan warna
song Arthropoda gelap. Abdomen
Gilap Gelap
wi 27 96 0 ++ Kelas: Arachnida beruas nyata dan
Ordo: Amblypygi sedikit lebih
Gua Remang 27 92 0,1 + Famili: kecil dari bagian
Charon grayi Sodong Charontidae sefalotoraks.
Mudal
Ed
(Kalacemeti) Gelap 28 96 0 + Genus: Charon Duri pada capit
Spesies: berjumlah 3
Gua Gelap 25 96 0 + Charon grayi dengan ukuran
Semuluh hampir sama.
(c)

 
ah
 

16 Kingdom: Semua ciri-ciri


Animalia sama dengan

sy
Filum: Charon grayi
Gua Gelap ++ Arthropoda namun ukuran
25 96 0
Seropan Kelas: Arachnida lengan pedipalpi
Ordo: Amblypygi (capit) lebih

an
Famili: kecil dan
Charon serophanis Charontidae panjang. Panjang
(Kalacemeti) Genus: Charon ruas lengan
Spesies: pedipalpi

rw
Charon melebihi ruas
serophanis kaki lainya.

17 Kingdom: Ukuran tubuh


26 96 0,9

nI
Remang +++ Animalia berfariasi sekitar
Filum: 2-5 cm. Warna
Arthropoda tubuh pucat dan
Gua Kelas: Crustacea hampir tidak
Semuluh wi Subkelas: berpigmen. Mata
Gelap 25 96 0 +++ Malacostraca tereduksi
Macrobrachium poeti Ordo: Decapoda menjadi sangat
(Udang gua) Famili: kecil namun
Ed
Palaemonidea tidak buta.
Genus:
Gua Gelap 25 96 0 +++ Macrobrachium
Seropan Spesies:
Macrobrachium
poeti
(c)

 
ah
 

18 Kingdom: Tubuh berwarna


Remang 27 92 0,1 +++ Animalia coklat tua

sy
Filum: mengkilap dan
Arthropoda terdapat bintik-
Gua Kelas: Crustacea bintik gelap pada
Sodong Subkelas: kaki-kaki dan

an
Mudal Gelap 28 96 0 ++ Malacostraca capitnya.
Stygothelphusa sp. Ordo: Decapoda
(Kepiting) Famili:
Parathelphusidae

rw
Genus:
Stygothelphusa
Gua Gelap 25 96 0 ++ Spesies:
Semuluh
Stygothelphusa
sp.

nI
19 Kingdom: Panjang tubuh
Terang 21 92 1,2 +++ Animalia hewan dewasa
Gua wi Filum: mencapai 15 cm
Song Arthropoda dengan warna
Gilap Remang 25 96 0,1 ++ Kelas: Diplopoda yang lebih
Ordo: Spirobolida terang dan
Ed
Narceus sp. Famili: mengkilap
(Luwing) Narceudae disbanding
Gua Terang 28 80 1,2 + Genus: Narceus luwing pada
Semuluh
Spesies: umumnya.
Narceus sp.
(c)

 
ah
 

20 Kingdom: Diameter tubuh


Animalia sangat kecil

sy
Filum: namun panjang.
Gua Remang 29 80 0,1 ++++ Arthropoda Tidak berpigmen
Lawa Kelas: Diplopoda dan memiliki
Ordo: Julida antena yang

an
Famili: lebih panjang.
Galliobates gracilis Galliobatidae Umumnya dapat
Genus: dijumpai pada
Galliobates guano.

rw
Spesies:
Galliobates
gracilis

nI
21 Kingdom: Warna tubuh
Animalia terang kehijau-
Filum: hijauan denga
Gua Arthropoda kepala dan kaki-
Song Terang
wi 21 92 1,2 + Kelas: Chilopoda kaki merah
Gilap Ordo: menyala. Tubuh
Scolopendro- pipih dengan
Scolopendra sp. morpha panjang dapat
Ed
(Lipan) Famili: mencapai 20 cm.
Scolopendridae
Genus:
Scolopendra
Spesies:
Scolopendra sp.
(c)

 
ah
 

22 Kingdom: Ukuran tubuh


Animalia pendek dan

sy
Gua Filum: kecil.
Song Terang 21 92 1,2 + Arthropoda Panjangnya
Gilap Kelas: Chilopoda sekitar 1,5 cm.
Ordo: kaki-kaki sangat

an
Scutigeromorpha panjang
Scutigera coleoptrata Famili: menyerupai
(Kelabang) Scutigeridae rambut.
Genus: Scutigera

rw
Spesies:
Scutigera
coleoptrata

nI
Keterangan:
Jumlah / Kelimpahan
+ = sedikit.
++ = sedang.
wi +++
++++
= banyak.
= sangat banyak.
Ed
(c)

