Anda di halaman 1dari 3

Setara Tanpa Perbedaan

“Bisa apa kamu!” ucap seorang pemimpin perusahaan kepada Disal. Selalu kata itu yang kudengar
setiap melamar pekerjaan ke sebuah perusahaan ternama. Entah apa yang mereka nilai terhadapku,
manusia yang spesial. “Spesial” , sebuah ungkapan kata yang orang lain tuai kepadaku, kaum
disabilitas.

“Disal, Kau tidak diterima!”

“Mengapa begitu pak,bukankah saya memenuhi kriteria?”

“Lihat dirimu,Kau cacat, tidak pantas untuk bekerja disini!” tuai seorang pemimpin perusahaan

Sang pemimpin terlihat angkuh. Sebaliknya aku menjadi tersinggung atas ucapannya.

Disal berusia 21 tahun, penyandang disabilitas akibat kecelakaan yang menyebabkan kakinya
diamputasi. Ya, itu aku pemuda yang sekarang menggunakan kaki palsu dalam kesehariannya.

Koran menjadi kabarku mendapatkan lowongan, karena harus bergerak cepat melamar sebelum
keduluan orang lain

Perjalanan menempuh kehidupan sangatlah berarti bagiku, terlebih orang sepertiku. Dengan
bermodalkan semangat dan usaha aku mampu melanjutkan hidup. Bagiku itu sangatlah berarti.
Bagaimana mungkin?,Hmm.. Ya… itu alasanku melanjutkan hidup, semangat pula yang aku dapat
dari orang – orang disekitarku untuk mendorong menjadi individu yang lebih baik.

Usaha yang kutempuh untuk mendapat sesuap nasi salah satunya dengan mencari pekerjaan,
Alhasil yang aku dapat hanyalah cacian fisik yang mereka tuai, Tapi itu tak berpengaruh bagiku,
selama aku masih memiliki semangat aku yakin bisa mendapat kedudukan yang setara.

Uang sebesar lima puluh ribu hanya tersisa dalam saku celana. Aku harus pandai mengatur
pengeluaranku harini, apalagi hari ini aku gagal mendapat pekerjaan.

Keesokan hari, tersiar kabar lowongan di sebuah perusahaan, aku pun langsung bergerak
mendatangi tempat tersebut tanpa lupa membawa berkas persyaratan. Dengan penuh semangat aku
menjalani wawancara dan seleksi yang dilakukan. Alhasil, usaha tidak menghianati hasil, aku pun
berhasil mendapat posisi di perusahaan.
Hari berganti hari, akupun dipandang sebelah mata oleh karyawan lain, “Bisa apa sih orang cacat
disini” disitulah aku mengharapkan kesetaraan, dimana kesetaraan berperan dalam menyamakan
kedudukan, tanpa pandang bulu, maupun fisik. Mungkin, bukan hanya aku yang merasakan
ketidak adilan ini, diluar sana masih banyak disabilitas lain yang sulit mendapatkan pekerjaan
karena fisik mereka, sehentak hatiku merasa bersyukur.

Di perjalanan pulang, aku pun bertemu seorang teman yang kerap disapa Hadi. Kami pun berdialog
selama perjalanan yang pada akhirnya, Hadi menawarkan sebuah pekerjaan untuk membuka usaha
disabilitas, dengan tujuan membuka lapangan pekerjaan bagi disabilitas diluar sana. Hatiku pun
bertanya tanya akan tawaran tersebut dan berpikir, “Seandainya aku bisa membuka pekerjaan bagi
penyandang disabilitas, Bukankah itu hal yang mulia?”. Tanpa ragu, aku pun memutuskan untuk
bergabung dengan usaha pak Hadi.

Sesegera mungkin aku menyelesaikan pekerjaanku esok hari, aku pun mulai mengurus surat
pernyataan pengunduran diriku diperusahaan dengan harapan dapat sesegera mungkin
meninggalkan perusahaan.

Menjelang sore, pimpinan ku memanggil,

“Kenapa ingin keluar dari perusahaan?”

“Aku ingin membuka usaha dan memberikan lowongan pekerjaan bagi disabilitas sepertiku”
imbuhku kepada pimpinan.

Pimpinanku pun tersanjung akan pernyataan ku dan mendukung usahaku. Keesokannya akupun
membuka usaha tersebut bermodal sebuah mobil VW dan sepetak lahan di sebuah pasar, aku pun
turut merekrut disabilitas lain untuk menjalankan usaha ini dengan tujuan memberitahukan kepada
orang lain bawasannya kami, Disabilitas itu setara, kami juga punya cita – cita yang sama, tujuan
hidup yang sama hanyalah, kami kurang sempurna dibanding yang lain, asal ada niat dan usaha
kami percaya kami bisa.

Kami mulai berjualan makanan dan minuman yang kami bisa racik sendiri, awalnya memang sulit
namun seiring berjalannya waktu kamipun terbiasa melakukannya.

Pada suatu waktu, kamipun terkejut karena usaha yang kami lakukan mendadak viral di media
massa dan mendapat tanggapan positif dari netizen, bahkan para netizenpun membantu
mempromosikan akan usaha kami. Berada dilingkungan yang kurang sempurna membuat ku
mengerti apa arti bersyukur, bahwasannya ada yang lebih dibawah kita, asalkan masih ada
semangat dan usaha pasti bisa meraihnya. Lingkungan mengubah siapapun,kami bersyukur
dengan apa yang kami kerjakan dan kami usahakan selama ini. Sebagaimana peribahasa “Niat dan
Usaha tidak akan menghianati hasil” itulah yang kami dapat setelah menempuh jalan yang berliku
– liku hingga sampai disini.

Anda mungkin juga menyukai