Anda di halaman 1dari 30

Putri dan Sahabatnya Kelinci

Tema : Dongeng dan Khayalan


Judul : Putri dan Sahabatnya Kelinci
Tokoh Utama : Tuan Putri, Kelinci, dan Ibu Peri
Deskripsi Karakter
Tuan Putri : Ceria, cantik, baik hati, dan tidak sombong
Kelinci : Setia
Ibu Peri : Penolong, pemilik kekuatan sihir terhebat

Di suatu desa yang indah, di tengahnya berdiri sebuah kerajaan megah, hiduplah seorang putri
yang cantik. Ia masih berumur 9 tahun, sering bermain di taman belakang kamarnya sendirian.
Suatu hari Ia tidak sengaja menemukan seekor kelinci di taman. Jalannya pincang, ternyata kaki
si kelinci tertusuk duri tajam. Tidak tega melihat kelinci kecil dan lucu itu kesakitan, tuan putri
kemudian mencabut duri dari kakinya.

Putri : Aduh, kamu kasian sekali tuan kelinci! (melihat bagian kaki, kemudian mengambil duri
yang tersangkut di kakinya) Nah, ternyata ini yang membuatmu kesakitan, tuan kelinci! Dasar
duri jahat, pergi sana jangan sakiti tuan kelinci (sambil tersenyum, tuan putri menggendong anak
kelinci ke dalam istana)

Si kelinci kemudian tinggal bersama putri hingga dewasa, mereka selalu bermain bersama keluar
istana. Hingga suatu saat terdapat sebuah acara pertunjukan di desa yang membuat putri ingin
melihatnya. Ia pun pergi ditemani dengan si kelinci tanpa pengawal.

Putri : (menaikkan tudung kepalanya sambil berjalan keluar istana)Ayo tuan kelinci.

Kelinci : (melompat sedikit lebih cepat mengikuti langkah kaki tuan putri).

Di tengah perjalanan tiba-tiba putri diculik oleh kawanan penjahat, dan segera dimasukkan ke
dalam kereta berkuda yang larinya cukup cepat. Tidak kehabisan akal, si kelinci melompat
masuk dengan cepat ke dalam kereta itu.
Di suatu tempat yang gelap putri dikurung di dalam sebuah sel, matanya ditutup beserta
mulutnya, sementara si kelinci berhasil menyembunyikan diri dari kawanan penjahat. Kelinci itu
berhasil menemukan putri tapi Ia kehilangan akal untuk membebaskan putri dan melawan
kawanan penjahat itu. Si kelinci pun menangis dan meminta pertolongan agar bisa mencari cara
membebaskan sang putri.

Tiba-tiba di dalam sel yang gelap muncul cahaya terang yang sinarnya makin membesar, si
kelinci pun silau karena sinarnya tersebut.

Ibu Peri : (muncul sambil mengacungkan tongkat dan tersenyum pada si kelinci) Pangeran, kamu
telah menjadi sahabat tuan putri dengan setia menemaninya sejak kecil. Kini kutukanmu
kubebaskan (terdapat bunyi suara “cling”).

Si kelinci yang sudah tumbuh besar tubuhnya dikelilingi sinar seluruhnya, kemudian berubah
menjadi pangeran gagah yang sangat tampan.
Ibu Peri : Selamatkan tuan putri, pangeran! Waktumu hanya 2 jam, jika lebih dari itu maka
tubuhmu berubah menjadi seekor kelinci kembali (ibu peri pun menghilang seketika).

Pangeran segera berlari ke lokasi sel tuan putri, kemudian meebut pedang penjaganya dan
mengalahkannya dengan gerakan cepat. Ia berhasil membuka sel tuan putri dan melepaskan
ikatannya. Setelah membuka penutup mulut dan matanya, sang putri pun terkejut melihat
seorang pangeran tampan di depannya.

Pangeran : Ayo kita pergi, Putri! Cepat, ayo lari (sambil menggenggam tangan putrid an
mengajaknya keluar sel serta ruangan gelap yang tidak mereka kenal).

Putri : (tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mencapai batas ruangan terluar) Tunggu! Di
mana perginya tuan kelinciku? (membalikkan badan, namun segera dicegah oleh pangeran)

Pangeran : (memegang pundak tuan Putri) Putri, aku ini kelincimu yang selama ini
menemanimu. Sebenarnya aku adalah seorang pangeran yang dikutuk. Waktu kita singkat, ayo
kita segeri meninggalkan tempat ini terlebih dulu (kembali menarik lengan putrid an
mengajaknya berlari kencang hingga sampai ke istana)

Di istana semua orang telah menunggu putri dengan cemas. Saat putri dan pangeran tiba di istana
semua terkejut sekaligus senang melihat kehadiran putri yang baik-baik saja. Melihat hal itu,
Raja mendatangi sang putri dan pangeran. Raja percaya bahwa si pangeran adalah penyelamat
anaknya, kemudian secara mendadak Raja mengumumkan berita untuk acara pernikahan Putri
dengan Pangeran. Mereka pun akhirnya saling mengenal dan berbagi cerita seperti di masa
kecilnya.
Preman Negeri Sampah

Terdapat suatu negeri yang terdiri dari 10% oksigen dan 80 % sampah, juga 10% bahan lainnya,
negeri itu dikenal dengan sebutan negeri sampah. Sampah mendonimasi sebagian besar negeri
itu, jalan terhias sampah, bukit dari sampah, dan minuman dari air. Karena keadaanya yang
sangat amat teramat mengenaskan, alhasil banyak orang yang menganggur disana. Pada suatu
ketika, terdapat 2 ekor preman yang bernama Jeremy dan Joko yang sedang dilanda masalah.
Apa masalahnya dan apa yang akan mereka lakukan? Kita langsung saja ke KTP!

Jeremy : “Jok, udah 1 minggu kita ga dapet penghasilan nih,”


Joko :”Kita nyari kerjaan sampingan gimana?”
Jeremy :”Boleh juga tuh. Apaan kerja sampinganya?”
Joko :”Kita udahan dulu jadi preman, kita cari pekerjaan yang lebih mulia, yang lebih barokah,
yang bisa ngebahagiain orang tua, kita jadi tukang palak aja gimana?”
Jeremy :”Ya, sama aja,”
Joko :”Jadi pencuri,”
Jeremy :”Sama aja,”
Joko :”Jadi penculik?”
Jeremy :”Nah, itu baru pekerjaan laki sejati,”
Joko :”Oke. Korban pertama, lu yang cari,”
Jeremy :”Sip. Bisa diatur, nomi piro,”
Joko :”Kan nanti kita dapet duit,”
Jeremy :”Okeh,” (pergi)

Setelah 1 jam 42 menit 1,867 detik. Akhirnya Jeremy datang kembali.


