Anda di halaman 1dari 8

BAB 10

1. HARMONI METAFISIK

Gagasan bahwa dunia adalah tatanan yang harmonis meskipun secara kenyataan sering terlibat di
dalam konflik, kekacauan dan kejadian lainnya yang telah dibahas mulai dari zaman yunani klasik.
Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan membatasinya dalam pengembangan doktrin abad ke-17.
Metafisik adalah salah satu cabang Filsafat yang mempelajari dan memahami mengenai penyebab
segala sesuatu sehingga hal tetrtentu menjadi ada. Sebenarnya disiplin filsafat metafisika telah di mulai
semenjak zaman Yunani kuo. Mulai dari filosof-filosof alam sampai Aristoteles (284-322 SM). Metafisika
menurut hal-hal yang diselidiki, dikembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia, mengenai
binatang, tumbuhan, laut, atom dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek material ataupun
menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Dan menurut aspek-aspek yang diselidiki, objek-
objek material dapat dikhususkan lagi. Misalnya manusia saja dapat dipandang secara matematis, fisik,
biotik, psikis dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek formal, ataupun menurut
kepadatannya, yaitu menurut aspek intensitas. Metafisika adalah bagian filsafat yang paling umum.
Filsuf modern yang membahas mengenai metafik adalah Rena Descartes dengan nama latinnya
“Cartesius’ lahir pada tahun 1596 di La Haye, sebuah tempat di Prancis bagian tengah. Dia digelari
“Bapak Filsafat Modern” karena dialah yang meletakan dasar untuk aliran rasionalisme. Metafisika
mempunyai jalur yang panjang sejak Yunani, melintas abad pertengahan, barulah kepada Descartes
yang memulai metafisika modern. Oleh karena itu konsep sentral dalam metafisika Descartes adalah
substansi yang sesungguhnya sudah ada pada Aristoteles. Sebagaimana Aristoteles, ia pun berpendapat
bahwa untuk ada tidak memerlukan yang lain – bila adanya karena yang lain, berarti substansinya
kurang menyakinkan. Maka permasalahan metafisika modern secara selintas sama dengan metafisika
pada masa pra-socretes, yaitu: Berapa substsnsi yang ada? Apa itu? Apa beda yang satu dengan yang
lain? Bagaimana setiap substansi (atau sesuatu) itu berinteraksi? Bagaimana substansi itu muncul?
Descartes berpendapat bahwa dalam diri kita terdapat tiga idea bawaan yang sudah ada sejak
lahir, yakni:
 Idea pemikiran. Manusia itu mengenal dirinya sebagai makhluk yang berpikir, sebagai substansi/diri
yang berpikir, yang tidak bersifat kebendaan, jadi suatu substansi yang kekal; dan mengenal dirinya
sebagai suatu “kesadaran”.
 Idea sempurna (Tuhan). Segala sesuatu yang gambarannya (Idea) sudah jelas dan terang adalah
benar. Hal ini sudah terjamin “adanya Tuhan”. Adanya Tuhan itu merupakan hal sesuatu yang pasti,
sebab mustahil bahwa adanya idea sempurna (Tuhan) yang tak terhingga dan yang serba tak terbatas
itu timbul dari diri kita; kita hanyalah makhluk ciptaan yang fana dan serba terbatas; maka idea yang
sempurna itu sudah tersimpul didalam ideanya sendiri.
 Idea keluasan. Menurut hal-hal yang diselidiki, dikembangkan ilmu pengetahuan mengenai manusia,
mengenai binatang, tumbuhan, laut atom dan sebagainya. Mereka dibedakan menurut objek
material, ataupun menurut keluasannya, yaitu menurut aspek ekstensif. Maka kita mengerti bahwa
materi adalah sebagai keluasan atau ekstensi, sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli
ilmu ukur.
Menurut Descartes manusia dan segala hal didunia ini memiliki dualism, antara apa yang ada
didalam dan apa yang ada diluar.  Versi dari dualisme secara umum diterapkan oleh Descartes yang
berpendapat bahwa fikiran adalan substansi nonfisik. Descartes adalah yang pertama kali
mengidentifikasi dengan jelas pikiran dengan kesadaran dan membedakannya dengan otak sebagai
tempat kecerdasan. Menurut Descartes manusia dan segala hal didunia ini memiliki dualism, antara apa
yang ada didalam dan apa yang ada diluar. Manusia termasuk sesuatu yang memiliki sesuatu didalam
dan diluar. Dengan kata lain adanya jiwa dan raga ( tubuh ). Jiwa adalah non materi dan raga adalah
materi. Jiwa dapat berfikir dan raga tidak dapat berfikir. Masing-masing memiliki properti sesuai dengan
sifatnya. Properti jiwa adalah merasakan memahami, merasa, berkeinginan, dan segala hal yang bersifat
rohani. Sedangkan property raga adalah bentuk, ukuran, berat, suhu, kepadatan, warna, dan segala hal
lainnya yang bersifat ragawi. Namun, Descartes tidak dapat menyangkal bahwa ada interaksi konstan
antara pikiran dan badan. Interaksi konstan berlangsung antara roh dan materi. Pikiran dapat selalu
dipengaruhi oleh perasaan dan nafsu yang selalu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah.
Dalam hal ini pikiran lebih unggul dari pada badan. Descartes menekankan pentingnya mengendalikan
hasrat-hasrat dalam badan, sehingga jiwa semakin menguasai tingkah laku, dengan cara itu manusia
menjadi makhluk yang memiliki kebebasan spiritual. Hasrat atau nafsu dimengerti sebagai keadaan pasif
dari jiwa.
Keselarasan dan keharmonisasian dapat dibagi menjadi tiga kemungkinan yang dianalogikan
sebagai sebuah pertunjukan orchestra.
 Pertama, Jika musisi dilatih mengikuti petunjuk instruksi yang ada, dimana petunjuk atau instruksi
tersebut telah dirancang sempurna untuk menyelaraskan peran berbagai instrument, Maka yang
diperlukan hanyalah sinyal atau tanda yang diberikan kepada masing-masing musisi agar musik
dimainkan dengan sempurna. Hal tersebut merupakan analogi orchestra yang independent atau
mandiri.
 Kedua, Pertunjukan orkestra yang harmonis juga bisa tercapai jika semua para musisi mematuhi
instruksi dari sebuah konduktor. Pada prinsipnya hanya Konduktor perlu mengetahui petunjuknya,
musisi hanya mengikuti arahan dari konduktor . Tindakan dari berbagai musisi akan disinkronkan satu
sama lain, meski masing-masing musisi beroperasi secara independen dari yang lain.
 Analogi ketiga adalah memahami musisi yang saling terkait satu sama lain melalui informasi yang
masing-masing diterimanya mendengarkan suara yang dibuat oleh yang lain. Dalam kasus seperti itu
tidak perlu sebuah konduktor Pada prinsipnya tidak ada kebutuhan untuk skor, baik karena musiknya
Bisa berkembang seiring jalannya permainan, sebagai fenomena kolektif, contohnya pada konser jazz

