Anda di halaman 1dari 3

Peristiwa interaksi gen berupa avatisme pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C.

Punnet setelah
mereka mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Karakter jengger tidak hanya diatur oleh satu
gen, tetapi oleh dua gen yang berinteraksi. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger ayam
yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal.

Persilangan ayam berjengger rose dengan ayam berjengger pea menghasilkan keturunan dengan bentuk
jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua induknya. Ayam hibrid (hasil
persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan rasio fenotipe walnut : rose : pea :
single = 9 : 3 : 3 : 1.

Dari rasio fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah dijumpai,
yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut, mengindikasikan adanya
keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe. Kedua
pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe rose dan fenotipe pea.

Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe rose adalah R, sedangkan gen untuk
fenotipe pea adalah P, maka keempat macam fenotipe tersebut masing-masing dapat dituliskan sebagai
R-pp untukr os e, rrP- untukpea, R-P- untukwalnut, dan rrpp untuk single. Selain itu, biasanya kita
beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nampak pada suatu individu itu ditentukan oleh sebuah
gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih oleh gen r, buah bulat oleh gen B, buah oval
(lonjong) oleh gen b, batang tiggi oleh gen T, batang pendek oleh gen t dll.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara diwariskannya sifat
keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman tersebut di atas, karena sulit sekali disesuaikan
dengan hukum-hukum Mendel.

Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil percobaan Wiliam Bateson dan R.C
Punnet yang telah di bicarakan sebelumnya diatas. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam negeri
dengan memperhatikan bentuk jengger di atas kepala. Ayam Wyandotte mempunyai jenger tipe mawar
(“rose“), sedang ayam Brahma berjengger tipe ercis(“pea“). Pada waktu dikawinkan ayam berjengger
rose didapatkan ayam-ayam F1 yang kesemuanya mempunyai jengger bersifatwalnut (“walnut“= nama
semacam buah). Mula- mula dikira bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang
mengherankan ialah bahwa pada waktu ayam-ayam walnut itu dibiarkan kawin sesamanya dan
dihasilkan banyak ayam-ayam F2 maka perbandingan 9:3:3:1 nampak dalam keturunan ini. Kira-kira
9/16 bagian dari ayam-ayam F2 ini berjengger walnut. 3/16 mawar, 3/16 ercis dan 1/16 tunggal (single).

Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling pengaruh) antara gen-gen.
Adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut
menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang gen menentukan tipe jengger mawar dan sepasang
gen lainnya untuk tipe jengger ercis. Sebuah gen untukrose dan sebuh gen untukpea mengadakan
interaksi menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam F1. Jenggerrose ditentukan oleh
gen dominan R (berasal dari “rose”), jengger pea oleh gen dominan P (berasal dari “pea”). Karena itu
ayam berjengger mawar homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger ercis
homozigot mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F1 yang berjengger
walnut (bergenotip RrPp) dan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.

Selain mengalami berbagai modifikasi nisbah fenotipe karena adanya peristiwa aksi gen tertentu,
terdapat pula penyimpangan semu terhadap hukum Mendel yang tidak melibatkan modifikasi nisbah
fenotipe, tetapi menimbulkan fenotipe-fenotipe yang merupakan hasil kerja sama atau interaksi dua
pasang gen nonalelik. Peristiwa semacam ini dinamakan interaksi gen.

Peristiwa interaksi gen pertama kali dilaporkan oleh W. Bateson dan R.C. Punnet setelah mereka
mengamati pola pewarisan bentuk jengger ayam. Dalam hal ini terdapat empat macam bentuk jengger
ayam, yaitu mawar, kacang, walnut, dan tunggal, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

Persilangan ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger kacang menghasilkan keturunan dengan
bentuk jengger yang sama sekali berbeda dengan bentuk jengger kedua tetuanya. Ayam hibrid (hasil
persilangan) ini memiliki jengger berbentuk walnut. Selanjutnya, apabila ayam berjengger walnut
disilangkan dengan sesamanya, maka diperoleh generasi F2 dengan nisbah fenotipe walnut : mawar :
kacang : tunggal = 9 : 3 : 3 : 1.

Dari nisbah fenotipe tersebut, terlihat adanya satu kelas fenotipe yang sebelumnya tidak pernah
dijumpai, yaitu bentuk jengger tunggal. Munculnya fenotipe ini, dan juga fenotipe walnut,
mengindikasikan adanya keterlibatan dua pasang gen nonalelik yang berinteraksi untuk menghasilkan
suatu fenotipe. Kedua pasang gen tersebut masing-masing ditunjukkan oleh fenotipe mawar dan
fenotipe kacang.

Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R, sedangkan gen untuk
fenotipe kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe tersebut masing-masing dapat dituliskan
sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal. Dengan
demikian, diagram persilangan untuk pewarisan jengger ayam dapat dijelaskan seperti pada Gambar
2.13.

P: RRpp x rrPP

mawar kacang

F1 : RrPp

walnut

F2 : 9 R-P- walnut

3 R-pp mawar walnut : mawar : kacang : tunggal


3 rrP- kacang 9 : 3 : 3 : 1

1 rrpp tunggal

Apabila gen yang bertanggung jawab atas munculnya fenotipe mawar adalah R, sedangkan gen untuk
fenotipe kacang adalah P, maka keempat macam fenotipe tersebut masing-masing dapat dituliskan
sebagai R-pp untuk mawar, rrP- untuk kacang, R-P- untuk walnut, dan rrpp untuk tunggal. Dengan
demikian, diagram persilangan untuk pewarisan jengger ayam dapat dijelaskan seperti pada Gambar
berikut ini.

Kesimpulannya :

Fenotip jengger yang baru ini disebabkan karena adanya interaksi (saling pengaruh) antara gen-gen.

Adanya 16 kombinasi dalam F2 memberikan petunjuk bahwa ada 2 pasang alel yang berbeda ikut
menentukan bentuk dari jengger ayam. Sepasang alel menentukan tipe jengger mawar dan sepasang alel
lainnya untuk tipe jengger Kacang.

Sebuah gen untuk mawar dan sebuh gen untuk kacang mengadakan interaksi menghasilkan jengger
walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam F1.

Jengger mawar ditentukan oleh gen dominan R(berasal dari “rose”), jengger kacang oleh gen dominan P
(berasal dari “pea”).

Karena itu ayam berjengger mawar homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam berjengger
kacang homozigot mempunyai genotip rrPP.

Sedangkan ayam yang berjengger Tunggal adalah Ayam yang homozigot resesif.

Perkawinan dua ekor ayam ini menghasilkan F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan F2
memperlihatkan perbandingan fenotip 9:3:3:1.

Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing domina terhadap alelnya (R dominan terhadap
r, P dominan terhadap p). sebuah atau sepasang gen yang menutupi (mengalahkan) ekspresi gen lain
yang buka alelnya dinamakan gen yang epistasis. Gen yang dikalahkan ini tadi dinamakan gen yang
hipostasis. Peristiwanya disebut epistasi dan hipostasi.

Anda mungkin juga menyukai