Anda di halaman 1dari 30

Aliran SCM dan Informasi dari Hulu ke Hilir dan sebaliknya pada

PT. Frisian Flag Indonesia (PT. FFI)


Daftar Isi
Daftar Isi .................................................................................................................................................................1

Bab I - Landasan Teori ...................................................................................................................................... 2

1. Definisi SCM (Supply Chain Management) ........................................................................................ 2

2. Tujuan Supply Chain Management ..................................................................................................... 2

3. Manfaat Supply Chain Management (SCM)...................................................................................... 3

4. Anggota Rantai Pasok (SCM) ................................................................................................................ 3

5. Proses Bisnis dalam Rantai Pasok (SCM) ............................................................................................ 4

6. Area Cakupan SCM .................................................................................................................................. 6

7. Persyaratan Penerapan SCM ................................................................................................................. 6

8. Tantangan Penerapan SCM ................................................................................................................... 8

Bab II - Studi Kasus .......................................................................................................................................... 10

Bab III - Pembahasan ...................................................................................................................................... 12

1. Aliran Distribusi ........................................................................................................................................ 12

2. Aliran fisik SCM........................................................................................................................................ 14

3. Aliran Informasi SCM ............................................................................................................................. 15

4. Aliran Status Kepemilikan ..................................................................................................................... 19

5. Aliran Pembayaran .................................................................................................................................20

6. Flowmap Informasi Permintaan Produk ...........................................................................................23

7. Sistem Informasi pendukung SCM PT. Frisian Flag Indonesia ...................................................25

Bab IV - Kesimpulan ........................................................................................................................................26

Referensi ............................................................................................................................................................. 27

Daftar Gambar ........................................................................................................................................................

21

1
Bab I - Landasan Teori
1. Definisi SCM (Supply Chain Management)
The Council of Logistics Management mendefinisikan bahwa Supply Chain
Management adalah sistematika, koordinasi strategis dari fungsi bisnis tradisional dalam
sebuah perusahaan swasta dan menyeberangi bidang usaha dalam supply chain untuk tujuan
meningkatkan kinerja jangka panjang dari perusahaan individu dan supply chain sebagai
keseluruhan.Menurut Ling Li (2007), rantai pasok merupakan sekumpulan aktivitas dan
keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasikan pemasok, manufaktur, gudang, jasa
transoprtasi, pengecer dan konsumen secara efisien. Dengan demikian barang dan jasa dapat
didistribusikan dalam jumlah, waktu dan lokasi yang tepat untuk meminimumkan biaya demi
memenuhi kebutuhan konsumen.

Manajemen rantai pasok yang efektif membutuhkan pengembangan-pengembangan yang


dilakukan secara simultan baik dari sisi tingkat layanan konsumen maupun internal operating
efficiencies dari perusahaan-perusahaan dalam sebuah rantai pasok. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dari tingkat layanan konsumen adalah tingkat pemenuhan pesanan (order fill
rates), ketetapan waktu pengiriman (on-time delivery) dan tibgkat pengembalian produk oleh
konsumen dengan berbagai alasan (rate of products returned by customer for whatever
reason). Sementara dari sisi internal efficiencies, apakah sebuah organisasi dalam sebuah
rantai pasok memperoleh hasil yang baik dari investasi atas persediaan dan asset lainnya dan
menemukan cara untuk mengurangi pengeluaran operasional dan penjualan atau dengan
perkataan lain bagaimana mengelola rantai pasok agar dapat responsive sekaligus efisien.

2. Tujuan Supply Chain Management


Tujuan Supply Chain Management adalah untuk memastikan sebuah produk berada pada
tempat dan waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan
stok yang berlebihan atau kekurangan. Sebuah operasi yang effisien dari supply chain
tergantung pada lengkap dan akuratnya aliran data yang berhubungan dengan produk
yang diminta dari retailer kepada buyer , sistem transportasi dan kembali ke manufaktur.

Dalam rangka memenuhi stok barang yang tersedia untuk retailer , manufaktur harus
menentukan jumlah produk yang diproduksi pada waktu tertentu. Dengan demikian berarti
manufaktur harus meramalkan/ membuat perkiraan jumlah penjualan. Dalam hal ini yang
terbaik dilakukan adalah bersama-sama dengan retailer menggunakan suatu tolak

2
b.

3. Manfaat Supply Chain Management (SCM)


Menurut Jebarus, 2001 kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya,

pemanfaatan asset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. a.

Kepuasan pelanggan

Konsumen atau pengguna produk merupakan target utama dari aktivitas proses produksi
setiap produk yang dihasilkan perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam
konteks ini tentunya konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan
konsumen setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang
disampaikan oleh perusahaan

Meningkatkan pendapatan

Semakin banyak konsumen yang setia dan menjadi mitra perusahaan berarti akan turut
meningkatkan pendapatan perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan
tidak akan terbuang percuma, karena diminati oleh konsumen.

c. Menurunnya biaya

Pengintegrasian aliran produk dari perusahaan kepada konsumen akhir berarti mengurangi
biaya-biaya distribusi.

d. Pemanfaatan asset semakin tinggi

Asset terutama faktor manusia akan semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan
maupun keterampilan. Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi
tinggi sebagaimana yang dituntut dalam pelaksanaan SCM

e. Peningkatan laba

Dengan semakin meningkatnya jumlah konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk,
pada gilirannya akan meningkatkan laba perusahaan.

4. Anggota Rantai Pasok (SCM)


Menurut Stock and Lambert (2001,63) bahwa seluruh perusahaan atau organisasi yang terkait
tersebut dibagi menjadi dua, yaitu primary member dan supporting member.

