Anda di halaman 1dari 10

Naskah Drama

Ande Ande Lumut


TRIVIA

Pemeran
Magenta Lintang : Pengawal (Bejo)
Arinto Raffi : Pangeran
Kurniawan Surya : Pengawal (Nimo)
Adrian Restu : Rusa Buruan
M Rizqi : Pengawal (Jono)
Daniel El : Yuyu kangkang
Tiensa Surya : Klenting Hijau
Nadia Inay : Mbok Rondo Klenting
Aprindah Marta : Klenting Kuning
Zahra Melani : Klenting Merah
Sofiyyah Zalfa : Klenting Biru
Zahra Safaina : Mbok Janda Dadapan
Karina Raihana : Peri
M Nur Salim : Kelinci Buruan ( Scene 1 )

Prolog (dibaca Ade + instrument)


Lihatlah dulu kekurangan dalam dirimu, sebelum kau mulai melihat kekurangan orang lain.
Jangan melihat seseorang dengan indra mata saja, tapi lihatlah ke dalam hatinya, sebab hati lah
yang dapat merasakan sebuah ketulusan setiap orang. Pakailah akal, pikiran dan hatimu agar kau
tahu seberapa berat kau telah melangkah dalam kehidupanmu. Sebuah kisah lama, kisah dari
sebuah negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo yang jauh disana. Kisah
yang akan mengajarkan betapa pentingnya perjuangan dan ketulusan dari dalam diri seseorang.
Selamat menyaksikan, semoga kau selalu mendapatkan segala hal yang baik dan tulus dalam
hidupmu.
(Masuk lagu musim panen, musikal dance)
Scene 1
(Empat orang berjalan waspada melihat ke atas dan ke bawah, mencari binatang buruan)
Pangeran : “Jono? Bejo? Nimo? Kalian di mana?”
Bejo : “Pangeran? Pangeran? Kamu di mana pangeran?”
Jono : “Wahai Pangeranku, kesayangan warga kerajaan. Dimanakah Anda?”
Nimo : “Pangeran Oh Pangeran. Dimanakah engkau ini?”
( Keempatnya berjalan mundur…. Kemudian bertabrakan bersama, sampai gelimbungan)
Pangeran : “Aduh. Kalian itu. Hati-hati!”
Bejo : “Hehehe.. Maaf pangeran. Kami tidak tahu kalau di belakang ada
pangeran.”
Pangeran : “Kamu semuanya. Sini sini! Aku mau cerita.”
Bejo : “Ada apa pangeran?”
Nimo : “Ada cerita apalagi kali ini?”
(Pangeran dan ketiga pengawalnya duduk bersama dan bercerita)
Pangeran : “Kok sepertinya tidak ada binatang ya hari ini?”
Bejo : “Benar, Pangeran. Sepi sekali.”
Jono : “Tapi, ini kita di mana ya, Pangeran?” (sambil menatap sekitarnya)
Pangeran : “Kenapa kamu tanya saya? Memangnya saya tahu?”
Jono : “Ya mungkin saja Pangeran tahu.”
Pangeran : (memasang raut wajah cemberut)
Nimo : “Kau ini Jon, gak jelazzz.”
(Pangeran dan pengawalnya berdiri, mereka terkejut melihat ada seseorang di hadapan
mereka)
Pangeran : “Siapa itu, Jo?”
Bejo : “Saya tidak tahu pangeran.” (sambil menggelengkan kepalanya)
Pangeran : “Maaf, Bu. Bolehkah saya bertanya?”
(Yang ditanya hanya diam, tidak menjawab, masih sibuk mengumpulkan kayu bakarnya)
Pangeran : “Permisi, Bu.” (menyentuh pundak Mbok Janda Dadapan)
(Pangeran mendekat pada mbok janda, tiba-tiba mbok janda kaget alay melihat pangeran)
Mbok janda dadapan : “Waladalah..  Siapa kamu?”
Pangeran : “Saya seorang pengembara, Bu. Maaf, ini desa apa ya?”
Mbok janda dadapan : “Ini desa Dadapan, Nak. Kamu sedang apa di sini?”
Pangeran : “Saya sedang mengembara, Bu. Tapi saya tersesat, tidak tahu jalan.”
Mbok janda dadapan : “Wah. Ya sudah, ikut saya saja. Kamu saya jadikan anak angkat saja
bagaimana?”
Pangeran : “Bagaimana, Jo?” (menoleh ke arah pengawalnya)
Bejo : “Kalau saya terserah pangeran saja. Mbok janda.”
Pangeran : “Wah baiklah bu, saya mau.”
Mbok janda dadapan : “Mulai sekarang kamu jadi anakku. Namamu jadi ande-ande lumut dan
kamu semua juga ikut saya. ”
Pangeran dan seluruh pengawal : “Baiklah, Bu!”
(Pangeran bersama dengan seluruh pengawal dan mbok janda dadapan pergi menuju rumah
mbok janda dadapan)

