Anda di halaman 1dari 20

BAB II

MANAJEMEN RISIKO ASURANSI

1. PENGERTIAN UMUM
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah risiko. Berbagai macam risiko,
seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, risiko terkena banjir di musim
hujan, risiko kekurangan, risiko kecelakaan, risiko meninggal dunia, risiko kerugian
usaha dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko
tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Maka untuk itu diperlukan pengeloaan Risiko
tersebut agar tidak menimbulkan kerugian yang cukup besar.

2. RISIKO
2.1 Definisi Risiko
a. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode
waktu tertentu (Arthur Williams dan Richard, M.H)
b. Risiko adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian
(A.Abas Salim)
c. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa (Soekarto)
d. Risiko merupakan penyebaran/ penyimpangan hasil aktual dari hasil yang
diharapkan (Herman Darmawi)
e. Risiko adalah probabilitas suatu hasil yang berbeda dengan yang diharapkan
(Herman Darmawi)

2.2 Macam-
Macam-macam Risiko
Risiko
a. Risiko Menurut sifatnya :
o Risiko yang tidak disengaja (Risiko murni) adalah Risiko yang apabila terjadi
tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja, misalnya Risiko
terjadi kebakaran, bencana lam, pencurian, dsb.
o Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif) adalah Risiko yang sengaja
ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian
memberikan keuntungan kepadanya, misalnya Risiko utang piutang,
perjudian, perdagangan berjangka (hedging), dsb.
o Risiko fundamental adalah Risiko yang penyebabnya tidak dapat
dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita tidak hanya satu atau
beberapa orang saja tetapi banyak orang, seperti banjir, angin topan, dsb.
o Risiko khusus adalah Risiko yang bersumber pada peristiwa yang mandiri dan
umumnya mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal kandas , pesawat
jatuh, tabrakan mobil, dsb.
o Risiko dinamis adalah Risiko yang timbul karena perkembangan dan
kemajuan (dinamika) masyarakat di bidang ekonomi, ilmu dan teknologi,
seperti Risiko keuangan, Risiko penerbangan luar angkasa.

44 | Manajemen Risiko Asuransi


b. Risiko Menurut Pengalihannya
o Risiko yang dapat dialihkan kepada pihak lain,
lain dengan
mempertanggungkan suatu objek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar sejumlah premi asuransi, sehingga
semua kerugian menjadi tanggungan ( pindah) kepada pihak perusahaan
asuransi.
o Risiko yang tidak dapat dialihkan kepada pihak lain ( tidak dapat
diasuransikan) ; umumnya meliputi semua jenis risiko spekulatif

c. Risiko Menurut sumber/ penyebab timbulnya


o Risiko intern yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
Contoh: kerusakan aktiva karena ulah karyawan sendiri, kecelakaan kerja,
kesalahan manajemen, dll
o Risiko ekstern yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan
Contoh: pencurian, penipuan, persaingan, fluktuasi harga, perubahan
kebijakan pemerintah, dll

2.3 Istilah Risiko


Istilah-istilah yang berkaitan dengan Risiko adalah
a. Peril adalah peristiwa atau kejadian yang menimbulkan kerugian.
Contohnya : kebakaran, pencurian, kecelakaan.
b. Hazard adalah keadaan dan kondisi yang memperbesar kemungkinan
terjadinya peril, yang dapat dibedakan menjadi :
o Physical Hazard adalah keadaan dan kondisi yang memperbesar
kemungkinan terjadi peril, yang bersumber dari karakteristik secara fisik
dan objek, baik yang bisa diawasi/diketahui maupun yang tidak. Misalnya
jalan licin, tikungan tajam yang memperbesar kemungkinan terjadinya
kecelakaan, dicoba diatasi dengan pemasangan rambu-rambu lalu lintas di
tempat tersebut.
o Moral Hazard adalah keadaan atau kondisi seseorang yang memperbesar
kemungkinan terjadinya peril, yang bersumber pada sikap mental,
pandangan hidup, kebiasaan dari orang yang bersangkutan. Contoh
pelupa, akan memperbesar kemungkinan terjadinya musibah/kerugian
yang menimpa orang tersebut.
o Morale Hazard adalah keadaan dan kondisi seseorang yang memperbesar
kemungkinan terjadinya peril, yang bersumber pada perasaan hati orang
yang bersangkutan, yang umumnya karena pengaruh dari suatu keadaan
tertentu.

45 | Manajemen Risiko Asuransi


Contoh: Orang yang telah mengasuransikan dirinya, mobilnya dan
telah merasa mahir pengemudi, maka karena merasa aman terhadap
risiko, ia ceroboh dalam mengemudikan mobilnya. Keadaan dan kondisi
ini tentu akan memperbesar kemungkinan terjadinya kecelakaan yang
akan menimpanya.
o Legal Hazard adalah perbuatan yang mengabaikan peraturan-peraturan
atau perundang-undangan yang berlaku (melanggar hukum), sehingga
memperbesar kemungkinan terjadinya peril. Misalnya kebijaksanaan
perusahaan yang melanggar/tidak memenuhi Undang-undang Tentang
Keselamatan Kerja, akan memperbesar kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja.

c. Exposure adalah keadaan atau objek yang mengandung kemungkinan terkena


peril, sehingga merupakan keadaan yang menjadi objek dan upaya
penanggulangan risiko, khususnya di bidang pertanggungan.
d. Hukum Bilangan Besar ( The Law of The Large Number) adalah hukum yang
berkaitan dengan peramalan besarnya kemungkinan terjadinya peril. Dimana
makin besar jumlah exposure yang diramalkan akan semakin cermat hasil
peramalan yang diperoleh.

2.4 Cara Pengelolaan Risiko Asuransi


Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara
mengalihkan/transfer risiko dari satu pihak ke pihak lain dalam hal ini adalah
perusahaan asuransi.

Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa asuransi atau pertanggungan


adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian
kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan
yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu.
Pengertian asuransi yang lain adalah merupakan suatu pelimpahan risiko dari
pihak pertama kepada pihak lain. Dalam pelimpahan dikuasai oleh aturan-aturan
hukum dan berlakunya prinsip-prinsip serta ajaran yang secara universal yang
dianut oleh pihak pertama maupun pihak lain.

Dari segi ekonomi, asuransi berarti suatu pengumpulan dana yang dapat dipakai
untuk menutup atau memberi ganti rugi kepada orang yang mengalami kerugian.
Disamping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi juga
memiliki berbagai manfaat namun tidak semua risiko dapat diasuransikan (insurable
risk). Risiko yang dapat diasuransikan memiliki karakteristik sebagai berikut :

46 | Manajemen Risiko Asuransi


FORTUITOUS / SECARA KEBETULAN
Terjadinya satu peristiwa harus lah secara kebetulan sepanjang menyangkut
tertanggung. (tertanggung bisa orang per orang, organisasi). Tidak mungkin untuk
mengasuransikan satu kejadian yang benar benar akan terjadi karena hal ini
bukanlah ketidakpastian akan kerugian dengan demikian transfer risiko tidak
mungkin dilakukan atas sesuatu yang sudah pasti terjadi.
Aturan ini juga mengeyampingkan peristiwa seperti kerusakan akibat wear and tear
(haus pakai) dan depresiasi. Setiap kerusakan atau kehilangan yang disebabkan
kesengajaan tertanggung juga bukanlah secara kebetulan. Perbuatan disengaja oleh
orang lain bisa disebut secara kebetulan asalkan tanpa sepengetahuan tertanggung.

FINANCIAL VALUE
Inti dari asuransi adalah satu tindakan mekanisme pengalihan risiko dan
memberi kompensasi keuangan atas kerugian. Dengan membeli asuransi bukan
berarti risiko sudah tidak ada lagi, namun berasuransi berarti usaha untuk
memberikan perlindungan keuangan atas konsekwensi akibat terjadinya risiko. Bila
terjadi satu risiko yang mengakibatkan kerugian, maka kerugian tersebut haruslah
dapat diukur dengan nilai uang (financial terms). Dalam hal kerusakan pada harta
benda (property) hal ini sangat mudah dilihat. Nilai keuangan dapat ditetapkan
sesuai dengan syarat syarat polis asurans sehingga kompensasi pun dapat
dilakukan. Nilai yang tepat atas kerugian tidak diketahui saat penutupan asuransi
sampai setelah terjadinya kerugian. Dalam asuransi jiwa, tingkat atau besarnya
kompensasi keuangan sudah lebih dulu disepakati pada saat penutupan. Sangat tidak
mungkin menentukan nilai nyawa seorang isteri atau pun suami, namun uang
pertanggungan keuangan dapat ditentukan pada saat penutupan asuransi.

47 | Manajemen Risiko Asuransi


INSURABLE INTEREST (KEPENTINGAN YANG DAPAT DIASURANSIKAN)
Praktek asuransi diatur oleh sejumlah doktrin/prinsip dasar. Salah satunya
adalah Insurable Interest. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu
persyaratan dari Insurable risk adalah bila terjadi risiko maka kerugian dapat diukur
dengan uang. Namun sekalipun kerugian terjadi apabila tertanggung tidak
mempunyai kepentingan dalam bangunan yang diasuransikan, maka tidak ada
penggantian diberikan kepada tertanggung. Jadi harus ada hubungan antara
tertanggung dengan obyek yang diasuransikan yaitu bila terjadi kerugian maka
tertanggung benar benar akan mengalami kerugian dan dapat diukur dengan uang.

EXPOSURES HOMOGE
HOMOGE
Dengan terdapatnya jumlah yang cukup atas exposure terhadap risiko yang
sama, penanggung akan dapat memprediksi kemungkinan besarnya kerugian. Bila
exposure tersebut tidak cukup maka penanggung akan mengalami kesulitan dalam
menghitung besarnya premi untuk diberlakukan. Agar satu jenis risiko yang dapat
diasuransikan, maka harus terdapat sejumlah exposure yang homogen.

PURE RISKS (RISIKO


(RISIKO MURNI)
Asuransi hanya berurusan dengan Pure Risk. Risiko spekulatif biasanya
berdasarkan harapan untuk untung dan ketentuan dalam asuransi melarang hal ini.
Risiko yang disebut dengan risiko murni adalah risiko yang dapat diasuransikan
contohnya: kebakaran pada bangunan, mesin mesin dan stok, pencurian pada stok
dan content serta kerusakan pada kendaraan bermotor ketika mengemudi.
Perlu dicatat bahwa tidak semua risiko murni dapat diasuransikan tergantung pada
keputusan seorang underwriter sedangkan risiko spekulatif sama sekali tidak dapat
diasuransikan.

PARTICULAR RISK
Efek dari Risiko Fundamental menyebab tanpa memandang siapapun atau
hasilnya dirasakan oleh orang banyak dan hal ini tidak dapat diasuransikan
diantaranya perang, tsunami. Kurang tepat mengatakan bahwa semua risiko
fundamental tidak dapat diasuransikan namun para penanggung dapat lebih selektif
untuk risiko yang fundamental yang mau dicover.
Biasanya risiko fundamental yang tidak dapat diasuransikan adalah yang bersumber
dari sosial yaitu perang, inflasi dan perubahan kebiasaan. Sedangkan typhoon,
gempa, tsunami dapat diasuransikan tergantung pada keputusan penangggung
dengan mengacu pada lokasi geografis.

48 | Manajemen Risiko Asuransi


PUBLIC POLICY / KEBIJAKAN PUBLIK
Sebagaimana dijabarkan pada bab 4, bahwa kontrak yang bertentangan
dengan kebijakan publik mengakibatkan kontrak tersebut tidak sah. Prinsip ini juga
berlaku pada asuransi dimana kontrak asuransi yang menjamin obyek yang illegal,
misalnya barang curian sebagai stok, bangunan yang dipakai untuk perjudian atau
untuk prostitusi adalah tidak sah, atau tidak berlaku. Karena pencurian, perjudian
serta prostitusi adalah sesuatu yang menentang kebijakan publik.

Selain memiliki karakteristik, asuransi juga memiliki beberapa fungsi dalam


pengendalian risiko, yaitu :

RISK TRANSFER
Fungsi asuransi adalah sebagai transfer risiko dari tertanggung kepada
penanggung atau dari orang per orang, organisasi ataupun perusahaan kepada
perusahaan asuransi.

Contoh 1.
Pemilik mobil bernilai Rp 120 juta merupakan investasi yang termasuk besar,
akan menghadapi ancaman kerusakan atau kehilangan yaitu mobil tersebut bisa saja
dicuri ataupun terbakar ataupun juga rusak akibat kecelakaan. Bagaimana pemilik
kendaraan tersebut bisa mengatasi semua risiko yang potensial tersebut dan
konsekwensi keuangan yang ditimbulkan? Dalam situasi ini, pemilik mobil dapat
mengalihkan / transfer konsekwensi keuangan atas risiko risiko kepada
penanggung dengan membayar premi.

49 | Manajemen Risiko Asuransi


Contoh 2.
Demikian juga kepada industri, dimana seorang direktur perusahaan
menyadari bahwa perusahaan menghadapi sejumlah risiko. Perusahaan tidak
mengetahui apakah risiko risiko tersebut akan terjadi dan kalau terjadi kapan akan
terjadi. Situasi yang demikian, fungsi asuransi sebagai transfer risiko ini sangat
berperan. Managing Director dapat menukarkan ketidak pastian menjadi kepastian.
Kerugian yang pasti diganti dengan premi, mereka akan bebas dari ketidakpastian
atas kerugian yang besar.

COMMON POOLS POOLS


Dahulu sebelum adanya asuransi marine / pengangkutan laut, saat sebelum
kapal berangkat, para pedagang yang memiliki barang dagangan diangkut, setuju
untuk saling berkontribusi kepada siapa saja yang mengalami kerugian atas
kerusakan barang yang diangkut. Hal ini membuat setiap pedagang terhindar dari
kerugian total karena masing masing pedangan ikut terbeban atas setiap kerugian.
Dana sebagai kontribusi para pedagang dikumpulkan sebagai pool bersama.
Demikian juga dalam asuransi kebakaran, premi polis asuransi rumah tinggal akan
dipool kan pada common pool pool asuransi rumah tinggal yang lain. Dan premi
polis kendaraan bermotor akan dipool bersamaan dengan polis polis kendaraan
bermotor lainnya. Kontribusi tersebut haruslah cukup untuk mendanai kerugian
total untuk setiap tahun dan juga beban biaya dan keuntungan perusahaan asuransi,
dan inilah salah satu konsep dasar Takaful.

EQUITABLE PREMIUM (PREMI YANG SEIMBANG)


Polis asuransi rumah tinggal tidak akan berkontribusi dalam pool dengan polis
asuransi kendaraan bermotor. Sehingga besarnya premi dikenakan tentu tidak sama.
Apalagi polis rumah tinggal juga belum tentu sama, misalnya premi bangunan rumah
tinggal dengan konstruksi kelas 1 tidak akan sama dengan premi bangunan rumah
tinggal dengan konstruksi kelas 2. Demikian juga premi rumah tinggal yang sama
sama berkonstruksi kelas 1 tidak akan berkonstribusi sama pada pool, contohnya
rumah tinggal mewah berharga 2 milyar tidak akan sama besar kontribusinya pada
common pool dengan rumah tinggal berharga 200 juta.
Jadi pengenaan atau penerapan besarnya premi haruslah seimbang hal ini mengacu
pada faktor tingkat risiko atau hazard pada obyek pertanggungan itu sendiri dan
juga nilai pertanggungan.

Asuransi juga bermanfaat untuk semua pihak, khususnya sebagai tertanggung


atau peserta. Keberadaan market industri asuransi yang sehat akan menjadi indikator
penting kemajuan ekonomi satu negara. Namun hal ini sering terabaikan,
dibandingkan institusi lain seperti, bank dan pembangunan bangunan
umum. Dengan adanya perlindungan asuransi berarti memberikan konsekwensi

50 | Manajemen Risiko Asuransi


keuangan memberikan ketenangan berpikir kepada tertanggung (kekhawatiran
berkurang). Bagi seorang pemodal akan berspekulasi dengan menanamkan
modalnya dimana terdapat risiko, misalnya risiko kebakaran dan lainnya ditempat
usaha pemodal tersebut yang bisa mengakibatkan hilangnya modal tersebut.
Dengan adanya asuransi maka pemodal menjadi peace of mind atau dalam istilah
islam disebut Tamin.

3. MANAJEMEN RISIKO ASURANSI


3.1 Definisi Manajemen Risiko
Manajemen Risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam
penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan,
keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
menyusun, memimpin/mengkoordinir dan mengawasi (termasuk mengevaluasi)
program penanggulangan risiko melalui suatu proses pengelolaan risiko yang
mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam
kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.

Sebagai suatu organisasi, perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam


mengimplementasikan manajemen risiko. Tujuan yang ingin dicapai antara lain
adalah : mengurangi pengeluaran, mencegah perusahaan dari kegagalan,
menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya.

3.2 Tujuan Manajemen Risiko


Tujuan yang ingin dicapai oleh Manajemen Risiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Tujuan sebelum terjadinya peril.
2. Tujuan sesudah terjadinya peril.

Tujuan sebelum terjadinya peril


Tujuan yang ingin dicapai yang menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada
beberapa macam, antara lain :
1. Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya : upaya untuk menanggulangi
kemungkinan kerugian dengan cara yang paling ekonomis, yang dilakukan
melalui analisa keuangan terhadap biaya program keselamatan, besarnya
premi asuransi, biaya dari bermacam-macam teknik penanggulangan risiko.
2. Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi
kecemasan, sebab adanya kemungkinan terjadinya peril tertentu dapat
menimbulkan kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya
penanggulangan maka kondisi itu dapat diatasi.
3. Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi kewajiban yang
berasal dari pihak ketiga/pihak luar perusahaan, seperti :
51 | Manajemen Risiko Asuransi
a. Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu di tempat
kerja/pada waktu bekerja untuk menghindari kecelakaan kerja, misalnya :
pemasangan rambu-rambu, pemakaian alat pengaman (misal : gas masker)
untuk memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang
Keselamatan Kerja.
b. Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan, yang dilakukan
oleh debitur untuk memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh kreditur.

Tujuan setelah terjadinya peril


Pada pokoknya mencakup upaya untuk penyelamatan operasi perusahaan
setelah terkena peril, yang dapat berupa :
1. Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer risiko harus
mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap berjalan
sehabis perusahaan terkena peril, meskipun untuk sementara waktu yang
beroperasi hanya sebagian saja.
2. Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut sesudah
perusahaan terkena peril. Hal ini sangat penting terutama untuk perusahaan
yang melakukan pelayanan terhadap masyarakat secara langsung, misalnya:
bank, sebab bila tidak akan menimbulkan kegelisahan dan nasabahnya bisa lari
ke perusahaan pesaing.
3. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan tetap mengalir, meskipun tidak
sepenuhnya, paling tidak cukup untuk menutup biaya variabelnya. Untuk
mencapai tujuan ini bilamana perlu perusahaan untuk sementara melakukan
kegiatan usaha di tempat lain.
4. Mengusahakan tetap berlanjutnya pengembangan usaha bagi perusahaan yang
sedang melakukan pengembangan usaha, misalnya : yang sedang
memproduksi barang baru atau memasuki pasar baru. Jadi harus berupaya
untuk mengatur strategi agar pengembangan yang sedang dirintis tetap bisa
berlangsung. Sebab untuk melakukan perintisan tersebut sudah dikeluarkan
biaya yang tidak kecil.
5. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung jawab sosial dari
perusahaan. Artinya harus dapat menyusun kebijaksanaan untuk
meminimumkan pengaruh buruk dari suatu peril yang diderita perusahaan
terhadap karyawannya, para pelanggan/penyalur, para pemasok dan
sebagainya. Artinya akibat dari peril jangan sampai menimbulkan masalah
sosial, misalnya jangan sampai mengakibatkan terjadinya pengangguran.

52 | Manajemen Risiko Asuransi


3.3 Fungsi Pokok Manajemen Risiko
Fungsi Manajemen Risiko pada pokoknya mencakup :
a. Menemukan kerugian potensial
Artinya berupaya untuk menemukan/mengidentifikasi seluruh risiko murni
yang dihadapi oleh perusahaan, yang meliputi :
1. Kerusakan phisik dari harta kekayaan perusahaan
2. Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat terganggunya operasi
perusahaan.
3. Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain
4. Kerugian-kerugian yang timbul karena : penipuan, tindakan-tindakan
kriminal lainnya, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya.
5. Kerugian-kerugian yang timbul akibat keyman meninggal dunia, sakit
atau menjadi cacat.

Untuk itu cara-cara yang dapat ditempuh oleh Manajer Risiko antara
lain dengan : melakukan inspeksi phisik di tempat kerja, mengadakan angket
kepada semua pihak di perusahaan, menganalisa semua variabel yang
tercakup dalam peta aliran proses produksi dan sebagainya. Misalnya : dengan
menganalisa bahan baku dan pembantu dapat diidentifikasi : kemungkinan
kerugian karena jumlah pasokan yang tidak memadai, penyerahan yang tidak
tepat waktu, kerusakan dan kehilangan pada saat penyimpanan; pada proses
produksi dapat diidentifikasi : kemungkinan kerugian karena salah proses,
kerusakan alat produksi, keterlambatan dan sebagainya; pada produk akhir :
kemungkinan kerugian karena barang rusak/hilang dalam penyimpanan,
penipuan/kecurangan dari penyalur dan sebagainya.

b. Mengevaluasi Kerugian Potensial


Artinya melakukan evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian
potensial yang dihadapi oleh perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini akan
meliputi perkiraan mengenai :
1. Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya kerugian, artinya
memperkirakan jumlah kemungkinan terjadinya kerugian selama suatu
periode tertentu atau berapa kali terjadinya kerugian tersebut selama
suatu periode tertentu (biasanya 1 tahun).
2. Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian, artinya menilai besarnya
kerugian yang diderita, yang biasanya dikaitkan dengan besarnya
pengaruh kerugian tersebut, terutama terhadap kondisi finansial
perusahaan.

53 | Manajemen Risiko Asuransi


c. Memilih teknik/cara yang tepat atau menentukan suatu kombinasi dari teknik
teknik--
teknik yang tepat guna menanggulangi kerugian.
Pada pokoknya ada 4 (empat) cara yang dapat dipakai untuk
menanggulangi risiko, yaitu: mengurangi kesempatan terjadinya kerugian,
meretensi, mengasuransikan dan menghindari. Dimana tugas dari Manajer
Risiko adalah memilih salah satu cara yang paling tepat untuk menanggulangi
suatu risiko atau memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat
untuk menanggulangi risiko.

3.4 Tahap-
Tahap-tahap
tahap Manajemen Risiko Asuransi
Sebagai suatu Manajemen pasti memiliki tahapan-tahapan kerja yang harus
dilakuakan. Tahap-tahap yang dilalui oleh perusahaan dalam
mengimplementasikan manajemen risiko adalah mengidentifikasi terlebih dahulu
risiko-risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, setelah mengidentifikasi
maka dilakukan evaluasi atas masing-masing risiko ditinjau dari severity (nilai
risiko) dan frekuensinya. Tahap terakhir adalah pengendalian risiko. Dalam tahap
pengendalian risiko dibedakan menjadi 2 yakni pengendalian fisik (risiko
dihilangkan, risiko diminimalisir) dan pengendalian finansial (risiko ditahan, risiko
ditransfer). Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan
terjadinya kerugian misalnya dalam mengendarai mobil di musim hujan,
kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam. Meminimasi risiko dilakukan
dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian misalnya dalam produksi,
peluang terjadinya produk gagal dapat dikurangi dengan pengawasan mutu
(quality control). Menahan sendiri risiko berarti menanggung keseluruhan atau
sebagian dari risiko. Sedangkan pengalihan/transfer risiko dapat dilakukan dengan
memindahkan kerugian/risiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, misalnya
perusahaan asuransi.

Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari baik untuk pribadi maupun


usaha/bisnis, keberadaan risiko selalu dihadapi. Definisi manajemen risiko adalah
serangkain proses identifikasi, analisa dan Pengendalian risiko secara ekonomis
terhadap risiko yang senantiasa mengamcam aset atau kapasitas untuk
memperoleh hasil kegiatan usaha (enterprise) Ada 4 hal yang perlu dipahami
sebelum proses manajemen risiko:
1. Risiko itu harus diidentifikasi sebelum dapat diukur
2. Pengendalian risiko harus ekonomi
3. Fokus manajemen risiko bukan hanya aset harta benda tetapi meliputi juga
unsur manusianya (human)
4. Aplikasi manajemen risiko bukan untuk kegiatan usaha harta benda tetapi juga
meliputi jasa (services). Bahkan untuk individu (personal) manajemen risiko
juga perlu dilakukan.

54 | Manajemen Risiko Asuransi


Dalam proses pengelolaan risiko langkah-langkah yang harus dilalui pada
pokoknya adalah :
1. Mengidentifikasi/menentukan terlebih dahulu obyektif (tujuan) yang ingin
dicapai dari pengelolaan risiko. Misalnya, pelayanan terhadap pelanggan
tetap bisa dilakukan, perusahaan tetap beroperasi, karyawan dapat bekerja
dengan tenang, dan seterusnya.
2. Mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya kerugian/peril atau
mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi. Langkah ini adalah yang paling
sulit, tetapi juga paling penting, sebab keberhasilan pengelolaan risiko sangat
tergantung pada hasil identifikasi ini.
3. Mengevaluasi dan mengukur besarnya kerugian potensial, dimana yang
dievaluasi dan diukur adalah :
a. Besarnya kemungkinan peril yang akan terjadi selama suatu periode
tertentu (frekuensinya).
b. Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi keuangan
perusahaan/keluarga (severity)

4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang paling baik, paling tepat dan
paling ekonomis untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat
terjadinya suatu peril. Upaya-upaya tersebut antara lain meliputi :
a. Menghindari kemungkinan terjadinya peril
b. Mengurangi kesempatan terjadinya peril
c. Memindahkan kerugian potensial kepada pihak lain (mengasuransikan),
d. Menerima dan memikul kerugian yang timbul (meretensi).

5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan keputusan-keputusan yang telah


diambil untuk menanggulangi risiko. Misalnya membuat perlindungan yang
layak terhadap kecelakaan kerja, menghubungi, memilih dan menyelesaikan
pengalihan risiko kepada perusahaan asuransi.
6. Mengadministrasikan, memantau dan mengevaluasi semua langkah-langkah
atau strategi yang telah diambil dalam menanggulangi risiko. Hal ini sangat
penting terutama untuk dasar kebijaksanaan pengelolaan risiko di masa
mendatang. Di samping itu juga adanya kenyataan bahwa apabila kondisi
suatu proyek berubah penanggulangannya juga berubah.

55 | Manajemen Risiko Asuransi


Tahap-
Tahap-Tahap Manajemen Risiko Asuransi

1. IDENTIFIKASI RISIKO
Tidak terbatas pada insurable risk saja, tapi meliputi semua aspek risiko yang
dapat menggangu kegiatan usaha untuk mencapai tujuannya. Teknik dasar
yang dipergunakan:
o Membaca dan mempelajari kegiata usaha (mapping)
o Menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk menganalisis risiko,
yang dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan tersebut diharapkan
dapat memberikan petunjuk-petunjuk tentang dinamika informasi khusus,
yang dapat dirancang secara sistematis tentang risiko yang menyangkut
kekayaan maupun operasi perusahaan.
o Menggunakan laporan keuangan, yaitu dengan menganalisis neraca,
laporan pengoperasian dan catatan-catatan pendukung lainnya, akan
dapat diketahui/diidentifikasi semua harta kekayaan, utang-piutang, dan
sebagainya serta dengan menerima, mengevaluasi, memonitor dan
menanggapi laporan-laporan dari departemen/bagian-bagian.
o Dengan pemeriksaan/inspeksi langsung di tempat, artinya dengan
mengadakan pemeriksaan secara langsung di tempat operasi/aktivitas
perusahaan. Mengadakan interaksi dengan departemen/bagian-bagian
dalam perusahaan. Adapun cara-cara yang dapat ditempuh :
- Dengan mengadakan kunjungan ke departemen/bagian-bagian
Manajer Risiko dapat meraih/memupuk saling pengertian antara kedua
belah pihak.
- Mengadakan interaksi dengan pihak luar yaitu mengadakan hubungan
dengan individu ataupun perusahaan-perusahaan lain, terutama pihak-
pihak yang dapat membantu perusahaan dalam penanggulangan risiko.
56 | Manajemen Risiko Asuransi
- Melakukan analisis terhadap kontrak-kontrak yang telah dibuat dengan
pihak lain.
- Membuat dan menganalisis catatan/statistik mengenai bermacam-
macam kerugian yang telah pernah diderita.
o Mengadakan analisis lingkungan, yang sangat diperlukan untuk
mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko potensial,
seperti konsumen, pemasok, penyalur, pesaing, desamuan pemerintah
(pembuat peraturan/perundang-undangan).
o Melakukan survey on the spot untuk mengidentifikasi sektor yang rawan
menderita kerugian (exposures)
o Menggunakan alat bantu berupa:
- Organisational Chart untuk mengetahui fungsi dan peranan masing-
masing penanggung jawab kegiatan dan wewenang mengambil
keputusan
- Flow Chart untuk mendeteksi sektor-sektor yang rawan gangguan
termasuk dampaknya bagi sektor-sektor terkait lainnya
- Check List untuk dijawab oleh mereka yang berkompeten dan
jawabannya menjadi bahan klasifikasi risiko.

2. ANALISA DAN EVALUASI RISIKO


Analisa atas risiko-risiko yang teridentifikasi, tahapan untuk mengukur
sejauhmana dampak risiko-risiko tersebut dalam aktivitas organisasi. Hasil
yang ingin diperoleh adalah mengukur tinggi rendahnya peristiwa frekuensi
dan severity. Teknik yang digunakan dalam tahap analisa risiko ini adalah
menggunakan data statistik deskriptif dan statistik inferential, serta
menggunakan teori-teori kemungkinan (probability theory). Contoh-contoh
statistik rumah tinggal, kecelakaan pesawat udara dan kecelakaan kerja, dsb.

o Pengukuran Frekuensi Kerugian


Pengukuran frekuensi kerugian potensial adalah untukmengetahui berapa
kali suatu jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena
peril selama suatu jangka waktu tertentu, yang umumnya satu tahun.

o Pengukuran Kegawatan Kerugian (severity)


Pengukuran kerugian petensial dari dimensi kegawatan adalah untuk
mengetahui beberapa besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan
dengan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi
finansialnya.

Data tentang Severity (Dampak Kerugian) dan Data tentang Frekuensi (tingkat
keseringan kejadian) memiliki 4 (empat) klasifikasi, yaitu :

57 | Manajemen Risiko Asuransi


- Klasifikasi 1 : Frekuensi : Jarang, Severity : Rendah
Tidak perlu dialihkan ke Asuransi karena jarang terjadi.
Kalaupun terjadi dampak kerugiannya yang rendah masih
dapat diatasi sendiri (Self Insurance).

- Klasifikasi 2 : Frekuensi : Jarang, Severity : Tinggi


Klasifikasi risiko ini yang perlu diasuransikan dan Perusahaan
Asuransi juga masih bersedia membuat pertimbangan-
pertimbangan akseptasinya.

- Klasifikasi 3 : Frekuensi : Sering, Severity : Rendah


Klasifikasi risiko ini identik dengan klasifikasi 1, yang perlu
dilakukan adalah upaya pencegahan supaya tidak sering
terjadi.

- Klasifikasi 4 : Frekuensi : Sering, Severity : Tinggi


Untuk klasifikasi ini ada pola pikir yang berseberangan
antara Masyarakat. Pengguna Jasa Asuransi (Nasabah)
dengan Perusahaan Asuransi. Nasabah tentu ingin hal ini
dialihkan ke Asuransi, tetapi Perusahaan Asuransi tidak
mungkin menerima karena frekwensi kejadiannya bisa sering,
dampak kerugiaanya juga tinggi.

Solusi terbaiknya : Membuat perbaikan perbaikan


(Improvement) dan menyelenggarakan program program
pencegahan (Pre Loss Preventation).

3. PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian atas risiko-risiko yang sudah di identifikasi dan dievaluasi, dilakukan
secara ekonomis, artinya semakin tinggi biaya untuk pengendalian harus
menghasilkan positive impact yang lebih tinggi terhadap profit kegiatan usaha.
Teknik Pengendalian Risiko :
a. Secara Fisik : Elimination dan Minimitation
Risk Elimination adalah pengendalian risiko dengan cara mengurangi peril-
peril yang akan mengakibatkan risiko. Hal ini hampir tidak mungkin
dilakukan, karena risiko akan selalu ada dan mungkin terjadi. Yang dapat
dilakukan dalam eliminasi risiko adalah meniadakan kegiatan tersebut.

Risk Minimitation adalah pengendalian risiko dengan cara mengurangi atau


memperkecil peril-peril yang memiliki potensi sangat besar akan terjadinya

58 | Manajemen Risiko Asuransi


risik. Caranya dengan menyediakan peralatan pencegah kejadian (Pre Loss
Prevention) dan Peralatan penanggulangan yang lengkap untuk mengatasi
risiko yang ada.

b. Secara Financial : Retention dan Transfer


o Risk Retention adalah perusahaan menanggung sendiri Risiko yang
muncul (menahan Risiko tersebut). Jika Risiko benar-benar terjadi,
perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung Risiko
tersebut. Alat/metode/cara yang dapat digunakan untuk pendekatan ini,
yaitu :
- Dana cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan
untuk membiayai kerugian akibat dari Risiko tersebut.
- Self insurance dan captive insurers
Self insurance, pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi
menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri. Self
insurance bisa dilakukan jika eksposur di perusahaan cukup besar
sehingga skala ekonomisnya bisa tercapai, dan Risiko bisa diprediksi
dengan baik. Captive insurers, pengelolaan dana cadangan yang
dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi
bagian dari perusahaan. Ada beberapa alasan captive insurers menjadi
menarik, yaitu di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa
sehingga menguntungkan untuk membuat captive insurers (pajak bisa
dibayarkan lebih kecil), dan kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel
karena praktis berurusan dengan pihak internal.

o Risk Transfer adalah perusahaan memindahkan Risiko ke pihak lain


(mentransfer Risiko ke pihak lain) yang biasanya mempunyai
kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan Risiko, baik karena
skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan Risiko
lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan
manajemen Risiko lebih baik. Alat/metode/cara yang dapat digunakan
untuk pendekatan ini, yaitu :
- Asuransi,
Asuransi kontrak perjanijian antara yang diasuransikan (insured) dan
perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan
kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan dan
pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai
balasannya.
- Hedging atau lindung nilai, perusahaan mentransfer Risiko kepada
pihak lain yang lebih bisa mengelola Risiko lebih baik melalui transaksi
instrumen keuangan.

59 | Manajemen Risiko Asuransi


- Incorporated atau membentuk perseroan terbatas merupakan
alternatif transfer Risiko, karena kewajiban pemegang saham dalam
perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan
dimana kewajiban tersebut tidak akan sampai pada kekayaan pribadi.

Dari aspek manajemen risiko, asuransi dapat dikatakan sebagai salah satu
sarana efisien untuk pengendalian risiko secara finansial.
Bagi masyarakat atau nasabah asuransi, dengan pengendalian risiko ke
asuransi ini ada perubahan atau pertukaran ketidakpastian anggaran untuk
menghadapi risiko, menjadi adanya kepastian bahwa dengan anggaran premi
asuransi yang pasti; sudah dapat diprediksi penggantian kerugian dari asuransi
apabila benar-benar terjadi risiko yang berada dalam aturan-aturan ketentuan
polis asuransi. Self-Insurance sangat berbeda dengan non-insurance atau
retain/risk retention. Self Insurance : ada anggaran keuangan/fund yang
disediakan untuk menanggulangi risiko-risiko yang tidak terproteksi oleh
asuransi. Misalnya risiko sendiri / deductible atau franchise. Sedangkan Non
Insurance : tidak ada anggaran / fund yang dialokasikan karena semua risiko
akan dihadapi sendiri tanpa transfer.

KELEBIHAN SELF INSURANCE


a. Anggaran premi lebih rendah karena tidak ada unsur biaya komisi dan
profit
b. Investasi atas anggaran tersebut kembali ke nasabah
c. Tidak akan ada perselisihan dengan penanggung sendiri
d. Manfaat untuk mengurangi dan mengendalikan risiko kembali ke
masyarakat tertanggung
e. Apabila ada surplus kembali ke tertanggung

KEKURANGAN SELF INSURANCE:


a. Apabila benar-benar terjadi kerugian yang cukup besar anggaran/fund bisa
habis bahkan akibat fatalnya kegiatan usaha bisa likuidasi/bangkrut
b. Akibat yang identik seperti tersebut di atas bisa terjadi seandainya
peristiwanya terjadi beberapa kali setahun (accumulative losses)
c. Perlu extra cost untuk staf yang mengetahui teknik-teknik asuransi
d. Tidak ada metode spreading of risk seperti di asuransi
e. Anggaran premi untuk antisipasi risiko yang diasuransi sendiri menjadi idle
atau hasil investasinya rendah karena harus selalu stand-by.
f. Perusahaan asuransi captive adalah perusahaan asuransi yang
menanggung beban risiko yang ditransfer oleh perusahaan-perusahaan
lain yang masih berada dalam group sendiri, baik secara nasional maupun
internasional

60 | Manajemen Risiko Asuransi


g. Dalam operasional, khususnya di bidang pemasaran/pekerjaan asuransi
captive relatif lebih mudah dan biayanya juga relatif lebih murah karena
ada kecendeungan harus ke perusahaan asuransi captive yang
bersangkutan (compulsory)
h. Premi asuransi captive juga relatif lebih rendah karena hampir tidak ada
kompetitor dan prediksi portofolio bisa di forecast group atau
kolektif/paket.
i. Kelemahannya yaitu apabila Holding Company yang men-supply order-
order asuransi collapse maka perusahaan asuransi captive juga bisa ikut
collapse.

3.5 Aktivitas Manajemen Risiko dalam perusahaan Asuransi meliputi :


A. Risk Management
Teknik mengelola risiko melalui proses :
1. Identifikasi risiko (menginventarisasi risiko yang dimiliki suatu obyek)
2. Analisa dan Evaluasi risiko (menganalisa profil risiko yang teridentifikasi dan
mengukur frekuensi dan dampak terhadap risiko yang ada)
3. Pengendalian risiko.(Retain, Eliminate, Minimalite, Retain dan Transfer)

Tujuan :
1. Memahami risiko atas suatu obyek.
2. Meningkatkan tingkat Kesehatan Keselamatan Kerja (K3).
3. Meningkatkan efisiensi atas beban operasional perusahaan.

B. Risk Survey / Assessment


Survey terhadap obyek yang akan diasuransikan serta hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi besar kecilnya risiko terhadap obyek yang akan diasuransikan.
Tujuan :
1. Mengetahui secara detil obyek yang akan diasuransikan, meliputi : jenis, jumlah
dan spesifikasi obyek, lokasi, legalitas, kepemilikan, potensi klaim, kemungkinan
besaran kerugian jika terjadi klaim, safety factor, dll.
2. Meyakinkan Underwriter atau perusahaan asuransi bahwa calon tertanggung
memiliki itikad terbaik dalam berasuransi.
3. Melakukan Risk Valuation Penilaian (Appraisal) terhadap obyek yang
diasuransikan, dengan tujuan :
a. Mendapatkan nilai yang sebenarnya atas obyek yang akan diasuransikan.
b. Menghindari under insured, manakala nilai pertanggungan lebih kecil
daripada actual value.

61 | Manajemen Risiko Asuransi


C. Risk Akseptation
Risk Akseptation adalah kesimpulan yang berupa tindakan yang akan dilakukan
terhadap risiko.

Contoh Study Kasus :


Sebuah kendaraan ambulance yang dimiliki oleh Badan Penanggulangan Bencana
akan di asuransikan kepada perusahaan asuransi.
Sebagai Manager Risiko, keputusan seperti apakah yang harus diambil ?
1. Risk Management
c. Identifikasi Risiko
- Kendaraan rawan terjadi kerusakan
- Kendaraan dikendarai sembarangan
- Kendaraan tidak memperdulikan prestise
- Kendaraan akan selalu dipakai ngebut
d. Analisa dan Evaluasi Risiko
- Frekuensi = Jarang terjadi
- Severity = Nilai kerugian sangat tinggi
e. Pengendalian Risiko
- Fisik = Elimination
o Dilarang melakukan Evakuasi di areal bencana langsung
o Memiliki sopir khusus
= Minimitation
o Hanya mencover kerusakan total atau hilang
o Adanya Pengamanan Perjalanan Kendaraan

- Financial = Retention = Potensi Rugi


= Transfer = Penyebaran risiko dengan Asuransi/Reasuransi

2. Risk Assesme
Assesment
- Objek = Rawan terjadi kecelakaan
- Lokasi = Tempat Bencana
- Potensi Klaim = Jarang
- Taksasi Nilai Kerugian = Besar
- Pengamanan = Tidak ada
- Hazard = Sembarangan karena emergency
- Valuasi = Harga Pertanggungan
Kontribusi/Premi
Potongan/Komisi
Treaty Ko As

62 | Manajemen Risiko Asuransi


3. Risk Akseptation
Kesimpulan : karena kendaraan sangat rawan mengalami kerugian, sehingga
diusulkan untuk mengcover Total Loss atau kerusakan total saja, dengan
dilakukan Transfer risiko.

63 | Manajemen Risiko Asuransi

Anda mungkin juga menyukai