Joko :”Lho, kok datang sendiri?”
Jeremy :”Gue gagal, hampir aja digebukin,”
Joko :”Kenapa bisa gagal?”
Jeremy :”Tdi gue udah ngebidiknih. Wah kayaknya ini anak orang kayaknih, tapi dia sama
bapaknya, jadi gue tunggu sampai bapaknya pergi’kan. Gue udah nunggu lamaaaa banget.
Akhirnya gue samperin tuh bapak-bapak. Terus gue bilang ‘Pak, boleh ga minggir sebentar, saya
mau colik anak bapak’ gue udah bilang baik-baik malah mau dipukul!”
Joko :”Ya, iyalah. Lu jangan bilang mau nyulik dong,”
Jeremy :”Ya mending gue terus teranglah, daripada gue pura-pura jadi orang baik kayak orang
digedung-gedung gede itu,”
Joko :”Tapi kenapa ga langsung culik aja, langsung bet culik, udah selesai,”
Jeremy :”Tadi gue udah kayak gitu, eh malah bapaknya yang keambil,”
Joko :”Ada-ada aja, udah pergi cari mangsa lagi,”
Jeremy :”Oke,”

Beberapa detik kemudian datanglah orang lewat, setelah itu barulah Jeremy datang dengan
seorang perempuan yang dibilang cantik ga, dibilang jelek iya *plak. Maksudnya cantik banget.
Jeremy :”Ini bro,”
Joko :”Bagus. Siapa namanya?”
Susanti :”Susanti om,”
Jeremy :”Jangan panggil om, panggil aja mba, maksudnya mas,”
Joko :”Kamu anak orang kayak’kan?”
Susanti :”Lho kok tahu?”
Joko :”Keliatan dari lantainya. Nomor-nomor,”
Susanti :”Nomor apa?”
Joko :”Nomor sepatu, ya nomor telepone bapak kamu’lah. Jer, jer, siap-siap nelpon”
Jeremy :”Oke,” (ngambil hp)
Susanti :”08123456789,”
Jeremy :”Wih, nomornya nomor ganteng. Oke,” (menempelkan hp di telinga)
Jeremy :”Halo assalammu’alaikum. Passwordnya?”
Joko :”Ga pake password otak udang rebus. Sini sama gue,” (ngambil hp)
Joko :”Ini cara makenya gimana, ya?”
Jeremy :”Tinggal ngomong aja otak-otak,”
Joko :”Halo! Benar ini dengan bapaknya Susanti? Bapak sehat pa? Jadi gini pak, kebetulan anak
bapak kami sandra, dan kami minta tebusannya. Tebusanya ga besar, Cuma 500 juta aja kok pa,”
Jeremy :”Kegedean” (mukul punggung Joko)
Jeremy :”Nanti makenya gimana?”
Joko :”Jadi berapanih?”
Jeremy :”Gue juga ga tahu. Kita tanya harga pasarannya aja gimana?”
Joko :”Boleh juga tuh, harga pasarannya berapa neng?”
Susanti :”Kok nanya ke saya, tanya ke yang lain dong,”
Jeremy :”Pak pak pak. Sini sebentar pak,” (manggil satpam)
Satpam :”Ada apa mas?”
Jeremy :”Harga pasaran penculikan berapa ya pak? 500 juta dapet ga pak?”
Satpam :”Nah ininih! ini bahayanih, ini ga benernih, lu itu jangan sembarangan ngasih harga,
jangan sampai menjatuhkan harga pasar. Lo pikirin, lu kesini pake duit, makan pake duit, nelpon
pake duit, belom lagi keluarga lu dirumah ngurusnya pake duit, sekarang ini harga-harga
semuanya naik, keculi penghasilan rakyat. Coba sebutin tadi harganya berapa?”
Joko :”500 juta,”
Satpam :”Beeeuuh. Gocap aja cukup. Lu pikirin, kalo lo ketangkep terus digebukin nambah lagi
biaya rumah sakit. Orang-orang di gedung itu kerjanya cuma nanda tangan sama tidur aja gajinya
gede,”
Joko :”Okelah. Makasih pak,”
Satpam :”Semoga sukses, ya,” (salaman) (pergi)
Joko :”Jadi harganya gocap pak,”
Susanti :”Yaelah, masa harga gue gocap, naikin dikit dong,”
Joko :”Ini udah harga mati,”
Susanti :”200 juta aja gimana,”
Jeremy :’Boleh juga’tuh,”
Joko :”Terus buat apa kita nanya ke orang tadi? Tapi ga papalah. 200 jutanih, dil ya pak? Oke,”
Jeremy :”Gimana?”
Joko :”Tinggal nunggu hasil,”
Jeremy :”Tapi, itu orang punya duit sampe 200 juta ga yah? Ntar dia minjem dulu, terus jadi
lama kita nunggunya,”
Joko :”Bener juga’sih, tapi udah terlanjut, jadi gapapalah,”

Setelah 1,57 detik menunggu, akhirnya ayah Susanti pun datang dengan sejumlah uang.
Bapak :”Nih!” (ngasih uang”
Joko :”Eits! Bentar dulu pak, bapak dapet uang ini dari mana? Masa cepet banget dapet uangnya.
Jangan-jangan bapak koruptor ya. Jangan-jangan ini uang haramnih, maaf pak, uang haram kami
ga nerima,”
Bapak :”Enak aja uang haram! saya dapat uang ini dari sampah!”
Jeremy :”Lho, kok bisa?”
Bapak :”Ya saya daur ulang sampah, lalu jual, dapet uang deh,”
Jeremy :”Kalo sampah masyarakat bisa didaur ulang pak?”
Bapak :”Bisa dong,”
Jeremy :”Kalau wajah saja?”
Bapak :”Itu sudah permanen, ga bisa diubah,”
Joko :”Berarti beloh dong kami kerja di tempat bapak?”
Bapak :”Kalian jadi preman gara-gara ga ada lapangan kerjakan? Kalo gitu mulai sekarang
kalian kerja sama saya,”
Joko :”Siap pak,

Akhirnya Jeremy dan Joko bekerja dengan bapak Susanti. Sampah menjadi berkurang, begitu
juga dengan sampah masyarakat.
Dilema Sebuah Persahabatan

Pemain:

1. Ibu Husna
2. Mpok Wati
3. Uni Lita
4. Cik Yeyen
5. Ibu Sri
6. Ibu Besta
Keenam orang tersebut telah bersahabat sejak mereka duduk di bangku kuliah hingga sekarang
setelah mereka memiliki cucu dan tinggal di kota yang berbeda. Hingga suatu hari mereka
berkesempatan untuk berkumpul dalam rangka pesta ulang tahun Cik Yeyen.

Ibu Husna: senang sekali aku bisa kumpul kembali dengan kalian semua

Mpok Wati: iya. kangen sekali rasanya..pengen curhat – curhat seperti dulu lagi
Ibu Sri: met ultah ya Yen..semoga selalu sehat..panjang umur dan semua doa – doa yang terbaik
buat kamu
(kemudian satu persatu memberikan ucapan selamat sambil mencium pipi kana kiri)

Ibu Besta: kapan hari aku ketemu dengan Risma. Dia cerita banyak tentang kehidupannya
sekarang.
(Risma adalah saudara sepupu Ibu Besta yang terlibat urusan bisnis dengan Hasan, anak Ibu
Husna)

Ibu Husna: (terlihat tidak suka), cerita apa saja dia?

Ibu Besta: dia sedang mengurus sengketa tanah dengan Hasan. Laporannya di Polisi sudah P21
jadi sudah siap dimeja hijaukan

Mpok Wati: lho, ada masalah apa mereka berdua?


Uni Lita: sekilas siy aku dengar Risma membeli tanah dari Hasan tapi ternyata sertifikatnya
palsu

Ibu Husna: itu kan cerita versi Risma, kalian semua juga harus mendengarkan apa yang terjadi
versi Hasan. Bahwa yang terjadi sebenarnya adalah sebaliknya. ——
Risma yang menipu Hasan

Cik yeyen: walah walah..

Mpok Wati: trus kenapa masalahnya berlarut – larut ndak segera selesai?

Ibu Sri: bisa ngga mereka menyelesaikan masalah ini dengan cara kekeluargaan?

Ibu Besta: entahlah aku sendiri juga ndak tau

Ibu Husna: (dengan nada tinggi dan siap-siap meninggalkan meja) lihat saja nanti, Hasan pasti
bisa menjebloskan Risma ke penjara

Ibu Besta: (dengan nada tinggi juga) enak saja, memangnya siapa yang salah kok mau
menjebloskan Risma ke penjara. Lihat siapa yang lebih kuat nanti

Cik yeyen: eits..this is my party ladies..jangan bertengkar disini

Mpok Wati: malu tuh dilihat orang..sudah tua masih berantem saja

Uni Lita: sudahlah..apapun yang terjadi masalah itu kan diluar kalian berdua. Mereka menjalani
bisnis berdua juga bukan karena kalian. Bukan kalina juga yang mengenalkan

Ibu Sri: biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Toh mereka sudah sama – sama
dewasa

Cik yeyen: mosok gara-gara mereka bisa merusak persahabatan kita yang sudah terjalin lama
Mpok Wati: sudah, ayo saling memaafkan..aku ngga mau persahabatan kita ngga utuh lagi

Ibu Besta: maafkan aku ya

Ibu Husna: iya, aku juga minta maaf

Cik yeyen: naah gitu kan enak dilihat..


Kegiatan Pramuka

kegiatan pramuka malam itu terlihat menyenangan. Mereka bernyanyi bersuka ria. hingga
beberapa makhluk bumi ikut bergabung.

Edi:“hello brayy…”

Hendri:“wahai teman-temanku yang budiman. Bukan budi lho ya!”

Della:“kita kedatangan anggota baru nie”

Edi:“wih…siapa tuh!”

Della:“sini-sini mari bergabung bersama kami.”

Edi:“jangan takut,aku manusia kok. Entah yang lainnya?”

Hendri:“apa maksudmu?kamu mau bilang kalau kamu doank manusia hah?dasar kucing
garong.”

Della:“sudah-sudah,kalian ini bertengkar terus. Malu tau sama anggota baru.”

Hendri:“ayo,perkenalan dulu”

Citra:“hai teman-teman ,saya dari saka Bhayangkara. perkenalkan nama saya Citra,nama
panggilan citra,kepanjangan citraaaaaa….senang bertemu kalian”(dengan nada cepat.

Krik…krik…krik..

“hai citra…”serempak.

Della:”oke, Citra. Silahkan duduk bersama dengan anggota lainnya. ”


Hendri:”oke, hari ini kita akan kemah disini. Jadi persiapkan semuanya sebaik mungkin. ”

“siap, “dengan serempak.

Mereka semua sibuk menyiapkan persiapan kemah. Sedang Citra seorang anggota baru juga ikut
menyibukkan diri. Ia membawa beberapa potong kayu untuk dijadikan api unggun nanti. Saat
Citra sedang melangkah, tiba-tiba ada seseorang ada disampingya.

Gilang:”bisa gue bantu? ”

Citra:”tak usah, aku bisa kok. ”

Gilang:”ah… Tak apa, gue ikhlas kok. ”

Gilang berusaha mengambil kayu-kayu yang dibawa Citra. Pandangan mereka pun bertemu.

(song:pandangan pertama)

Gilang:”ah… Maaf-maaf. Mata gue ini memang nakal. “cengengesan.

“emb… Kenalkan gue Gilang. “sembari mengulurkan tangan.

Citra masih terpaku dengan uluran tangan Gilang.

Gilang:”kenapa? Tangan gue gak ada kotoran sapi kok! Dijamin bersih”sambil tersenyum.

Citra:”iya salam kenal, tapi aku tak bisa menyambut tanganmu. Tanganku masih menggendong
kayu. ”

Gilang:”oh… Iya mungkin gue lupa ingatan sebentar. ”

Saat kegiatan api unggun.


Edi:“hei, citra”

Citra:“iya,apa?”

Edi:”kamu sedang apa?”

Citra:”nunggu hujan uang”

Edi:“oooo… aku mau ngomong sesuatu”

Citra:“apa?”

Edi:“emb… Di dalam pramuka kita mengenal yang namanya Dasa Dharma yaitu sepuluh
kebajikan yang menjadi pedoman bagi pramuka dalam bertingkah laku sehari-hari. Tapi kali ini
aku akan mengikrarkan Dasa Asmara. Joko,ikrarkan Dasa Asmara”

Joko:“siap,laksanakan!

DASA ASMARA, tacipaparerahedibesu.

TA-tanamkan setia dalam jiwa

Ci-ciptakan hal terindah dalam kisah

PA-patuh pada calon mertua

PA-pastikan kamu selalu bahagia

RE-rela berkorban dan berjuang walau banyak saingan

RA-ramah dan tamah

HE-hemat pengeluaran
DI-disiplin berbelanja

BE-benci dikhianati

Lapor!Dasa Asmara selesai diikrarkan!”

Citra:“loh?kok cuman 9?mana yang ke-10?”

Edi:“tacipaparerahedibesu. SU-sudikah kau menerima cintaku?”

Citra:“mmmm…sebenarnya,aku punya perasaan padamu”

Edi:“benarkah?perasaan apa?”

Citra:“perasaan…ingin menendangmu jauh dari sini”

Edi:“apa?!!tega sekali kamu Citra. Taukah sakit…sakitnya tuh disini”

(song:sakitnya tuh disini)

Gilang:”hei… Guys. Gue lagi pusing nie! ”

Joni:”ente pusing? Minum oskadon, oskadon pancen oye”

Dandi:”heh… Loe itu! Temannya lagi susah kok malah bercanda sih! ”

Joni:”ya, apa salah ane? ”

Dandi:”banyak benget sampek gak bisa di itung”

Joni:”iya-iya ane ini emang kaya dosa”

Dandi:”nah tu tau! ”
Gilang:”udah donk guys, gue lagi galau nie! ”

Tiba-tiba gerombolang menghampiri ketiga mahluk itu.

Della:”galau? Kayak judul lagu aja! ”

(song:galau)

Dandi:”udah-udah, ganggu aja dech! Pergi sana… Hush! ”

Della:”dasar tikus got”

Gerombolan itu pun pergi.

Joni:”btw, nape ente galau? ”

Gilang:”sebenarnya gue suka…

Dandi:”OMg, jangan bilang kalau loe suka sama Joni, dia tuh dah jelek, bau, kaya dosa. ”

Joni:”heh, walau ente jelek-jelekin ane. Inget ane temen ente!”

Dandi:”kok, bisa-bisanya aku punya temen kayak loe ya! ”

Joni:”jahat”

Gilang:”gue suka sama Citra guys”

Dandi&Joni:”apa?! ”

Gilang:”gimana nih guys? ”

Dandi:”gue punya rencana nih”


Gilang:”apa? ”

Dandi:”besok loe akan tau sendiri. ”

Keesokan harinya.

Dandi:”woro-woro, semuanya harap berkumpul. ”

Gilang:”nanti yang aku tunjuk maju kedepan ya! ”

Gilang pun menunjuk Citra. Citrapun akhirnya maju kedepan.

Citra:”ada apa,lang?”

(song: percaya padaku)

Gilang:”maukah kau menerima perasaanku”

Citra:(mengangguk pelan)

“Cie….” serentak.

Edi:”apa-apaan ini rame-rame, kayak antri sembako! ”

Gilang:”loe kenapa sih, di? ”

Edi:”he, denger ya! Kamu itu cuma idup ngambang terus dilautan. kamu itu gak ada apa-apanya
sama aku. “Menunjuk-nunjuk Gilang.

Edi:”kamu Della, kalau aku boleh jujur. Aku kasihan sama kamu,yang cuma ngurusin orang-
orang sakit. Jangan-jangan kamu diam-diam menyebarkan virus.!”
Edi:”kamu juga Hendri, semua orang bisa kali kalau cuma nanem pohon, padi, hal-hal yang
berbau pertanian. ”

Gilang:”Edi!!! Stop!! ”

(song : stop)

Gilang:”tak sepantasnya loe ngomong gitu,di!saka adalah wadah pendidikan guna


menyalurkanan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para pramuka dalam berbagai
ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Iya gue tau loe dari saka bhayangkara, saka terbesar dan
berkembang di Indonesia. Tapi semua saka memiliki ketrampilan dibidang yang berbeda, dan
semua saka masih dilingkup pramuka. Kita hadir untuk saling melengkapi,bukan menyakiti. “.

Edi:”maaf, aku khilaf. Aku dibutakan oleh cinta dan api cemburu. Yang tak menyadarkanku
bahwa kita satu. ”

Gilang:”tak apa, Edi. Kami memaafkanmu. ”

Citra:”setidaknya kita masih berteman. ”

Edi:”iya terima kasih. ”

`
Putri Kemarau

Para Pemain:

1. Rakyat 1
2. Rakyat 2
3. Rakyat 3
4. Pengawal
5. Raja
6. Peramal 1
7. Peramal 2
8. Peramal 3
9. Putri

Narasi:

Pada zaman dahulu kala, tepatnya di wilayah Sumatera Selatan, terdapat Putri Kemarau. Nama
asli putri tersebut adalah Putri Jelitani. Dia disebut Putri Kemarau karena lahir pada musim
kemarau. Sayangnya, ibundanya sudah meninggal dunia, sehingga dia menjadi putri semata
wayang sang Raja. 

Raja tersebut adalah raja yang bijaksana. Negeri yang dipimpinnya begitu tentram dan
makmur. Namun, pada suatu ketika, negeri tersebut dilanda musim kemarau yang begitu
panjang.

Rakyat 1 : Bagaimana ini, apakah kau sudah mengamati kondisi negara beberapa bulan ini?

Rakyat 2 : Ya, negara ini tampak begitu menyedihkan. Ada banyak rakyat yang mengeluhkan
tentang musim kemarau ini. Mereka kekurangan air.

Rakyat 1 : Tidakkah kau berpikir, sebaiknya kita menghadap raja saja, agar beliau menangani
masalah ini?

Rakyat 2 : Aku setuju. Ayo kita ke istana.

(Dalam perjalanan, mereka bertemu dengan rakyat yang lainnya. Rakyat tersebut ikut
bergabung menuju istana untuk bertemu dengan raja).

Rakyat 3 : Kalian hendak ke mana?

Rakyat 1 : Kami ingin menghadap raja, agar mengatasi masalah kekeringan ini. Apakah kau
ingin ikut?
Rakyat 3 : Ya, aku ikut. Sawahku juga kering akibat musim kemarau ini.

(Mereka berjalan ke istana. Setibanya di istana, mereka bertemu dengan pengawal dan
pengawal tersebut mengantar mereka ke hadapan raja).

Raja : Ada perihal apa sehingga kalian datang kemari?

Rakyat 1 : Mohon maaf atas kedatangan kami Baginda. Maksud kami kemari ialah untuk
memohon kepada Baginda menanggulangi masalah yang tengah melanda negeri ini.

Raja : Baiklah, sebenarnya saya juga memikirkan masalah kemarau ini. Siang ini, saya sudah
mengundang para peramal untuk berkumpul di istana, dengan tujuan untuk menemukan jalan
keluar atas masalah ini.

Rakyat 3 : Baiklah Baginda, kami akan menunggu kabar baik dari Paduka. Kalau begitu, kami
mohon diri (memberi hormat dan keluar dari istana)

(Pada siang harinya, para peramal yang telah diundang oleh raja datang ke istana).

