Anda di halaman 1dari 9

THE PRINCESS AND THE PAUPER

Dahulu kala, di sebuah wilayah kerajaan, terkisah dua orang bayi kembar yang
ditakdirkan dengan dua nasib berbeda. Tersebutlah Analise, seorang putri raja yang
hidup dalam kemewahan dan kebahagiaan. Sedangkan bayi satunya bernama Erica,
saying seribu saying, takdirnya berkata dia harus lahir dari keluarga yang dikepung
kemiskinan.
Tahun demi tahun berlalu, di kesehariannya Sang Putri disibukkan dengan tugas
kerajaan. Di sisi lain, Erica pun harus bekerja keras sebagai penjahit untuk Nyonya Cap
yang jahat. Walaupun kehidupan keduanya berbeda 180 derajat, namun, pada suatu saat.
langit telah memutuskan, untuk mempertemukan keduanya.
Pada suatu hari, bagai petir di siang bolong, Sang Penambang Kerajaan tergopoh-
gopoh mendatangi Ratu. Mengabarkan bahwa usaha pertambangan emas mereka berhasil
nihil. Kabar tersebut segera mengguncang seisi kerajaan. Ratu harus berpikir cepat,
penasihatnya sedang bertugas di luar daerah. Tetiba, terbesit ide di kepala Ratu, teringat
tentang Raja Muda yang sedang mencari Permaisuri.

Analise & Erica : (bernyanyi waktu yang sama, tempat berbeda)

Tiba-tiba, dari tempat Erica, Nyonya Cap datang.

Penjahit : “Nyonya Cap!”


Nyonya Cap : “Menurutmu aku buka usaha apa? Kabaret?”
Erica : “Sepertinya penjahitnya penjarat penghutang.”
Nyonya Cap : “Teruslah tertawa, dan kau akan bekerja untuku selamanya selama 30
tahun lagi!”
Erica : “Tapi, aku sudah bayar cicilan hutangnya untuk setahun.”
Nyonya Cap : “Oh ya. Bagaimana dengan bunganya? Orang tuamu seharusnya
memikirkan itu sebelum berhutang banyak!”
Erica : (diam, menunduk)
Nyonya Cap : (pergi dengan gerakan angkuh)
Erica & Analise : (meneruskan nyanyian mereka)

Di tempat Analise …

Ratu : “Anak ibu sayang, kau tahu ‘kan? Penting menikahi Raja Dominic ,
hanya itu cara untuk melindungi rakyat ….”
Analise : “Iya Ibu, tapi ...”

Tiba-tiba, masuk seorang pelayan.


Ratu : “Oh, lihat! Hadiah pertunangan lagi.. “
Analise & Erica : (menyanyi)

Dan jauh dari sana …di gua tambang.

Pelayan Menteri 1 : “Siapa idiot yang menaruh ini?” (mengangkat sebuah batu)
Pelayan Menteri 2 : “Oh, itu aku.”
Pelayan Menteri 1: “Mari kita ulang, kita mencari emas, apa ini terlihat seperti emas?”
Pelayan Menteri 2 : “Tidak.”
Pelayan Menteri 1 : “Apa terlihat berharga?”
Pelayan Menteri 2 : “Tidak.
Pelayan Menteri 1 : “Bisa membuatmu senang?”
Pelayan Menteri 2 : “Kurasa tidak.”
Pelayan Menteri 1: “Fokuslah, Nic! Kau butuh itu… (melempar batu kepada Pelayan
Menteri 2) … dan juga otak.”

Kemudian seseorang masuk, Pelayan Menteri 1 & 2 yang terkejut lantas mencari tempat
bersembunyi, mengintip seperti orang bodoh.

Preminger : “Wah, wah. Halo?”


Pelayan Menteri 2 : “Tuan Peminger, Anda kembali cepat?”
Preminger : “Tentu saja, kalian melihat aku di sini.”
Pelayan Menteri 2 : “Saya harap perjalan Tuan menyenangkan.”
Pelayan Menteri 1 : “Hehehe, ini emas terakhir dari tambang kerajaan, Tuan. Sudah ludes.”
Pelayan Menteri 2: “Ya, Tuan. Ini semua milik, Anda.”
Preminger : (mendesis jahat) “Ya, memang semua ini milikku. Akhirnya.”

Tak jauh dari sana, terebut dua peri yang sedang berbincang.

