Anda di halaman 1dari 6

Judul : ASAL USUL SI PENJAGA HUTAN BUKIT DATUK DUMAI

Suatu hari datanglah saudagar Cina dengan tongkangnya ke Dumai melintasi selat
Malaka. Tongkangnya berlayar dengan ayunan gelombang yang tak begitu ganas dan diiringi
tiupan angin sepoi, saudagar Cina ini melihat sekelompok bakung (sejenis tumbuhan teratai yang
tumbuh diatas air) hanyut dihadapannya dan saudagar Cina terus mengarahkan pandangannya ke
bakung . Karena diatas bakung seolah-olah ada benda yang bergerak, mata saudagar Cina itu
terus mengarah ke bakung tersebut, alangkah terkejutnya saudagar Cina, karena ia melihat ada
anak harimau diatas bakung.

Saudagar Cina : “ wahai anak buah ku, kesini sebentar. Tolong lihat, apakah benar itu seekor
anak harimau?” (mengernyitkan mata)

Anak buah 1: (ikut melihat dan mengernyit)“ benar sekali tuan! Itu seekor anak harimau!. Tapi
bagaimanakah anak harimau tersebut bisa sampai kesitu?!”

Saudagar cina : “suruh yang lain untuk menurunkan layar dan sekoci. Kita akan menolong anak
harimau tersebut!”

Anak buah 1 : “baik tuan”( pergi memanggil anak buah yang lain)

Anak buah 1 : “ kawan! Kesinilah sebentar. Tolong saya untuk menurunkan sekoci ini”
(menunjuk sebuah sekoci)

Anak buah2 : “kita masih ditengah perjalanan. Untuk apa kamu menurunkan sekoci ini?”

Anak buah1 : “ tidakkah kau lihat diatas bakung tersebut? Ada seekor anak harimau!”( menunjuk
kearah anak harimau)

seluruh orang yang ada didalam tongkang menjadi hiruk pikuk melihat keadaan anak harimau
ini. Dari mana asalnya anak harimau itu? Mereka hanya mengira saja, berbagai penafsiran mulai
muncul dari orang yang ada ditongkang, ada yang mengatakan lepas dari induknya, ada yang
mengatakan dibawa air bah (banjir besar) dari sungai Siak, ada yang mengatakan harimau
melahirkan diatas bakung lalu hanyut.

Saudagar cina : “ bawa anak harimau itu naik keatas kapal.”

Anak buah2 : “ tapi bagaimana jikalau anak harimau ini menyakiti kita yang ada didalam kapal?”
(menggendong anak harimau)

(saudagar mendekati anak harimau tersebut dan berbisik)

Saudagar cina : “ kami semua jangan diapa-apakan, karena kami disini semua ingin
menyelamatkan engkau. Itulah niat kami” (mengelus kepala anak harimau)
Lalu anak harimau itu diangkat kemudian dimasukan kedalam sampan tunda, perhatian semua
orang tertuju pada anak harimau. Setelah selamat, anak harimau tersebut dimasukan kedalam
tongkang saudagar Cina. Pelayaran terus berlanjut ke Dumai untuk mencari kayu bakau di
sentohulu, saudagar Cina ini berlabuuh dikuala sungai Dumai karena kehabisan tembakau dan
ingin naik kedaratan.

Saudagar cina : “kita berhenti disini sebentar. Kita kehabisan tembakau!” (memerintah kepada
anak buah)

Anak buah1 : “siap tuan!”(menepi kapal)

Sampailah saudagar disebuah kedai di Pangkalan Sesai. Kebetulan kedai ini dimiliki oleh Siti
Zaleha, suaminya bernama Tengku Ibrahim Al-Rauf, didaerah ini orang sangat mengenal Siti
Zaleha. Karena ia memiliki keajaiban yaitu memiliki susu panjang sebelah kanan.

Siti Zaleha : “selamat siang tuan.” (menundukan kepala)

Saudagar cina : “siang kembali, Siti Zaleha. Saya ingin membeli beberapa tembakau.” (melihat
lihat isi kedai)

Siti Zaleha : “tunggu sebentar tuan, akan saya ambilkan.” (pergi kedalam kedai)

Saudagar cina : (mengangguk sambil tersenyum)

Tengku Ibrahim : (keluar dari dalam kedai) “selamat datang tuan”

Saudagar cina : “apa kabar wahai Tengku Ibrahim?” ( menepuk bahu Tengku Ibrahim)

Tengku Ibrahim : “sehat-sehat saja. Saya harap tuan juga sehat selalu. Apakah itu wahai tuan?
(melihat kearah tas yang disandang oleh saudagar)

Saudagar cina : “ saya dan anak buah baru saja menemukan anak harimau ini diperjalanan tadi
menuju Dumai” (mengeluarkan anak harimau dari tas)

Tengku Ibrahim : “benarkah itu wahai tuan? Bagaimana anak harimau tersebut bisa terjebak
ditengah lautan? Mustahil sekali, tuan” (wajah heran)

Saudagar cina: “saya juga sempat bingung. Dia terjebak diatas bakung.”

Siti Zaleha : “ini tembakaunya wahai tuan ku.” (member sebungkus tembakau). Apakah itu
seekor anak harimau? (melihat dengan wajah heran)

Saudagar cina : “betul. Ini adalah anak harimau. Maukah kau melihatnya?” ( memberikan anak
harimau kepada Siti)

Tengku Ibrahim : “hati-hati, nanti kau digigit.”


Saudagar cina : “tenang saja, dia masih belum banyak bergerak”

Siti Zaleha : “bagaimana kalau anak harimau ini tuan berikan kepada ku?” ( menggendong anak
harimau )

Saudagar cina : “benarkah kau menginginkannnya? Kalau begitu tukar saja dengan tembakau”

Tengku Ibrahim : “kau yang benar saja Siti?” (wajah terkejut)

Siti Zaleha : (mengangguk dengan pasti)

Siti Zaleha amatlah senang mendapatkan anak angkat walaupun hanya seekor anak harimau.
Pada waktu itu Siti Zaleha baru mempunyai satu anak bernama Bakar. Usianya lebih kurang
empat belas bulan. Hari berganti, bulanpun berganti. Bakar dan anak harimau ini sangatlah saling
menyayangi. Melihat hal tersebut, kedua suami istri sangatlah gembira. Sejak mengangkat anak
harimau, banyak kemajuan yang ia peroleh terutama rezekinya bertambah, kedainya bertambah
maju, orangpun banyak berdatangan melihat anak harimau sekaligus berbelanja dikedainya.

Orang kampung : “lucu sekali harimau ini. Kau dapatkan dari mana?” (mengelus kepala
harimau)

Siti Zaleha : “beberapa bulan yang lalu, ada saudagar cina yang memberikannya kepada ku.”

Orang kampung : “jangan-jangan ini harimau sakti ! lihat saja kedai mu bertambah ramai! “

Tengku Ibrahim : “ sakti apanya, ini anak harimau biasa saja”

Orang kampung : “tidak ada yang tahu, Tengku. Benarkan, Siti?”

Siti Zaleha : (tersenyum)

Setelah usia Bakar lebih kurang dua tahun, Bakar ditimpa penyakit. Penyakit yang di derita oleh
Bakar tidak dapat tertolong oleh obat apapun. Bakar hanya terbaring lemas didalam rumah.

Siti Zaleha : “ bagaimana kita bisa menyembuhkan Bakar?” (berkata dengan sedih kepada
Tengku)

Tengku Ibrahim : “ kita sudah membawa bakar ke kampung sebelah untuk disembuhkan tetapi
tidak ada yang tahu apa penyakit yang diderita Bakar”

Siti Zaleha : “ sekarang kita hanya bisa berserah diri dan berdoa.” ( memeluk Bakar yang sedang
tidur)
Akhirnya Bakar meninggal dunia, tinggallah anak harimau yang diangkat Siti Zaleha. Lalu Siti
Zaleha memberi nama anak harimau ini Unggal Bakal. Kemudia orang leboh mengenalnya
dengan nama Tunggal Bakal.setelah Tunggal Bakal berusia enam tahun, ayah angkatnya atau
suami Siti Zaleha yakni Tengku Ibrahim Al-Rauf meninggal dunia pula. Ramailah orang
berdatangan menziarahi Siti Zaleha dan Tunggal Bakal dalam kesedihan. Dan beberapa orang
menggali kubur untuk mengubur jenazah Ibrahim Al-Rauf.

Namun, saat jenazah hendak dikebumikan, Tunggal Bakal menghempas-hempaskan diri di


kuburan. Orang yang melihatnya merasa ketakutan.,

Siti Zaleha : “ hai anakku, kalau kau sayang dengan bapakmu, tidak begini caranya. Menurut
adat orang kami, sesudah orang meninggal harus dikendurikan selama tiga hari. Sebaiknya
engkau pergi mencari rusa ditengah hutan, untuk kenduri bapakmu.” ( menyentuh kepala
harimau)

Mendengar itu, Tunggal Bakal meloncat dan lari secepat kilat, sementara Tunggal Bakal pergi,
orang-orang dikuburan cepat-cepat memasukan jenazah almarhum untuk di kuburkan.

Setelah selesai upacara jenazah Tengku Ibrahim, para takziah kembali ke rumah. Dan tak lama
kemudian, Tunggal Bakal datang membawa rusa paling besar, tanduknya bercabang enam. Rusa
itu masih hidup hanya saja tangan dan kakinya dipatahkan. Rusa tersebut dimasak untuk kenduri.
Rusa tersebut tak habis dibuat kenduri selama tiga hari karena dagingnya cukup banyak.

Setelah kejadian tersebut, tinggalah Tunggal Bakal bersama sang ibu angkatnya. Mereka
kesepian karena orang yang mereka cintai telah meninggalkan mereka untuk selama lamanya.
Yang paling sulit adalah untuk berkomunikasi dengan Tunggal Bakal namun Siti Zaleha tetap
menjaga jangan sampai Tunggal Bakal meronta-ronta.,

Entah beberapa purnama lamanya hidup Siti Zaleha berduaan dengan Tunggal Bakal. Terpikirlah
Siti Zaleha tentang peristiwa meninggalnya Tengku Ibrahim. Sewaktu ingin dikebumikan.
Tunggal Bakal menghempas-hempaskan badannya di kuburan sehingga orang ketakutan untuk
mendekati kuburan Tengku Ibrahim. Siti Zaleha : “ wahai anakku, mak ini sudah tua. Kalau aku
mati, tentu orang susah untuk menguburkan. Orang kampung akan takut kau akan mengamuk
dikuburan seperti pada waktu meninggal bapakmu dulu “ (duduk disebelah harimau)

Tunggal bakal : (merenung dan menatap Siti)

Siti Zaleha : “aku berpikir, bagaimana jika engkau tinggal dibukit Gurun Panjang. Aku akan
meninta tolong orang kampung untuk mengantarkan mu”

Siti Zaleha mempersiapkan barang-barang dan sampan untuk mengantar Tunggal Bakal. Orang
kampung pun juga sudah berdatangan untuk mengantarkan Tunggal Bakal.

Orang kampung 1 : “mengapa kau ingin memindahkan harimau ini ke bukit?” (mengelus kepala
harimau)
Orang kampung2 : “ bukankah, kau juga sudah sangat dekat dengan harimau ini?”

Siti Zaleha : “umurku sudah tua, aku khawatir jika tidak bisa menjaganya dan jika saya mati
kelak, takutnya dia akan mengamuk seperti dulu”

Orang kampung 2: “baiklah jika itu yang kau inginkan, kami akan membantu membawa harimau
ini ke bukit”

Setelah Siti Zaleha dan orang-orang mengantar Tunggal Bakal ke bukit, maka merekapun pulang
menaiki sampan melalui Sungai Dumai. Sampailah mereka ke rumah. Alangkah terkejutnya Siti
Zaleha melihat Tunggal Bakal berada pula didepan rumah. Keesokan harinya, Siti Zaleha
kembali mengantar Tunggal Bakal ke bukit dengan sampan. Para rombongan juga ikut
mengantar, lalu Siti Zalehs naik keatas bukit bersama rombongan dengan tangisan yang tak dapat
ditahan.

Siti Zaleha : “janganlah kamu pulang kerumah lagi, Tunggal. Tinggal lah disini”

Tunggal Bakal : (mengaum)

Siti Zaleha : “dengarkan kata-kata ku”

Tunggal Bakal : (mengangguk dengan tatapn sedih)

Kesedihan Tunggal Bakal terlihat diwajahnya. Walaupun Siti Zaleha hanya seorang ibu
abngkatnya, ia tetap menganggap sebagai ibu kandung karena telah membesarkannya sekaligus
menyusui Tunggal Bakal. Setelah rombongan kembali kerumah, lagi-lagi mereka terkejut karena
Tunggal Bakal telah berada dirumah. Kejadian kali ini membuat Siti Zaleha hampir tidak
mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Siti Zaleha : “anakku sayang, apa yang kamu mau nak? Ibu tidak mengerti bahasamu. Ibu mohon
kepadamu supaya kamu member tahu ibu didalam mimpi.”

Orang kampung 1 : “dia benar-benar tidak bisa berpisah dengan mu, Siti.” (mengelus pundak
Siti)

Siti Zaleha : “ tapi dia sudah harus lepas sebelum aku mati”

Setelah tiga hari kemudian, tepatnya malam Jumat. Siti Zaleha bermimpi Tunggal Bakal
bercakap-cakap dalam mimpi itu.

Tunggal Bakal : “ ibu, aku ingin tinggal dibukit dengan beberapa syarat”

Siti Zaleha : “syarat apakah yang ingin kamu minta anakku?”

Tunggal Bakal : “gantungkan kelambu kuning ditempat aku tinggal, dan bentangkan tabir tujuh
lapis serta datangkan aku dengan nasi kunyit pagar telur”
Siti Zaleha : “ibu akan penuhi permintaan tersebut”

Tunggal Bakal : (mengangguk)

Seluruh permintaan dalam mimpinya ia laksanakan, dan seterusnya Siti Zaleha memberitahu
rombongan untuk mengantar Tunggal Bakal ke Gurun Panjang atau bukiyt tempat tinggal
Tunggal Bakal.

Sesampainya Siti Zaleha di bukit, selain membawa nasi kunyit berpagar telur ayam dan
membentang kelambu kuning, juga memasang tabir tujuh lapis. Untuk kemudahan Tunggal
Bakal, Siti Zaleha juga menggali tanah untuk dibuat oerigi suapay senang anak angkatnya
minum.

Konon sampai saat ini perigi tersebut masih dijumpai yaitu dilokasi antara kompek perumahan
Pertamina Bukit Datuk dan Bukit Timah. Dan sampai saat ini dikalangan masyarakat Dumai
banyak yang mempercayai bahwa harimau ini dikenal sebagai Tunggal Bakal atau asal mula
harimau di Bukit Datuk, dan keturunan dari harimau ini kabarnya sampai saat ini masih
mengujungi dan mempergunakan sumur ini.

Karena dikalangan orang-orang tua dulu pantang menyebut nama harimau, maka mereka
menyebut harimau itu dengan sebutan “Datuk”, sehingga bukit ini diabadikan sebagai salah salah
satu nama kelurahan dikota Dumai yaitu kelurahanBukit Datuk

Anda mungkin juga menyukai