UNSWAGATI CIREBON
JURNAL KONSTRUKSI
ABSTRAK
Kajian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya kerusakan amblasnya badan jalan dan sebagai salah satu
acuan dalam perbaikan badan jalan pada Ruas Jalan Sumber-Cigasong. Hasil kajian didapatkan bahwa
persentase kendaraan berat yang melintas adalah 26 % dengan MST yang diterima masih dibawah 8 ton
dan didapat nilai CBR lapangan sebesar 3,46 %. Menurut Dinas Bina marga Provinsi Jawa Barat, jalan
tersebut masih memenuhi persyaratan sebagai jalan kolektor, karena nilai CBR > 3 %. Berdasarkan
pengujian sampel tanah di laboratorium didapatkan nilai batas cair (LL) antara : 28,201 % s/d 45,459 %,
indeks plastisitas (PI) antara : 10,467 % s/d 27,461 %, batas plastis (PL) antara : 15,534 % s/d 23,636 %.
Data tersebut, menurut Atterberg (1911) tingkat plastisitas tanah digolongkan sebagai lempung dengan
intenstas plastisitas sedang sampai dengan tinggi sedangkan menurut sistem klasifikasi AASHTO,
termasuk golongan A-6 dan A-7-6 dengan tingkat plastisitas tanah digolongkan sebagai lempung dengan
intensitas plastisitas sedang sampai dengan tinggi dan sifat perubahan volume yang cukup besar, serta
menurut Chen (1975) tanah digolongkan sebagai tanah lempung dengan intensitas tingkat pengembangan
sedang sampai dengan tinggi.
ABSTRACT
Study were to determine the cause of the crash subsided, roads and as one of the mold in the way the
body repairs on Sumber-Cigasong Road. Results of the study found that the percentage of heavy vehicles
crossing is 26 % with MST received is below 8 tons and earned value as large as 3.46 % CBR field.
According to the Office of West Java Build clan, the road still meets the requirements as a collector,
because the CBR > 3 %.While based on laboratory testing of soil samples recovered liquid limit value
(LL) between: 28.201 % s/d 45,459 %, plasticity index (PI) between: 10,467 % s/d 27,461 %, plastis
limit (PL) of: 15.534 % s/d 23.636 %. According data to Atterberg (1911) level classified as clay soil
plasticity with plasticity intensity being up high while according to the AASHTO classification system,
including the A-6 and A- 7-6 to be classified as clay soil plasticity with plasticity intensity is reached with
high volume and nature of the change is large enough, and according to Chen (1975) are classified as
clay soil with the intensity level is up high expansion.
1. PENDAHULUAN
Ruas Jalan Sumber-Cigasong merupakan Jalan
Provinsi dengan panjang fungsional 26.720 m
(Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Jabar).
Ruas Jalan Sumber-Cigasong menghubungkan
antara Kabupaten Cirebon dengan Kabupaten
Majalengka. Ruas jalan tersebut merupakan jalur Sumber : Silvia Sukirman,1999
yang berpotensi untuk perkembangan wilayah Gambar 2.1. Perkerasan Lentur
dan merupakan akses utama keluar masuk dari
Kabupaten Cirebon menuju Kabupaten 2.1. Klasifikasi Sistem AASHTO
Majalengka ataupun sebaliknya. Ruas Jalan
Sumber-Cigasong cukup memprihatinkan, Pada sistem ini tanah diklasifikasikan ke dalam
karena terdapat banyak titik kerusakan pada tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai dengan
A-7. tanah yang diklasifikasikan ke dalam A-1,
badan jalan seperti penurunan dan amblasnya
A-2, dan A-3 adalah tanah berbutir dimana 35 %
badan jalan, sehingga mengakibatkan arus lalu
lintas kendaraan yang melewati ruas jalan butirannya atau kurang lolos ayakan No.200.
tersebut mengalami gangguan yang dapat Tanah dimana lebih dari 35 % butirannya lolos
ayakan No.200 diklasifikasikan ke dalam
menimbulkan kecelakaan. Terdapat beberapa
kelompok A-4, A-5, A6, dan A-7.
kemungkinan terjadinya kerusakan Ruas Jalan
Sumber-Cigasong yaitu diakibatkan oleh faktor a. Tanah Berbutir Halus
dari struktur perkerasan jalannya, faktor tanah
dasarnya (subgrade) ataupun diakibatkan Tabel 2.1. Karakteristik Tanah Berbutir Kasar
keduanya. Untuk mengetahui penyebab Kode Karateritik Tanah
kerusakan jalan tersebut maka akan dilakukan
A-1 Tanah yang terdiri dari kerikil dan pasir kasar
observasi terhadap ruas jalan tersebut untuk dengan sedikit atau tanpa butir halus, dengan atau
mendapatkan data mengenai permasalahan tanpa sifat plastis
tersebut.
A-3 Terdiri dari pasir halus dengan sedikit sekali butir
halus lolos no.200 dan tidak plastis
2.2. Daya Dukung Tanah (DDT) Tabel 2.1. Kadar Air dalam Tanah
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan Jenis Tanah Kadar Air
California Bearing Ratio (CBR) CBR Pasir lembab 2-10
merupakan perbandingan beban penetrasi pada Lempung sedikit membatu 2-10
Lempung 20-60
suatu bahan dengan beban standar pada Sumber : Edward, Marsesa, 2007
penetrasi dan kecepatan pembebanan yang sama.
Penetapan CBR lapangan melalui pengujian b. Berat Jenis Tanah (Specific Gravity)
dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetration)
dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung Pengujian ini digunakan untuk mengetahui
tanah dinyatakan dalam nilai CBR (California specific gravity, yang dimaksud dengan specific
Bearing Ratio) dengan satuan % (persen). gravity tanah ialah perbandingan berat isi tanah
Korelasi antara banyaknya tumbukan dan kering (γs) dengan berat isi air (γw) pada suhu
penetrasi ujung konus dari alat DCP (Dynamic tertentu.
Cone Penetration) ke dalam tanah akan
memberikan gambaran kekuatan tanah dasar Apabila dengan rumus :
pada titik-titik tertentu dan menurut Dinas Bina Berat tanah = W2−W3
Berat air = W4−W1
Marga Provinsi Jawa Barat nilai CBR lapangan Berat tanah dan air = W3−W2
untuk konstruksi lapisan subgrade jalan dengan Berat air yang = (W4−W1)−(W3−W2)
persyaratan CBR > 3 %. mengganti tanah
Berat Jenis = (W2−W1)
a. Secara Analitis (W4−W1)−(W3−W2)
Sumber: Pedoman Praktikum Mekanika Tanah Unswagati
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
Keterangan :
Sumber: SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F W1 = Berat Picnometer
W2 = Berat picnometer + tanah
b. Secara Grafis
W3 = Berat picnometer + tanah + air
W4 = Berat picnometer + tanah + air sampai
penuh
Tabel 2.2. Berat Jenis Tanah
Jenis tanah Berat jenis (Gs)
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau anorganik 2,62 - 2,68
Lempung organik 2,58 - 2,65
Lempung anorganik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Sumber: SKBI - 2.3.26.1987/SNI NO : 1732–1989-F Gambut 1,25 - 1,80
Gambar 2.3. Korelasi antara DDT dan CBR Sumber : Edward, Marsesa, 2007
Sifat-sifat dari tanah yang dapat menunjukkan Dari nilai qu dapat diketahui konsistensi tanah
tanah berbutir halus dalam keadaan alami adalah berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
konsistensi. Batas-batas Atterberg tergantung
pada air yang terkandung dalam massa tanah. Tabel 2.5. Klasifikasi Unconfined Compression
No Strength qu (kg / Konsisten
Perubahan dari keadaan yang satu ke keadaan cm2)
yang lainya sangat penting di perhatikan sifat- 1 < 0,25 Sangat
sifat fisiknya. Batas kadar air tanah dari satu 2 0,25 – 0,50 Lunak
keadaan berikutnya dikenal sebagai batas-batas 3 0,50 – 1,00 Lunak
kekentalan/konsistensi. Batas-batas konsistensi 4 1,00 – 4,00 Teguh
5 > 4,00 Kenyal
yang diambil adalah : Keras
Batas Cair (liquid limit) = L.L Sumber : Edward, Marsesa, 2007
Kadar air tanah pada batas antara keadaan
cair ke keadaan plastis 2.4. Pengaruh Lalu Lintas
Batas Plastis (plastis limit) = P.L a. Klasifikasi Jalan
Menyatakan kadar air minimum dimana
tanah masih dalam keadaan plastis Indeks Tabel 2.6.Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Plastisitas (plasticity index) = P.I. Fungsi Kelas Muatan Sumbu
Indeks Plastisitas merupakan interval kadar Terberat (Ton)
Arteri I 10
air, yaitu tanah masih bersifat plastis. II 10
IIIA 8
Apabila dengan rumus : Kolektor IIIA 8
IIIB 8
P.I = L.L. – P.L. IIIC 8
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga 1997
Sumber: Pedoman Praktikum Mekanika Tanah Unswagati
Tabel 2.3. Hubungan Antara Indeks Plastis dengan Klasifikasi jalan dibedakan menurut Direktorat
Tingkat Plastisitas dan Jenis Tanah Jenderal Bina Marga dalam beberapa hal,
Jenis Tanah Sifat PI diantaranya :
Pasir Tidak plastis 0
Lanau (silt) Plastis rendah 0<PI<7 1. Berdasarkan Fungsi Jalan, terbagi atas :
Silty/Clay Plastis sedang 7-17 Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani
Lempung (Clay) Plastis tinggi >17
Sumber : Hary Christady Hardiyatmo, 2002
angkutan umum dengan ciri-ciri
perjalanan jauh, kecepatan rata-rata
Tabel 2.4. Potensi Pengembangan tinggi dan jumlah jalan yang masuk
PI Potensi Pengembangan dibatasi secara efisien.
0-10 Rendah Jalan Kolektor yaitu jalan yang
10-20 Sedang melayani angkutan pengumpul/pembagi
20-35 Tinggi
>35 Sangat Tinggi
dengan ciri-ciri perjalanan sedang,
Sumber : Chen, 1975 kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah
jalan masuk dibatasi.
e. Unconfined Test Jalan Lokal yaitu jalan yang melayani
angkutan setempat dengan ciri-ciri
Untuk membandingkan tegangan maksimum
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-
yang dapat diterima contoh uji dengan deviator
rata rendah, dan jumlah jalan masuk
stress maksimum yang dihasilkan oleh
dibatasi.
percobaan triaksial cu.
2. Berdasarkan Kelas Jalan, terbagi atas :
Rumus yang digunakan :
Jalan Utama (Kelas I) adalah jalan raya
1. Tegangan
Beban
yang melayani lalu lintas yang tinggi
Tegangan = antara kota-kota yang penting/antara
Luas Terkoreksi
Sumber: Pedoman Praktikum Mekanika Tanah Unswagati pusat-pusat produksi eksport.
Jalan Sekunder (Kelas II) adalah jalan
2. Unconfined Compression Streght raya yang melayani lalu lintas yang
qu cukup tinggi antara kota-kota penting
2
Cu = kg/ cm dan kota-kota yang lebih kecil serta
2 melayani daerah sekitar.
c. Beban Gandar
Untuk keamanan dan kenyamanan pengendara
angkutan barang, maka ditetapkan JBI (Jumlah
Berat yang Diijinkan) untuk setiap kendaraan
angkutan barang.
maksimum (ton)
Beban muatan
UE 18 KSAL
maksimum
maksimum
Berat total
kendaraan
4.1. Volume Kendaraan
(Sumber : Manual Perkerasan Jalan dengan alat Benkelman beam No. Truck 2 As 5+8 122
01/MN/BM/83). kend/jam
berat yang melintas pada ruas jalan tersebut 4.3. Identifikasi Sampel Tanah
dengan muatan beban gandar yang diterima
masih dibawah beban gandar maksimal sebesar Tabel 4.3. Hasil Uji Laboratorium
STA Kadar Berat Batas Batas Indeks Kuat
8 ton seperti yang disyaratkan menurut Dinas air Jenis Cair Plastis Plastis Tekan
Bina Marga Provinsi Jawa Barat. (%) (%) (%) (%) (kg/cm2)
17+200 32,12 2,135 42,995 15,534 26,47 1,9
21+300 42,32 2,673 36,966 23,353 13,45 1,8
4.2. Data CBR Lapangan 24+100 54,66 2,938 28,201 17,734 11,27 1,75
27+100 58,16 2,59 45,549 23,636 22,16 1,6
Analisa daya dukung tanah dasar ditentukan
Sumber : Hasil analisis uji laboratorium
dengan pengujian CBR lapangan, pengambilan
data CBR lapangan dilakukan dengan
menggunakan alat DCP (Dynamic Cone Berdasarkan hasil pengujian, sifat fisik contoh
Penetration) pada sepanjang Ruas Jalan tanah asli yang diambil pada Ruas Jalan
Sumber-Cigasong Km.Cn 17+000 s/d Km.Cn. Sumber-Cigasong, mempunyai persentase sifat
28+000, dengan pengambilan data sebanyak 37 berikut, yaitu batas cair (LL) antara : 28,201 %
titik. Pengambilan nilai CBR lapangan s/d 45,459 %, indeks plastisitas (PI) antara :
dilakukan dengan zig-zag pada masing-masing 10,467 % s/d 27,461 %, batas plastis (PL)
bahu jalan. antara : 15,534 % s/d 23,636 %. Data tersebut,
menurut Atterberg (1911) jenis tanah termasuk
Tabel 4.2.Nilai CBR dengan Menggunakan Alat DCP jenis tanah lempung dengan tingkat plastisitas
STA Nilai Urutan Titik Persentase tanah digolongkan sebagai lempung plastis
CBR
17+200 8,9 2 37 37/37 x 100 % = 100 % dengan intensitas sedang sampai dengan tinggi
17+400 3,5 2 - - sedangkan menurut sistem klasifikasi AASHTO
17+600 6,5 2,6 35 35/37x 100 % = 95 % termasuk golongan A-6 dan A-7-6 dengan
17+800 5,6 3,4 34 34/37 x 100% = 92 %
18+000 7,1 3,5 33 33/37 x 100 % = 89 % tingkat plastisitas tanah digolongkan sebagai
18+200 5,6 3,6 32 32/37 x 100 % = 86 % lempung sangat plastis yang masih mengandung
18+600 6,7 3,7 31 31/37 x 100 % = 84 %
19+000 2,6 4,5 30 30/37 x 100 % = 81 %
butiran pasir serta mempunyai sifat perubahan
19+200 3,7 4,6 29 29/37 x 100 % = 78 % volumenya yang cukup besar. dan menurut chen
19+400 10 5,4 28 28/37 x 100 % = 75 % (1975) tanah tersebut tergolong tanah lempung
19+800 6,5 5,5 27 27/37 x 100 % = 73 %
20+200 10 5,5 - - dengan intensitas tingkat pengembangan sedang
20+400 7,8 5,6 25 25/37 x 100 % = 68 % sampai dengan tinggi. Berdasarkan hasil
20+600 10 5,6 - - pengujian mekanis dengan pengujian kuat tekan
20+800 10 5,7 23 23/37 x 100 % = 62 %
21+000 10 6,5 22 22/37 x 100 % = 60 % bebas (qu), maka didapat nilai antara: 1,6 kg/cm2
21+200 10 6,5 - - s/d 1,9 kg/cm2, sehingga termasuk jenis tanah
21+400 7,7 6,7 20 20/37 x 100 % = 54 %
21+600 10 7,1 19 19/37 x 100 % = 51 %
lempung dengan konsistensi kenyal.
21+800 5,5 7,7 18 18/37 x 100 % = 49 %
22+000 5,5 7,8 17 17/37 x 100 % = 49 % 5. KESIMPULAN DAN SARAN
22+200 4,5 8,8 16 16/37 x 100 % = 43 %
22+400 10 8,9 15 15/37 x 100% = 40 % 5.1. Kesimpulan
22+600 9,7 9,7 14 14/37 x 100 % = 38 %
22+800 8,8 10,0 13 13/37 x 100 % = 35 % Dari hasil dan pembahasan dapat diambil
24+000 10 10 - -
24+800 10 10 - - kesimpulan sebagai berikut :
25+000 2 10 - - a. Karakteristik lalu lintas kendaraan,
25+600 4,6 10 - - diketahui bahwa kendaraan yang melintas
25+800 2 10 - -
26+000 10 10 - - pada Ruas Jalan Sumber-Cigasong tidak
26+400 3,4 10 - - melebihi MST (Muatan Sumbu Terberat )
27+000 3,6 10 - -
27+200 10 10 - - sebesar 8 ton untuk jalan kolektor seperti
27+600 10 10 - - yang disyaratkan menurut Dinas Bina
27+800 5,4 10 - - Marga Provinsi Jawa Barat.
28+000 5,7 10 - -
b. Nilai CBR lapangan diperoleh nilai sebesar
Sumber: Hasil Uji CBR Lapangan 3,46 % dan berdasarkan nomogram korelasi
CBR dan DDT didapat nilai DDT sebesar
Berdasarkan nilai CBR lapangan didapat
4,01, sehingga secara teori nilai CBR masih
dengan persentase 90 % yaitu 3,46 % dan secara
memenuhi persyaratan sebagai lapisan
perhitungan analisis nilai daya dukung tanah
subgrade untuk jalan kolektor dengan
(DDT) ataupun dengan nomogram diperoleh
persyaratan nilai CBR > 3 % menurut
nilai DDT sebesar 4,01.
Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Barat.
c. Jenis tanah subgrade pada Ruas Jalan
Sumber-Cigasong termasuk dalam
DAFTAR PUSTAKA
Alizar, 2011, Perencanaan Perkerasan Jalan,
Modul 3 Universitas Mercubuana.
Chen, F. H.,1975, Foundations on Expansive
Soils, Elsevier Scientific Publishing
Company, New York.
Dinas Bina Marga ProvinsiJawa Barat.
http://www.disbinmar.jabarprov.co.id/u
pload/.
Direktorat Jenderal BinaMarga, 1997, Tata Cara
Perencanaan Geometrik untuk
JalanAntar Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga,1983, Manual
Perkerasan dengan alat Benkelmean
Beam No.01/MN/BM/83.
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1983, Manual
Pemeliharaan Jalan No:03/MN/B/1983.