Scene 2
Di suatu pagi yang cerah, Mbok Rondo Klenting terlihat sedang berkumpul dengan para
putrinya. Putri-putri Mbok Rondo itu sangat cantik. Mereka adalah klenting merah, klenting biru,
klenting hijau. Salah seorang anak tirinya yaitu klenting kuning, gadis buruk rupa. Mbok Rondo
sangat sayang kepada anak-anaknya kecuali klenting kuning. Sebagai anak tiri, klenting kuning
selalu diperlakukan berbeda dengan putri-putri kandung Mbok Rondo.

(Klenting Kuning menyapu lantai.. Tak lama datang Mbok Rondo mengawasi Klenting Kuning)
Mbok rondo klenting : “Anak-anakku yang cantik-cantik, sini-sini nak!”
Klenting-klenting : “Iya Mbok.” (menghampiri Mbok Rondo)
Mbok Rondo klenting : “Begini, Nak. Ada berita yang sangattt sangattt penting.”
Klenting Merah : “Berita apa itu mbok?”
Klenting Biru : “Iya, Mbok. Kelihatannya penting sekali.”
Klenting Hijau : “Ada apa sih, Mbok? ” (manja, mendekat sambil memegang tangan
mbok rondo klenting)
Mbok Rondo klenting : “Kalian tahu kan, Mbok Rondo Dadapan itu punya anak yang sangat
tampan. Namanya Ande - Ande Lumut.”
Klenting-Klenting : “Ande - Ande Lumut? Tampan?” (heboh, bergaya manja, centil)
Mbok rondo klenting : “Iya. Coba kalian pergi ke rumah Ande – Ande lumut untuk
melamarnya! Siapa tahu Ande – ande lumut menyukai salah satu dari kalian. Mbok akan dandani
kalian menjadi putri-putri yang cantik.”
Klenting-Klenting : “Iya-iya, Mbok. Kami mau.” (bersemangat)
Mbok rondo klenting : “Iya, sudah. Ayo, Mbok dandani kalian.”
Klenting-klenting : “Baiklah, Mbok.”
(Mbok Rondo Klenting mendandani klenting merah, biru, dan hijau)
Klenting Merah : “Mbok, bagaimana rambutku, Mbok?”
Mbok rondo klenting : “Sudah rapi, Ndok!”
Klenting Hijau : “Aku, aku Mbok!”
Mbok rondo klenting : (memakaikan bedak pada Klenting Hijau)  “Nah, sudah cantik sekarang.“
Klenting Biru : “Kalau aku, Mbok?”
Mbok rondo klenting : “Sudah cantik, Ndok. Anak – anak Mbok sudah cantik semua. Sekarang
berangkatlah. Ande – Ande Lumut pasti memilih salah satu dari kalian untuk dijadikan istri.”
(Dari kejauhan, Klenting Kuning yang melihat saudari tirinya yang hendak berangkat menuju
rumah Ande – Ande Lumut)
Klenting Biru : “Ngapain lihat – lihat?”
Klenting Hijau : “Iri ya lihat kita semua cantik?” (memasang wajah songong)
Klenting Kuning : “Ti..Tidak kok.” (menunduk, menggelengkan kepala)
Klenting Merah : ( menyenggol Klenting Kuning sampai terjatuh )
Klenting – Klenting : “Hahaha.. Kasian sekali kamu!“ (tertawa jahat meremehkan)
Klenting Hijau : “Ya sudah lah. Ayo kita berangkat.” (pergi meninggalkan Klenting
Kuning)
(Tak lama kemudian, klenting kuning mendekati mbok rondo)
Klenting Kuning : “Mbok, saya ingin bicara.”
Mbok rondo klenting : “Bicara apa? Apakah kamu sudah selesai menyapu?”
Klenting Kuning : “Sudah, Mbok. Begini Mbok, saya juga ingin melamar menjadi istrinya
Ande - Ande lumut seperti kakak-kakak klenting yang lain.”
Mbok rondo klenting : “Oh begitu, ya sudah tidak apa - apa. Sini kamu saya dandani
juga. (memberikan angus dan bau-bau tidak sedap kepada Klenting kuning) Sudah sekarang
kamu cuci kuali di sungai. Sana, segera kerjakan tugasmu!” (mendorong Klenting Kuning
dengan kasar)
Klenting Kuning : “Iya, Mbok.” (berjalan pergi meninggalkan Mbok Rondo)
Mbok rondo klenting : “Hahaha… Mudah-mudahan Ande - Ande Lumut menyukai salah satu
dari anak-anakku. Bukan Klenting Kuning, tentunya.” (tertawa terbahak-bahak, menuju ke
dalam rumah)

