Anda di halaman 1dari 8

 ALUR KEHIDUPAN MANUSIA ; DETERMINISTIK, ATAU FREE WILL? ... BAGIAN (1) ...

Zaman saya kuliah, berulang kali saya katakan, saya ini "penggila ilmu filsafat", filsafat ilmu, filsafat
agama, filsafat apapun alirannya ... Saya ini wakil sekretaris Unit Kerohanian Islam, yang bacaannya
Karl Marx, Friedrich Nietszsche, Al Farabi, dan macem-macem ... Salah satu topik yang sangat
menarik bagi saya, dalam dunia filsafat, adalah tentang ; "alur kehidupan yang kita jalani itu,
determinisik?, atau free will?" ...

Deterministik, artinya, semua alur hidup kita sudah ditetapkan ... Kita tidak ada kuasa, keluar dari
yang ditetapkan, kita ibarat wayang, hanya mengikuti kemauan dalang ... Free willl, artinya, kita
punya kuasa juga, dalam menentukan alur kehidupan kita bagaimana ... Tidak sebatas wayang, yang
hanya ikut maunya dalang ... Keduanya, jelas saling bertentangan ... Lalu, mana yang benar? ... Dalam
sejarah filsafat islam, juga sama saja perseteruannya, ada aliran qadariyah, dan ada aliran
jabariyah ...

Memilih salah satu, di antara keduanya, jelas tidak mudah ... Karena, implikasinya sangat besar dalam
hidup ... Kalau hidup itu deterministik, maka apapun itu, sudah dari "sononya" ... Jadi, anda berbuat
baik, berbuat tidak baik, itu anda hanya menjalani saja, karena dalang yang "punya mau" ... Kalau
hidup itu free will, ini persoalannya, akan mematahkan asumsi, bahwa Tuhan Maha Tahu ... Lha,
kalau free will, berarti masa depan itu unset, belum ditentukan ...

Kalau anda, membaca postingan saya sebelum postingan yang ini ... Jelas sudah terjawab, bahwa
"ada kesadaran yang tahu terlebih dahulu, bahkan sebelum kita tahu" ... Ini menjadi landasan kuat
bagi asumsi, Tuhan Maha Tahu ... Namun, jika Maha Tahu ini, dipahami sebagai "hidup adalah mutlak
deterministik", lalu ngapain kita berbuat baik? ... Khan, apapun yang kita lakukan, adalah sudah
ditentukan oleh Tuhan? ... Memang sudah ditentukan Tuhan, orang jadi pelacur, koruptor,
pembunuh, pencuri ...

Menjadi semakin complicated, saat dalam keyakinan agama disebutkan, "akan ada hukuman, dalam
kehidupan kelak, bagi yang perbuatannya buruk (neraka)" ... Iki piye maksude? ... Ditetapkan sendiri
alur hidup kita oleh Tuhan, lalu dihukum sendiri oleh Tuhan ... Khan aneh? ... Bukan mauku, kok aku
dihukum? ... Saya pernah bertanya, "Tuhan sudah tahu belum, siapa saja yang masuk neraka?" ...
Kalau dijawab sudah, lah terus buat apa, kita hidup mati-matian berbuat baik? ...

Tapi, kalau dijawab, "Tuhan tidak tahu, untuk saat ini, siapa saja yang bakalan masuk neraka, karena
menunggu keputusan kita, dalam memilih perbuatan saat hidup di dunia ini" ... Kalau dijawab begitu,
di satu sisi, memang memunculkan rasa keadilan ... Tapi itu tadi, akan menabrak asumsi ke-Maha-
Tahu-an Tuhan ... Hahahaha ... Ruwet, pantesan antara jabariyah dan qodariyah, filsafat deterministik
dan filsafat free will, keduanya susah akur ... Karena di level logika, enggak matching ...
Solusinya? ... Saya selalu berupaya, keluar dari pro kontra ... Oleh karenanya, yang saya gunakan
adalah, filsafat paradoks ... Filsafat paradoks, adalah sebuah konsep berpikir, dimana apabila ada
kedua hal saling berlawanan, keduanya adalah benar ... Bagi anda yang biasa berpikir konvensional,
akan sangat susah memahami paradoks ... Bagaimana mungkin, dua hal bertentangan, kok keduanya
sama-sama benar? ... Ya, saya memilih "jalan tengah" ... Saya meyakini, bahwa alur kehidupan
manusia itu paradoks ...

"Hidup itu, deterministik, sekaligus free will ... Hidup itu sudah ditentukan, sekaligus, manusia juga
punya kehendak bebas" ...

Bersambung ke bagian (2) ...

ALUR KEHIDUPAN MANUSIA ; DETERMINISTIK, ATAU FREE WILL? ... BAGIAN (2) ...

Pada akhir postingan saya, di bagian 1, saya katakan, "hidup itu paradoks, alur kehidupan manusia itu
deterministik, sekaligus manusia juga punya free will" ... Agar memudahkan pemahaman tentang hal
ini, mari kita melihat, bagaimana desain alam semesta kita ... Karena karakter kita, "tidak jauh-jauh"
dari karakter alam semesta yang kita tempati ...

Alam semesta kita, jika kita lihat dengan kacamata "ilmu fisika", terdiri dari wilayah "benda material",
dan wilayah "bahan pembentuk material" ... Pada wilayah benda material, kita bisa melihat,
bagaimana segala sesuatu, bisa diprediksi ... Jika ada variable X, maka akan terjadi Y ... Ada sebuah
keteraturan hukum, yang bisa diamati ...

Keteraturan, adalah menunjukkan sebuah kepastian, tentang sudah adanya, sebuah ketetapan yang
berlaku ... Dalam ajaran agama saya, ini dilekatkan pada konsep "sunatullah" ... Yang sejak dulu,
sunatullah, bekerja dengan mekanisme yang tetap ... Mungkin, akan ada beberapa anomali
(penyimpangan) ... Namun secara prinsip, cenderung konstan, alias, intinya ya begitu-begitu aja ...

Seiring dengan kemajuan teknologi ... Manusia mulai bisa "meneliti", bahan pembentuk sebuah
benda material (atom, elektron, proton, neutron, dan sebagainya), yang soal ini, dikaji dalam "ilmu
fisika quantum" ... Ternyata, yang terjadi di "level halus", tidaklah sebagaimana di level "material ...
Pada level bahan pembentuk material, yang ada adalah ketidakteraturan ... Uncertainity principle,
kata Warner Heisenberg (seorang pakar ilmu fisika) ...

Ketidakteraturan, adalah bahasa lain dari tidak bisa diprediksi ... Tidak bisa diprediksi, artinya tidak
ada ketetapan yang pasti, atau, hasilnya belum ditetapkan ... Ini khan yang bikin para ilmuwan
"kepalanya pening" ... Hingga kini, belum ada konsep sains, yang bisa menggabungkan keduanya ...
The theory of everything (teori segala sesuatu), saya lihat masih di wilayah angan-angan ...
Untuk memudahkan paradoks ini, coba anda lihat benda material, dalam jangkauan penglihatan
anda ... Kalau ada kursi misalnya, maka wujud kursi, itulah wilayah material ... Jika anda urai kursi itu,
sampai pada level halus, anda akan menemukan atom, partikel, dan seterusnya, yang lebih halus ...
Nah, yang menjadi paradoks, rumus-rumus sains di wilayah wujud material kursi, tidak berlaku pada
wilayah atomic level, pembentuk kursi itu ... Demikian juga sebaliknya ...

Manusia, secara prinsip, sama dengan penggambaran kursi itu, tapi lebih kompleks tentunya ...
Manusia memiliki wilayah material, yaitu tubuh ... Jika tubuh manusia "diurai" sampai "level halus",
akan ketemu, atom, partikel, dan semacamnya, yang tadi sudah kita bahas ... Nah, mengapa saya
katakan manusia lebih kompleks? ... Karena, "level halus" pada manusia, bukan sekedar atomic level
semata ... Manusia, juga memiliki jiwa, ruh, kesadaran, atau apapun sebutannya ... Lalu, dimana
wilayah deterministik dan dimana wilayah free will, pada diri manusia? ...

Dalam pemahaman saya saat ini, wilayah deterministik adalah pada level material (body) ... Wilayah
free will, adalah pada level atomic level, jiwa, ruh, kesadaran ... Dalam kerangka ini, maka hal-hal
yang terkait dengan body, adalah pembatas dari free will itu sendiri ... Karena pada body, "tertulis"
segala macem informasi / data, dari para generasi pendahulu kita ... Yang informasinya / datanya,
sudah "ditulis", berpuluh, bahkan ratusan tahun yang lalu ... Lalu turun, sampai kepada kita ..

Bersambung

ALUR KEHIDUPAN MANUSIA ; DETERMINISTIK, ATAU FREE WILL? ... BAGIAN (3) ...

Di bagian akhir, pada artikel bagian 2, saya katakan bahwa, wilayah deterministik, ada pada wilayah
body ... Karena pada body, ada "tulisan" tentang informasi / data, yang akumulasi proses penulisan
informasi / data-nya, sudah sejak dahulu kala, bahkan sebelum kita dilahirkan ... Ada informasi
genetik ... Yang diwariskan dari generasi ke generasi, seperti legenda biskuit roma ... Wkkk ...

Kita mulai dari contoh yang sederhana ... Misalnya, se-kreatif apapun Tuhan, suka gak suka, kita akan
ada kemiripan wajah, dengan orang tua kita, atau siapapun yang terkait dengan leluhur kita ... Ini gak
bisa milih, ini deterministik ... Juga perihal jenis kelamin laki-laki atau perempuan, ini akan terkait
dengan kromosom, yang ada pada tubuh ayah dan ibu kita ... Iya khan? ... Ini fakta-fakta yang bisa
kita pelajari, pada ilmu biologi modern ...

Teknologi modern bisa melacak, kita ini anak siapa, dengan melacak informasi genetik kita (DNA) ...
Dalam salah satu video, tentang tracking DNA, bahkan kita bisa melacak, darimana anchestor
(leluhur) kita ... Saya pernah share video tentang ini di facebook ... Yang dalam videonya, beberapa
orang yang sangat membenci ras / kaum tertentu, ternyata setelah dilakukan tracking DNA, eh
leluhur dia dari ras / kaum itu wkkk ...
Nah, tulisan informasi / data, yang tertulis pada body, yang berkontribusi membentuk wujud kita,
bukan itu saja point yang saya maksud ... Namun, ternyata alur kehidupan, memory, pengalaman dari
generasi sebelum kita, juga terbawa pada diri kita ... Saya punya banyak pengamatan kasus terkait hal
ini ... Dan informasi, pengalaman, memory, para generasi terdahulu, sangat berkontribusi juga
membentuk apa yang kita alami dalam hidup ...

Saya sudah sebut, tentang DNA di atas tadi ... Anda bisa telusuri di berbagai sumber, DNA ibarat
sebuah "buku / kitab" yang bisa memuat tulisan yang sangat banyak, karena saking banyaknya, saya
katakan "tak terhingga kapasitasnya" ... Karena DNA itu terkait dengan NASAB (silsilah), maka saya
katakan, NASAB, ikut membentuk NASIB ... Secara permukaan, ketika kita belum lahir, kita belum
punya masa lalu ... Tapi pada "deep structure", kita sebenarnya, sudah punya masa lalu ... Masa lalu
ini, adalah masa lalu anchestor kita ...

Tubuh kita, DNA, segala hal yang terkait dengan body kita, adalah "kitab yang nyata", yang kita
terima ... Belakangan ini, saya mendapatkan fakta-fakta, bahwa traumatic seseorang, ada pada level
body ... Tidak heran, banyak teknik terapi emosi, sekarang "mainnya di level body", misalnya teknik
TRE (Tension Release Excercise), body di utak-atik, trauma lepas, vibrasi berubah, kehidupan berubah
... Yang menarik, traumatic ini, bisa ada di body, bahkan sebelum anda menjalani kehidupan ... Sudah
sejak di dalam kandungan, bisa sudah ada itu traumanya ...

Jika anda, mengikuti bahasan saya perihal vibrasi selama ini, saya lebih berbicara perihal, "apa vibrasi
yang anda akses" ... Tapi pernah gak, anda mengalami kejadian gak enak, bahkan berulang, darimana
sumbernya? ... Ya dari informasi para anchestor ini ... Bahkan seolah, kejadian itu gak bisa dihindari ...
You have to experience it ... Beberapa keyakinan spiritual, menamainya sebagai "karma" ...

Akan tetapi yang menarik, body, pada tataran tertentu bisa berubah ... Ekspresi pola-pola DNA, juga
bisa berubah, saat kesadaran, mindset dan keyakinan seseorang berubah ... Di sinilah ada sebuah
indikasi, bahwa manusia juga punya free will ... Apa yang "sudah tertulis", anda ada peluang
mengubahnya ... Namun, ada yang mudah diubah, ada yang hingga anda wafat, susah diubahnya ...
Tergantung seberapa dalam, informasi / data itu "tertulis" ...

So, alur kehidupan kita, adalah kombinasi, antara apa yang sudah tertulis, dengan tulisan-tulisan baru
yang kita "buat", melalui free will kita ... Namun, apapun perubahan yang kita lakukan, atas tulisan
yang ada, menjadi tulisan deterministik, bagi generasi anda selanjutnya (keturunan) ... Sudah paham
belum? ... Mungkin sampai di sini, ada penolakan-penolakan yang muncul pada diri anda ... Gak
masalah ... Tapi, coba anda renungkan kalimat berikut ini ...

"Manusia, adalah tinta, kertas, pena dan juga sekaligus sebagai kepanjangan tangan-NYA ... Dalam
proses penulisan novel kehidupan" ...
Bersambung ke bagian (4) ...

_/|\

ALUR KEHIDUPAN MANUSIA ; DETERMINISTIK, ATAU FREE WILL? ... BAGIAN (4) ...

Pada bagian 3, saya ceritakan, bahwa hal-hal yang tertulis pada body (informasi pada dna, dan
sebagainya), memiliki sifat deterministik ... Namun saya juga katakan, ada suatu wilayah, dimana
deterministik ini, bisa diubah dengan free will ... Yuk, kita ambil satu contoh kali ini ... Misalnya, jenis
kelamin, satu paket dengan bentuk kelaminnya, adalah salah satu yang deterministik (alias, kita gak
bisa memilih) ...

Namun, percayakah anda, ketika seseorang wanita ingin menjadi pria, karena berbagai rentetan
peristiwa traumatik dalam hidupnya, itu bisa menyebabkan tumbuhnya penis pada alat
kelaminnya? ... Ini beneran terjadi ... Saya pernah membahasnya di status facebook saya ... Saya
kenal orangnya yang mengalami kejadian ini, dan ini sungguh mencengangkan saya ... Jadi, hal yang
deterministik pun, dalam tataran tertentu, bisa berubah ...

Lalu, pada tataran apa, sebuah free will (kehendak), bisa mengubah apa yang sudah ditentukan? ...
Ini tidak mudah untuk menjawabnya ... Sebabnya adalah, keyakinan bahwa, "Tuhan Maha Tahu" ...
Free will, akan selalu berbenturan dengan itu ... Saya ingatkan lagi pertanyaan saya di bagian 1 ...
"Tuhan tahu gak, siapa saja yang masuk neraka?" ... Kalau tahu, berarti siapa-siapa yang masuk
neraka, sudah ditentukan donk ... Trus ngapain kita? ...

Bagaimana saya bisa menerima fakta, tentang hal-hal yang bisa diubah, di satu sisi ... Namun, saya
juga kudu menerima keyakinan, bahwa Tuhan Maha Tahu sampai endingnya? ... That's very
difficult ... Bagi anda yang males mikir, simple aja sih, "yakini saja apa yang ada dalam kitab suci" ...
Cuman, saya adalah tipe, "aku beriman, makanya aku bertanya dan mempertanyakan" ... Bertahun-
tahun, saya galau untuk menemukan "jalan tengah" ...