Peramal 1 : Mohon maaf Baginda, apa gerangan Paduka memanggil kami kemari?

Raja : Saya mengundang kalian dengan tujuan untuk mencari jalan keluar atas masalah
kekeringan yang terjadi sekarang ini.

Peramal 2 : Beribu maaf Baginda, kami tidak dapat menemukan solusi atas masalah ini.

Raja : Lalu siapakah yang bisa mengatasi masalah ini? (Raja tampak bersedih) Alangkah
kasihannya rakyat di negeriku. Mereka begitu menderita.

Peramal 3 : Maaf atas keterbatasan pengetahuan kami Baginda.

Raja : Baiklah, kalian boleh kembali.

Peramal 1 : Kalau begitu, kami pamit undur diri.

(Para peramal meninggalkan kerajaan. Sementara itu, raja dan para pengawal berkumpul di
ruang pertemuan)

Raja : Aku merasa begitu bersalah kepada rakyatku. Aku tidak mampu mengatasi penderitaan
mereka.

Pengawal : Ampun Baginda, saya telah mendengar kabar tentang seorang peramal yang amat
sakti. Peramal itu berada di desa yang jauh dari kerajaan ini dan sangat terpencil.

Raja : Benarkah? Aku harap dia dapat memberikanku solusi. Segera siapkan kereta. Aku akan
menuju ke desa itu.
Pengawal : Baik Baginda (undur diri dari hadapan raja).

(Raja segera bersiap-siap untuk menemui peramal yang dimaksud. Setelah itu, seluruh keluarga
kerajaan berkumpul)

Raja : Duhai anakku, ayah akan menemui seorang peramal yang ada di desa yang jauh dari
kerajaan ini. Selama kepergian ayah, ayah percayakan kerajaan ini kepadamu.

Putri : Baiklah, ayah. Aku akan mematuhi perintah ayah.

(Raja segera berangkat dan meninggalkan kerajaan. Setelah beberapa lama, raja pun tiba di
kediaman peramal yang dituju. Setelah mengetuk pintu beberapa kali, peramal itu membuka
pintunya).

Peramal : Suatu kehormatan bagi hamba, Baginda telah jauh-jauh datang ke gubuk hamba. Mari
silakan masuk. Mohon maaf, hanya sebuah hunian yang sederhana.

Raja : Ah, maaf telah mengganggu waktu Anda (kemudian masuk ke dalam rumah sang
peramal).

Peramal : Kiranya, apa yang membuat Paduka datang kemari?

Raja : Wahai Tuan Peramal, negeriku tengah dilanda musim kemarau. Rakyatku kesulitan dalam
menghadapinya dan aku tidak mempunyai jalan keluar. Tolong, apakah kau ada cara untuk
mengatasinya.

Peramal : (Mulai meramal dan terdiam sejenak) Baginda, ada petunjuk yang akan membawa
masalah tersebut keluar dari negeri paduka. Petunjuk tersebut akan segera muncul melalui mimpi
sang putri.

Raja : Baiklah Tuan Peramal. Aku akan menanyakannya kepada putriku. Terima kasih telah
membantuku.

Peramal : Terima kasih kembali, Baginda.

(Sang raja pun meninggalkan rumah peramal. Setelah sampai di kerajaannya, raja kemudian
menemui putrinya).

Raja : Wahai anakku, ayah sudah bertemu dengan peramal yang ayah ceritakan tempo hari. Dia
mengatakan bahwa petunjuk tentang jalan keluar atas masalah negeri ini akan datang dalam
mimpimu. Tidakkah kau bermimpi mengenai hal tersebut?

Putri : Mohon maaf ayah, aku belum mengalami mimpi tersebut. Akan tetapi, alangkah baiknya
jika masalah kekeringan ini kita serahkan saja kepada Tuhan?
Raja : Benarlah perkataanmu wahai Putriku. Maafkan ayah. Ayah sudah sadar dengan apa yang
seharusnya ayah lakukan.

(Malam pun tiba. Sang putri tertidur di kamar pribadinya. Saat tidurnya itu, putri bermimpi
bertemu dengan ibunya).

Ibu : Wahai putriku, apa yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera berakhir, apabila ada
seorang gadis yang bersedia berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.

(Putri segera terbangun dari tidurnya. Raja juga masuk ke dalam kamar Putri Kemarau untuk
menenangkannya).

Raja : Ada apakah, wahai Putriku?

Putri : Ayah, aku mendapatkan mimpi. Dalam mimpi tersebut aku bertemu dengan ibunda.
Ibunda mengatakan bahwa kesulitan yang tengah dialami oleh negeri ini akan segera berakhir
apabila ada seorang hadis yang bersedia berkorban dan mau menceburkan dirinya ke laut.

Raja : Bila memang begitu, mari kita berikan pengumuman kepada rakyat tentang hal ini. Ayah
juga akan mengadakan sayembara untuk menemukan gadis yang rela berkorban untuk kerajaan
ini.

(Pada keesokan harinya, raja menepati ucapannya. Raja mengumpulkan rakyatnya dan bertanya
siapa yang mau berkorban sesuai dengan mimpi yang dialami oleh putrinya).

Raja : Wahai rakyatku, adakah dari kalian yang bersedia mengajukan diri untuk melaksanakan
amanah ini?
(Suasana pun hening).

Putri : Mohon maaf ayah, saya rela mengorbankan diri demi kemakmuran seluruh rakyat yang
ada di negeri ini (sembari berdiri).

Raja : (Terkejut) Jangan anakku. Engkau adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki. Engkau
pula yang akan meneruskan memimpin kerajaan ini.

Putri : Tidak, ayah. Sebaiknya saya menjadi korban demi rakyat. Mungkin saja ini adalah takdir
saya.

Raja : (Sedih) Baiklah, Putriku. Kalau begitu tekadmu, maka nanti malam kita akan menuju ke
tepi laut.
(Malam pun datang dan raja, putri serta rakyat sudah berada di tepi laut yang curam).

Raja : Anakku, apakah kau yakin dengan semua ini?

Putri : Iya ayah, tolong ikhlaskan kepergianku dan maafkan juga kesalahanku. (Berjalan menuju
tebing dan menerjunkan diri ke laut).
Raja : Baiklah rakyatku, marilah kita kembali ke rumah masing-masing (dengan wajah
bersedih).
(Setibanya di istana, raja pun tidur di dalam kamarnya. Kala itu, raja mendengar sebuah suara
gaib).

Suara gaib : Pergilah ke tepi laut dan temui putrimu.


(Raja terbangun dan bergegas menemui rakyatnya kembali)

Raja : Wahai rakyatku, marilah kita ke tepi laut kembali. Ada suara yang mengatakan bahwa
aku harus ke sana.
(Raja dan rakyat menuju ke tepi laut dan menemukan putri di sana).

Raja : Terima kasih Tuhan, Engkau menyelamatkan putriku.

Raja : Pengawal, segera bawa putriku kemari.

Raja sangat bersuka cita, dan rombongan itu pun kembali ke istana. Masalah sudah
terselesaikan dan beberapa tahun kemudian, Putri Kemarau menjadi ratu menggantikan
ayahnya. Ia memerintah dengan bijaksana, sehingga rakyatnya bisa hidup dengan tentram dan
makmur.
Lakon Cerita

A. Pengertian Lakon.

Lakon atau skenario adalah instansi awal yang berperan sebelum sampai ditangan
sutradara dan para pemeran. Naskah lakon bisa berdiri sendiri sebagia bacaan berupa
buku atau karya sastra. Naskah lakon merupakan penuangan dari ide cerita kedalam
alur cerita dan susunan lakon. Seorang penulis lakon dalam proses berkarya biasanya
bertolak dari tema cerita.

Tema tersebut disusun menjadi sebuah cerita yang terdiri dari peristiwa yang memiliki
alur yang jelas, dengan ukuran dan panjang cerita yang diperhitungkan menurut
kebutuhan sebuah pertunjukan. Meskipun naskah lakon dapat ditulis sesuai kehendak
penulis lakon atau cerita, namun tetap harus memperhitungkan pada asa kesatuan
(unity).

Naskah lakon sebagai mana karya sastra lain, pada dasarnya memiliki struktur yang
jelas, yaitu Tema (dasar pemikiran atua gagasan, ide penulis untuk disampaikan
kepada penonton), Plot (kejadian atau peristiwa yang mengkait), Setting (latar, tempat,
waktu, dan suasana cerita), dan Tokoh (peran yang terlihat dalam kejadian lakon).

Akan tetapi, naskah lakon yang khusus disiapkan untuk dipentaskan  memiliki unsur
lain yang spesifik. Struktur ini pertama kali dirumuskan olah Aristoteles yang membagi
menjadi 5 bagian besar, yaitu eksposisi (pemaparan), komplikasi, klimaks, inti klimaks
(resolusi), dan konklusi (catastrope). Kelima bagian tersebut pada perkembangannya
kemudian tidak diterapkan  secara kaku, tetapi lebih bersifat fungsionalistik. Struktur
lakon yang lebih sederhana terdiri dari pemaparan, konflik, dan penyelesaian.

B. Cara atau Tahapan Menulis lakon (cerita).

Seperti telah dijelaskan di atas bahwa struktur naskah lakon terdiri dari tema, plot,
setting dan tokoh, maka dari itu mari kita simak ulasan berikut :

1. Tema.

Tema dalah gagasan cerita atau ide cerita yang menjadi dasar atau inti cerita yang
hendak dituliskan oleh seorang penulis. Banyak yang menyatakan bahwa ide atau
gagasan itu sebagai tema. Ide cerita bisa dari mana saja dan kapan pun bisa muncul
dalam pikirna penulis suatu cerita. Ide cerita atau gagasan cerita tidak perlu dicari
kemana-mana, ide cerita banyak tersebar di lingkungan, asalkan kita dapat menangkap
dan mengolahnya menjadi suatu cerita. Metode atau cara yang dlakukan untuk
mendapatkan ide cerita adalah dengan mengamati semua hal yang ada disekitar kita
dan proses ini tentu akan memunculkan kesadaran dalam diri dan pikiran kita.

Tema juga dapat dikatakan sebagai muatan intelektual dalam sebuah permainan, ini
mungkin dapat diuraikan sebagai keseluruhan pernyataan dalam sebuah permainan :
topik, ide utama, atau pesan mungkin juga sebuah keadaan (Rebert Cohen 1983. 54).
Adhy Asmara ( 1979. 65) menyebutkan bahwa tema sebagia premis, yaitu rumusan
intisari cerita sebagai landasan ideal dalam menentukan arah tujuan cerita. Dengan
demikian, bisa ditarik kesimpulan bahwa tema adalah ide dasar, gagasan, atau pesan
yang ada dalam naskah lakon yang menentukan alur cerita atau arah jalannya cerita.

2. Plot.

Plot atau laur adalah rangakaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama,
yang menggerakkan jalan cerita  melalui perumitan (penggawatan atau komplikasi)
kearah klimaks dan selesai. Rikrik El Saptaria (2006. 47) mengemukakan bahwa plot
atau alur cerita merupakan rangakaian peristiwa  yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan hukun sebab akibat.

Plot disusun dengan tujuan untuk mengungkapkan buah pikirannya yang khas.
Rangkaian sederhana suatu cerita biasanya terdiri dari pemaparan, konflik dan
penyelesaian atau memiliki awal, tengah dan akhir cerita.

Awal cerita, biasanya hanya berisi pemaparan atau perkenalan peran-peran yang ada
didalam cerita tersebut, lokasi atau tempat kejadian peristiwa, dan waktu peristiwa itu
berlangsung. Awal dari pemaparan ini terkadang sudah memunculkan masalah  yang
dihadapi oleh peran-peran yang ada dan bagaimana mencari cara menyelsaikan
masalah tersebut.

Bagian tengah atau konflik beriksikan kejadian-kejadian yang saling terkait dan menjadi
masalah pokok yang disajikan kepada penonton. Peristiwa -peritwa pada bagian ini
harusnya dibuat semenarik mungkin sehingga membuat jalinan peristiwa yang indah.
Pada bagian ini juga terdapat rintangan-rintangan yang harus dihadapi dan diselesaikan
oleh peran protagonis serta perlawanan oleh peran antagonis.

Bagian akhir cerita berisikan penyelesaian cerita, dimana semua petanyaan -


pertanyaan dan masalah menemukan jawaban dan penyelesaian. Pertanyaan
penonton juga harus terjawab dan dapat mengambil pelajaran serta pencerahan dari
cerita yang disajikan tersebut tanpa harus diberi kesimpulan. Biarkan penonton
mengambil kesimoulannya sendiri.
3. Latar Cerita atau Setting.

Latar cerita terdiri dari latar tempat (menunjukkan tempat peristiwa), latar waktu (kapan
peritiwa itu terjadi), dan latar suasana (menunjukkan suasan cerita tersebut).
Menuliskan latar cerita adalah menuliskan gambaran ilustrasi tempat kejadian (TKP).
Situasi, tempat dan waktu yang menjadi latar cerita itu bisa berupa hasil dari imajinasi,
namun bisa pula hasil dari observasi dan eksplorasi dalam kehidupan keseharian.

Observasi dilakukan dengan mengamati lingkungan keseharian yang dapat mendukung


hasil rancangan yang kemudian ditulis dengan detail sesuai dengan apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, dan dibaui yang sekaligus mengeksplorasi tempatnya yang bisa
berupa tempat yang sepi, ramai, bising, situasi yang sibuk, mencekam, kotor, dan bau.

Pengamatan latar cerita ini akan berbeda-beda dari setiap orang sebab setiap orang
memiliki sudut pandang yang berbeda pula. selain itu juga sangat dipengaruhi oleh
kepekaan atau sensitivitas jiwa penulisnya. Misalnya, ketika mengamati sebuah taman
sudut kota, maka orang bisa menuliskan semua yang dilihatnya, didengar dan apa yang
dibauinya.

4. Tokoh Cerita.

Peran adalah mahluk hidup yang memiliki hidup dan kehidupan dalam dunia lakon hasil
dari imajinasi seorang penulis. Peran itu harus hidup, dalam artian memiliki dimensi
kehidupan  atau karakter, baik itu karakter jahat, baik, bodoh, jenius, kaya, miskin, dan
lainnya. Disinilah tugas seorang penulis lakon untuk mendeskripsikan secara ringkas
peran-peran tersebut.

Ditail yang haris dideskripsikan adalah ada dan bagaimana tokoh mengenakan pakaian
yang bersamaan dengan itu juga bagaimana profil kepribadian tokoh dengan mengacu
kepada sejarah singkat kehidupannya.

 Selanjutnya ialah meletakkan peran yang telah ditulis dan dideskripsikan tersebut
kedalam latar cerita yang telah dibuat secara sederhana dengan kegaitan yang spesifik,
misalnya bapak guru yang dibenci oleh siswanya. 

Struktur atau susunan cerita dari tokoh ini terdiri dari :

 Pemaparan,
 Penggawatan,
 Klimaks,
 Pelarian, dan 
 Penyelesaian.

Bawang Merah dan Bawang Putih

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah yang merupakan
seorang pedagang, ibu, dan seorang anak gadis yang cantik dan baik hati bernama Bawang Putih.
Mereka hidup bahagia hingga saat sang ibu mengalami sakit keras dan membuatnya harus pergi
untuk selamanya.

Ibu :”Bawang Putih, ingat baik-baik pesan ibu….(menahan batuk). Ibu ingin setelah ibu pergi
nanti, kau tetap patuh pada ayahmu, tetaplah menjadi anak yang pandai dan penuh sopan santun.
Hingga kelak kau dewasa, menikahlah dengan seorang pemuda yang baik… Ibu akan selalu
mendoaknmu, nak…”

Bawang Putih :”Ibu jangan bicara demikian, ibu akan tetap bersama kami hingga aku dewasa
nanti. Ibu akan menyaksikan aku menikah…”

Ibu :”Ibu juga menginginkan hal yang sama denganmu, namun ibu tidak bisa melakukan itu
semua, nak…maafkan ibu… (menghembuskan nafas terakhir)”

Bawang Putih :”Ibu….(menjerit). Jangan tinggalkan aku bu, aku ingin terus bersama ibu.
Ayah…(menoleh ke arah sang ayah) jangan biarkan ibu pergi, Ayah. Minta ibu untuk tetap
tinggal bersama kita, Ayah… (sambil menangis).”

Ayah :”Ibumu sudah pergi anakku… Ibumu telah terbebas dari rasa sakitnya. Ia sudah bisa
tenang sekarang…(mencoba menenangkan sambil menahan tangis).”

Pemakaman pun telah dilakukan dan sepekan berlalu, namun kesedihan masih begitu tampak di
raut wajah ayah dan anak ini.

Ayah :”Ayah akan pergi berdagang dahulu. Sudah sepekan ayah meliburkan diri. Sesedih apapun
kita tetap harus melanjutkan hidup, nak… Ayah berangkat. Jaga dirimu baik-baik di rumah.
Ayah akan segera pulang.”

Bawang Putih :”Iya Ayah…(menjawab dengan sangat pelan)”.

Perasaan Bawang Putih masih terus dibalut rasa sedih akan kehilangan ibunya. Hal ini membuat
Ibu dari Bawang Merah yang merupakan seorang janda merasa kasihan kepadanya. Ia sering
mendatangi rumah Bawang Putih setiap kali ayah Bawang Putih pergi berdagang. Ia datang
untuk membantu Bawang Putih mengerjakan pekerjaan rumah atau sekedar menemaninya saja.

Ibu Bawang Merah :”Bawang Putih kau tidak boleh terlalu lelah, sini ibu bantu mengerjakan
pekerjaanmu.”

Bawang Putih :”Eeee…terimakasih bu, ibu sangat baik kepadaku dan ayah. Ibu selalu membantu
kami.”
Ibu Bawang Merah :”Aah kamu, jangan berkata begitu. Kita ini kan adalah tetangga jadi harus
saling membantu. Bawang Merah juga selalu ingin bersamamu agar kamu tidak kesepian lagi.”

Bawang Putih :”Kalian memang keluarga yang baik.”

Keesokan harinya…

Bawang Putih :”Ayah, sebelum ayah pergi apakah aku bisa bicara dengan ayah sebentar?”

Ayah :”Tentu anakku, bicaralah…”

Bawang Putih :”Ayah tahu bahwa Ibu Bawang Merah selalu membantuku mengerjakan
pekerjaan rumah kita. Bawang Merah juga sering menemaniku bermain. Bukankah mereka
keluarga yang baik ya Ayah?”

Ayah :”Tentu saja anakku. Mereka telah sangat baik kepada kita.”

Bawang Putih :”Aku ingin memiliki ibu seperti ibunya Bawang Merah dan saudara seperti
Bawang Merah, Ayah…”

Ayah :”Emmm….(berfikir). Ayah akan pertimbangkan keinginannmu.”

Ayah Bawang Putih terus memikirkan keinginan putrinya itu. Ia merasa Bawang Putih perlu
memiliki keluarga kembali agar ia tidak kesepian. Hingga tiba hari ayah Bawang Putih menikahi
ibu Bawang Merah dan mereka pun tinggal dalam satu rumah.

Ibu Bawang Merah :”Bawang Putih….(berteriak). Apa yang kamu lakukan? Mengapa meja ini
masih berantakan? Ayahmu sudah sejak tadi selesai sarapan di meja ini.”

