Materi:
Pendahuluan:
A. Risiko
B. Manajemen Risiko
C. Beberapa Istilah
A. Risiko
1. Konsep Risiko
Semua orang menyadari bahwa dunia penuh dengan ketidak pastian, kecuali
kematian, yang meskipun demikian juga tetap mengandung ketidakpastian di
dalamnya, antara lain mengenai: kapan, karena apa kematian itu terjadi. Dimana
kematian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta risikonya
merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan begitu saja, malahan harus diperhatikan
secara cermat, bila orang menginginkan kesuksesan.
Sehubungan dengan kenyataan tersebut semua orang (khususnya pengusaha)
selalu harus berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk
meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan
atau paling tidak diminimumkan. Penanggulangan risiko tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Penanggulangan risiko inilah yang disebut Manajemen Risiko.
Langkah-langkah pengelolaan tersebut antara lain:
a. Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko
yang dihadapi bisnisnya.
b. Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi semua unsur ketidakpastian,
misalnya dengan membuat perencanaan yang baik dan cermat.
c. Berusaha untuk mengetahui korelasi dan konsekuensi antar peristiwa, sehingga
dapat diketahui risiko-siriko yang terkandung di dalamnya.
d. Berusaha untuk mencari dan mengambil langkah-langkah (metode) untuk
menangani risiko-risiko yang telah berhasil diidentifikasi (mengelola risiko yang
dihadapi).
2. Pengertian Risiko
1. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
tertentu (Arthur Williams dan Richard, M. H).
2. Risiko adalah ketidaktentuan (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian (loss) (A. Abas Salim).
3. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarno).
4. Risiko merupakan penyebaran/ penyimpangan hasil aktual dari hasil yang
diharapkan (Herman Darmawi).
5. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil/ outcome yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi).
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa risiko selalu dihubungkan
dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diduga/ tidak
diinginkan. Jadi merupakan ketidakpastian atau kemungkinan terjadinya sesuatu, yang
bila terjadi akan mengakibatkan kerugian. Dengan demikian risiko mempunyai
karakteristik:
a. Merupakan ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa,
b. Merupakan ketidakpastian yang mungkin bila terjadi akan menimbulkan kerugian.
Ujud dari risiko itu dapat bermacam-macam. Antara lain:
1. Berupa kerugian atas harta milik/ kekayaan atau penghasilan, misalnya yang
diakibatkan oleh kebakaran, pencurian, pengangguran dan sebagainya.
2. Berupa penderitaan seseorang, misalnya sakit/ cacat karena kecelakaan.
3. Berupa tanggungjawab hukum, misalnya risiko dari perbuatan atau peristiwa yang
merugikan orang lain.
4. Berupa kerugian karena perubahan keadaan pasar, misalnya karena terjadinya
perubahan harga, perubahan selera konsumen dan sebagainya.
3. Ketidakpastian
Risiko timbul karena ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah
merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, karena mengakibatkan
keragu-raguan seorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan
terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Kondisi tersebut terjadi
karena beberapa sebab, di antaranya:
a. Tenggang waktu antara perencanaan suatu kegiatan sampai kegiatan itu berakhir/
menghasilkan, dimana makin panjang tenggang waktunya makin besar
ketidakpastiannya.
b. Keterbatasan informasi yangtersedia yang diperlukan dalam penyusunan rencana.
c. Keterbatas pengetahuan/ kemampuan/ teknik pengambilan keputusan dari
perencanaan.
Secara garis besar ketidakpastian dapat diklasifikasikan ke dalam:
a. Ketidakpastian ekonomi (economic uncertainty), yaitu kejadian-kejadian yang
timbul sebagai akibat kondisi dan perilaku dari pelaku ekonomi, misalnya:
perubahan sikap konsumen, perubahan selera konsumen, perubahan harga,
perubahan teknologi, penemuan baru dan sebagainya.
b. Ketidakpastian alam (uncertainty of nature), yaitu ketidakpastian yang
disebabkan oleh alam, misalnya: badai, banjir, gempa bumi, kebakaran dan
sebagainya.
c. Ketidakpastian kemanusiaan (human uncertainty), yaitu ketidakpastian yang
disebabkan oleh perilaku manusia, seperti: peperangan, pencurian, penggelapan,
pembunuhan dan sebagainya.
4. Macam-macam Risiko
1. Menurut sifatnya
a. Risiko yang tidak disengaja (Risiko Murni), adalah risiko yang apabila terjadi
tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa sengaja, misalnya; risiko
terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, pengacauan dan
sebagainya.
b. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan
keuntungan kepadanya, seperti: risiko hutang-piutang, perjudian, perdagangan
berjangka (hedging) dan sebagainya.
c. Risiko fundamental, adalah risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan
kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau beberapa orang saja,
tetapi banyak orang, seperti banjir, angin topan dan sebagainya.
d. Risiko khusus, adalah risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas, pesawat jatuh,
tabrakan mobil dan sebagainya.
e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena perkembangan dan kemajuan
(dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi, seperti risiko
keusangan, risiko penerbangan luar angkasa. Kebalikannya disebut Risiko
statis, seperti risiko hari tua, risiko kematian dan sebagainya.
Materi:
Fungsi Manajemen Risiko
A. Pengertian
B. Manajemen Risiko dan Asuransi
C. Tujuan Manajemen Risiko
D. Fungsi Pokok Manajemen Risiko
E. Langkah-langkah Proses Pengelolaan Risiko
F. Kedudukan Manajer Risiko
G. Kerjasama dengan departemen Lain
H. Review Berkala
A. Pengertian
Henry Fayol menyatakan bahwa ada 6 (enam) fungsi dasar dari kegiatan pengelolaan
suatu perusahaan industri, yaitu: kegiatan teknis, komersiil, keuangan, keamanan,
akuntansi dan manajerial.
Dari ke enam fungsi dasar tersebut maka manajemen risiko adalah berkaitan dengan
keamanan, yang tujuannya adalah menjaga harta benda dan personil perusahaan terhadap
kerugian akibat pencurian, kecelakaan, kebakaran, banjir, mencegah pemogokan kerja,
kejahatan dan semua gangguan sosial atau gangguan alamiah, yang mungkin
membahayakan kehidupan dan perkembangan perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas orang umumnya memberikan batas-batas terhadap
manajemen risiko sebagai keputusan eksekutif/ manajerial yang berkaitan dengan
penegelolaan risiko murni, yang pada pokoknya mencakup:
a. Menemukan secara sistematis dan menganalisa kerugian-kerugian yang dihadapi
perusahaan (melakukan identifikasi terhadap risiko).
b. Menemukan metode yang paling baik dalam menangani risiko (kerugian) yang
dihubungkan dengan keuntungan perusahaan.
B. Manajemen Risiko dan Asuransi
Konsep manajemen risiko tidak boleh dicampuradukan dengan konsep asuransi,
karena keduanya mempunyai ruang lingkup/ cakupan yang berbeda, meskipun
mempunyai sasaran yang sama. Asuransi adalah merupakan bagian dari manajemen
risiko, karena asuransi merupakan salah satu cara penanggulangan risiko, sebagai hasil
perumusan strategi penanggulangan risiko dari manajemen risiko.
Persamaan dan perbedaan antara manajemen risiko dan asuransi, yaitu:
a. Persamaannya:
Kedua-duanya merupakan kegiatan manajemen, yang berkaitan dengan upaya
penanggulangan risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan.
b. Perbedaannya:
Manajemen Risiko: Asuransi:
1. Lebih menekankan kegiatannya 1. Merupakan salah satu cara
pada menemukan dan menganalisa menanggulangi risiko murni
risiko murni. tertentu.
2. Tugasnya hakekatnya hanya 2. Tugasnya menangani seluruh proses
memberikan penilaian belaka pengalihan risiko.
terhadap semua teknik
penanggulangan risiko (termasuk
asuransi).
3. Pelaksanaan programnya 3. Melibatkan jumlah orang dan
menghendaki adanya kerjasama kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
dengan sejumlah individu dan
bagian-bagian dari perusahaan.
4. Keputusan manajemen risiko 4. Keputusan di bidang asuransi
mempunyai pengaruh yang lebih mempunyai pengaruh yang lebih
luas/ besar terhadap operasi terbatas.
perusahaan.
f. Bagian Personalia:
Bagian ini mempunyai tanggungjawab yang berkaitan dengan penanggulangan risiko
yang berkaitan dengan diri karyawan. Misalnya: perencanaan, instalasi dan
administrasi program-program kesejahteraan karyawan, guna mencegah pemogokan,
kebosanan dan sebagainya. Biasanya bagian ini juga bertanggungjawab langsung
terhadap masalah keselamatan (safety) kerja dan hygiene industri.
Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sangat diperlukan adanya
komunikasi dua arah antara Manajer Risiko dengan Manajer-manajer bagian yang
bersangkutan. Jadi diperlukan adanya kerjasama yang aktif diantara mereka, sehingga
dapat dikatakan bahwa: “tanpa kerjasama aktif dari departemen lain program
manajemen risiko akan gagal”.
H. Review Berkala
Supaya program penanggulangan risiko yang sudah disusun oleh Manajer Risiko
dapat tetap berlaku secara efektif sepanjang waktu, maka program tersebut perlu selalu
direview secara berkala untuk mengetahui apakah terjadi perubahan dari variabel-
variabel yang berpengaruh terhadap terjadinya peril dan upaya penanggulangannya, yang
menyangkut: biaya, program keselamatan, pencegahan kerugian dan sebagainya.
Untuk itu catatan-catatan kerugian yang telah terjadi perlu selalu diperiksa, untuk
mengetahui apakah ada perubahan terhadap frekuensi maupun kegawatannya dan
sebagainya, yang sangat perlu guna tindakan penyesuaian di waktu selanjutnya. Untuk
mengetahui perkembangan-perkembangan baru yang akan mempengaruhi upaya
penanggulangan risiko, maka Manajer Risiko perlu pula melakukan penelitian secara
berkala.
Materi:
Prinsip-prinsip Pengidentifikasian Risiko
A. Pengertian
B. Manfaat Daftar Kerugian Potensial
C. Klasifikasi Kerugian Potensial
D. Metode Pengidentifikasian Risiko
A. Pengertian
Identifikasi risiko adalah suatu proses dengan mana suatu perusahaan secara
sistematis dan terus menerus mengidentifikasi property, liability dan perosonel exposures
sebelum terjadi peril. Jadi yang diidentifikasi adalah peril yang dapat menimpa harta milik
dan personil perusahaan serta kejawiban yang menimbulkan kerugian.
Kegiatan pengidentifikasian adalah hal yang sangat penting bagi seorang Manajer
Risiko, sebab seorang Manajer Risiko yang tidak mengidentifikasi semua kerugian
potensial tidak akan dapat menyusun strategi yang lengkap untuk menanggulangi semua
kerugian potensial tersebut. Yang dilakukan oleh Manajer Risiko pada pokoknya, adalah:
1. Membuat daftar (check-list) semua kerugian yang dapat menimpa semua bisnis/
perusahaan apapun.
2. Dengan pendekatan yang sistematis mencari kerugian-kerugian potensial yang mana
dari check-list tersebut yang dapat menimpa perusahaan.
Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan
daftar kerugian potensial antara lain:
1. Data-data dari perusahaan-perusahaan asuransi.
2. Informasi dari Badan Penerbitan Asuransi.
3. Informasi dari Asosiasi Manajemen Amerika (AMA).
4. Informasi dari Ikatan Manajer Risiko dan Asuransi.
5. Informasi/ rilase dari Kepolisian.
Materi:
Daftar Kerugian Potensial
A. Pengertian
B. Kerugian atas Harta
C. Tanggungjawab atas Kerugian Pihak Lain
D. Tanggungjawab atas Kerugian Personil
A. Pengertian
Dari kegiatan mengidentifikasi risiko akan dihasilkan/ dibuat suatu daftar mengenai
kerugian potensial, baik yang mungkin menimpa bisnisnya maupun bisnis apapun. Daftar
ini disebut “daftar kerugian potensial” atau “check-list”.
Jadi dari daftar tersebut akan dapat diketahui kerugian apa saja dan bagaimana
terjadinya yang mungkin dapat menimpa bisnisnya, sehingga dapat dipakai sebagai dasar
di dalam menentukan kebijaksanaan penegendalian risiko.
Dari seluruh kerugian potensial yang mungkin menimpa suatu bisnis pada pokoknya
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1. Kerugian atas harta (property losses).
2. Kerugian berupa kewajiban kepada pihak ketiga (liability losses).
3. Kerugian personil (personal losses).
5. Sifat Kerugian
Kerugian/ kerusakan yang diderita oleh seseorang yang dapat menimbulkan
tanggung jawab yang sah pada pihak lain dapat digolongkan ke dalam:
a. Kerugian yang bersifat “khusus/ spesial”, yang biasanya mudah diketahui,
misalnya: kehilangan hak milik, biaya perbaikan dan sebagainya.
b. Kerugian yang bersifat “umum”, yang biasanya tidak langsung dapat diketahui pada
saat peristiwa terjadi; misalnya: suatu kerugian mungkin diikuti kehilangan-
kehilangan yang tidak dapat diukur secara langsung, seperti: kepedihan hati, rasa
kehilangan dan sebagainya (kerugian immateriil).
7. Pembelaan
Pembelaan atau kebebasan tanggung jawab pada prinsipnya hanya dimungkinkan
bila menyangkut 3 hal, yaitu:
1. Adanya asumsi risiko, yaitu bila bisa diasumsikan bahwa si penuntut sudah
mengetahui risiko yang dihadapi berkaitan dengan hal yang berhubungan dengan
tergugat.
2. Membandingkan sumbangan dari kesembronoan terhadap kerugian. Hal ini berlaku
dila diduga bahwa penggugat maupun tergugat kedua-duanya sembrono, sehingga
menimbulkan kerugian.
3. Lembaga-lembaga pemerintahan dan instansi-instansi yang bersifat sosial.
Prinsipnya petugas pemerintah dan instansi sosial mempunyai kekebalan terhadap
kewajiban mengganti kerugian yang diderita oleh pihak lain, akibat perbuatannya
dalam melakukan tugas kewajibannya.
4. Pensiun
Kerugian finansial karena pensiun tidak segawat seperti kerugian finansial
sebagai akibat kematian atau pengangguran. Sebab disini kerugiannya hanya
berupa berkurangnya jumlah penghasilan. Tetapi meskipun demikian masalah
ini sering dihadapi oleh kebanyakan orang pada akhir-akhir masa
kehidupannya. Yaitu adanya kegelisahan yang sering kita jumpai pada orang-
orang yang mendekati masa pensiun.
Masalah ini biasanya diatasi dengan mengadakan tanbungan untuk hari
tua. Tetapi tidak semua orang dapat melakukannya, karena berbagai sebab,
misalnya: karena penghasilannya memang tidak berlebihan (pas-pasan),
sehingga tidak mungkin menabung; karena pola hidupnya pada masa aktif
bekerja dan sebagainya.
Materi:
Prinsip-prinsip Pengukuran Risiko
A. Pengukuran Risiko
B. Konsep Probabilitas
A. Pengukuran Risiko
1. Dimensi yang diukur
Setelah berbagai tipe kerugian potensial berhasil diidentifikasi, maka untuk
keperluan penentuan cara penanggulangannya maka exposure-exposure tersebut harus
diukur. Dimana pengukuran tersebut mempunyai dua manfaat, yaitu:
1. Untuk dapat menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi.
2. Untuk mendapat informasi yang sangat diperlukan oleh Manajer Risiko dalam
upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/ paling
baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.
Dalam pengukuran risiko dimensi yang diukur adalah:
1. Besarnya frekuensi kerugian, artinya berapa kali terjadinya suatu kerugian selama
suatu periode tertentu.
2. Tingkat kegawatan (severity) atau keparahan dari kerugian-kerugian tersebut.
Artinya untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh dari suatu kerugian
terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi tersebut paling tidak akan dapat
diketahui:
1. Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran.
2. Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran yang lain
(naik turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu).
3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama kerugian yang
ditanggung sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan dimensi pengukuran
tersebut, antara lain:
1. Orang umumnya memandang bahwa dimensi kegawatan dari suatu kerugian
potensial lebih penting dari pada frekuensinya.
2. Dalam menentukan kegawatan dari suatu kerugian potensial seorang Manajer
Risiko harus secara cermat memperhitungkan semua tipe kerugian yang dapat
terjadi, terutama dalam kaitannya dengan pengaruhnya terhadap situasi finasial
perusahaan.
3. Dalam pengukuran kerugian Manajer Risiko juga harus memperhatikan orang,
harta kekayaan atau exposures yang lain, yang tidak terkena peril.
4. Kadang-kadang akibat akhir dari suatu peril terhadap kondisi finansial perusahaan
lebih parah dari parah yang diperhitungkan, antara lain akibat tidak diketahuinya
atau tidak diperhitungkannya kerugian-kerugian tidak kerugian.
5. Dalam mengestimasi kegawatan dari suatu kerugian penting pula diperhatikan
jangka waktu dari suatu kerugian, di samping nilai rupiahnya. Hal ini berkaitan
dengan:
a. The time value of money, yang harus diperhitungkan berdasarkan tingkat bunga
(interest rate) yang ada,
b. Kemampuan perusahaan untuk membagi-bagi biaya (cash outlay) yang
diperlukan untuk penanggulangan kerugian.
Contoh: Kerugian sebesar Rp 5.000.000,- setiap tahun, yang terjadi selama 10
tahun adalah lebih ringan/ tidak gawat dibandingkan kerugian yang
selama 10 tahun hanya sekali terjadi, tetapi dengan kerugian sebesar Rp
50.000.000,-. Sebab pada peristiwa pertama: beban bunga lebih ringan,
dan perusahaan dapat dengan mudah memasukkan kerugian tersebut
dalam komponen biaya.
B. Konsep Probabilitas
1. Pengertian
Masyarakat awam cenderung mendefinisikan/ memberikan batasan terhadap
probabilitas sebagai: “kesempatan atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian” atau
“kemungkinan jangka panjang terjadinya sesuatu”. Dimana pengertian yang demikian
ini ternyata kurang bermanfaat untuk melakukan penganalisaan terhadap terjadinya
suatu pril/ kerugian. Untuk dapat melakukan analisa terhadap kemungkinan dari suatu
kerugian potensial kita perlu memahami prinsip-prinsip dasar dari “Teori
Probabilitas”.
2. Konsep “Sample Space” dan “Event”
Sample space, yang selanjutnya disingkat “Set S” merupakan suatu set dari
kejadian tertentu yang diamati. Misalnya: jumlah kecelakaan mobil di wilayah tertentu
(kota Surabaya) selama suatu periode tertentu (selama tahun 1995).
Suatu sample space biasanya terdiri dari beberapa segmen, yang disebut “Sub
Set” atau “Event” yang disingkat “Set E”, yang merupakan bagian dari “set S”.
Misalnya: jumlah kecelakaan mobil di atas terdiri dari segmen mobil pribadi dan mobil
penumpang umum.
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut
masing-masing event (set E) perlu diberi bobot. Dimana masing-masing event
mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga mempunyai pprobabilitas yang
berbeda.
Misalnya: Untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang untuk mobil penumpang umum
diberi bobot 1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil tersebut dapat
dihitung dengan rumus:
𝐸
a. Bila tanpa dibobot: 𝜌(𝐸) = 𝑆
𝑤(𝐸)
b. Bila dengan dibobot: 𝜌(𝐸) = 𝑤(𝑆)
Dimana: 𝜌(𝐸) = probabilitas terjadinya event,
E = sub set atau event,
S = sample space atau set,
w = bobot dari masing-masing event.
Contoh: Dari catatan polisi diketahui bahwa jumlah kecelakaan mobil di Kota Madya
Surabaya selama tahun 1995 sebanyak 10.000 kali, dimana dari jumlah
tersebut yang 1.000 menimpa mobil pribadi data yang 9.000 menimpa mobil
penumpang umum.
Dengan demikian probabilitas terjadinya kecelakaan mobil pribadi adalah:
1.000 1
a. Tanpa dibobot 𝜌(𝐸) = 10.000 = 10 = 10%
2 𝑋 1.000
b. Dengan dibobot 𝜌(𝐸) = (2 𝑥 1.000)+ (1𝑥9.000)
2
= 11 = 18,18%
Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa besarnya probabilitas yang
dibobot (18,18%) berbeda dengan yang tanpa dibobot (10%) dan nilai
perbedaannya cukup besar (8,18%).
5. Sifat Probabilitas
Probabilitas adalah “aproksimasi”. Sebab sangat jarang sekali terjadi atau bahkan
tidak mungkin kita dapat mengetahui besarnya probabilitas secara mutlak (pasti sama
dengan kenyataan). Yang kita dapatkan hanyalah suatu perkiraan, yang mungkin benar
dan mungkin juga tidak.
Jadi apa yang kita dapatkan dari suatu penelitian atau perhitungan berdasarkan definisi
probabilitas adalah merupakan ekspresi, yaitu sebagai prosentase total exposure dalam
rangka mendapatkan estimasi empiris dari probabilitas. Maka dari itu probabilitas dari
sudut empiris dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang,
yang dinyatakan dalam prosentase.
2. Compound events
Adalah terjadinya dua atau lebih peristiwa terpisah selama jangka yang sama.
Metode untuk menentukan probabilitas suatu compound event tergantung pada sifat
event yang terpisah, apakah merupakan peristiwa bebas atau peristiwa bersyarat.
A. Penanggulangan risiko
Ada dua pendekatan/ cara yang digunakan oleh seorang Manajer risiko dalam
menanggulangi risiko yang dihadapi oleh perusahaannya, yaitu:
1. Penanganan risiko (risk control)
2. Pembiayaan risiko (risk financing)
Dalam pendekatan dengan penanganan risiko (risk control) ada beberapa alat/
metode yang dapat digunakan, antara lain:
1. Menghindarinya.
2. Mengendalikan.
3. Memisahkan.
4. Melakukan kombinasi atau pooling.
5. Memindahkan.
Sedang dalam penanggulangan risiko dengan membiayai risiko (risk financing) ada
dua/ metode yang dapat digunakan, yaitu:
1. Pemindahan risiko melalui asuransi.
2. Melakukan retensi
1. Menghindari
Menghindari suatu risiko (murni) adalah menghindarkan harta, orang, atau
kegiatan dari exposure, dengan cara antara lain:
1. Menolah memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan yang mengandung
risiko walaupun hanya untuk sementara.
2. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau segera menghentikan
yang diketahui mengandung risiko.
Ada beberapa karakteristik dasar yang harus diperhatikan, yang berkaitan dengan
penghindaran risiko, antara lain:
a. Keadaan yang mengakibatkan tidak adanya kemungkinan untuk menghindari
risiko, dimana makin luas pengertian risiko yang dihadapi akan makin besar
ketidakmungkinan untuk menghindari.
b. Faedah atau laba potensial yang akan diterima dari pemilikan harta,
memperkerjakan orang tertentu, tanggung jawab atas suatu kegiatan akan hilang
bila kita menghindari risiko dari kepemilikan, memperkerjakan atau kegiatan
tersebut.
c. Makinsempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan
terciptanya risiko baru.
2. Mengendalikan Kerugian (Loss Control)
Pengendalian kerugian bertujuan untuk:
1. Memperkecil kans/ kemungkinan/ kesempatan terjadinya kerugian.
2. Mengurangi keparahan bila suatu risiko kerugian memang terjadi.
Dimana tujuan tersebut dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain:
a. Melakukan tindakan pencegahan dan pengurangan kerugian:
Program pengurangan kerugian dapat pula dibedakan ke dalam:
1. Program minimasi (minimization program)
Program yang dijalankan sebelumnya kerugian terjadi atau selama kerugian
sedang terjadi, dengan tujuan membatasi besarnya kerugian.
Contoh: tindakan memadamkan kebakaran.
2. Program penyelamatan (salvage program)
Program penyelamatan barang-barang yang selamat dari peril.
Contoh: menyelamatkan harta yang tertinggal (tidak ikut terbakar) sesudah
terjadi kebakaran, mengangkat kembali kapal yang karam.
b. Program pengendalian kerugian berdasar sebab-sebab terjadinya:
Ada dua macam pendekatan dalam program ini, yaitu:
1. Pendekatan engineering: program pengendalian yang menekankan pada
pengendalian sebab-sebab yang bersifat fisik dan mekanis.
2. Pendekatan hubungan kemanusian (human relation) menekankan pada
pencegahan terjadinya kecelakaan karena faktor manusia, seperti: kelengahan,
suka menantang bahaya, tidak memakai alat-alat keselamatan dan lain-lain
faktor psikologis; yang antara lain dilakukan dengan: memberi nasehat secara
sabar, diajak berdialog dan sebagainya.
DR. William Haddon manganjurkan cara yang lebih komprehensif dalam
mengklasifikasikan sebab-sebab terjadinya kerugian. Sebab musibah merupakan
hasil dari perpindahan energi dalam jumlah dan pada kecepatan dengan cara
sedemikian rupa, sehingga menghancurkan struktur yang dilandanya. Dengan
demikian musibah dapat dicegah dengan jalan menguasai/ mengendalikan energi
tersebut atau mengubah struktur obyeknya dengan struktur yang tahan terhadap
energi tersebut.
Untuk itu W. Haddon mengemukakan 10 strategi, yaitu:
1. Mencegah lahirnya hazard pada kesempatan pertama.
2. Mengurangi jumlah atau besarnya hazard.
3. Mencegah keluarnya hazard jika hazard terbentuk atau kalau hazard memang
sudah ada sebelumnya.
4. Mengubah kecepatan atau kekuatan keluarnya hazard dari sumbernya.
5. Memisahkan obyek dari sumber yang dapat menghancurkan.
6. Memisahkan hazard dari obyek yang harus dilindungi dengan suatu sekat
pemisah.
7. Mengubah kualitas dasar yang relevan dari hazard.
8. Menjadikan obyek lebih tahan terhadap hazard yang akan merusaknya.
9. Melakukan tindakan kontra untuk menahan bertambah parahnya kerusakan.
10. Menstabilkan, mereparasi dan merehabilitas obyek yang terkena peril.
c. Pengendalian kerugian menurut lokasi:
Menurut W. Haddon kemungkinan dan keparahan kerugian dari kecelakaan lalu
lintas tergantung pada kondisi dari:
1. Orang yang menggunakan jalan.
2. Kendaraan.
3. Lingkungan umum jalan yang meliputi faktor-faktor seperti: desain,
pemeliharaan, keadaan lalu lintas dan rambu-rambu.
Engan memperbaiki faktor lingkungan umum (lokasi) kemungkinan dan
keparahan kerugian karena kecelakaan lalu lintas di tempat tersebut akan
dikurangi/ dihindarkan.
d. Pengendalian menurut timing:
Pendekatan ini berkaitan dengan masalah kapan metode pencegahan/ pengendalian
itu digunakan, yang dapat:
1. Sebelum terjadinya peril.
2. Selama peril terjadi.
3. Sesudah peril terjadi.
Di samping itu dapat pula diklasifikasikan pendekatan ini ke dalam metode
pengendalian/ pencegahan pada:
1. Fase perencanaan, segala perubahan-perubahan mendasar dalam operasi
perusahaan, seperti: pembelian mesin baru, penambahan bangunan dan
sebagainya harus didahului dengan perencanaan pengendalian kerugian akibat
perubahan-perubahan tersebut.
2. Fase pengamanan-perawatan, yaitu program untuk memeriksa pelaksanaan
dan mengusulkan perubahan bila perlu.
Contoh:
Kualitas jasa penjagaan dari sistem alat pengamanan apakah sudah memadai
dan sebagainya.
3. Fase darurat, meliputi program-program yang menjadi efektif dalam keadaan
darurat.
Contoh: pengadaan fasilitas pemadam kebakaran.
2. Analisis Hazard
Analisis hazard harus tidak dibatasi hanya pada hazard yang telah
mengakibatkan peril di perusahaannya saja. Perlu pula menyelidiki hazard
yang mungkin akan muncul, hazard dari pengalaman perusahaan lain atau
pengalaman dari perusahaan asuransi.
Alat-alat yang dapat digunakan dalam menentukan hazard melalui inspeksi
antara lain;
a. Checklist,
b. Fault tree analysis.
3. Pemisahan
Pemisahan artinya memisahkan penempatan dari harta yang menghadapi risiko
yang sama. Maksud dari pemisahan adalah untuk mengurangi jumlah kerugian akibat
peril.
Contoh: Perusahaan yang mempunyai banyak truk, maka untuk memperkecil
kerugian karena kebakaran, truknya disimpan dalam beberapa pool.
5. Pemindahan Risiko
Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Hak milik atau kegiatan yang menghadapi risiko dipindahkan kepada pihak lain,
yang dinyatakan dengan tegas dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Contoh:
Perusahaan yang menyerahkan pengangkutan produknya kepada perusahaan
transport, bertujuan untuk memindahkan risiko dalam pengangkutan kepada
perusahaan transport.
2. Risiko sendiri yang dipindahkan.
Contoh:
Dalam perjanjian sewa-menyewa rumah, biasanya pemilik rumah memindahkan
risiko kerusakan kepada penyewa, yang biasanya terhadap kerusakan karena
kelalaian penyewa.
B. Pembiayaan Risiko
Cara-cara yang dapat digunakan yaitu:
1. Memindahkan risiko dengan pembiayaan (risk financing transfer).
2. Menangani sendiri risiko yang dihadapi, dengan meretensi.
4. Meretensi
Meretensi artinya perusahaan menanggung sendiri risiko finansial dari suatu peril
dan ini adalah bentuk penanggulangan risiko yang paling umum/ banyak. Dimana
sumber dananya diusahakan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan.
Penanggulangan semacam ini dapat bersifat “pasif” atau direncanakan “unplanned
retention” dapat pula bersifat “aktif” atau direncanakan “planned retention”.
Retensi bersifat aktif bila Manajer Risiko telah mempertimbangkan metode-
metode lain untuk menangani risiko dan kemudian memutuskan secara sadar untuk
tidak memindahkan kerugian potensial tersebut, sehingga bila terjadi peril
kerugiannya akan diperhitungkan sebagai “biaya yang tak terduga”.
Materi:
Asuransi
A. Pengertian Asuransi
B. Perbedaan Asuransi dengan Aktivitas-aktivitas lain
C. Risiko Pihak Penanggung
D. Risiko Pihak Tertanggung
A. Pengertian Asuransi
Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung
dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung, bahwa ia akan
mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya,
sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula
belum dapat ditentukan saat/ kapan terjadinya. Sebagai kontra prestasinya di tertanggung
diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang besarnya sekian persen
dari nilai pertanggungan, yang disebut “premi”.
Dimana siapa yang berhak atas uang premi ada dua macam kemungkinan, yaitu:
1. Uang premi tetap menjadi milik si penanggung, meskipun peril yang
dipertanggungkan tidak terjadi.
2. Uang premi dikembalikan kepada si tertanggung, baik secara sekaligus maupun secara
berangsur-angsur, sesuai dengan perjanjian pada saat masa pertanggungannya habis
(jatuh tempo) atau pada saat terjadi peril yang sesuai dengan isi perjanjian
pertanggungan.
Hal penting yang terkandung dalam bisnis asuransi, antara lain:
1. Ditinjau dari segi fungsional asuransi adalah sebagai suatu lembaga sosial-ekonomi
yang diciptakan untuk melakukan fungsi tertentu.
2. Ditinjau dari segi hukum, maka asuransi adalah sebagai suatu perjanjian antara
penanggung dan tertanggung, mengenai pengalihan risiko tertentu dari tertanggung
kepada penanggung dengan sejumlah pembayaran kepada penanggung (disebut
premi). Surat perjanjiannya disebut polis, yang mengatur segala hak dan kewajiban
dari masing-masing pihak.
3. Dari segi sifat kerugiannya, maka kerugian yang dapat diasuransikan dan bisa
mendapatkan ganti rugi adalah bahwa kerugian tersebut haruslah merupakan kerugian
yang terjadi karena suatu kecelakaan “Accidental Loss”
Jadi sifat kerugiannya harus: datang dari luar, tidak dapat diduga terlebih dahulu kapan
terjadinya, tidak disengaja dan ada unsur kerugiannya.
Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi mempunyai mempunyai tujuan dan
teknik pemecahan yang bermacam-macam, antara lain:
a. Dari segi Ekonomi, maka:
Tujuannya: mengurangi ketidak-pastian dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan.
Tekniknya: dengan cara mengalihkan risiko pada pihak lain dan pihak lain
mengombinasikan sejumlah risiko yang cukup besar, sehingga dapat
diperkirakan dengan tepat besarnya kemungkinan terjadinya kerugian.
b. Dari segi Hukum, maka:
Tujuannya: memindahkan risiko yang dihadapi oleh suatu obyek atau suatu kegiatan
bisnis kepada pihak lain.
Tekniknya: melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam
kontrak ganti rugi (polis asuransi), maka risiko beralih kepada
penanggung.
c. Dari segi Tata Niaga, maka:
Tujuannya: membagi risiko yang dihadapi kepada semua peserta program asuransi.
Tekniknya: memindahkan risiko dari individu/ perusahaan ke lembaga keuangan
yang bergerak dalam pengelolaan risiko (perusahaan asuransi), yang
akan membagi risiko kepada selutuh peserta asuransi yang ditangani.
d. Dari segi Kemasyarakatan, maka:
Tujuannya: menanggung kerugian secara bersama-sama antar semua peserta
program asuransi.
Tekniknya: semua anggota kelompok (kelompok anggota) program asuransi
memberikan konstribusinya (berupa premi) untuk menyantuni kerugian
yang diderita oleh seorang/ beberapa orang anggotanya.
e. Dari segi Matematis, maka:
Tujuannya: meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya risiko dan nhasil ramalan
itu dipakai dasar untuk membagi risiko kepada semua peserta
(sekelompok peserta) program asuransi.
Tekniknya: menghitung besarnya kemungkinan berdasarkan teori kemungkinan
(probability theory), yang dilakukan oleh aktuaris maupun oleh
underwriter.
3. Definisi Asuransi
Definisi-definisi tersebut antara lain:
1. Menurut asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang
(KUHD) Republik Indonesia:
“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu
premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan
ataun kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya
karena suatu peristiwa yang tidak tertentu.
Berdasrkan definisi tersebut, maka asuransi terkandung 4 unsur, yaitu:
a. Pihak tertanggung (Insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak tertanggung (Insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung, sekaligus atau secara berangsur-angsur
apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya).
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
6. Menurut Molengraaff:
“Asuransi kerugian adalah persetujuan dengan mana satu pihak penanggung-
mengikatkan diri terhadap yang lain, tertanggung- untuk mengganti kerugian
yang dapat diderita oleh tertanggung, karena terjadinya suatu peristiwa yang telah
ditunjuk dan yang belum tentu serta kebetulan, dengan mana pula tertanggung
berjanji untuk membayar premi”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa ‘Asuransi
adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat pada perekonomian,
dengan cara menggabungkan sejumlah unit-unit yang terkena risiko yang sama
atau hampir sama, dalam jumlah yang cukup besar, agar probabilitas kerugiannya
dapat diramalkan dan bila kerugian yang diramalkan terjadi akan dibagi secara
proporsional oleh semua pihak dalam gabungan itu”.
Isi pasal 253 KUHD: azas pergantian yang seimbang, artinya ganti rugi
yang dibayarkan seimbang dengan besarnya kerugian.
3. Perusahaan Re-Asuransi Umum: perusahaan asuransi yang bidang usahanya
menanggung risiko yang benar-benar terjadi dari pertanggungan yang telah
ditutup oleh perusahaan asuransi jiwa maupun asuransi kerugian.
Jadi re-asuransi adalah adalah mempertanggungkan kembali sejumlah risiko
oleh sebuah perusahaan asuransi kepada perusahaan asuransi lainnya
(reinsirer).
Ada kemungkinan pula bahwa perusahaan re-asuransi, karena pertimbangan
mengasuransikan lagi pertanggungan yang telah diterima. Pertanggungan ini
disebut dengan “Retrosessi”.
4. Perusahaan Asuransi Sosial: Perusahaan asuransi yang bidang usahanya
menanggung risiko finansial masyarakat kecil yang kurang mampu.
2. Distribusi Normal
Bila kerugian-kerugian terjadi sebagaimana diasumsikan, maka probabilitas
frekuensinya kerugian akan mendekati pola distribusi normal.Dalam distribusi
normal frekuensi terjadinya event yang diukur akan berdistribusi secara simetris
dari nilai “Mean”.
Bila terdapat 100 unit exposures, dimana masing-masing mempunyai
probabilitas terjadinya kerugian sebesar 30%, maka Mean jumlah kerugian 30,
sedang probabilitas terjadinya kerugian 30 kerugian = 0,09, probabilitas
terjadinya 26 kerugian = 0,06, probabilitas terjadinya 25 kerugian = 0,05 dan
seterusnya. Bila keseluruhan probabilitas tersebut dijumlahkan maka hasilnya =
1, karena masing-masing event bersifat “mutually exclusive”.
Kegunaan dari fakta mengenai keugian yang berdistribusi normal adalah
“memungkinkan kita untuk menghitung besarnya probabilitas kerugian, dimana
besarnya kemungkinan kerugian akan berada dalam skala/ jarak tertentu dari
“mean”nya. Untuk itu maka selanjutnya perlu diadakan pengukuran secara
statistik tentang “dispersi” atau “standar deviasi”.
3. Confidence Interval
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa expected losses30 kerugian dari
100 unit exposures standard deviasinya sekitar sebesar 4,6, yang dapat dihitung
dengan rumus:
√𝑛𝑝 (1 − 𝑝) = √100 𝑥 0,3 (1 − 1,3) = √30 𝑥 0,7 = 4,58
Dengan demikian probabilitas 68% dari jumlah kerugian sesungguhnya
akan berada di antara 26 – 34 kerugian (+ 1 standard deviasi); probabilitas 95%
dari jumlah kerugian sesungguhnya berada di antara 21 - 39 kerugian (+ 2
standard deviasi) atau coefficient of variation nya sebesarnya 30%.
Selanjutnya untuk mengestimasikan jumlah exposures yang dibutuhkan
untuk mencapai tingakat keakuratan tertentu yang diinginkan dapat digunakan
formula matematis berikut:
𝑆2
𝑁= 2
4𝑒
Dimana:
N = jumlah unit exposures yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat
keakuratan tertentu.
e = tingkat keakuratan yang diisyaratkan, yang diekspresikan sebagai
rasio dari kerugian sesungguhnya terhadap total sampel.
S = jumlah standard deviasi dari distribusi, dimana nilai S
menginformasikan “dengan tingkat keyakinan berapa”
(confidence) kita dapat menyatakan hasil yang diperoleh.
Dari contoh di atas, kalau kita menginginkan confidence of intervalnya/
tingkat keyakinannya 95%, yang bearti dengan 2 standard deviasi, maka:
a. Bila menginginkan tingkat keakuratan 95% (S=1,96), maka exposures yang
harus dimiliki:
1,962
= ± 2.500 𝑒𝑥𝑝𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒𝑠.
4(0,0)2
b. Bila menginginkan tingkat keakuratannya 20% (S=0,26), maka exposures
yang harus dimiliki:
0,262
= ± 42 𝑒𝑥𝑝𝑜𝑠𝑢𝑟𝑒𝑠.
4(0,05)2
4. Tabel Kredibilitas
Pemakaian model matematis dalam menentukan jumlah exposures unit yang
dibutuhkan untuk mencapai tingkat kestabilan kerugian adalah merupakan hal
yang sangat penting dalam pengoperasian tabel kredibilitas, yang menunjukkan
tingkat keterandalan (degree of reliability) yang dapat ditanggung oleh pihak
penanggung atas jumlah unit exposures yang dimiliki.
Materi:
Dampak Asuransi terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi
A. Fungsi Asuransi
B. Faktor-faktor yang Mendorong Timbulnya Usaha Asuransi
C. Pengaruh Asuransi terhadap Kehidupan Sosial-Ekonomi
D. Aspek Produktif dari Asuransi
E. Asuransi dan Teori Nilai Guna batas
A. Fungsi Asuransi
Dalam asuransi, tertanggung dengan membayar premi berakibat risiko kemungkinan
terjadinya kerugian telah dipindahkan ke perusahaan asuransi. Dengan demikian
tertanggung telah mendapat semacam perlindungan seandainya dia nanti terkena peril.
Jadi dengan membayar premi biaya kerugian yang mungkin diderita pada masa
mendatang relatif menjadi pasti, yaitu sebesar premi yang dibayar. Sebab kalau terjadi
peril, ia akan menerima ganti rugi sebesar kerugian yang diderita (dalam asuransi jiwa).
Usaha untuk memberikan perlindungan terhadap kemungkinan terjadinya kerugian pada
masa mendatang itulah sebenarnya yang melatar belakangi timbulnya ide adanya usaha
asuransi.
Bagaimana peranan asuransi dalam kehidupan sosial-ekonomi dapat kita lihat dari
pernyataan seorang ahli asuransi John H. Magee yang menyatakan: “Pentingnya
kedudukan asuransi sebagai suatu lembaga dan kontribusi terhadap perkembangan sosial-
ekonomi dewasa ini tidak ternilai harganya”.
Selanjutnya bagaimana pentingnya asuransi bagi masyarakat bagi masyarakat Indonesia
adalah seperti apa yang dikemukakan oleh seorang ahli asuransi: “bahwa sampailah
saatnya Pemerintah untuk mengasuransikan masyarakat dan memasyarakatkan
asuransi”.
Materi:
Beberapa Prinsip Dasar dalam Asuransi
A. Syarat-syarat Risiko yang Dapat Diasuransikan
B. Beberapa Prinsip Dasar Perjanjian Asuransi
C. Pelaksanaan Prinsip “Utmost Good Faith”
2. Prinsip Indemnitas
Asuransi adalah suatu kontrak “indemnitas”, yaitu suatu perjanjian penggantian
kerugian dimana ganti rugi yang diberikan tidak boleh melebihi kerugian yang
sebenarnya.
Perbedaan antara prinsip indemnitas dan prinsip insurable interest adalah “kalau
insurable interest berkenaan dengan penentuan apakah kerugian itu diderita oleh yang
bersangkutan atau tidak, sedang prinsip indemnitas adalah berkaitan dengan
pengukuran besarnya nilai kerugian.
Prinsip indemnitas tetap berlaku pula bagi orang yang mengasuransikan 1 (satu)
obyek pada lebih dari 1 (satu) perusahaan asuransi, dimana tertanggung tetap
menerima ganti rugi sebesar nilai kerugiannya. Sedang beban dari penanggung adalah
proporsional dengan besarnya nilai pertanggungan masing-masing.
Prinsip ini memberikan manfaat praktis bagi maupun bagi masyarakat secara
keseluruhan, sebab:
1. Jika tertanggung dapat memperoleh untung atas terjadinya suatu kerugian, maka
akan banyak orang tergoda untuk menimbulkan kerugian.
2. Jika ada kerugian yang bukan karena kebetulan, tetapi karena ada unsur
kesengajaan yang didorong oleh keinginan mendapatkan keuntungan dari peril,
maka perusahaanasuransi tidak meramalkan besarnya kemungkinan terjadinya
kerugian (dengan menggunakan teori probabilitas) dengan baik.
3. Prinsip Subrogasi
Prinsip ini juga bertujuan agar seseorang tidak memperoleh keuntungan dari
terjadinya kerugian, jika pihak yang menyebabkan terjadinya kerugian juga
memberikan ganti rugi.
Prinsip ini isi pokoknya adalah: apabila tertanggung telah menerima ganti rugi
dari penanggung, maka hak menuntut kepada pihak yang dianggap menimbulkan
kerugian akan berpindah kepada penanggung. Dengan demikian tertanggung tidak
dapat menerima ganti rugi dari penanggung bila ia telah menerima ganti rugi dari
penanggung dan dari pihak ketiga apabila pihak ketiga tidak sanggup memberikan
ganti rugi sebesar kerugian yang sebenarnya, tetapi jumlah ganti rugi dari penanggung
dan dari pihak ketiga secara keseluruhan juga tidak boleh melebihi nilai kerugian yang
sebenarnya.
Dalam kaitan dengan prinsip ini hukum menentukan bahwa:
1. Tertanggung tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat merusak atau mengurangi
hak subrogasi dari penanggung. Bila tertanggung sampai berbuat demikian pihak
asuransi berhak menolak memberikan ganti rugi terhadap kebakaran tersebut.
2. Perdamaian antara tertanggung dengan pihak ketiga (yang menyebabkan kerugian)
tidak dapat menghilangkan hak subrogasi dari penanggung.
1. Representasi
Representasi adalah pernyataan pendaftar (calon tertanggung) asuransi, yang
dibuat sebelum kontrak asuransi ditandatangani dan hal itu biasanya terdapat dalam
pendaftaran tertulis (biasanya dengan mengisi formulit yang sudah disediakan),
meskipun tidak selalu demikian.
Isi atau kebenaran dari representasi adalah merupakan bahan pertimbangan utama
bagi perusahaan asuransi untuk menerima atau menolak pendaftaran asuransi tersebut.
Bila kesalahan dalam melakukan representasi (misrepresentation) diketahui
sesudah kontrak selesai dibuat/ ditandatanganimaka perusahaan asuransi mempunyai
hak membatalkan kontrak tersebut sepihak, bila kesalahan tersebut mempunyai kadar
penting dalam pelaksanaan kontrak, sedang kalau dianggap tidak penting kontrak
dapat tetap berlaku, tergantung pada pihak asuransi.
2. Concealments
Concealmentsarti harfiahnya “diam ketika diminta bicara”, yaitu kesalahan calon
tertanggung karena merahasiakan faktor yang penting terhadap risiko yang
dipertanggungkan, sehubungan dengan adanya keharusan bahwa ia harus
menyampaikan segala hal yang diperkirakan penting, yang berkaitan dengan
pertanggungan itu, walaupun dia mengetahui bahwa hal itu mungkin dapat
mengakibatkan penolakan pendaftarannya sebagai tertanggung atau dikenai
pembayaran premi dengan tarif yang lebih tinggi.
Berdasarkan prinsip ini bearti bila terjadi concealments maka kontrak asuransinya
menjadi batal. Tetapi dalam pelaksanaannya pada angkutan laut dan angkutan darat
terdapat perbedaan, yaitu:
- Padaasuransi angkutan laut: walaupun penyembunyian tersebut terjadi kaerna
suatu kesalahan, tidak ada maksud penipuan, tetapi karena pihak asuransi
kenyataannya telah tertipu, maka polis asuransinya menjadi batal/ gugur. Sebab
dalam angkutan laut risiko yang terjadi benar-benar berbeda dengan yang
dimengerti dan dimaksudkan pada waktu kontrak dibuat.
- Pada asuransi angkutan darat: polis tidak dapat ditolak/ dibatalkan jika tidak
terdapat unsur penipuan yang direncanakan, dengan cara menyembunyikan fakta-
fakta yang penting pada saat kontrak dibuat.
Materi:
Pengelolaan Bisnis Asuransi
A. Kondisi yang memungkinkan Berkembangnya Usaha Asuransi
B. Bentuk-bentuk badan Usaha Asuransi
C. Saluran Distribusi Bisnis Asuransi
2. Local Agent
Local agent adalah mereka yang mengadakan kontrak langsung dengan
nasabah/ calon nasabah dan umumnya juga mewakili lebih dari satu
perusahaan asuransi. Kepada mereka biasanya telah diberikan formulir-
formulir aplikasi asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan
asuransi yang diwakilinya lewat general agent. Local agent mempunyai
kekuasaan untuk menulis kontrak-kontrak asuransi, yang selanjutnya
menyerahkan kepada tertanggung.
Local Agent “mempunyai hak” atas transaksi yang dilakukannya, dalam arti ia
mempunyai hak yang sah untuk melihat arsip-arsip para nasabah sepanjang
diperlukan untuk mempertanggungan tersebut dan melakukan perubahan-
perubahan terhadap kontrak yang dibuatnya sesuai engan keinginannya. Bila
kemudian kontrak yang dibuatnya ditolak oleh penanggung (perusahaan
asuransi) maka local agent dapat memperbaharuinya atau menyerahkan
pertanggungan tersebut kepada perusahaan asuransi yang lain.
Local agent bekerja atas dasar komisi dan dia bertanggung jawab untuk
mengumpulkan preminya dan kemudian menyetorkannya ke perusahaan
asuransi yang diwakilinya, sesudah dipotong komisi untuknya.
5. Direct Writing
Penjualan kontrak asuransi dapat juga dilakukan secara langsung melalui surat.
Cara ini biasanya digunakan oleh perusahaan asuransi yang masih kecil. Dimana
seluruh perundingan mengenai syarat-syarat pertanggungan akan dilakukan secara
langsung antara calon tertanggung dan penanggung, setelah calon tertanggung
menanggapi secara positif surat penawaran dari perusahaan asuransi.
Tetapi dalam prakteknya perusahaan asuransi akan mengirimkan/ menugaskan
seorang karyawannya untuk melakukan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penutupan kontrak asuransi yang telah ditawarkan.
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi:
Premi Asuransi
A. Pengertian
B. Fungsi Premi Asuransi
C. Aktuari dan Penentuan Tarif
D. Komponen Premi Asuransi
E. Jenis Tarif Asuransi
F. Macam Barang yang Diasuransikan
G. Pengembalian Premi
A. Pengertian
Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan
jasa atas pengalihan risiko kepada penanggung. Dengan demikian premi asuransi akan
merupakan:
1. Imbalan jasa atas jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada tertanggung
untuk mengganti kerugian yang mungkin diderita oleh tertanggung (pada asuransi
kerugian)
2. Imbalan jasa atas jaminan perlindungan yang diberikan oleh penanggung kepada
tertanggung dengan menyediakan sejumlah uang (benefit) terhadap risiko hari tua
atau kematian (pada asuransi jiwa).
G. Pengembalian Premi
Pengambalian premi atau Restorno adalah pengembalikan premi dari penanggung
kepada tertanggung, karena perjanjian gugur sebelum penanggung menanggung
bahaya atau baru menanggung sebagian, premi yang dibayar lebih, insurable
interestnya tidak ada, kondisi jaminan/ pertanggungan dipersempit dan sebagainya.
1. Provisi Penyelesaian
Untuk memproses pengembalian premi (restorno) tentu memerlukan biaya
administrasi dan honorarium bagi karyawan yang menyelesaikan restorno tersebut.
Bila penutupan melalui agent, hal itu juga dilakukan oleh agen dan kepadanya juga
perlu diberikan balas jasa untuk itu.
Biaya untuk memproses pengembalian premi (disebab provisi penyelesaian)
dibebankan kepada tertanggung dan dikurangkan terhadap premi yang akan
dikembalikan. Biasanya besarnya ditentukan berkisar % dari premi yang akan
dikembalikan.
Materi:
Asuransi terhadap Kerugian Tidak Langsung
A. Pengertian
B. Klasifikasi Kontrak/ Asuransi Kerugian Tidak Langsung
A. Pengertian
Kerugian tidak langsung dapat dijelaskan sebagaimana gambaran berikut ini:
- Bila suatu perusahaan tertimpa peril, maka selama dilakukan perbaikan terhadap
kerusakan yang terjadi, yang biasanya sebagian atau seluruh kegiatan perusahaan
terhenti, perusahaan harus tetap membayar gaji karyawan, membayar pajak,
membayar bunga pinjaman, menanggung biaya listrik, melakukan depresiasi dan
lain-lain yang jumlahnya relatif sama dengan sebelum terjadinya peril, tanpa
memandang volume operasi perusahaan.
- Di samping itu, perusahaan juga akan kehilangan kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dari penjualan barang jadi yang tekena peril.
Jumlah kerugian/ beban tersebut kadang-kadang dapat mengakibatkan perusahaan
tidak dapat melanjutkan usahanya. Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, maka
muncullah asuransi terhadap kerugian tersebut, yang dikenal dengan istilah “asuransi
atas consequential loss”.
Dalam asuransi jiwa, hal ini sebetulnya sudah lama dikenal, yaitu yang disebut
“disability income insurance”. Tetapi dalam “property insurance” atau asuransi
kerugian memang jenis asuransi ini belum memasyarakat atau belum dikembangkan.
Hal ini dikarenakan antara lain:
1. Kompleksnya teknik penentuan besarnya nilai penutupan atas kerugian tidak
langsung.
2. Agen-agen asuransi sendiri mengalami kesulitan dalam memahami secara
mendalam kerugian-kerugian tidak langsung, sehingga mereka tidak mampu
memberikan penjelasan secara memuaskan kepada nasabahnya tentang
pentingnya asuransi kerugian tidak langsung.
3. Sulitnya menentukan secara tepat jumlah kerugian tidak langsung yang
sebenarnya diderita.
Dikurangi:
Biaya material yang digunakan Rp ..........
Biaya supplies Rp ..........
Pajak penjualan Rp ..........
Kerugian piutang Rp ..........
Upah Rp ...........
4. Rain Insurance:
Kerusakan suatu property karena kehujanan biasanya memang tidak dapat
diasuransikan, dengan demikian kerugian tidak langsung yang diakibatkan oleh
rusaknya property tersebut juga tidak dapat diasuransikan.
Tetapi hujan itu sendiri dapat menimbulkan kerugian tidak langsung yang
dapat diasuransikan.
Contoh:
Seorang promotor yang mengadakan pertunjukan musik di lapangan terbuka,
ia akan menderita kerugian karena berkurangnya penonton atau harus
mengeluarkan biaya ekstra akibat turunnya hujan.
Jadi ganti rugi ditujukan kepada kehilangan keuntungan dan biaya ekstra yang
harus dikeluarkan.
Ada beberapa batasan yang biasanya berlaku dalam asuransi ini, antara lain:
1. Besarnya curah hujan, artinya biasanya kalau curah hujannya di bawah 50
ml tertanggung tidak bisa menapatkan ganti rugi. Dimana yang dipakai
sebagai ukuran adalah hasil pengukuran dari Jawatan Meteorologi.
2. Kontrak asuransi harus dibuat paling lambat 7 hari sebelum event
diselenggarakan.
3. Kontrak tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
4. Besarnya premi yang harus dibayarkan biasanya dipengaruhi oleh
ketentuan mengenai jangka waktu antara saat turunnya hujan dan jam
pertunjukan, dimana makin lama jangka waktu tersebut preminya akan
makin tinggi.
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi:
Asuransi Kebakaran
A. Pengertian
B. Pengecualian
C. Syarat Umum
D. Klausula Kewajiban Tertanggung
E. Endorsemen
A. Pengertian
Asuransi kerugian adalah asuransi yang menjamin atas kerugian atau kerusakan pada
harta beda atau kepentingan yang secara langsung disebabkan oleh : kebakaran , petir,
ledakan, kejatuhan pesawat.
Dengan demikian obyek pertanggungan dari asuransi kebakaran pada prinsipnya
adalah harta benda atau kepentingan yang tertimpa kerugian atau kerusakan sebagai
akibat langsung dari suatu kebakaran, tersambar petir, ledakan, kejatuhan pesawat
terbang dan asap , yang kesemuanya itu terjadi karena kecelakaan (tidak disengaja).
1. Kerugian karena Kebakaran
Kerugian yang ditanggung adalah kerugian/kerusakan akibat dari kebakaran yang
terjadi karena kekurang hati-hatian, kesalahan pelayanan atau karyawan tertanggung,
tetangga, perampok, atau sejenisnya ataupun karena kebakaran lain sepanjang yang
tidak dikecualikan, termasuk di dalamnya akibat dari :
1. Menjalarnya api yang timbul sendiri (self combustion), hubungan arus pendek
(short circuit) atau karena sifat barang itu sendiri (inherent vice)
2. Kebakaran yang terjadi karena kebakaran benda lain yang berdekatan.
2. Kerusakan karena Petir
Kerugian yang ditanggung adalah kerugian/kerusakan yang secara lagsung
disebabkan oleh petir. Termasuk didalamnya kerugian karena kebakaran yang terjadi
akibat petir yang menimpa mesin-mesin, peralatan listrik atau elektronik dan instalasi
listrik yang diasuransikan.
3. Kerugian karena Ledakan
Yang diartikan dengan ledakan adalah setiap pelepasan tenaga secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh mengembangnya gas atau uap. Meledaknya satu bejana (ketel
uap, pipa dan sebagainya) dapat dianggap sebagai ledakan jika dinding bejana itu
robek dan terbuka sedemikian rupa , sehingga terjadi keseimbangan tekanan secara
tiba-tiba di dalam maupun di luar bejana.
4. Kerugian karena Kejatuhan Pesawat Terbang
Adalah kerugian/kerusakan yang timbul akibat benturan fisik antara pesawat
terbang atau segala sesuatu dari pesawat terbang dengan harta benda atau kepentingan
yang dipertanggungjawabkan atau dengan bangunan yang berisikan harta benda dan
atau kepentingan yang ditanggungkan.
5. Kerugian karena Asap
Adalah kerugian yang harta benda dan atau kepentingan yang timbul akibat asap
yang berasal dari kebakaran harta benda yang ditanggungkan.
Dengan demikian bagian dari harta yang tidak terbakar tetapi rusak akibat asap
dari kebakaran termaksud tetap mendapatkan ganti rugi (termasuk sebagai kerugian
yang dijamin melalui asuransi kebakaran).
B. Pengecualian
1. Risiko yang Dikecualikan
1. Secara langsung disebabkan oleh :
a. Kebakaran atau ledakan dari api yang timbul sendiri (self combustion) atau
hubungan arus pendek (short circuit) atau sifat dari barang itu sendiri
(inherent vice)
b. Pencurian dan atau kehilangan ada saat dan setelah terjadinya peristiwa
yang diasuransikan
2. Secara langsung aatau tidak langsung disebabkan oleh atau akibat dari :
a. Kesengajaan tertanggung, kesengajaan pelayanan atau karyawan
tertanggung atau perbuatan yang disengaja oleh orang lain atas perintah
tertanggung.
b. Kebakaran hutan, semak, alang-alang dan gambut.
c. Perang, penyerbuan aksi musuh asing, permusuhan atau kegiatan yang
menyerupai suasana perang dan sebagainya.
d. Reaksi nuklir termasuk tetapi tidak terbatas pada radiasi nukir, inonisasi,
fusi, fisi atau pencemaran radioaktif, tanpa memandang apakah itu terjadi
di dalam atau di luar bangunan utama dimana disimpan harta benda dan
atau kepentingan yang dipertanggungkan.
e. Kerusuhan, pemogokan, tertabrak kendaraan, tanah longsor, genangan air,
angin, topan, badai, biaya pembersihan, kecuali bila ada penutupan
perluasan jaminan khusu untuk risiko-risiko tersebut.
2. Harta Benda dan Kepentingan yang Dikecualikan
a. Barang-barang orang lain yang disimpan dan atau dititipkan atas dasar
kepercayaan atau atas dasar komisi.
b. Logam mulia, perhiasan, batu permata atau batu mulia,
c. Barang antic atau barang seni,
d. Segala macam naskah, rencana, gambar atau disain, pola, model atau tuangan
dan cetakan,
e. Efek, obligasi, saham atau segala macam surat berharga dan dokumen,
perangko, materai dan pita cukai, yang kertas dan uang logam,buku-buku usaha
dan catatan-catatan system computer.
C. Syarat Umum
1. Pembayaran Premi
Mengenai kewajiban tertanggung untuk menyelesaikan pembayaran premi
asuransi kepada penanggung berlaku ketentuan sebagai berikut :
1. Menyimpang dari pasal 257 KUHD (“Perjanjian pertanggung ada seketika setelah
hal itu ditiadakan, hak dan kewajiban kedua belah pihak dari penanggung dan dari
tertanggung berjalan mulai saat itu, malahan sebelum polis ditanda tangani”) tanpa
mengurangi ketentuan yang diatur dalam titik 2 dibawah, maka adalah merupakan
prasyarat dari tanggung jawab Penanggung atas risiko yang diasuransikan, yaitu
bahwa premi yang terhutang harus dibayar lunas dan secara nyata telah diterima
seluruhnya oleh pihak penanggung.
2. Apabila jumlah premi yang sudah dtentukan tidak dibayar sesuai dengan cara dan
jangka waktu yang ditentukan pada titik 1 diatas, maka polis menjadi batal dengan
sendirinya.
2. Pertanggungan Lain
Bila harta benda dan atau kepentingan yang diasuransikan sudah atau akan
disuransikan pada jenis atau lembaga asuransi yang lain, maka berlaku ketentuan
sebagai berikut:
Pada waktu perjanjian pertanggungan dibuat Tertanggung harus memberitahukan
kepada penanggung segala pertanggungan lain atas harta benda dan atau kepentingan
yang sama. Sebaliknya jika kemudian Tertanggung juga menutup pertanggungan lain
atas harta benda dan atau kepentingan yang sama, hal itupun wajib diberitahukan
kepada Penanggung.
3. Perubahan Risiko
- Ada perubahan atau perombakan fisik atas harta benda yang dipertanggungkan
- Ada perubahan tempat dimana harta benda yang dipertanggungkan disimpan
- Sebagian atau seluruhnya harta benda yang dipertanggungkan dipergunakan
untuk keperluan lain
- Jika ada barang lain juga disimpan ditempat yang sama dengan tempat
penyimpanan harta benda yang dipertanggungkan.
22. Lain-lain
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkn berkaitan dengan pertanggungan
mengenai kebakran maka Dewan Asuransi Indonesia menetapkan :
1. Apabila terdapat perbedaan pada naskah yang tertea pada polis masing-masing
perusahaan asurasi (Penanggung) dengan yang telah diedarkkan melalui Surat
Keputusan Pengurus Dewan Asuransi Indonesia kepada segenap anggota Dewan
Asuransi Indonesia Sektor Kerugianm yang aslinya disimpan di kantor Sekretariat
Jenderal Dewan Asuransi Indonesia
2. Untuk hal-hal yang belum cukup diatur dalam persetujuan pertanggungan
kebakaran, berlaku ketentuan dari Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
E. Endorsemen
1. Endorsemen Kerusuhan
Endorsemen kerusuhan adalah perluasan terhadap risiko yang dapat dijamin, yaitu
risiko yang timbul sebagai akibat terjadinya kerusuhan, yang selama ini dikatagorikan
sebagai risiko yang dikecualikan, yang kemudian lebih dikenal dengan istilah
“Kalusula 4.1A”
Apabila Tertanggung menghendaki/menyetujui endorsemen ini, maka
endorsemen menjadi melekat dan meruakan bagian yang tak terpisahkan dari
polis(pertanggungan) standar yang dibuat.
1. Perluasan Jaminan
1. Kerusuhan adalah tindakan suatu kelompok orang (minimal) sebanayk 12
orang yang dalam melaksanaka seuatu tujuan bersama menimbulkan
suasana gangguna ketertiban umum dengan jegaduhan dan penggunaan
kekerasan serta pengrusakan harta benda oang lain, yang belum dianggap
sebagai huru-hara.
2. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompk
pekerja (minimal) sebnayk 12 orang pekerja atau separuh dari jumah ekerja
(dalam hal jumlah seluruh pekerja kurang dari 24 orang) , yang menilak
bekerja sebagaimana biasanya, dalam usaha untuk memaksa majikan
memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap
peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan majikan.
3. Penghalangan Bekerja adalah tindakan pengrusakan yang sengaja dilakukan
oleh sekelompok pekerja (minimal) 12 orang atau searah dari jumlah
pekerja (dalam hal ini jumlah pekerja kurang dari 24 orang) akibat dari
adanya oekerja yang diberhentikan atau dihalangi bekerja oleh majikan.
4. Perbuatan jahat adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja merusak
harta benda orang lain karena demam, dengki, amarah atau vandalisitis,
kecuali tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang brada dibawah
pengawasan atau atas perintah orang yang menguasai harta benda tersebut
atau oleh pencuri/perampok/penjarah.
5. Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha
menghalangi , menghentikan atau mengurangi dampak/akibat dari risiko
yang erjadi karena kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja dan
pencegahan.
6. Penjarahan yang terjadi selama kerusuhan.
4. Pembatalan Endorsemen
Endosemen dapat dibatalkan setiap saat oleh penanggung dengan
pemberitahuan secara tertulis melalui surat tercatat, Facsimile, Telex atau
Telegram kepada Tertanggung di alamat terkahir yang ia ketahui.
Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan endosemen ini sejak 3
kali 24 jam terhitung mulai tanggal pengiriman surat pemberitahuan tersebut pukul
12.00 siang waktu setempat , yaitu tempat dimana obyek pertanggungan berada.
Akibat dari pembatalan endosemen oleh Penanggung , maka Penanggung
wajib mengembalikan premi tambahanannya untuk jangka waktu yang belum
habis secara prorata.
2. Endorsemen Huru-hara
Huru-hara yang dimaksud disini adalah peristiwa-peristiwa yang dalam bahasa
inggris disebut: riot, strike and civil commotions (RSCC).
Endorsemen huru-hara adalah perluasan jaminan yang mencakup risiko yang
itmbu karena terjadi huru-hara, yang dalam pertanggungan yang standart termasuk
dalam risiko yang dikecualikan(tidak dijamin).
1. Perluasan Jaminan
Dengan adanya endorsemen ini maka pertanggungan diperluas, sehingga
mencaku kerusakan atas harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan
, yang secara langsung disebabkan oleh slah satu atau lebih risiko-risiko berikut:
1. Kerusuhan,
2. Pemogokan,
3. Penghalangan Kerja,
4. Perbuatan Jahat,
5. Terorisme,
6. Sabotase,
7. Huru-hara,
8. Pembangkitan Rakyat tanpa penggunaan senjata api,
9. Revolusi tanpa penggunaan senjata api,
10. Makar,
11. Pencegahan.
2. Risiko yang Dikecualikan
1. Penghentian seluruh atau sebagian dari pekerjaan atau perlambatan atau
gangguan atau penghentian suatu proses atau kegiatan.
2. Kehilangan hak secara tetap atau sementara karena penyitaan , pinjam paksa
atau pengambilalihan oleh pejabat yang berwenang atau ditempati secara
tidak sah atau melawan hukum oleh seseorang.
3. Gangguan usaha atau segala macam kerugian dalam wujud atau bentuk
apapun yang sifatnya konsekuensial.
3. Potongan Klaim atau Risiko Sendiri
a. Untuk risiko-risiko karena kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja
dan penjarahan yang terjadi selama kerusuhan, termasuk risiko
pencegahan yang terkait dengannya atas setiap klaim yang dijamin
menurut ketentuan endorsemen ini, Tertanggung akan meikul sebesar 15%
dari jumlah ganti rugi yang disetujui, degan jumlah minimum Rp
10.000.000 (sepuluh juta rupiah) atau sesuai dengan persetujuan antara
tertanggung dan Penanggung ada saat penutupan endorsemen kontrak
pertanggungan.
b. Untuk risiko-risiko karena terorisme, sabotase, huru-hara, pe,bangkitan
rakyat tanpa penggunaan senjata api, maker dan penjarahan yang terjadi
selama huru-hara, termasuk risiko pencegahan yang yang terkait dengan
risiko-risiko tersebut, atas setiap klaim yang dijamin menurut ketentuan
endorsemen ini, Tetanggung akan ikut memikul sebesar 25% dari jumlah
ganti rugi yang disetujui, dengan jumlah minimum Rp. 100.000.000
(seratus juta rupiah) atau sesuai dengan persetujuan antara Tertanggung
dan Penanggung pada ssat penutupan endorsemen kontrak pertanggungan.
Risiko sendiri adalah jumlah kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh
Tertanggung, sehingga jumlah ganti rugi yang dibayar Tertanggung adalah
jumlah nilai kerugian dikurangi dengan jumlah nilai risiko sendiri.
4. Pembatalan Endorsemen
Penanggung setiap saat dapat membatalkan endorsemen ini, dengan cara
mengirimkan pemberitahuan secara tertulis melalui surat tercatat, facsimile, telex
atau telegram kepada yang tertanggung ke alamat yang terakhir diketahuinya.
Selanjutnya Penanggung bebas bebas dari segala kewajiban berdasarkan
endorsemen ini setelah 3 kali 24 jam terhitung sejak tanggal pengiriman
pemberitahuan terulis tersebut, pukul 12.00 siang, waktu setempat, dimana obyek
pertanggungan berada.
Karena pembatalan tersebut, maka Penanggung wajib mengembalikan premi
yang telah diterima untuk jangka waktu yang belum habis secara prorata.
Materi:
Asuransi Kendaraan Bermotor
A. Pengantar
B. Risiko yang Dijamin
C. Risiko yang Tidak Dijamin
D. Syarat-syarat Pertanggungan
E. Endorsemen
A. Pengantar
Asuransi kendaraan bermotor adalah pertanggungan kerugian atau kerusakan
terhadap kendaraan bermotor. Jenis asuransi ini sebetulnya sama dengan asuransi
kebakaran, yang obyeknya adalah kerugian atau kerusakan atas harta benda, hanya disini
harta bendanya berupa kendaraam bermotor. Sehubungan dengan hal tersebut maka
aturan yang berlaku pada asuransi kebakaran umunya juga berlaku untuk asuransi
kendaraan bermotor.
D. Syarat-syarat Pertanggungan
1. Pembayaran Premi
Premi harus dibayar lunas pada saat persetujuan pertanggungan ditutup, kecuali
bial atas persetujuan kedua belah pihak ditentukan lain.
Jika premi tidak dibayar dalam waktu 10 hari kerja terhitung mulai tanggal
permulaan perpanjangan pertanggungan, maka berlakunya ertanggungan ini dapat
ditunda oleh Penanggung tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jika seaktu-waktu
terjadi sesuatu kerugiab atau kerusakan atas kendraan bermotor yang dipertaggungkan
(masih dalam masa penundaan), Tertanggung tidak berhak atas sesuatu penggantian
kerugian.
Penundaan tersebut akan berakhir 24 jam sesudah premi oleh Penanggung atau
pertanggungan menjadi batal demi jukum apabila premi tidak dibaya setelah lewat 90
hari kalender terhitung mulai tanggal berlakunya pertanggungan.
Atas pembatalan tersebut Penanggung berhak atas premi untuk jangka waktu yang
sudah berjalan sebesar 20% dari premi setahun.
2. Pemberitahuan Kecelakaan
Bila terjadi kecelakaan, kerusakan atau kerugian atas kendaraamn bermotor yang
dipertanggungkan, maka: Tertanggung diwajibkan memberitahukan kecelakaan atau
pencurian atas kendaraann bermotor yang dipertanggungkan kepada Penanggung
selambat-lambatnya 3 hari kerja sejak terjadinya kecelakaan atas pencurian tersebut.
Pemberitahuan tersebut dapat dilakukan secara tertulis atau secaa lisan kepada
penanggung, yang selanjtnya diikuti dengan laporan tertulis kepada Penanggung.
Dalam hal pencurian atau kerusakan kendaraan bermotor yang dipertanggungkan,
yang dilakukan oleh pihak ketiga, yang dapa dijadikan dasar untuk penuntuta
penggatian dari kerugian atau adanya tuntutan dari pihak ketiga yang harus dipikul
oleh Penanggung, maka Tertanggung wajib melaporkan kepada dan membuat surat
keterangan dari serendah-rendahnya pos polisi (pospol) setempat.
Khusus untuk kerugian total (total cost) akibat pencurian, maka Tertanggung
diwajibkan melaporkan kepada dan mendapatkan surat keternagan dari polisi (Polda)
setempat.
E. Endorsemen
1. Endorsemen Kerusuhan
Kerusuhan yang dimaksud disini adalah peristiwa-peristiwa yang dalam bahasa
inggrisnya disebut : riot, strike and malicious damage (RSMD).
Endorsemen Kerusuhan adalah perluasan terhadap risiko yang dapat dijamin,
yaitu risik yang timbul sebagai akibat terjadinya kerusuhan , yang dikenal selama ini
dikatagorikan sebagai risiko yang dikecualikan.
Apabila tertanggung menghendaki/menyetujui endorsemen ini, maka endorsemen
menjadi melekat dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari polis
(pertanggungan) standar yang dibuat.
1. Perluasaan Jaminan
Dengan disetujuinya endorsemen ini maka pertanggungan diperluas terhadap
kerusakan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan , yang secara
langsung disebabkan oleh salah satu atau lebih dari risiko-risiko berikut:
1. Kerusakan adalah tindakan suatu kelompok orang (minimal sebanyak 12
orang), yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan suasana
gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan penggunaan kekerasan
serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap sebagai huru-
hara.
2. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh sekelompok
pekerja (minimal sebanyak 12 orang) pekerja atau separuh dari jumlah pekerja
(dalam hal jumlah seluruh pekerjanya kurang dari 24 orang), yang menolak
bekerja sebagaimana biasanya, dalam usaha untuk memaksa memenuhi
tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan protes terhadap peraturan atau
persyaratan kerja yang diberlakukan oleh majikan.
3. Penghalang Bekerja adalah tindakan pengrusakan yang sengaja dilakukan
oleh sekelompok pekerja (minimal 12 orang) atau separuh dari jumlah pekerja
(dalam hal jumlah pekerja kurang dari 24 orang), akibat dari adanya pekerja
yang diberhentikan atau dihalangi bekerja oleh majikan.
4. Perbuatan jahat adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja merusak
harta benda orang lain karena dendam, dengkin, amarah atau vandalistis,
kecuali tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berada dibawah
pengawasan atau atas perintah orang yang menguasai harta benda tersebut atau
oleh pencuri/ perampok/ penjarah.
5. Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha
menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak/ akibat dari risiko yang
terjadi karena kerusuhan, pemogokan, penghalang bekerja dan pencegahan.
6. Penjarahan yang terjadi selama Kerusuhan.
4. Pembatalan Endorsemen
Penanggung setiap saat dapat membatalkan endorsemen ini, dengan cara
mengirimkan pemberitahuan secara tertulis melalui serat tercatat, facsimile, telex
atau telegram kepada Tertanggung ke alamat yang terakhir diketahuinya.
Selanjutnya penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan
endorsemen ini setelah 3 kali 24 jam terhitung sejak tanggal pengiriman
pemberitahuan tertulis tersebut, pukul 12.00 siang waktu setempat, dimana obyek
pertanggungan berada.
Karena pembatalan tersebut maka Penanggung wajib mengembalikan premi
yang telah diterima untuk jangka waktu yang belum habis secara prorate.
Materi:
Asuransi Transportasi
A. Pengertian
B. Ocean Marine Insurance
C. Inland Marine Insurance
D. Aviation Insurance
E. Asuransi Pengangkutan Terpadu
F. Endorsemen
A. Pengertian
Asuransi transportasi atau marine insurance adalah asuransi yang berkenaan dengan
barang-barang dalam transit atau barang-barang yang sedang ditangani perusahaan
pengangkutan. Biasanya yang diasuransikan bukan hanya barang-barang yang diangkut
saja, tetapi termasuk juga alat-alat pengangkutannya.
Jenis asuransi ini dapat dibedakan ke dalam tiga macam klasifikasi pokok, yaitu:
1. “Ocean Marine Insurance”, yaitu asuransi yang berkenaan dengan risiko yang
timbul pada transportasi melalui laut.
2. “Inland Marine Insurance”, yaitu asuransi yang berkenaan dengan risiko yang
timbul dalam tranportasi melalui darat.
3. “Aviation Insurance”, yaitu asuransi yang berkenaan dengna risiko yang timbul
dalam transportasi melalui udara.
Tetapi disamping itu ada “Asuransi Pengangkutan Terpadu”, yaitu asuransi yang
memadukan antara asuransi pengangkutan barang melalui laut, melalui darat dan melalui
udara dengan menggunakan satu polis.
4. Implied Warranties
Dalam ocean marine terdapat beberapa prasyarat yang ada sebelum ketentuan-
ketentuan dalam polis ocean marine insurance dapat berlaku. Kondisi prasyarat
tersebut disebut “implied warranties”.
Ada beberapa macam implied warranties yang penting, antara lain:
seaworthiness, deviation dan legality.
1. Seaworthiness
Seaworthiness adalah persyaratan bahwa kapal yang diasuransikan harus layak
atau sudah memenuhi persyaratan untuk melakukan pelayaran (Seaworthy)
atau kapalnya harus “laik layar”.
2. Deviation
Deviation artinya kapal yang diasuransikan tidak mengubah/ beralih (deviate)
dari kondii-kondisi pelayaran yang biasa ditempuh, yang meliputi antara lain:
jenis dan jumlah muatan, jalur yang ditempuh dan sebagainya.
3. Legality
Legality artinya bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan pengangkutan
yang diasuransikan itu harus syah menurut hukum. Hal itu berarti bahwa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan hukum/ tidak
melanggar hukum. Sebab dalam segala hal baik tertanggung maupun
penanggung harus menaati semua peraturan/ hukum yang berlaku.
5. Average
Average adalah kerugian (loss) atau kerusakan (damage) yang dapat dialami
dalam pengangkutan melalui laut. Ada beberapa ketentuan dalam ocean marine
insurance yang menyangkut mengenai average, yaitu:
1. General Average Loss: segala macam kerugian yang terjadi dalam pelayaran
tertentu.
2. Particular Average: kerugian tertentu yang mungkin terjadi dalam pelayaran
tertentu, jadi merupakan sebagai dari semua kemungkinan kerugian yang dapat
terjadi. Jenis average ini di sebut jugar “Partial Loss”.
3. Deductible Average: artinya hanya sejumlah prosentase tertentu dari setiap
kerugian yang diderita yang ditanggung oleh penanggung, sesuai dengan syarat-
syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Average Limitation: persyaratan yang menentukan bahwa perushaan asuransi
hanya bertanggung jawab atas kergian apabila kerugian tersebut mencapai prosentase
tertentu dari nilai barang yang diasuransikan. Jadi bila prosentase minimal dari
kerugian tidak tercapai, maka tida ada ganti rugi dari penanggung, sedang bila
prosentase minimal kerugian tercapai maka tertanggung akan mendapatkan ganti rugi
tanpa potongan. Bentuk average ini disebut juga sebagai “Francise”.
Ocean steamer policy (polis untuk kapal api) adalah polis asuransi yang
berkaitan dengan kerugian yang menimpa kapal api,
Sailing vessel policy (polis untuk perahu layar) adalah polis yang berkaitan
dengan kerugian yang menimpa perahu layar,
Builder risk policy, yaitu polis asuransi sehubungan dengan risiko yang
dihadapi tempat pembuatan kapal/ perahu,
Port risk policy, yaitu polis asuransi atas risiko-risiko yang dapat terjadi di
pelabuhan,
Fleet policy, yaitu polis asuransi untuk armada kapal laut.
2. Cargo Policy
Cargo policy adalah polis yang dibuat untuk menutup kerugian atas barang-
barang yang diangkut dalam suatu pelayaran tertentu.
Pada jenis asuransi ini ada dua cara pengasuransian, yaitu:
1. “Single risk insurance”, yaitu pengasuransian dimana yang diasuransikan
barang-barang hanya dalam satu kali pengiriman. Cara ini sekarang sudah tidak
banyak dipakai.
2. “Open cargo insurance” pengasuransian yang secara otomatis menutup
semua pengiriman barang oleh tertanggung sejak penandatanganan kontrak
untuk selama jangka waktu tertentu.
3. Liability Policy
Liability policy adalah polis asuransi yang dibuat dengan tujuan untuk
menutup risiko atas liability. Misalnya liability (kewajiban yang timbul karena
“collison” (yaitu kewajiban yang timbul karena terjadinya tabrakan kapal) atau
“running down clouse” (yaitu risiko berupa kewajiban karena kapal tidak data
dipergunakan)
4. Freight Policy
Freight policy adalah polis asuransi yang ditujukan untuk melindungi pihak
tertanggung dari kerugian nilai uang yang akan diterimanya akibat bahaya-bahaya
yang tercakup di dalam polis asuransi. Misalnya karena tertanggung tidak mampu
menyelesaikan pengiriman barang dan dia juga tidak mampu menutup kerugian
yang akan ditimbulkan oleh bahaya tersebut.
8. Collision Liability
Salah satu peril yang ditutup dengan ocean marine insurance policy adalah
kerugian atau kerusakan kapal akibat terjadinya tabrakan (“collision”) dengan
kapal lain. Untuk itu dalam hull policy harus disertaiclausule mengenai collision
atau disebut juga “running down clause”.
Tujuan utama dari clausule ini adalah untuk menyatakan adanya kewajiban
pihak penanggung untuk membayar sebanyak tiga per empat (x) atas kerugian
yang diderita oleh kapal lain, dengan mana kapal yang diasuransikan bertabrakan.
Sedang yang seperempat (1/4) harus dipikul sendiri oleh pemilik kapal yang
diasuransikan, yang menabrak tersebut.
9. Janson Clause
Janson clause adalah clausule dimana sebagian kerugian ditanggung sendiri
oleh pihak tertanggung dan hanya kerugian di atas jumlah yang disetujui yang
ditutup oleh penanggung.
10. Concellation and Premi Credit Clause
Dalam perjanjian asuransi pada prinsipnya pihak tertanggung tidak dapat
menarik kembali premi asuransi yang sudah dibayar, meskipun dia telah
membatalkan kontrak asuransi yang sudah ditanda tangani.
Pemilik kapal yang dipertanggungkan menjual kapalnya kepada pihak
lain.
Untuk kasus yang demikian ini dapat ditambahkan suatu clausule tentang
jumlah premi yang harus dikembalikan oleh penanggung, dengan cara,
jumlah dan waktu yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Apabila kapal tidak dapat dioperasikan karena harus diperbaiki atau
karena alas an-alasan lain.
Dalam kasus yang demikian ini dapat diberikan penggantian premi untuk
selama kapal berada di pelabuhan/ dok untuk diperbaiki.
11. Assigment Clause
Pada prinsipnya polis marine insurance dapat dipindah-tangankan
(assignable), kecuali apabila dalam persyaratan kontraknya hal tersebut secara
tegas tidak diperbolehkan.
Pemindah-tanganan biasanya dapat dilakukan dengan menulis dalam polis:
“on account of whom it may concern”.
Prinsip ini tidak berlaku pada hull policy, dimana pihak penanggung dapat
melihat besarnya peranan moral hazard. Untuk itu penanggung dapat membuat
clausule: bahwa asuransi menjadi batal apabila dipindah-tangankan tanpa ada
persetujuan dari penanggung terlebih dahulu.
12. Express Warranties
Express warranties adalah warranties yang dimasukkan dalam polis, dengan
maksud untuk menangani situasi khusus. Hal ini biasa dijumpai dalam hull
policy. Warranty ini banyak dijumpai dalam polis yang berkenaan dengan
tanggal pelayaran, posisi kapal, jumlah awak kapal.
Ada beberapa jenis express warranty, antara lain:
1. “Trading Warranty”: warranty yang menyangkut daerah pelayaran
tertentu atau musim-musim tertentu.
2. “Loading Warranty”: warranty yang menyangkut jenis muatan tertentu.
13. Pleasure Craft Insurance
Pleasure Craft Insurance adalah asuransi untuk kapal-kapal milik pribadi, yang
dipakai untuk bersenang-senang. Biasanya berbentuk “time policy” (satu
tahun), yang dapat meliputi: hull, tiang kapal, layar, boat, perabot,
perlengkapan, mesin dan ketel uap.
Polisnya adalah “valued policy” dan bersifat “full insurance to value”
(Insurance sebesar nilai kapal). Bila kapalnya baru adalah sebesar harga
belinya, bila “second hard” berdasarkan harga perolehan di tambah dengan
biaya perbaikan.
Asuransi ini menutup kerugian karena peril laut atau peril lainnya yang
disebutkan dalam polis.
8. Penentuan Rate dalam Ocean Marine Insurance
1. Ukuran, tipe dan umur kapal:
Adanya berbagai macam ukuran dan tipe kapal mengakibatkan tidak samanya
kemampuan kapal dalam menghadapi bahaya di laut. Dalam kaitan ini yang
pertama diperhatikan: ukuran dan tobage, terbuat dari bahan apa, tahun
pembuatan, pabrik pembuatnya, klasifikasi kapal, keadaan saat asuransi
ditutup.
Kemudian umur kapal, apakah termasuk “overage vessel” (umur di atas 15
tahun atau tidak, semakin tua premi semakin tinggi).
2. Kondisi pertanggungan: semakin luas kondisi pertanggung berarti semakin
luas risiko yang ditanggung, maka semakin tinggi preminya.
3. Manajemen dan penggunaan kapal:
Bila kapal dioperasikan dan dirawat dengan baik, digunakan nahkoda dan
anak buah kapal yang berpengalaman, apakah kapal diklasifikasikan pada Biri
Klasifikasi yang diakui atau tidak, apakah selalu dilakukan untuk bisnis apa
apakah muatan curah (bulk cargo), muatan potongan (general cargo) atau
menggunakan peti kemas (container cargo), apakah untuk regular liner
service atau untuk trampers dan trading area yang dilayari, dimana bila
kapal dimanage dan digunakan dengan baik, untuk container cargo, untuk
regular linier service dan trading areanya tidak berbahaya, preminya lebih
rendah.
4. Data statistic klaim kapal, yang biasanya sebesar “agreed value” (nilai
pertanggungan yang disetujui kedua belah pihak).
5. Harga pertanggungan kapal, yang biasanya sebesar “agreed value” (inilah
pertanggungan yang disetujui kedua belah pihak)
6. Jangka waktu pertanggungan, biasanya makin lama makin rendah premirnya.
7. Sifat barang yang dimuat, bila mudah terbakar, preminya lebih tinggi.
C. Inland Marine Insurance
1. Obyek Pertanggungan
1. Asuransi atas keselamatan penumpang.
2. Asuransi atas barang yang diangkut.
3. Asuransi atas kendaraan pengangkut.
2. Bahaya dalam Pengangkutan Darat
1. Angin topan, angin ribut, gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir
2. Tabrakan atau senggolan dengan sesame kendaraan pengangkut, menabrak
benda keras, tergelincir (keluar dari jalan/ rel), jatuh ke sungai atau jurang.
3. Penahanan atau penyitaan oleh yang berwajib atau penahanan oleh penduduk
4. Peperangan, sabotase, pembajakan dan perampasan.
5. Kerusakan, kekacauan, pemogokan, demonstrasi, kebakaran, pencurian,
kehilangan dan sebagainya.
3. Asuransi Keselamatan Penumpang
Bila penumpang atau seseorang yang terkena musibah karena angkutan darat
meninggal, menderita luka-luka atau cacat permanen (seumur hidup), maka
penanggung memberikan jaminan:
1. Biaya perawatan dan pengobatan bagi yang luka-luka, hingga sembuh.
2. Santunan berupa sejumlah uang kepada ahli waris dari penumpang yang
meninggal dunia.
3. Biaya perawatan, pengobatan serta sejumlah uang diberikan sebagai santunan
bila penumpang menjadi cacad permanen.
4. Asuransi Pengangkutan Barang
1. Nama dan alamat tertanggung dan pialang (bila ditutup lewat pialang).
2. Bahaya atau risiko yang ditanggung dan kondisi pertanggungan.
3. Saat dimulai dan berakhirnya pertanggungan (bisa dari gudang ke gudang).
4. Data-data mengenai barang yang ditanggung, sepanjang yang diketahui
tertanggung (broker).
5. Perjanjian yang telah diadakan oleh tertanggung dengan pihak ketiga (bila
ada) mengenai barang yang ditanggungkan.
6. Tanggal perjanjian diadakan (provisional cover note).
7. Lamanya perjalanan darat, bila di dalam muatan disebutkan.
8. Sifat perjalanan darat, bila di dalam muatan disebutkan.
9. Nama dan alamat pengangkut/ ekspeditur yang menerima pengangkutan.
10. Jumlah nilai pertanggungan dan procedure penentuan (real value, insured
value, agree value).
11. Nama tempat tujuan barang.
12. Tarip premi (dalam %) dan jumlah preminya.
5. Pengangkutan Berganti-ganti Melalui Darat dan Air
Barang-barang yang diangkut berganti-ganti melalui darat dan air, jaminan dari
penanggung tetap berlaku, meskipun barnag dipindahkan ke alat pengangkut lain,
sepanjang penangkutan yang demikian melalui rute yang lazim.
Tetapi bila hal itu merupakan penyimpangan, maka pertanggungan hanya berlaku
sampai terjadi penyimpangan (kecuali bila karena terpaksa) atau kalau dalam polis
disebutkan “diperkenankan adanya penyimpangan perjalanan”.
Untuk menghindari masalah yang berkaitan dengan kondisi pengangkutan yang
demikian ini, maka sebaiknya pengangkutan tersebut diasuransikan dengan
“Asuransi Pengangkutan Terpadu”.
F. Endorsemen
1. Endorsemen Kerusuhan
Kerusukan yang dimaksud disini adalah peristiwa-peristiwa yang dalam bahasa
Inggrisnya disebut: riot, strike and malicious damage (RSMD).
Endorsemen Kerusuhan (kode: 4.1A-01/12/1998) adalah perluasan terhadap risiko
yang dapat dijamin, yaitu risiko yang timbul sebagai akibat terjadinya kerusuhan, yang
selama ini dikategorikan sebagai risiko yang dikecualikn, yang kemudian lebih dikenal
dengan istilah “Klausula 4.1A”.
Apabila Tertanggung menghendaki/ menyetujui endorsemen ini, maka endorsemen
menjadi melekat dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari polis (pertanggungan)
standar yang dibuat.
1. Perluasan jaminan
Dengan disetujuinya endorsemen ini maka pertanggungan diperluas terhadap
kerusakan harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, yang
secara langsung disebabkan oleh salah satu atau lebih dari risiko-risiko berikut:
1. Kerusuhanadalah tindakan suatu kelompok orang (minimal sebanyak 12
orang), yang dalam melaksanakan suatu tujuan bersama menimbulkan
suasana gangguan ketertiban umum dengan kegaduhan dan penggunaan
kekerasan serta pengrusakan harta benda orang lain, yang belum dianggap
sebagai huru-hara.
2. Pemogokan adalah tindakan pengrusakan yang disengaja oleh
sekelompok pekerja (minimal sebanyak 12 orang) pekerja atau separuh
dari jumlah pekerja (dalam hal jumlah seluruh pekerjanya kurang dari 24
orang), yang menolak bekerja sebagaimana biasanya, dalam usaha untuk
memaksa majikan memenuhi tuntutan dari pekerja atau dalam melakukan
protes terhadap peraturan atau persyaratan kerja yang diberlakukan oleh
majikan.
3. Penghalang Bekerja adalah tindakan pengrusakan yang sengaja
dilakukan oleh sekelompok pekerja (minimal 12 orang) atau separuh dari
jumlah pekerja (dalam hal jumlah pekerja kurang dari 24 orang), akibat
dari adanya pekerja yang diberhentkan atau dihalangi bekerja oleh
majikan.
4. Perbuatan jahat adalah tindakan seseorang yang dengan sengaja merusak
harta benda orang lain karena dendamm, dengki, amarah atau vandalistis,
kecuali tindakan yang dilakukan oleh seorang yang berada dibawah
pengawasan atau atas perintah orang menguasai harta benda tersebut atau
oleh pencuri/ perampok/ penjarah.
5. Pencegahan adalah tindakan pihak yang berwenang dalam usaha
menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak/ akibat dari risiko
yang terjadi karena kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja dan
pencegahan
6. Penjarahan yang terjadi semala Kerusuhan.
Dengan syarat bahwa risiko-risiko tersebut tidak berkembang dalam rangkaian
kejadian yang tidak terputus menjadi satu atau lebih dari risiko-risiko yang
dikecualikan.
2. Risiko yang Dikecualikan
1. Salah satu atau lebih dari risiko karena: Huru-hara, Pembangkitan
rakyat, Pengambilan Kekuasaan, Revolusi, Pemberontakan, Kekuatan
Militer, Invasi, Perang Saudara, Perang dan Permusuhan, Makar,
Terorisme, Sabotaseatau Penjarahan (kecuali Penjarahan yang terjadi
selama Kerusuhan).
Dalam suatu tuntutan, gugatan atau perkara lainnya, dimana Penanggung
menyatakan bahwa suatu kerugian atau kerusakan secara langsung atau
tidak langsung disebabkan oleh satu atau lebih risiko yang dikecualikan
tersebut atas, maka merupakan kewajiban Tertanggung untuk
membuktikan sebaiknya bila ia tidak sependapat.
2. Penghentian seluruh atas sebagian dari pekerjaan atau perlambatan atau
gangguang atau penghentian suatu proses atau kegiatan.
3. Kehilangan hak secara tetap atau sementara karena penyitaan, pinjam
paksa atau pengambilalihak oleh pejabat yang berwenang atau ditempati
secara tidak syah atau melawan hukum oleh seseorang.
4. Gangguan usaha atau segala macam kerugian dalam wujud atau bentuk
apapun yang sifatnya konsekuensial.
3. Potongan Klaim atau Risiko Sendiri
Dalam hal terjadi klaim atas risiko yang dijamin menurut ketentuan
endorsemen ini, tidak semua jumlah nilai ganti rugi yang disetujui dibayar oleh
Penanggung. Dalam endorsemen ini Tertanggung harus ikut menanggung
sendiri (co-insurance) sebagian dari kerugian yang terjadi, ia akan ikut
memikul kerugian sebesar 15% dari jumlah nilai rugi yang disetujui, atau
sesuai dengan hasil kesepakatan antara Tertanggung dan Penanggung.
4. Pembatalan Endorsemen
Endorsemen dapat dibatalkan setiap saat oleh Penanggung dengan
pemberitahuan secara tertulis melalui Surat Tercatat, Facsimile, Telex, atau
Telegram kepada Tertanggung di alamat terakhir yang ia ketahui.
Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan endorsemen ini sejak 3
kali 24 jam terhitung mulai tanggal pengiriman surat emberitahuan tersebut
pukul 12.00 siang waktu setempat, yaitu tempat dimana obyek pertannggungan
berada.
Akibat dari pembatalan endorsemen oleh Penanggung, maka Penanggung
wajib mengembalikan premi tambahannya untuk jangka waktu yang belum
habis secara prorate.
2. Endorsemen Huru-hara
Huru-hara yang dimaksud disini adalah peristiwa-peristiwa yang dalam bahasa
Inggris disebut: riot, strike and civil commotions (RSCC).
Endorsemen huru-hara (Kode : 4.1B-01/12/1998) adalah perluasan jaminan yang
mencakup risiko yang timbul karena terjadinya huru-hara, yang dalam
pertanggungan yang standard termasuk dalam risiko yang dikecualikan (tidak di
jamin).
1. Perluasan jaminan
Dengan adanya endorsemen ini maka pertanggungan diperluas, sehingga
mencakup kerusakan atas harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan, yang secara langsung disebabkan oleh salah satu atau lebih
dari risiko-risiko berikut:
1. Kerusahan
2. Pemogokan
3. Penghalang Kerja
4. Perbuatan Jahat
5. Terorisme adalah tindakan seseorang yang mengandung kekerasan untuk
menimbulkan ketakutan orang lain, dalam usaha mencapai suatu tujuan
yang menurut pendapat umum berlatar belakang politik.
6. Sabotase adalah tindakan pengrusakan harta benda atau penghalangan
kelancaran pekerjaan atau yang berakibat turunya nilai suatu pekerjaan,
yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha mencapai suatu tujuan yang
menurut pendapat umum berlatar belakang politik.
7. Huru-hara adalah keadaan disuatu kota dimana sejumlah besar massa
secara bersama-sama atau dalam kelompok-kelompok kecil menimbulkan
suasana gangguang ketertiban dan keamanan masyarakat dengan
kegaduhan dan menggunakan kekerasan serta rentetan pengrusakan
sejimlah besar harta benda sedemikian rupa sehingga timbul ketakutan
umum, yag ditandai dengan terhentinya lebih separo kegiatan normal pusat
perdagangan/ pertokoan atau perkantoran atau sekolah atau transportasi
umum di kota tersebut selama minimal 24 jam secara terus-menerus, yang
dimulai sebelum, selama atau setelah kejadin tersebut.
8. Pembangkitan Rakyat tanpa penggunaan senjata api adalah gerakan
sebagian besar rakyat di ibukota Negara atau tiga atau lebih Ibukota
Propinsi dalam kurun waktu 12 hari, yang menuntut penggantian
Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai
suatu Pemberontakan.
9. Revolusi tanpa penggunaan senjata api, adalah gerakan rakyat dengan
kekerasan untuk melakukan perubahan radikal terhadap sistim
ketatanegaraan (pemerintahan atau keadaan sosial) atau menggulingkan
Pemerintah yang sah de jure atau de facto, yang belum dianggap sebagai
suatu Pemberontakan.
10. Makar adalah tindakan seseorang yang bertindak atas nama atau
sehubungan dengan suatu organisasi atau sekelompok orang dengan
kegiatan yang diarahkan pada penggulingan dengan kekerasan Pemerintah
yang sah de jure atau de facto atau mempengaruhinya dengan Terorisme
atau Sabotase atau kekerasan.
11. Pencegahan, sehubungan dengan risiko-risiko butir 1 sampai dengan 10
diatas.
12. Kerugian atas harta benda dan atau kepentingan yang dipertanggungkan,
yang secara langsung disebabkan oleh Penjarahan (: pengambilan atau
perampasan harta benda orang lain oleh seseorang tidak termasuk oleh
orang-orang dibawah pengawasan Tertanggung untuk dikuasai atau
dimiliki secara melawan hukum), yang terjadi selama Kerusuhan atau
Huru-Hara.
Dengan syarat bahwa risiko-risiko tersebut diatas tidak berkembang dalam
rangka kejadian yang tidak terputus menjadi satu atau lebih dari risiko-risiko
yang dikecualikan.
2. Risiko yang Dikecualikan
1. - Revolusi dengan penggunaan senjata api
- Pemberontakan, yaitu tindakan teorganisasi dari suatu kelompok
orang yang melakukan pembangkangan dan atau penentangan
terhadap Pemerintah yang sah de facto atau de jure dengan kekerasan
yang menggunakan senjata api, yang dapat menimbulkan ancaman
terhadap kelangsungan Pemerintah yang sah tersebut.
- Kekuatan Militer adalah kelompok angkatan bersenjata baik dalam
maupun luar negeri minimal 30 orang, yang menggunakan kekerasan
untuk menggulingkan Pemerintah yag sah de jure atau de facto.
- Invasi adalah tindakan kekuatan militer suatu Negara memasuki
wilayah Negara lain dengan maksud menduduki atau menguasai
secara sementara atau tetap.
- Perang Saudara adalah konflik bersenjata antardaerah, antar faksi
politik dalam batas territorial suatu Negara dengan tujuan
memperbutkan legitimasi kekuasaan.
- Perang dan Permusuhan adalah konflik bersenjata secara luas (baik
dengan atau tanpa pernyataan perang) atau suasana perang antara dua
Negara atau lebih, termasuk latihan perang suatu Negara atau latihan
perang gabungan antar Negara.
- Pengambilalihan Kekuasaan adalah keadaan yang memperlihatkan
bahwa Pemerintah yang sah de jure atau de facto telah digulingkan
dan diganti oleh suatu kekuatan yang memberlakukan dan atau
memaksakan pemberlakuan peraturan-peraturan mereka sendiri.
- Pembangkit Rakyat dengan penggunaan senjata api.
- Penjarahan, kecuali Penjarahan yang terjadi selama Kerusuhan
atau Huru-hara.
Dalam suatu tuntutan, gugatan atau perkara lainnya, dimana
Penanggung menyatakan bahwa suatu kerugian atau kerusakan secara
langsung atau tidak langsung disebabkan oleh satu atau lebih risiko-
risiko yang dikecualikan, maka merupkan kewajiban Tertangung
untuk membuktikan bila ia berpendapat sebaliknya.
2. Penghentian seluruh atau sebagian dari pekerjaan atau perlambatan atau
gangguan atau penghentian suatu proses atau kegiatan.
3. Kehilangan hak secara tetap atau sementara karena penyitaan, pinjam
paksa atau pengambilalihan oleh pejabat yang berwenang atau ditempati
secara tidak sah atau melawan hukum oleh seseorang.
4. Gangguan usaha atau segala macam kerugian dalam wujud atau bentuk
apapun yang sifatnya konsekuensial.
3. Potongan Klaim atau Risiko Sendiri
Bila terjadi klaim atau kerugian yang dijamin menurut ketentuan dari
endorsemen Tertanggung akan memikul sebagian kerugian (menjadi co-
insure) yang terjadi, yang besarnya:
a. Untuk risiko-risiko karena kerusuhan, pemogokan, penghalangan bekerja
dan penjarahan yang terjadi selama kerusuhan, termasuk risiko
pencegahan yang terkait dengannya, atas setiap klaim yang dijamin
menurut ketentuan endorsemen ini, Tertanggung akan mimikul sebesar
15% dari jumlah ganti rugi yang disetujui, atau sesuai dengan persetujuan
antara Tertanggung dan Penanggung pada saat penutupan endorsemen
kontrak pertanggungan.
b. Untuk risiko-risiko karena terorisme, sabotase, huru-hara, pembangkitan
rakyat tanpa penggunaan senjata api, revolusi tanpa pengunaan senjata api,
makar dan penjarahan yang terjadi selama huru-hara, termasuk risiko
pencegahan yang terkait dengan risiko-risiko tersebut, atas setiap klaim
yang dijamin menurut ketentuan endorsemen Tertanggung akan ikut
memikul sebesar 25% dari jumlah ganti rugi yang disetujui, atas sesuai
dengan persetujuan endorsemen kontrak pertanggungan.
Risiko sendiri adalah jumlah kerugian yang harus ditanggung sendiri oleh
Tertanggung sehingga jumlah ganti rugi dibayar Tertanggung adalah jumlah
nilai kerugian dikurangi dengan jumlah nilai risiko sendiri.
4. Pembatalan Endorsemen
Penanggung setiap saat dapat membatalkan endorsemen ini, dengan cara
mengirimkan pemberitahuan secara tertulis melalui surat tercatat, facsimile,
telex atau telegram kepada Tertanggung ke alamat yang terakhir diketahuinya.
Selanjutnya Penanggung bebas dari segala kewajiban berdasarkan endorsemen
ini setelah 3 kali 24 jam terhitung sejak tanggal pengiriman pemberitahuan
tertulis tersebut, pukul 12.00 siang waktu setempat, dimana obyek
pertanggungan berada.
Karena pembatalan tersebut maka Penanggung wajib mengembalikan premi
yang telah diterima untuk jangka waktu yang belum habis secara prorate.
BAHAN AJAR (HAND OUT)
Materi:
Manajemen Risiko Perbankan Syariah:
A. Definisi Risiko Bank
B. Risiko-risiko yang Dihadapi Bank Syariah
C. Dampak Risiko Terhadap Bank Syariah
D. Manajemen Risiko Bank Syariah
2. Alat Modeling
Alat modeling ini akan memudahkan para manajer untuk mengelola ketidakpastian.
Analisis scenario dan model proyeksi merupakan model yang paling sering digunakan.
Beberapa contoh diantaranya adalah:
a. Pemakaian analisis scenario untuk melihat rentang kemungkinan dan
mempertimbangkan perubahan yang mungkin terabaikan. Skenario ini dapat
diterapkan dalam menyiapkan contingency plan (untuk likuiditas maupun EDP).
b. Menggunakan analisis statistic dan teknik Value at Risk (VaR) untuk mengestimasi
variasi kerugian yang mungkin terjadi di masa datang. Potensi rugi ini
diproyeksikan kedalam arus kas yang akan datang atau laba, termasuk dalam
analisis sensivitas, stress testing (sebagai pelengkap pengukuran risiko suku bungs
untuk melihat dampak terburuk), dan berbagai simulasi lain.
c. Model keuangan untuk mensimulasi berbagai Risiko keuangan dn dampak dari
berbagai scenario pada portofolio kredit dan modal.
d. Mengantisipasi bencana yang akan mengganggu kelangsungan usaha, misalnya
karena kelalaian atau bencana alam, system pengolahan data tidak berfungsi. Back-
up data dan latihan (drill) menghadapi keadan darurat secara berkala akan dapat
mengantisipasi apabila hal tersebut terjadi.
e. Menilai Risiko teknis selama pembangunan produk baru dengan cara
mengidentifikasi sedini mungkin potensi adanya kesalahan dalam proses
pembangunmannya.
4. Peran Internet/Intranet
Pemakaian Internet/Intranet semakin meningkat dalam mengelola Risiko. Alat ini
digunakan untuk mempromosikan kewaspadaan dan pengelolaan Risiko, untuk
mendapatkan informasi mengenai risiko untuk area tertentu, berkomunikasi dengan
pegawai, berbagai informasi mengenai Manajemen Risiko dengan Bank lain, dan
mengkomunikasikan tujuan Manajemen Risiko Bank kepada publik.