Hingga akhirnya, saya berjumpa dengan konsep, "the ocean of infinite possibility" ... Terjemahannya,
"samudera kemungkinan yang tiada batas" ... Ini adalah jalan tengah bagi saya ... Apa itu "the ocean
of infinite possibility"? ... Yaitu, pengertian bahwa, "segala hal, yang ditetapkan Tuhan, adalah dalam
bentuk kemungkinan" ... Peristiwa hidup, adalah kumpulan rumus, "jika x maka y, yang variable dan
faktornya, tiada terhingga" ...

Apakah anda meyakini, bahwa rezeki anda sudah ditetapkan Tuhan? ... Saya meyakini itu, hanya saja,
belum tentu kita sama dalam hal yang kita yakini, soal ditetapkan itu ... Kebanyakan orang meyakini
semacam ini, "rezeki saya 5 juta bulan ini", hanya saja Tuhan yang tahu, dan anda baru tahu
ketetapan ini, pada akhir bulan tersebut ... Nah, kalau saya meyakininya tidak semacam begitu ...
Bagaimana bentuk keyakinan saya? ...

Saya meyakini "jika x maka y", yang tiada terhingga ... Misalnya, "rezeki saya bulan ini 100 juta, jika
saya rajin", "jika saya malas, rezeki saya bulan ini, 2 juta", "jika saya cukup rajin, rezeki saya bulan ini,
50 juta" ... Dan sebagainya, semacam itu ... Tuhan sudah menetapkan, semua kemungkinan hasil
yang akan terjadi (maka y), dan free will saya adalah, memilih sebabnya (jika x) ... Bagaimana dengan
hal jodoh? ... Kematian? ... Sama saja formulanya ...

Saya meyakini, "jika saya begini, jodoh saya si anu", "jika saya begitu, jodoh saya si itu" ... Si fulan, si
anu, siapanya, sudah ditetapkan Tuhan ... Adapun yang menjadi realita jodoh saya, dipicu oleh sebab,
"saya begini" atau "saya begitu"? ... Dalam hal kematian, saya meyakini, "jika saya begini, usia saya
100 tahun", "jika saya begitu, usia saya 30 tahun", dan sebagainya, tak terhingga ... Soal hasil, Tuhan
yang tahu ... Pilihan saya, saya memutuskan ; begini atau begitu? ...

Nah, mengapa misalnya kita sudah begini dan begitu, hasilnya tetap anu? ... Seolah itu, ketetapan
yang tidak bisa diubah? ... Karena informasi yang tertulis pada diri kita, yang deterministik, yang
informasinya sudah turun dari nasab (silsilah), sedemikian kuat tertanam ... Itulah saya katakan pada
bagian terdahulu, hal-hal yang tidak bisa diubah, bukan karena gak bisa diubah ... Itu karena, sangat
sulit untuk diubah ... Untuk mengubah menjadi Y, mungkin kita perlu melakukan x1, x2, x3, dan
seterusnya hingga x 50 misalnya ... Dan kita hanya melakukan hingga x 25 saja ...

Ada tentunya, yang tidak setuju dengan pemahaman ini ... Tapi saya ajukan pertanyaan simple, mana
yang lebih memberdayakan, "rezeki saya sudah ditetapkan sejumlah X", atau lebih memberdayakan,
"rezeki saya ditetapkan sejumlah Y, jika saya X?" ... Mana yang lebih adil? ... Rezeki orang tekun dan
rezeki orang malas, kalau ditetapkan sama persis hasilnya, adil gak kira-kira? ... Kalau anda merasa itu
gak adil, berarti anda sepakat dengan saya sebenarnya ...

Bersambung ke bagian (5) ...

ALUR KEHIDUPAN MANUSIA ; DETERMINISTIK, ATAU FREE WILL? ... BAGIAN (5) ... TAMAT ...

Pada bagian 4, saya jelaskan, bahwa semuanya adalah kumpulan rumus "jika x maka y", yang tidak
terhingga jumlahnya ... Dengan pemahaman itu, maka bisa ditemukan sebuah "jalan tengah", bahwa
kehidupan adalah percampuran antara ; sistem deterministik dan free will ... Kehidupan, adalah
kombinasi sempurna dan paradoks, antara "sesuatu itu sudah ditetapkan sejak awal", dengan
"kehendak bebas / bebas memilih" ...
Segala sesuatu, memang sudah ditetapkan Tuhan, tapi itu semua, masih berupa possibility ...
Pemahaman ini, tidak akan membenturkan antara ; rasa keadilan dan ke-Maha-Tahu-an Tuhan ...
Tuhan Maha Tahu, apapun yang mungkin terjadi, sejak awal, hingga akhir ... So, dalam pengertian ini,
manusia tidak akan bisa keluar, dari takdir-NYA ... Manusia hanya bisa berpindah dari satu
kemungkinan takdir, ke kemungkinan takdir yang lainnya, dalam ke-Maha-Tahu-an-NYA ...

Nah, kemungkinan takdir ini, ada yang longgar, ada yang ketat ... Ada yang bisa mudah dipilih, ada
yang untuk berpindah antar kemungkinan, tidak mudah ... Sebagai saya katakan di bagian
terdahulu ... Sesuatu yang sangat kuat, diturunkan dari generasi ke generasi, kemungkinan itu,
mendekat ke kutub kepastian ... Peningkatan level kesadaran, akan melonggarkan cengkraman
kepastian itu, dan informasi / data itu, menjadi kemungkinan yang lebih longgar ... Pergeseran dari
deterministik, ke free wiil, sangat dimungkinkan, tergantung rasio antara "kekuatan yang sudah
tertulis", dengan "kekuatan menuliskan ulang" ...

Sikap kita bagaimana? ... Berupaya sebaik-baiknya, memanfaatkan free will kita ... Kemudian, apapun
nanti yang fixed terjadi, kita terima apa adanya ... Yang mungkin dan perlu diubah, diupayakan
diubah ... Yang tidak bisa diubah, kita terima dan kita lihat sisi baiknya ... Darimana kita bisa tahu, ini
bisa diubah atau tidak? ... Jawabannya, ya kita tahu bisa diubah atau enggak, setelah diupayakan ...
Lalu, darimana kita tahu, ini perlu diubah atau tidak? ... Jawabannya, dari takaran kepantasan sebagai
manusia, dan penting atau tidaknya ...

Maybe, ada di antara anda, yang setelah baca sejak bagian 1, komentar dalam benak semacam ini ;
"ah, dibuat ruwet, udah lah, percaya aja sama dalil kitab suci" ... Saya itu serba salah ... Kalau nulis
pake dalil, dibilang otak-atik gathuk, atau kalau gak gitu, dibilangin saya gak kompeten, menggunakan
dalil kitab suci ... Tapi kalau gak pake dalil kitab suci, disebut menuhankan akal, ditanya mana dalil
kitab sucinya ... Kampret tenan ... Maju kena, mundur kena ... Terus terang, lebih gampang
berkomentar, daripada menulis artikel berat berseri begini ini wkkkk ...

So, silahkan, penalaran yang saya tuangkan dalam 5 bagian artikel ini, anda kait-kaitkan sendiri,
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing ... Saya hanya memberikan stimulus semata ...
Berupaya memberikan jawaban, kepada mereka, yang tidak puas dengan dogma ... Namun,
sebenarnya, kata kunci paling penting adalah "siapa dan dimanakah Tuhan?" ... Kalau kita sudah
memahami hal ini, paradoks deterministik dan free will, akan terjawab ... Hubungan antara manusia
dan Tuhan itu bagaimana, akan meng-klarifikasi tentang "dualitas paradoks takdir" ...

Lalu, mengapa saya tidak membahas wilayah ketuhanan ini? ... Sangat tidak mudah, membahas hal
itu di ruang public ... Sehingga, saya memilih forum khusus, membahas hal ini ... Who is God? ...
Bahkan, butuh seleksi khusus, siapa-siapa yang sudah kompeten, ikut terlibat dalam diskusi perihal
ini ... Itulah sebabnya, kelas lanjutan ada sistem seleksi ... Saat kesejatian Tuhan dipahami ... Maka
fenomena takdir, tidak lagi menjadi misteri ... Sampai jumpa lagi, pada artikel berseri ...
Selamat pagiii ...

Tamat.

*sunan_kaliurang_words

Cc. Arif Vibrasi

Anda mungkin juga menyukai