 
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
 
 
 
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
 
 
 
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
(c)
Ed
wi
nI
rw
an
sy
ah
 
ah
sy
an
Lampiran 3
Irw
Kerangka Modul.
Kisi-kisi Soal Modul.
w in
Ed
(c)

146
 
ah
KERANGKA MODUL
KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA GUA KARS
DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL

sy
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Kompetensi

an
B. Petunjuk Penggunaan Modul
KEGIATAN BELAJAR 1 (Ciri umum dan klasifikasi Arthropoda)
1. Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
4. Zona Kreatif
5. Rangkuman
6. Uji kompetensi 1
Irw
7. Umpan Balik
KEGIATAN BELAJAR 2 (Keanekaragaman Arthropoda gua kars)
1. Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
4. Zona Kreatif
in

5. Rangkuman
6. Uji kompetensi 2
7. Umpan Balik
KEGIATAN BELAJAR 3 (Peran Arthropoda bagi kehidupan manusia, serta upaya
untuk pelestarianya)
w

1. Tujuan Pembelajaran
2. Peta Konsep
3. Uraian Materi
Ed

4. Zona Kreatif
5. Rangkuman
6. Uji kompetensi 3
7. Umpan Balik
UJI KOMPETENSI AKHIR
1. Soal Tes
2. Umpan Balik
KUNCI JAWABAN SOAL
(c)

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISTILAH
ah
KISI - KISI SOAL
Modul Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kab. Gunung Kidul

sy
 
No. Indikator C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah
No soal No soal No soal No soal No soal Soal
UJI KOMPETENSI 1

an
1. Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda
1, 6 4 9 4

2. Menjelaskan dasar klasifikasi Arthropoda


2, 3, 10 7 5 8 6

rw
UJI KOMPETENSI 2
1. Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda gua
berdasarkan pengamatan 1, 2, 5, 6 3, 4, 8 7

nI
2. Membandingkan ciri umum Arthropoda gua
dengan Arthropoda lainya
9 7 10 3

UJI KOMPETENSI 3
wi
1. Mengumpulkan informasi tentang peranan
Arthropoda gua bagi manusia 1 1
Ed
2. Menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda
gua
3, 4 2 5 4
(c)
ah
KISI - KISI SOAL
Modul Keanekaragaman Arthropoda Gua Kars Kab. Gunung Kidul

sy
 
No. Indikator C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah
No soal No soal No soal No soal No soal Soal
UJI KOMPETENSI AKHIR

an
1. Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda A1 B1 2

2. Menjelaskan dasar klasifikasi Arthropoda A4, B2 A3, A5, A6, A2 7


A7

rw
3. Mendeskripsikan ciri umum Arthropoda gua A8, A13 B3 A12 A10 5
berdasarkan pengamatan

4. Membandingkan ciri umum Arthropoda gua A11 A9, B4 3

nI
dengan Arthropoda lainya

5. Mengumpulkan informasi tentang peranan A14 1


Arthropoda gua bagi manusia wi
6. Menjelaskan cara-cara konservasi Arthropoda B5 A15 2
gua
Ed
Menurut Bloom (Subiyantoro, 1988: 48), Tingkat kognitif: C1= pengetahuan, C2= pemahaman, C3= aplikasi,
C4= analisis, C5= sintesis, C6= evaluasi.
(c)
ah
sy
an
Lampiran 4
Irw
Angket Tinjauan dan Masukan Ahli.
w in
Ed
(c)

147
 
ah
IN
NSTRUMEN PENILAIAN 
ANNGKET TINJAUA
AN DAN MASUK KAN PERBAIKAN KUALITAS MOD DUL 

sy
M
Modul Keanekara
agaman Arthropoda Gua Kars Ka
abupaten Gunun
ng Kidul 
 

DENTITAS AHLI
ID

an
Nama   : 
NIP   : 
Kedudukan : Ahli Med
dia 

rw
 
PETUNJUK PENG
P GISIAN ANGKET 
1. Kategori  penilaian  modu
ul  ini  diadaptasi  dari  Standar  Penilaian 
P Buku  Pelajaran  Sainss  (Pusat  Perbukkuan  ‐  Departem
mnen  Pendidikaan 

nI
Nasional Tahun 2003). 
2. Mohon untuk memberikaan penilaian den
ngan membubuh
hkan tanda cek ((9) pada kolom “tinjauan” denggan ketentuan p
penilaian berikutt: 
a. Yaa   : Jika aspeek‐aspek modul ttelah sesuai indiikator. 
b. Tidak   : Jika aspeek‐aspek modul b
3. Setiap  tin
wi
belum sesuai ind
dikator. 
njauan  kemudiaan  diikuti  dengaan  menuliskan  pendapat  atau  masukan  berkeenaan  dengan  kriteria 
k yang  beersangkutan  pad
da 
kolom “saran”. Pendapatt dan masukan  dapat berupa kkomentar tentan
ng kelebihan maaupun kekurangan draft modul yang selanjutnyya 
Ed
akan dipeergunakan sebaggai bahan perbaikan / revisi drafft modul. 
4. Masukan  untuk  bahan  p
pertimbangan  re
evisi  draft  modu
ul  secara  lebih  jelas 
j dan  terperrinci  dapat  ditulliskan  pada  lembar  catatan  yan
ng 
terlampirr di bagian belakkang angket atau
u dapat juga langgsung diberikan koreksi pada drraft modul yang dinilai. 
5. Atas keseediaannya untukk mengisi lembarr angket ini, diuccapkan banyak tterima kasih. 
(c)
ah
 
ASPEK PENYAJIAN 

sy
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya   Tidak  

an
1.  Organisasi penyajian  ƒ Materi disajikan secara       
umum                                         sistematis dan logis. 
ƒ Materi disajikan secara       
sederhana dan jelas. 
ƒ Materi disajikan secara       

rw
runtut. 
ƒ Menunjang keterlibatan       
dan kemauan peserta 
didik untuk terlibat aktif 
mengemukakan dan 

nI
berbagi ide. 
 
 
2.  Organisasi penyajian per  ƒ Terdapat penjelasan awal       
bab  (Advance Organizer) & 
wi
tujuan pembelajaran. 
ƒ Aplikasi konsep dalam       
kehidupan sehari‐hari. 
ƒ Terdapat kegiatan       
Ed
peserta didik yang 
bermanfaat. 
ƒ Latihan/contoh soal yang       
nyata. 
 
 
(c)
ah
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya  Tidak  

sy
3.  Penyajian  ƒ Mengaitkan satu konsep       
mempertimbangkan  dengan konsep lainnya 
kebermaknaan dan  dalam menjelaskan suatu 
kebermanfaatan  fenomena . 

an
ƒ Mengaitkan suatu konsep       
dengan  kehidupan  nyata 
peserta didik. 
ƒ Penjelasan konsep       
sebagai upaya untuk 

rw
membangun struktur 
pengetahuan IPA peserta 
didik. 
 

nI
 
4.  Melibatkan peserta didik  ƒ Setiap  kegiatan,  diakhiri       
secara aktif  dengan  kegiatan  yang 
menuntut  peserta  didik 
melakukan kegiatan. 
ƒ

ƒ
wi
Ada upaya menarik minat   
baca peserta didik. 
Ada beberapa topik yang   
 

 
 

 
harus dikerjakan oleh 
peserta didik secara 
Ed
berkelompok, 
mengembangkan 
pembelajaran kolaboratif.
 
 
(c)
ah
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya  Tidak  

sy
5.  Tampilan umum  ƒ Gambar ilustrasi / gambar       
nyata, grafik sesuai 
dengan konsepnya. 
ƒ

an
Judul dan keterangan       
gambar sesuai dengan 
gambar. 
ƒ Gambar nyata, gambar       
animasi, grafik dan 
sebagainya disajikan 

rw
dengan jelas, menarik 
dan berwarna. 
ƒ Dapat mengembangkan       
minat baca baik guru 

nI
maupun peserta didik. 
 
 
6.  Variasi dalam cara  ƒ Mengembangkan       
penyampaian informasi  berbagai cara menyajikan 
wi
informasi (gambar nyata, 
gambar animasi, grafik, 
dan sebagainya). 
ƒ Informasi jelas, akurat       
dan menambah 
Ed
pemahaman konsep. 
ƒ Sesuai dengan konsep       
yang menjadi pokok 
bahasannya. 
 
(c)
ah
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya   Tidak  

sy
7.  Anatomi modul  ƒ Memiliki daftar isi.       
ƒ Memiliki tinjauan mata       
pelajaran dan 

an
pendahuluan. 
ƒ Memiliki petunjuk       
penggunaan modul. 
ƒ Memiliki kegiatan yang       
memuat materi dan soal. 

rw
ƒ Memiliki rangkuman.       
ƒ Memiliki tes formatif.       
ƒ Memiliki kunci jawaban       

nI
tes formatif dan tindak 
lanjut / umpan balik. 
 
 
8.  Memperhatikan kode etik  ƒ Saduran, cuplikan, dan       
dan hak cipta 

ƒ
wi
kutipan mencantumkan 
sumbernya dengan jelas. 
Gambar, baik gambar       
nyata maupun animasi, 
grafik, dan data hasil 
Ed
kutipan mencatumkan 
sumbernya. 
 
 
 
(c)
ah
CATATAN : 

sy
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................................................................................... 

an
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

rw
...................................................................................................................................................................................................................................... 

......................................................................................................................................................................................................................................

nI
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................  
wi Yogyakarta,   
Ahli 
  2011 

 
Ed
 
 
(      )   
(c)
ah
IN
NSTRUMEN PENILAIAN 
ANNGKET TINJAUA
AN DAN MASUK KAN PERBAIKAN KUALITAS MOD DUL 

sy
M
Modul Keanekara
agaman Arthropoda Gua Kars Ka
abupaten Gunun
ng Kidul 
 
ID
DENTITAS AHLI

an
Nama   : 
NIP   : 
Kedudukan : Ahli Bahaasa 

rw
 
PETUNJUK PENG
P GISIAN ANGKET 
1. Kategori  penilaian  modu
ul  ini  diadaptasi  dari  Standar  Penilaian 
P Buku  Pelajaran  Sainss  (Pusat  Perbukkuan  ‐  Departem
mnen  Pendidikaan 

nI
Nasional Tahun 2003). 
2. Mohon untuk memberikaan penilaian den
ngan membubuh
hkan tanda cek ((9) pada kolom “tinjauan” denggan ketentuan p
penilaian berikutt: 
a. Yaa   : Jika aspeek‐aspek modul ttelah sesuai indiikator. 
b. Tidak   : Jika aspeek‐aspek modul b
belum sesuai ind
wi dikator. 
3. Setiap  tin
njauan  kemudiaan  diikuti  dengaan  menuliskan  pendapat  atau  masukan  berkeenaan  dengan  kriteria 
k yang  beersangkutan  pad
da 
kolom “saran”. Pendapatt dan masukan  dapat berupa kkomentar tentan
ng kelebihan maaupun kekurangan draft modul yang selanjutnyya 
Ed
akan dipeergunakan sebaggai bahan perbaikan / revisi drafft modul. 
4. Masukan  untuk  bahan  p
pertimbangan  re
evisi  draft  modu
ul  secara  lebih  jelas 
j dan  terperrinci  dapat  ditulliskan  pada  lembar  catatan  yan
ng 
terlampirr di bagian belakkang angket atau
u dapat juga langgsung diberikan koreksi pada drraft modul yang dinilai. 
5. Atas keseediaannya untukk mengisi lembarr angket ini, diuccapkan banyak tterima kasih. 
(c)
ah
 
ASPEK KETERBACAAN 

sy
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya   Tidak  

an
1.  Bahasa Indonesia yang  ƒ Menggunakan kaidah       
baik, benar, dan  bahasa Indonesia yang 
komunikatif  baik dan benar. 
 
ƒ Menggunakan aturan       

rw
Ejaan Yang 
Disempurnakan (EYD). 
 
ƒ Bahasa yang digunakan       
komunikatif terhadap 

nI
pembaca (bahasa modul 
tidak terlalu baku seperti 
pada buku teks 
pelajaran). 
  wi
2.  Peristilahan  ƒ Menggunakan       
peristilahan yang sesuai 
dengan konsep yang 
menjadi pokok bahasan. 
Ed
 
ƒ Terdapat penjelasan       
untuk peristilahan yang 
sulit atau tidak umum. 
 
 
(c)
ah
NO  KRITERIA  INDIKATOR  TINJAUAN  SARAN / MASUKAN 
Ya   Tidak  

sy
3.  Kejelasan bahasa  ƒ Bahasa yang digunakan       
sederhana. 
ƒ Bahasa yang digunakan       

an
lugas dan mudah 
dipahami peserta didik. 
ƒ Kalimat tidak bertele‐tele       
/  langsung. 
ƒ Struktur kalimat tidak       

rw
lebih dari 2‐3 anak 
kalimat. 
 
 
4.  Kesesuaian bahasa  ƒ Bahasa disesuaikan       

nI
dengan tahap 
perkembangan peserta 
didik  (komunikatif). 
ƒ Struktur kalimat sesuai       
dengan tingkat 

ƒ
wi
penguasaan kognitif 
peserta didik. 
Bahasa mengembangkan       
kemampuan berpikir logis 
peserta didik dalam 
Ed
memahami konsep‐
konsep IPA. 
 
 
 
(c)
ah
CATATAN : 

sy
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................................................................................... 

an
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

rw
...................................................................................................................................................................................................................................... 

......................................................................................................................................................................................................................................

nI
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................  
wi Yogyakarta,   
Ahli 
  2011 

 
Ed
 
 
(      ) 
 
 
(c)
ah
IN
NSTRUMEN PENILAIAN 
ANNGKET TINJAUA
AN DAN MASUK KAN PERBAIKAN KUALITAS MOD DUL 

sy
M
Modul Keanekara
agaman Arthropoda Gua Kars Ka
abupaten Gunun
ng Kidul 
 
ID
DENTITAS AHLI

an
Nama   : 
NIP   : 
Kedudukan : Ahli Matteri 

rw
 
PETUNJUK PENG
P GISIAN ANGKET 
1. Kategori penilaian modull ini diadaptasi d
dari Instrumen P
Penilaian Tahap III Buku Teks Pela
ajaran Biologi SM
MA/MA (BSNP TTahun 2006). 

nI
2. Mohon untuk memberikaan penilaian den
ngan membubuh
hkan tanda cek ((9) pada kolom “tinjauan” denggan ketentuan p
penilaian berikutt: 
Benar   : JJika konsep yangg disajikan benar. 
Salah   : JJika konsep yangg disajikan salah. 
3. Setiap  tin
njauan  kemudiaan  diikuti  dengaan  menuliskan  pendapat  atau  masukan  berkeenaan  dengan  kriteria 
wi k yang  beersangkutan  pad
da 
kolom “saran”. Pendapatt dan masukan  dapat berupa kkomentar tentan
ng kelebihan maaupun kekurangan draft modul yang selanjutnyya 
akan dipeergunakan sebaggai bahan perbaikan / revisi drafft modul. 
Ed
4. Masukan  untuk  bahan  p
pertimbangan  re
evisi  draft  modu
ul  secara  lebih  jelas 
j dan  terperrinci  dapat  ditulliskan  pada  lembar  catatan  yan
ng 
terlampirr di bagian belakkang angket atau
u dapat juga langgsung diberikan koreksi pada drraft modul yang dinilai. 
5. Atas keseediaannya untukk mengisi lembarr angket ini, diuccapkan banyak tterima kasih. 
   