Midas : “Nikmatilah hidupmu sebisa mungkin, Kawan. Bersiaplah, hitungan


detik dari sekarang, kau akan kehilangan segalanya!”
Selafina : “Ayolah, berhenti berkhayal, Midas!”
Midas : “Menontohlah ketika tahkta akan jatuh ke tangan tuanku Preminger, dan
apapun yg menjadi miliknya tentu juga menjadi milikku.”

Sementara itu, di kamar Analise …


Analise : (Bergumam, sambil melihat cincin dengan kaca pembesar)
Kemudian Julian masuk, mengetuk pintu.
Analise : “Julian! Waktu yang tepat. Bagaimana menurutmu? Aku menamakan ini
besi kuningan. Bagus, tapi tidak berharga. Biasa disebut emas palsu.”
Julian : “Indah, Yang Mulia.”
Analise : “Yang Mulia? Kenapa formal sekali? Ini kan hanya aku.”
Julian : “Ratu mengirim saya kemari. Sepertinya Duta Besar telah tiba dengan
hadiah baru untuk Anda.”
Analise : “Duta Besar? Ya ampun, cepat sekali.”

(Raja Muda datang ke kerajaan bersama pelayan)

Prajurit : “Apakah Anda Duta Besar di bawah titah Raja Muda Dominic?”
Duta Besar : “Betul. Atas nama Raja Muda Dominic, saya memberikan hadiah ini
khusus untuk Tuan Putri Analise. Yang Mulia berharap Yang Mulia Ratu
berkenan menerima.”
Ratu : “Oh, terima kasih, Duta Besar. Putri Analise pasti sangat senang
menerimanya.”
Duta Besar : “Maafkan atas kelancangan saya, Yang Mulia. Tetapi, bolehkah saya
bertanya?” (sambil membungkuk)
Ratu : (mengangguk)
Duta Besar : “Sudahkah Yang Mulia mengatur tanggal pernikahan Tuan Putri?”
Ratu : “Bisakah kau atur untuk seminggu dari sekarang?”
Preminger : (kaget) “Hah? Satu minggu dari sekarang?”

(Ratu, Duta Besar, dan pulayan seraya menoleh serentak menatap Preminger).

Preminger : “Eum, saya piker itu keputusan yang tepat dan bijaksana, Yang Mulia.”
Duta Besar : “Baik, dimengerti, Yang Mulia. Saya akan segera menyampaikan berita
bahagia ini kepada Yang Mulai Raja Dominic.”

(Kembali ke Analise dan Julian, yang sekarang berada di balkon kamar Analise.)

Analise : “Bahagianya bisa bebas melakukan apapun keinginan kita.” (sambil


melihat 2 anak kembar.)
Dua anak kembar : (melihat ke arah balkon, menunduk, lalu melambai) “Halo, Tuan
Putri!”

(Analise tersenyum, memebalas lambaian tangan anak-anak itu.)


Analise : “Hei, bagaimana menurutmu wajah Raja Muda Dominic?”
Julian : “Saya yakin dia tampan, Yang Mulia.”
Analise : “Aku tahu aku harus menikah … demi rakyat … demi Ratu … tetapi ….
Ah, sudahlah.”

Keduanya lantas terdiam.

Julian : “Em, dulu Tuan Putri pernah bilang ingin datang berkunjung ke
kediaman saya. Apakah Tuan Putri masih penasaran?”
Analise : (mengangguk)
Julian : “Tuan Putri, Anda akan butuh mantel Anda.”
Analise : “Terima kasih.”

(Analise dan Jjulian turun ke desa, ke tempat kediaman Julian berada.)

Julian : (mengehela napas Panjang) “Tidak ada yg lebih baik dari udara segar
dan pemandangan indah.”
Analise : “Benar. Fyuh, rasanya lega keluar dari lingkungan istana, tidak ada yg
tahu siapa aku. Jadi yang mana rumahmu?”
Julian : “Hanya sebuah kamar biasa, Tuan Putri. Lantai 3 sebelah kiri, saya selalu
belajar di sana,” (menunjuk sebuah bangunan)

Analise : “Oh maaf, maksudku ....”

(Tak jauh dari sana, Midas mematai-matai keduanya.)


(Julian memetik bunga dan memberikannya kepada Analise)

Julian : “Contoh mawar yang sempurna.”


Analise : “Kesukaanku. Harum. Menyegarkan.”
Julian : (tiba-tiba seseorang memanggil Julian) “Mohon izinkan saya, Tuan
Putri. Saya mohon tunggu sebentar. Saya berjanji akan segera kembali.”

(Analise tidak sempat menjawab Damian. Dengan pasrah ia menunggu sembari


mengamati sekitar.)
(Tiba-tiba, Analise menangkap sayup-sayup merdu seseorang yang bernanyi.Tanpa sadar
dia mengikuti alunan suara tersebut.)

Erica : (bernyanyi)
Nyonya Cap : “Kau mengamen lagi?”
Erica : (terkejut) “Nyonya Cap?!”
(Nyonya Cap merampas celengan Erica yang berisi uang kumpulan Erica.)
Erica : “Itu milikku, Nyonya!”
Nyonya Cap : “Kau masih punya hutang padaku, ingat? Kau pikir kau bisa hidup
dengan menjadi pemangen jalanan? Kembalilah bekerja padauk, aku yakin
kau tidak ingin mendapat masalah yang lebih besar.”

(Nyonya Cap kasar melemparkan kembali celengan kosong Erica, kemudian segera
melenggang pergi. Di saat yang sama, Analise menghampiri Erica.)

Analise : “Lagu yang indah.”


Erica : “Terima kasih. Ibuku yang mengajarkanku menyanyi.”

(Keduanya tertawa, secara bersamaan membuka jubah masing-masing. Lantas terkejut


menyadari wajah orang di hadapan mereka.)

Erica : “Wow ….”


Analise : “Kita seperti saudara!”
Erica & Analise : “Siapa namamu?”
Erica : “Kau dulu.”
Analise : “Panggil aku Analise.”
Erica : “Kau punya nama yang sama dengan Tuan Putri.”
Analise : “Haha, begitulah.”
Erica : (menyadari situasi berlaku, cepat-cepat membungkuk) “Ah, saya Erica,
Yang Mulia. Bolehkah Anda berada di tempat seperti ini tanpa
pengawal?”
Analise : “Aku hanya jalan-jalan sedikit. Memanfaatkan kebebasan terakhirku
sebelum terperangkap dalam pernikahan yang tidak pernah kuharapkan.”
Erica : “Ya setidaknya anda bukan pelayan.”
Analise : “Kau seorang pelayan?”
Erica & Analise : (bernyanyi)
Analise : “Jadi kau seorang penyanyi?”
Erica : “Bukan, Tuan Putri. Saya bekerja di rumah siksa Nyonya Cap- eh,
maksudnya, saya seorang penjahit.”
Analise : “Ah, aku suka baju buatan Nyonya Cap.” (menunjukkan gaunnya).
Erica : “Sayalah yang membuat baju yang Anda pakai.”
Analise : “Kau yang membuat ini? Modelnya cukup rumit, tapi ini salah satu
favortiku.”
Erica : “Senang mendengarnya, Tuan Putri.”
Julian : (datang tergesa-gesa) “Maaf sudah meninggalkan Anda terlalu lama
Tuan Putri. Sayangnya waktu jalan-jalan telah berakhir, mohon izinkan
saya mengantar Anda pulang. Eh, Anda bertemu Erica?”
Analise : “Oh, kalian saling kenal?”
Erica : “Betul, Tuan Putri, kami berteman sejak kecil.”

Keesokan harinya, sang Putri menghilang. Seluruh penjuru istana dilanda kepanikan.
Julian adalah salah satu orang yang paling sibuk mondar-mandir mencari Tuan Putri. Setelah
berjam-jam pencarian sia-sia, Julian memanggil Erica untuk menjadi pengganti Analise
sementara demi meredam kepanikan istana. Tak lama kemudian, Erica berhasil
diseliundupkannya masuk istana.

Julian : (menyodorkan rambut palsu yang mirip dengan rambut Analise)


Erica : “Em, Julian, sebetulnya masih ada satu masalah kecil lagi. Aku tidak
tahu c aranya menjadi Tuan Putri.”
Julian : “Tentu saja, serahkan saja padaku. Kamu hanya perlu melakukan semua
yang ada di Buku Etika Sang Putri.”

Beralih ke aula besar kerajaan.

Duta Besar : “Sudah resmi karena hilangnya Tuan Putri, maka pernakahan dengan
Raja Dominic dibatalkan.”
Preminger : (tersenyum keji)

Tiba-tiba, dari pintu utama, Julian muncul, bersama ‘Tuan Putri’ palsu.

