Anda di halaman 1dari 3

Nama : 1. Salsabila P.

P (27)

2. Siti Qomariah(31)

3. Talitha A.S (33)

CIPOA
Karya : Putu Wijaya

Bagian keempat

Dalam kabut para pekerja datang sambil mengangkat harta pusaka bongkah emas yang
lebih besar dari sebelumnya. Tivri menariknya dengan tali sembari berkata “Akhirnya! Selamat
atas kemenangan ini!” dengan istrinya yang ikut mengangkat. Para pekerja berseru “Kita berhasil
membuat batu menjadi emas”, “Itu berkat perjuangan yang tidak kenal lelah” jawab Tivri.
Pemimpin pekerja menyaut dengan keras “Itu juga karena kejujuran ente, Tivri!” “Itu berarti kita
harus tetap jujur, selalu jujur dan mesti jujur!” jawab Tivri tegas. Akan tetapi salah satu pekerja
tidak setuju dengan perkataan Tivri. Ia berkata “kalau menghadapi orang yang tidak jujur
pekerjaan kita akan mudah ditipu”, “katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah dijual.
Kalau sekarang kita jujur, harta pusaka akan kembali diambil dan dijual. Jadi...” saut Pemimpin
pekerja, “Kalau juragan datang, jangan bilang kita sudah menemukan harta pusaka” tambah
Pekerja tersebut. Akan tetapi Tivri menentangnya dengan berkata “Itu namanya bohong, dong?”
“ Memang tapi demi kebaikan” jawab pekerja santai”. Sembari Tivri dan Pekerja mengobrol
pemimpin pekerja berkata “Harta Pusaka akan jadi milik kita dan bisa kita bagi rata. Kita semua
akan naik mobil dan Juragan tidak dapat apa-apa”, lagi-lagi Tivri menentang perkataan
pemimpin pekerja “Wah itu tidak adil” “Memang keadilan itu tidak merata, karena datangnya
bergantian jadi nampak seperti tidak adil. Tapi inilah keadilan yang sejati” jelas pekerja. Karena
penjelasan dari pekerja tadi Tivri mulai tergugah “Tapi bagaimana bohong, emasnya besar
begini.” “Bohong itu paling gampang, tidak bisa habis. Siap semua!” dengan lantang para
pekerjapun menjawab “Siap!”. Dengan sigap pemimpin pekerja langsung menutupi emas
tersebut dengan kain hitam, tiba-tiba saja emas tersebut langsung menjadi batu. “Kalau Juragan
datang, bilsang saja kita hanya dapat batu, sebab memang dari awal maunya menggali batu.
Malah kita akan diberi upah sebab sudah bisa mengeluarkan batu sebesar ini.” Ujar Pekerja,
semua menjawab “ oke” . akan tetapi Tivri masih belum setuju karena ia sudah bersumpah pada
dirinya sendiri ia tidak mau lagi berkata bohong ia berkata “Kita harus jujur kepada rakyat, tapi
kita harus jujur kepada pemimpin. Kita...” belum selesai berbicara salah seorang pekerja
menutup mulut Tivri.

Tak lama kemudian terdengar bunyi klakson. Sebuah mobil mewah berhenti. Kemudian,
Juragan, istri, dan Alung turun mereka memakai pakaian mewah. “Lho belum pukul lima
mengapa sudah berhenti kerja?” tanya juragan pada para pekerja, saat Tivri ingin menjawab
salah seorang pekerja menutup mulut Tivri dan menyautnya “Kami hanya ketemu batu Juragan”
“memang ini bukit batu, isinya tentu saja batu” jawab juragan. Istri juragan berkata “Bekerja itu
jangan hanya ngitung hasilnya.” “Ini perjuangan menunjukkan kita manusia yang gigih. Itu
apa....” tanya Juragan setelah menyambung kalimat istrinya. Pekerjapun menjawab “Batu
Juragan”. “Buat apa membawa batu. Ayo kembali semua masuk ke dal;am tambang. Kerja!
Alung singkirkan batu itu!” kata Juragan dengan tegas, Alung yang diperintah bertanya-tanya
untuk apa batu itu dibawa kerumah Juragan, dengan bersikukuh Juragan tetap memerintahkan
Alung dan istrinya untuk menarik batu itu. Akan tetapi Pekerja berusaha untuk menghalangi
tindakan Juragan agar batu tidak dibawa kerumah Juragan. Selagi Juragan dan para Pekerja
sedang beradu argumen datanglah pembeli kaya yang akan membeli batu itu. “Selamat datang
Bos. Ini dia kebetulan batu yang Ente pesan sudah ada.” Sambut Juragan, “Bagus! Bagus! Coba
tes! Tes!” jawab pembeli kaya bersemangat. Namun para pekerja menghalangi, mereka berjajar
didepan batu “Tidak usah di tes ini hanya batu. Sumpah ini hanya batu” ucap Pemimpin pekerja
yang berusaha meyakinkan Juragan dan Pembeli kaya, tetapi usaha yang dilakukan para pekerja
tidak membuahkan hasil Juragan dan Pembeli kaya tetap mengetes batu itu mereka menyuruh
Centeng dari Pembeli kaya untuk menubrukkan kepalanya, para pekerja hanya bisa berlompatan
menyelamatkan diri dari tubrukan kepala centeng. Si Centeng berkata “Wah operasi plastikku
ambrol. Asli Tuan,lebih asli dari yang dulu” “Bagus, ini bayar kontan! Kalau ada lagi batu yang
lebih keras SMS ya” ujar Pembeli Kaya pada Juragan. Setelah itu semua pekerja menarik batu itu
keluar dengan perasaan yang tidak ikhlas, Alung langsung menghampiri Juragan yang sedang
menghitung uang dan bertanya “Juragan, ini beneran dijual? Itu bukan hanya batu lo, istri Ente
juga dibawa.” Juraganpun terkejut dan langsung mengejarnya bersama Alung.

Tinggal para pekerja yang bengong di tempat itu “Ya Tuhan herta pusaka kita dibawa,
Dijual hanya harga batu.” Ujar pekerja dengan lesu, “Bodo! Bodo! Kalian semua kerbau!
Kenapa harta pusaka dibiarkan dibawa pergi?” ucap si Pemimpin pekerja dengan marah dan
kecewa. “Itu akibatnya kalau berbohong! Coba kalau dari tadi bilang itu harta pusaka, masak
Juragan tega menjual kiloan seperti batu.” Saut Tivri dengan tegas. Mendengar perkataan Tivri
tersebut para pekerjapun tergugah hatinya untuk jujur pada Juragan dan menyuruh Tivri untuk
segera mengatakan yang sebenarnya pada Juragan dan siap menanggung konsekuensinya, akan
tetapi Tivri tidak segera mengatakannya karena berpikir bahwa Juragan sudah mengetahui kalau
batu tersebut adalah emas maka dari itu iya segera menjualnya. Tak lama kemudian Juragan dan
Alung datang “Kenapa belum mulai bekerja?” tanya juragan, “Semuanya kena serangan jantung
Juragan, karena Juragan sudah menjual harta karun itu.” Jawab Tivri. “Harta karun apa?”
Juragan terkejut dan bingung. “Yang tadi Juragan jual itu bukan batu tapi harta karun?” jelas
Tivri pada Juragan “Ya Tuhan harta karun sebesar gajah? Diangkut ke luar negerai sebagai batu?
Aku juga jantungan!” saut istri Juragan dengan terkejut lalu pingsan, “Jadi, aku sudah menjual
harta karun sebagai batu?” tanya Juragan memastikan “Lho, aku kira Juragan tau” jawab Tivri
dengan terkejut pula. “Gila kalau begini caranya, aku kapok, mulai sekarang aku perintahkan
jangan ada kata bohong lagi. Tidak boleh ada dusta di antara kita! Semua harus jujur! Jujur
kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri.” Kata
Juragan yang sangat kecewa pada pekerjanya. “Para pemirsa di seluruh Tanah Air mulai saat ini
kita memasuki era baru satu kata dengan perbuatan. Kita bersumpah dalam berkata selamanya
jujur!” Pesan Tivri pada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai