1. HARMONI METAFISIK
Gagasan bahwa dunia adalah tatanan yang harmonis meskipun secara kenyataan sering terlibat di
dalam konflik, kekacauan dan kejadian lainnya yang telah dibahas mulai dari zaman yunani klasik.
Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan membatasinya dalam pengembangan doktrin abad ke-17.
Metafisik adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab
segala sesuatu sehingga hal tetrtentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah di mulai
semenjak zaman Yunani kuo. Mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-322 SM). Metafisika
menurut hal-hal yang diselidiki, dikembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia, mengenai
binatang, tumbuhan, laut, atom dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek material ataupun
menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Dan menurut aspek-aspek yang diselidiki, objek-
objek material dapat dikhususkan lagi. Misalnya manusia saja dapat dipandang secara matematis, fisik,
biotik, psikis dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek formal, ataupun menurut
kepadatannya, yaitu menurut aspek intensitas. Metafisika adalah bagian filsafat yang paling umum.
Filsuf modern yang membahas mengenai metafik adalah Rena Descartes dengan nama latinnya
“Cartesius’ lahir pada tahun 1596 di La Haye, sebuah tempat di Prancis bagian tengah. Dia digelari
“Bapak Filsafat Modern” karena dialah yang meletakan dasar untuk aliran rasionalisme. Metafisika
mempunyai jalur yang panjang sejak Yunani, melintas abad pertengahan, barulah kepada Descartes
yang memulai metafisika modern. Oleh karena itu konsep sentral dalam metafisika Descartes adalah
substansi yang sesungguhnya sudah ada pada Aristoteles. Sebagaimana Aristoteles, ia pun berpendapat
bahwa untuk ada tidak memerlukan yang lain – bila adanya karena yang lain, berarti substansinya
kurang menyakinkan. Maka permasalahan metafisika modern secara selintas sama dengan metafisika
pada masa pra-socretes, yaitu: Berapa substsnsi yang ada? Apa itu? Apa beda yang satu dengan yang
lain? Bagaimana setiap substansi (atau sesuatu) itu berinteraksi? Bagaimana substansi itu muncul?
Descartes berpendapat bahwa dalam diri kita terdapat tiga idea bawaan yang sudah ada sejak
lahir, yakni:
Idea pemikiran. Manusia itu mengenal dirinya sebagai makhluk yang berpikir, sebagai substansi/diri
yang berpikir, yang tidak bersifat kebendaan, jadi suatu substansi yang kekal; dan mengenal dirinya
sebagai suatu “kesadaran”.
Idea sempurna (Tuhan). Segala sesuatu yang gambarannya (Idea) sudah jelas dan terang adalah
benar. Hal ini sudah terjamin “adanya Tuhan”. Adanya Tuhan itu merupakan hal sesuatu yang pasti,
sebab mustahil bahwa adanya idea sempurna (Tuhan) yang tak terhingga dan yang serba tak terbatas
itu timbul dari diri kita; kita hanyalah makhluk ciptaan yang fana dan serba terbatas; maka idea yang
sempurna itu sudah tersimpul didalam ideanya sendiri.
Idea keluasan. Menurut hal-hal yang diselidiki, dikembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia,
mengenai binatang, tumbuhan, laut atom dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek
material, ataupun menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Maka kita mengerti bahwa
materi adalah sebagai keluasan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli
ilmu ukur.
Menurut Descartes manusia dan segala hal didunia ini memiliki dualism, antara apa yang ada
didalam dan apa yang ada diluar. Versi dari dualisme secara umum diterapkan oleh Descartes yang
berpendapat bahwa fikiran adalan substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali
mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak sebagai
tempat kecerdasan. Menurut Descartes manusia dan segala hal didunia ini memiliki dualism, antara apa
yang ada didalam dan apa yang ada diluar. Manusia termasuk sesuatu yang memiliki sesuatu didalam
dan diluar. Dengan kata lain adanya jiwa dan raga ( tubuh ). Jiwa adalah non materi dan raga adalah
materi. Jiwa dapat berfikir dan raga tidak dapat berfikir. Masing-masing memiliki properti sesuai dengan
sifatnya. Properti jiwa adalah merasakan memahami, merasa, berkeinginan, dan segala hal yang bersifat
rohani. Sedangkan property raga adalah bentuk, ukuran, berat, suhu, kepadatan, warna, dan segala hal
lainnya yang bersifat ragawi. Namun, Descartes tidak dapat menyangkal bahwa ada interaksi konstan
antara pikiran dan badan. Interaksi konstan berlangsung antara roh dan materi. Pikiran dapat selalu
dipengaruhi oleh perasaan dan nafsu yang selalu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah.
Dalam hal ini pikiran lebih unggul dari pada badan. Descartes menekankan pentingnya mengendalikan
hasrat-hasrat dalam badan, sehingga jiwa semakin menguasai tingkah laku, dengan cara itu manusia
menjadi makhluk yang memiliki kebebasan spiritual. Hasrat atau nafsu dimengerti sebagai keadaan pasif
dari jiwa.
Keselarasan dan keharmonisasian dapat dibagi menjadi tiga kemungkinan yang dianalogikan
sebagai sebuah pertunjukan orchestra.
Pertama, Jika musisi dilatih mengikuti petunjuk instruksi yang ada, dimana petunjuk atau instruksi
tersebut telah dirancang sempurna untuk menyelaraskan peran berbagai instrument, Maka yang
diperlukan hanyalah sinyal atau tanda yang diberikan kepada masing-masing musisi agar musik
dimainkan dengan sempurna. Hal tersebut merupakan analogi orchestra yang independent atau
mandiri.
Kedua, Pertunjukan orkestra yang harmonis juga bisa tercapai jika semua para musisi mematuhi
instruksi dari sebuah konduktor. Pada prinsipnya hanya Konduktor perlu mengetahui petunjuknya,
musisi hanya mengikuti arahan dari konduktor . Tindakan dari berbagai musisi akan disinkronkan satu
sama lain, meski masing-masing musisi beroperasi secara independen dari yang lain.
Analogi ketiga adalah memahami musisi yang saling terkait satu sama lain melalui informasi yang
masing-masing diterimanya mendengarkan suara yang dibuat oleh yang lain. Dalam kasus seperti itu
tidak perlu sebuah konduktor Pada prinsipnya tidak ada kebutuhan untuk skor, baik karena musiknya
Bisa berkembang seiring jalannya permainan, sebagai fenomena kolektif, contohnya pada konser jazz
Demikian sejarah teori sosial sesuai dengan analogi diatas bahwa ilmu sosial membahas mengenai
1) harmoni yang terpusat, 2) harmoni terpusat dan terarah , 3)harmoni interaktif
Dalam menyelidiki, disini peran laissez-faire sebagai ideologi kita tidak tertarik pada pertahanan pasar
moderat dan tentatif dari sistem pasar, meski ungkapan laissez-faire kadang kala digunakan sebagai
label untuk pandangan semacam itu.
Tapi yang lain menggunakan istilah itu hanya untuk berarti bahwa pasar Sistem ini mampu melakukan
fungsi koordinasi, tanpa harus bersaing itu bisa melakukannya dengan sempurna, atau bisa berfungsi
tanpa luas pengoperasian instrumen koordinasi tambahan seperti yang disediakan oleh kekuatan koersif
dan penghambat negara atau kebiasaan mapan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan memperhatikan
perhatian kita adalah sejauh mana doktrin itu tercermin pandangan metafisik tentang harmoni alam,
dan hubungannya dengan pengembangan teori ekonomi yang sistematis.