Anda di halaman 1dari 56

THE PUBLIC ADMINISTRATION

THEORY PRIMER
By :
H. George Frederickson, Kevin B. Smith, Christopher W. Larimer, and
Michael J. Licari
CHAPTER 1,2,3

Presented by :
Florence Rosdiana Lebrina
PEMBAHASAN BAB 1-3
1. Pendahuluan
2. Teori Kontrol Politik Atas Birokrasi
3. Teori Politik Birokrasi
BAB I
Pendahuluan
I. Kenapa kita butuh Teori
Administrasi Publik ?
• Semua kejadian yang terjadi pada orang-orang
hebat di dunia, mungkin dicapai dengan
administrasi publik
• Praktik organisasi dan manajemen di dalam
masyarakat sudah ada sejak dahulu
• Dari jaman federalis, Admisnitrasi publik
berusia 230 th  23 dekade  7 generasi
• Dari masa Wilson (1887), administrasi publik
berusia 129 th  12 dekade  3 generasi
I. Kenapa kita butuh Teori Administrasi
Publik ?
• Peralihan masyarakat feodal ke
masyarakat ber”negara”-ber”bangsa”,
dimungkinkan karena adanya sentralisasi
kebijakan dan desentralisasi pelaksanaan
kebijakan (Tout 1937; Ellud 1955;
Chrimes 1952).
• Masa colonial pun digambarkan dengan
cara yang sama, namun dengan skala
yang lebih mendunia
• Beberapa elemen dalam administrasi publik
(Weber,1952):
o Beberapa dasar otoritas formal, dengan
klaim ketaatan
o Hukum dan peraturan yang ditetapkan
secara sengaja, yang berlaku untuk semua
o Kompetensi individu, mencakup diferensiasi
tugas, keahlian dan / atau profesionalisme
o Pengelompokan individu menjadi sebuah
organisasi berdasarkan keahliannya masing-
maisng
Lanjutan….
• Koordinasi berdasarkan hirarki
• Kontinuitas melalui peraturan dan catatan;
• Organisasi bukanlah mengenai orang-orang yang
memegang jabatan atau jabatan didalamnya.
• Perkembangan teknologi organisasi tertentu dan
spesifik.
II. Penggunaan Teori Administrasi Publik
• Validitas dan kegunaan dari setiap teori
bergantung pada kapasitas untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan
memprediksi.
• Asebuah teori yang berguna, harus secara
akurat menggambarkan kejadian atau fenomena
yang terjadi
• Fenomena dalam administrasi publik yang paling
penting bersifat kompleks. Oleh karena itu
deskripsinya merupakan representative abstrak
fenomena
II. Penggunaan Teori Administrasi
Publik
• Semua deskripsi mengharuskan
analisis elemen mana dalam fenomena
yang harus ditekankan
• Semua deskripsi adalah distorsi realitas
dan relatif terhadap keadaan yang
berlaku pada saat deskripsi.
Penggunaan Administrasi Publik dalam Management

-SMO1 SMO2 SMO3 SMO4


CRITERIA
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

MAGNITUDE
ACCEPTABILITY
RELEVANCE (VMO)

DOABILITY/ VIABILITY

COST-EFFECTIVE

IMPACT

SUSTAINABILITY

OTHERS

T OTA L

Source: Decal, 2009


Source : Beltejar, 2015
III. Apakah teori administrasi publik
berguna dan terpercaya?
• Pada tahun 1960-an, ketika revolusi perilaku
disebut politik sains, pada dasarnya ada 2 posisi
mengenai prospek teori berbasis empiris yang
menjelaskan perilaku politik.

• Meskipun perkembangan tingkah laku politik


tidak persis sama seperti administrasi publik, In
• Max Weber (1952)  perilaku manusia,
khususnya perilaku birokrasi,
menunjukkan pola yang dapat diamati dan
dapat digambarkan yang dapat diverifikasi
secara ilmiah.

• Namun ia juga berpendapat bahwa


realitas sosial terdiri dari gagasan dan
kepercayaan aktor sosial.
• Saat ini, posisi tradisional dan perilaku di
administrasi publik banyak didamaikan

• Kedua posisi pada dasarnya benar


karena mereka mengakui pentingnya
pengamatan dan kategorisasi.

• Teori administrasi publik berasal dari


analisis historis, studi institusional.
IV. Beberapa teori kontemporer dalam
administrasi publik
• Dalam administrasi publik, tidak ada dua teoretikus
yang mengemukakan teori dengan cara yang
sama.
• Semua teori dalam administrasi publik saling
berhubungan membentuk suatu kesatuan yang
utuh
• Bagian dari melakukan teori adalah untuk
memilah-milah subjek dan memeriksa bagian-
bagian secara rinci; Tapi bagian yang sama
pentingnya dalam teori adalah mengumpulkan
kembali.
Publik dalam administrasi publik harus
didefinisikan secara luas. Publik
digunakan dalam arti pre-pemerintahan
untuk memasukkan pemerintah dan
organisasi nirlaba, nirlaba, swasta,
parastatal, dan organisasi lainnya yang
memiliki tujuan publik yang jelas selain
yang secara umum dipahami sebagai
perdagangan atau bisnis
BAB II
Teori Kontrol Politik Atas Birokrasi
I. PENDAHULUAN
• Teori kontrol birokrasi adalah sebuah pendekatan ke teori
administrasi publik yang berhubungan dengan kepatuhan atau
respon.
• Dikotomi politik-administrasi (kebijakan-administrasi) berawal
dari asal administrasi publik modern  Saat Alexander
Hamilton menyatakan perlunya presiden yang mampu
mengontrol kegiatan keseharian pemerintah, dan
mengemukakan perlunya legislatur yang memiliki kontrol
langsung danThomas Jefferson besar atas presiden 
Legislatif dan Eksekutif
• Teori kontrol birokrasi berasal dari pemikiran Madison tentang
ketidakpercayaannya ke power administratif.
Perbedaan Antara Politik Dan Administrasi,
Dan Urusan Kontrol Birokratik
• Pandangan perbedaan tersebut
TUJUAN SARANA memunculkan pertanyaan tentang
level presisi, spesifisitas dan detail
KEBIJAKAN ADMINISTRASI kebijakan, di satu pihak, dan level
diskresi di administrasi, di lain pihak.
Gambar 1. Pandangan Tradisional, • Dalam era reformasi dan dekade awal
perbedaan kebijakan dan administasi
dari administrasi publik, ada
kemungkinan kita berasumsi bahwa
administrasi berisi beragam diskresi
yang membuka pintu keahlian teknis
dan efisiensi administratif.
II. Perbedaan Antara Politik Dan Administrasi,
Dan Urusan Kontrol Birokratik
TUJUAN SARANA
• Secara empiris, model ini sedikit akurat,
dengan bukti bahwa birokrat sering ikut dalam
KEBIJAKAN pembuataan agenda kebijakan dan pembuatan
kebijakan (Kingdon, 1995; Bardach, 1977)
ADMINISTRASI • pejabat terpilih sering terlibat dengan apa yang
dideskripsikan sebagai manajemen atau
administrasi (Gilmour dan Halley, 1994).
Gambar 2. representatif kritik empiris
perbedaan antara kebijakan dan administrasi • Model yang lebih akurat secara empiris masih
menjadi tipe ideal karena dalam organisasi
berbeda, arena kebijakan berbeda, dan waktu
berbeda, garis diagonalnya memiliki slope
berbeda.
• Di setiap gambar, garis menandakan
batasan antara lingkup pejabat
terpilih dan pejabat yang diangkat.
• Semua ruang di atas garis adalah
tanggungjawab dari pejabat terpilih,
di bawah garis adalah
tanggungjawab dari administrator.
• Model dikotomi kebijakan-
administrasi di Gambar 3 mirip
dengan yang ditunjukkan di Gambar
1 dan merepresentasikan tradisi
Gambar 3. reformasi munisipal, dan bentuk
Empat Hubungan antara kebijakana dan council-manager klasik dari
administrasi
pemerintah lokal.
• Model “bauran dalam kebijakan”
menunjukkan pengaruh dari pakar
perilaku dan lainnya yang
mendefinisikan politik dan
administrasi sebagai distribusi nilai,
biaya dan keuntungan.
• Model “bauran dan administrasi”
mendefinisikan politik dan
administrasi sebagai distribusi nilai,
biaya dan keuntungan. Hubungan
yang ditunjukkan di sini
Gambar 3.
Empat Hubungan antara kebijakana dan menunjukkan pengawasan melekat
administrasi oleh anggota city council terpilih
terhadap kegiatan keseharian
administrasi pemerintah.
• Model “pejabat terpilih-administrator sebagai co-
equal” memiliki karakteristik sama seperti model
bauran dalam kebijakan yang ditunjukkan di
Gambar 3b. model ini merepresentasikan
penilaian New Public Administration
administrator publik memiliki legitimasi
kebijakan dan kewajiban etika untuk melindungi
kepentingan orang lemah (kadang disebut
ekuitas sosial), bertindak sebagai agent dari
rakyat, dan menangani urusan kota berdasarkan
hukum, arahan council, dan standar birokratik
tentang efisiensi dan keadilan
Gambar 3. • Model co-equa bisa merepresentasikan ketiadaan
Empat Hubungan antara kebijakana dan kontrol atas birokrasi atau asumsi, yang biasanya
administrasi muncul antar manajer kota, bahwa kebutuhan
akan kontrol politik bisa dipenuhi dengan
penetapan undang-undang, standar, dan budget.
Gambar 4. Gambar 5.
Pembagian Dikotomi: Dimensi Proses Pemerintah Derivasi dari Pembagian

• Di empat kotak di Gambar 5, garis terputus merepresentasikan garis tebal di Gambar 4


• Beberapa kota dideskripsikan sebagai yang memiliki manajer yang kuat, seperti yang ditunjukkan di
Kotak 5a
• Temuan yang paling menonjol adalah ruang aksi manajer adalah lebih besar di empat fungsi pemerintah
• Ini bisa dideskripsikan sebagai model korporat, atau dewan direktur, yang mana kebijakan didefinisikan
oleh manajer, dan council hanya setuju atau melegitimasi kebijakan tersebut. Council memberikan
manajer dan birokrasi diskresi luas dan lengkap dalam urusan keseharian pemerintah kota.
Gambar 4. Gambar 5.
Pembagian Dikotomi: Dimensi Proses Pemerintah Derivasi dari Pembagian

• Lawan dari ini ditemukan dalam model dominan-council yang ditunjukkan di kotak 5b,
yang menggambarkan ruang keterlibatan council di keseluruhan empat level.
• Disebut sebagai model kontrol birokrasi dari sebuah council.
• Point penting di model manajer-kuat dan dominan-council adalah karakter across-the-
board untuk power dan pengaruh. Pola inkursi con yang ditunjukkan di 5c
mendeskripsikan
Gambar 4. Gambar 5.
Pembagian Dikotomi: Dimensi Proses Pemerintah Derivasi dari Pembagian

• Kotak 5d menggambarkan standoff antara manajer tegas dan council yang sama tegas.
• Mereka memeriksa dan mengendalikan satu sama lain tanpa council harus melakukan
kontrol penuh atau tanpa manajer menganggap dirinya diberi diskresi administratif.
• diskresi administratif.
• Model ini menunjukkan dan menggambarkan beberapa variasi yang ditemukan dalam
respon manajerial dan birokratik ke kontrol politik di kota bentuk council-manager
• Dari studi pemerintah kota bentuk
council-manager yang menggunakan
kebijakan dan administrasi sebagai
unit analisis menggambarkan teori
dari administrasi publik
• Ini berarti bahwa meski dikotomi
kebijakan-administrasi sederhana
tidak punya dukungan empiris,
Gambar 6.
konsepsi kebijakan dan politik di satu
Leadership Dalam Rencana Council-Manager pihak, dan administrasi di lain pihak,
masih bisa menjelaskan variasi dalam
organisasi atau kota dalam hal kontrol
politik atas birokrasi, atau
menjelaskan karakter atau kualitas
kontrol atau ketiadaannya.
III. Apakah Birokrasi Telah Di Luar Kontrol ?
• Sekelompok teori tentang kontrol birokrasi bisa dideskripsikan sebagai
teori kaptur birokratik.  berawal dari studi pemerintah federal, dan
khususnya dari studi proses regulasi dan komisi regulasi independen.
• Dalam kondisi ini, regulator kadang disebut sebagai “yang berganti
menjadi pribumi”.
• Versi lain dari teori kaptur ini adalah bahwa proses birokratik didominasi
oleh aktor kebijakan – seperti kelompok kepentingan, komite kongres
yang mengawasi agensi, dan agensi pemerintah
• Hal menarik tentang teori kaptur adalah bahwa ini menunjukkan bahwa
ada terlalu banyak kontrol politik atas birokrasi.
III. Apakah Birokrasi Telah Di Luar Kontrol ?
• Teori kaptur birokratik di tingkat pemerintah lokal adalah teori respon klien.

• Teori respon klien pada intinya adalah teori administrasi publik tradisional
yang menitikberatkan ke efektivitas agensi dan nilai instrumental dari
efisiensi, ekonomi dan ekuitas
• Teori respon klien dilakukan oleh Michael Lipsky dalam karya klasiknya:
Street-Level Bureaucracy, Dilemmas of the Individual in Public Services (1980) :
1. Sumberdaya sangat tidak mencukupi.
2. Kebutuhan akan jasa cenderung naik mendekati suplai.
3. Harapan tujuan di agensi cenderung ambigu, tidak jelas atau berkonflik.
III. Apakah Birokrasi Telah Di Luar Kontrol ?
• Teori respon klien dilakukan oleh Michael Lipsky dalam karya klasiknya: Street-Level Bureaucracy,
Dilemmas of the Individual in Public Services (1980) :

4. Kinerja yang diarahkan ke pencapaian tujuan cenderung sulit diukur.

5. Klien cenderung non-voluntary. Sebagian akibatnya, klien tidak lagi menjadi kelompok referensi
birokratik.

6. Birokrat street-level biasanya memiliki kemampuan atau diskresi dalam memberikan jasa.

7. Dalam kondisi sumberdaya minim dan kebutuhan tinggi, birokrat menjatah jasanya.

8. Untuk memprediksi aliran sumberdaya, birokrat street-level membutuhkan sumberdaya pekerja


seperti waktu dan tenaga.

9. Mereka mengontrol klien dengan menjaga jarak, otonomi, keahlian, dan simbol, yang karena itu
mengurangi konsekuensi ketidakpastian.

10. Birokrat street-level sering terkucil dari kerjanya, dan menunjukkan bentuk pengunduran fisik.

11. Birokrat street-level cenderung menjadi kelas menengah, dan menjatah jasanya berdasarkan nilai
kelas-menengah seperti sikap hemat dsb.
Gambar 7.
Nilai Politik dan Administratif

• Di level kota, pejabat terpilih dan birokrat memiliki nilai berbeda.


• Pandangan peran dan aktivitas ini berbeda, seperti juga alat dan
perbincangan.
• Meski tidak ada dikotomi politik-administrasi, ternyata ada dikotomi nilai.
Berdasarkan observasi dan studi kasusnya, ada gambaran hipotesis berikut.
Berdasarkan observasi dan studi kasusnya, ada gambaran hipotesis berikut.
Berdasarkan observasi dan studi kasusnya, ada gambaran hipotesis berikut.
IV. Teori Agensi
• Teori agensi bisa menempatkan proses interaksi antar prinsipal dan agent yang
dinamis, dan berkembang menurut waktu.
• Respon birokratik ke kontrol politik adalah norma, bukan perkecualian. Beragam
faktor konatingen seperti waktu, persetujuan presidentil dan kongresional, dan
banyak lainnya, bisa mempengaruhi kadar respon birokratik.
• Mekanisme kontrol politik dianggap penting, khususnya pengangkatan presidentil,
power appropriasi kongresional, hearing, dan efektivitas staff kongresional.
• Organisasi juga penting. Agensi di departement eksekutif atau kabinet cenderung
lebih responsif, sedangkan agensi independen kurang responsif.
• Laporan presidentil cenderung berpengaruh, begitu juga laporan leader kongres
senior.
V. KESIMPULAN
• Teori kontrol politik atas birokrasi adalah hal sentral dalam pemahaman
administrasi publik
• Ragamnya banyak dan telah diuji dengan menggunakan beragam teknik
metodologi
• Teori ini berumur lama setua tulisan Woodrow Wilson dan berumur baru
seperti teori agensi.
• Cocok dengan prinsip bahwa tidak ada dikotomi politik-administrasi.