Julian : “Tunggu, Yang Mulia! Saya persembahkan Putri Analise.”


Ratu : “Analise …?”
Preminger : (tercengang)
Erica : (tiba-tiba tersandung, jatuh) “Aduh.”
Ratu : “Sayang, kau tidak apa-apa? Kau kemana saja dari tadi? Membuat Ibu
khawatir.”
Erica : “Maafkan aku, seharusnya aku tidak lari.”
Preminger : “Hah?”
Ratu : “Berjanjilah kau tidak akan pergi lagi!”
Duta Besar : “Mohon maaf, Yang Mulia, pernikahan tetap dibatalkan.”
Raja Dominic : (uhuk!)
Duta Besar : “I-iya, iya. Tetapi, perjanjian tetap berjanjian. Pernikahan akan tetap
dilangsungkan. Besok, Raja Dominic akan datang sebagai mempelai pria.”
Ratu : “Bagus sekali.”
Erika : “Hah? Besok?”
Ratu : “Dan pernikahan akan segera dilangsungkan! Oh, ada yang melihat
kacamataku?”
Preminger : “Atas izinmu, saya akan mengatur kembali acaranya.”
Lepas percakapan selesai, Preminger segera memisahkan diri setelah keluar dari aula.
Lewat jalan rahasianya, ia pergi menuju Hutan Barat. Julian yang melihat gerak-gerik aneh
Preminger menyimpan curiga. Tanpa tedeng alih-alih, segera mengikutinya diam-diam.

Julian : “Apa yang Preminger di Hutan Barat?”

Benarlah dugaan Julian, Putri Analise diculik oleh pelayan Preminger. Putri Analise
disekap di rumah tua, pelosok Hutan Barat. Diberi tugas menjaga Tuan Putri, Pelayan 1 dan
Pelayan 2 menunggu sambal bermain kartu.

Praminger : “Hei. kalian! Perlihatkan kepadaku dimana Tuan Putri?”


Pelayan Menteri 2 : “Baik, Tuanku.”

(mereka pun melihat Tuan Putri Analise yang masih terikat di ruang tahanannya.)

Praminger : “Bagus. Jika sekiranya kalian punya waktu luang, bunuhlah Tuan
Putri!”
Pelayan Menteri 2 : “Kapan waktu luang kami, Tuan?”
Pelayan Menteri 1 : “Sekarang?”
Pelayan Menteri 2 : “Jangan, Bodoh! Darahnya akan mengotori jubahku. Terserah. Aku
tidak ingin Tuan Putri hidup sampai esok hari!”
Analise : “Tolooongg … tolooong!!!”
Pelayan Menteri 1 : “Maafkan saya Tuan Putri.”

(Bersamaan dengan Praminger yang pergi meninggalkan tahanan. Putri pun bersedih
karena hidupnya sudah tidak lama lagi.)

(Malamnya, seseorang menyusup masuk, mengangetkan Analise.)

Julian : “Maafkan saya Tuan Putri. Tenanglah, ini saya Julian.”


Analise : “Julian?”
Julian : “Izinkan saya melepaskan ikatan Tuan Putri.”

(Tiba-tiba, tersengar langkah-langkah dari arah luar. Kedua pelayan Praminger telah
mengasah tajam senjata mereka. Julian segera bersembunyi. Atmosfer tegang menggantung di
langit-langit ruangan. Tanpa sepatah kata apapun, Pelayan Menteri 1 mengayunkan senjatanya
kepada Analise. Namun, sebelum benda tajam itu merobek tubuh Analise, Julian cekatan
memukul kedua pelayan Praminger sampai jatuh pingsan. Tanpa membuang waktu lagi,
keduanya langsung lari menyelamatkan diri. Di istana, Preminger berlagak membawa berita
besar. Praminger berencana memberi tahu Ratu bahwa yang berada di istana bukanlah Putri
Analise yang asli.)
Ratu : “Semuanya berjalan lancar. Terima kasih atas kerja kerasnya, Duta
Besar. Esok hari, kedua kerajaan akan segera Bersatu. Kau siap, Sayang?”
Erica : “Si-siap ….”
Raja dominic : “Untuk calon pengantinku,” (sambal memberikan cincin kepada Erica)

(Sekonyong-konyong, Preminger datang. Seluruh perhatian tertuju padanya.)