3
a. Primary member atau anggota utama dari sebuah rantai pasok adalah semua unit bisnis
yang secara nyata melakukan aktivitas operasional atau manajerial dalam sebuah proses
bisnis. Proses bisnis ini dirancang untuk menghasilkan produk atau jasa untuk konsumen
tertentu atau pasar, misalnya pabrik pembuat minuman segar.

b. Supporting member atau anggota pendukung dalam rantai pasok adalah perusahaan
yang menyediakan bahan awal, utilitas, atau asset lain yang penting tapi tidak langsung
berpartisipasi dalam aktivitas yang menghasilkan atau merubah sebuah input menjadi
output untuk konsumen, misalnya pemasok bahan baku, perusahaan penyewaan truk,
toko-toko swalayan, dsb.

5. Proses Bisnis dalam Rantai Pasok (SCM)


Menurut James R. Stock dan Douglas M. Lambert (2001,68-71), pengelolaan rantai pasokj yang
sukses membutuhkan sistem yang terintegrasi. Masing-masing unit dalam rantai pasok menjadi
satu kesatuan, tidak berdiri sendiri-sendiri sebagaimana halnya dengan rantai pasok tradisional.
Kegiatan operasi pada rantai pasok membutuhkan aliran informasi yang berkesinambungan
untuk menghasilkan produk yang baik pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Dalam hal ini konsumen menjadi fokus dalam setiap operasi yang dilakukan.

James R. Stock dan Douglas M. Lambert (2001,68-71) juga menyatakan bahwa dalam rantai
pasok yang terintegrasi terdapat proses-proses berikut ini:

a. Customer Relationship Management

Merupakan pengelolaan hubungan baik dengan konsumen, dimulai dengan mengidentifikasi


siapa konsumen kita, apa kebutuhannya, seperti apa spesifikasi yang dikehendaki oleh
konsumen. Dengan demikian secara periodik dapat dilakukan evaluasi sejauh mana tingkat
kepuasan konsumen telah terpenuhi.

4
b.

Customer Services Management

Berfungsi sebagai pusat informasi bagi konsumen, menyediakan informasi yang dibutuhkan
secara real time mengenai jadwal pengiriman, ketersediaan produk, keberadaan produk, harga
dan lain sebagainya. Termasuk pula di dalamnya pelayanan purna jual yang dapat melayani
konsumen secara efisien untuk penggunaan produk dan aplikasi lainnya.

c. Demand Management

Manajemen permintaan berfungsi untuk menyeimbangkankebutuhan konsumen dengan


kapasitas perusahaan yang menyediakan produk atau jasa yang dibituhkan. Didalamnya
termasuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan konsumen dan kapan dibutuhkannya.
Sistem manajemen permintaan yang baik menggunakan point of sale dan data konsumen
untuk mengurangi ketidakpastian serta meningkatkan efisiensi aliran barang dalam rantai
pasok. Kebutuhan pemasaran dan rencana produksi harus diselaraskan agar persediaan secara
global dapat dikelola dengan baik.

d. Customer Order Fulfillment

Proses pemenuhan permintaan konsumen tepat waktu, bahkan lebih cepat dari yang disepakati
dengan biaya pemenuhan yang seminimal mungkin, memerlukan koordinasi yang baik dari
setiap anggota rantai pasok. Tujuan utamanya adalah menciptakan satu proses pemenuhan
permintaan dengan lancer mulai dari pemasok bahan baku sampai konsumen akhir.

e. Manufacturing Flow Management

Proses produksi diupayakan sedemikian rupa agar secepat mungkin dapat menyediakan
produk yang diperlukan dengan tingkat persediaan yang minimal. Untuk itu diperlukan
persiapan yang memadai dan kesesuaian permintaan dengan kapasitas produksi. Termasuk
persiapan proses produksi adalah ketersediaan bahan baku yang terjamin sehingga kelancaran
proses produksi dapat dipertahankan. Untuk itu perlu dijalin hubungan yang baik dengan
pemasok-pemasok terkait.

f. Product Development and Commercialization

Dimulai dengan evaluasi kebutuhan konsumen dan keluhan-keluhan yang ada dari produk
yang telah ada. Pengembangan produk baru memerlukan kerjasama yang baik dengan para
pemasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku yang diperlukan. Selain itu, perlu
dipersiapkan pula teknologi dalam bidang produksi yang dapat menunjang pengembangan
produk ini.

5
g. Returns

Pengelolaan produk kembalian merupakan proses yang penting dan dapat dijadikan sebagai
salah satu keunggulan daya saing perusahaan. Kinerja pengelolaan produk kembalian bisa
diukur dengan parameter “Return to Available”, yaitu waktu yang diperlukan untuk mengganti
produk kembalian menjadi produk yang dapat digunakan kembali.

6. Area Cakupan SCM


Area cakupan dasar pada SCM diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Fasilitas adalah suatu tempat untuk menyimpan barang yang dirakit atau dibuat. Fasilitas
terbagi menjadi dua, yaitu produksi (production site) dan tempat penyimpanan (storage
site). Lokasi, kapasitas, serta fleksibilitas sangat berpengaruh pada kekuatan dari Supply
Chain. Jika kapasitas besar dan lokasi sangat strategis maka SCM akan berjalan baik dan
berhasil.

Inventory adalah semua bahan baku dan barang jadi. Inventory juga sangat berpengaruh
pada supply chain.

c. Transportasi adalah perpindahan barang dari fasilitas satu ke fasilitas lainnya. Transportasi
dapat berupa kombinasi rute dan model yang masing-masing memiliki karakter yang
berbeda.

d. Informasi adalah berisi data analisa mengenai ketiga hal diatas ditambah dengan
pelanggan. Informasi sangat penting dan mempengaruhi area dari supply chain yang
lainnya.

7. Persyaratan Penerapan SCM


Sebagai suatu konsep yang melibatkan banyak pihak sebagai mata rantai, SCM menuntut
beberapa persyaratan yang tidak hanya terkait dengan material, tetapi juga informasi. Syarat
utama dari penerapan SCM tentunya dukungan manajemen. Manajemen semua level dari
strategis sampai operasional harus memberikan dukungan mulai dari proses perencanaan,
pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai pengendalian. Selain dukungan
manajemen, syarat lain merupakan syarat yang melibatkan faktor eksternal yaitu pemasok dan
distributor.

Sebelum membangun komitmen dan melaksanakan ‘kontrak kerja’ dengan para pemasok,
maka perusahaan terlebih dahulu harus melaksanakan evaluasi pemasok. Sebagi catatan,

6
b.

melaksanakan evaluasi pemasok untuk pemasok yang ‘bermain’ dalam pasar yang monopoli
tentunya sulit dan tidak bias dilaksanakan, sehingga yang perlu dilakukan untuk kondisi ini
adalah membangun kemitraan dalam suatu kesepakatan.

Evaluasi pemasok dilakukan apabila untuk material yang sama dapat diperoleh lebih dari satu
alternatif pemasok. Setidaknya ada tiga kriteria dalam melakukan evaluasi pemasok, yaitu :
keadaan umum pemasok, keadaan pelayanan, dan keadaan material. Beberapa contoh
indikator dari setiap kriteria evaluasi pemasok adalah sebagai berikut (Gaspersz, 2002) : 1.
Keadaan umum pemasok

• Ukuran atau kapasitas produksi • Fasilitas riset dan desain

• Kondisi financial • Lokasi geografis

• Kondisi operasional • Hubungan dagang antar industri

2. Keadaan pelayanan
• Waktu penyerahan material • Penanganan keluhan dari pembeli

• Kondisi kedatangan material • Bantuan teknik yang diberikan

• Kuantitas pemesanan yang ditolak • Informasi harga yang diberikan

3. Keadaan material

• Kualitas material • Keadaan pengepakan

• Keseragaman material (pembungkusan)


• Jaminan dari pemasok

Dari ketiga kriteria tersebut, bobot (berdasarkan tingkat kepentingan) yang terbesar diberikan
pada kriteria keadaan material, karena keadaan material akan mempengaruhi kinerja fungsi
produksi dan operasi khususnya kualitas produk. Selanjutnya dilakukan penilaian untuk setiap
indikator dan dihitung total skor-nya.

Syarat berikutnya adalah pemilihan distributor sebagai perantara produk perusahaan sampai
ke tangan konsumen akhir. Intensitas saluran distribusi yang ideal bagi suatu perusahaan
adalah bagaimana menyajikan jenis produk secara luas dalam pemuasan kebutuhan konsumen
(Sitaniapessy, 2001). Penggunaan distributor yang terlalu sedkit dapat membatasi penyebaran
jenis produk dalam aktivitas pemasaran. Sebaliknya, penggunaan distributor yang terlalu
banyak dapat mengganggu brand image dalam posisinya berkompetisi. Satu kunci yang

7
penting dalam mengelola saluran distribusi adalah menentukan berapa banyak saluran
distribusi yang dikembangkan serta membentuk suatu pola kemitraan yang menunjang
pemasaran suatu produk dalam area pemasaran tertentu.

8. Tantangan Penerapan SCM


Meskipun SCM memiliki banyak manfaat dalam menjalankan sistem produksi dan operasi di
perusahaan, tetapi ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan
apabila akan menerapkannya. Tantangan yang pertama berasal dari lingkungan makro dan
juga lingkungan eksternal. Misalnya saja trend perekonomian global yang menunjukkan adanya
kecenderungan inflasi, khususnya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena persaingan di tingkat
global memang sangat meningkat. Selain itu juga kecenderungan konsumen perilaku
konsumen yang menunjukkan sikap terlalu rumit dan banyak menuntut. Faktor eksternal lain
adalah perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang terkait dengan teknologi
informasi sedapat mungkin diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan yang menerapkan SCM
sehingga dapat mengelola informasi yang bergerak sangat cepat untuk menanggapi
perpindahan produk. Sehingga sangat perlu bagi perusahaan yang menerapkan SCM untuk
memiliki peralatan fungsional seperti (Watanabe, 2001) :

1. Demand management / forecasting 6. Available to promise


2. Advanced planning and scheduling 7. Supply Chain Modeler
3. Transportation management 8. Optimizer (Linier programming,
4. Distribution and deployment non linier programming, heuristic, 5. Production planning
dan genetic algorithm)

Selain tantangan-tantangan tersebut, tantangan yang juga sering dihadapi khususnya negara
berkembang adalah masalah infrastruktur termasuk birokrasi yang rumit. Masalah ini akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap tantangan SCM yang lain, yaitu teknologi
informasi.

Di sisi lain, ada juga tantangan yang dapat digolongkan dalam lingkungan mikro atau di
lingkungan perusahaan itu termasuk stakeholdernya. Misalnya saja pengukuran kinerja tidak
didefinisikan dengan baik. Setiap channel menggunakan ukuran sendirisendiri, dan tidak ada
perhatian untuk membuat keterkaitan dalam model matriks yang mengukur kinerja rantai
secara keseluruhan.

Terkait dengan manajemen persediaan, kadang-kadang kebijakan persediaan terlalu


sederhana, faktor-faktor ketidakpastian diperhitungkan dalam pembuatan kebijakankebijakan

8
b.

tersebut, kadang-kadang terlalu statis. Selain itu terkadang pemahaman terhadap konsep SCM
tidak lengkap, fokusnya sering berorientasi pada operasi internal saja, tidak dapat
membedakan antara pelayanan terhadap intermediate consumers dengan end consumers.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, terlebih dahulu perusahaan harus melakukan perbaikan
dan membangun komitmen di lingkungan internal perusahaan tersebut, baru kemudian
membangun kemitraan dan komitmen dengan mata rantai lain di lingkungan eksternal. Satu
hal yang juga penting dalam mengatasi tantangan untuk penerapan SCM adalah mengelola

9
informasi dalam sebuah sistem yang harus mendukung proses pengambilan keputusan di
wilayah penerapan SCM.

Bab II - Studi Kasus


Persaingan di dunia bisnis yang semakin meningkat menyebabkan pelaku industri sadar bahwa
perbaikan tidak cukup dilakukan di bagian internal perusahaan saja. Selain itu, adanya tuntutan
pelanggan yang semakin tinggi membuat perusahaan membutuhkan peran serta dari pihak
eksternal seperti supplier dan jaringan distribusi. Kesadaran akan pentingnya peran serta semua
pihak juga dirasakan oleh PT Frisian Flag Indonesia (PT FFI) yang memproduksi dan
memasarkan produk Susu Frisian Flag atau yang lebih dikenal dengan nama Susu Bendera oleh
masyarakat Indonesia. PT FFI telah memimpin industri susu nasional selama lebih dari 88 tahun
(www.frisianflag.com, 2011). PT FFI memproduksi dan memasarkan berbagai macam produk
susu kental manis (sweet condensed milk), susu bubuk (powder milk), dan susu cair siap minum
(liquid milk) dengan merek-merek: Frisian Flag, Yes!, Energo, Creamer, Calcimex, dan Omela.

PT FFI memiliki jaringan sistem rantai pasok (supply chain network) yang dimulai dari supplier
hingga retailer untuk menghasilkan dan mengantarkan produk susu yang berkualitas tinggi ke
tangan konsumen. PT FFI sebagai produsen produk susu merupakan holding company dengan
tiga anak perusahaan, yaitu PT Foremost Indonesia (PT FI), PT Frisian Vlag Indonesia (PT FVI),
dan PT Tesori Mulia. PT FI bertugas untuk memproduksi susu, PT FVI bertugas untuk
mendukung produksi dan pemasaran, dan PT Tesori Mulia bertugas untuk distribusi dan
penjualan produk susu. PT FFI memiliki dua buah pabrik berteknologi canggih yang
masingmasing terletak di Pasar Rebo, Jakarta Timur dan Ciracas, Bogor, Jawa Barat. PT FFI
memiliki 1.700 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Produksi susu dari dua pabrik ini
adalah sebesar 2,5 juta liter per hari investasi.kontan.co.id, 2010) dengan bahan baku utama
yang diperlukan berupa 80 % susu segar dan 20 % susu bubuk sebesar 1,9 juta liter per hari
atau 1.900 ton per hari.

PT FFI telah menerapkan manajemen rantai pasok (supply chain management) untuk mengelola
dan mengintegrasikan jaringan rantai pasoknya. Pengelolaan rantai pasok yang dilakukan oleh
PT FFI telah menghasilkan penghematan biaya (efisiensi) dan peningkatan hubungan mitra
yang kuat dengan berbagai pihak, yaitu supplier, distributor,retailer, dan pelanggan atau
konsumen akhir.

10
Entitas dalam Jaringan Sistem Rantai Pasok

Pada jaringan sistem rantai pasok PT FFI, ada berbagai jenis entitas yang terlibat, yaitu pemasok
(supplier), pemanufaktur (pabrik), distributor, dan retailer.

a. Pemasok (Supplier)

Pembuatan produk Susu Frisian Flag (Susu Bendera) membutuhkan bahan baku utama dan
bahan baku pendukung. Bahan baku utama berupa susu segar dan susu bubuk sedangkan
bahan baku pendukung berupa gula, garam, flavour, emulsifier, dan stabilizer . Bahan baku
utama susu segar diperoleh dari supplier dalam negeri (domestik). Supplier dalam negeri hanya
mampu memenuhi 25% atau sekitar 475 ton dari jumlah kebutuhan total sebesar 1.900 ton per
hari. Sisa kebutuhan sebesar 75% atau sekitar 1.425 ton didatangkan dari supplier luar negeri,
antara lain dari Belanda, Australia, dan Selandia Baru (investasi.kontan.co.id, 2010). Susu segar
dari dalam negeri dipasok oleh beberapa koperasi peternakan sapi perah yang ada di Provinsi
Jawa Barat, yaitu Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan dan Koperasi
Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, serta Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP)
Boyolali yang ada di Provinsi Jawa Tengah (www.frisianflag.com , 2011). Untuk masalah kemasan
PT FFI bekerja sama dengan beberapa supplier untuk memenuhi kebutuhan kemasan
produknya, yang terdiri dari supplier kemasan botol plastik, supplier kemasan karton, dan
supplier kemasan tetrapack.

b. Pemanufaktur (Pabrik)

Yang menjalankan fungsi manufaktur adalah PT Frisian Flag Indonesia sebagai holding
company yang membawahi tiga anak perusahaan.

c. Distributor (DWS, MWS, SM)

PT FFI memiliki satu anak perusahaan bernama PT Tesori Mulia yang berperan sebagai
distributor utama dari produk Susu Bendera, yang didistribusikan hingga ke tangan
pelanggan/konsumen akhir melalui distributor wholesaler (DWS), modern wholesaler (MWS),
dan supermarket (SM) berskala besar. DWS dan MWS lalu mendistribusikan kembali produk
susu tersebut ke distributor yang berskala lebih kecil (sub-wholesaler/SWS) dan/atau pengecer
(retailer).

d. Retailer (SWS)

Retailer dan sub-wholesaler (SWS) dari PT FFI bertugas untuk menjual produk Susu Bendera
langsung ke konsumen akhir. PT FFI memiliki mitra usaha kecil dan menengah (UKM) pedagang

11
grosir tradisional sebanyak 750 mitra yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia seperti
Medan, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

Bab III - Pembahasan


1. Aliran Distribusi
PT FFI memiliki satu anak perusahaan bernama PT Tesori Mulia yang berperan sebagai
distributor utama dari produk Susu Bendera, yang didistribusikan hingga ke tangan
pelanggan/konsumen akhir melalui distributor wholesaler (DWS), modern wholesaler (MWS),
dan supermarket (SM) berskala besar. DWS dan MWS lalu mendistribusikan kembali produk
susu tersebut ke distributor yang berskala lebih kecil (sub-wholesaler/SWS) dan/atau pengecer
(retailer).

a. PT Tesori Mulia

PT Tesori Mulia bertugas untuk mendistribusikan produk Susu Bendera hingga ke seluruh
wilayah Indonesia dengan kantor pusat di Jakarta. PT Tesori Mulia memiliki 7 wilayah sales
operation (SO) yang terbagi lagi ke dalam beberapa wilayah operasi seperti ditunjukkan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Sales Operation PT FFI
Nama SO Pusat Wilayah Operasi
SO I Medan Seluruh Sumatera kecuali Lampung
SO II Jakarta Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Lampung, dan Kalimantan Barat
SO III Bandung Jawa Barat
SO IV Yogyakarta Jawa Tengah dan Yogyakarta
SO V Surabaya Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur
SO VI Makasar Sulawesi, Kalimantan kecuali Kalimantan Barat, dan Papua
SO VII Jayapura Merauke, Sorong, Timika, dan Biak

PT Tesori Mulia juga membentuk beberapa regional account officer (RAO) atau modern
wholesaler (MWS) yang bertugas mendistribusikan produk khusus sektor langsung atau tanpa
melalui distributor. RAO ini didirikan di kota-kota tertentu seperti Jakarta, Bandung, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Medan. RAO Jakarta bekerja sama dengan pihak ketiga untuk
mendistribusikan produk ke sektor modern yang juga memiliki gudang penyimpanan
sendiri. Untuk selengkapnya, sistem distribusi PT Tesori Mulia dapat dilihat pada Gambar 1.

b. Distributor (DWS/MWS/SM)

12
PT Tesori Mulia mendistribusikan produk Susu Bendera ke konsumen melalui distributor
wholesaler (DWS) dan modern wholesaler (MWS) yang terdapat di tiap kota besar di Indonesia.
PT Tesori Mulia juga mengirimkan produk secara langsung ke supermarket (SM) berskala besar
seperti Hypermart, Carrefour, Giant, dan lain sebagainya. DWS dan MWS lalu mendistribusikan
produk ke distributor yang lebih kecil (sub-wholesaler/SWS) dan retailer.

Bagan 1. Sistem Distribusi PT Tesori Mulia sampai ke Konsumen

c. Retailer (SWS)

Retailer dan sub-wholesaler (SWS) dari PT FFI bertugas untuk menjual produk Susu Bendera
langsung ke konsumen akhir. PT FFI memiliki mitra usaha kecil dan menengah (UKM) pedagang
grosir tradisional sebanyak 750 mitra yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia
seperti Medan, Palembang, Bandar Lampung, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
(bataviase.co.id, 2010). Pedagang grosir tradisional tersebut memiliki peran penting dalam
penyediaan produk-produk susu PT FFI di pelosok-pelosok wilayah Sumatera dan Jawa.

13
2. Aliran fisik SCM

Bagan 2. Aliran Fisik pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI

14
1. Supplier susu segar domestik (KPBS Pangalengan, KPSP Boyolali, dan KPSBU Lembang)
mengirim susu segar ke PT FFI setiap hari.

2. Supplier kemasan mengirim bahan baku kemasan ke PT FFI sesuai dengan permintaan.

3. Supplier bahan baku pendukung mengirim bahan baku pendukung ke PT FFI.

4. Supplier susu segar luar negeri mengirim susu segar ke PT FFI.

5. PT FFI mengirim produk jadi susu ke PT Tesori Mulia (pusat).

6. PT Tesori Mulia (pusat) mengirim produk jadi susu ke PT Tesori Mulia (cabang) sesuai
dengan permintaan masing-masing cabang.

7. PT Tesori Mulia (cabang) mengirim produk jadi susu ke PT Tesori Mulia (area) yang memiliki
gudang, sedangkan untuk PT Tesori Mulia yang tidak memiliki gudang sendiri, maka
produk jadi susu langsung dikirim ke DWS, MWS, dan SM sesuai dengan permintaan
masing-masing area dan distributor di seluruh Indonesia.

8. PT Tesori Mulia (area) yang memiliki gudang mengirim produk jadi susu ke DWS, MWS,
dan SM di area/wilayah penjualannya.

9. DWS mengirim produk jadi susu ke retailer dan SWS sesuai dengan permintaan.

10. MWS mengirim produk jadi susu ke retailer dan SWS sesuai dengan permintaan.

11. Retailer, SWS, MWS, dan SM menyediakan produk jadi susu untuk konsumen akhir

3. Aliran Informasi SCM


Aliran informasi yang terdapat di dalam entitas rantai pasok penghasil produk Susu Bendera
meliputi aliran informasi permintaan terhadap produk jadi Susu Bendera, aliran informasi
permintaan bahan baku dari PT FI dan PT FVI ke pihak supplier, dan aliran informasi
keterlambatan distributor dalam pembayaran, serta aliran informasi penagihan terhadap
distributor yang belum melakukan pembayaran terhadap produk Susu Bendera.

Aliran informasi permintaan produk jadi dimulai dari permintaan konsumen akan produk Susu
Bendera ke retailer/SWS/SM. Untuk mengetahui berapa jumlah penjualan di pihak retailer,
distributor mendapatkan data secondary sales (data penjualan dari distributor ke retailer)
berdasarkan data-data penjualan tahun sebelumnya. Dari data secondary sales tersebut akan
didapatkan rata-rata jumlah penjualan per bulan. Dengan demikian, distributor dapat membuat
15
suatu perkiraan permintaan/pesanan bulanan (confirmed monthly order/CMO). CMO
dikirimkan pada pertengahan bulan berjalan, dimana CMO tersebut berisikan permintaan pada
satu bulan dan dua bulan berikutnya, yang nantinya akan disesuaikan dengan target yang telah
ditetapkan oleh PT Tesori Mulia berdasarkan data-data yang ada. CMO dari seluruh distributor
yang ada di Indonesia lalu digabungkan di kantor pusat PT Tesori Mulia di Jakarta yang
kemudian menjadi acuan/ informasi bagi bagian produksi, yaitu PT FI dan PT FVI yang
disesuaikan dengan target dan perkiraan produksi bersama. Informasi CMO dari seluruh
wilayah Indonesia ini akan menjadi pedoman bagi pihak pemanufaktur (pabrik) untuk
melakukan produksi dan mengirimkan produk jadi Susu Bendera ke masing-masing wilayah
yang tersebar di Indonesia.

Jumlah permintaan produk jadi dari distributor akan dijadikan pedoman bagi PT FFI dalam
menentukan jumlah pesanan bahan baku ke pihak supplier, baik supplier susu segar domestik
(KPBS Pangalengan, KPSBU Lembang, dan KPSP Boyolali), supplier susu segar dan susu bubuk
luar negeri (Australia, Belanda, dan Selandia Baru), supplier kemasan, dan supplier bahan baku
pendukung. Aliran informasi lain yang terjadi adalah informasi mengenai keterlambatan
pembayaran pihak distributor dari PT Tesori Mulia (cabang) ke PT Tesori Mulia (area) dan
informasi penagihan keterlambatan pembayaran ke distributor yang menunggak. Begitu pula
dengan pihak distributor akan memberikan informasi penagihan bagi pihak retailer dan SWS
yang terlambat melakukan pembayaran atas produk-produk susu yang dibeli. Berikut
penjelasan dari tahapan aliran Informasi yang dijelaskan sebelumnya pada Bagan 3.

1. Retailer, SWS, dan SM mendapatkan informasi permintaan produk susu dari konsumen
berdasarkan data penjualan sebelumnya.

2. Retailer dan SWS mengirimkan data permintaan berdasarkan penjualan sebelumnya dari
konsumen ke DWS (secondary sales).

3. Retailer dan SWS mengirimkan data permintaan berdasarkan penjualan sebelumnya dari
konsumen ke MWS (secondary sales).

4. MWS mendapatkan informasi permintaan produk susu dari konsumen berdasarkan data
penjualan sebelumnya.

5. DWS, MWS, dan SM mengirimkan permintaan produk susu ke PT Tesori Mulia (cabang)
dalam bentuk CMO yang dikirimkan pada pertengahan bulan yang berisi permintaan
produk pada satu bulan dan dua bulan berikutnya dan disesuaikan dengan target PT Tesori
Mulia.

16
6. DWS, MWS, dan SM mengirimkan permintaan produk susu ke PT Tesori Mulia (area) dalam
bentuk CMO yang dikirimkan pada pertengahan bulan yang berisi permintaan produk satu
bulan dan dua bulan berikutnya dan disesuaikan dengan target PT Tesori Mulia.

7. PT Tesori Mulia (area) mengirim gabungan CMO dari distributor ke PT Tesori Mulia
(cabang).

8. PT Tesori Mulia (cabang) mengirim gabungan CMO dari distributor ke PT Tesori Mulia
(pusat).

9. PT Tesori Mulia (pusat) mengirimkan CMO dari seluruh distributor di Indonesia dan
disesuaikan dengan target PT FI dan PT VI.

10. PT FFI mengirimkan informasi permintaan susu segar kepada supplier susu segar domestik
sebesar 82.500 liter per hari ke KPSP Boyolali dan 392.500 liter per hari ke KPSBU Lembang
dan KPBS Pangalengan.

11. PT FFI mengirimkan informasi permintaan kepada supplier kemasan yang terdiri dari
kemasan botol plastik, karton, tetrapack, sachet, dan kaleng, di antaranya ke CV Berlian
Jaya Plast.

12. PT FFI mengirimkan informasi permintaan kepada supplier bahan pendukung/tambahan


berupa gula, garam, flavour, stabilizer, dan emulsifier.

13. PT FFI mengirimkan informasi permintaan kepada supplier susu segar luar negeri yang
berada di Belanda, Australia, dan Selandia Baru sebesar 1.045.000 liter per hari susu segar
dan 380.000 kg per hari susu bubuk.

14. PT Tesori Mulia (cabang) memberikan informasi keterlambatan pembayaran pihak


distributor.

15. PT Tesori Mulia (area) memberikan informasi penagihan keterlambatan pembayaran ke


DWS, MWS, dan SM.

16. DWS memberikan informasi penagihan keterlambatan pembayaran ke retailer dan SWS.

17. MWS memberikan informasi penagihan keterlambatan pembayaran ke retailer dan SWS.

17
Bagan 3. Aliran Informasi pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI

18
4. Aliran Status Kepemilikan

Bagan 4. Aliran Status Kepemilikan Produk Jadi

19
1. Di dalam lingkungan PT FFI, kepemilikan produk tidak terjadi perubahan.

2. Produk keluar dari lingkungan PT. FFI, Kepemilikan berubah.

a. Produk merupakan hak dan tanggung jawab DWS.

b. Produk merupakan hak dan tanggung jawab MWS.

c. Produk merupakan hak dan tanggung jawab SM.

3. Di level berikutnya, produk jadi mengalami perubahan kepemilikan juga, di antaranya :

a. Produk merupakan hak dan tanggung jawab retailer.

b. Produk merupakan hak dan tanggung jawab SWS.

4. Produk merupakan hak dan tanggung jawab konsumen.

Status kepemilikan ini dibuat agar para pemain distribusi produk PT. FFI bisa menjaga produk
jadi ini utuh dan sampai kepada pelanggan. Masing-masing memiliki tanggung jawab penuh
terhadap kondisi dan menjaga kualitas produk. Hal ini sangat penting karena menyangkut
dengan pandangan konsumen terhadap produk yang akan ia terima nanti. Apabila keutuhan
dan kualitas barang masih sempurna di tangan konsumen, maka perusahaan akan
mendapatkan penghargaan nama baik dari perusahaan sehingga permintaan produk akan
terus meningkat.

5. Aliran Pembayaran
Konsumen yang membeli produk jadi Susu Bendera dari retailer /SWS atau supermarket (SM)
membayar secara langsung (tunai) produk yang dibelinya. Sementara itu, retailer dan SWS
memiliki tenggang waktu untuk pembayaran atas produk susu yang dibelinya dari pihak MWS
ataupun DWS. Tenggang waktu pembayaran pihak retailer dan SWS ditetapkan oleh pihak DWS
atau MWS sendiri. Begitu pula dengan pihak distributor DWS atau MWS memiliki tenggang
waktu tertentu (payment delay ) yang ditetapkan oleh pihak PT Tesori Mulia (cabang) dalam
melakukan pembayaran atas produk jadi Susu Bendera yang dibelinya. Pihak PT Tesori Mulia
(area) hanya mengawasi dan memberikan penugasan apabila ada pihak distributor yang
terlambat membayar.

PT Tesori Mulia (cabang) menerima hasil pembayaran produk jadi dari distributor di
masingmasing area penjualan kemudian PT Tesori Mulia (pusat) menerima hasil pembayaran
produk jadi dari seluruh PT Tesori Mulia (cabang). Selanjutnya PT FFI menerima hasil penjualan
dari PT Tesori Mulia (pusat) yang kemudian dilanjutkan dengan pembayaran bahan baku susu

20
segar ke supplier domestik (KPBS Pangalengan, KPSP Boyolali, dan KPSBU Lembang), supplier
kemasan, supplier bahan baku pendukung, dan supplier susu segar luar negeri.

21
Bagan 5. Aliran Pembayaran pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI

22
6. Flowmap Informasi Permintaan Produk

23
Bagan 6. Flowmap informasi permintaan produk dari hilir ke hulu

Bagan di atas menunjukkan aliran informasi produk susu Frisian Flag dari hulu tepatnya dari
konsumen akhir hingga sampai ke supplier bahan baku. Bagan di atas menunjukkan di tiap
peran atau role dalam Supply Chain Manajemen memiliki database sendiri. Hal ini dilakukan
agar data pribadi perusahaan tidak tersebar luas secara bebas dan tidak disalahgunakan. Untuk
itu perlunya menggunakan sistem database yang bisa saling terintegrasi. Dengan
menggunakan sistem database yang sama untuk mempermudah dalam melakukan import dan
export database dari masing-masing peran. Perlunya permberian kode unik pada setiap satuan
produk, kemudian kode unik ini disajikan pula dalam bentuk bar code agar mempermudah

24
dalam proses peng-input-an, dan pada akhirnya produk akan ditampilkan dalam bentuk list
database. Diperlukan pula teknologi dan sistem yang diperlukan untuk menunjang Sistem
Informasi Aliran Permintaan Produk susu Frisian Flag, akan dibahas pada poin berikutnya.

7. Sistem Informasi pendukung SCM PT. Frisian Flag Indonesia


Supply Chain Management merupakan pemetaan rantai produk dari hulu ke hilir yang
memetakan informasi aliran produk dari bahan baku kemudian diolah menjadi sebuah produk
dan mengalir hingga ke tangan konsumen. Penerapan Sistem Informasi mendukung dalam
pencatatan informasi produk keluar masuk antara masing-masing peran SCM. Adapun
beberapa komponen yang dapat ditambahkan dalam Sistem Informasi pendukung SCM :

a. Sistem Informasi Inventori

Sebagai fitur core/inti dari Sistem Informasi pendukung SCM yang melakukan
pencatatan terhadap keluar/masuknya barang. Diperlukan alat bantu Barcode Scanner
untuk mempermudah dalam melakukan pencatatan produk. Pastinya produk telah
memiliki kunci unik. Sistem database digunakan sebagai media penyimpanan data
produk. Adapun data-data produk yang harus disimpan, yaitu

• Kode Produk • Harga Total

• Jenis Produk • Tanggal Masuk

• Jumlah • Tanggal Keluar

• Harga satuan • Tanggal Kadaluwarsa

Item-item di atas hanya berupa gambaran rincian data yang akan dimiliki oleh produk.
Untuk implementasinya mungkin akan ada penambahan atau pengurangan detail.

b. Sistem Informasi Keuangan

Sistem Informasi ini mengelola keuangan dari hasil keluar masuk produk. Sistem
Informasi ini melakukan pencatatan dengan melihat data yang tersedia pada Sistem
Informasi Inventori. Diharapkan sistem juga mampu dalam menentukan keuntungan
dan kerugian perusahaan. Hal ini bisa diketahui dari permintaan diskon produk oleh
distributor atau retailer. Permintaan diskon ini kemudian diakumulasikan dan hitung
pengurangan keuntungan dari yang diharapkan, kemudian baru bisa menentukan
apakah terjadi kerugian atas diskon yang diberikan.

25
Sistem Informasi ini juga mengelola data keterlambatan pembayaran distributor dan
retailer terhadap produk yang telah dikirimkan oleh PT. Tesori Mulia. Mereka juga
bertanggung jawab untuk menghubungi Distributor yang telat dalam melakukan
pembayaran. PT. Tesori Mulia bertanggung jawab atas keuangan PT. Frisian Flag
Indonesia.

Bab IV - Kesimpulan
PT FFI memiliki jaringan sistem rantai pasok yang telah terintegrasi untuk menghasilkan produk
susu yang berkualitas. Jaringan sistem rantai pasok yang dimiliki terdiri dari entitasentitas yang
dimulai dari supplier, distributor, dan retailer yang mengantarkan produk sampai ke tangan
konsumen akhir.

1. Supplier utama yang bertugas sebagai pemasok susu segar berasal dari dalam negeri
(domestik) maupun luar negeri.

a. Supplier domestik susu segar meliputi KPBS Pangalengan, KPSBU Lembang, dan
KPSP Boyolali.

b. Supplier luar negeri berasal dari negara Australia, Belanda, dan Selandia Baru.

2. PT FFI memiliki distributor utama untuk mendistribusikan produknya yang sekaligus


merupakan anak perusahaan PT FFI, yaitu PT Tesori Mulia. PT Tesori Mulia
mendistribusikan produk susu ke konsumen akhir melalui distributor wholesaler (DWS),
modern wholesaler (MWS), dan supermarket (SM) berskala besar seperti Hypermart,
Carrefour, Giant, dan lain sebagainya.

3. DWS dan MWS kemudian mendistribusikan produk susu tersebut ke distributor yang
lebih kecil (sub-wholesaler/SWS) dan pengecer (retailer).

Pada sistem rantai pasok produk susu PT FFI terdapat tiga aliran, yaitu

1. aliran informasi (information flow)

2. aliran fisik (physical flow),

3. aliran pembayaran (financial flow).

Aliran informasi di dalam entitas rantai pasok penghasil produk Susu Bendera meliputi

1. aliran informasi permintaan terhadap produk jadi Susu Bendera,

26
2. aliran informasi permintaan bahan baku dari PT FI dan PT FVI ke supplier,

3. aliran informasi keterlambatan distributor dalam pembayaran,

4. aliran informasi penagihan terhadap distributor yang belum melakukan pembayaran


produk Susu Bendera.

Aliran fisik yang terjadi di jaringan rantai pasok penghasil produk Susu Bendera adalah aliran
bahan baku dari supplier ke PT FI dan PT FVI dan aliran produk jadi dari PT Tesori Mulia ke
berbagai pihak distributor hingga sampai ke tangan konsumen.

Terakhir, tentunya terdapat aliran pembayaran yang terdiri dari aliran pembayaran bahan baku
dari PT FFI ke supplier, aliran pembayaran produk jadi Susu Bendera dari berbagai pihak
distributor (DWS/MWS/SM) ke PT FFI maupun dari pihak retailer/SWS ke pihak distributor
tersebut.

Referensi
Jamil., A. (2013, Desember 27). Makalah Supply Chain Management. Diambil kembali dari
Aisyahjamil Blog: http://aisyahjamil.esy.es/2013/12/makalah-supply-chainmanagement/

Liputra, D. T., Anna, I. D., & Kartika, W. (2015). Pemetaan Entitas dan Aliran pada Jaringan Sistem
Rantai Pasok Produk Susu (Studi Kasus di PT Frisian Flag Indonesia, Jakarta). JURNAL
INTEGRA VOL. 5, NO. 1, 1 - 15.

Putranto, A. (2013, Januari 15). Pengertian SCM. Diambil kembali dari Vadim Kherzakov Blog:
https://vadimkherzakov.wordpress.com/2013/01/15/pengertian-scm/

Daftar Bagan
Bagan 1. Sistem Distribusi PT Tesori Mulia sampai ke Konsumen ........................................................ 9
Bagan 2. Aliran Fisik pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI ......................................................... 10
Bagan 3. Aliran Informasi pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI ............................................... 13
Bagan 4. Aliran Status Kepemilikan Produk Jadi ....................................................................................... 14
Bagan 5. Aliran Pembayaran pada Jaringan Sistem Rantai Pasok PT FFI ........................................ 16
Bagan 6. Flowmap informasi permintaan produk dari hilir ke hulu .................................................. 18

27
28

Anda mungkin juga menyukai