(c)
ah
 
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 

sy
Benar Salah
1.  Arthropoda  adalah  hewan  yang  tubuh  /  kakinya  beruas‐ruas       

an
(bersegmen‐segmen). 
2.  Tubuh  Arthropoda  adalah  simetri  bilateral  dan  terdiri  atas       
segmen‐segmen yang saling terhubung di bagaian luar. 

rw
3.  Setiap segmen tubuh Arthropoda biasanya memiliki sepasang       
kaki atau dua pasang kaki. 
4.  Tubuh Arthropoda memiliki kerangka luar (eksoskeleton), dan       

nI
dapat  dibedakan  antara  bagian‐bagian  kepala  (caput),  dada 
(toraks), dan perut (abdomen). Rangka luar terbuat dari bahan 
kitin,  dan  dapat  mengalami  pergantian  kulit  (moulting)  pada 

5. 
masa pertumbuhan. 
wi
Mata  yang  dimiliki  Arthropoda  adalahi  mata  majemuk  (faset)       
kecuali pada kelas Arachnida (Laba‐laba). 
Ed
6.  Arthropoda  disebut  sebagai  hewan  Triploblastik  selomata,       
tubuhnya  tersusun  atas  tiga  lapisan  germinal  (triploblastik), 
dan rongga tubuhnya terisi oleh darah (hemocoel).  
(c)
ah
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 
Benar Salah 

sy
7.  Sistem  peredaran  darah  Arthropoda  berupa  peredaran  darah       
terbuka,  beredar  melalui  jantung  →  organ  dan  jaringan  → 

an
hemocoel → kembali ke jantung. 
8.  Respirasi  Arthropoda  menggunakan  paru‐paru  buku,  trakea,       
atau  dengan  insang.  Pada  spesies  terrestrial  bernafas 

rw
menggunakan  trakea,  pada  Arachnida  menggunakan  paru‐
paru buku atau keduanya (paru‐paru buku dan trakea). 
9.  Saluran  pencernaan  Arthropoda  lengkap,  terdiri  atas  mulut,       

nI
usus, dan anus. 
10.  Ekskresi  Arthropoda  menggunakan  tubulus  Malpighi  atau       
kelenjar koksal. Sistem saraf tangga tali. 
wi
11.  Arthropoda  berkelamin  terpisah,  fertilisasi  terjadi  secara   
internal  (di  dalam  individu  betina),  dan  bersifat  ovipar. 
   

Perkembangan  individu  baru  terjadi  secara  langsung  dan 


Ed
melewati stadium larva. 
 
 
(c)
ah
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 
Benar  Salah 

sy
12.  Arthropoda hidup bebas di tanah atau air, atau sebagai parasit       
pada hewan atau tumbuhan. 

an
13.  Filum  Arthropoda  dikelompokkan  menjadi  lima  kelas  utama,       
yaitu  Crustacea  (Udang‐udangan),  Chilopoda  (Kelabang), 
Diplopoda    (Kaki  seribu),  Hexapoda  /  Insecta  (Serangga),  dan 

rw
Arachnida (Laba‐laba). 
14.  Crustacea berasal dari kata crusta yang berarti berkulit keras.       
Tubuhnya  terdiri  atas  2  bagian,  yaitu  sefalotoraks  (kepala‐

nI
dada)  dan  abdomen  (perut).  Tubuh  dilindungi  oleh 
eksoskeleton (karapaks) yang tersusun dari zat kitin.  
15.  Chilopoda disebut juga hewan berkaki seratus (sentipeda).        
 
wi
16.  Diplopoda disebut juga dengan kaki seribu (milipeda).        
 
Ed
17.  Insecta  atau  serangga  disebut  juga  dengan  heksapoda  yang       
berarti berkaki enam.  
 
(c)
ah
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 
Benar  Salah 

sy
18.  Mulut  serangga  berkembang  menjadi  beberpa  tipe  sesuai       
dengan  cara  makannya,  yaitu  tipe  mulut  pengunyah  / 

an
penggigit,  tipe  pengisap,  tipe  pengisap  dan  penjilat,  dan  tipe 
pengisap dan penusuk. 
19.  Serangga  yang  mengalami  metamorfosis  tidak  sempurna       

rw
(telur – nimfa – imago) disebut hemimetabola. 
20.  serangga  yang  mengalami  metamorfosis  sempurna  (telur  –       
larva – pupa – imago) disebut homometabola. 

nI
21.  Berdasarkan  tipe  sayap,  tipe  mulut,  dan  metamorfosisnya,       
serangga  dibedakan  menjadi  subkelas  Apterygota  dan 
subkelas Pterygota. 

perut (abdomen).  
wi
22.  Tubuh  Arachnida  terbagi  atas  kepala‐dada  (sefalotoraks)  dan       

23.  Gua kars merupakan celah atau rekahan di bawah permukaan       
Ed
tanah  kars  (endokars)  yang  terbentuk  dari  hasil  karstifikasi 
(pelarutan) batuan karbonat. 
 
(c)
ah
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 
Benar  Salah

sy
24.  Cabang  keilmuan  yang  mempelajari  tentang  mahkluk  hidup       
(organisme)  yang  berhabitat  dalam  gua  beserta  seluk  beluk 

an
kehidupanya adalah Biospeleologi. 
25.  Pada  zona  terang  gua  masih  terdapat  cahaya  matahari,  dan       
iklim mikro gua sangat dipengaruhi lingkungan luar. 

rw
26.  Pada  zona  remang  gua  cahaya  matahari  hanya  berupa       
pantulan,  iklim  mikro  gua  belum  konstan,  masih  sedikit 
terpengaruh lingkungan luar. 

nI
27.  Pada  zona  gelap  gua  sama  sekali  tidak  terdapat  cahaya       
matahari, memiliki iklim mikro gua yang konstant dan terisolir 
dari lingkungan luar. 
wi
28.  Hewan  Troglobit  adalah  hewan  yang  hidup  secara  permanen   
dalam  gua,  sudah  menyesuaikan  diri  secara  mutlak  dengan 
   

lingkungan  gua  yang  gelap  abadi  tanpa  fluktuasi  suhu  dalam 


Ed
gua, dan bahkan tidak dapat hidup di luar habitat gua. 
 
 
(c)
ah
NO  KONSEP  PENILAIAN  SARAN / MASUKAN 
Benar  Salah 

sy
29.  Hewan  Troglofil  adalah  hewan  yang  senang  bermukim  di       
lingkungan  gelap  gua,  ada  yang  menjalani  seluruh  siklus 

an
hidupnya di dalam gua, tetapi dapat pula hidup di lingkungan 
epigen (luar gua) atau tidak terbatas pada daerah gelap saja. 
30.  Hewan  Trogloxen  adalah  hewan  yang  ditemukan  dalam  gua,       

rw
tetapi siklus hidupnya tidak seluruhnya dijalani dalam gua. 
31.  Keanekaragaman hayati tingkat jenis adalah keanekaragaman       
yang  dapat  ditemukan  di  antara  organisme  yang  tergolong 

nI
dalam spesies berbeda. 
32.  Sebagai  salah  satu  komponen  penyusun  ekosistem,       
Arthropoda memegang salah satu mata rantai yang ikut andil 

 
wi
dalam menentukan keseimbangan ekosistem yang komplek. 

 
Ed
 

 
(c)
ah
CATATAN : 

sy
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

...................................................................................................................................................................................................................................... 

an
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................

rw
...................................................................................................................................................................................................................................... 

......................................................................................................................................................................................................................................

nI
......................................................................................................................................................................................................................................

......................................................................................................................................................................................................................................  
wi Yogyakarta,   
Ahli 
  2011 

 
Ed
 
 
(      ) 
 
(c)
ah
sy
an
Lampiran 5
Irw
Surat Pernyataan Ahli.
w in
Ed
(c)

148
 
ah
SURAT PERNYATAAN

sy
Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama :
NIP :

an
Dengan ini menyatakan kesanggupan sebagai dosen ahli dan telah melakukan
peninjauan dan memberikan beberapa masukan sesuai dengan kriteria-kriteria yang
telah ditentukan pada modul biologi berjudul “Keanekaragaman Arthropoda Gua
Kars di Kabupaten Gunung Kidul” yang disusun sebagai tugas akhir skripsi oleh,

Nama
NIM
Irw
: Edwin Irwansyah
: 07304244078
Jurusan / Prodi : Pendidikan Biologi / Pendidikan Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dengan harapan agar tinjauan dan masukan tersebut dapat mengoptimalkan tugas
akhir skripsi yang disusun.
in

Yogyakarta, Oktober 2011


w

Dosen Ahli,
Ed

………………………………
NIP.
(c)
(c)
Ed
win
Irw
an
sy
ah
(c)
Ed
win
Irw
an
sy
ah

Anda mungkin juga menyukai