Bawang Putih :”Ma..maafkan aku, bu… Aku tadi sedang mandi dan belum sempat
membersihkan meja ini.”

Ibu Bawang Merah :”Ah, dasar anak pemalas. Alasan saja yang selalu kau ucapkan.”

Bawang Putih baru mengetahui sifat asli dari ibu tiri dan saudara tirinya itu. Ia kerap mendapat
siksaan dan selalu diberi pekerjaan yang berat setiap kali ayahnya telah berangkat untuk
berdagang.

Tak lama setelah pernikahan kedua orangtuanya itu, ayah Bawang Putih mengalami sakit dan
akhirnya meninggal dunia. Tinggallah Bawang Putih tanpa ayah dan ibu kandung di sisinya
namun ia terus mematuhi perintah ibu tiri dab saudara tirinya dengan harapan mereka akan
menyayanginya dengan tulus.

Pagi ini seperti biasa Bawang Putih mendapat tugas mencuci pakaian di sungai. Ia begitu
semangat mencuci pakaian hingga tanpa sadar salah satu pakaian ibunya hanyut. Ketika henda
pulang ia baru menyadari bahwa jumlah pakaian ibunya berkurang.

Bawang Putih :”Celaka…apa yang harus aku lakukan (bergumam).” [sc:ads]


Ia pun berusaha menyusuri sungai dan berharap pakaian itu dapat ditemukan namun tidak
berhasil.

Ibu Bawang Merah :”Dasar ceroboh! Aku tidak peduli, kau harus menemukan pakaianku dan
kau tidak boleh pulang sebelum menemukan pakaian itu.”

Bawang Putih berusaha menyusuri sungai sementara matahari mulai tenggelam perlahan. Ketika
berjalan, ia menjumpai seorang paman tengah memandikan kerbaunya.

Bawang Putih menayakan perihal pakaian ibunya yang hanyut dan sang paman menyuruhnya
untuk segera pergi ke arah pakaian yang hanyut itu. Bawang Putih segera bergegas menuju arah
yang ditunjukkan oleh sang paman. Langit semakin gelap namun pakaian sang ibu tetap tidak
dapat ditemukan. Bawang Putih melihat lampu yang menyala di sebuah gubuk dan ia
memutuskan untuk menumpang menginap di sana.

Bawang Putih :”Permisi.”

Nenek :”Iya…(dengan suara bergetar). Siapa kamu?”

Bawang Putih :”Saya Bawang Putih, Nek. Saya sedang mencari pakaian kesayangan milik ibu
saya namun hari sudah terlalu gelap, apakah saya boleh menumpang menginap semalam di sini,
Nek?”

Nenek :”Apakah pakaian itu berwarna merah?”

Bawang Putih :”Iya, benar Nek.”

Nenek :”Sayang sekali, padahal aku menyukai pakaian itu. Pakaian itu tersangkut di depan
rumahku. Kau boleh mengambilnya kembali dengan syarat kau tinggal bersamaku terlebih
dahulu selama satu minggu di rumah ini.”

Bawang Putih merasa nenek tersebut kesepian di rumahnya, akhirnya ia pun menyetujui
persyaratan itu.

Satu minggu berlalu…

Nenek :”Nak, kau telah semiggu tinggal bersamaku. Aku menyukaimu karena kau anak yang
rajin. Seusai janjiku, kau boleh membawa pulang pakaian milik ibumu dan sebagai hadiah kau
boleh memilih salah satu dari dua buah labu ini.”

Bawang Putih :”Tidak perlu Nek, saya hanya perlu membawa pakaian ini kepada ibu saya.
Nenek tidak perlu repot-repot memberikan hadiah kepada saya.”

Nenek :”Tidak apa Nak, ambilah yang kau sukai.”

(Bawang Putih memilih labu yang paling kecil)

Bawang Putih :”Terimakasih, Nek. Nenek telah banyak membantu saya dan memberi hadiah
kepada saya.”
Sesampainya di rumah Bawang Putih menyerahkan pakaian milik ibu tirinya lalu ia ke dapur
untuk membelah labu. Ia pun terkejut melihat isi labu tersebut dan berteriak.

Bawang Putih :”Ibu…Ibu…lihat ini!”

Ibu dan Bawang Merah bergegas ke dapur.

Bawang Merah :”Ada apa Bawang Putih, kamu berteriak seperti sedang berada di hutan saja.”

Bawang Putih :”Ma..maafkan aku. Aku terkejut melihat banyakya emas di dalam labu ini.

Ibu :”Wahh…(takjub). Bagaimana kau mendapatkan begitu banyak perhiasan ini?”

Bawang Merah :”Cepat ceritakan padaku Bawang Putih…(tidak sabar).”

Bawang Putih :”Aku mendapatkannya sewaktu aku mencari pakaian ibu yang hanyut. Aku
bermaksud menginap di sebuah gubuk di pinggir sungai milik seorang nenek karena langit sudah
tampak begitu gelap. Lalu sang nenek memintaku menenmaninya selama seminggu dan ketika
akan pulang aku mendapat hadiah buah labu ini.”

Ibu :”Waahhh, kau harus melakukan hal yang sama putri cantikku, Bawang Merah.”

Bawang Merah :”Tentu saja ibu..”

(Mereka tertawa terbahak-bahak)

Keeseokan harinya Bawang Merah menjalankan rencana seperti yang telah ia buat bersama
ibunya. Ia berpura-pura kehilangan pakaian milik ibunya sewaktu mencuci di sungai hingga
sampailah ia di rumah san nenek.

Bawang Merah :”Nenek, sudah satu minggu aku berada di sini. Aku ingin pulang.”

Nenek :”Baiklah jika itu yang kau inginkan.”

Bawang Merah :”Bukankah seharusnya kau memberiku sebuah labu sebagai hadiah?”

(Bawang Merah merasa telah berjasa menemani sang nenek dan membantunya. Padahal ia hanya
bermalas-malasan dan membantu sang nenek dengan asal-asalan)

Nenek :”Baiklah, kau boleh memilih salah satu dari dua labu ini.”

Bawang Merah :”Waahhhh….(sedikit berteriak). Baiklah.”

(Bawang Merah mengambil labu yang berukuran besar dan lekas pergi tanpa mengucapkan
terimakasih).

Sesampainya di rumah…,

Bawang Merah :”Ibu…aku berhasil mendapatkannya. Buah labu yang besar.”


Ibu Bawang Merah :”Kau memang anak yang pintar.”

(Tertawa terbahak-bahak)

Mereka pun membelah buah labu tersebut, namun sayang isinya adalah hewan berbisa yang
menyerang Bawang Merah dan ibunya hingga tewas.

Anda mungkin juga menyukai