Scene 3
Klenting kuning setiap hari bekerja tanpa rasa lelah dan keluh kesah walaupun dia selalu
diperlakukan kasar oleh Mbok Rondo Klenting. Hanya dia dan Allah saja yang tahu betapa
sedihnya dirinya itu. Dia berharap, Tuhan akan memberikan ganjaran yang lebih baik untuknya.
Saat ini, Klenting Kuning sedang mencuci kuali di sungai.

Klenting Kuning : “Duh… kenapa begini penderitaan hidupku. Semoga aku tabah
menjalaninya.”
(Tiba tiba ada Peri mendekati klenting kuning)
Peri : “Hai gadis cantik.”
Klenting kuning : “Siapa kamu?” (kaget)
Peri : “Kamu jangan takut. Aku adalah sifat baik yang ada dalam dirimu.”
Klenting kuning : “Mau apa kamu?”
Peri : “Aku akan memberimu sebuah pusaka. Terimalah. Semoga pusaka ini
kelak akan berguna bagimu. Ini adalah Jimat Kalimosodo. Terimalah gadis baik.” ( memberikan
pusaka )
Klenting kuning : “Baiklah. Terimakasih.”
Peri : (meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kening : (mengambil kuali dan meninggalkan sungai)

Scene 4
Di sebuah sungai yang airnya mengalir dengan deras, disitulah Yuyu Kangkang hidup. Dia yang
menguasai sungai itu. Dialah si Yuyu Kangkang yang licik.
(Yuyu kangkang sang penjaga sungai sedang mondar-mandir mengawasi jika ada orang yang
datang)
Yuyu kangkang : “Hohohoho…. Siapa itu yang datang dari jauh?”
(kemudian datang Klenting Merah, biru dan hijau menuju pinggir sungai)
Klenting Merah : “Wah! Sungainya banjir.”
Klenting Biru : “Iya, Mbakyu. Bagaimana cara kita bisa menyeberangi sungai ini?”
Klenting Hijau : “Lihat itu Yuyu Kangkang.” (menunjuk Yuyu Kangkang)
Klenting Merah : “Wah iya! Kita minta tolong Yuyu Kangkang saja.”
Klenting biru & hijau : “Iya, Mbakyu. Ayo!” ( saling menyenggol Klenting Merah )
Klenting Merah : “Yuyu Kangkang! Yuyu Kangkang!” (memanggil dengan berteriak)
Yuyu Kangkang : “Hahaha. Ada apa gadis manis? Kenapa kalian memanggilku?”
Klenting Merah : “Yuyu Kangkang, aku minta tolong disebrangkan lewat sungai ini.”
Yuyu Kangkang : “Wah itu berat sekali, bahaya sungainya. Aku minta imbalan.”
Klenting Merah : “Imbalannya apa? Uang? Wah kamu itu ternyata mata duitan, ya.”
Klenting biru & hijau : “Iya. Dasar si Yuyu Kangkang mata duitan.”
Yuyu kangkang : “Tidak. Aku tidak mau uang. Hahaha.”
Klenting-klenting : “Lalu apa?”
Yuyu kangkang : “Imbalannya adalah menggandeng dan mencium tangan
kalian.” (tersenyum mesum)
Klenting merah : “Ya sudah kalau begitu.”
(Yuyu Kangkang menyebrangkan klenting merah, biru, dan hijau dengan perahu)
Yuyu Kangkang : “Eh, eh. Mau kemana kalian? Mana imbalannya?”
Klenting – Klenting : (menyodorkan tangan sambil cemberut dan langsung pergi)
Yuyu kangkang : “Wah senang sekali aku dapat memegang dan mencium tangan gadis-
gadis cantik itu.” (tersenyum senang)
(beberapa saat kemudian, datanglah klenting kuning akan menyebrang)
Yuyu Kangkang  : “Hohoho.. itu apa? Baunya tidak enak. Wajahnya jelek lagi.”
Klenting Kuning : “Aduh, kok banjir ya? Bagaimana aku bisa menyebrang?” (bingung)
Klenting Kuning : (melihat keberadaan Yuyu Kangkang) “Itu ada Yuyu Kangkang. Yuyu
kangkang, tolong sebrangkan saya melewati sungai ini.”
Yuyu Kangkang  : “Kamu? Aku tidak mau.”
Klenting Kuning : “Nanti aku kasih uang.”
Yuyu Kangkang : “Tidak mau. Sudah sana pergi. Jangan di sini. Dasar orang jelek.”
(Meninggalkan Klenting Kuning)
Klenting Kuning : “Kenapa kamu begitu jahat, Yuyu Kangkang ?”
Klenting Kuning : “Ya sudah kalau itu maumu. (mengeluarkan pusakanya)
Aku akan buat sungai ini menjadi kering. Hiat!”

Tiba-tiba sungai itu mengering. Kemudian Klenting Kuning pun bisa berjalan menyeberang
sungai menuju rumah Mbok Janda Dadapan, rumah si Ande-Ande Lumut.

Scene 5
Sementara itu, di sebuah desa bernama Dadapan, Mbok Janda sedang menyapu halaman rumah.
Di rumah itulah si Ande-ande lumut sedang mengaji di sebuah surau sekaligus menunggu
belahan hatinya yang di janjikan Tuhan untuknya.

(Mbok janda sedang menyapu halaman rumah, tiba-tiba datang rombongan gadis-gadis cantik,
klenting merah, biru dan hijau)
Klenting-klenting : “Assalamu’alaikum.”
Mbok janda dadapan : “Wa’alaikumsalam. Siapa ya?”
Klenting Merah : “Saya, Mbok. Klenting Merah.”
Klenting Biru : “ Saya Klenting Biru, Mbok. ”
Klenting Hijau : “ Saya Klenting Hijau, Mbok. ”
Mbok rondo dadapan : “Wah gadis-gadis cantik. Ada perlu apa ini?”
Klenting-klenting : “Kami ingin melamar Ande-Ande Lumut, Mbok.”
Mbok janda dadapan : “Mau melamar Ande-Ande Lumut? Sebentar ya, saya katakan pada
Ande-Ande Lumut.”
Mbok janda dadapan : (bernyanyi) “Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono putri kang
ngunggah-unggahi. Putrine ngger kanh ayu rupane. Klenting abang iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kangkang.“ 
Mbok janda dadapan : “Wah. Tidak mau ternyata, Nak.”
Klenting biru : “Coba saya, Mbok.”
Mbok janda dadapan : (bernyanyi) “ Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono putri kang
ngunggah-unggahi. Putrine ngger kang ayu rupane. Klenting biru iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kangkang. ”
Mbok janda dadapan : “Tidak mau juga ternyata, Nak.”
Klenting hijau : “Coba saya, Mbok.”
Mbok janda dadapan : (bernyanyi) “Putraku si ande-ande lumut. Temuruno ono putri kang
ngunggah-unggahi. Putrine ngger kang ayu rupane. Klenting ijo iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “Duh ibu, kulo mboten purun. Aduh ibu,
kulo mboten medun. Najan ayu sisane si Yuyu Kangkang.”
Mbok janda dadapan : “Hmm.. Tidak mau juga, Nak.”

Tidak lama kemudian, datanglah Klenting Kuning, dari kejauhan sudah tercium bau yang tidak
sedap, wajahnya coreng moreng karena debu.

(Datanglah Klenting Kuning di rumah Mbok Janda Dadapan)


Klenting kuning : “Selamat pagi, Mbok.”
Mbok janda dadapan : “Selamat pagi. Siapa ya?”
Klenting kuning : “Saya Klenting Kuning mbok. Ingin melamar Ande-Ande Lumut.”
Mbok janda dadapan : “Apa? Mau melamar anakku? Apa tidak salah?”
Klenting merah : “Iya, wajahmu jelek. Baumu tidak enak begitu. Aku saja ditolak. Apa
lagi kamu.” (memandang sinis)
Klenting Kuning : “Dicoba dulu, Mbok.”
Mbok janda dadapan : “Baiklah.  (bernyanyi) Putraku si Ande-Ande Lumut. Temuruno ono
putri kang ngunggah-unggahi. Putrine kang olo rupane. Klenting kuning iku kang dadi asmane. ”
Ande-ande Lumut : (menjawab dengan bernyanyi) “Aduh ibu, kulo inggih purun. Dalem
putro inggih bade medun. Najan olo meniko kang putro suwun.”
Mbok janda dadapan : (kaget) “ Loh! Apa tidak salah Ande-Ande Lumut?”
Ande-ande Lumut : “Tidak, Ibu. Ini adalah pilihan saya.”
Klenting – Klenting : (kusak-kusuk)
Klenting Biru : “Ternyata seleramu yang rendahan ya, Ande – Ande Lumut.”
Mbok janda dadapan : “Ya sudah kalau itu pilihanmu ya tidak apa apa.”
Ande – Ande Lumut : “Jono, Bejo, Nimo. Sini!”
(Ketiga pengawal berlari mendekati Ande-Ande Lumut)
Bejo : “Siapa gadis jelek ini?”
Jono : “Iya, Pangeran. Siapa gadis yang bau ini?”
Nimo : “Aduh, baunya.” (memegang hidung)
Ande – Ande Lumut : “Ini adalah Klenting Kuning. Kita akan pulang, Jo. (berbalik pada Mbok
Rondo Dadapan) Ibu, ada suatu hal yang ingin saya katakan.”
Mbok janda dadapan : “Apa itu, Nak?”
Ande-ande lumut : “Ibu, sebenarnya saya adalah seorang Pangeran yang sedang
mengembara, untuk mencari pengalaman hidup.”
Mbok janda dadapan : “Apa? Pangeran?” (memasang wajah terkejut)
Klenting – Klenting : “Apa? Pangeran? Oh, tidaaaak!!” (pingsan bersamaan)
Ande – Ande Lumut : “Benar, Ibu. Karena sekarang saya sudah mendapatkan belahan hati saya,
saya akan kembali ke Kerajaan. Terima kasih atas perhatiannya selama ini, Bu.”
Mbok janda dadapan : (masih kaget)  “Ya sudahlah nak. Jaga dirimu baik- baik ya, Nak.”

Akhirnya, Klenting Kuning menjadi istri Ande-Ande Lumut, wajahnya yang jelek dan bau
berubah menjadi seorang putri yang cantik. Sesungguhnya, dia adalah Putri Sekartaji. Dan Ande-
Ande Lumut kini menjadi raja pewaris kerajaan ayahnya. Pangeran dan Klenting Kuning, hidup
bahagia selamanya.

PR!
- Nentuin ciri khas tiap karakter
- Bikin koreo
- Arr lagu
-

Anda mungkin juga menyukai