Demikian sejarah teori sosial sesuai dengan analogi diatas bahwa ilmu sosial membahas mengenai
1) harmoni yang terpusat, 2) harmoni terpusat dan terarah , 3)harmoni interaktif

1.1. Doktrin Leibnizian Harmoni


Sama seperti pendahulunya, Descartes dan Spinoza, maka Leibniz juga memfokuskan teori-
teorinya kepada aspek metafisika, yakni permasalahan substansi. Kalau seorang Descartes menyebutkan
bahwa di alam ini substansi mewakili tiga hal, yakni tuhan, jiwa dan materi, Spinoza (dengan hanya satu
substansi: Allah atau alam). Demikian Leibniz mengatakan bahwa terdapat banyak substansi dan
jumlahnya tidak terhingga. ). Leibniz tidak hanya menegaskan bahwa dunia ini adalah tatanan yang
harmonis, dia mencoba untuk menunjukkan ini sebagai sebuah kesimpulan dari dua kenyataan yang
ada, yaitu bahwa : 1) Keberadaan Tuhan, makhluk sempurna yang menciptakan dunia dan 2) prinsip
“alasan yang cukup” bahwa tidak ada sesuatu atau apapun terjadi tanpa alasan dan, apalagi, tidak ada
yang gagal eksis atau gagal terjadi tanpa alasan.
Leibniz berpendapat bahwa alam raya ini atau segala sesuatu yang ada tidak berasal dari prinsip
satu substansi saja melainkan berasal dari banyak substansi yang jumlahnya tidak tehingga. Seperti
sebuah mobil yang terangkai dari macam-macam benda yakni busi, dinamo, ban, aki dan lain-lain, yang
sebagaimana benda-benda penyusun mobil tersebut juga tersusun dari macam-macam benda lain,
maka berkat adanya rangkaian benda-benda tersebut mobil dapat hidup dan beroperasi, jika masing-
masing benda yang merangkai mobil itu dilepas satu-persatu, maka mobil tersebut dipastikan tidak
berfungsi. Ia menyebut substansi-substansi itu dengan nama monad. yang dimaksud dengan monade
bukan sebuah benda. Monade-monade bukanlah sebuah kenyataan jasmaniah melainkan kenyataan
mental, yang terdiri dari persepsi dan hasrat. Leibniz membayangkan monade sebagai “force primitives”
(daya purba) yang tidak materiil, melainkan spiritual. Setiap Monade tak lain adalah un miroir vivant de
l’univers cermin hidup alam semesta. Sebagai substansi nonmaterial, monade bersifat;
1. Abadi, tidak bisa dihasilkan, ataupun dimusnahkan
2. Tidak bisa dibagi (bertentangan dengan “substansi” keluasan. Descartes yang mengandaikan sifat
dapat dibagi)
3. Individual atau berdiri sendiri, sehingga tidak ada monade yang identik dengan monade lain
(bertentangan dengan substansi Spinoza yakni bahwa substasi hanya tuhan atau Alam)
4. Mewujudkan kesatuan yang tertutup atau tidak berjendela, seolah-olah sesuatu bisa masuk atau
keluar; Menurut sifatnya monade tidak mempunyai jendela-jendela, tempat suatu bisa masuk atau
keluar. Jika demikian bagaimanakah monade-monade dapat mengenal realitas di luarnya?
Pertanyaan ini dijawab oleh leibnizt bahwasanya tiap monade mencerminkan semua monade yang
lain, sehingga dalam dirinya setiap monade mengenal realitas seluruhnya
5. Mampu bekerja berkat daya aktif dari dalam dirinya sendiri.

1.2. Harmonisasi dan Evolusi


Dalam Bab 8, perhatian kita tertarik pada antitesis antara gagasan kemajuan dan gagasan
kesempurnaan. Ketidakcocokan logis antara metafisika abad ketujuh belas dan Gagasan tentang
kemajuan terbukti pada sedikit refleksi. Ingat bahwa Kesempurnaan eksistensi adalah karena harmoni
yang telah terjalin. Menelusuri konsekuensi metafisika harmoni seperti yang ditemui gagasan tentang
kemajuan dan perubahan konsepsi tentang kodrat manusia jauh di atas lingkup kita. Kita bahkan tidak
bisa melacak dampak penuhnya pada pemikiran sosial, atau sebaliknya ilmu sosial semakin sempit untuk
ditafsirkan. Studi kami akan harmonisasi sosial dibatasi dengan pengembangan gagasan bahwa satu
bagian dari tatanan sosial, sistem ekonomi, diatur oleh undang-undang yang, dalam semua hal penting,
adalah analog dengan keharmonisan Leibnizian yang telah mapan.

2. IDEOLOGI LAISSEZ-FAIRE (HAK CAMPUR TANGAN)


Gagasan bahwa dunia secara keseluruhan adalah tatanan harmonis belum tentu berarti setiap
bagiannya adalah suatu perintah yang dipertimbangkan oleh dunia itu sendiri. Seiring industri dan
perdagangan semakin penting selama bagian akhir abad kedelapan belas dan di abad kesembilan belas,
perhatian meningkat dikhususkan untuk sifat sistem pasar organisasi ekonomi.
2.1. Sebelum Ekonomi Klasik
Mazhab Pisiokrat tumbuh sebagai kritik terhadap pemikiran ekonomi Merkantilis, tokoh pemikir
yang paling terkenal pada mazhab ini adalah Francois Quesnay. Sumbangan pemikiran yang terbesar
dalam perkembangan ilmu ekonomi adalah hukum-hukum alamiah, dan menjelaskan arus lingkaran
ekonomi.
Inti pemikiran utama dalam mazhab Pisiokrat adalah dituangkan dalam tabel ekonomi yang terdiri
dari classe productive dari kaum petani, classe des froprietaires dari kaum pemilik tanah, classe sterile
atau classe stipendile yang meliputi kaum pedagang dan industriawan dan classe passieve adalah kaum
pekerja.
Pemikiran ekonomi kaum Pisiokrat yang menonjol dalam perkembangan ilmu ekonomi selain
lingkaran arus ekonomi dalam tabel ekonomi yaitu tentang teori nilai dan harga yang terbagi menjadi
tiga yaitu harga dasar barang-barang, harga penjualan dan harga yang harus dibayar konsumen. Teori
uang yang dikemukakannya adalah sebagai tabir uang (money is veil) dan perlunya pengenaan pajak
untuk kepentingan ekonomi.
Sumbangan pemikiran ahli Pisiokrat lain yaitu Jaques Turgot mempunyai dua sumbangan utama
terhadap pemikiran ekonomi yakni teori uang sebagai tabir, dan teori fruktifikasi. Teori uang sebagai
tabir yang mempersulit pengamatan fenomena ekonomi. Namun demikian pemikiran ini merupakan
gagasan ke arah menemukan dasar satuan perhitungan yang ia, tetapi dikemukakan atas transaksi
barter dengan nilai alat tukar dapat berubah-ubah karena jumlahnya.

2.2. Ekonomi Klasik


Filsafat kaum klasik mengenai masyarakat, prinsipil tidak berbeda dengan filsafat mazhab
pisiokrat, kaum klasik mendasarkan diri pada tindakan-tindakan rasional, dan bertolak dari suatu
metode alamiah. Kaum klasik juga memandang ilmu ekonomi dalam arti luas, dengan perkataan lain
secara normatif.
Politik ekonomi kaum klasik merupakan politik ekonomi laissez faire. Politik ini menunjukkan diri
dalam tindakan-tindakan yang dilakukan oleh mazhab klasik, dan dengan keseimbangan yang bersifat
otomatis, di mana masyarakat senantiasa secara otomatis akan mencapai keseimbangan pada tingkat
full employment.
Asas pengaturan kehidupam perekonomian didasarkan pada mekanisme pasar. Teori harga
merupakan bagian sentral dari mazhab klasik, dan mengajarkan bahwa proses produksi dan pembagian
pendapatan ditentukan oleh mekanisme pasar. Dan dengan melalui mekanisme permintaan dan
penawaran itu akan menuju kepada suatu keseimbangan (equilibrium). Jadi dalam susunan kehidupan
ekonomi yang didasarkan atas milik perseorangan, inisiatif dan perusahaan orang-perorangan.
Ruang lingkup pemikiran ekonomi klasik meliputi kemerdekaan alamiah, pemikiran pesimistik dan
individu serta negara. Landasan kepentingan pribadi dan kemerdekaan alamiah, mengritik pemikiran
ekonomi sebelumnya, dan kebebasan individulah yang menjadi inti pengembangan kekayaan bangsa,
dengan demikian politik ekonomi klasik pada prinsip laissez faire.
Adam Smith dikenal sebagi pencetus pertama mengenai free-market capitalist,
kebijksanaan laissez-faire sekaligus merupakan Bapak ekonomi modern. An Inquiry into the
Nature and Causes of the Wealth of Nations, atau yang biasa disingkat “The Wealth of Nation”
adalah buku terkenal oleh Adam Smith yang berisi tentang ide-ide ekonomi yang sekarang
dikenal sebagai ekonomi klasik. 
Tulisan Smith juga terdiri dari penjelasan menyeluruh megenai berbagai tulisan merkantilis
dan fisokrat yang disentiskannya dengan baik menjadi satu bahan kajian ekonomi. Perbedaan
pendapat antaara Smith dan kamu merkantilis salah satunya mengenai faktor yang menentukan
kemakmuran, dimana kaum merkantilis percaya bahwa alamlah yang menentukan tingkat
kemakmuran. Sedangkan menurut Smith, penentuan tingkat kemakmuran adalah kemampuan
manusia sendiri sebagai faktor produksi. Pembahasan Smith lebih banyak bersifat mikro dengan
penekanan pada penentuan harga yang dilakukan dengan pendekakatan deduktif beserta dengan
penjelasan historisnya. Smith berpandangan optimis tentang masa depan dunia. Fokus utamanya
adalah peningkatan individu melalui kesederhanaan dan prilaku yang baik, menabung dan
berinvestasi, perdagangan dan divisi kerja, pendidikan dan pembentukan kapital, serta
pembuatan teknologi baru. Beliau lebih tertarik untuk meningkatkan kemakmuran ketimbang
membagi-bagi kemakmuran
Seperti yang telah kita ketahui, pemikiran Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi yg
filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan
pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan. Sistem ini merupakan sekumpulan kebijakan
ekonomi yang juga merujuk kepada pemikiran bapak ekonomi Kapitalis Adam Smith. Ruh
pemikiran ekonomi Adam Smith adalah perekonomian yang berjalan tanpa campur tangan
pemerintah. Model pemikiran Adam Smith ini disebut Laissez Faire  yang berasal dari bahasa
Perancis yang digunakan pertama kali oleh para psiokrat di abad ke 18 sebagai bentuk
perlawanan terhadap intervensi pemerintah dalam perdagangan.
Secara umum,istilah ini dimengerti sebagai sebuah doktrin ekonomi yang tidak
menginginkan adanyacampur tangan pemerintah dalam perekonomian. “ In economics, Laissez-
faire means allowing industry to be free of government restriction, especially restrictions in the
formof tariffs and government monopolies.” Adam Smith memandang produksi dan perdagangan
sebagai kunci untuk membuka kemakmuran. Agar produksi dan perdagangan maksimal dan
menghasilkan kekayaan universal, Smith menganjurkan pemerintah memberikan kebebasan
ekonomi kepada rakyat dalam bingkai perdagangan bebas baik dalam ruang lingkup domestik
maupun internasional

Dalam menyelidiki, disini peran laissez-faire sebagai ideologi kita tidak tertarik pada pertahanan pasar
moderat dan tentatif dari sistem pasar, meski ungkapan laissez-faire kadang kala digunakan sebagai
label untuk pandangan semacam itu.
Tapi yang lain menggunakan istilah itu hanya untuk berarti bahwa pasar Sistem ini mampu melakukan
fungsi koordinasi, tanpa harus bersaing itu bisa melakukannya dengan sempurna, atau bisa berfungsi
tanpa luas pengoperasian instrumen koordinasi tambahan seperti yang disediakan oleh kekuatan koersif
dan penghambat negara atau kebiasaan mapan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan memperhatikan
perhatian kita adalah sejauh mana doktrin itu tercermin pandangan metafisik tentang harmoni alam,
dan hubungannya dengan pengembangan teori ekonomi yang sistematis.

Anda mungkin juga menyukai