Anda di halaman 1dari 5

DRAF GENETIKA

Nama : Ribka Marisi Sonia Simanihuruk

Kelas : PSB 2020 B

NIM : 4201220007

Biasanya kita beranggapan bahwa suatu sifat keturunan yang nam pak pada suatu
individu itu ditentukan oleh sebuah gen tunggal, misalnya bunga merah oleh gen R, bunga putih
oleh gen r, buah bulat oleh gen B, buah oval (lonjong) oleh gen b, batang tinggi oleh gen T.
batang pendek oleh gen 1, dll.

Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mengetahui bahwa cara
diwariskannya sifat keturunan tidak mungkin diterangkan dengan pedoman tersebut di atas,
karena sulit sekali dise suaikan dengan hukum-hukum Mendel.

Sebuah contoh klasik yang dapat dikemukakan di sini ialah hasil percobaan William
Bateson dan R.C. Punnet pada permulaan abad ini. Mereka mengawinkan berbagai macam ayam
negeri dengan memperhatikan bentuknya jengger (jawer) di atas kepala. Ayam Wyandotte
mempunyai jengger tipe mawar ("rose"), sedang ayam Brahma berjengger tipe ercis ("pea") (Gb.
VI-1). Pada waktu dikawinkan ayam berjengger mawar dengan ercis didapatkan ayam ayam Fi
yang kesemuanya mempunyai jengger tipe walnut ("walnut" = nama semacam buah). Mula-mula
dikira bahwa jengger tipe walnut ini intermedier. Tetapi yang mengherankan ialah bahwa pada
waktu ayam ayam Fj yang berjengger walnut itu dibiarkan kawin sesamanya dan dihasilkan
banyak ayam-ayam F2, maka perbandingan 9:3:3:1 nampak dalam keturunan ini. Kira-kira 9/16
bagian dari ayam-ayam F2 ini ber jengger walnut. 3/16 mawar. 3. 16 ercis dan 1/16 tunggal
("single").
Jengger tipe walnut dan tunggal merupakan tipe jengger baru, yang sama sekali tidak
dijumpai pada kedua ayam induknya. Timbulnya dua fenotip jengger yang baru ini disebabkan
karena adanya interaksi (saling pengaruh) antara gen-gen. Adanya 16 kombinasi dalam F2
memberikan petunjuk kuat bahwa ada dua pasang alel yang berbeda ikut menentukan bentuk dari
jengger ayam. Sepasang alel menentukan tipe jengger mawar dan sepasang alel lainnya untuk
tipe jengger ercis. Sebuah gen untuk mawar dan sebuah gen untuk ercis mengadakan interaksi
menghasilkan jengger walnut, seperti terlihat pada ayam-ayam F1. Jengger mawar ditentukan
oleh gen dominan R (berasal dari “rose”), jengger ercis oleh gen dominan P (berasal dari “pea”).
Karena itu ayam berjengger mawar homozigot mempunyai genotip RRpp, sedangkan ayam
berjengger ercis homozigot mempunyai genotip rrPP. Perkawinan dua ekor ayam ini
menghasilkan F1 yang berjengger walnut (bergenotip RrPp) dan F2 memperlihatkan
perbandingan fenotip 9:3:3:1 (Gb. VI-2).
Gen R dan gen P adalah bukan alel, tetapi masing-masing dominan terhadap alelnya (R
dominan terhadap r, P dominan terhadap p). Sebuah atau sepasang gen yang menutupi
(mengalahkan) ekspresi gen lain yang bukan alelnya dinamakan gen yang epistatis. Gen yang
dikalahkan ini tadi dinamakan gen yang hipostatis. Peristiwanya disebut epistasis dan hopostatis.

1. Epistasis Dominan

Apabila digunakan huruf-huruf permulaan dari alfabet, maka:

Kuncinya : A epistasis terhadap B dan b

Contoh: warna umbi lapis dari bawang (Allium sp.)

A = gen untuk umbi merah

B = gen untuk umbi kuning

Gen A epistatis terhadap B. Genotip aabb menghasilkan umbi lapis putih.


Perkawinan antara tanaman bawang berumbi lapis kuning homozigot dengan yang merah
homozigot meng hasilkan tanaman F1 yang berumbi lapis merah (Gb. VI-3). Keturunan F2
terdiri 16 kombinasi dengan perbandingan 12/16 merah: 3/16 kuning: 1/16 putih atau 12:3:1.
Kelihatannya perbandingan ini menyimpang dari hukum Mendel, tetapi sebenarnya tidak
demikian. Perbandingan 9:3:3:1 untuk keturunan perkawinan dihibrid hanya mengalami
modifikasi saja, yaitu dari 9:3:3:1 menjadi 12:3:1.

2. Epistasis Resesif

Apabila digunakan huruf-huruf permulaan dari alfabet, maka:

Kuncinya : ada epistasis terhadap B dan b

Contoh : warna kulit / rambut pada tikus.

A =gen untuk kelabu

a = gen untuk hitam

C = gen untuk keluarnya warna

c = gen yang menyebabkan warna tidak keluar (putih dianggap tidak berwarna)

Jadi, supaya tikus berwarna hitam, harus memiliki gen C dan a.


Perkawinan antara tikus jantan putih homozigot dengan tikus betina hitam homozigot
menghasilkan tikus F1 berwarna kelabu (GB. VI-4). Keturunan F2 terdiri dari 16 kombinasi
dengan perbandingan 9/16 kelabu: 3/16 hitam: 4/16 putih atau 9:3:4. Jadi pada contoh ini, maka
cc epistasis terhadap A dan a. Gen A seharusnya kelabu, tetapi cc mengalahkan gen A maupun a,
sehingga warna tidak keluar.

Anda mungkin juga menyukai