• Setelah pensiun, Dwight Waldo juga diwawancara oleh dua muridnya, Brack
Brown dan Ricahrd J. Stillman, Jr. Porsi wawancara yang berkaitan dengan
pemisahan power dan dikotomi politik-administrasi adalah yang menarik, yang
menurut Waldo, bisa mendukung kebijakan bahwa tidak ada dikotomi (1986).
V. KESIMPULAN
• Pemisahan power memang ada – bisa kuat dan permanen. Skema rumit
pemisahan dan pembagian power telah ada di Konstitusi, dan lebih dari
dua abad, Konstitusi telah mengatur kehidupan nasional kita.
• Formula, perspektif, pendekatan, dan dikotomi ke politik-administrasi
adalah sebuah upaya di pihak administrasi publik untuk menggunakan
pemisahan power.
• Teori kontrol politik atas birokrasi adalah kuat secara empiris dan elegan
secara teoritis dalam administrasi publik.
BAB III
Teori Politik Birokrasi
1 PENGERTIAN
TEORI POLITIK BIROKRASI

• Teori politik birokrasi menjelaskan peran


pembuat kebijakan administrasi dan birokrasi.

• Kerangka berpikirnya menolak dikotomi politik


dan administrasi karena birokrasi dan birokrat
secara rutin terlibat dalam perilaku politik.

• POLITIK adalah alokasi otoritatif nilai-nilai, atau


proses untuk memutuskan “ Who gets What, When
and how “. (Easton 1965; Lasswell 1936)
1 PENGERTIAN
TEORI POLITIK BIROKRASI

• Birokrasi dan birokrat secara rutin


mengalokasikan nilai-nilai dan memutuskan
siapa yang mendapat Apa, bahwa birokrasi
secara logis terlibat dalam “ Politic of the first
order” (Meier 1993,7).

• Secara empiris, administrasi dan politik bukan


hal yang teknis dan bernilai netral, terpisah dari
politik , “ Administration is politic “ (Waldo
1948).
2 TEORI ADMINISTRASI SEBAGAI TEORI POLITIK

Administrasi sering diklaim menjadi inti


2 pemerintahan demokratis modern, sehingga
Menolak dikotomi administrasi – politik, teori demokrasi harus berurusan dengan
1
“Administration is politics “ administrasi dan teori administrasi harus
berurusan dengan demokrasi politik.

Dwight Waldo
(1948)
Efisiensi sebagai prinsip dasar dalam teori Administrasi yang efisien  Administrasi
3 4
administrasi ortodoks. yang baik.
2 TEORI ADMINISTRASI SEBAGAI TEORI POLITIK

Efisiensi itu sendiri adalah klaim politik dan tidak menjadi


nilai netral.

Meskipun administrasi public bahwa prinsip ortodoks


netral, namun tak terbebas dari kungkungan teoritis yang
digunakan untuk menahan diri dari dunia politik.

Filosofi politik melekat (Inherent) dalam administrasi publik,


Dwight Waldo itu bukan sebagai upaya merampas demokrasi, tapi justru
(1948) sebagai upaya korektif untuk menjaganya.
2 TEORI ADMINISTRASI SEBAGAI TEORI POLITIK

Demokrasi jika ingin survive, maka tidak boleh


menolak hikmah (pelajaran) dari kaidah sentralisasi,
hierarki dan disiplin

Masalah dalam teori administrasi dan demokrasi 


“Bagaimana mempertemukan demokrasi dengan
tuntutan dari pada pemegang otoritas”

Dwight Waldo
(1952)
PARADIGMA ALLISON MENGENAI
3
POLITIK BIROKRASI

Paradigma ini memperkenalkan pendekatan


pengambilan keputusan, dan prinsip – prinsip

Graham T. Allison
Pendekatan Pengambilan Keputusan : mengenal 2
Cabang Teori , yaitu Teori Proses Organisasi dan Teori
Birokrasi Politik
PARADIGMA ALLISON MENGENAI
3
POLITIK BIROKRASI

PENDEKATAN Graham T. Allison


PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

Teori Proses Organisasi Teori Birokrasi Politik


Fokus pada proses yang bekerja melalui berfokus pada bentrokan antara para
pelaku birokrasi dengan konflik
Standar operasional prosedur dalam
kepentingan.
pemerintah

Perspektif Proses Birokrasi


Rasional Organisasi Politik
(Model I) (Model II) (Model III)
PERSPEKTIF RASIONAL ( MODEL I )
Kebijakan rasional atau aktor rasional

Hasil politik internasional sebagai pilihan rasional


pemerintah nasional.

Negara benar-benar menginformasikan, memaksimalkan


peran/ keberadaan ( utilitas) – aktor, dan bereaksi secara
strategis terhadap peristiwa yang terjadi.

Identifikasi realitas jelas, dan pendekatan neoliberal (paham


kapitalis).
TEORI PROSES ORGANISASI (MODEL II)
Bagaimana cara kerja organisasi ?

Tanggung jawab utama untuk daerah tertentu


harus dibagi.

Beberapa organisasi dalam pemerintah bertindak pada


waktu yg sama, tapi hanya sebagian saja yg terkoordinir
dalam penanganan masalah yg dihadapi pemerintah

Pemerintah menentukan alternatif melalui


Standar Operasional Prosedur ( SOP).
BIROKRASI POLITIK (MODEL II)
Diregulasikan tawar menawar antar pemain (birokrat) diposisikan secara
hiearkhis dalam pemerintahan.

Pemimpin organisasi dalam pemerintahn adalah aktor kunci, karena


menempati posisi-posisi kritis

Tumpang tindih dengan teori proses organisasi, dimana setiap departemen


atau Divisi akan memiliki Bias sendiri yang diatu dengan SOP.

“Dimana anda berdiri, tergantung dimana anda duduk” (Deplu fokus pada
negosiasi diplomati, Dep. Pertahanan fokus pada aksi militer dll.

Birokrat bertindak demi kepentingan organisasi mereka, dan bukan untuk


perusahaan atau kelompok kepentingan.
4 POLITIK, KEKUASAAN DAN ORGANISASI
Tidak terbatas ditingkat evecutive branch,
namun melibatkan struktur kekuasaan yang
luas (congress, court, organized interest
groups)

POLITIK
BIROKRAS
I

Sifat dan konteks struktur kekuasaan Terdapat 2 dimensi : terkait


bergantung pasa isu organisasi perilaku dan terkait struktur
(relatif) institusional

Terkait perilaku Terkait struktur


institusional
DIMENSI ORGANISASI DALAM TEORI POLITIK

• Mengapa birokrat • Bagaimana jalur

INSTITUSIONAL
TERKAIT STRUKTUR
TERKAIT PERILAKU

dan birokrasi kewenangan resmi


melakukan apa dari birokrasi
yang mereka • Hubungannya
lakukan dengan lembaga
lainlembaga lain
• Program dan
kebijakan apa yang
ditempatkan dalam
yuridiksinya
PERILAKU POLITIK

Memperdebatkan tentang struktur


lembaga dalam birokrasi klasik,
dimana lingkungan birokrasi
menekan mereka untuk mengikuti
pola perilaku serba prosedural,
rinci dan metodis, meskipun
nyata-nyata mengganggu
pencapaian misi utama organisasi
Robert King Merton
1957
BIROKRASI KLASIK

Birokrat memiliki kewenangan dalam Birokrasi bebas memilih dan mengatur


2
1 menentukan kebijakan apa yang harus langkah apa yang harus mereka kerjakan
mereka lakukan, sesuai beban kerja dan ekspektasi diri

James Q. Wilson
1989
Manager  Harusnya berperan seperti 4 Executive  Harus memiliki kemampuan
3 pemimpin perusahaan yang harus miliki sense
dalam membela misi dan mensupport
yang kuat atas misi organisasi, dan mampu organisasi dalam mencapai tujuan yang
mengkoordinasikan pekerjaan dengan para telah ditentukan.
operator dari semua urusan.
5 REPRESENTATIF BIROKRASI

Mencoba mempertemukan sifat hierarki


1
dan otoriter birokrasi yang sederajat.
Berfokus pada bagaimana menemukan
cara berpolitik birokrasi yang memiliki
nilai-nilai demokrasi

2 Pandangannya berfokus pada bagaimana


menemukan cara berpolitik birokrasi
Dwight Waldo
yang memiliki nilai-nilai demokrasi
(1952)
5 REPRESENTATIF BIROKRASI

Komposisi demografi birokrasi (ras, jenis kelamin,


pendidikan, dst) secara tidak langsung telah
mencerminkan Representative Nature of
Bureaucracy

Representative Nature of Bureaucracy 


representasi pasif menjadi representasi aktif,
misalnya kaum perempuan bergabung dalam
layanan sipil.

Samuel Krislov
1974

Anda mungkin juga menyukai