Preminger : “TANGKAP DIA!”

(Dua prajurit suruhan Praminger segera menahan tangan Erica.)

Ratu : “Praminger, apa yang kau lakukan?”


Erica : “Lepaskan aku!”
Raja Dominic : “Lepaskan Tuan Putri!”
Praminger : “Dia palsu. Dia orang miskin!”
Ratu : “Apa maksudmu? Betapa lancangnya kamu kepada keluarag kerajaan?”
Preminger : “Saya hanya menemukan kebenaran, Yang Mulia.” (membungkukan
badan kepada Ratu )
Praminger : “Tidakkah Anda heran melihat tingkah Julian belakangan ini? Dia
bersetongkol dengan penipu ini! Mereka menculik Tuan Putri dan
menyekapnya di tambang kerajaan, mereka berencana menikahkah putri
palsu dengan Raja Dominic, dan mengambil alih takhta kerajaan.”
Raja Domini : “Dan bukti apa yang kau miliki untuk cerita yang tidak masuk akal ini?”
Preminger : “Saat saya tahu hal ini, saya berusaha menyelamatkan Tuan Putri, tapi
terlambat. Mereka menghancurkan pertambangan, membunuhnya,
dan kurasa inilah yang berhasil saya temukan.” ( sambil mengacungkan
cincin Putri Analise kepada Ratu )
Ratu : “TIDAK!!! Tidak mungkin …” (terkejut dan langsung menangis)
Preminger : “Periksalah keningnya! Saya jamin tidak ada tanda lahirnya!”
Ratu : “Oh … dia benar.”
Raja Dominic : “Aku tidak percaya.” ( sambil menggelengkan kepala )
Erica : “Sa-saya bisa jelaskan ….”
Preminger : “Masukkan dia ke penjara!”
Erica : “Tidak, tunggu!!” (menghampiri Raja Dominic)
Erica : “Saya memang bukan Tuan Putri, tapi saya tidak pernah menyakiti
siapapun!”
Duta Besar : “Sungguh mengerikan! Ini benar benar sangat kejam!”
Erica : “Aku hanya ingin menyelamatkan Tuan Putri dari diaa!!” (sambil
menunjuk kepada Preminger)
Preminger : “Penjara!!” (menunjuk kepada Erica)
Ratu : “Putriku … putriku yang malang.” (menangis )
(Julian dan Putri Analise yang berhasil kabur akhirnya sampai di istana. Di sisi lain, Raja
Dominic berhasil membebaskan Erica dari penjara. Namun, usaha Preminger untuk menikahi
ratu hampir berhasil.)

Preminger : “Sebentar lagi, tahktamu akan jatuh ke tanganku. Tersenyumlah, Yang


Mulia, Anda akan menjadi istriku.”

(Secara bersamaan Julian, Analise, Erica dan Raja Dominic tiba aula istana, hari
pernikahan.)

Wali akad : “Apa Anda, Preminger, menerima Ratu sebagai istrimu?”


Preminger : “Ya, bagaimana bisa ku tolak?” (menyeringai)
Wali akad : “Dan Anda, Ratuku, menerima pria ini sebagai suamimu?”
Ratu : “Aku … aku … aku … meneri-“ (tergagap)
Analise : “Tunggu!!”

(Ratu dan Premiger terkejut melihat kedatangan rombongan Putri Analise.)

Analise “Hentikan pernikahannya, Ibu!”


Ratu : “Analise?! Bukannya ….”
Preminger : “Dia penipu Ratu! Mereka penipu!”
Ratu :“Pengawal, tangkap dia! Dialah penipunya!” (menunjuk preminger )

(Preminger berusaha kabur, namun berhasil ditangkap oleh para pengawal.


Dijebloskanlah Preminger ke penjara bawah tanah).

Putri Analise menceritakan semua yang tejadi. Semuanya kejahatan Preminger, dan
tipu muslihat sabotase Preminger setelah penyelidikannya dengan Julian. Setelah
ditelusuri perkataan Analise semuanya terbukti benar. Di bawah kepemimpinannya,
industri kristal berkembang, dan kerajaan, terselamatkan.
Pada akhirnya, Putri Analise dan Julian menikah. Begitu juga dengan Erica bersama
Raja Dominic. Mereka pun bahagia selamanya.

TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai