Anda di halaman 1dari 11

Legenda Aek Busuk

Disebuah perkampungan bernama Lobu Tua, dikisahkan sekelompok rakyat yang damai dan
makmur.

Lobu Tua dipimpin seorang raja yang arif bijaksana, bernama Tuanku Raja Muda, yang juga memiliki
putri cantik dan ramah, bernama Putri Andam Dewi.

Banyak saudagar yang singgah ke Lobu Tua untuk berniaga. Lobu Tua dikenal pusat perdagangan dan
pelabuhan.

Adegan :

Raja Muda : Bagaimana hasil cengkeh dan rempah-rempah kita hari ini prajurit.

Prajurit : Hasilnya memuaskan, dan semua sudah siap dikirim tuanku.

Raja Muda : Bagus lah. Pastikan para saudagar jangan kecewa. Kemudian, barang yang akan
ditukar, juga harus sesuai kebutuhan rakyat kita.

Prajurit : Siap tuanku. 


Kedamaian Lobu Tua, harus terusik oleh peristiwa menakutkan. Seekor burung raksasa berkepala
tujuh, diberi nama Garudo, menjadi malapetaka bagi Lobu Tua. Garudo siap memangsa siapa saja
yang berani menyalakan api.

Adegan : 

Pengasuh    : Kita sudah sampai di pasar, apa yang kita lakukan disini tuan putri.

Andam Dewi : Aku ingin keliling melihat hasil panen rakyat kita inang.

Rakyat : Tolong...Tolong. Semua bersembunyi.

Andam Dewi : Ada apa ini.

Pengasuh : Garudo sudah datang, ayo lari tuan putri.

Andam Dewi : Garudo ? Apa yang terjadi inang. Kenapa dengan dan kenapa dengan rakyat kita
inang.

Pengasuh : Maaf tuan putri, rakyat kita diserang oleh Garudo tuan putri.

Andam Dewi : Kenapa mereka diserang inang. Apa salah mereka.


Pengasuh : Garudo lagi marah, pasti ada yang bakar sampah atau masak nasi tuan putri. 

Andam Dewi : Ini bahaya inang, kita harus lapor ke ayahanda tentang semua ini inang.

Pengasuh : Iya, tapi kita harus pergi dari sini tuan putri.

Andam Dewi : Iya inang, ayo.

Tiba dikerajaan, Putri Andam Dewi langsung bercerita kepada Tuanku Raja Muda.

Adegan : 

Andam Dewi : Ayahanda, rakyat kita sekarang sangat menderita gara-gara Garudo itu ayahanda.

Pengasuh    : Betul sekali tuanku, karena takut dimangsa, dari kami banyak yang mati kelaparan
tuanku. Tolong kami tuanku.

Raja Muda : Betul sekali anakku, ayah sudah tahu. Hari ini, kita harus bertindak, jangan ada lagi
korban berjatuhan.
Raja Muda    : Prajurit, siapkan semua yang diperlukan, besok hari, kita harus melawan Garudo.

Pertempuran Raja Muda bersama pasukannya, melawan Garudo tidak dapat dihindari.

Adegan : 

Raja Muda : Bakar daun-daunan, untuk memancing Garudo supaya keluar dari sarangnya.

Prajurit : Siap tuanku.

Suara bakar sampah..

Suara Garudo....

Prajurit   : Tuanku, Garudo sudah datang.

Raja Muda : Ini perintah, serang....


Suara Garudo...

Prajurit : Akh..lari tuanku. Kita harus mundur tuanku...tolong..

Raja Muda : Lawan aku sekarang Garudo..

Suara Garudo...

Raja Muda : Akh...tolong...

Suara Garudo...

Raja Muda tewas dalam pertempuran itu, bahkan Raja Muda bersama pasukannya dimangsa oleh
Garudo yang ganas.

Tewasnya Raja Muda, kian menambah ketakutan bagi rakyat Lobu Tua. Untuk menghindari
kematian, rakyat memilih pindah dari Lobu Tua ke daerah lain.

Keberadaan Garudo dan kematian Raja Muda pun terdengar ditelinga Sutan Gambang Patuanan,
seorang raja dari salah satu wilayah di Sumatera Barat.
Sutan Gambang segera bergegas untuk berangkat menuju Lobu Tua dengan membawa pasukannya.

Adegan : 

Sutan Gambang: Prajurit, siapkan semua perbekalan, kita berangkat ke Lobu Tua.

Prajurit : Mohon maaf tuanku, kenapa kita harus ke Lobu Tua.

Sutan Gambang: Aku bermimpi, Lobu Tua hancur berantakan. Aku sangat sedih. Kita harus bantu
Lobu Tua.

Prajurit : Baiklah tuanku. Semua perbekalan akan segera disiapkan.

Sutan Gambang pun tiba di tanah Lobu Tua. Sutan Gambang heran, tidak satu pun rakyat yang bisa
ditemui. Lobu Tua seperti kota mati.

Apalagi di malam hari, suasana di Lobu Tua gelap gulita dan mencekam, yang terdengar hanya suara
lolongan anjing dan juga suara jangkrik.
Sutan Gambang berjalan sendiri menyisir seluruh wilayah Lobu Tua, untuk mencari keberadaan
rakyat tersisa, dan sekaligus penginapan sementara.

Adegan : 

Sutan Gambang: Sepertinya ada rumah disana, aku coba lihat kesana dulu.

Sutan Gambang: Tapi, kalau dari bentuknya, rumah ini sepertinya bukan punya orang biasa, pasti
pemilik rumah ini dari kalangan bangsawan di kampung ini.

Sutan Gambang: Menunggu besok pagi, aku sementara, harus menginap dulu disini.

Sutan Gambang pun tertidur pulas, namun tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara manusia yang
berbisik. Benar saja, muncul lah dua orang perempuan, satu yang muda, dan satu yang tua.

Ternyata mereka berdua adalah Putri Andam Dewi dan pengasuhnya, yang sebelumnya
bersembunyi di sebuah pohon besar. 

Menyambut kehadiran mereka, Sutan Gambang pun segera bersimpuh.

Adegan : 
Sutan Gambang: Ampun, atas kelancanganku memasuki rumah ini.

Andam Dewi : Siapakah dirimu wahai pemuda.

Sutan Gambang: Aku hanya seorang nakhoda kapal yang terdampar di perkampungan ini. Anak buah
ku sedang menunggu di kapal sekarang. 

Sutan Gambang: Sekali lagi, mohon maaf kelancangan ku tuan putri, apa sebenarnya yang terjadi di
kampung ini, sehingga, tidak seorang pun bisa ditemui, sementara rumah sangat banyak disini.

Andam Dewi : Percuma aku beri tahu. Kau pasti tidak akan mampu menyelesaikan
masalah yang sangat pelik ini. Kami sedang diserang oleh Garudo, burung raksasa yang sangat kuat
dan ganas.

Sutan Gambang: Kalau kalian percaya, aku bisa membantu masalah kalian.

Andam Dewi : Jangan sombong kau anak muda.

Sutan Gambang: Jika aku bisa menyelesaikan masalah ini, apa imbalan yang akan aku dapatkan.
Bagaimana kalau aku mempersunting tuan putri.

Andam Dewi : Baik, aku setuju


Pengasuh : Tapi tuan putri, kenapa begitu cepat tuan putri mengambil keputusan. 

Andam Dewi : Tidak ada masalah itu inang, lagian aku juga yakin, pemuda itu tidak akan
bisa membunuh Garudo itu. Biarkan saja inang.

Sutan Gambang mulai menyusun strategi. Esok harinya, Sutan Gambang memerintahkan
pasukannya, untuk menggali 7 lobang besar ditanah.

Sutan Gambang juga menyuruh prajuritnya, untuk membakar daun-daun muda, agar lebih banyak
mengeluarkan asap.

Tidak berapa lama, api berkobar dan mengeluarkan asap tebal. Garudo akhirnya terpancing untuk
keluar dari sarangnya, dan langsung menyerang Sutan Gambang.

Pertempuran itu berlangsung selama berhari-hari, dan sampai akhirnya....

Adegan : 

Suara Garudo...

Sutan Gambang: Kita sudah berhasil memenggal 6 kepalanya, dan saatnya prajurit, pancing Garudo
ke lobang yang terakhir.
Prajurit : Baik tuanku. Semua menyebar.

Sutan Gambang: Binasa lah kau Garudo...

Sutan Gambang: Timbun semua kepala Garudo itu prajurit.

Prajurit : Siap tuanku.

Dipertempuran itu, Sutan Gambang berhasil membunuh Garudo. Tujuh kepala Garudo dipenggal
dan terbuang ke liang lobang. Sementara badan Garudo terlempar ke sungai. 

Kematian Garudo terdengar ke penjuru negeri, hingga ke telinga rakyat Lobu Tua, termasuk Putri
Andam Dewi.

Mendengar kabar itu, putri Andam Dewi menghindar, dan bersembunyi kembali ke lobang pohon
besar tempat awal pesembunyiannya.

Sutan Gambang pun kecewa, dan lalu menyumpahi Putri Andam Dewi, karena telah ingkar dari
janjinya.
Adegan :

Sutan Gambang: Kenapa kau ingkar dari janjimu tuan putri. Aku bersumpah. Jika kau keluar dari
persembunyianmu. Kau tidak akan mampu dilihat manusia biasa, dan tidak akan tersentuh oleh
kehidupan manusia biasa. 

Suara halintar sambar menyambar....

Pengasuh : Tuanku jangan ucapkan sumpah itu. Ampuni lah tuan putri Andam Dewi.
Apa yang kau lakukan dengan janjimu tuan putri.

Setelah sumpah Sutan Gambang terucap keberadaan Putri Andam Dewi sampai kini tidak diketahui
siapapun, Putri Andam Dewi, bagaikan hilang ditelan bumi.

Sungai yang menjadi kuburan Garudo juga mengeluarkan aroma yang busuk selama berminggu-
minggu, hingga rakyat Lobu Tua menabalkan sungai itu, dengan nama Aek Busuk.

Sungai Aek Busuk, terletak di Desa Lobu Tua, kini menjadi bagian dari kecamatan Andam Dewi,
Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai